SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 38
38

                                                   BAB I
                             Teori Keterampilan
                           Menyimak dan Berbicara


A. Keterampilan Menyimak
1. Pengertian Menyimak
          Dalam kehidupan sehari-hari kata simak sering kita jumpai, dipakai di
dalam ucapan sehari-hari. Pada orang tua sering kita dengar memberi nasihat
kepada putra-putrinya. “Kalau orang tua sedang menasihati, jangan hanya
mendengar saja, masuk dari telinga kiri dan keluar dari telinga kanan, tetapi
simaklah baik-baik, masukkan ke dalam hati”. Demikian juga antara muda-mudi
sering terdengar main-main, tetapi sebenarnya bermakna dalam, yaitu “Jangan
permainkan saya Bung, simaklah apa yang saya ucapkan, jangan hanya
mendengarkan saja!”


Dari dua contoh di atas sudah menggambarkan kepada kita bahwa:
    1) digunakan kata dengar dan mendengar
    2) digunakan kata simak dan menyimak
    3) kedua kata itu, dengar dan simak, atau mendengar, mendengarkan atau
         menyimak, jelas mempunyai arti yang berbeda.


Jika dikaji maka didapatkan pengertian sebagai berikut.
     1. Mendengar , yaitu proses mendengarkan tidak dengan disengaja.
     2. Mendengarkan, yaitu proses mendengarkan dengan sengaja, tetapi tidak
          sampai memahami, hanya sebatas tahu.
     3. Menyimak , yaitu proses mendengarkan dengan penuh pemahaman,
          apresiasi dan evaluasi.


         Definisi lain tentang menyimak juga dikemukakan oleh beberapa tokoh,
yaitu sebagai berikut.
         1. Menyimak            menurut           Tarigan,   adalah   suatu   proses     kegiatan
              mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,


Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                               I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

              pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
              menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang disampaikan
              oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
         2. Underwood mendefinisikan menyimak adalah kegiatan mendengarkan
              atau memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan orang, menangkap
              dan memahami makna dari apa yang didengar. Jadi dengan demikian
              menyimak adalah keterampilan dalam mencari makna dari bunyi-bunyi
              dan pola-pola kalimat yang sampai ke telinga.
         3. Bauer mengemukakan menyimak adalah kemampuan seseorang untuk
              menyimpulkan makna suatu wacana lisan yang didengar tanpa harus
              menerjemahkan kata demi kata.
         4. Urbana mengatakan menyimak adalah suatu proses penulisan bahasa
              yang dimaknai ke dalam pikiran (Listening the process by which
              spoken language is converted to meaning in the mind). Jika demikian,
              maka menyimak adalah proses bahasa yang terdiri dari bunyi-bunyi
              yang dimaknai atau dipahami yang diproses lewat pikiran atau syaraf
              pendengaran seseorang.


2. Pengertian Keterampilan Menyimak Bahasa Bali
          Keterampilan menyimak merupakan keterampilan menangkap bunyi-
bunyi bahasa yang diucapkan atau yang dibacakan orang lain dan diubah menjadi
bentuk makna untuk terus dievaluasi, ditarik kesimpulan dan ditanggapi. Hal ini
sudah jelas merupakan salah satu kegiatan komunikasi (berbahasa) untuk sanggup
dan mampu atau terampil menerima sejumlah informasi dari orang lain. Dalam
kaitannya dengan bahasa Bali, maka keterampilan menyimak bahasa Bali
merupakan keterampilan untuk mendengar dan memahami pembicaraan
berbahasa Bali dari orang lain.


3. Unsur-Unsur Menyimak
          Adapun unsur-unsur menyimak tersebut adalah sebagai berikut.
         1) Pembicara, yaitu orang yang menyampaikan pesan berupa informasi
              yang dibutuhkan oleh penyimak melalui bahasa lisan.




Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                     I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

         2) Penyimak, yaitu orang yang menerima pesan berupa informasi dari
              pembicara melalui bahasa lisan.
         3) Bahan simakan, yaitu pesan yang disampaikan pembicara kepada
              penyimak melalui bahasa lisan.


4. Tahap-tahap Menyimak
          Dalam kegiatan menyimak ada tahapan yang harus dilakukan oleh
penyimak agar penyimak benar-benar memahami informasi yang disimaknya.
Dalam buku Developing Language Skills karya Harry A. Greene dan Walter T.
Petty (1959: 153, Boston: Allyn and Bacon), empat langkah proses/tahapan
menyimak itu adalah (1) mendengar, (2) mengerti, (3) mengevaluasi, dan (4)
menanggapi.


5. Tujuan Menyimak
          Tujuan utama menyimak menurut Tarigan adalah untuk memperoleh
informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak
disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran. Tujuan yang bersifat umum
tersebut dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek
tertentu yang ditekankan. Adapun tujuan menyimak menurut klasifikasinya adalah
sebagai berikut.
     1. Mendapatkan fakta
          Mendapatkan fakta dapat dilakukan melalui penelitian, riset, eksperimen,
          dan membaca. Cara lain yang dapat dilakukan adalah menyimak melalui
          radio, TV, dan percakapan.
     2. Menganalisis fakta
         Fakta atau informasi yang telah terkumpul dianalisis. Kaitannya harus jelas
         pada unsur-unsur yang ada, sebab akibat yang terkandung di dalamnya.
         Apa yang disampaikan penyimak harus dikaitkan dengan pengetahuan dan
         pengalaman penyimak dalam bidang yang sesuai.
     3. Mendapatkan inspirasi
         Dapat dilakukan dalam pertemuan ilmiah atau jamuan makan. Tujuannya
         adalah untuk mendapatkan ilham. Penyimak tidak memerlukan fakta baru.




Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                    I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

         Mereka yang datang diharapkan untuk dapat memberikan masukan atau
         jalan keluar berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
     4. Menghibur diri
         Para penyimak yang datang untuk menghadiri pertunjukkan sandiwara,
         musik untuk menghibur diri. Mereka itu umumnya adalah orang yang
         sudah jenuh atau lelah sehingga perlu menyegarkan fisik, mental agar
         kondisinya pulih kembali.


6. Jenis-jenis Menyimak
          Menurut Dawson dalam Tarigan, jenis menyimak dapat diklasifikasikan
menjadi dua bagian, yaitu: (1) menyimak ekstensif, dan (2) menyimak intensif.
     1. Menyimak Ekstensif
          Menyimak ekstensif merupakan kegiatan menyimak yang berhubungan
dengan hal-hal yang umum dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam prosesnya di
sekolah tidak perlu langsung di bawah bimbingan guru. Pelaksanaannya tidak
terlalu dituntut untuk memahami isi bahan simakan. Bahan simakan perlu
dipahami secara sepintas, umum, garis besarnya saja atau butir-butir yang penting
saja.
        Jenis menyimak ekstensif dapat dibagi empat, yaitu sebagai berikut.
        a. Menyimak sekunder
           Menyimak sekunder adalah sejenis mendengar secara kebetulan,
           maksudnya menyimak dilakukan sambil mengerjakan sesuatu.
        b. Menyimak estetik
           Dalam menyimak estetik penyimak duduk terpaku menikmati suatu
           pertunjukkan misalnya, lakon drama, cerita, puisi, baik secara langsung
           maupun melalui radio. Secara imajinatif penyimak ikut mengalami,
           merasakan karakter dari setiap pelaku.
        c. Menyimak pasif
           Menyimak pasif merupakan penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar
           yang biasanya menandai upaya penyimak pada saat belajar dengan teliti.
           Misalnya, seseorang mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam
           kurun waktu dua atau tiga tahun berikutnya orang itu sudah dapat
           berbahasa daerah tersebut.


Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                    I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

       d. Menyimak sosial
            Menyimak ini berlangsung dalam situasi sosial, misalnya orang
            mengobrol, bercengkrama mengenai hal-hal menarik perhatian semua
            orang dan saling menyimak satu dengan yang lainnya, untuk merespon
            yang       pantas,       mengikuti    bagian-bagian   yang     menarik         dan
            memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan
            atau dikatakan orang.

     2. Menyimak Intensif
          Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus dilakukan
dengan sungguh-sungguh, penuh konsentrasi untuk menangkap makna yang
dikehendaki. Menyimak intensif ini memiliki ciri-ciri yang harus diperhatikan,
yakni: (a) menyimak intensif adalah menyimak pemahaman, (b) menyimak
intensif memerlukan konsentrasi tinggi, (c) menyimak intensif ialah memahami
bahasa formal, (d) menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan.


Adapun yang tergolong menyimak intensif ada lima, yaitu sebagai berikut.
     a. Menyimak kritis
         Menyimak dengan cara ini bertujuan untuk memperoleh fakta yang
         diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, dan informasi dari pembicara.
     b. Menyimak konsentratif
         Menyimak konsentratif merupakan kegiatan untuk menelaah pembicaraan/
         hal yang disimaknya. Hal ini diperlukan konsentrasi penuh dari penyimak
         agar ide dari pembicara dapat diterima dengan baik.
     c. Menyimak kreatif
         Menyimak kreatif mempunyai hubungan erat dengan imajinasi seseorang.
         Penyimak dapat menangkap makna yang terkandung dalam puisi dengan
         baik karena ia berimajinasi dan berapresiasi terhadap puisi itu.
     d. Menyimak interogatif
         Menyimak interogatif merupakan kegiatan menyimak yang menuntut
         konsentrasi dan selektivitas, pemusatan perhatian karena penyimak akan
         mengajukan pertanyaan setelah selesai menyimak.




Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                          I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

    e. Menyimak eksploratori
         Menyimak eksploratori atau menyimak penyelidikan adalah sejenis
         menyimak dengan tujuan menemukan;
                    1) hal-hal baru yang menarik,
                    2) informasi tambahan mengenai suatu topik,
                    3) isu, pergunjingan atau buah bibir yang menarik.



7. Faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk menyimak
          Untuk      dapat      menyimak          dengan   baik   hendaknya      si    penyimak
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
    1) Alat dengar si penyimak dan alat bicara si pembicara harus baik. Artinya
         alat dengar sebagai alat penerima bunyi, dan alat bicara sebagai sumber
         bunyi itu harus baik. Tidak mungkin orang yang alat dengarnya rusak (tuli)
         mampu manyimak. Atau sebaliknya betapapun baiknya alat dengar si
         penyimak, tetapi kalau bunyi bahasa yang disimaknya tidak jelas, tidak
         menentu, tetap tidak akan dapat disimak dengan baik.
    2) Situasi dan lingkungan pembicaraan itu harus baik. Dengan kata lain
         ekologi bahasa harus baik. Sebab, mana mungkin kita dapat menyimak
         dengan baik, seandainya disekeliling kita sangat gaduh, menimbulkan
         ekologi bahasa yang kurang baik. Kita tidak akan dapat menyimak dengan
         baik, seandainya bunyi-bunyi bahasa yang sedang kita simak sangat
         tersaingi oleh bunyi-bunyi lain yang membuat kebisingan.
    3) Konsentrasi penyimak kepada pembicaraan. Konsentrasi dalam artian
         pemusatan pikiran ke arah pikiran pembicaraan. Konsentrasi yang terus-
         menerus, tidak terputus sehingga alur pikiran pembicaraan pun tidak
         terputus diterimanya. Konsentrasi atau pemusatan pikiran dari awal sampai
         akhir dan tidak terpengaruh oleh kemungkinan kurang teraturnya pokok-
         pokok pikiran pembicaraan.
    4) Pengenalan tujuan pembicaraan, artinya kita akan lebih mudah menyimak
         itu, seandainya pembicaraan sudah diketahui sebelumnya. Tujuan
         pembicaraan ini mungkin secara langsung dikemukakan oleh si pembicara,
         ataupun secara intuitif oleh si penyimak itu sendiri.



Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                               I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

    5) Pengenalan paragraf atau bagian pembicaraan dan pengenalan kalimat-
         kalimat inti pembicaraan. Paragraf merupakan ungkapan atau gagasan
         yang mengandung satu pokok pikiran, yang mengandung satu kebulatan
         ide, dan mengandung satu tema. Kita sebagai penyimak bukan merupakan
         kaset rekorder yang akan merekam seluruh isi pembicaraan. Melainkan
         kita sebagai manusia yang mampu menyimak. Yang kita simak bukanlah
         seluruh kata-kata si pembicara, melainkan seluruh pokok-pokok pikiran
         yang kita pahami, dan pokok-pokok pikiran ini terdapat di dalam tiap-tiap
         paragraf yang diucapkan si pembicara.
    6) Kesanggupan menarik kesimpulan dengan tepat. Mungkin kesimpulan ini
         secara eksplisit diucapkan si pembicara, atau mungkin juga kesimpulan itu
         harus dirumuskan oleh si penyimak dengan kata-kata sendiri.
    7) Mempunyai intelegensi yang baik. Keseluruhan, 1 sampai 6 di atas, baru
         dapat dicapai dengan baik andai kata si penyimak itu mampu berbahasa
         dengan baik, didukung dengan kemampuan berbahasa yang memadai serta
         mempunyai intelegensi yang cukup baik. hal ini dapat kita pahami, sebab
         mana mungkin kita dapat menyimak pembicaraan seseorang seandainya
         bahasa pengantar yang dipakai pembicaraan tidak kita pahami. Demikian
         pula mana mungkin mampu menyimak dengan baik seandainya integensi
         penyimak itu sangat rendah, termasuk kelompok debil, idiot, dan
         sebagainya.
     8) Faktor lain, yaitu latihan yang cukup. Kita selalu ingat bahwa menyimak
          merupakan keterampilan, yakni keterampilan berbahasa. Mana mungkin
          keterampilan tanpa didukung dengan latihan yang memadai.


8. Faktor yang Mempengaruhi Menyimak
          Faktor yang mempengaruhi menyimak menurut Hunt dalam Tarigan(1990:
97) adalah: sikap, motivasi, pribadi, situasi kehidupan, dan peranan dalam
masyarakat.
           Sementara Logan (dalam Tarigan 1990: 98) mengemukakan bahwa yang
mempengaruhi menyimak adalah faktor lingkungan, fisik, psikologios, dan
pengalaman.




Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                  I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

           Selain itu, Webb (Tarigan 1990: 97) menambahkan bahwa perbedaan jenis
kelamin juga mempengaruhi menyimak.
           Jadi faktor yang mempengaruhi menyimak adalah sikap, motivasi, pribadi,
situasi kehidupan, peranan dalam masyarakat, faktor lingkungan, fisik, psikologis,
pengalaman, dan perbedaan jenis kelamin.



     9.    Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Menyimak
           Menurut (Tarigan, 1989: 34) ada empat faktor untuk menentukan
keberhasilan menyimak yaitu:
   1. Faktor Pembicara
          Ada enam tuntutan yang harus dipenuhi pembicara yaitu sebagai beikut:
           a. Penguasaan materi
              Pembicara harus menguasai materi yang akan disampaikan. Pembicara
              dalam menyampaikan materi harus menguasai, memahami, menghayati
              apa yang disampaikan pada penyimak.
           b. Berbahasa baik dan benar
              Pembicara dalam menyampaikan isi pembicaraan harus menggunakan
              ucapan yang jelas, intonasi yang tepat, kalimat yang sederhana dan
              istilah yang tepat. Selain itu isi pembicaraan harus sesuai dengan tarap
              penyimaknya.
           c. Percaya diri
              Pembicara harus percaya diri, tampil dengan mantap serta menyakinkan
              penyimak.
           d. Berbicara sistematis
              Pembicaraan yang disampaikan harus sistematis dan bahan yang
              disampaikan mudah dipahami.
           e. Gaya menarik
              Pembicara harus tampil menarik dan simpatik, tidak bertingkah laku
              berlebihan karena akan membuat penyimak beralih dari isi pesan ke
              tingkah laku yang dianggap aneh.
           f. Kontak dengan penyimak
              Dalam berbicara, pembicara harus kontak dengan penyimak dan
              menghargai, menghormati serta menguasai para penyimak.


Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                      I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

     2. Faktor Pembicaraan
         a. Aktual
             Pembicaraan yang disampaikan harus baru atau hangat, karena ini akan
             menarik dan diminati oleh penyimaknya.
         b. Bermakna
             Pembicaraan yang disampaikan harus bermakna dan berguna bagi
             penyimaknya Dalam hal ini setiap materi yang disampaikan tidaklah
             semua bermakna bagi penyimaknya, ini tergantung dari kebutuhan
             penyimaknya.
         c. Sistematis
             Dalam berbicara, pembicaraan yang disampaikan harus sistematis agar
             mudah dipahami oleh penyimaknya.
         d. Seimbang
             Taraf kesukaran pembicaraan harus seimbang dengan taraf kemampuan


             Penyimak yaitu mudah dipahami dan berguna bagi penyimaknya.

     3. Situasi
         Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam situasi proses menyimak.
         a. Ruangan
             Dalam menyimak, ruangan perlu diperhatikan yaitu ruangan yang
             memenuhi persyaratan. Misalnya penerangan, tempat duduk, tempat
             pembicara, luas ruangan dan alat-alatnya.
         b. Waktu
             Waktu sangat penting dalam menyimak karena ini akan mempengaruhi
             si penyimak. Pilihlah waktu yang tepat misalnya; pada pagi hari saat
             menyimak masih segar dan rilek.
         c. Tenang
             Suasana        dan     lingkungan    yang   tenang   serta   nyaman        sangat
             mempengaruhi proses menyimak. Apabila suasana kurang tenang, maka
             proses penyimakan pun kurang berhasil dengan baik.
         d. Peralatan




Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                           I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

             Peralatan yang digunakan dalam menyimak harus mudah dioperasikan
             karena kalau tidak dapat digunakan dan tidak baik akan mengganggu
             penyimak.
    4. Penyimak
         Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan menyangkut diri si penyimak.
         a. Kondisi
             Dalam menyimak, kondisi dan mental penyimak harus baik karena ini
             sangat menunjang dalam menyimak.
         b. Konsentrasi
             Penyimak harus memusatkan perhatian terhadap bahan simakan.
             Hindari hal-hal yang mengganggu konsentrasi penyimak.
         c. Bertujuan
             Dalam menyimak, penyimak harus mempunyai tujuan agar dalam
             merumuskan tujuan secara tegas mempunyai arah dan keinginan dalam
             menyimak.
         d. Berminat
              Penyimak dalam menyimak harus berminat atau berusaha meminati.
              Bahan yang disimak dikembangkan melalui bimbingan dan latihan
              yang intensif.



     10. Teknik Pembelajaran Menyimak
          Untuk meningkatkan pembelajaran keterampilan menyimak dan agar
pembelajarannya menarik, ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam
proses belajar mengajar. Teknik-teknik itu antara lain sebagai berikut ini.

