SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 17
SISTEM PERTANIAN DI INDONESIA
Seperti telah disebutkan, ada anggapan bahwa asal mula pertanian di dunia mulai di
Asia Tenggara. Pada waktu ini, kita temui berbagai sistem yang berbeda baik tingkat efisiensi
teknologinya maupun tanaman yang diusahakan: Sistem ladang, sistem tegal pekarangan,
sistem sawah dan sistem perkebunan.
Sistem Pertanian di Indonesia
Di Indonesia dikenal ada empat sistem pertanian. Keempat sistem itu adalah :
Sistem ladang merupakan sistem pertanian yang paling primitif. Suatu sistem peralihan
dari tahap budaya pengumpul ke tahap budaya penanam. Pengolahan tanahnya sangat
minimum, produktivitas bergantung kepada ketersediaan lapisan humus yang ada, yang terjadi
karena sistem hutan. Sistem ini pada umumnya terdapat di daerah yang berpenduduk sedikit
dengan ketersediaan lahan tak terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman
pangan, seperti padi darat, jagung, atau umbi-umbian
Sistem tegal pekarangan berkembang di lahan-lahan kering, yang jauh
dari sumber-sumber air yang cukup. Sistem ini diusahakan orang setelah mereka menetap
lama di wilayah itu, walupun demikian tingkatan pengusahaannya rendah. Pengelolaan tegal
pada umumnya jarang menggunakan tenaga yang intensif, jarang ada yang menggunakan
tenaga hewan. Tanaman-tanaman yang diusahakan terutama tanaman tanaman yang tahan
kekeringan dan pohon-pohonan.
Sistem sawah, merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam
pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas biologi yang tinggi,
sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan. Ini dicapai dengan sistem pengairan yang
sinambung dan drainase yang baik. Sistem sawah merupakan potensi besar untuk produksi
pangan, baik padi maupun palawija. Di beberapa daerah, pertanian tebu dan tembakau
menggunakan sistem sawah.
Sistem perkebunan, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar
(estate) yang dulu milik swasta asing dan sekarang kebanyakan perusahaan negara,
berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor. Dimulai dengan bahan-bahan ekspor seperti
karet, kopi, teh dan coklat yang merupakan hasil utama, sampai sekarang sistem perkebunan
berkembang dengan manajemen yang industri pertanian.
Klasifikasi Sistem Pertanian
Sistem pertanian tropik dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok (Ruthenberg,
1980):
1. Sistem pertanian yang bersifat pengumpulan hasil tanaman
2. Sistem pertanian yang bersifat budidaya tanaman
3. Sistem pertanian untuk makanan ternak dan padang penggembalaan.
Sistem Pertanian dengan Pengumpulan Hasil Tanaman, sistem ini adalah sistem
pertanian yang secara langsung memperoleh hasil tanaman dari tanaman-tanaman yang tidak
dibudidayakan, sistem ini biasanya dijalankan bersamaan dengan sistem berburu binatang dan
tangkapan ikan. Jarang sistem pengumpulan hasil tanaman terdapat sebagai kegiatan tunggal.
Di beberapa daerah seperti di Irian Jaya sistem ini masih terdapat.
Sistem Pertanian dengan Budidaya Tanaman, sistem ini merupakan sistem pertanian
yang paling utama. Di daerah tropik terdapat banyak sistem budidaya tanaman, dan
klasifikasinya dapat dilakukan berdasarkan beberapa ciri-ciri spesifik sebagai berikut:
Berdasarkan Tipe Rotasinya
Berdasarkan tipe rotasinya dapat diklasifikasikan 4 macam sistem budidaya tanaman
yaitu : Sistem dengan rotasi bera secara alami; sistem dengan rotasi dengan makanan ternak
(ley system); sistem dengan rotasi tegalan (field system); sistem dengan rotasi tanaman
tahunan.
1. Sistem pertanian dengan rotasi bera secara alami
Sistem ini adalah sistem dimana budidaya tanaman, bergantian dengan bera (bera =
uncultivated fallow).
Bentuk-bentuk vegetasi yang terdapat pada bera secara alami dapat berupa :
- Pohon-pohon yang dominan (forest fallow)
- Semak-semak yang dominan (Bush fallow)
- Kayu tahan api yang dominan dan rumput (savanna fallow)
- Rumput yang dominan (Grass fallow)
2. Sistem pertanian dengan rotasi dengan makanan ternak
Ini adalah sistem dimana lahan ditanami tanaman-tanaman semusim untuk beberapa
tahun, kemudian dibiarkan rumput tumbuh, atau lahan ditanami rumput dan atau leguminosa
untuk padang penggembalaan. Ley system yang diatur yaitu tanaman semusim/pangan,
dirotasikan dengan tanaman rumput dan atau leguminosa, yang dipotong untuk ternak. Ley
system secara alami yaitu setelah tanaman semusim, dibiarkan rumput tumbuh secara alami
untuk padang penggembalaan ternak.
3. Sistem pertanian dengan rotasi tegalan
Sistem dimana tanaman semusim yang satu ditanam setelah tanaman semusim yang lain
pada lahan kering.
4. Sistem pertanian dengan rotasi tanaman tahunan
Termasuk tanaman-tanaman tahunan adalah tebu, teh, kopi, kelapa, karet dan
sebagainya. Tanaman-tanaman tahunan seperti itu dapat ditanam bergantian dengan bera,
tanaman semusim, padang penggembalaan ataupun tanaman-tanaman tahunan yang lain.
Berdasarkan Intensitas Rotasinya
Untuk klasifikasi sistem pertanian berdasarkan kriteria intensitas rotasi, digunakan
pengertian R (intensitas Rotasi) dimana :
R = Jumlah tahun lahan ditanami x 100 %
Lama siklus (tahun)
Siklus = jumlah tahun lahan ditanami + tahun bera (intensitas rotasi ini memakai alat ukuran
waktu). Jadi misalkan dalam siklus 10 tahun, 2 tahun lahan ditanami, dan 8 tahun diberakan,
maka R = 2/10 x 100 = 20 %. Atau misalkan dalam siklus 20 tahun, 2 tahun lahan ditanami, 18
tahun diberakan, maka R = 2/20 x 100 = 10 %
- Bila R < 33 %, pertanian tersebut tergolong sistem perladangan (shifting cultivation).
- Bila R adalah kurang 60 % tetapi lebih dari 33 % ( 33 < R < 66) sistem pertanian digolongkan
sistem bera.
- Bila R > 66 %, sistem pertanian ini digolongkan sistem pertanian permanen.
Bila lahan bera 7 tahun, ditanami 7 tahun, maka R = 7/14 x 100 = 50 %, ini tergolong sistem
bera.
Istilah lain yang serupa dengan intensitas rotasi (rotation intencity) adalah intensitas
penanaman (cropping intencity). Istilah ini memakai varian (alat ukur) luasan. Intensitas
penanaman atau cropping intencity index dapat dihitung berdasarkan :
Bagian dari areal ditanami (ha) dibandingkan terhadap areal pertanian tersedia (ha), dikalikan
100 persen, atau dengan rumus :
Cropping Intencity Index = 1
= luas areal ditanami (ha) X 100 % /tahun
Luas lareal pertanian total tersdia (ha)
Jadi misalkan luas areal pertanian tersedia = 100 ha, dan bila dari luas tersebut tiap tahun
ditanami satu kali seluas 40 ha, maka
I = 40 /100 X 100 = 40 %.
Makin besar I, makin besar persentase areal lahan ditanami (ha) dibanding dengan luas areal
total (ha) tiap tahunnya. Pada pertanian permanen, indeks penanaman (I) lebih besar dari 66 %
(sebagian besar atau seluruh lahan ditanami lebih dari satu kali dengan sistem pola tanam
ganda).
Berdasarkan Suplai Air
Pertama-tama sistem pertanian tersebut digolongkan menjadi sistem pertanian dengan,
atau tanpa pengairan. Pertanian dengan sistem pengairan adalah sistem pertanian dimana air
dapat diatur masuk ke dalam lapangan sehingga tingkat kelembaban lebih tinggi dibanding bila
tanpa irigasi; umum disebut pula dengan nama pertanian lahan kering (dry farming). Pertanian
kering umumnya terdapat pada daerah semi arid, tetapi di Indonesia dimana terdapat iklim
humid – semi humid, juga banyak terdapat pertanian lahan kering.
Nama sistem pertanian yang lebih tepat berdasarkan klasifikasi pemberian air adalah
sistem pertanian berpengairan (irrigated farming) dan sistem pertanian tadah hujan (rainfed
farming).
Klasifikasi lain yang juga didapat berdasarkan suplai air adalah lahan sawah (lahan
basah), yaitu tanah yang lembab dan dibuat berteras serta digenangi air dan ditanami padi
sawah, meskipun lahan tersebut tidak selalu didukung dengan irigasi (misal sawah tadah
hujan). Sebagai kebalikan dari sistem pertanian lahan sawah (lowland) adalah pertanian lahan
darat (upland farming) atau pertanian lahan kering, yaitu sistem pertanian dimana lahannya
tidak digenangi air dan dalam keadaan kering (umumnya di bawah kapasitas lapang).
Berdasarkan Pola Tanam
Klasifikasi sistem pertanian berdasarkan pola tanam merupakan klasifikasi sistem
pertanian yang terpenting di daerah tropis, yang biasanya didukung dengan penggunaan
ternak. Petani-petani yang penghasilannya (gross returnnya = hasil yang diperoleh dan
dipasarkan ditambah yang dikonsumsi keluarga, dan yang untuk persediaan) serupa, dapat
dikelompokkan berdasarkan pola tanam yang dianut, misalnya : padi – palawija, kopi – pisang
dan sebagainya. Dan dalam pertanian permanen yang intensif dapat dikenal berbagai bentuk
pola tanam seperti : pola tanam campuran, tumpangsari, dan sebagainya.
Berdasarkan alat-alat Pertanian yang Digunakan
Berdasarkan hal tersebut secara garis besar dapat digolongkan sistem budidaya
pertanian sebagai berikut:
1. Sistem pertanian pra-teknis yaitu sistem pertanian dimana hanya digunakan alat-alat sangat
sederhana atau tanpa alat-alat sama sekali, seperti pertanian bakar (pertanian perladangan
yang tanpa persiapan apa-apa, kecuali dibakar untuk mendapatkan abu), perladangan tebang-
bakar, sistem pelepasan ternak untuk menginjak-injak lahan sebagai persiapan tanah atau
pengolahan tanah (di pulau Sumba, Sumbawa dan sebagainya) sistem pertanian dengan
tongkat tanam, dan sebagainya.
2. sistem pertanian dengan cangkul dan sekop.
3. Sistem pertanian dengan bajak-garu yang ditarik hewan
4. Sistem pertanian dengan bajak-garu yang ditarik traktor
Berdasarkan Tingkat Komersialisasi
Dalam hal ini terdapat sistem yang berbeda, dan sesuai dengan hasil kotor (gross