     1. Simak Ulang-Ucap
          Teknik simak-ulang ucap digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa
dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas. Guru dapat mengucapkan atau
memutar rekaman buyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom,
semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa
menirukan. Teknik ini dapat dilakukan secaea individual, kelompok, dan klasikal.

     2. Identifikasi Kata Kunci



Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                    I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

          Untuk menyimak kalimat yang panjang siswa perlu mencari kalimat
intinya. Kalimat inti itu dapat dicari melalui beberapa kata kunci. Kata kunci
itulah yang mewakili pengertian kalimat.

     3. Parafrase
          Guru menyiapkan sebuah puisi dan dibacakan atau diperdengarkan.
Setelah menyimak siswa diharapkan dapat menceritakan kembali isi puisi tadi
dengan kata-katanya sendiri.

     4. Merangkum
          Guru menyiapkan bahan simakan yang cukup panjang. Materi itu
disampaikan secara lisan kepada siswa dan siswa menyimak. Setelah selesai
menyimak siswa disuruh membuat rangkuman.

     5. Identifikasi Kalimat Topik
          Setiap paragraf dalam wacana minimal mengandung dua unsur yaitu:
(a) kalimat tipok, (b) kalimat pengembang. Posisi kalimat topik dapat di awal,
tengah, dan akhir. Setelah menyimak paragraf siswa disuruh mencari kalimat
topiknya.

     6. Menjawab Pertanyaan
          Untuk memahami simakan yang agak panjang, guru dapat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat menggali pemahaman siswa.

     7. Bisik Berantai
          Suatu pesan dapat dilakukan secara berantai. Mulai dari guru membisikkan
pesan kepada siswa pertama dan dilanjutkan kepada siswa berikutnya sampai
siswa terakhir. Siswa terakhir harus mengucapkannya dengan nyaring. Tugas guru
adalah menilai apakah yang dibisikkan tadi sudah sesuai atau belum. Jika belum
sesuai, bisikan dapat diulangi, jika sudah sesuai bisikan dapat diganti dengan
topik yang lain.

     8. Menyelesaikan Cerita
          Guru memperdengarkan suatu cerita sampai selesai. Setelah siswa selesai
menyimak, guru menyuruh seseorang untuk menceritakan kembali dengan kata-


Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                   I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

katanya sendiri. Sebelum selesai bercerita, guru menghentikan cerita siswa tadi
dan menggantikan dengan siswa lain yang bertugas menyelesaikan.




11. Ciri-ciri Penyimak yang Baik
          Setiap manusia yang lahir dalam keadaan yang normal tentu sudah
mempunyai potensi yang baik untuk menyimak. Potensi ini perlu dipupuk dan
dikembangkan melalui bimbingan dan latihan yang intensif. Tetapi kebiasaan
menyimak yang baik hendaknya dipahami oleh seorang penyimak, sehingga dapat
menghilangkan kebiasaan-kebiasaan tidak baik yang mereka lakukan dalam
proses menyimak. Adapun ciri-ciri penyimak yang baik menurut Anderson adalah
sebagai berikut.


    1) Siap fisik dan mental
         Penyimak yang baik ialah penyimak yang betul-betul mempersiapkan diri
         untuk menyimak. Ia memiliki kesiapan fisik dan mental misalnya, dalam
         kondisi yang sehat, tidak lelah, mental stabil, dan pikiran jernih.
     2) Konsentrasi
         Penyimak yang baik dapat memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap
         apa yang disimak. Bahkan ia dapat menghubungkan bahan yang disimak
         dengan apa yang sudah diketahui.
    3) Bermotivasi
         Penyimak yang baik mempunyai motivasi atau mempunyai tujuan tertentu.
         Misalnya; ingin menambah pengetahuan, ingin mempelajari sesuatu. Ada
         tujuan atau motivasi ini tentunya untuk memotivasi penyimak untuk
         sungguh-sungguh menyimak.
    4) Objektif
         Penyimak yang baik adalah penyimak yang selalu tahu tentang apa yang
         sedang dibicarakan dan sebaiknya penyimak selalu menghargai pembicara,
         walaupun pembicara kurang menarik penampilannya atau sudah dikenal
         oleh penyimak.
     5) Menyimak secara utuh (menyeluruh)



Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                       I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

         Penyimak yang baik akan menyimak secara utuh atau keseluruhan. Si
         penyimak tidak hanya menyimak yang disukai tetapi menyimak secara
         keseluruhan.




     6) Selektif
         Penyimak yang baik dapat memilih bagian-bagian yang dianggap penting
         dari bahan simakan. Tidak semua bahan simakan diterima begitu saja,
         tetapi ia dapat menentukan bagian yang dianggap penting.
    7) Tidak mudah terganggu
         Penyimak yang baik tidak mudah terganggu oleh suara-suara yang lain di
         luar bunyi yang disimaknya. Andaikata ada gangguan yang membedakan
         perhatiannya, dengan cepat ia kembali kepada bahan yang disimaknya.
    8) Menghargai pembicara
         Penyimak yang baik adalah penyimak yang menghargai pembicara.
         Penyimak tidak boleh menganggap remeh terhadap pembicara.
    9) Cepat menyesuaiakan diri dan kenal arah pembicaraan
         Penyimak yang baik dapat dengan cepat menduga ke arah mana
         pembicaraan bahkan mungkin ia dapat menduga garis besar isi
         pembicaraan.
    10) Tidak emosi
         Penyimak yang baik dapat menyimak dengan baik terhadap pokok
         pembicaraan serta dapat mengendalikan emosinya dan tidak mencela
         pembicara.
    11) Kontak dengan pembicara
         Penyimak yang baik mencoba mengadakan kontak dengan pembicara.
         Misalnya dengan memperhatikan pembicara, memberikan dukungan
         kepada pembicara melalui mimik, gerak atau ucapan tertentu.
    12) Merangkum
         Penyimak yang baik dapat menangkap isi pembicaraan atau bahan
         simakan. Misalnya dengan membuat rangkuman dan menyajikan atau
         menyampaikannya sesudah selesai menyimak. Namun perlu diingat,
         selama menyimak jangan hanya asyik membuat catatan-catatan. Apabila


Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                     I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

         mencatat semua yang diucapkan atau semua yang disampaikan pembicara,
         sehingga pesan pembicara tidak lagi dapat dipahami.
    13) Menilai
         Penyimak yang baik ialah proses penilaian terhadap materi yang
         disampaikan. Pada saat ini penyimak mulai menimbang, memeriksa,
         membandingkan apakah pokok-pokok pikiran yang dikemukakan si
         pembicara dikaitkan              atau    dihubungkan dengan   pengalaman        atau
         pengetahuan si penyimak, sehingga ia dapat menilai kekuatan bahan
         simakan tersebut.
    14) Mendengarkan tanggapan
         Bagian terakhir dari proses menyimak ialah mengevaluasi bahan simakan.
         Penyimak mengemukakan tanggapan atau reaksi misalnya, dengan
         mengemukakan komentar. Reaksi akan terlihat dalam bentuk bahasa dan
         terpancar dari ucapan-ucapan yang pendek seperti; wah, menarik sekali,
         bagus, setuju, sependapat dan sebagainya.


12. Kendala dalam Menyimak
          Menurut Russel dan Black dalam Tarigan (1990: 82-86), menyatakan
bahwa ada beberapa kendala dalam menyimak, yaitu sebagai berikut.
         1. Keegosentrisan
         2. Keengganan ikut terlibat
         3. Ketakutan akan perubahan
         4. Keinginan menghindari pertanyaan
         5. Puas terhadap penampilan eksternal
         6. Pertimbangan yang prematur
         7. Kebingungan semantik.


13. Cara Meningkatkan Prilaku Menyimak
          Menurut Mc. Cabe dan Bender dalam Tarigan, ada beberapa langkah
untuk meningkatkan keterampilan menyimak, yaitu sebagai berikut.
     a. Menerima keanehan sang pembicara
         Penyimak rela atau mau menerima keanehan atau keganjilan yang terdapat
         pada penampilan pembicara.


Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                         I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

     b. Memperbaiki sikap
         Penyimak tidak berpura-pura menyimak pikirannya telah melayang ke
         mana-mana.
     c. Memperbaiki lingkungan
         Pilihlah tempat yang memungkinkan untuk menyimak lebih baik, jangan
         memilih tempat duduk dekat pintu tempat para partisipan keluar masuk.
     d. Meningkatkan pembuatan catatan
         Dalam menyimak sebaiknya apa yang disimak harus dicatat inti-intinya
         saja. Catatan yang baik dan bermutu tidak tergantung pada panjangnya
         catatan, tetapi pada ketepatan memilih butir-butir gagasan yang penting
         dalam kalimat.
     e. Menyaring tujuan menyimak yang spesifik
         Menetapkan tujuan khusus dalam menyimak akan membantu kita
         memusatkan perhatian pada kegiatan menyimak. Andaikata kita menyimak
         mempunyai tujuan menangkap garis besar argumen utama sang pembicara,
         maka sebaiknya kita memusatkan perhatian ke arah yang dituju.
     f. Memanfaatkan waktu secara bijaksana
         Kecepatan dalam menyimak jauh lebih cepat daripada kecepatan
         berbicara. Oleh karena itu perlu direncanakan penggunaan waktu secara
         diferensial. Arahakanlah penyimakan kepada sang pembicara dan
         ramalkanlah ide-idenya yang baru. Gunakanlah waktu semaksimal
         mungkin untuk menyimak pembicaraan yang sedang berlangsung.
     g. Menyimak secara rasional
         Dalam menyimak harus disadari kadangkala kita mereaksi emosional, ini
         dapat mempengaruhi kegiatan menyimak. Oleh sebab itu kita harus
         menahan emosi dengan cara memusatkan perhatian pada pembicaraan
         yang sedang berlangsung.
     h. Berlatih menyimak bahan-bahan yang sulit
         Dalam menyimak biasakanlah berlatih menyimak bahan atau materi sulit
         yang diutarakan pembicara. Perluaslah wawasan dengan menerima
         tantangan karena dengan tantangan maka pengetahuan akan bertambah.




Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                  I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

B. Keterampilan Berbicara
1. Pengertian Berbicara
          Seperti telah kita ketahui bahwa dalam kegiatan menyimak aktivitas kita
awali dengan mendengarkan dan diakhiri dengan memahami atau menanggapi.
Kegiatan berbicara tidak demikian. Kegiatan berbicara diawali dari suatu pesan
yang harus dimiliki pembicara yang akan disampaikan kepada penerima pesan
agar penerima pesan dapat menerima atau memahami isi pesan itu. Manusia
sebagai makhluk sosial memerlukan hubungan dan kerja sama dengan manusia
lain. Hubungan dengan manusia lainnya itu antara lain berupa menyampaikan isi
pikiran dan perasaan, menyampaikan suatu informasi, ide atau gagasan serta
pendapat atau pikiran dengan suatu tujuan. Dalam menyampaikan pesan
seseorang menggunakan suatu media atau alat yaitu bahasa, dalam hal ini bahasa
lisan. Seorang yang akan menyampaikan pesan tersebut mengharapkan agar
penerima pesan dapat memahaminya. Pemberi pesan disebut juga pembicara dan
penerima pesan disebut penyimak atau pendengar. Peristiwa proses penyampaian
pesan secara lisan seperti itu disebut berbicara. Untuk lebih rincinya, dapat dilihat
beberapa pendapat di bawah ini.

     •    Berbicara adalah beromong, bercakap, berbahasa, mengutarakan isi
          pikiran, melisankan sesuatu yang dimaksudkan (KBBI, 2005: 165).

     •    Menurut Tarigan (tanpa tahun: 15), menjelaskan bahwa berbicara adalah
          kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
          mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan
          perasaan. Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat
          didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan
          sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan
          gagasan-gagasan atau ide yang dikombinasikan.
     •    Menurut Djago Tarigan, dkk (1998: 34), menjelaskan bahwa berbicara
          adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.


     •    Menurut Suhendar dan Supinah (1992: 16), berbicara merupakan suatu
          peristiwa penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan, perasaan) seseorang



Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                    I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

           kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan (ujaran) sehingga
           maksud tersebut dipahami orang lain.
           Kesimpulan:
           Berbicara merupakan suatu peristiwa mengekspresikan, mengutarakan,
           menyatakan, serta menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan perasaan
           dengan menggunakan bahasa lisan (ujaran) kepada orang lain.

           Kalau diamati dalam kehidupan sehari-hari, banyak didapati orang yang
berbicara. Namun tidak semua orang didalam berbicara itu memiliki kemampuan
yang baik di dalam menyampaikan isi pesannya kepada orang lain sehingga dapat
dimengerti sesuai dengan keinginannya, dengan kata lain, tidak semua orang
memiliki kemampuan yang baik didalam menyelaraskan atau menyesuaikan
dengan detail yang tepat antara apa yang ada dalam pikiran atau perasaannya
dengan apa yang diucapkannya sehingga orang lain yang mendengarkannya dapat
memiliki pengertian dan pemahaman yang pas dengan keinginan si pembicara.
           Untuk penyampaian hal-hal yang sederhana mungkin bukanlah suatu
masalah, akan tetapi untuk menyampaikan suatu ide/gagasan, pendapat,
penjelasan terhadap suatu permasalahan, atau menjabarkan suatu tema sentral,
biasanya memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi bagi seorang pembicara
yang belum terbiasa, bahkan tidak semua orang mampu melakukannya dengan
baik. Dibutuhkan suatu keterampilan atau kecakapan dengan proses latihan yang
secukupnya untuk dapat tampil dengan baik menjadi seorang pembicara yang
handal.
          Keterampilan berbicara pada dasarnya harus dimiliki oleh semua orang
yang didalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik yang sifatnya satu arah
maupun yang timbal balik ataupun keduanya. Keterampilan berbicara menunjang
keterampilan bahasa lainnya. Pembicara yang baik mampu memberikan contoh
agar dapat ditiru oleh penyimak yang baik. Pembicara yang baik mampu
memudahkan penyimak untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan.
          Kehidupan manusia setiap hari dihadapkan dalam berbagai kegiatan yang
menuntut keterampilan berbicara. Contohnya dalam lingkungan keluarga, dialog
selalu terjadi, antara ayah dan ibu, orang tua dan anak, dan antara anak-anak itu
sendiri.



Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                   I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

         Di luar lingkungan keluarga juga terjadi pembicaraan antara tetangga
dengan tetangga, antar teman sepermainan, rekan kerja, teman perkuliahan dan
sebagainya. Terjadi pula pembicaraan di pasar, di swalayan, di pertemuan-
pertemuan, bahkan terkadang terjadi adu argumentasi dalam suatu forum. Semua
situasi tersebut menuntut agar kita mampu terampil berbicara.


     2. Pengertian Keterampilan Berbicara Bahasa Bali
         Keterampilan berbicara bahasa Bali berarti mempunyai kemampuan untuk
mengekspresikan, mengutarakan, menyatakan, serta menyampaikan ide, gagasan,
pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa Bali yang baik dan benar.
Baik, dalam arti menggunakan pilihan kata-kata (diksi) yang indah dan mampu
memikat hati orang yang mendengar. Benar, dalam arti tepat dalam penempatan
kata-kata sesuai dengan anggah-ungguhing basa Bali.

     3. Unsur Dasar Berbicara
         Di dalam kegiatan berbicara terdapat lima unsur yang terlibat yaitu:
         a. pembicara
         b. isi pembicaraan
         c. saluran
         d. penyimak, dan
         e. tanggapan penyimak


     4. Konsep Dasar Berbicara
         Kemampuan berbicara                      setiap orang berbeda-beda tergantung dari
karakteristik dan latar belakang lingkungannya. Sehubungan dengan hal tersebut
pengajaran berbicara pun harus berlandaskan konsep dasar berbicara sebagai
sarana berkomunikasi.
          Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan
hal, yakni:
               a. berbicara dan menyimak adalah suatu kegiatan resiprokal,
               b. berbicara adalah proses individu berkomunikasi,
               c. berbicara adalah ekspresi kreatif,
               d.   berbicara adalah tingkah laku,
               e. berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari,

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                             I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

               f. berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman,
               g. berbicara sarana memperluas cakrawala,
               h.   kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat,
               i. berbicara adalah pancaran kepribadian (Logan dkk.,
                    1972:104-105).



     5. Tujuan berbicara
          Seorang pembicara dalam menyampaikan pesan kepada orang lain pasti
mempunyai tujuan, ingin mendapatkan respons atau reaksi. Respons atau reaksi
itu merupakan suatu hal yang menjadi harapan. Tujuan atau harapan pembicaraan
sangat tergantung dari keadaan dan keinginan pembicara.
Secara umum tujuan pembicaraan adalah sebagai berikut:
         a. mendorong atau menstimulasi,
         b. meyakinkan,
         c. menggerakkan,
         d. menginformasikan, dan
         e. menghibur.
          Tujuan suatu uraian dikatakan mendorong atau menstimulasi apabila
pembicara berusaha memberi semangat dan gairah hidup kepada penyimak.
Reaksi yang diharapkan adalah menimbulkan inpirasi atau membangkitkan emosi
para penyimak. Misalnya, sambutan Ketua Porsenijar Karangasem di hadapan
peserta yang akan            berlomba di Denpasar bertujuan agar peserta Porsenijar
memiliki semangat berlomba yang                     tinggi dalam rangka menjaga nama baik
Karangasem.
          Tujuan suatu uaraian atau ceramah dikatakan meyakinkan apabila
pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan, pendapat atau sikap para
penyimak. Alat yang paling penting dalam uraian itu adalah argumentasi. Untuk
itu diperlukan bukti, fakta, dan contoh konkret yang dapat memperkuat uraian
untuk meyakinkan penyimak. Reaksi yang diharapkan adalah adanya persesuain
keyakinan, pendapat atau sikap atas persoalan yang disampaikan.
          Tujuan       suatu      uraian      disebut   menggerakkan     apabila    pembicara
menghendaki adanya tindakan atau perbuatan dari para penyimak. Misalnya,
berupa       seruan      persetujuan         atau    ketidaksetujuan,   pengumpulan        dana,


Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                             I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

penandatanganan suatu resolusi, mengadakan aksi sosial. Dasar dari tindakan atau
perbuatan itu adalah keyakinan yang mendalam atau terbakarnya emosi.
          Tujuan suatu uraian dikatakan menginformasikan apabila pembicara ingin
memberi informasi tentang sesuatu agar para penyimak dapat mengerti dan
memahaminya. Misalnya: seorang guru menyampaikan pelajaran di kelas, seorang
dokter      menyampaikan            masalah       kebersihan   lingkungan,   seorang        polisi
menyampaikan masalah tertib berlalu lintas, dan sebagainya.
          Tujuan suatu uraian dikatakan menghibur, apabila pembicara bermaksud
menggembirakan atau menyenangkan para penyimaknya. Pembicaraan seperti ini
biasanya dilakukan dalam suatu resepsi, ulang tahun, pesta, atau pertemuan
gembira lainnya. Humor merupakan alat yang paling utama dalam uraian seperti
itu. Reaksi atau respons yang diharapkan adalah timbulnya rasa gembira, senang,
dan bahagia pada hati pendengar. Misalnya, dialog dalam kegiatan sendratari,
drama, wayang kulit, dan lain sebagainya.



     6. Jenis-jenis Kegiatan Berbicara
          Berbicara bahasa Bali dibedakan menjadi dua, yaitu:
          (1) berbicara formal (resmi), dan
          (2) berbicara informal (tidak resmi).
         Dengan adanya perbedaan kegiatan berbicara tersebut, maka menyebabkan
adanya dua jenis bahasa, yaitu basa pakraman dan basa pasuitrayan. Basa
Pakraman adalah bahasa Bali yang digunakan untuk berbicara di dalam
pertemuan-pertemuan resmi seperti di dalam peparuman adat, di dalam upacara
agama, dan pengajaran bahasa Bali di kelas. Dalam lingkup ini ada aturan tertentu
yang relatif lebih ketat, misalnya pakaian, situasi, tema, kosa kata,
dan gaya berbicara dikemas dalam lingkup resmi.
          Adapun bentuk berbicara dengan menggunakan basa pakraman (resmi)
tersebut adalah sebagai berikut.
    (1) Pidarta (pidato);
    (2) Sambrama Wacana (sambutan);
    (3) Dharma Wacana (ceramah/kotbah);
    (4) Atur Piuning (laporan);
    (5) Dharma Tula (diskusi);


Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                              I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

    (6) Widya Tula (diskusi tentang ilmu pengetahuan); dan
    (7) Pakeling (pengumuman).

         Basa Pasuitrayan adalah bahasa Bali yang digunakan untuk berbicara di
dalam pergaulan sehari-hari atau tidak resmi (informal). Kegiatan berbicara
informal lebih banyak kelonggarannya. Situasinya lebih familier, bahasanya
bebas, pakaiannya tidak diatur, demikian pula format dan gaya pembicaraannya.
Berbicara informal meliputi bertukar pikiran, percakapan, penyampaian berita,
bertelepon, dan memberi petunjuk.



     7. Metode Berbicara
          Ada empat cara atau teknik yang dapat atau biasa digunakan orang dalam
menyampaikan pembicaraan (H.G. Tarigan), yaitu sebagai berikut.

     (a) Metode Impromptu ‘Serta Merta’
          Dalam hal ini pembicara tidak melakukakan persiapan lebih dulu sebelum
berbicara, tetapi secara serta merta atau mendadak berbicara berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya. Pembicara menyampaikan pengetahuannya
yang ada, dihubungkan dengan situasi dan kepentingan saat itu.

     (b) Metode Menghafal
          Pembicara sebelum melakukan kegiatannya melakukan persiapan secara
tertulis, kemudian dihafal kata demi kata, kalimat demi kalimat. Dalam
penyampaiannya pembicara tidak membaca naskah. Ada kecenderungan
pembicara berbicara tanpa menghayati maknanya, berbicara terlalu cepat. Hal itu
dapat menjemukan, tidak menarik perhatian penyimak. Mungkin juga ada
pembicara yang berhasil dengan metode ini. Metode ini biasanya digunakan oleh
pembicara pemula atau yang masih belum biasa berbicara di depan orang banyak.

     (c) Metode Naskah
          Pada metode ini pembicara sebelum berbicara terlebih dulu menyiapkan
naskah. Pembicara membacakan naskah itu di depan para penyimaknya. Hal ini
dapat kita perhatikan pada atur piuning (laporan) ketua panitia pelaksanaan
kegiatan pasraman remaja kepada Bapak bupati Karangasem. Pembicara harus
memiliki kemampuan menempatkan tekanan, nada, intonasi, dan ritme. Cara ini


Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                  I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

sering kurang komunikatif dengan penyimaknya karena mata dan perhatian
pembicara selalu ditujukan ke naskah. Oleh karena itu, apabila akan menggunakan
metode harus melakukan latihan yang intensif.

     (d) Metode Ekstemporan
          Dalam hal ini pembicara sebelum melakukan kegiatan berbicara terlebih
dahulu mempersiapkan diri dengan cermat dan membuat catatan penting atau
catatan kecil tentang topik pembicaraan. Catatan itu digunakan sebagai pedoman
pembicara dalam melakukan pembicaraannya. Dengan pedoman itu pembicara
dapat mengembangkannya secara bebas.


     8.   Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara
          Keterampilan berbicara seseorang, sangat dipengaruhi oleh dua faktor
penunjang utama, yaitu internal dan eksternal.
          Faktor internal adalah segala sesuatu potensi yang ada di dalam diri orang
tersebut, baik fisik maupun non fisik (psykhis). Faktor pisik adalah menyangkut
dengan kesempurnaan organ-organ tubuh yang digunakan didalam berbicara
misalnya, pita suara, lidah, gigi, dan bibir, sedangkan faktor non fisik diantaranya
adalah: kepribadian (kharisma), karakter, temparamen, bakat (talenta), cara
berfikir dan tingkat intelegensi.
           Faktor eksternal misalnya tingkat pendidikan, kebiasaan, dan lingkungan
pergaulan. Namun demikian, kemampuan atau keterampilan berbicara tidaklah
secara otomatis dapat diperoleh atau dimiliki oleh seseorang, walaupun ia sudah
memiliki faktor penunjang utama baik internal maupun eksternal yang baik.
Kemampuan atau keterampilan berbicara yang baik dapat dimiliki dengan jalan
mengasah dan mengolah serta melatih seluruh potensi yang ada.




Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                    I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

                                                  BAB II
                       Anggah-Ungguhing Basa Bali


          Basa Bali sinalih tunggil basa daérahé ring Indonésia sané maderbé
wangun masor singgih. Sor singgih basa Baliné, mangkin kawastanin Anggah-
ungguhing Basa Bali (parinama manut Pasamuhan Agung Basa Bali, warsa 1974
ring Singaraja). J. Kersten S. V. D., maosang antuk istilah Warna-warna Bahasa
Bali. Taler wénten sané maosang antuk “Unda-usuk Basa Bali” olih Tim Peneliti
Fakultas Sastra Unud warsa 1978/1979, miwah “Sor Singgih Basa” olih I Nengah
Tinggen. Uratian ngeninin indik basa Bali taler nudut kayun Ida Bagus Udara
Narayana makarya skripsi sane mamurda “Anggah-ungguhing Basa Bali dalam
Kehidupan Masyarakat Bali” duk warsa 1983.
          Kawéntenan anggah-ungguhing basa sajeroning basa Bali taler nganutin
pakibeh jagat Baliné, sané kantos mangkin kantun manggeh mawit sangkaning
kawéntenan palapisan masyarakat Bali minakadi palapisan masyarakat Bali Purwa
(tradisional) miwah masyarakat Bali Anyar (modérn).
          Palapisan masyarakat Bali Purwa (tradisional) metu saking pamijilan
utawi (keturunan). Sangkaning pamijilan krama Baliné, wénten Tri Wangsa
miwah Wangsa Jaba. Sané kabaos Tri Wangsa inggih punika tetiga wangsané
sané kabaos sang singgih, minakadi; Brahmana, Ksatria, miwah Wésia. Raris sané
kabaos Wangsa Jaba saha kabaos sang sor wantah sameton Baliné sané mawit
saking Sudra Wangsa. Salanturnyané sajeroning palapisan masyarakat Bali Anyar
(modérn) wénten Sang Singgih sané kabaos prakanggé utawi prayayi minakadi
sang maraga guru wisésa (pejabat), majikan, direktur, manajer, réktor, dosén,
guru, bendésa, sulinggih miwah sané lianan. Sané kabaos Sang Sor inggih punika
anaké sané madué linggih soran ring prakanggéné i wawu minakadi: tukang sapu,
sopir, tukang ketik surat, pegawai, buruh, murid, mahasisia, parekan, panyroan
(pembantu), miwah sané lianan.
          Majalaran ring kawéntenan pabinayan linggih punika raris metu tata
krama mabebaosan sané waluyané pinaka uger-uger sajeroning mabaos Bali,
sakadi puniki.



Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali               I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

          1) Wangsa Jaba ri kalaning mabaos utawi maatur-atur ring sang maraga
               Tri Wangsa kapatutang nganggén basa Alus.
               Upami:              I Madé         ring Ida Bagus                    matur
               (Bs.alus)
                                   I Dolar        ring Gusti Patih           matur (Bs.
               Alus)
          2) Tri Wangsa ri kalaning mabebaosan ring sang maraga Wangsa Jaba
               kangkat mabaos Andap (mabasa biasa, nénten Alus).
               Upami:              Raja Tua         ring I Dadab          mabaos (Bs.
               Andap)
                                   Ida Bagus         ring I Madé          mabaos (Bs.
               Andap)
          3) Para pegawé utawi jadma sané linggihnyané soran, ri kalaning mabaos
               ring sang maraga prakanggé utawi prayayi patut mabaos Alus.
               Upami:              sopir          ring Réktor        matur (Bs. Alus)
                                   Pegawai          ring Bupati              matur (Bs.
               Alus)
          4) Prakanggé utawi prayayi , ri kalaning mabaos ring sang sané soran
               kangkat mabaos ngangén basa Andap utawi basa Biasa.
               Upami:              Diréktur         ring nupekon          mabaos (Bs.
               Andap)
                                   Majikan          ring buruh            mabaos (Bs.
               Andap)


     A. Wirasan Kruna Basa Bali
          Malarapan antuk kawéntenan linggih krama Baliné punika, metu kruna-
kruna basa Bali sané taler maderbé wirasa matios-tiosan. Manut wirasannyané,
kruna-kruna basa Baliné kapalih dados pitung soroh, inggih punika: (1) kruna
andap, (2) kruna mider, (3) kruna alus mider (Ami), (4) kruna alus madia (Ama),
(5) kruna alus singgih (Asi), (6) kruna alus sor (Aso), lan (7) kruna kasar.


          1) Kruna Andap




Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                      I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

                    Duké nguni, kruna andap puniki kawastanin kruna lepas hormat
          utawi Kruna Kapara, inggih punika kruna-kruna sané wirasan basannyané
          andap (éndép), nénten alus miwah nénten kasar. Kruna-kruna puniki
          kanggén mabaos antuk anaké sané sesamén wangsa, sesamén linggih
          utawi olih sang singgih ring sang sor.




               Conto Kruna Andap:

              suba                    -    teka                      - ngenceh
              mara                    -    payu            -   madaar
              dingeh                  -    aba             -   batis
              ngigel                  -    jemak           -   kemu
              panak                   -    beli            -   baang
              eda                               - alih               - tunden




          2) Kruna Mider
                    Kruna Mider inggih punika kruna-kruna basa Baliné sané maderbé
          wangun wantah asiki, nénten maderbé wangun alus, nénten maderbé
          wangun tiosan, mawinan dados maideran sajeroning bebaosan. Binanipun
          ring kruna alus mider; alus mider maderbé wangun andap, nanging kruna
          mider nénten maderbé wangun andap utawi wangun sané tiosan. Sapunika
          taler, Kruna Mider matiosan ring Kruna Andap. Yéning Kruna Mider
          nénten maderbé wangun tiosan, nanging Kruna Andap maderbé wangun
          alus.


               Conto Kruna Mider:

              kija                              - tembok            - laptop
              nyongkok                -    celana          -   kabel
              spidol                  -    radio           -   abulih
              bunter                  -    gilik           -   akuda
              sendeh                  -    galak           -   angkid
              sepatu                  -    pulpen          -   msl




Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                           I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38



          3) Kruna Alus Mider (Ami)
                    Kruna Alus Mider inggih punika kruna-kruna basa Bali alus sané
          wirasan basannyané madué wiguna kekalih, dados kanggén nyinggihang
          sang maraga singgih, sapunika taler dados kanggén ngasorang sang
          maraga sor. Tiosan ring punika kruna alus mider taler madué wangun
          andap.


                    Conto Kruna Alus Mider (Ami):


                  Kruna Andap         Kruna Ami
              nawang                  - uning
              teka                          - rauh
              suba                    - sampun
              inget                   - éling
              meli                          - numbas
              ngadep                  - ngadol
              uli                           - saking
              krana                   - duaning




          4) Kruna Alus Madia (Ama)
                    Kruna Alus Madia inggih punika kruna-kruna basa Bali alus sané
          wirasan basannyané manengah. Kruna Alus Madia puniki makanten
          pinaka variasi kruna alus tiosan (Bagus, 1979: 179). Tiosan ring puniki,
          kamulan wénten kruna-kruna sané rasa basannyané alus madia, kruna alus
          sané kirang becik yéning kanggén mabebaosan sane alus.
                    Conto Kruna Alus Madia:

                  Kruna Andap Kruna Ama                  Kruna Ami

              ené, ento               -   niki nika      - puniki, punika
              suba                    -   ampun          - sampun
              iang                            - tiang          - titiang
              nah                             - nggih          - inggih
              kéto                            - kénten         - sapunika
              tusing                  -   ten            - nénten



Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                      I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38



          5) Kruna Alus Singgih (Asi)
               Kruna Alus Singgih inggih punika kruna-kruna basa Bali alus sané
          kanggén nyinggihang sang singgih. Kruna alus singgih puniki pinaka
          panegep Kruna Alus Mider, santukan Kruna Alus Singgih nénten maderbé
          wangun Alus Mider.




               Conto Kruna Alus Singgih:


                  Kruna Andap Kruna Asi                            Kruna Aso

              mati                                -     séda, lina,        - padem
                                                      ndéwata, lebar

              beling                  -   mobot          - abot
              Ia                             - Ida, Dané        - ipun
              nepukin                 -   manggihin      - ngantenang
              madan                   -   mapeséngan     - mawasta


          6) Kruna Alus Sor (Aso)
                    Kruna Alus Sor inggih punika kruna-kruna basa Baliné sané
          mawirasa alus, kanggén ngasorang raga utawi ngasorang anaké tiosan sané
          linggihnyané sor utawi andap.
               Conto Kruna Alus Sor:

                  Kruna Andap Kruna Aso                            Kruna Asi

              ngenceh                 -   mabanyu                  -   mawarih
              ningeh                  -   miragi                   -   mireng
              keneh                   -   manah                    -   kayun
              ngomong                 -   mapajar, matur           -   mabaos, ngandika
              ngamaang                -   ngwéhin, ngaturin        -   ngicénin
              baan                    -   antuk                    -    olih



          7) Kruna Kasar




Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                                  I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

                    Kruna Kasar inggih punika kruna-kruna basa Baliné sané wirasan
          basannyané kaon, saha ketah kanggén ri kalaning brangti, ri kalaning
          marebat utawi mamisuh.
               Conto Kruna Kasar:

                 Kruna Andap                          Kruna Kasar

              mati                                         - bangka
              madaar                              -   nidik, ngléklék, ngamah, mantet
              icang                               -   aké
              cai/nyai                            -   iba, nani
              sirep                               -   medem, mamelud

     B. Wirasan Lengkara Basa Bali


                    Lengkara inggih punika pupulan kruna sané madué teges sampun
          jangkep. Kawéntenan lengkara basa Baliné majanten kawangun antuk
          kruna-kruna sané masor-singgih sakadi sané sampun kabaos ring ajeng.
          Duaning asapunika lengkara-lengkara sané metu taler madué wirasa
          matios-tiosan manut ring kruna-kruna sané ngwangun lengkara punika.
          Malarapan antuk rasa basannyané punika, lengkara sajeroning basa Bali
          kaepah dados nenem, inggih punika: (1) lengkara alus singgih, (2)
          lengkara alus madia, (3) lengkara alus sor, (4) lengkara alus mider,
          (5) lengkara andap, miwah (6) lengkara kasar. Mungguing sané kanggén
          minayang soang-soang lengkara basa Baliné punika, inggih punika saking
          kruna pangentos sané kanggén sajeroning lengkara punika, sakadi:
                    -    Ida, Dané (alus singgih);
                    -    Titiang, ipun (alus sor);
                    -    Tiang, jero (alus madia);
                    -    Iraga, druéné (alus mider);
                    -    Icang, cai/nyai, ia (andap); lan
                    -    Iba, siga, nani, kola, waké (kasar).