return) yang dijual terdapat penggolongan sebagai berikut:
1. Pertanian subsisten : yaitu dimana hampir tidak ada penjualan ( < 20 % dari
produksi pertaniannya dijual).
2. Setengah komersial = bila +/- 50 % dari nilai hasil pertaniannya dikonsumsi oleh
keluarga, dan selebihnya dipasarkan.
3. Pertanian komersial, yaitu bila lebih dari 50 % dari hasil pertaniannya dipasarkan.
Berdasarkan Tingkat Teknologi dan Pengelolaan terutama untuk tanaman perkebunan, dapat
dibedakan, perkebunan rakyat, perkebunan besar, dan PIR.
Sistem Pertanian untuk Padang Penggembalaan dan Peternakan, karena
rendahnya potensi lahan padang penggembalaan di daerah tropik umumnya, maka terdapat
penggembalaan berpindah-pindah (nomadis – semi nomadis), yang kadang-kadang disertai
dengan peningkatan padang penggembalaan dalam sistem Ranch. Nisban ternak/luas
umumnya rendah yaitu 2 -3 ternak besar/ha. Pertanian ternak atau peternakan umumnya
diklasifikasikan berdasarkan ketetapan tinggalnya (stationariness) dari peternak maupun
ternaknya, sebagai berikut:
1. Total nomadis = Tidak ada tempat tinggal permanen bagi peternaknya dan, tidak ada sistem
budidaya tanaman makanan ternak teratur, sehingga selalu bergerak.
2. Semi nomadis = Peternak mempunyai tempat tinggal permanen, dan di sekitarnya ada
budidaya makanan ternak sebagai tambahan, tetapi untuk waktu lamanya, ternak dan
penggembalaannya bergerak pada daerah-daerah yang berbeda.
3. Transhuman = Peternak mempunyai tempat tinggal permanent, tetapi ternaknya dengan
bantuan penggembala, mengembara pada daerah penggembalaan yang berpindah-pindah dan
jauh letaknya.
4. Partial Nomadis = Peternak tinggal terus menerus pada tempat pemukiman yang tetap, dan
penggembalaannya hanya pada daerah sekitarnya.
5. Peternakan menetap = Ternaknya sepanjang tahun berada pada lahan atau desanya sendiri.
Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk bersaing di pasar internasional
walaupun secara bertahap. Hal ini karena berbagai keunggulan komparatif antara lain : 1)
masih banyak sumberdaya lahan yang dapat dibuka untuk mengembangkan sistem pertanian
organik, 2) teknologi untuk mendukung pertanian organik sudah cukup tersedia seperti
pembuatan kompos, tanam tanpa olah tanah, pestisida hayati dan lain-lain.
Pengembangan selanjutnya pertanian organik di Indonesia harus ditujukan untuk memenuhi
permintaan pasar global. Oleh sebab itu komoditas-komoditas eksotik seperti sayuran dan
perkebunan seperti kopi dan teh yang memiliki potensi ekspor cukup cerah perlu segera
dikembangkan. Produk kopi misalnya, Indonesia merupakan pengekspor terbesar kedua
setelah Brasil, tetapi di pasar internasional kopi Indonesia tidak memiliki merek dagang.
Pengembangan pertanian organik di Indonesia belum memerlukan struktur kelembagaan
baru, karena sistem ini hampir sama halnya dengan pertanian intensif seperti saat ini.
Kelembagaan petani seperti kelompok tani, koperasi, asosiasi atau korporasi masih sangat
relevan. Namun yang paling penting lembaga tani tersebut harus dapat memperkuat posisi
tawar petani.
Pertanian Organik Modern
Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian
Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang
memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah
lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan
masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian
pestisida sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan,
lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian
organik terus berkembang.
Dalam sistem pertanian organik modern diperlukan standar mutu dan ini diberlakukan
oleh negara-negara pengimpor dengan sangat ketat. Sering satu produk pertanian organik
harus dikembalikan ke negara pengekspor termasuk ke Indonesia karena masih ditemukan
kandungan residu pestisida maupun bahan kimia lainnya.
Banyaknya produk-produk yang mengklaim sebagai produk pertanian organik yang tidak
disertifikasi membuat keraguan di pihak konsumen. Sertifikasi produk pertanian organik dapat
dibagi menjadi dua kriteria yaitu:
a) Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan pertanian ini masih mentoleransi
penggunaan pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang minimal atau Low External Input
Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi penggunaan pestisida
sintetis. Pengendalian OPT dengan menggunakan biopestisida, varietas toleran, maupun
agensia hayati. Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional sudah dibentuk oleh Departemen
Pertanian dengan melibatkan perguruan tinggi dan pihak-pihak lain yang terkait.
b) Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri, seperti
misalnya sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM. Beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi antara lain masa konversi lahan, tempat penyimpanan produk organik, bibit,
pupuk dan pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi persyaratan tertentu sebagai
produk pertanian organik.
Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian
organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah
dan obat, serta peternakan, (Tabel 2). Menghadapi era perdagangan bebas pada tahun 2010
mendatang diharapkan pertanian organik Indonesia sudah dapat mengekspor produknya ke
pasar internasional.
Tropis
2.1.Sejarah Perkembangan Pertanian
Awal kegiatan pertanian terjadi adalah ketika manusia mulai mengambil peranan dalam
proses kegiatan tanaman dan hewan serta pengaturannya untuk memenuhi kebutuhan. Pada
dasarnya manusia terdahulu hanya mempunyai dua kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk
mempertahankan hidup dan kebutuhan untuk mempertahankan keturunannya. Kebutuhan untuk
mempertahankan hidup yaitu dengan makan. Makanan yang dibutuhan oleh manusia telah
disediakan oleh alam. Akan tetapi dengan bertambahnya jumlah manusia yang semakin cepat
maka bahan pangan yang disediakan alam lambat laun akan habis. Habisnya bahan pangan pada
daerah dimana manusia itu tinggal maka mereka akan mencari daerah baru yang menyediakan
bahan pangan. Sehingga pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mereka hidup
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.
Di dalam kepustakaan kuno terdapat cerita bahwa penemu kegiatan pertanian pada
mulanya adalah Kaisar Cina Shen Nung. Pertanian telah dikenal oleh masyarakat pada masa
kebudayaan batu muda (neolitikum), perunggu dan masa kebudayaan batu tua (megalitikum).
Pertanian pada masa itu telah mengubah bentuk-bentuk kepercayaan dari pemujaan
terhadapdewa-dewa perburuan menjadi pemujaan terhadap dewa-dewa kesuburan dan
ketersediaan pangan. Teknik budidaya tanaman atau pertanian lalu meluas ke barat yaitu Eropa
dan Afrika dan ke timur hingga Asia Timur dan Asia Tenggara.
Pertanian secara relatif merupakan inovasi yang belum lama berlangsung dibanding
dengan sejarah manusia, karena untuk masa yang lama manusia hanya bertindak sebagai
pengumpul makanan bukan pembudidaya tanaman. Produksi dengan penanaman dan
pembudidayaan yang sesungguhnya baru terjadi pada zaman Neolitikum atau zaman batu muda.
Perkembangan pertanian telah membawa keberuntungan bagi peningkatan hasil pangan
atau produk pertanian. Hal ini didukung dengan perkembangan ilmu pegetahuan manusia tentang
pembudidayaan tanaman sehingga mencapai hasil yang memuaskan. Teknologi dalam bidang
pertanianpun sudah diciptakan, tujuan utamanya adalah untuk mempercepat proses produksi dan
menghemat tenaga manusia yang digunakan.
Setiap tanaman yang ada sekarang telah dikembangkan pada zaman prasejarah. Hal ini
tercapai dengan dua cara yang berbeda, yaitu :
1. Penjinakan (domestication), yaitu suatu cara membudidayakan atau mengelola spesies liar atau
proses penjinakan tumbuhan liar untuk memenuhi kebutuhan hidup. Misalnya ubi kayu
mengandung zat racun asam sianida (HCN) yang berbahaya bagi kesehatan, dan racun ini dapat
dikurangi zat toksinnya dengan memasak.
2. Seleksi, yaitu suatu cara yang dilakukan dengan penangkaran yang berbeda-beda dari spesies
tersebut. Seleksi kadang-kadang dapat menciptakan suatu spesies baru dan untuk banyak
tanaman agronomi sangat efektif. Sehinga akhir-akhir ini banyak tanaman yang berbeda dengan
asal usulnya dan mengakibatkan garis keturunnya telah pudar, namun mempunyai kualitas yang
jauh lebih baik dibanding tanaman asalnya.
Usaha penjinakan dan penyebaran tanaman pertanian terutama pangan terus berkembang
sesuai dengan pengetahuan dan peradapan manusia. Perkembanga tersebut dipercepat dengan
penemuan teknologi dibidang pertanian. Usaha pertania pada mulanya terbatas pada lahan
kering, dengan meningkatnya kebutuhan akan hasil pertanian maka usaha-usaha pertanian
berkembang pada daerah rawa.
2.2
1. Pemburu dan Pengumpul Makanan
Manusia pertama yang menempati daerah hutan tropika sekitar Laut Cina Selatan
adalahAlitik atau Prepaleolitik yang merupakan kelompok pengumpul makanan dengan cara
mengumpulkan tumbuh-tumbuhan yang dapat dimakan, berburu, dan menangkap ikan.
Manusia pengumpul makanan dan pemburu di Asia Tenggara adalah dalam arti mereka
tidak menetap lama pada suatau tempat. Pada umunya mereka hidup di gua atau di lubang-
lubang pada kaki bukit, biasanya mereka makan dedaunan, bunga, biji, buah, kulit, umbi, dan
akar tanaman. Pengetahuan untuk menghilangkan racun dari bahan makanan serta cara
mengawetkan juga banyak dimiliki oleh para pengembara tersebut. Misalnya mereka
mengawetkan makanan dengan mengeringkannya dibawah sinar matahari dan menghilangkan
racun pada tanaman dengan cara memesaknya.
2. Pertanian Primitif