     1) Lengkara Alus Singgih
                    Lengkara alus singgih madué wirasa alus sané kanggén
          nyinggihang            sang singgih, yadiastun nénten makasami kruna-


Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                                I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

          krunannyané saking kruna alus singgih. Lengkara alus singgih sering
          kawangun antuk kruna-kruna: alus singgih, kruna alus mider, miwah kruna
          mider.
          Upami:
               a. Ida kari makarya panggul.
                    (asi, ami, ami, mider)
               b. Dané Gusti Patih nénten mireng baos okanné.
                    (asi, ami, asi, asi, asi)
               c. Pak Bupati sampun lunga ka Jakarta.
                    (asi, ami, ami, mider, mider)
               d. Pak Gama pinaka ketua STKIP.
                    (asi, ami, mider, mider)


     2) Lengkara Alus Madia
                    Lengkara alus madia inggih punika lengkara Bali alus sané
          maderbé wirasa makanten kirang alus utawi kantun madia. Lengkara alus
          madia puniki akeh nganggén kruna-kruna alus madia. Sajaba punika taler
          maweweh kruna alus mider, kruna alus sor, kruna mider, miwah kruna
          andap.
          Upami:
               a) Tiang nunasang antuk linggih jeroné?
                    (ama, aso, aso, ami, ama)
               b) Tiang ten uning unduké nika.
                    (ama, ama, ami, andap, ama)
               c) Tiang kantun ngalap ron.
                    (ama, ami, andap, mider)
               d) Pak saking Abang, nggih?
                    (ama, ami, mider, ama)


     3) Lengkara Alus Sor
                    Lengkara alus sor inggih punika lengkara sané ngwetuang wirasa
          alus saha kanggén ngasorang raga utawi ngasorang anaké sané patut
          kasorang duaning linggihnyané pinaka sang sor. Lengkara alus sor puniki


Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                   I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

          kawangun antuk kruna-kruna alus sor, alus mider, andap, miwah kruna
          mider.
          Upami:
                    a) Titiang manyama sareng lelima.
                         (aso, andap, ami, mider)
                    b) Ipun kantun numbas celana ring Hardy’s.
                         (aso, ami, ami, mider, ami, mider)
                    c) Bapak titiangé wawu rauh saking bangket.
                         (aso, ami, ami, ami, ami)


                    d) Pekak titiange sampun padem.
                         (aso, ami, aso)


     4) Lengkara Alus Mider
                    Lengkara alus mider inggih punika lengkara alus sané kanggén
          mabaos antuk sang mabaos masarengan sang kairing mabaos. Lengkara
          alus mider puniki akéhan kawangun antuk kruna-kruna alus mider
          maweweh kruna mider. Lengkara alus mider sering nganggén kruna
          pangentos (kata ganti) iraga utawi druéné, duaning kanggén maosang
          indik kawéntenan sang mabaos miwah sang kairing mabaos (bahasa
          bersama/mengajak/persuasif).
          Upami:
                     a) Ngiring iraga sareng-sareng ngastiti Ida Hyang Widhi Wasa!
                         (ami,      ami,          ami,      ami,            asi)
                     b) Ida-dané sareng sami ngiring mangkin kawitin paruman
                          druéné!
                         (asi,       ami,         ami,   ami,   ami,      ami,     ami, ami)
                     c) Dumogi iraga sareng sami mangguh karahajengan.
                         (ami,       ami, ami, ami,         ami,         ami)
                     d) Parikrama puniki prasida labda karya antuk utsaha druéné.
                         (ami,          ami,      ami,      ami,       ami, ami,      ami)


     5) Lengkara Andap


Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                                  I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

                    Lengkara andap inggih punika lengkara basa Baliné sané
          wirasannyané biasa, nénten kasar taler nénten alus. Lengkara andap puniki
          kawangun antuk kruna-kruna sané andap miwah kruna mider.
          Upami:
                    a) Ia mara majalan ngabaang sampinné padang.
                         (andap, andap, andap, andap, mider)
                    b) Nyén adan timpal caine?
                         (andap, andap, andap, andap)
                    c) Icang lakar mayah montor ka dealer malu.
                         (andap, andap, andap, mider, mider, mider, andap)
                    d) Dija tongos mayah listrik jani?
                         (mider, andap, andap, mider, andap)


     6) Lengkara Kasar
                    Lengkara kasar inggih punika lengkara sané madué wirasa sané
          kaon. Yadiastun asapunika nénten ja makasami kruna-kruna sané
          ngwangun lengkara kasar punika saking kruna kasar. Taler maweweh
          kruna andap miwah kruna mider.
          Upami:
                    a) Yén suba betek basangné pragat suba mamelud di pedemanné.
                         (andap, andap, kasar, andap, andap, andap, kasar, andap, kasar)
                    b) Depang suba pang bangka polonné.
                         (andap, andap, andap, kasar, kasar)
                    c) Men cai, ngléklék di sanggah ngae WC!
                         (andap, andap, kasar, andap, andap, andap, mider)
                    d) Mula bungut ibane galir, data-data petang iba!
                         (andap, kasar, kasar, mider, andap, kasar, kasar)


     C. Wirasan Basa Bali
          Sané kabaos basa ring paplajahan puniki inggih punika bebaosan sané
kawangun antuk pupulan kruna-kruna sané panjang, lintangan ring napi sané
kabaos lengkara. Yéning mirengang anak mabaos, bebaosan punika pacang




Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                          I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

makanten sor-singgih, wénten sané alus, wénten sané madia, wénten sané andap,
taler wénten sané ,mawirasa kasar.
          Punika sami wantah sangkaning linggih sang sané mabaos, sapasira sané
kairing mabaos miwah sapasira sané kabaosang. Malarapan ring wirasannyané,
basa Baliné kapalih dados: (1) basa kasar, (2) basa andap, (3) basa basa madia,
miwah (4) basa alus.


     1. Basa Kasar
          Basa kasar inggih punika basa Baliné sané wirasannyané kaon, sering
kanggén marebat miwah mamisuh. Kanggén mabaos antuk anaké ri sedek duka,
brangti, wiroda (jengah), miwah kroda. Basa kasar kapalih malih dados kekalih:
(1) basa kasar pisan, miwah (2) basa kasar jabag.

   (1)       Basa Kasar Pisan
          Basa kasar pisan inggih punika basa Baliné sané wirasannyané yukti-yukti
          kaon, saha sering kanggén marebat utawi mamisuh.
          Conto Basa Kasar Pisan:
                    “Ih cicing, delikang matan ibané! Apa léklék iba mai ah? Awak
                    beduda pangkah nagih nandingin geruda. Yén awak beduda,
                    kanggoang to soroh tainé urek! Mai iba nuké anyud, patigrépé
                    polon ibané mai ngalih somah timpal. Dasar ibi cicing bengil,
                    pongah ngentut. Tuh kelik-kelik matan ibané, waluya matan buaya,
                    matan sundel. Magedi iba uli dini! Yén sing nyak iba magedi, to
                    cicing borosané lakar nyétsét clekotokan ibané!”


   (2)       Basa Kasar Jabag
          Basa kasar jabag inggih punika basa Baliné sané kawangun antuk basa
         andap, taler ring asapunapiné maweweh kruna-kruna alus madia, nanging
         kanggén mabaos ring sang singgih utawi kanggén maosang indik sang
         singgih. Dadosnyané, basa andap sané kanggén mabaos ring sang singgih
         miwah kanggén maosang sang singgih punika sané kabaos basa kasar
         jabag. Conto Basa Kasar Jabag:
                    “Ih Désak, payu malali bin mani? Yén Sak kal payu milu, ingetang
                    liunang ngaba bekel nah! Saya sing kal ngaba apa. Désak kar
                    cagerang. Yén Sak sing ngelah pis, Aku kal meliang malu. Kala
                    ingetang nyen kamu ngulihang nah!”

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                     I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38



     2. Basa Andap
          Basa andap inggih punika basa Baliné sané wirasannyané biasa, nénten
          kasar taler nénten halus. Basa andapé puniki kanggén mabebaosan antuk
          anake sané linggihnyané pateh utawi papadan (sesamén wangsa), miwah
          antuk anaké sané linggihnyané singgihan ring sang sané soran.
          Minakadi:
                Reraosan I bapa sareng I mémé,
                Bebaosan ida aji sareng Ida biang,
                Raos I bapa miwah I mémé ring pianaknyané,
                Raos embok/beli ring adinipun,
                Raos bapak/ibu guru ring muridnyané,
                Baos raja ring patih, panyroan, parekan,
                Baos patih ring parekan/panyroan,
                Baos majukan ring buruh,
                Baos pejabat ring pegawénnyané,
                Baos sang triwangsa ring wangsa jaba.

               Conto Basa Andap:
               “Luh ……. Luh Sunari. Tegarang ja tolih i padang, liglig ia
               kameranan, angajap-ajap kritisan ujan ané marupa tresnan luhé. Bedak
               layah ia ngulatiang sukalegan idep luhé apanga ia sida nu maurip dini
               di guminé. Tan péndah ia i tuké anyud, patigrépé ngalih paenjekan.
               Tulya i tabia dakep ané nyaratang tungguhan apanga sida nu idup di
               guminé”.

               Puniki raos I Wayan Duria ring tunanganipun Luh Sunari.

          Conto Basa Andap Tiosan:
               Pupuh Ginada
               Eda ngadén awak bisa,
               depang anaké ngadanin,
               geginané buka nyampat,
               anak sai tumbuh luu,
               ilang luu buké katah,
               yadin ririh,

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                    I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

               liu enu paplajahan.


     3. Basa Madia
          Basa madia inggih punika basa Baliné sané makanten sakadi basa alus,
          nanging wirasannyané kantun madia, santukan akéh kawangun antuk
          kruna-kruna alus madia. Basa madia puniki pinih akéh katemuang ring
          bebaosan Bali sajeroning pagubugan maparajana. Sapatutnyané maosang
          sampun, kabaos ampun, patutnyané        maosang inggih kabaos nggih,
          patutnyané maosang nénten kabaos ten, miwah selanturnyané.            Sajaba
          punika, basa madiané puniki sering kanggén mabebaosan antuk sameton
          Baliné sané durung pada kenal, sané ketah mabaos matiang-jero.
                    Pinaka conto basa madia pacang kaunggahang kekalih lagu pop
          Bali ring sor puniki, inggih punika lagu Pop Bali Rajapala miwah Bungan
          Sandat.


          RAJAPALA
          Jero-jero …
          anak lanang bagus genjing,
          wantah titiang widiadari,
          Kén Sulasih parab titiang.
                    Napi wénten …
                    ngambil busanan tiangé,
                    titiang nyadia mangentosin,
                    antuk jinah mas tur mirah.
          Rajapala parab titiang truna lara,
          yéning suéca pakayunan makronan,
          ratu ayu sareng titiang truna lara.
                    Mangkin wénten …
                    pinunas tiang ring beli,
                    yéning wénten putra adiri,
                    titiang mapamit ring beli.




Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                   I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

                    BUNGAN SANDAT
                    Yen gumanti bajang
                    Tan bina ia pucuk nedeng kembang
                    Disubane layu tan ada ngrunguang
                    ngemasin makutang
                              Becik malaksana
                              da gumanti dadi kembang bintang
                              mentik di rurunge
                              makejang mangempok raris kaentungang
                    Ia i bungan sandat
                    salayu-layu layunne miik
                    ‘to ia nyandang tulad
                    sauripe malaksana becik
                              Para truna-truni
                              mangda saling asah asih asuh
                              manyama braya ‘to kukuhin
                              rahayu kapanggih


     4. Basa Alus
          Basa Bali alus inggih punika basa Baliné sané wirasannyané alus utawi
          nyinggihang. Manut tata krama mabaos Bali, basa alusé puniki kanggén
          mabebaosan antuk anaké sané linggihnyané sor ring sang singgih.
          Minakadi:
         • atur parekan ring raja,
         • atur panyroan ring patih,
         • atur murid ring guru,
         • atur pegawé ring pejabat,
         • atur buruh ring majikan , msl.
               Basa Baliné sané wirasannyané alus puniki malih kapalih dados tigang
     soroh, inggih punika: (1) basa alus singgih, (2) basa alus sor lan (3) basa alus
     mider.
     (1) Basa Alus Singgih



Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                      I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

          Basa alus singgih inggih punika basa Baliné sané wirasannyané alus saha
          kanggén nyinggihang sang singgih sané kairing mabaos utawi sané sedek
          kabaosang. Wangsa jaba sané mabaos ring tri wangsa utawi maosang indik
          tri wangsa patut nganggén basa alus singgih.
                    Conto Basa Alus Singgih:
               “Ratu déwa agung, makadi pranagata, nadak sara cokoridéwa
               ngeséngin sikian titiang mangda titiang pedek tangkil rahinané
               mangkin. Samaliha sapamedal cokoridéwa makanten ucem remrem
               tatwadana druéné, tan péndah kadi sekar pucuké kaulet. Punapi
               manawi wénten sané sungsutang cokoridéwa ring sajeroning
               pikayunan? Inggih durus-durus cokoridéwa mawecana, mabaos
               ring panjaké sami!”
     (2) Basa Alus Sor
                    Basa alus sor inggih punika basa Baliné sané mawirasa alus,
          kanggén ngasorang raga utawi ngasorang sang sané patut kasorang. Sang
          sapasira ugi sané sedek mabebaosan ring bebaosan pakraman (resmi)
          kapatutang ngasorang raga nganggén basa alus sor.
                    Conto basa alus sor:
                    “Ida Dané sané baktinin titiang, sadurung titiang nglantur matur
                    ring Ida Dané sareng sami, lugrayang riin titiang nyinahang déwék.
                    Mungguing wastan titiang I Wayan Jatiyasa. Titiang wit saking
                    Banjar Tumingal, Désa Tiyingtali, Abang, Karangasem. Titiang
                    manyama sareng lelima samaliha durung maderbé somah”


                    Ring conto punika, titiang matur ring sang sareng akéh, minakadi
          pamilet penataran. Titiang ngasorang raga nganggén basa alus sor. Titiang
          nénten maosang mapeséngan, nanging mawasta. Titiang nénten maosang
          angga, nanging déwék. Titiang nénten maosang masameton, nanging
          manyama. Taler nénten maosang durung madué rabi, nanging durung
          maderbé somah.

                    Conto basa alus sor sané tiosan

                    Pupuh Sinom
                    Titiang jadma suniantara,
                    nista lacur manumadi,
                    malarapan suka legawa,

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                      I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

                    catur bekel titiang pasti,
                    suka duka lara pati,
                    nika wantah titiang tikul,
                    titiang mawasta I Tamtam,
                    nyadia titiang tangkil mangkin,
                    ring Sang Ayu,
                    sané telas tunas titiang.


                    Punika atur I Tamtam majeng ring Diah Adnyasuari, putrining
          jagat Mesir. Duaning I Tamtam madéwék Jaba, ipun matur ring Sang Ayu
          Adnyasuari nganggén basa alus sor, kaanggén ngasorang déwék ipuné.

     (3) Basa Alus Mider
         Basa alus mider inggih punika basa Baliné sané mawirasa alus, sering
         kanggén mabebaosan sajeroning peparuman, matur-atur ring sang sareng
         akéh. Bebaosan punika ngeninin sang mabaos miwah sang sané kairing
         mabaos. Kruna pangentos sané kanggén lumrahnyané kruna iraga utawi
         druéné.
               Conto basa alus mider kadi ring sor puniki:
                  “Inggih Ida Dané krama banjar sané dahat wangiang titiang,
               duaning panamayané sampun nepek ring sané kacumawisang, ngiring
               mangkin kawitin paparuman druéné. Sakéwanten sadéréngé, ngiring
               sinarengan ngastiti bakti ring Ida Sang Hyang Widhi Wasa, nunas
               pasuécan Ida mangda asung ngicénin iraga karahajengan, gumanti
               punapa-punapi sané pacang kabaosang malih ajebos prasida sidaning
               don miwah labda karya. Ngiring sinarengan nyakupang kara kalih
               saha ngojarang pangastungkara, Om Swastiastu”




Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                 I Wayan Jatiyasa, S.Pd
38

                                     DAFTAR PUSTAKA



Bagus, I Gusti Ngurah. 1979. Perubahan Pemakaian Bentuk Hormat dalam
            Masyarakat Bali. Sebuah Pendekatan Etnografi Berbahasa. Jakarta.

Balai Bahasa Denpasar, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005.
            Pedoman Umum Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin. Denpasar.

http://colinawati.blog.uns.ac.id/2010/05/10/9.html.

http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2010/04/keterampilan-menyimak.html

http://ngomongo.blogspot.com.html.

http://prabareta.blogspot.com/2009/01/keterampilan-menyimak.html.

http://www.slideshare.net/NASSuprawoto/pembelajaran-berbicara.html.
Suwija, I Nyoman dan Manda, I Gede. 2009. Widia Sari. Basa lan Sastra Bali 3.
             Sebuah Buku Pelajaran Bahasa Bali Kelas XII SLTA. Denpasar.

Suwija, I Nyoman. 2007. Pupulan Pidarta Basa Bali Alus. Denpasar: Pelawa Sari.

Suwija, I Nyoman. 2007. Kamus Anggah-ungguhing Basa Bali. Denpasar:
           Sanggar Ayu Suara.

Suhendar, M.E dan Supinah, Pien. 1992. Bahasa Indonesia. Pengajaran dan
           Ujian Keterampilan Menyimak & Keterampilan Berbicara.
           Bandung: CV. Pionir Jaya.

Tarigan, Henry Guntur. 1987. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
            Bandung: Angkasa.

Tinggen, I Nengah. Sor Singgih Basa Bali. Singaraja: Rhika Dewata.

Yuwono, Trisno dan Abdulah, Pius. 1994. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
                 Praktis. Surabaya: Arkola.




Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali                I Wayan Jatiyasa, S.Pd

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Laporan Praktikum Difusi Osmosis Plasmolisis
Laporan Praktikum Difusi Osmosis PlasmolisisLaporan Praktikum Difusi Osmosis Plasmolisis
Laporan Praktikum Difusi Osmosis Plasmolisis
Tri Hapsari Meilani
 
Laporan Biologi Fermentasi
Laporan Biologi Fermentasi Laporan Biologi Fermentasi
Laporan Biologi Fermentasi
Hilya Auliya
 
Laporan Praktikum DIFUSI
Laporan Praktikum DIFUSILaporan Praktikum DIFUSI
Laporan Praktikum DIFUSI
Vitalis Intan
 
Naskah drama 5 orang tema persahabatan
Naskah drama 5 orang tema persahabatanNaskah drama 5 orang tema persahabatan
Naskah drama 5 orang tema persahabatan
Warnet Raha
 
Contoh proposal pkm kewirausahaan
Contoh proposal pkm kewirausahaanContoh proposal pkm kewirausahaan
Contoh proposal pkm kewirausahaan
Zakiyul Mu'min
 
Tugas sel volta dalam kehidupan sehari hari
Tugas sel volta dalam kehidupan sehari hariTugas sel volta dalam kehidupan sehari hari
Tugas sel volta dalam kehidupan sehari hari
Youta-Icha S-Saeng
 

Mais procurados (20)

Laporan Praktikum Difusi Osmosis Plasmolisis
Laporan Praktikum Difusi Osmosis PlasmolisisLaporan Praktikum Difusi Osmosis Plasmolisis
Laporan Praktikum Difusi Osmosis Plasmolisis
 
MATERI Sistem pernafasan KELAS XI SMA
MATERI Sistem pernafasan KELAS XI SMAMATERI Sistem pernafasan KELAS XI SMA
MATERI Sistem pernafasan KELAS XI SMA
 
Laporan praktikum biologi
Laporan praktikum biologiLaporan praktikum biologi
Laporan praktikum biologi
 
Laporan Biologi Fermentasi
Laporan Biologi Fermentasi Laporan Biologi Fermentasi
Laporan Biologi Fermentasi
 
Buku SIswa PPKn Kelas XI EDISI REVISI 2017
Buku SIswa PPKn Kelas XI EDISI REVISI 2017Buku SIswa PPKn Kelas XI EDISI REVISI 2017
Buku SIswa PPKn Kelas XI EDISI REVISI 2017
 
ANGGAH-UNGGUHING BASA BALI ppt
ANGGAH-UNGGUHING BASA BALI pptANGGAH-UNGGUHING BASA BALI ppt
ANGGAH-UNGGUHING BASA BALI ppt
 
Lap3 pembuatan tempe
Lap3  pembuatan tempeLap3  pembuatan tempe
Lap3 pembuatan tempe
 
Laporan ilmiah pembuatan kombucha tea
Laporan ilmiah pembuatan kombucha teaLaporan ilmiah pembuatan kombucha tea
Laporan ilmiah pembuatan kombucha tea
 