Ketika manusiapengumpul dan pemburu mulai berusaha mendapatkan tumbuhan sebai
sumber makanan, maka mulai terjadi suatu mata rantai antara periode pengumpul dan pemburu
dengan pertanian primitif. Pada pertanian primitif, manusa sudah mengenal cara menanam dan
memelihara tanaman agar tumbuh dan kemudian dapat diambil hasilnya untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka.
Sistem pertanian yang berkembang pad pertanian primitif adalah pertanian ladang
berpindah. Hal ini terjadi karena manusia pada waktu itu belum tahu cara untuk
memepertahankan kesuburan tanah. Sehingga apabila tanah yang mereka tanamani kesuburannya
telah berkurang, maka mereka akan mencari tanah baru untuk diolah menjadi lahan pertanian
baru. Pada pertanian primitif, kayu-kayu yang telah ditebang tidak dibuang melainkan dibakar.
Sistem ini dikenak dengan huma atau shifting cultivation.
3. Pertanian Tradisional
Pada pertanian tradisional, petani menerima keadaan tanah, curah hujan, dan varietas
tanaman sebagaimana adanya dan sebagaimana yang diberikan alam. Bantuan terhadap
pertumbuhan tanaman hanya sekedarnya sampai tingkat tertentu seperti pengairan, penyiangan,
dan melindungi tanaman dari gangguan binatang liar dengan cara yang diturunkan oleh nenek
moyangnya.
Penanaman dilakukan pada lahan yang sama untuk waktu yang lama, sehingga dikenal
dengan pertanian menetap. Pada pertanian tradisional petani sudah mengenal cara-cara untuk
mempertahankan kesuburan tanah, memelihara dan melindungi tanaman dari gangguan hama
dan penyakit.
4. Pertanian Modern
Dalam pertanian modern, manusia menggunakan akal dan pikirannya untuk
meningkatkan penguasaannya terhadap semua yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan
hewan. Usaha pertanian merupakan usaha yang efisien, masalah-masalah pertanian dihadapi
secara ilmiah melalui penelitian-penelitian, fasilitas-fasilitas irigasi dan drainase dibangun dan
dimanfaatkan untuk mendapatkan hasil yang maksimum. Pemuliaan tanaman dilakukan untuk
mendapatkan varietas unggul yang berproduksi tinggi, respon terhadap pemupukan, tahan
terhadap serangan hama dan penyakit serta masak lebih cepat.
Perkembangan pertanian ke arah pertanian modern ini sangat didukung oleh
perkembangan teknologi dibidang pertanian. Karena pertanian modern merupakan suatu proses
produksi tanaman yang di dalamnya menggunakan alat-alat dan mesi pertanian sebagai sarana
utama untuk proses produksi. Teknologi pertanian diciptakan dengan maksud menggantikan
tenaga manusia yang terbatas dalam pengolahan pertanian sehingga dapat mempercepat produksi
hasil pertanian.
Disamping penggunaan alat dan mesin pertanian, pertanian modern juga tidak terlepas
dari zat-zat kimia yang berfungsi sebagai peransang tumbuh dan pengendalian hama dan
penyakit tanaman. Pada awalnya penggunaan zat kimia dalam pertanian tidak menjadi masalah.
Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, zat kimia tersebut dapat menimbulkan
berbagai jenis penyakit apabila dikonsumsi dalam waktu yang lama, dapat menurunkan
kesuburan tanah dan membuat hama dan penyakit kebal terhadapnya. Sehingga dengan kondisi
seperti ini lama kelamaan lingkungan pertanian akan semakin memburuk dan akan berdampak
pada produksi yang dihasilkan.
5. Pertanian Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan merupakan suatu proses pengelolaan sumberdaya untuk usaha
pertanian yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sekaligus mempertahankan
dan meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam. Namun demikian,
banyak orang yang menggunakan definisi yan lebih luas dan menilai suatu pertanian dapat
dikatakan pertanian berkelanjutan apabila mencakup hal berikut :
 Mantap secara ekologis, yaitu berarti bahwa kualitas sumber daya alam dipertahankan dan
kemampuan agroekosistem secara keseluruhan dari manusia, tanaman dan hewan sampai
organisme tanah ditingkatkan. Sumber daya lokal dipergunakan sedemikian rupa sehingga
kehilangan unsur hara, biomassa dan energi dapat ditekan serendah mungkin serta mampu
mencegah pencemaran lingkungan.
 Berlanjut secara ekonomis, yaitu berarti bahwa petani dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan
dapat memperoleh penghasilan untuk mengembalikan tenaga dan biaya yang dikeluarkan.
Keberlanjutan ekonomis tidak hanya diukur dalam bentuk produk pertanian namun juga dalam
hal fungsinya seperti melestarikan sumberdaya alam dan meminimalkan resiko.
 Adil, berarti bahwa sumberdaya dan kekuasaan didistribusikan sedemikian rupa sehingga
kebutuhan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi dan hak-hak mereka dalam
penggunaan lahan dan modal memadai serta peluang pasar yang terjamin,
 Manusiawi, yang berarti bahwa semua bentuk kehidupan (manusia, tanaman dan hewan)
dihargai. Martabat dasar semua makluk hidup dihormati, dan integritas budaya dan spiritualitas
masyarakat dijaga dan dipelihara.
 Luwes, yang berarti bahwa masyarakat pedesaan mampu menyesuaikan dri dengan perubahan
kondisi usaha tani yang berlangsung terus menerus, misalnya pertambahan penduduk, kebijakan
pemerntah, permintaan pasar dan lain-lain. Hal ini tidak hanya meliputi penggunaan teknologi
yang baru dan sesuai, namun juga meliputi inovasi dalam arti sosial dan budaya.
Pertanian berkelanjutan mengarah pada pertanian organik yaitu pertanian yang dalam
proses produksinya tidak menggunakan bahan kimia baik sebagai peransang tumbuh maupun
pencegah hama dan penyakit tanaman. Jadi, diharapkan dengan adanya pertanian berkelanjutan
ini proses produksi pertanian tetap berlajut dengan hasil yang meningkat tanpa merusak kualitas
lingkungan pertanian. Sehingga kesehatan dapa terjamin dan kesuburan tanah tetap terjaga.
2.3.Sistem Bertanam Daerah Tropika
Daerah tropis kering dicirikan oleh adanya perbedaan yang nyata antara musim
penghujan dan kemarau. Di daerah semacam ini dibutuhkan sistem pertanaman yang
menghasilkan pangan yang cukup dan bergizi, meskipun terjadi variasi curah hujan yang sangat
tinggi dari tahun ke tahun dan musim kemarau yang panjang. Hasil pertanian yang tinggi
tergantung pada pemanfaatan curah hujan selama musim hujan dan air yang tersimpan di dalam
tanah selama musim kering.
Krisis ekonomi dan perubahan iklim di Asia dan Pasifik telah membuktikan kelemahan-
kelemahan tersebut, dan dampaknya pada kegagalan panen yang pada akhirnya mempengaruhi
perekonomian petani bahkan perekonomian nasional. Curah hujan yang lebih rendah dari yang
diperkirakan berpengaruh terhadap penyiapan lahan dan gangguan pertumbuhan tanaman. Hal
ini menyebabkan penyempitan luas tanam dan produksi rendah. Krisis ekonomi berdampak pada
harga dan ketersediaan sarana produksi pertanian.
Penerapan sistem tumpang sari pada bedeng permanen mengurangi ketergantungan
petani terhadap berbagai masalah seperti pendanaan dan iklim serta memperbaiki jumlah dan
kualitas gizi pangan yang dihasilkan.
1. Sistem Perladangan Berpindah
Pada awalnya, sistem perladangan berpindah terjadi saat pertama kali manusia mengenal
bercocok tanam. Manusia pada waktu itu belum mengenal pengelolaan lahan dan teknologi yang
digunakan karena tingkat pengetahuan yang masih rendah , sehingga sistem perladangan ini
disebut sistem asal tanam. Ladang Berpindah adalah kegiatan pertanian yang dilakukan dengan
cara berpindah-pindah tempat. Ladang dibuat dengan cara membuka hutan atau semak belukar.
Pohon atau semak yang telah ditebang setelah kering kemudian dibakar. Setelah hujan tiba,
ladang kemudian ditanami dan ditunggu sampai panen tiba. Setelah ditanami 3 – 4 kali, lahan
kemudian ditinggalkan karena sudah tidak subur lagi.
Akibat yang ditimbulkan dari sistem perladangan berpindah ini adalah menurunnya
kesuburan lahan dengan cepat karena belum mengenal pemupukan. Ketika lahan sudah tidak
produktif lagi, mereka pindah lalu membuka hutan baru atau kembali mengerjakan lahan yang
sudah lama ditinggal dan sudah pulih kesuburan tanahnya. Namun dinegara lain, seperti Afrika,
sistem pertanian berpindah ini bukan lagi beronotasi negatif. Dengan teknologi yang terus
diperbaiki, sistem ini merupakan alternatif yang cocok untuk dikembangkan.
Praktek-praktek ladang berpindah di seluruh dunia sangat beragam, namun pada dasarnya
ada dua sistem yang digunakan, yaitu :
 Sistem parsial, yaitu suatu sistem yang berkembang khususnya di mana kepentingan ekonomi
produsen tinggi, misalnya dalam bentuk pertanian dengan tanaman dagang, transmigrasi maupun
penempatan lahan secara liar.
 Sistem integral, yang berasal dari cara hidup yang lebih tradisional yang menjamin
keberlangsungan hidup sepanjang tahun.
Prinsip Utama dalam sistem perladangan berpindah adalah bahwa selama periode bera,
nutrisi yang diambil oleh tumbuhan atau vegetasi yang ada akan dikembalikan ke permukaan
tanah berupa sisa tanaman (sersah). Bahan organik yang tertimbun di permukaan tanah akan
tersedia (melalui proses dekomposisi) bagi tanaman berikutnya setelah vegetasi tersebut ditebang
atau dibakar.
Di Indonesia, sistem ladang berpindah masih mendatangkan masalah besar karena di
khawatirkan dapat mengganggu fungsi lingkungan karena banyak hutan yang ditebang dan
mengurani keanekaragaman hayati serta meningkatnya emisi CO2 yang terkait dengan
pemanasan global. Selain itu, kegiatan tersebut sering menyebabkan bahaya erosi dan banjir
yang akan merusak lahan dan lingkungan. Oleh karena itu perlu dicari upaya pemecahanya, yang
anta lain mencakup :
 Perencanaan yang lengkap dari pemerintah, yang meliputi penetapan penggunaan lahan
berdasarkan tingkat kesesuaian lahan dan permintan pasar. Selain itu juga perlu dipersiapkan unit
perngolahan hasil panen seperti pabrik pengolahan kayu dan lain-lain.
 Penyediaan lahan bagi setiap keluarga petani sekitar 8-10 Ha. Setiap tahun petani dibiarkan
berladang pada lahan seluas 1,5 – 2,0 Ha, sesuai kemampuan masing-masing petani. Tahu kedua
petani membuka lahan lagi seluas 1,5 -2,0 ha, dan bgitu seterusnya hingga 8 -10 ha tertanami
secara bertahap.
 Penyediaan bibit tanaman, pupuk dan pestisida yang berfungsi untuk meransang pertumbuhan dan
pegendalian hama dan penyakit tanaman.
2. Sistem Tadah Hujan Semi Intensif dan Intensif
Sistem bertanam adalah pola-pola tanam yang digunakan petani dan interaksinya dengan
sumber-sumber alam dan teknologi yang tersedia. Sedangkan pola tanam adalah penyusunan
cara dan saat tanam dari jenis-jenis tanaman yang akan ditanam berikut waktu-waktu kosong
(tidak ada tanaman) pada sebidang lahan tertentu.
Pola tanam ini mencakup beberapa bentuk sebagai berikut:
 Multiple Cropping (Sistem Tanam Ganda)
Multiple cropping adalah sistem penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada sebidang
tanah yang sama dalam satu tahun. Sistem pertanian ganda ini sangat cocok bagi petani dengan
lahan sempit di daerah tropis, sehingga dapat memaksimalkan produksi dengan input luar yang
rendah sekaligus meminimalkan resiko dan melestarikan sumberdaya alam.
Macam-macam bentuk dari multiple cropping antara lain:
a) Intercropping (Sistem Tumpang Sari)
Intercropping adalah sistem penanaman secara serentak dua atau lebih jenis tanaman
dalam barisan yang berselang-seling pada sebidang tanah yang sama. Misalnya tumpangsari
antara tanaman ubi kayu dan jagung atau ubi kayu dengan kacang tanah. Sistem tumpangsari
memberikan beberapa manfaat bagi petani yakni antara lain mengurangi biaya pengolahan lahan,
mudah dalam menanggulangi hama, memudahkan proses pembersihan atau penyiangan dan yang
terakhir adalah meningkatkan hasil produksi atau panen.
b) Mixed Cropping (Sistem Tanam Campuran)
Mixed cropping adalah sistem penanaman dua atau lebih jenis tanaman secara serentak
dan bercampur pada sebidang lahan yang sama. Sistem ini jarang diterapkan karena sulit dalam
proses pemeliharaannya. Sistem tanam ini lebih banayak diterapkan dalam usaha pengendalian
hama dan penyakit. Cara penataan tanaman campuran dilakukan dengan berbagi jenis tanamn
secara bersamaan dan tidak teratur serta tidak terikat pada waktu.
c) Relay Cropping (Sistem Tanam Sisipan)
Relay cropping adalah sistem penanaman suatu jenis tanaman kedalam pertanaman yang
ada sebelum tanaman yang ada tersebut dipanen. Sistem penanaman ini dalam istilah lain seperti
sistem tumpang sari dimana tidak semua jenis tanaman ditanam pada waktu yang sama. Contoh
khas dari sistem penanaman ini di Indonesia yaitu, padi gogo dan jagung ditanam bersama-sama
kemudian ubi kayu ditanam sebagai tanaman sela satu bulan atau lebih sesudahnya.
Penataan pertanaman sela merupakan penataan pertanaman dua atau lebih jenis tanaman
yang berlainan dalam sifat, umur dan sebagainya. Bentuk lain dari penataan pertanaman sela
antara lain :
 Intercropping (Tumpang Sari), merupakan penataan pertanaman dari dua jenis atau lebih tanaman
yang umurnya tidak jauh berbeda. Tanaman ditanam secara bersamaan dan di tempat yang sama.
Misalnya, beberapa baris jagung ditanami beberapa baris kacang tanah.
 Interplanting (Tanaman Sela), merupakan penataan dari dua jenis tanaman musiman yang
berbeda umurnya tetapi ditanam bersamaan dan pada tempat yang sama. Bedanya dengan
tumpang sari adalah umur tanamannya yang sedikit jauh berbeda. Misalnya, tanaman kacang
tanah dengan tanaman ubi kayu.
 Interculture (Tanaman Sela Budidaya), merupakan penataan pertanaman dari jenis tanaman
musiman yang ditanam diantara jenis tanaman berumur panjang. Misalnya, padi gogo ditanam
diantara karet.
Penerapan sistem tanam ganda memilki banyak keuntungan dalam bidang pertanian,
antara lain:
 Mengurangi erosi tanah atau mengurangi terjadinya kehilangan unsur hara pada tanah.
 Memperbaiki tata air pada tanah-tanah pertanian, termasuk meningkatkan pasokan (infiltrasi) air
ke dalam tanah sehingga cadangan air untuk pertumbuhan tanaman akan tetap tersedia.
 Menyuburkan dan memperbaiki struktur tanah, karena pengolahan tanah tidak perlu dilakukan
berulang kali
 Mempertinggi daya guna tanah sehingga pendapatan petani akan meningkat.
 Mampu menghemat tenaga kerja
 Menghindari terjadinya pengangguran musiman karena tanah bisa ditanami secara terus
menerus.
 Mengurangi populasi hama dan penyakit tanaman
 Memperkaya kandungan unsur hara antara lain nitrogen dan bahan organik.
 Seguantial Cropping (Pergiliran Tanaman)
Seguantial cropping adalah sistem penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada
sebidang lahan dalam satu tahun, dimana tanaman kedua ditanam setelah tanaman pertama
dipanen. Demikian pula bila ada tanaman ketiga, tanaman ini ditanam setelah tanaman kedua
dipanen.
 Maximum Cropping (Siatem Tanam Maksimum)
Maximum cropping adalah pengusahaan lahan untuk mendapatkan hasil panen yang
setinggi-tingginya tanpa memperhatikan aspek ekonomisnya (biaya, pendapatan atau
keuntungan) dan apalagi aspek kelestarian produksinya dalam jangka panjang.
 Sole Cropping atau Monoculture (Sistem Tanam Tunggal)
Monoculture adalah sistem penanaman satu jenis tanaman pada lahan dan periode waktu
yang sama. Penataan tanaman secara tunggal dilaksanakan di atas tanah dan dalam waktu
tertentu (sepanjang umur tanaman) hanya ditanam satu jenis tanaman. Setelah dilakukan
penanaman dengan satu tanaman, dan selanjutnya tanah tersebut ditanam kembali dengan jenis
tanaman yang sama atau jenis tanaman lain.
Ada beberapa penataan pertanaman secara tunggal dalam variasi tanamannya sebagai
berikut ;
a. Bergiliran secara berurutan
Cara ini dilakukan pada musim hujan, yakni tanah sawah ditanami padi. Sedangkan pada
musim kemarau, tanah ditanami palawija dan ini tergantung pada keadaan tanah, pengairan,
iklim dan sebagainya.
b. Bergiliran secara urutan dan glebagan
Cara ini banyak terdapat di daeah-daerah sawah tadah hujan. Untuk mengurangi resiko
tidak memperoleh hasil tanaman yang ditanamnya secara tunggal maupun bergiliran, petani
membagi tanah sawahnya menjadi dua bagian. Bagian pertama dikelola sebagai sawah dengan
pergiliran tanaman dan bagian kedua dikelola sebagai tanah kering (tegalan) dan ditanami
dengan tanaman yang cocok untuk tanah kering.
Di atas tegal dilakukan pertanaman tunggal dan sistem tanaman bergilir berurutan. Setelah
beberapa tahn, bagian sawah dijadikan tanah kering dan bagian tanah kering dijadikan tanah
sawah kembali. Sistem seperti ini disebut dengan sistem glebagan.
c. Bergiliran secara berjajar atau paralel (tidak menganut sistem Glebagan)
Sistem ini dilakukan dengan mengelola sebidang tanah sawah yang luas dengan cara pada
musim hujan seluruh sawah ditanami padi,tetapi pada musim kemarau ada bagian yang terpaksa
dikosongkan karena tidak memeperoleh cukup air, dan bagian yang kosong tersebut kemudian
ditanami palawija dan lain-lain. Dalam usaha tersebut sepertinya terdapat penataan pertanaman
jajaran dari berbagai penataan pertanaman bergiliran berurutan.
3. Sistem Irigasi
Irigasi adalah pemberian air kepada tanah di mana tanaman tumbuh sehingga tanaman
tidak mengalami kekurangan air selama hidupnya. Pengairan merupakan salah satu faktor
penting dalam usaha penigkatan produksi pertanian melalui pancausahatani. Air adalah syarat
mutlak bagi kehidupan dan pertumbuhan tanaman. Air dapat berasal dari air hujan dan pengairan
yang diatur oleh manusia. Kedua hal tersebut harus disesuaikan agar tanaman benar-benar
mendapatkan air yang cukup, tidak kurang dan tidak pula berlebih. Pengairan ini meliputi
pengaturan kebutuhan air bagi tanaman berarti juga termasuk dreanase.
Tujuan dari iragasi yang utama adalah untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan air bagi
keperluan pertumbuhan. Manfaat lain tersedianya air irigasi adalah :
a. Mempermudah untuk pengolahan tanah
b. Membantu mengatur suhu tanah dan tanaman
c. Membatu proses pemupukan agar dapat terserap oleh tanaman secara maksimal
d. Mencegah tumbuhnya tanaman pengganggu
Namun demikian, kebutuhan tanaman akan air harus diperhatikan secara bersama-sama.
Jumlah kebutuhan air untuk irigasi dalam pertanian umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor
berikut :
 Jenis dan sifat tanah, sifat tersebut termasuk tekstur tanah, permeabelitas yang akan
mempengaruhi besarnya perkolasi atau hilangnya air ke bagian tanah yang lebih dalam.
 Macam dan jenis tanaman, ini menunjukkan kebutuhan air yang berbeda sesuai dengan perbedaan
sifat tanaman dan cara-cara bercocok tanam.
 Keadaan iklim, khususnya curah hujan dan penyinaran matahari disamping keadaan musin
disepanjang tahun.
 Faktor tofografi berpengaruh terhadap jumlah, terutama dari segi jumlah kehilangan air melaliu
perembesan, kebocoran, dan aliran permukaan.
 Luas lahan berpengaruh terhadap kebutuhan air untuk setiap satuan luas sesuai dengan hasil
pengamatan.
Air yang diperlukan tanaman hampir seluruhnya berasal dari tanah melalui proses
penyerapan oleh akar. Kelebihan atau kekurangan air yang tersedia akan mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan pada tanman. Kelebihan air pada lahan kering terjadi apabila
sebagian besar atau seluruh pori tanah terisi oleh air sehingga di dalam tanah kekuranagan udara
atau zat asam yang diperlukan untuk respirasi akar. Respirasi yang tidak baik akan
mengakibatkan akar tanaman tidak berfungsi secara baik, sehingga berkurangnya penyerapan air