Contoh PPT Ujian Skripsi
Contoh PPT Ujian SkripsiContoh PPT Ujian Skripsi
Contoh PPT Ujian Skripsi
 
Laporan Praktikum DIFUSI
Laporan Praktikum DIFUSILaporan Praktikum DIFUSI
Laporan Praktikum DIFUSI
 
Bab 7 evolusi XII SMA IPA
Bab 7 evolusi XII SMA IPABab 7 evolusi XII SMA IPA
Bab 7 evolusi XII SMA IPA
 
Bahasa Indonesia
 Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia
 
03. listening script pathway grade xi
03. listening script pathway grade xi03. listening script pathway grade xi
03. listening script pathway grade xi
 
Bab 6 - Hereditas Manusia - 12 mipa 4 - 20162017
Bab 6 -  Hereditas Manusia - 12 mipa 4 - 20162017Bab 6 -  Hereditas Manusia - 12 mipa 4 - 20162017
Bab 6 - Hereditas Manusia - 12 mipa 4 - 20162017
 
63 majas Ringkasan Jenis-jenis Majas
63 majas Ringkasan Jenis-jenis Majas63 majas Ringkasan Jenis-jenis Majas
63 majas Ringkasan Jenis-jenis Majas
 
Naskah drama 5 orang tema persahabatan
Naskah drama 5 orang tema persahabatanNaskah drama 5 orang tema persahabatan
Naskah drama 5 orang tema persahabatan
 
Contoh proposal pkm kewirausahaan
Contoh proposal pkm kewirausahaanContoh proposal pkm kewirausahaan
Contoh proposal pkm kewirausahaan
 
Tugas sel volta dalam kehidupan sehari hari
Tugas sel volta dalam kehidupan sehari hariTugas sel volta dalam kehidupan sehari hari
Tugas sel volta dalam kehidupan sehari hari
 
Makalah pencemaran air
Makalah pencemaran airMakalah pencemaran air
Makalah pencemaran air
 
Presentasi b. indonesia robohnya surau kami
Presentasi b. indonesia robohnya surau kamiPresentasi b. indonesia robohnya surau kami
Presentasi b. indonesia robohnya surau kami
 

Destaque

Potret Bali dalam Kumpulan Cerpen Sagra karya Oka Rusmini
Potret Bali dalam Kumpulan Cerpen  Sagra  karya Oka RusminiPotret Bali dalam Kumpulan Cerpen  Sagra  karya Oka Rusmini
Potret Bali dalam Kumpulan Cerpen Sagra karya Oka Rusmini
ahmad bahtiar
 
Di manakah arah anda
Di manakah arah andaDi manakah arah anda
Di manakah arah anda
arilmeran
 
Drama i mimpiku di haru kelabu
Drama i mimpiku di haru kelabuDrama i mimpiku di haru kelabu
Drama i mimpiku di haru kelabu
Elsens Viele
 
Puisi bali anyar
Puisi bali anyarPuisi bali anyar
Puisi bali anyar
Monoh He
 

Destaque (20)

Pak teken present
Pak teken presentPak teken present
Pak teken present
 
Potret Bali dalam Kumpulan Cerpen Sagra karya Oka Rusmini
Potret Bali dalam Kumpulan Cerpen  Sagra  karya Oka RusminiPotret Bali dalam Kumpulan Cerpen  Sagra  karya Oka Rusmini
Potret Bali dalam Kumpulan Cerpen Sagra karya Oka Rusmini
 
Dasar dasar jurnalistik
Dasar dasar jurnalistikDasar dasar jurnalistik
Dasar dasar jurnalistik
 
Rpp
RppRpp
Rpp
 
Product 4 Yamaram Kaisar
Product 4 Yamaram KaisarProduct 4 Yamaram Kaisar
Product 4 Yamaram Kaisar
 
Product 4
Product 4Product 4
Product 4
 
Modulo Educativo y su estructura
Modulo Educativo y su estructuraModulo Educativo y su estructura
Modulo Educativo y su estructura
 
Di manakah arah anda
Di manakah arah andaDi manakah arah anda
Di manakah arah anda
 
PDK JURU
PDK JURUPDK JURU
PDK JURU
 
Akka-Streams in Production
Akka-Streams in ProductionAkka-Streams in Production
Akka-Streams in Production
 
Bab4
Bab4Bab4
Bab4
 
Cohousing projects av 2016
Cohousing projects av 2016Cohousing projects av 2016
Cohousing projects av 2016
 
Bab5
Bab5Bab5
Bab5
 
Module 11 slideshare
Module 11 slideshareModule 11 slideshare
Module 11 slideshare
 
Xin tài trợ chương trình "Chào năm học mới 2013"
 Xin tài trợ chương trình "Chào năm học mới 2013" Xin tài trợ chương trình "Chào năm học mới 2013"
Xin tài trợ chương trình "Chào năm học mới 2013"
 
Drama i mimpiku di haru kelabu
Drama i mimpiku di haru kelabuDrama i mimpiku di haru kelabu
Drama i mimpiku di haru kelabu
 
Materi pasang aksara bali
Materi pasang aksara baliMateri pasang aksara bali
Materi pasang aksara bali
 
Malajah basa bali ring soal basa bali
Malajah basa bali ring soal basa baliMalajah basa bali ring soal basa bali
Malajah basa bali ring soal basa bali
 
Puisi bali anyar
Puisi bali anyarPuisi bali anyar
Puisi bali anyar
 
Drama 6 orang
Drama 6 orangDrama 6 orang
Drama 6 orang
 

Semelhante a Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

Keterampilan menyimak
Keterampilan menyimakKeterampilan menyimak
Keterampilan menyimak
Pak Bos
 
Kelompok 1 bab i 3 menyimak
Kelompok 1 bab i 3 menyimak Kelompok 1 bab i 3 menyimak
Kelompok 1 bab i 3 menyimak
Mitha Ye Es
 
Pengertian berbicara menurut para ahli bahasa
Pengertian berbicara menurut para ahli bahasaPengertian berbicara menurut para ahli bahasa
Pengertian berbicara menurut para ahli bahasa
Nando A-stlye
 
Keterampilan menyimak
Keterampilan menyimakKeterampilan menyimak
Keterampilan menyimak
rizkysantika
 
Keterampilan dlm Berbahasa.pdf
Keterampilan dlm Berbahasa.pdfKeterampilan dlm Berbahasa.pdf
Keterampilan dlm Berbahasa.pdf
MiskiLimit
 
Kemahiran berbahasa
Kemahiran berbahasaKemahiran berbahasa
Kemahiran berbahasa
nuar nani
 
Keterampilan berbahasa indonesia 1
Keterampilan berbahasa indonesia 1Keterampilan berbahasa indonesia 1
Keterampilan berbahasa indonesia 1
fara dillah
 
Proses mendengar
Proses mendengarProses mendengar
Proses mendengar
Devya Sree
 

Semelhante a Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali (20)

Keterampilan menyimak
Keterampilan menyimakKeterampilan menyimak
Keterampilan menyimak
 
Kelompok 1 bab i 3 menyimak
Kelompok 1 bab i 3 menyimak Kelompok 1 bab i 3 menyimak
Kelompok 1 bab i 3 menyimak
 
PELAJARAN
PELAJARANPELAJARAN
PELAJARAN
 
presentasi menyimak kritis
presentasi menyimak kritispresentasi menyimak kritis
presentasi menyimak kritis
 
Pengertian berbicara menurut para ahli bahasa
Pengertian berbicara menurut para ahli bahasaPengertian berbicara menurut para ahli bahasa
Pengertian berbicara menurut para ahli bahasa
 
Keterampilan menyimak
Keterampilan menyimakKeterampilan menyimak
Keterampilan menyimak
 
keterampilan berbahasa indonesia reseptif
keterampilan berbahasa indonesia reseptifketerampilan berbahasa indonesia reseptif
keterampilan berbahasa indonesia reseptif
 
Keterampilan Berbahasa
Keterampilan BerbahasaKeterampilan Berbahasa
Keterampilan Berbahasa
 
Menyimak
MenyimakMenyimak
Menyimak
 
Keterampilan menyimak
Keterampilan menyimakKeterampilan menyimak
Keterampilan menyimak
 
Kuliah 1
Kuliah 1Kuliah 1
Kuliah 1
 
KELOMPOK 1_BAHASA INDO.pptx
KELOMPOK 1_BAHASA INDO.pptxKELOMPOK 1_BAHASA INDO.pptx
KELOMPOK 1_BAHASA INDO.pptx
 
Kelompok 7
Kelompok 7Kelompok 7
Kelompok 7
 
Keterampilan dlm Berbahasa.pdf
Keterampilan dlm Berbahasa.pdfKeterampilan dlm Berbahasa.pdf
Keterampilan dlm Berbahasa.pdf
 
Kemahiran berbahasa
Kemahiran berbahasaKemahiran berbahasa
Kemahiran berbahasa
 
12289857.ppt
12289857.ppt12289857.ppt
12289857.ppt
 
KEMAHIRAN MENDENGAR.pdf
KEMAHIRAN MENDENGAR.pdfKEMAHIRAN MENDENGAR.pdf
KEMAHIRAN MENDENGAR.pdf
 
Keterampilan berbahasa indonesia 1
Keterampilan berbahasa indonesia 1Keterampilan berbahasa indonesia 1
Keterampilan berbahasa indonesia 1
 
Proses mendengar
Proses mendengarProses mendengar
Proses mendengar
 
Ery noviyani
Ery noviyaniEry noviyani
Ery noviyani
 

Último

Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 

Último (20)

AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali

  • 1. 38 BAB I Teori Keterampilan Menyimak dan Berbicara A. Keterampilan Menyimak 1. Pengertian Menyimak Dalam kehidupan sehari-hari kata simak sering kita jumpai, dipakai di dalam ucapan sehari-hari. Pada orang tua sering kita dengar memberi nasihat kepada putra-putrinya. “Kalau orang tua sedang menasihati, jangan hanya mendengar saja, masuk dari telinga kiri dan keluar dari telinga kanan, tetapi simaklah baik-baik, masukkan ke dalam hati”. Demikian juga antara muda-mudi sering terdengar main-main, tetapi sebenarnya bermakna dalam, yaitu “Jangan permainkan saya Bung, simaklah apa yang saya ucapkan, jangan hanya mendengarkan saja!” Dari dua contoh di atas sudah menggambarkan kepada kita bahwa: 1) digunakan kata dengar dan mendengar 2) digunakan kata simak dan menyimak 3) kedua kata itu, dengar dan simak, atau mendengar, mendengarkan atau menyimak, jelas mempunyai arti yang berbeda. Jika dikaji maka didapatkan pengertian sebagai berikut. 1. Mendengar , yaitu proses mendengarkan tidak dengan disengaja. 2. Mendengarkan, yaitu proses mendengarkan dengan sengaja, tetapi tidak sampai memahami, hanya sebatas tahu. 3. Menyimak , yaitu proses mendengarkan dengan penuh pemahaman, apresiasi dan evaluasi. Definisi lain tentang menyimak juga dikemukakan oleh beberapa tokoh, yaitu sebagai berikut. 1. Menyimak menurut Tarigan, adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 2. 38 pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. 2. Underwood mendefinisikan menyimak adalah kegiatan mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan orang, menangkap dan memahami makna dari apa yang didengar. Jadi dengan demikian menyimak adalah keterampilan dalam mencari makna dari bunyi-bunyi dan pola-pola kalimat yang sampai ke telinga. 3. Bauer mengemukakan menyimak adalah kemampuan seseorang untuk menyimpulkan makna suatu wacana lisan yang didengar tanpa harus menerjemahkan kata demi kata. 4. Urbana mengatakan menyimak adalah suatu proses penulisan bahasa yang dimaknai ke dalam pikiran (Listening the process by which spoken language is converted to meaning in the mind). Jika demikian, maka menyimak adalah proses bahasa yang terdiri dari bunyi-bunyi yang dimaknai atau dipahami yang diproses lewat pikiran atau syaraf pendengaran seseorang. 2. Pengertian Keterampilan Menyimak Bahasa Bali Keterampilan menyimak merupakan keterampilan menangkap bunyi- bunyi bahasa yang diucapkan atau yang dibacakan orang lain dan diubah menjadi bentuk makna untuk terus dievaluasi, ditarik kesimpulan dan ditanggapi. Hal ini sudah jelas merupakan salah satu kegiatan komunikasi (berbahasa) untuk sanggup dan mampu atau terampil menerima sejumlah informasi dari orang lain. Dalam kaitannya dengan bahasa Bali, maka keterampilan menyimak bahasa Bali merupakan keterampilan untuk mendengar dan memahami pembicaraan berbahasa Bali dari orang lain. 3. Unsur-Unsur Menyimak Adapun unsur-unsur menyimak tersebut adalah sebagai berikut. 1) Pembicara, yaitu orang yang menyampaikan pesan berupa informasi yang dibutuhkan oleh penyimak melalui bahasa lisan. Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 3. 38 2) Penyimak, yaitu orang yang menerima pesan berupa informasi dari pembicara melalui bahasa lisan. 3) Bahan simakan, yaitu pesan yang disampaikan pembicara kepada penyimak melalui bahasa lisan. 4. Tahap-tahap Menyimak Dalam kegiatan menyimak ada tahapan yang harus dilakukan oleh penyimak agar penyimak benar-benar memahami informasi yang disimaknya. Dalam buku Developing Language Skills karya Harry A. Greene dan Walter T. Petty (1959: 153, Boston: Allyn and Bacon), empat langkah proses/tahapan menyimak itu adalah (1) mendengar, (2) mengerti, (3) mengevaluasi, dan (4) menanggapi. 5. Tujuan Menyimak Tujuan utama menyimak menurut Tarigan adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran. Tujuan yang bersifat umum tersebut dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Adapun tujuan menyimak menurut klasifikasinya adalah sebagai berikut. 1. Mendapatkan fakta Mendapatkan fakta dapat dilakukan melalui penelitian, riset, eksperimen, dan membaca. Cara lain yang dapat dilakukan adalah menyimak melalui radio, TV, dan percakapan. 2. Menganalisis fakta Fakta atau informasi yang telah terkumpul dianalisis. Kaitannya harus jelas pada unsur-unsur yang ada, sebab akibat yang terkandung di dalamnya. Apa yang disampaikan penyimak harus dikaitkan dengan pengetahuan dan pengalaman penyimak dalam bidang yang sesuai. 3. Mendapatkan inspirasi Dapat dilakukan dalam pertemuan ilmiah atau jamuan makan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan ilham. Penyimak tidak memerlukan fakta baru. Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 4. 38 Mereka yang datang diharapkan untuk dapat memberikan masukan atau jalan keluar berkaitan dengan masalah yang dihadapi. 4. Menghibur diri Para penyimak yang datang untuk menghadiri pertunjukkan sandiwara, musik untuk menghibur diri. Mereka itu umumnya adalah orang yang sudah jenuh atau lelah sehingga perlu menyegarkan fisik, mental agar kondisinya pulih kembali. 6. Jenis-jenis Menyimak Menurut Dawson dalam Tarigan, jenis menyimak dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu: (1) menyimak ekstensif, dan (2) menyimak intensif. 1. Menyimak Ekstensif Menyimak ekstensif merupakan kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang umum dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam prosesnya di sekolah tidak perlu langsung di bawah bimbingan guru. Pelaksanaannya tidak terlalu dituntut untuk memahami isi bahan simakan. Bahan simakan perlu dipahami secara sepintas, umum, garis besarnya saja atau butir-butir yang penting saja. Jenis menyimak ekstensif dapat dibagi empat, yaitu sebagai berikut. a. Menyimak sekunder Menyimak sekunder adalah sejenis mendengar secara kebetulan, maksudnya menyimak dilakukan sambil mengerjakan sesuatu. b. Menyimak estetik Dalam menyimak estetik penyimak duduk terpaku menikmati suatu pertunjukkan misalnya, lakon drama, cerita, puisi, baik secara langsung maupun melalui radio. Secara imajinatif penyimak ikut mengalami, merasakan karakter dari setiap pelaku. c. Menyimak pasif Menyimak pasif merupakan penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya penyimak pada saat belajar dengan teliti. Misalnya, seseorang mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam kurun waktu dua atau tiga tahun berikutnya orang itu sudah dapat berbahasa daerah tersebut. Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 5. 38 d. Menyimak sosial Menyimak ini berlangsung dalam situasi sosial, misalnya orang mengobrol, bercengkrama mengenai hal-hal menarik perhatian semua orang dan saling menyimak satu dengan yang lainnya, untuk merespon yang pantas, mengikuti bagian-bagian yang menarik dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan atau dikatakan orang. 2. Menyimak Intensif Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, penuh konsentrasi untuk menangkap makna yang dikehendaki. Menyimak intensif ini memiliki ciri-ciri yang harus diperhatikan, yakni: (a) menyimak intensif adalah menyimak pemahaman, (b) menyimak intensif memerlukan konsentrasi tinggi, (c) menyimak intensif ialah memahami bahasa formal, (d) menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan. Adapun yang tergolong menyimak intensif ada lima, yaitu sebagai berikut. a. Menyimak kritis Menyimak dengan cara ini bertujuan untuk memperoleh fakta yang diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, dan informasi dari pembicara. b. Menyimak konsentratif Menyimak konsentratif merupakan kegiatan untuk menelaah pembicaraan/ hal yang disimaknya. Hal ini diperlukan konsentrasi penuh dari penyimak agar ide dari pembicara dapat diterima dengan baik. c. Menyimak kreatif Menyimak kreatif mempunyai hubungan erat dengan imajinasi seseorang. Penyimak dapat menangkap makna yang terkandung dalam puisi dengan baik karena ia berimajinasi dan berapresiasi terhadap puisi itu. d. Menyimak interogatif Menyimak interogatif merupakan kegiatan menyimak yang menuntut konsentrasi dan selektivitas, pemusatan perhatian karena penyimak akan mengajukan pertanyaan setelah selesai menyimak. Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 6. 38 e. Menyimak eksploratori Menyimak eksploratori atau menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak dengan tujuan menemukan; 1) hal-hal baru yang menarik, 2) informasi tambahan mengenai suatu topik, 3) isu, pergunjingan atau buah bibir yang menarik. 7. Faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk menyimak Untuk dapat menyimak dengan baik hendaknya si penyimak memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Alat dengar si penyimak dan alat bicara si pembicara harus baik. Artinya alat dengar sebagai alat penerima bunyi, dan alat bicara sebagai sumber bunyi itu harus baik. Tidak mungkin orang yang alat dengarnya rusak (tuli) mampu manyimak. Atau sebaliknya betapapun baiknya alat dengar si penyimak, tetapi kalau bunyi bahasa yang disimaknya tidak jelas, tidak menentu, tetap tidak akan dapat disimak dengan baik. 2) Situasi dan lingkungan pembicaraan itu harus baik. Dengan kata lain ekologi bahasa harus baik. Sebab, mana mungkin kita dapat menyimak dengan baik, seandainya disekeliling kita sangat gaduh, menimbulkan ekologi bahasa yang kurang baik. Kita tidak akan dapat menyimak dengan baik, seandainya bunyi-bunyi bahasa yang sedang kita simak sangat tersaingi oleh bunyi-bunyi lain yang membuat kebisingan. 3) Konsentrasi penyimak kepada pembicaraan. Konsentrasi dalam artian pemusatan pikiran ke arah pikiran pembicaraan. Konsentrasi yang terus- menerus, tidak terputus sehingga alur pikiran pembicaraan pun tidak terputus diterimanya. Konsentrasi atau pemusatan pikiran dari awal sampai akhir dan tidak terpengaruh oleh kemungkinan kurang teraturnya pokok- pokok pikiran pembicaraan. 4) Pengenalan tujuan pembicaraan, artinya kita akan lebih mudah menyimak itu, seandainya pembicaraan sudah diketahui sebelumnya. Tujuan pembicaraan ini mungkin secara langsung dikemukakan oleh si pembicara, ataupun secara intuitif oleh si penyimak itu sendiri. Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 7. 38 5) Pengenalan paragraf atau bagian pembicaraan dan pengenalan kalimat- kalimat inti pembicaraan. Paragraf merupakan ungkapan atau gagasan yang mengandung satu pokok pikiran, yang mengandung satu kebulatan ide, dan mengandung satu tema. Kita sebagai penyimak bukan merupakan kaset rekorder yang akan merekam seluruh isi pembicaraan. Melainkan kita sebagai manusia yang mampu menyimak. Yang kita simak bukanlah seluruh kata-kata si pembicara, melainkan seluruh pokok-pokok pikiran yang kita pahami, dan pokok-pokok pikiran ini terdapat di dalam tiap-tiap paragraf yang diucapkan si pembicara. 6) Kesanggupan menarik kesimpulan dengan tepat. Mungkin kesimpulan ini secara eksplisit diucapkan si pembicara, atau mungkin juga kesimpulan itu harus dirumuskan oleh si penyimak dengan kata-kata sendiri. 7) Mempunyai intelegensi yang baik. Keseluruhan, 1 sampai 6 di atas, baru dapat dicapai dengan baik andai kata si penyimak itu mampu berbahasa dengan baik, didukung dengan kemampuan berbahasa yang memadai serta mempunyai intelegensi yang cukup baik. hal ini dapat kita pahami, sebab mana mungkin kita dapat menyimak pembicaraan seseorang seandainya bahasa pengantar yang dipakai pembicaraan tidak kita pahami. Demikian pula mana mungkin mampu menyimak dengan baik seandainya integensi penyimak itu sangat rendah, termasuk kelompok debil, idiot, dan sebagainya. 8) Faktor lain, yaitu latihan yang cukup. Kita selalu ingat bahwa menyimak merupakan keterampilan, yakni keterampilan berbahasa. Mana mungkin keterampilan tanpa didukung dengan latihan yang memadai. 8. Faktor yang Mempengaruhi Menyimak Faktor yang mempengaruhi menyimak menurut Hunt dalam Tarigan(1990: 97) adalah: sikap, motivasi, pribadi, situasi kehidupan, dan peranan dalam masyarakat. Sementara Logan (dalam Tarigan 1990: 98) mengemukakan bahwa yang mempengaruhi menyimak adalah faktor lingkungan, fisik, psikologios, dan pengalaman. Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 8. 38 Selain itu, Webb (Tarigan 1990: 97) menambahkan bahwa perbedaan jenis kelamin juga mempengaruhi menyimak. Jadi faktor yang mempengaruhi menyimak adalah sikap, motivasi, pribadi, situasi kehidupan, peranan dalam masyarakat, faktor lingkungan, fisik, psikologis, pengalaman, dan perbedaan jenis kelamin. 9. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Menyimak Menurut (Tarigan, 1989: 34) ada empat faktor untuk menentukan keberhasilan menyimak yaitu: 1. Faktor Pembicara Ada enam tuntutan yang harus dipenuhi pembicara yaitu sebagai beikut: a. Penguasaan materi Pembicara harus menguasai materi yang akan disampaikan. Pembicara dalam menyampaikan materi harus menguasai, memahami, menghayati apa yang disampaikan pada penyimak. b. Berbahasa baik dan benar Pembicara dalam menyampaikan isi pembicaraan harus menggunakan ucapan yang jelas, intonasi yang tepat, kalimat yang sederhana dan istilah yang tepat. Selain itu isi pembicaraan harus sesuai dengan tarap penyimaknya. c. Percaya diri Pembicara harus percaya diri, tampil dengan mantap serta menyakinkan penyimak. d. Berbicara sistematis Pembicaraan yang disampaikan harus sistematis dan bahan yang disampaikan mudah dipahami. e. Gaya menarik Pembicara harus tampil menarik dan simpatik, tidak bertingkah laku berlebihan karena akan membuat penyimak beralih dari isi pesan ke tingkah laku yang dianggap aneh. f. Kontak dengan penyimak Dalam berbicara, pembicara harus kontak dengan penyimak dan menghargai, menghormati serta menguasai para penyimak. Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 9. 38 2. Faktor Pembicaraan a. Aktual Pembicaraan yang disampaikan harus baru atau hangat, karena ini akan menarik dan diminati oleh penyimaknya. b. Bermakna Pembicaraan yang disampaikan harus bermakna dan berguna bagi penyimaknya Dalam hal ini setiap materi yang disampaikan tidaklah semua bermakna bagi penyimaknya, ini tergantung dari kebutuhan penyimaknya. c. Sistematis Dalam berbicara, pembicaraan yang disampaikan harus sistematis agar mudah dipahami oleh penyimaknya. d. Seimbang Taraf kesukaran pembicaraan harus seimbang dengan taraf kemampuan Penyimak yaitu mudah dipahami dan berguna bagi penyimaknya. 3. Situasi Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam situasi proses menyimak. a. Ruangan Dalam menyimak, ruangan perlu diperhatikan yaitu ruangan yang memenuhi persyaratan. Misalnya penerangan, tempat duduk, tempat pembicara, luas ruangan dan alat-alatnya. b. Waktu Waktu sangat penting dalam menyimak karena ini akan mempengaruhi si penyimak. Pilihlah waktu yang tepat misalnya; pada pagi hari saat menyimak masih segar dan rilek. c. Tenang Suasana dan lingkungan yang tenang serta nyaman sangat mempengaruhi proses menyimak. Apabila suasana kurang tenang, maka proses penyimakan pun kurang berhasil dengan baik. d. Peralatan Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 10. 38 Peralatan yang digunakan dalam menyimak harus mudah dioperasikan karena kalau tidak dapat digunakan dan tidak baik akan mengganggu penyimak. 4. Penyimak Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan menyangkut diri si penyimak. a. Kondisi Dalam menyimak, kondisi dan mental penyimak harus baik karena ini sangat menunjang dalam menyimak. b. Konsentrasi Penyimak harus memusatkan perhatian terhadap bahan simakan. Hindari hal-hal yang mengganggu konsentrasi penyimak. c. Bertujuan Dalam menyimak, penyimak harus mempunyai tujuan agar dalam merumuskan tujuan secara tegas mempunyai arah dan keinginan dalam menyimak. d. Berminat Penyimak dalam menyimak harus berminat atau berusaha meminati. Bahan yang disimak dikembangkan melalui bimbingan dan latihan yang intensif. 10. Teknik Pembelajaran Menyimak Untuk meningkatkan pembelajaran keterampilan menyimak dan agar pembelajarannya menarik, ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam proses belajar mengajar. Teknik-teknik itu antara lain sebagai berikut ini. 1. Simak Ulang-Ucap Teknik simak-ulang ucap digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas. Guru dapat mengucapkan atau memutar rekaman buyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa menirukan. Teknik ini dapat dilakukan secaea individual, kelompok, dan klasikal. 2. Identifikasi Kata Kunci Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 11. 38 Untuk menyimak kalimat yang panjang siswa perlu mencari kalimat intinya. Kalimat inti itu dapat dicari melalui beberapa kata kunci. Kata kunci itulah yang mewakili pengertian kalimat. 3. Parafrase Guru menyiapkan sebuah puisi dan dibacakan atau diperdengarkan. Setelah menyimak siswa diharapkan dapat menceritakan kembali isi puisi tadi dengan kata-katanya sendiri. 4. Merangkum Guru menyiapkan bahan simakan yang cukup panjang. Materi itu disampaikan secara lisan kepada siswa dan siswa menyimak. Setelah selesai menyimak siswa disuruh membuat rangkuman. 5. Identifikasi Kalimat Topik Setiap paragraf dalam wacana minimal mengandung dua unsur yaitu: (a) kalimat tipok, (b) kalimat pengembang. Posisi kalimat topik dapat di awal, tengah, dan akhir. Setelah menyimak paragraf siswa disuruh mencari kalimat topiknya. 6. Menjawab Pertanyaan Untuk memahami simakan yang agak panjang, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menggali pemahaman siswa. 7. Bisik Berantai Suatu pesan dapat dilakukan secara berantai. Mulai dari guru membisikkan pesan kepada siswa pertama dan dilanjutkan kepada siswa berikutnya sampai siswa terakhir. Siswa terakhir harus mengucapkannya dengan nyaring. Tugas guru adalah menilai apakah yang dibisikkan tadi sudah sesuai atau belum. Jika belum sesuai, bisikan dapat diulangi, jika sudah sesuai bisikan dapat diganti dengan topik yang lain. 8. Menyelesaikan Cerita Guru memperdengarkan suatu cerita sampai selesai. Setelah siswa selesai menyimak, guru menyuruh seseorang untuk menceritakan kembali dengan kata- Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 12. 38 katanya sendiri. Sebelum selesai bercerita, guru menghentikan cerita siswa tadi dan menggantikan dengan siswa lain yang bertugas menyelesaikan. 11. Ciri-ciri Penyimak yang Baik Setiap manusia yang lahir dalam keadaan yang normal tentu sudah mempunyai potensi yang baik untuk menyimak. Potensi ini perlu dipupuk dan dikembangkan melalui bimbingan dan latihan yang intensif. Tetapi kebiasaan menyimak yang baik hendaknya dipahami oleh seorang penyimak, sehingga dapat menghilangkan kebiasaan-kebiasaan tidak baik yang mereka lakukan dalam proses menyimak. Adapun ciri-ciri penyimak yang baik menurut Anderson adalah sebagai berikut. 1) Siap fisik dan mental Penyimak yang baik ialah penyimak yang betul-betul mempersiapkan diri untuk menyimak. Ia memiliki kesiapan fisik dan mental misalnya, dalam kondisi yang sehat, tidak lelah, mental stabil, dan pikiran jernih. 2) Konsentrasi Penyimak yang baik dapat memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap apa yang disimak. Bahkan ia dapat menghubungkan bahan yang disimak dengan apa yang sudah diketahui. 3) Bermotivasi Penyimak yang baik mempunyai motivasi atau mempunyai tujuan tertentu. Misalnya; ingin menambah pengetahuan, ingin mempelajari sesuatu. Ada tujuan atau motivasi ini tentunya untuk memotivasi penyimak untuk sungguh-sungguh menyimak. 4) Objektif Penyimak yang baik adalah penyimak yang selalu tahu tentang apa yang sedang dibicarakan dan sebaiknya penyimak selalu menghargai pembicara, walaupun pembicara kurang menarik penampilannya atau sudah dikenal oleh penyimak. 5) Menyimak secara utuh (menyeluruh) Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 13. 