meskipun jumlah air yang tersedia cukup banyak.
Kekurangan ketersediaan air dalam tanah akan mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil
dan layu. Hal ini terjadi karena proses yang terjadi dalam tubuh tumbuhan tidak berlajan denagan
baik. Pada tanah yang sering mengalami kelebihan air, upaya yang dilakukan adalah membuat
saluran air selama musim hujan. Sedangkan pada tanah yang kekurangan air dibuat saluran
irigasi untuk pengairan pada musim kemarau.
Cara pemberian air kepada tanaman dapat dibedakan beberapa macam, yaitu :
 Cara siraman, yaitu dilakukan dengan mengambil air dari sumbernya dengan menggunaka suatu
wadah kemudian disiramkan pada tanaman satu persatu secukupnya.
 Cara genangan atau leb, yaitu dilakukan dengan mengalirkan air dari sumbernya mendekati lahan
pertanian, kemudian dialirkan sepanjang permukaan tanah yang ditanam selama waktu tertentu.
 Cara ebor, yaitu dilakukan dengan cara mengalirkan air dari sumbernya mendekati lahan
pertanian dalam suatu parit yang arahnya tegak lurus terhadap arah barisan tanaman kemudian
dengan ember dilontarkan sepanjang barisan tanaman.
 Cara irigasi curah, yaitu dilakukan dengan mengalirkan air melalui pipa tertutup dengan tekanan
ke lahan pertanian, kemudian melalui pipa-pipa tegak air dicurahkan seperti hujan selama waktu
tertentu.
Berdasarkan lahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian, sistem irigasi dibagi
menjadi dua, yaitu :
1. Sistem Irigasi Lahan Kering
Yang dimaksud dengan sistem bertanam irigasi lahan kering adalah sistem bertanam
irigasi di mana tidak sampai terjadi genangan air selama pertumbuhan tanaman. Sistem ini sering
dipakai di daerah yang bergelombang dan berlereng. Tanaman yang sering ditanam pada daerah
ini bermacam-macam mulai dari tanaman semusim seperti jagung , ubi kayu , sayuran dan lain-
lain sampai tanaman tahunan seperti karet, kelapa, kelapa sawit dan sebagainya.
Penyediaan air untuk kepentingan pertumbuhan tanaman dilakukan dengan berbagai cara,
namun akhir-akhir ini seiring dengan berkembangnya alat dan mesin pertanian, petani lebih
memilih menggunakan pompa-pompa air bertenaga mesin untuk menyiram tanaman dari pada
menggunakan cara tradisional. Apalagi dengan luas daerah pertanian sekarang tidak
memungkinkan cara menyiran tradisional itu dilakukan.
2. Sistem Padi Sawah (Siatem Irigasi Lahan Basah)
Sistem padi sawah merupakan suatu sistem bertanam dimana lahan yang digunakan
pernah mengalami kondisi tergenang. Lama periode tergenang tergantung pada ketersediaan air
dan pola tanam yang dilakukan. Biasanya hanya 2-3 bulan namun bisa juga sepanjang tahun.
Suplai air dapat berasal dari air hujan semata atau menggunakan sistem irigasi yang diatur oleh
manusia.
Disebut sawah tadah hujan apabila air yang didapat berasal hanya dari air hujan dan
disebut sawah irigasi apabila sistem irigasi berjalan baik untuk mensuplai kebutuhan air bagi
lahan pertanian tersebut. Dilihat dari segi pelestarian kesuburan tanah, sistem ini dianggap sistem
yang paling baik. Cara penggenangan pada permukaan tanah berarti membuat lahan harus dibuat
datar atau dibuat teras-teras pada lahan lereng atau bergelombang yang berarti erosi dapat
ditekan sekecil mungkin.
Pada sistem padi sawah, memungkinkan lahan ditumbuhi tanaman sepanjang tahun, dan
ini berarti suplai bahan organik terhadap tanah cukup tersedia. Selain itu dengan kondisi
tergenang memungkinkan tumbuhnya organisme tingkat rendah seperti lumut, ganggang, bakteri
dan sebagainya yang mempunyai peranan yang besar terhadap kesuburan tanah karena
menyumbangkan bahan organik yang besar.
Sistem tanam padi sawah dapat dibagi menjadi 3 macam :
1) Padi air dangkal
Padi air dangkal biasanya memiliki kedalaman kurang dari 1 meter. Sebagian besar
berupa sawah tadah hujan dan sawah irigasi di dataran rendah. Karena kondisi iklim dan irigasi
yang sangat beragam disetiap daerah menyebabkan pola tanam yang ada juga bervariasi.
Misalkan pada daerah yang curah hujannya terbatas hanya bisa melakukan penanaman padi satu
kali setahun atau mungkin dua kali apabila adanya irigasi yang lancar.
2) Padi air dangkal dan tanaman-tanaman lahan kering
Biasanya dilakukan oleh petani yang tinggal pada daerah yang curah hujannya sangat
terbatas. Misalkan dalam satu tahun mereka hanya bisa menanam padi satu kali, setelah itu lahan
sawah yang mereka kelola akan kering karena kurangnya ketersediaan air. Pada saat lahan sawah
menjadi kering petani memanfaatkannya untuk menanam tanaman lahan kering seperti jagung
dan kacang tanah. Sehingga tanah tidak mengalami masa bera atau masa pengangguran untuk
ditanam. Pada kondisi lahan yang seperti ini biasanya terjadi sistem pertanian bergilir. Sistem ini
sangat bagus untuk pengembalian kesuburan tanah.
3) Padi air dalam
Padi air dalam ini memiliki kedalam lebih dari 1 meter berlangsung lebih dari satu bulan
selama pertumbuhan tanaman dan oleh karena kedalaman air mengalami turun naik dan
berlangsung dalam waktu yang cepat, maka pada kondisi ini dibutuhkan jenis tanaman padi
tertentu. Panen biasanya dilakuakan denagn menggunakan perahu dan justru dilakukan pada
keadaan air yang banyak, tujuannya adalah untuk memudahkan mendayung perahu.
Sistem padi air dalam ini biasanya banyak dijumpai pada daerah deta sungai-sungai
besar. Salah satu alternatif pengembangan sistem padi air dalam adalah pemanfaatan lahan rawa.
Di indonesia lahan rawa memiliki potensi untuk dikembangkan, mengingat banyaknya jumlah
lahan rawa yang tersebar di kepulauan yang ada di Indonesia. Sehingga dengan memenfaatkan
lahan rawa tersebut terjadi pengurangan penebangan hutan di daerah perbukitan untuk lahan
pertanian.
 Sistem Tanam campuran Tanaman Semusim dan Tahunan
Indonesia mempunyai lahan pertanian yang cukup luas, namun kepemilikan oleh petani
masih relatif sempit. Petani umumnya hanya terfokus pada tanaman pangan meskipun tanaman
tahunan juga di usahakan, sehingga terbentuk suatu sistem tanaman campuran antara tanaman
pangan yang berumur pendek dengan tanaman buah-buahan atau tanaman industri lainnya
sebagai tanaman tahunan.
Sistem tanaman campuran antara tanaman semusim dan tanaman tahunan dapat dibagi
menjadi 3 macam, yaitu :
Sistem tanam campuran antara tanaman semusim dengan tanaman herba tahunan atau semi
tahunan seperti pisang.
Kebun campuran (mixed garden), yaitu sistem penanaman di pekarangan yang sangat beragam,
baik pola tanam maupun jenis tanamannya.
Sistem tanaman campuran antara tanaman semusin dengan tanaman pohon tahunan seperti kopi,
karet, kelapa dan sebagainya.
Melihat kondisi tanah yang ada di indonesia, pada umunya pertanian di Indonesia terletak
pada daerah pegunungan yang mempunyai lereng-lereng yang dalam. Melihat keadaan seperti ini
sangat baik digunakan pola usaha tani Kontur. Sistem usaha tani kontur yang disebutSloping
Agricultural Land Technology (SALT) , ini merupakan suatu cara yang dilakukan untuk
mengubah suatu petak lahan di lereng menjadi lahan dataran tinggi yang produktif. Hal ini
memungkinkan petani menstabilkan dan memperkaya tanah, mempertahankan kelembapan
tanah, mengurangi hama dan penyakit tanaman serta mengurangi kebutuhan input yang mahal
seperti penggunaan pupuk kimia.
Penanaman tanaman dengan usahatani kontur ini menjadikan sisi bukit yang sering
mengalami erosi menjadi lanskap bertingkat dan hijau. Yang paling penting adalah penerapan
sistrm ini dapat meningkatkan pendapatan petani di daerah sekitar lereng pegunungan.
SALT dirancang untuk keluarga petani kecil yang ingin meningkatkan pendapatan
tanaman musiman maupun tanaman tahunan. SALT mencakup beberapa langkah, yaitu :
a. Menempatkan garis-garis kontur dan mengolah tanah sepanjang garis kontur dengan jarak 4-6
meter pada bukit yang terjal dan jarak 7-10 meter pada daerah yang lereng.
b. Menanam tanaman pengikat nitrogen sebagai lajur tanaman pagar ganda dalan dua alur dengan
jarak 50 cm sepanjang tiap garis kontur.
c. Mengolah dan menanam tanaman tahunan misalnya kopi, jeruk, mangga dan lain-lain pada
setiap baris ketiga atau keempat.
d. Mengolah baris tambahan antar jalur tanaman pagar sebelum tumbuh secara penuh.
e. Menanam tanaman musiman misalnya jagung diantara baris tanaman tahuanan sebagai sumber
bahan pangan dan pendapatan.
f. Memangkas tanaman pagar hingga tinggi 1 meter di atas tanah dan memanfaatkan hasil
pemangkasan untuk bahan organik.
g. Melakukan perputaran atau pergiliran tanaman secara permanen untuk mempertahankan
produktivitas, kesuburan dan formasi tanah.
h. Membangun sengkedan dengan cara menumpuk pohon, dedaunan dan batuan pada bagian
bawah tanaman pagar untuk menahan dan memperkaya tanah.
Mineral Tanah
Bahan mineral tanah merupakan bahan anorganik tanah yang terdiri dari berbagai ukuran, komposisi dan jenis mineral.
Mineral tanah berasal dari hasil pelapukan batuan-batuan yang menjadi bahan induk tanah. Pada mujlanya batuan dari
bahan induk tanah mengalami proses pelapukan dan menghasilkan regolit. Pelapukan lebih lanjut menghasilkan tanah
dengan tektur masih kasar.
subsoil adalahtanah bagianbawahdari lapisantopsoil yangmengalami cukuppelapukan,mengandung
lebihsedikitbahanorganik.Danlapisandari subsoil jugadibedakanmenjadi duabagian,terutama
dalamtanah yangmengalami pelapukanmendalamyakni tanah-tanahdi daerahlembap,bagiansebelah
atasnyadisebutdaerahtransisi (peralihan),dansebelahbawahnyadisebutdaerahpenimbunan
(illuviasi).Dalamdaerahgkat perkembangan tanah.
Jaringan granulasi adalah jaringan fibrosa yang terbentuk dari bekuan darah sebagai bagian dari
proses penyembuhan luka, sampai matang menjadi jaringan parut.[1]

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

laporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologilaporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologiedhie noegroho
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...UNESA
 
Laporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiLaporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiGoogle
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAlfian Nopara Saifudin
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSnovhitasari
 
Bab 4. suhu, tekanan, kelembaban udara dan pengaruhnya thd tanaman
Bab 4. suhu, tekanan, kelembaban udara dan pengaruhnya thd tanamanBab 4. suhu, tekanan, kelembaban udara dan pengaruhnya thd tanaman
Bab 4. suhu, tekanan, kelembaban udara dan pengaruhnya thd tanamanPurwandaru Widyasunu
 
5. sumberdaya-dalam-pertanian
5. sumberdaya-dalam-pertanian5. sumberdaya-dalam-pertanian
5. sumberdaya-dalam-pertanianMuhammad Sabrin
 
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Arif nor fauzi
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihNur Haida
 
Pengantar sistem pertanaman dody
Pengantar sistem pertanaman dodyPengantar sistem pertanaman dody
Pengantar sistem pertanaman dodyAndrew Hutabarat
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung AGROTEKNOLOGI
 
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogenLecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogenAndrew Hutabarat
 
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...UNESA
 
sistem pertanian tropika (karakteristik ekosistem tropika)
sistem pertanian tropika (karakteristik ekosistem tropika)sistem pertanian tropika (karakteristik ekosistem tropika)
sistem pertanian tropika (karakteristik ekosistem tropika)Riva Anggraeni
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHAlfian Nopara Saifudin
 
Laporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman KedelaiLaporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman KedelaiAGROTEKNOLOGI
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMANovia Dwi
 

Mais procurados (20)

laporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologilaporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologi
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
 
Laporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiLaporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasi
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MS
 
Bab 4. suhu, tekanan, kelembaban udara dan pengaruhnya thd tanaman
Bab 4. suhu, tekanan, kelembaban udara dan pengaruhnya thd tanamanBab 4. suhu, tekanan, kelembaban udara dan pengaruhnya thd tanaman
Bab 4. suhu, tekanan, kelembaban udara dan pengaruhnya thd tanaman
 
5. sumberdaya-dalam-pertanian
5. sumberdaya-dalam-pertanian5. sumberdaya-dalam-pertanian
5. sumberdaya-dalam-pertanian
 
9. produksi benih
9. produksi benih9. produksi benih
9. produksi benih
 
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
 
Tanaman tomat
Tanaman tomatTanaman tomat
Tanaman tomat
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
 
Pengantar sistem pertanaman dody
Pengantar sistem pertanaman dodyPengantar sistem pertanaman dody
Pengantar sistem pertanaman dody
 
Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung Laporan produksi tanaman jagung
Laporan produksi tanaman jagung
 
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogenLecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
 
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
Laporan Praktkum Kultur Jaringan Tumbuhan: Pembuatan Media MS (Murashige & Sk...
 
sistem pertanian tropika (karakteristik ekosistem tropika)
sistem pertanian tropika (karakteristik ekosistem tropika)sistem pertanian tropika (karakteristik ekosistem tropika)
sistem pertanian tropika (karakteristik ekosistem tropika)
 
Survei tanah
Survei tanahSurvei tanah
Survei tanah
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
 
Laporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman KedelaiLaporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman Kedelai
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMA
 

Destaque

Makalah pertanian (2)
Makalah pertanian (2)Makalah pertanian (2)
Makalah pertanian (2)BaihakiPLS
 
Tm 1 arti & sejarah pertanian (PIP_1)
Tm 1 arti & sejarah pertanian (PIP_1)Tm 1 arti & sejarah pertanian (PIP_1)
Tm 1 arti & sejarah pertanian (PIP_1)Lia Kristiana
 
Makalah sistem Ekonomi Pertanian
Makalah sistem Ekonomi PertanianMakalah sistem Ekonomi Pertanian
Makalah sistem Ekonomi Pertaniandita wahyu
 
SNI Sistem Pertanian Organik
SNI Sistem Pertanian OrganikSNI Sistem Pertanian Organik
SNI Sistem Pertanian OrganikAchmad Wahid
 
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)Ibnu Saefullah
 
Pembangunan pertanian indonesia
Pembangunan pertanian indonesiaPembangunan pertanian indonesia
Pembangunan pertanian indonesiaIrmaSetia Gsb
 
Sistem pertanian terpadu
Sistem pertanian terpaduSistem pertanian terpadu
Sistem pertanian terpaduIeke Ayu
 
Pembangunan pertanian di indonesia
Pembangunan pertanian di indonesiaPembangunan pertanian di indonesia
Pembangunan pertanian di indonesiasarianputra
 
Maksud dialek geografi dan dialek sosial (1)
Maksud dialek geografi dan dialek sosial (1)Maksud dialek geografi dan dialek sosial (1)
Maksud dialek geografi dan dialek sosial (1)Ct Atikah
 

Destaque (14)

Makalah pertanian (2)
Makalah pertanian (2)Makalah pertanian (2)
Makalah pertanian (2)
 
Sistem integrasi sapi kelapa sawit (siska)
Sistem integrasi sapi kelapa sawit (siska)Sistem integrasi sapi kelapa sawit (siska)
Sistem integrasi sapi kelapa sawit (siska)
 
Tm 1 arti & sejarah pertanian (PIP_1)
Tm 1 arti & sejarah pertanian (PIP_1)Tm 1 arti & sejarah pertanian (PIP_1)
Tm 1 arti & sejarah pertanian (PIP_1)
 
Makalah sistem Ekonomi Pertanian
Makalah sistem Ekonomi PertanianMakalah sistem Ekonomi Pertanian
Makalah sistem Ekonomi Pertanian
 
SNI Sistem Pertanian Organik
SNI Sistem Pertanian OrganikSNI Sistem Pertanian Organik
SNI Sistem Pertanian Organik
 
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
Variasi bahasa -Sosiolinguistik (S1)
 
makalah pertanian
makalah pertanianmakalah pertanian
makalah pertanian
 
2.ciri ciri pertanian di indonesia
2.ciri ciri pertanian di indonesia2.ciri ciri pertanian di indonesia
2.ciri ciri pertanian di indonesia
 
Makalah pembangunan masyarakat desa
Makalah pembangunan masyarakat desaMakalah pembangunan masyarakat desa
Makalah pembangunan masyarakat desa
 