38 Penyimak yang baik akan menyimak secara utuh atau keseluruhan. Si penyimak tidak hanya menyimak yang disukai tetapi menyimak secara keseluruhan. 6) Selektif Penyimak yang baik dapat memilih bagian-bagian yang dianggap penting dari bahan simakan. Tidak semua bahan simakan diterima begitu saja, tetapi ia dapat menentukan bagian yang dianggap penting. 7) Tidak mudah terganggu Penyimak yang baik tidak mudah terganggu oleh suara-suara yang lain di luar bunyi yang disimaknya. Andaikata ada gangguan yang membedakan perhatiannya, dengan cepat ia kembali kepada bahan yang disimaknya. 8) Menghargai pembicara Penyimak yang baik adalah penyimak yang menghargai pembicara. Penyimak tidak boleh menganggap remeh terhadap pembicara. 9) Cepat menyesuaiakan diri dan kenal arah pembicaraan Penyimak yang baik dapat dengan cepat menduga ke arah mana pembicaraan bahkan mungkin ia dapat menduga garis besar isi pembicaraan. 10) Tidak emosi Penyimak yang baik dapat menyimak dengan baik terhadap pokok pembicaraan serta dapat mengendalikan emosinya dan tidak mencela pembicara. 11) Kontak dengan pembicara Penyimak yang baik mencoba mengadakan kontak dengan pembicara. Misalnya dengan memperhatikan pembicara, memberikan dukungan kepada pembicara melalui mimik, gerak atau ucapan tertentu. 12) Merangkum Penyimak yang baik dapat menangkap isi pembicaraan atau bahan simakan. Misalnya dengan membuat rangkuman dan menyajikan atau menyampaikannya sesudah selesai menyimak. Namun perlu diingat, selama menyimak jangan hanya asyik membuat catatan-catatan. Apabila Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 14. 38 mencatat semua yang diucapkan atau semua yang disampaikan pembicara, sehingga pesan pembicara tidak lagi dapat dipahami. 13) Menilai Penyimak yang baik ialah proses penilaian terhadap materi yang disampaikan. Pada saat ini penyimak mulai menimbang, memeriksa, membandingkan apakah pokok-pokok pikiran yang dikemukakan si pembicara dikaitkan atau dihubungkan dengan pengalaman atau pengetahuan si penyimak, sehingga ia dapat menilai kekuatan bahan simakan tersebut. 14) Mendengarkan tanggapan Bagian terakhir dari proses menyimak ialah mengevaluasi bahan simakan. Penyimak mengemukakan tanggapan atau reaksi misalnya, dengan mengemukakan komentar. Reaksi akan terlihat dalam bentuk bahasa dan terpancar dari ucapan-ucapan yang pendek seperti; wah, menarik sekali, bagus, setuju, sependapat dan sebagainya. 12. Kendala dalam Menyimak Menurut Russel dan Black dalam Tarigan (1990: 82-86), menyatakan bahwa ada beberapa kendala dalam menyimak, yaitu sebagai berikut. 1. Keegosentrisan 2. Keengganan ikut terlibat 3. Ketakutan akan perubahan 4. Keinginan menghindari pertanyaan 5. Puas terhadap penampilan eksternal 6. Pertimbangan yang prematur 7. Kebingungan semantik. 13. Cara Meningkatkan Prilaku Menyimak Menurut Mc. Cabe dan Bender dalam Tarigan, ada beberapa langkah untuk meningkatkan keterampilan menyimak, yaitu sebagai berikut. a. Menerima keanehan sang pembicara Penyimak rela atau mau menerima keanehan atau keganjilan yang terdapat pada penampilan pembicara. Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 15. 38 b. Memperbaiki sikap Penyimak tidak berpura-pura menyimak pikirannya telah melayang ke mana-mana. c. Memperbaiki lingkungan Pilihlah tempat yang memungkinkan untuk menyimak lebih baik, jangan memilih tempat duduk dekat pintu tempat para partisipan keluar masuk. d. Meningkatkan pembuatan catatan Dalam menyimak sebaiknya apa yang disimak harus dicatat inti-intinya saja. Catatan yang baik dan bermutu tidak tergantung pada panjangnya catatan, tetapi pada ketepatan memilih butir-butir gagasan yang penting dalam kalimat. e. Menyaring tujuan menyimak yang spesifik Menetapkan tujuan khusus dalam menyimak akan membantu kita memusatkan perhatian pada kegiatan menyimak. Andaikata kita menyimak mempunyai tujuan menangkap garis besar argumen utama sang pembicara, maka sebaiknya kita memusatkan perhatian ke arah yang dituju. f. Memanfaatkan waktu secara bijaksana Kecepatan dalam menyimak jauh lebih cepat daripada kecepatan berbicara. Oleh karena itu perlu direncanakan penggunaan waktu secara diferensial. Arahakanlah penyimakan kepada sang pembicara dan ramalkanlah ide-idenya yang baru. Gunakanlah waktu semaksimal mungkin untuk menyimak pembicaraan yang sedang berlangsung. g. Menyimak secara rasional Dalam menyimak harus disadari kadangkala kita mereaksi emosional, ini dapat mempengaruhi kegiatan menyimak. Oleh sebab itu kita harus menahan emosi dengan cara memusatkan perhatian pada pembicaraan yang sedang berlangsung. h. Berlatih menyimak bahan-bahan yang sulit Dalam menyimak biasakanlah berlatih menyimak bahan atau materi sulit yang diutarakan pembicara. Perluaslah wawasan dengan menerima tantangan karena dengan tantangan maka pengetahuan akan bertambah. Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 16. 38 B. Keterampilan Berbicara 1. Pengertian Berbicara Seperti telah kita ketahui bahwa dalam kegiatan menyimak aktivitas kita awali dengan mendengarkan dan diakhiri dengan memahami atau menanggapi. Kegiatan berbicara tidak demikian. Kegiatan berbicara diawali dari suatu pesan yang harus dimiliki pembicara yang akan disampaikan kepada penerima pesan agar penerima pesan dapat menerima atau memahami isi pesan itu. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan hubungan dan kerja sama dengan manusia lain. Hubungan dengan manusia lainnya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan perasaan, menyampaikan suatu informasi, ide atau gagasan serta pendapat atau pikiran dengan suatu tujuan. Dalam menyampaikan pesan seseorang menggunakan suatu media atau alat yaitu bahasa, dalam hal ini bahasa lisan. Seorang yang akan menyampaikan pesan tersebut mengharapkan agar penerima pesan dapat memahaminya. Pemberi pesan disebut juga pembicara dan penerima pesan disebut penyimak atau pendengar. Peristiwa proses penyampaian pesan secara lisan seperti itu disebut berbicara. Untuk lebih rincinya, dapat dilihat beberapa pendapat di bawah ini. • Berbicara adalah beromong, bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran, melisankan sesuatu yang dimaksudkan (KBBI, 2005: 165). • Menurut Tarigan (tanpa tahun: 15), menjelaskan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide yang dikombinasikan. • Menurut Djago Tarigan, dkk (1998: 34), menjelaskan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. • Menurut Suhendar dan Supinah (1992: 16), berbicara merupakan suatu peristiwa penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan, perasaan) seseorang Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 17. 38 kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan (ujaran) sehingga maksud tersebut dipahami orang lain. Kesimpulan: Berbicara merupakan suatu peristiwa mengekspresikan, mengutarakan, menyatakan, serta menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa lisan (ujaran) kepada orang lain. Kalau diamati dalam kehidupan sehari-hari, banyak didapati orang yang berbicara. Namun tidak semua orang didalam berbicara itu memiliki kemampuan yang baik di dalam menyampaikan isi pesannya kepada orang lain sehingga dapat dimengerti sesuai dengan keinginannya, dengan kata lain, tidak semua orang memiliki kemampuan yang baik didalam menyelaraskan atau menyesuaikan dengan detail yang tepat antara apa yang ada dalam pikiran atau perasaannya dengan apa yang diucapkannya sehingga orang lain yang mendengarkannya dapat memiliki pengertian dan pemahaman yang pas dengan keinginan si pembicara. Untuk penyampaian hal-hal yang sederhana mungkin bukanlah suatu masalah, akan tetapi untuk menyampaikan suatu ide/gagasan, pendapat, penjelasan terhadap suatu permasalahan, atau menjabarkan suatu tema sentral, biasanya memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi bagi seorang pembicara yang belum terbiasa, bahkan tidak semua orang mampu melakukannya dengan baik. Dibutuhkan suatu keterampilan atau kecakapan dengan proses latihan yang secukupnya untuk dapat tampil dengan baik menjadi seorang pembicara yang handal. Keterampilan berbicara pada dasarnya harus dimiliki oleh semua orang yang didalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik yang sifatnya satu arah maupun yang timbal balik ataupun keduanya. Keterampilan berbicara menunjang keterampilan bahasa lainnya. Pembicara yang baik mampu memberikan contoh agar dapat ditiru oleh penyimak yang baik. Pembicara yang baik mampu memudahkan penyimak untuk menangkap pembicaraan yang disampaikan. Kehidupan manusia setiap hari dihadapkan dalam berbagai kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara. Contohnya dalam lingkungan keluarga, dialog selalu terjadi, antara ayah dan ibu, orang tua dan anak, dan antara anak-anak itu sendiri. Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 18. 38 Di luar lingkungan keluarga juga terjadi pembicaraan antara tetangga dengan tetangga, antar teman sepermainan, rekan kerja, teman perkuliahan dan sebagainya. Terjadi pula pembicaraan di pasar, di swalayan, di pertemuan- pertemuan, bahkan terkadang terjadi adu argumentasi dalam suatu forum. Semua situasi tersebut menuntut agar kita mampu terampil berbicara. 2. Pengertian Keterampilan Berbicara Bahasa Bali Keterampilan berbicara bahasa Bali berarti mempunyai kemampuan untuk mengekspresikan, mengutarakan, menyatakan, serta menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa Bali yang baik dan benar. Baik, dalam arti menggunakan pilihan kata-kata (diksi) yang indah dan mampu memikat hati orang yang mendengar. Benar, dalam arti tepat dalam penempatan kata-kata sesuai dengan anggah-ungguhing basa Bali. 3. Unsur Dasar Berbicara Di dalam kegiatan berbicara terdapat lima unsur yang terlibat yaitu: a. pembicara b. isi pembicaraan c. saluran d. penyimak, dan e. tanggapan penyimak 4. Konsep Dasar Berbicara Kemampuan berbicara setiap orang berbeda-beda tergantung dari karakteristik dan latar belakang lingkungannya. Sehubungan dengan hal tersebut pengajaran berbicara pun harus berlandaskan konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi. Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal, yakni: a. berbicara dan menyimak adalah suatu kegiatan resiprokal, b. berbicara adalah proses individu berkomunikasi, c. berbicara adalah ekspresi kreatif, d. berbicara adalah tingkah laku, e. berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari, Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 19. 38 f. berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman, g. berbicara sarana memperluas cakrawala, h. kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat, i. berbicara adalah pancaran kepribadian (Logan dkk., 1972:104-105). 5. Tujuan berbicara Seorang pembicara dalam menyampaikan pesan kepada orang lain pasti mempunyai tujuan, ingin mendapatkan respons atau reaksi. Respons atau reaksi itu merupakan suatu hal yang menjadi harapan. Tujuan atau harapan pembicaraan sangat tergantung dari keadaan dan keinginan pembicara. Secara umum tujuan pembicaraan adalah sebagai berikut: a. mendorong atau menstimulasi, b. meyakinkan, c. menggerakkan, d. menginformasikan, dan e. menghibur. Tujuan suatu uraian dikatakan mendorong atau menstimulasi apabila pembicara berusaha memberi semangat dan gairah hidup kepada penyimak. Reaksi yang diharapkan adalah menimbulkan inpirasi atau membangkitkan emosi para penyimak. Misalnya, sambutan Ketua Porsenijar Karangasem di hadapan peserta yang akan berlomba di Denpasar bertujuan agar peserta Porsenijar memiliki semangat berlomba yang tinggi dalam rangka menjaga nama baik Karangasem. Tujuan suatu uaraian atau ceramah dikatakan meyakinkan apabila pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan, pendapat atau sikap para penyimak. Alat yang paling penting dalam uraian itu adalah argumentasi. Untuk itu diperlukan bukti, fakta, dan contoh konkret yang dapat memperkuat uraian untuk meyakinkan penyimak. Reaksi yang diharapkan adalah adanya persesuain keyakinan, pendapat atau sikap atas persoalan yang disampaikan. Tujuan suatu uraian disebut menggerakkan apabila pembicara menghendaki adanya tindakan atau perbuatan dari para penyimak. Misalnya, berupa seruan persetujuan atau ketidaksetujuan, pengumpulan dana, Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 20. 38 penandatanganan suatu resolusi, mengadakan aksi sosial. Dasar dari tindakan atau perbuatan itu adalah keyakinan yang mendalam atau terbakarnya emosi. Tujuan suatu uraian dikatakan menginformasikan apabila pembicara ingin memberi informasi tentang sesuatu agar para penyimak dapat mengerti dan memahaminya. Misalnya: seorang guru menyampaikan pelajaran di kelas, seorang dokter menyampaikan masalah kebersihan lingkungan, seorang polisi menyampaikan masalah tertib berlalu lintas, dan sebagainya. Tujuan suatu uraian dikatakan menghibur, apabila pembicara bermaksud menggembirakan atau menyenangkan para penyimaknya. Pembicaraan seperti ini biasanya dilakukan dalam suatu resepsi, ulang tahun, pesta, atau pertemuan gembira lainnya. Humor merupakan alat yang paling utama dalam uraian seperti itu. Reaksi atau respons yang diharapkan adalah timbulnya rasa gembira, senang, dan bahagia pada hati pendengar. Misalnya, dialog dalam kegiatan sendratari, drama, wayang kulit, dan lain sebagainya. 6. Jenis-jenis Kegiatan Berbicara Berbicara bahasa Bali dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) berbicara formal (resmi), dan (2) berbicara informal (tidak resmi). Dengan adanya perbedaan kegiatan berbicara tersebut, maka menyebabkan adanya dua jenis bahasa, yaitu basa pakraman dan basa pasuitrayan. Basa Pakraman adalah bahasa Bali yang digunakan untuk berbicara di dalam pertemuan-pertemuan resmi seperti di dalam peparuman adat, di dalam upacara agama, dan pengajaran bahasa Bali di kelas. Dalam lingkup ini ada aturan tertentu yang relatif lebih ketat, misalnya pakaian, situasi, tema, kosa kata, dan gaya berbicara dikemas dalam lingkup resmi. Adapun bentuk berbicara dengan menggunakan basa pakraman (resmi) tersebut adalah sebagai berikut. (1) Pidarta (pidato); (2) Sambrama Wacana (sambutan); (3) Dharma Wacana (ceramah/kotbah); (4) Atur Piuning (laporan); (5) Dharma Tula (diskusi); Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 21. 38 (6) Widya Tula (diskusi tentang ilmu pengetahuan); dan (7) Pakeling (pengumuman). Basa Pasuitrayan adalah bahasa Bali yang digunakan untuk berbicara di dalam pergaulan sehari-hari atau tidak resmi (informal). Kegiatan berbicara informal lebih banyak kelonggarannya. Situasinya lebih familier, bahasanya bebas, pakaiannya tidak diatur, demikian pula format dan gaya pembicaraannya. Berbicara informal meliputi bertukar pikiran, percakapan, penyampaian berita, bertelepon, dan memberi petunjuk. 7. Metode Berbicara Ada empat cara atau teknik yang dapat atau biasa digunakan orang dalam menyampaikan pembicaraan (H.G. Tarigan), yaitu sebagai berikut. (a) Metode Impromptu ‘Serta Merta’ Dalam hal ini pembicara tidak melakukakan persiapan lebih dulu sebelum berbicara, tetapi secara serta merta atau mendadak berbicara berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. Pembicara menyampaikan pengetahuannya yang ada, dihubungkan dengan situasi dan kepentingan saat itu. (b) Metode Menghafal Pembicara sebelum melakukan kegiatannya melakukan persiapan secara tertulis, kemudian dihafal kata demi kata, kalimat demi kalimat. Dalam penyampaiannya pembicara tidak membaca naskah. Ada kecenderungan pembicara berbicara tanpa menghayati maknanya, berbicara terlalu cepat. Hal itu dapat menjemukan, tidak menarik perhatian penyimak. Mungkin juga ada pembicara yang berhasil dengan metode ini. Metode ini biasanya digunakan oleh pembicara pemula atau yang masih belum biasa berbicara di depan orang banyak. (c) Metode Naskah Pada metode ini pembicara sebelum berbicara terlebih dulu menyiapkan naskah. Pembicara membacakan naskah itu di depan para penyimaknya. Hal ini dapat kita perhatikan pada atur piuning (laporan) ketua panitia pelaksanaan kegiatan pasraman remaja kepada Bapak bupati Karangasem. Pembicara harus memiliki kemampuan menempatkan tekanan, nada, intonasi, dan ritme. Cara ini Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 22. 38 sering kurang komunikatif dengan penyimaknya karena mata dan perhatian pembicara selalu ditujukan ke naskah. Oleh karena itu, apabila akan menggunakan metode harus melakukan latihan yang intensif. (d) Metode Ekstemporan Dalam hal ini pembicara sebelum melakukan kegiatan berbicara terlebih dahulu mempersiapkan diri dengan cermat dan membuat catatan penting atau catatan kecil tentang topik pembicaraan. Catatan itu digunakan sebagai pedoman pembicara dalam melakukan pembicaraannya. Dengan pedoman itu pembicara dapat mengembangkannya secara bebas. 8. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara Keterampilan berbicara seseorang, sangat dipengaruhi oleh dua faktor penunjang utama, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah segala sesuatu potensi yang ada di dalam diri orang tersebut, baik fisik maupun non fisik (psykhis). Faktor pisik adalah menyangkut dengan kesempurnaan organ-organ tubuh yang digunakan didalam berbicara misalnya, pita suara, lidah, gigi, dan bibir, sedangkan faktor non fisik diantaranya adalah: kepribadian (kharisma), karakter, temparamen, bakat (talenta), cara berfikir dan tingkat intelegensi. Faktor eksternal misalnya tingkat pendidikan, kebiasaan, dan lingkungan pergaulan. Namun demikian, kemampuan atau keterampilan berbicara tidaklah secara otomatis dapat diperoleh atau dimiliki oleh seseorang, walaupun ia sudah memiliki faktor penunjang utama baik internal maupun eksternal yang baik. Kemampuan atau keterampilan berbicara yang baik dapat dimiliki dengan jalan mengasah dan mengolah serta melatih seluruh potensi yang ada. Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 23. 38 BAB II Anggah-Ungguhing Basa Bali Basa Bali sinalih tunggil basa daérahé ring Indonésia sané maderbé wangun masor singgih. Sor singgih basa Baliné, mangkin kawastanin Anggah- ungguhing Basa Bali (parinama manut Pasamuhan Agung Basa Bali, warsa 1974 ring Singaraja). J. Kersten S. V. D., maosang antuk istilah Warna-warna Bahasa Bali. Taler wénten sané maosang antuk “Unda-usuk Basa Bali” olih Tim Peneliti Fakultas Sastra Unud warsa 1978/1979, miwah “Sor Singgih Basa” olih I Nengah Tinggen. Uratian ngeninin indik basa Bali taler nudut kayun Ida Bagus Udara Narayana makarya skripsi sane mamurda “Anggah-ungguhing Basa Bali dalam Kehidupan Masyarakat Bali” duk warsa 1983. Kawéntenan anggah-ungguhing basa sajeroning basa Bali taler nganutin pakibeh jagat Baliné, sané kantos mangkin kantun manggeh mawit sangkaning kawéntenan palapisan masyarakat Bali minakadi palapisan masyarakat Bali Purwa (tradisional) miwah masyarakat Bali Anyar (modérn). Palapisan masyarakat Bali Purwa (tradisional) metu saking pamijilan utawi (keturunan). Sangkaning pamijilan krama Baliné, wénten Tri Wangsa miwah Wangsa Jaba. Sané kabaos Tri Wangsa inggih punika tetiga wangsané sané kabaos sang singgih, minakadi; Brahmana, Ksatria, miwah Wésia. Raris sané kabaos Wangsa Jaba saha kabaos sang sor wantah sameton Baliné sané mawit saking Sudra Wangsa. Salanturnyané sajeroning palapisan masyarakat Bali Anyar (modérn) wénten Sang Singgih sané kabaos prakanggé utawi prayayi minakadi sang maraga guru wisésa (pejabat), majikan, direktur, manajer, réktor, dosén, guru, bendésa, sulinggih miwah sané lianan. Sané kabaos Sang Sor inggih punika anaké sané madué linggih soran ring prakanggéné i wawu minakadi: tukang sapu, sopir, tukang ketik surat, pegawai, buruh, murid, mahasisia, parekan, panyroan (pembantu), miwah sané lianan. Majalaran ring kawéntenan pabinayan linggih punika raris metu tata krama mabebaosan sané waluyané pinaka uger-uger sajeroning mabaos Bali, sakadi puniki. Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 24. 38 1) Wangsa Jaba ri kalaning mabaos utawi maatur-atur ring sang maraga Tri Wangsa kapatutang nganggén basa Alus. Upami: I Madé ring Ida Bagus matur (Bs.alus) I Dolar ring Gusti Patih matur (Bs. Alus) 2) Tri Wangsa ri kalaning mabebaosan ring sang maraga Wangsa Jaba kangkat mabaos Andap (mabasa biasa, nénten Alus). Upami: Raja Tua ring I Dadab mabaos (Bs. Andap) Ida Bagus ring I Madé mabaos (Bs. Andap) 3) Para pegawé utawi jadma sané linggihnyané soran, ri kalaning mabaos ring sang maraga prakanggé utawi prayayi patut mabaos Alus. Upami: sopir ring Réktor matur (Bs. Alus) Pegawai ring Bupati matur (Bs. Alus) 4) Prakanggé utawi prayayi , ri kalaning mabaos ring sang sané soran kangkat mabaos ngangén basa Andap utawi basa Biasa. Upami: Diréktur ring nupekon mabaos (Bs. Andap) Majikan ring buruh mabaos (Bs. Andap) A. Wirasan Kruna Basa Bali Malarapan antuk kawéntenan linggih krama Baliné punika, metu kruna- kruna basa Bali sané taler maderbé wirasa matios-tiosan. Manut wirasannyané, kruna-kruna basa Baliné kapalih dados pitung soroh, inggih punika: (1) kruna andap, (2) kruna mider, (3) kruna alus mider (Ami), (4) kruna alus madia (Ama), (5) kruna alus singgih (Asi), (6) kruna alus sor (Aso), lan (7) kruna kasar. 1) Kruna Andap Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 25. 38 Duké nguni, kruna andap puniki kawastanin kruna lepas hormat utawi Kruna Kapara, inggih punika kruna-kruna sané wirasan basannyané andap (éndép), nénten alus miwah nénten kasar. Kruna-kruna puniki kanggén mabaos antuk anaké sané sesamén wangsa, sesamén linggih utawi olih sang singgih ring sang sor. Conto Kruna Andap: suba - teka - ngenceh mara - payu - madaar dingeh - aba - batis ngigel - jemak - kemu panak - beli - baang eda - alih - tunden 2) Kruna Mider Kruna Mider inggih punika kruna-kruna basa Baliné sané maderbé wangun wantah asiki, nénten maderbé wangun alus, nénten maderbé wangun tiosan, mawinan dados maideran sajeroning bebaosan. Binanipun ring kruna alus mider; alus mider maderbé wangun andap, nanging kruna mider nénten maderbé wangun andap utawi wangun sané tiosan. Sapunika taler, Kruna Mider matiosan ring Kruna Andap. Yéning Kruna Mider nénten maderbé wangun tiosan, nanging Kruna Andap maderbé wangun alus. Conto Kruna Mider: kija - tembok - laptop nyongkok - celana - kabel spidol - radio - abulih bunter - gilik - akuda sendeh - galak - angkid sepatu - pulpen - msl Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 26. 38 3) Kruna Alus Mider (Ami) Kruna Alus Mider inggih punika kruna-kruna basa Bali alus sané wirasan basannyané madué wiguna kekalih, dados kanggén nyinggihang sang maraga singgih, sapunika taler dados kanggén ngasorang sang maraga sor. Tiosan ring punika kruna alus mider taler madué wangun andap. Conto Kruna Alus Mider (Ami): Kruna Andap Kruna Ami nawang - uning teka - rauh suba - sampun inget - éling meli - numbas ngadep - ngadol uli - saking krana - duaning 4) Kruna Alus Madia (Ama) Kruna Alus Madia inggih punika kruna-kruna basa Bali alus sané wirasan basannyané manengah. Kruna Alus Madia puniki makanten pinaka variasi kruna alus tiosan (Bagus, 1979: 179). Tiosan ring puniki, kamulan wénten kruna-kruna sané rasa basannyané alus madia, kruna alus sané kirang becik yéning kanggén mabebaosan sane alus. Conto Kruna Alus Madia: Kruna Andap Kruna Ama Kruna Ami ené, ento - niki nika - puniki, punika suba - ampun - sampun iang - tiang - titiang nah - nggih - inggih kéto - kénten - sapunika tusing - ten - nénten Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 27. 38 5) Kruna Alus Singgih (Asi) Kruna Alus Singgih inggih punika kruna-kruna basa Bali alus sané kanggén nyinggihang sang singgih. Kruna alus singgih puniki pinaka panegep Kruna Alus Mider, santukan Kruna Alus Singgih nénten maderbé wangun Alus Mider. Conto Kruna Alus Singgih: Kruna Andap Kruna Asi Kruna Aso mati - séda, lina, - padem ndéwata, lebar beling - mobot - abot Ia - Ida, Dané - ipun nepukin - manggihin - ngantenang madan - mapeséngan - mawasta 6) Kruna Alus Sor (Aso) Kruna Alus Sor inggih punika kruna-kruna basa Baliné sané mawirasa alus, kanggén ngasorang raga utawi ngasorang anaké tiosan sané linggihnyané sor utawi andap. Conto Kruna Alus Sor: Kruna Andap Kruna Aso Kruna Asi ngenceh - mabanyu - mawarih ningeh - miragi - mireng keneh - manah - kayun ngomong - mapajar, matur - mabaos, ngandika ngamaang - ngwéhin, ngaturin - ngicénin baan - antuk - olih 7) Kruna Kasar Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 28. 38 Kruna Kasar inggih punika kruna-kruna basa Baliné sané wirasan basannyané kaon, saha ketah kanggén ri kalaning brangti, ri kalaning marebat utawi mamisuh. Conto Kruna Kasar: Kruna Andap Kruna Kasar mati - bangka madaar - nidik, ngléklék, ngamah, mantet icang - aké cai/nyai - iba, nani sirep - medem, mamelud B. Wirasan Lengkara Basa Bali Lengkara inggih punika pupulan kruna sané madué teges sampun jangkep. Kawéntenan lengkara basa Baliné majanten kawangun antuk kruna-kruna sané masor-singgih sakadi sané sampun kabaos ring ajeng. Duaning asapunika lengkara-lengkara sané metu taler madué wirasa matios-tiosan manut ring kruna-kruna sané ngwangun lengkara punika. Malarapan antuk rasa basannyané punika, lengkara sajeroning basa Bali kaepah dados nenem, inggih punika: (1) lengkara alus singgih, (2) lengkara alus madia, (3) lengkara alus sor, (4) lengkara alus mider, (5) lengkara andap, miwah (6) lengkara kasar. Mungguing sané kanggén minayang soang-soang lengkara basa Baliné punika, inggih punika saking kruna pangentos sané kanggén sajeroning lengkara punika, sakadi: - Ida, Dané (alus singgih); - Titiang, ipun (alus sor); - Tiang, jero (alus madia); - Iraga, druéné (alus mider); - Icang, cai/nyai, ia (andap); lan - Iba, siga, nani, kola, waké (kasar). 1) Lengkara Alus Singgih Lengkara alus singgih madué wirasa alus sané kanggén nyinggihang sang singgih, yadiastun nénten makasami kruna- Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 29. 38 krunannyané saking kruna alus singgih. Lengkara alus singgih sering kawangun antuk kruna-kruna: alus singgih, kruna alus mider, miwah kruna mider. Upami: a. Ida kari makarya panggul. (asi, ami, ami, mider) b. Dané Gusti Patih nénten mireng baos okanné. (asi, ami, asi, asi, asi) c. Pak Bupati sampun lunga ka Jakarta. (asi, ami, ami, mider, mider) d. Pak Gama pinaka ketua STKIP. (asi, ami, mider, mider) 2) Lengkara Alus Madia Lengkara alus madia inggih punika lengkara Bali alus sané maderbé wirasa makanten kirang alus utawi kantun madia. Lengkara alus madia puniki akeh nganggén kruna-kruna alus madia. Sajaba punika taler maweweh kruna alus mider, kruna alus sor, kruna mider, miwah kruna andap. Upami: a) Tiang nunasang antuk linggih jeroné? (ama, aso, aso, ami, ama) b) Tiang ten uning unduké nika. (ama, ama, ami, andap, ama) c) Tiang kantun ngalap ron. (ama, ami, andap, mider) d) Pak saking Abang, nggih? (ama, ami, mider, ama) 3) Lengkara Alus Sor Lengkara alus sor inggih punika lengkara sané ngwetuang wirasa alus saha kanggén ngasorang raga utawi ngasorang anaké sané patut kasorang duaning linggihnyané pinaka sang sor. Lengkara alus sor puniki Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 30. 38 kawangun antuk kruna-kruna alus sor, alus mider, andap, miwah kruna mider. Upami: a) Titiang manyama sareng lelima. (aso, andap, ami, mider) b) Ipun kantun numbas celana ring Hardy’s. (aso, ami, ami, mider, ami, mider) c) Bapak titiangé wawu rauh saking bangket. (aso, ami, ami, ami, ami) d) Pekak titiange sampun padem. (aso, ami, aso) 4) Lengkara Alus Mider Lengkara alus mider inggih punika lengkara alus sané kanggén mabaos antuk sang mabaos masarengan sang kairing mabaos. Lengkara alus mider puniki akéhan kawangun antuk kruna-kruna alus mider maweweh kruna mider. Lengkara alus mider sering nganggén kruna pangentos (kata ganti) iraga utawi druéné, duaning kanggén maosang indik kawéntenan sang mabaos miwah sang kairing mabaos (bahasa bersama/mengajak/persuasif). Upami: a) Ngiring iraga sareng-sareng ngastiti Ida Hyang Widhi Wasa! (ami, ami, ami, ami, asi) b) Ida-dané sareng sami ngiring mangkin kawitin paruman druéné! (asi, ami, ami, ami, ami, ami, ami, ami) c) Dumogi iraga sareng sami mangguh karahajengan. (ami, ami, ami, ami, ami, ami) d) Parikrama puniki prasida labda karya antuk utsaha druéné. (ami, ami, ami, ami, ami, ami, ami) 5) Lengkara Andap Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 31. 38 Lengkara andap inggih punika lengkara basa Baliné sané wirasannyané biasa, nénten kasar taler nénten alus. Lengkara andap puniki kawangun antuk kruna-kruna sané andap miwah kruna mider. Upami: a) Ia mara majalan ngabaang sampinné padang. (andap, andap, andap, andap, mider) b) Nyén adan timpal caine? (andap, andap, andap, andap) c) Icang lakar mayah montor ka dealer malu. (andap, andap, andap, mider, mider, mider, andap) d) Dija tongos mayah listrik jani? (mider, andap, andap, mider, andap) 6) Lengkara Kasar Lengkara kasar inggih punika lengkara sané madué wirasa sané kaon. Yadiastun asapunika nénten ja makasami kruna-kruna sané ngwangun lengkara kasar punika saking kruna kasar. Taler maweweh kruna andap miwah kruna mider. Upami: a) Yén suba betek basangné pragat suba mamelud di pedemanné. (andap, andap, kasar, andap, andap, andap, kasar, andap, kasar) b) Depang suba pang bangka polonné. (andap, andap, andap, kasar, kasar) c) Men cai, ngléklék di sanggah ngae WC! (andap, andap, kasar, andap, andap, andap, mider) d) Mula bungut ibane galir, data-data petang iba! (andap, kasar, kasar, mider, andap, kasar, kasar) C. Wirasan Basa Bali Sané kabaos basa ring paplajahan puniki inggih punika bebaosan sané kawangun antuk pupulan kruna-kruna sané panjang, lintangan ring napi sané kabaos lengkara. Yéning mirengang anak mabaos, bebaosan punika pacang Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 32. 38 makanten sor-singgih, wénten sané alus, wénten sané madia, wénten sané andap, taler wénten sané ,mawirasa kasar. Punika sami wantah sangkaning linggih sang sané mabaos, sapasira sané kairing mabaos miwah sapasira sané kabaosang. Malarapan ring wirasannyané, basa Baliné kapalih dados: (1) basa kasar, (2) basa andap, (3) basa basa madia, miwah (4) basa alus. 1. Basa Kasar Basa kasar inggih punika basa Baliné sané wirasannyané kaon, sering kanggén marebat miwah mamisuh. Kanggén mabaos antuk anaké ri sedek duka, brangti, wiroda (jengah), miwah kroda. Basa kasar kapalih malih dados kekalih: (1) basa kasar pisan, miwah (2) basa kasar jabag. (1) Basa Kasar Pisan Basa kasar pisan inggih punika basa Baliné sané wirasannyané yukti-yukti kaon, saha sering kanggén marebat utawi mamisuh. Conto Basa Kasar Pisan: “Ih cicing, delikang matan ibané! Apa léklék iba mai ah? Awak beduda pangkah nagih nandingin geruda. Yén awak beduda, kanggoang to soroh tainé urek! Mai iba nuké anyud, patigrépé polon ibané mai ngalih somah timpal. Dasar ibi cicing bengil, pongah ngentut. Tuh kelik-kelik matan ibané, waluya matan buaya, matan sundel. Magedi iba uli dini! Yén sing nyak iba magedi, to cicing borosané lakar nyétsét clekotokan ibané!” (2) Basa Kasar Jabag Basa kasar jabag inggih punika basa Baliné sané kawangun antuk basa andap, taler ring asapunapiné maweweh kruna-kruna alus madia, nanging kanggén mabaos ring sang singgih utawi kanggén maosang indik sang singgih. Dadosnyané, basa andap sané kanggén mabaos ring sang singgih miwah kanggén maosang sang singgih punika sané kabaos basa kasar jabag. Conto Basa Kasar Jabag: “Ih Désak, payu malali bin mani? Yén Sak kal payu milu, ingetang liunang ngaba bekel nah! Saya sing kal ngaba apa. Désak kar cagerang. Yén Sak sing ngelah pis, Aku kal meliang malu. Kala ingetang nyen kamu ngulihang nah!” Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 33. 38 2. Basa Andap Basa andap inggih punika basa Baliné sané wirasannyané biasa, nénten kasar taler nénten halus. Basa andapé puniki kanggén mabebaosan antuk anake sané linggihnyané pateh utawi papadan (sesamén wangsa), miwah antuk anaké sané linggihnyané singgihan ring sang sané soran. Minakadi:  Reraosan I bapa sareng I mémé,  Bebaosan ida aji sareng Ida biang,  Raos I bapa miwah I mémé ring pianaknyané,  Raos embok/beli ring adinipun,  Raos bapak/ibu guru ring muridnyané,  Baos raja ring patih, panyroan, parekan,  Baos patih ring parekan/panyroan,  Baos majukan ring buruh,  Baos pejabat ring pegawénnyané,  Baos sang triwangsa ring wangsa jaba. Conto Basa Andap: “Luh ……. Luh Sunari. Tegarang ja tolih i padang, liglig ia kameranan, angajap-ajap kritisan ujan ané marupa tresnan luhé. Bedak layah ia ngulatiang sukalegan idep luhé apanga ia sida nu maurip dini di guminé. Tan péndah ia i tuké anyud, patigrépé ngalih paenjekan. Tulya i tabia dakep ané nyaratang tungguhan apanga sida nu idup di guminé”. Puniki raos I Wayan Duria ring tunanganipun Luh Sunari. Conto Basa Andap Tiosan: Pupuh Ginada Eda ngadén awak bisa, depang anaké ngadanin, geginané buka nyampat, anak sai tumbuh luu, ilang luu buké katah, yadin ririh, Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 34. 38 liu enu paplajahan. 3. Basa Madia Basa madia inggih punika basa Baliné sané makanten sakadi basa alus, nanging wirasannyané kantun madia, santukan akéh kawangun antuk kruna-kruna alus madia. Basa madia puniki pinih akéh katemuang ring bebaosan Bali sajeroning pagubugan maparajana. Sapatutnyané maosang sampun, kabaos ampun, patutnyané maosang inggih kabaos nggih, patutnyané maosang nénten kabaos ten, miwah selanturnyané. Sajaba punika, basa madiané puniki sering kanggén mabebaosan antuk sameton Baliné sané durung pada kenal, sané ketah mabaos matiang-jero. Pinaka conto basa madia pacang kaunggahang kekalih lagu pop Bali ring sor puniki, inggih punika lagu Pop Bali Rajapala miwah Bungan Sandat. RAJAPALA Jero-jero … anak lanang bagus genjing, wantah titiang widiadari, Kén Sulasih parab titiang. Napi wénten … ngambil busanan tiangé, titiang nyadia mangentosin, antuk jinah mas tur mirah. Rajapala parab titiang truna lara, yéning suéca pakayunan makronan, ratu ayu sareng titiang truna lara. Mangkin wénten … pinunas tiang ring beli, yéning wénten putra adiri, titiang mapamit ring beli. Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 35. 38 BUNGAN SANDAT Yen gumanti bajang Tan bina ia pucuk nedeng kembang Disubane layu tan ada ngrunguang ngemasin makutang Becik malaksana da gumanti dadi kembang bintang mentik di rurunge makejang mangempok raris kaentungang Ia i bungan sandat salayu-layu layunne miik ‘to ia nyandang tulad sauripe malaksana becik Para truna-truni mangda saling asah asih asuh manyama braya ‘to kukuhin rahayu kapanggih 4. Basa Alus Basa Bali alus inggih punika basa Baliné sané wirasannyané alus utawi nyinggihang. Manut tata krama mabaos Bali, basa alusé puniki kanggén mabebaosan antuk anaké sané linggihnyané sor ring sang singgih. Minakadi: • atur parekan ring raja, • atur panyroan ring patih, • atur murid ring guru, • atur pegawé ring pejabat, • atur buruh ring majikan , msl. Basa Baliné sané wirasannyané alus puniki malih kapalih dados tigang soroh, inggih punika: (1) basa alus singgih, (2) basa alus sor lan (3) basa alus mider. (1) Basa Alus Singgih Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 36. 38 Basa alus singgih inggih punika basa Baliné sané wirasannyané alus saha kanggén nyinggihang sang singgih sané kairing mabaos utawi sané sedek kabaosang. Wangsa jaba sané mabaos ring tri wangsa utawi maosang indik tri wangsa patut nganggén basa alus singgih. Conto Basa Alus Singgih: “Ratu déwa agung, makadi pranagata, nadak sara cokoridéwa ngeséngin sikian titiang mangda titiang pedek tangkil rahinané mangkin. Samaliha sapamedal cokoridéwa makanten ucem remrem tatwadana druéné, tan péndah kadi sekar pucuké kaulet. Punapi manawi wénten sané sungsutang cokoridéwa ring sajeroning pikayunan? Inggih durus-durus cokoridéwa mawecana, mabaos ring panjaké sami!” (2) Basa Alus Sor Basa alus sor inggih punika basa Baliné sané mawirasa alus, kanggén ngasorang raga utawi ngasorang sang sané patut kasorang. Sang sapasira ugi sané sedek mabebaosan ring bebaosan pakraman (resmi) kapatutang ngasorang raga nganggén basa alus sor. Conto basa alus sor: “Ida Dané sané baktinin titiang, sadurung titiang nglantur matur ring Ida Dané sareng sami, lugrayang riin titiang nyinahang déwék. Mungguing wastan titiang I Wayan Jatiyasa. Titiang wit saking Banjar Tumingal, Désa Tiyingtali, Abang, Karangasem. Titiang manyama sareng lelima samaliha durung maderbé somah” Ring conto punika, titiang matur ring sang sareng akéh, minakadi pamilet penataran. Titiang ngasorang raga nganggén basa alus sor. Titiang nénten maosang mapeséngan, nanging mawasta. Titiang nénten maosang angga, nanging déwék. Titiang nénten maosang masameton, nanging manyama. Taler nénten maosang durung madué rabi, nanging durung maderbé somah. Conto basa alus sor sané tiosan Pupuh Sinom Titiang jadma suniantara, nista lacur manumadi, malarapan suka legawa, Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 37. 38 catur bekel titiang pasti, suka duka lara pati, nika wantah titiang tikul, titiang mawasta I Tamtam, nyadia titiang tangkil mangkin, ring Sang Ayu, sané telas tunas titiang. Punika atur I Tamtam majeng ring Diah Adnyasuari, putrining jagat Mesir. Duaning I Tamtam madéwék Jaba, ipun matur ring Sang Ayu Adnyasuari nganggén basa alus sor, kaanggén ngasorang déwék ipuné. (3) Basa Alus Mider Basa alus mider inggih punika basa Baliné sané mawirasa alus, sering kanggén mabebaosan sajeroning peparuman, matur-atur ring sang sareng akéh. Bebaosan punika ngeninin sang mabaos miwah sang sané kairing mabaos. Kruna pangentos sané kanggén lumrahnyané kruna iraga utawi druéné. Conto basa alus mider kadi ring sor puniki: “Inggih Ida Dané krama banjar sané dahat wangiang titiang, duaning panamayané sampun nepek ring sané kacumawisang, ngiring mangkin kawitin paparuman druéné. Sakéwanten sadéréngé, ngiring sinarengan ngastiti bakti ring Ida Sang Hyang Widhi Wasa, nunas pasuécan Ida mangda asung ngicénin iraga karahajengan, gumanti punapa-punapi sané pacang kabaosang malih ajebos prasida sidaning don miwah labda karya. Ngiring sinarengan nyakupang kara kalih saha ngojarang pangastungkara, Om Swastiastu” Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd
  • 38. 38 DAFTAR PUSTAKA Bagus, I Gusti Ngurah. 1979. Perubahan Pemakaian Bentuk Hormat dalam Masyarakat Bali. Sebuah Pendekatan Etnografi Berbahasa. Jakarta. Balai Bahasa Denpasar, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin. Denpasar. http://colinawati.blog.uns.ac.id/2010/05/10/9.html. http://mbahbrata-edu.blogspot.com/2010/04/keterampilan-menyimak.html http://ngomongo.blogspot.com.html. http://prabareta.blogspot.com/2009/01/keterampilan-menyimak.html. http://www.slideshare.net/NASSuprawoto/pembelajaran-berbicara.html. Suwija, I Nyoman dan Manda, I Gede. 2009. Widia Sari. Basa lan Sastra Bali 3. Sebuah Buku Pelajaran Bahasa Bali Kelas XII SLTA. Denpasar. Suwija, I Nyoman. 2007. Pupulan Pidarta Basa Bali Alus. Denpasar: Pelawa Sari. Suwija, I Nyoman. 2007. Kamus Anggah-ungguhing Basa Bali. Denpasar: Sanggar Ayu Suara. Suhendar, M.E dan Supinah, Pien. 1992. Bahasa Indonesia. Pengajaran dan Ujian Keterampilan Menyimak & Keterampilan Berbicara. Bandung: CV. Pionir Jaya. Tarigan, Henry Guntur. 1987. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tinggen, I Nengah. Sor Singgih Basa Bali. Singaraja: Rhika Dewata. Yuwono, Trisno dan Abdulah, Pius. 1994. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis. Surabaya: Arkola. Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Bali I Wayan Jatiyasa, S.Pd