Pembangunan pertanian indonesia
Pembangunan pertanian indonesiaPembangunan pertanian indonesia
Pembangunan pertanian indonesia
 
Sistem pertanian terpadu
Sistem pertanian terpaduSistem pertanian terpadu
Sistem pertanian terpadu
 
Pembangunan pertanian di indonesia
Pembangunan pertanian di indonesiaPembangunan pertanian di indonesia
Pembangunan pertanian di indonesia
 
Power point
Power pointPower point
Power point
 
Maksud dialek geografi dan dialek sosial (1)
Maksud dialek geografi dan dialek sosial (1)Maksud dialek geografi dan dialek sosial (1)
Maksud dialek geografi dan dialek sosial (1)
 

Semelhante a Sistem pertanian di indonesia wahid

Materi 04. Sistem Pertanian (1).pdf
Materi 04. Sistem Pertanian (1).pdfMateri 04. Sistem Pertanian (1).pdf
Materi 04. Sistem Pertanian (1).pdfWennySorayasirait2
 
Makalah agroforestry
Makalah agroforestryMakalah agroforestry
Makalah agroforestryEka Phe
 
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...rizky hadi
 
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...rizky hadi
 
Materi kuliah tp tanaman agb
Materi kuliah tp tanaman agbMateri kuliah tp tanaman agb
Materi kuliah tp tanaman agbhades5090
 
Power point tugas it
Power point tugas itPower point tugas it
Power point tugas itnim5009130128
 
Power point tugas it
Power point tugas itPower point tugas it
Power point tugas itnim5009130128
 
Power point tugas it
Power point tugas itPower point tugas it
Power point tugas itnim5009130128
 
Kuliah 2_PIP.pdf
Kuliah 2_PIP.pdfKuliah 2_PIP.pdf
Kuliah 2_PIP.pdfmuzakir9
 
Laporan pipkmk
Laporan pipkmkLaporan pipkmk
Laporan pipkmkWinda Lita
 
Agrostologi penanaman
Agrostologi penanamanAgrostologi penanaman
Agrostologi penanamanHasan Addiny
 
Sistem Mata Pencaharian
Sistem Mata PencaharianSistem Mata Pencaharian
Sistem Mata PencaharianErna Mariana
 
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTIBENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTIEDIS BLOG
 
POLA TANAM AGROFORESTI
POLA TANAM AGROFORESTIPOLA TANAM AGROFORESTI
POLA TANAM AGROFORESTIEDIS BLOG
 
Laporan besar put bismillah
Laporan besar put bismillahLaporan besar put bismillah
Laporan besar put bismillahM Abidin
 
Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)
Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)
Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)Moh Masnur
 

Semelhante a Sistem pertanian di indonesia wahid (20)

Materi 04. Sistem Pertanian (1).pdf
Materi 04. Sistem Pertanian (1).pdfMateri 04. Sistem Pertanian (1).pdf
Materi 04. Sistem Pertanian (1).pdf
 
Makalah agroforestry
Makalah agroforestryMakalah agroforestry
Makalah agroforestry
 
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
 
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
Multiple cropping dalam koridor sistem pertanian terpadu berkelanjutan pada l...
 
Materi kuliah tp tanaman agb
Materi kuliah tp tanaman agbMateri kuliah tp tanaman agb
Materi kuliah tp tanaman agb
 
Ilmu dasar
Ilmu dasarIlmu dasar
Ilmu dasar
 
Makalah ladang berpindah
Makalah ladang berpindahMakalah ladang berpindah
Makalah ladang berpindah
 
Power point tugas it
Power point tugas itPower point tugas it
Power point tugas it
 
Power point tugas it
Power point tugas itPower point tugas it
Power point tugas it
 
Power point tugas it
Power point tugas itPower point tugas it
Power point tugas it
 
Ptpt
PtptPtpt
Ptpt
 
Kuliah 2_PIP.pdf
Kuliah 2_PIP.pdfKuliah 2_PIP.pdf
Kuliah 2_PIP.pdf
 
Laporan pipkmk
Laporan pipkmkLaporan pipkmk
Laporan pipkmk
 
2 131022205355-phpapp02
2 131022205355-phpapp022 131022205355-phpapp02
2 131022205355-phpapp02
 
Agrostologi penanaman
Agrostologi penanamanAgrostologi penanaman
Agrostologi penanaman
 
Sistem Mata Pencaharian
Sistem Mata PencaharianSistem Mata Pencaharian
Sistem Mata Pencaharian
 
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTIBENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
BENTUK POLA TANAM SISTEM AGROFORESTI
 
POLA TANAM AGROFORESTI
POLA TANAM AGROFORESTIPOLA TANAM AGROFORESTI
POLA TANAM AGROFORESTI
 
Laporan besar put bismillah
Laporan besar put bismillahLaporan besar put bismillah
Laporan besar put bismillah
 
Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)
Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)
Rangkuman Teknologi Agroforestri (Bagian 1)
 

Mais de Di'Özil Sanjaya

Mais de Di'Özil Sanjaya (7)

Surat pengumuman
Surat pengumumanSurat pengumuman
Surat pengumuman
 
Contoh Biodata
Contoh Biodata Contoh Biodata
Contoh Biodata
 
Penyemaian benih
Penyemaian benihPenyemaian benih
Penyemaian benih
 
Bahan monde
Bahan mondeBahan monde
Bahan monde
 
Walmtl khitan
Walmtl khitanWalmtl khitan
Walmtl khitan
 
Formulir pssb beasiswa bidikmisi 2016 2017 rev 1
Formulir pssb beasiswa bidikmisi 2016 2017 rev 1Formulir pssb beasiswa bidikmisi 2016 2017 rev 1
Formulir pssb beasiswa bidikmisi 2016 2017 rev 1
 
Pengertian pasar
Pengertian pasarPengertian pasar
Pengertian pasar
 

Sistem pertanian di indonesia wahid

  • 1. SISTEM PERTANIAN DI INDONESIA Seperti telah disebutkan, ada anggapan bahwa asal mula pertanian di dunia mulai di Asia Tenggara. Pada waktu ini, kita temui berbagai sistem yang berbeda baik tingkat efisiensi teknologinya maupun tanaman yang diusahakan: Sistem ladang, sistem tegal pekarangan, sistem sawah dan sistem perkebunan. Sistem Pertanian di Indonesia Di Indonesia dikenal ada empat sistem pertanian. Keempat sistem itu adalah : Sistem ladang merupakan sistem pertanian yang paling primitif. Suatu sistem peralihan dari tahap budaya pengumpul ke tahap budaya penanam. Pengolahan tanahnya sangat minimum, produktivitas bergantung kepada ketersediaan lapisan humus yang ada, yang terjadi karena sistem hutan. Sistem ini pada umumnya terdapat di daerah yang berpenduduk sedikit dengan ketersediaan lahan tak terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman pangan, seperti padi darat, jagung, atau umbi-umbian Sistem tegal pekarangan berkembang di lahan-lahan kering, yang jauh dari sumber-sumber air yang cukup. Sistem ini diusahakan orang setelah mereka menetap lama di wilayah itu, walupun demikian tingkatan pengusahaannya rendah. Pengelolaan tegal pada umumnya jarang menggunakan tenaga yang intensif, jarang ada yang menggunakan tenaga hewan. Tanaman-tanaman yang diusahakan terutama tanaman tanaman yang tahan kekeringan dan pohon-pohonan. Sistem sawah, merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas biologi yang tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan. Ini dicapai dengan sistem pengairan yang sinambung dan drainase yang baik. Sistem sawah merupakan potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun palawija. Di beberapa daerah, pertanian tebu dan tembakau menggunakan sistem sawah. Sistem perkebunan, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar (estate) yang dulu milik swasta asing dan sekarang kebanyakan perusahaan negara, berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor. Dimulai dengan bahan-bahan ekspor seperti karet, kopi, teh dan coklat yang merupakan hasil utama, sampai sekarang sistem perkebunan berkembang dengan manajemen yang industri pertanian. Klasifikasi Sistem Pertanian Sistem pertanian tropik dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok (Ruthenberg, 1980):
  • 2. 1. Sistem pertanian yang bersifat pengumpulan hasil tanaman 2. Sistem pertanian yang bersifat budidaya tanaman 3. Sistem pertanian untuk makanan ternak dan padang penggembalaan. Sistem Pertanian dengan Pengumpulan Hasil Tanaman, sistem ini adalah sistem pertanian yang secara langsung memperoleh hasil tanaman dari tanaman-tanaman yang tidak dibudidayakan, sistem ini biasanya dijalankan bersamaan dengan sistem berburu binatang dan tangkapan ikan. Jarang sistem pengumpulan hasil tanaman terdapat sebagai kegiatan tunggal. Di beberapa daerah seperti di Irian Jaya sistem ini masih terdapat. Sistem Pertanian dengan Budidaya Tanaman, sistem ini merupakan sistem pertanian yang paling utama. Di daerah tropik terdapat banyak sistem budidaya tanaman, dan klasifikasinya dapat dilakukan berdasarkan beberapa ciri-ciri spesifik sebagai berikut: Berdasarkan Tipe Rotasinya Berdasarkan tipe rotasinya dapat diklasifikasikan 4 macam sistem budidaya tanaman yaitu : Sistem dengan rotasi bera secara alami; sistem dengan rotasi dengan makanan ternak (ley system); sistem dengan rotasi tegalan (field system); sistem dengan rotasi tanaman tahunan. 1. Sistem pertanian dengan rotasi bera secara alami Sistem ini adalah sistem dimana budidaya tanaman, bergantian dengan bera (bera = uncultivated fallow). Bentuk-bentuk vegetasi yang terdapat pada bera secara alami dapat berupa : - Pohon-pohon yang dominan (forest fallow) - Semak-semak yang dominan (Bush fallow) - Kayu tahan api yang dominan dan rumput (savanna fallow) - Rumput yang dominan (Grass fallow) 2. Sistem pertanian dengan rotasi dengan makanan ternak Ini adalah sistem dimana lahan ditanami tanaman-tanaman semusim untuk beberapa tahun, kemudian dibiarkan rumput tumbuh, atau lahan ditanami rumput dan atau leguminosa untuk padang penggembalaan. Ley system yang diatur yaitu tanaman semusim/pangan, dirotasikan dengan tanaman rumput dan atau leguminosa, yang dipotong untuk ternak. Ley system secara alami yaitu setelah tanaman semusim, dibiarkan rumput tumbuh secara alami untuk padang penggembalaan ternak. 3. Sistem pertanian dengan rotasi tegalan Sistem dimana tanaman semusim yang satu ditanam setelah tanaman semusim yang lain pada lahan kering. 4. Sistem pertanian dengan rotasi tanaman tahunan
  • 3. Termasuk tanaman-tanaman tahunan adalah tebu, teh, kopi, kelapa, karet dan sebagainya. Tanaman-tanaman tahunan seperti itu dapat ditanam bergantian dengan bera, tanaman semusim, padang penggembalaan ataupun tanaman-tanaman tahunan yang lain. Berdasarkan Intensitas Rotasinya Untuk klasifikasi sistem pertanian berdasarkan kriteria intensitas rotasi, digunakan pengertian R (intensitas Rotasi) dimana : R = Jumlah tahun lahan ditanami x 100 % Lama siklus (tahun) Siklus = jumlah tahun lahan ditanami + tahun bera (intensitas rotasi ini memakai alat ukuran waktu). Jadi misalkan dalam siklus 10 tahun, 2 tahun lahan ditanami, dan 8 tahun diberakan, maka R = 2/10 x 100 = 20 %. Atau misalkan dalam siklus 20 tahun, 2 tahun lahan ditanami, 18 tahun diberakan, maka R = 2/20 x 100 = 10 % - Bila R < 33 %, pertanian tersebut tergolong sistem perladangan (shifting cultivation). - Bila R adalah kurang 60 % tetapi lebih dari 33 % ( 33 < R < 66) sistem pertanian digolongkan sistem bera. - Bila R > 66 %, sistem pertanian ini digolongkan sistem pertanian permanen. Bila lahan bera 7 tahun, ditanami 7 tahun, maka R = 7/14 x 100 = 50 %, ini tergolong sistem bera. Istilah lain yang serupa dengan intensitas rotasi (rotation intencity) adalah intensitas penanaman (cropping intencity). Istilah ini memakai varian (alat ukur) luasan. Intensitas penanaman atau cropping intencity index dapat dihitung berdasarkan : Bagian dari areal ditanami (ha) dibandingkan terhadap areal pertanian tersedia (ha), dikalikan 100 persen, atau dengan rumus : Cropping Intencity Index = 1 = luas areal ditanami (ha) X 100 % /tahun Luas lareal pertanian total tersdia (ha) Jadi misalkan luas areal pertanian tersedia = 100 ha, dan bila dari luas tersebut tiap tahun ditanami satu kali seluas 40 ha, maka I = 40 /100 X 100 = 40 %. Makin besar I, makin besar persentase areal lahan ditanami (ha) dibanding dengan luas areal total (ha) tiap tahunnya. Pada pertanian permanen, indeks penanaman (I) lebih besar dari 66 % (sebagian besar atau seluruh lahan ditanami lebih dari satu kali dengan sistem pola tanam ganda). Berdasarkan Suplai Air Pertama-tama sistem pertanian tersebut digolongkan menjadi sistem pertanian dengan, atau tanpa pengairan. Pertanian dengan sistem pengairan adalah sistem pertanian dimana air dapat diatur masuk ke dalam lapangan sehingga tingkat kelembaban lebih tinggi dibanding bila
  • 4. tanpa irigasi; umum disebut pula dengan nama pertanian lahan kering (dry farming). Pertanian kering umumnya terdapat pada daerah semi arid, tetapi di Indonesia dimana terdapat iklim humid – semi humid, juga banyak terdapat pertanian lahan kering. Nama sistem pertanian yang lebih tepat berdasarkan klasifikasi pemberian air adalah sistem pertanian berpengairan (irrigated farming) dan sistem pertanian tadah hujan (rainfed farming). Klasifikasi lain yang juga didapat berdasarkan suplai air adalah lahan sawah (lahan basah), yaitu tanah yang lembab dan dibuat berteras serta digenangi air dan ditanami padi sawah, meskipun lahan tersebut tidak selalu didukung dengan irigasi (misal sawah tadah hujan). Sebagai kebalikan dari sistem pertanian lahan sawah (lowland) adalah pertanian lahan darat (upland farming) atau pertanian lahan kering, yaitu sistem pertanian dimana lahannya tidak digenangi air dan dalam keadaan kering (umumnya di bawah kapasitas lapang). Berdasarkan Pola Tanam Klasifikasi sistem pertanian berdasarkan pola tanam merupakan klasifikasi sistem pertanian yang terpenting di daerah tropis, yang biasanya didukung dengan penggunaan ternak. Petani-petani yang penghasilannya (gross returnnya = hasil yang diperoleh dan dipasarkan ditambah yang dikonsumsi keluarga, dan yang untuk persediaan) serupa, dapat dikelompokkan berdasarkan pola tanam yang dianut, misalnya : padi – palawija, kopi – pisang dan sebagainya. Dan dalam pertanian permanen yang intensif dapat dikenal berbagai bentuk pola tanam seperti : pola tanam campuran, tumpangsari, dan sebagainya. Berdasarkan alat-alat Pertanian yang Digunakan Berdasarkan hal tersebut secara garis besar dapat digolongkan sistem budidaya pertanian sebagai berikut: 1. Sistem pertanian pra-teknis yaitu sistem pertanian dimana hanya digunakan alat-alat sangat sederhana atau tanpa alat-alat sama sekali, seperti pertanian bakar (pertanian perladangan yang tanpa persiapan apa-apa, kecuali dibakar untuk mendapatkan abu), perladangan tebang- bakar, sistem pelepasan ternak untuk menginjak-injak lahan sebagai persiapan tanah atau pengolahan tanah (di pulau Sumba, Sumbawa dan sebagainya) sistem pertanian dengan tongkat tanam, dan sebagainya. 2. sistem pertanian dengan cangkul dan sekop. 3. Sistem pertanian dengan bajak-garu yang ditarik hewan 4. Sistem pertanian dengan bajak-garu yang ditarik traktor Berdasarkan Tingkat Komersialisasi Dalam hal ini terdapat sistem yang berbeda, dan sesuai dengan hasil kotor (gross return) yang dijual terdapat penggolongan sebagai berikut: 1. Pertanian subsisten : yaitu dimana hampir tidak ada penjualan ( < 20 % dari produksi pertaniannya dijual).
  • 5. 2. Setengah komersial = bila +/- 50 % dari nilai hasil pertaniannya dikonsumsi oleh keluarga, dan selebihnya dipasarkan. 3. Pertanian komersial, yaitu bila lebih dari 50 % dari hasil pertaniannya dipasarkan. Berdasarkan Tingkat Teknologi dan Pengelolaan terutama untuk tanaman perkebunan, dapat dibedakan, perkebunan rakyat, perkebunan besar, dan PIR. Sistem Pertanian untuk Padang Penggembalaan dan Peternakan, karena rendahnya potensi lahan padang penggembalaan di daerah tropik umumnya, maka terdapat penggembalaan berpindah-pindah (nomadis – semi nomadis), yang kadang-kadang disertai dengan peningkatan padang penggembalaan dalam sistem Ranch. Nisban ternak/luas umumnya rendah yaitu 2 -3 ternak besar/ha. Pertanian ternak atau peternakan umumnya diklasifikasikan berdasarkan ketetapan tinggalnya (stationariness) dari peternak maupun ternaknya, sebagai berikut: 1. Total nomadis = Tidak ada tempat tinggal permanen bagi peternaknya dan, tidak ada sistem budidaya tanaman makanan ternak teratur, sehingga selalu bergerak. 2. Semi nomadis = Peternak mempunyai tempat tinggal permanen, dan di sekitarnya ada budidaya makanan ternak sebagai tambahan, tetapi untuk waktu lamanya, ternak dan penggembalaannya bergerak pada daerah-daerah yang berbeda. 3. Transhuman = Peternak mempunyai tempat tinggal permanent, tetapi ternaknya dengan bantuan penggembala, mengembara pada daerah penggembalaan yang berpindah-pindah dan jauh letaknya. 4. Partial Nomadis = Peternak tinggal terus menerus pada tempat pemukiman yang tetap, dan penggembalaannya hanya pada daerah sekitarnya. 5. Peternakan menetap = Ternaknya sepanjang tahun berada pada lahan atau desanya sendiri. Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk bersaing di pasar internasional walaupun secara bertahap. Hal ini karena berbagai keunggulan komparatif antara lain : 1) masih banyak sumberdaya lahan yang dapat dibuka untuk mengembangkan sistem pertanian organik, 2) teknologi untuk mendukung pertanian organik sudah cukup tersedia seperti pembuatan kompos, tanam tanpa olah tanah, pestisida hayati dan lain-lain. Pengembangan selanjutnya pertanian organik di Indonesia harus ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar global. Oleh sebab itu komoditas-komoditas eksotik seperti sayuran dan perkebunan seperti kopi dan teh yang memiliki potensi ekspor cukup cerah perlu segera dikembangkan. Produk kopi misalnya, Indonesia merupakan pengekspor terbesar kedua setelah Brasil, tetapi di pasar internasional kopi Indonesia tidak memiliki merek dagang.
  • 6. Pengembangan pertanian organik di Indonesia belum memerlukan struktur kelembagaan baru, karena sistem ini hampir sama halnya dengan pertanian intensif seperti saat ini. Kelembagaan petani seperti kelompok tani, koperasi, asosiasi atau korporasi masih sangat relevan. Namun yang paling penting lembaga tani tersebut harus dapat memperkuat posisi tawar petani. Pertanian Organik Modern Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus berkembang. Dalam sistem pertanian organik modern diperlukan standar mutu dan ini diberlakukan oleh negara-negara pengimpor dengan sangat ketat. Sering satu produk pertanian organik harus dikembalikan ke negara pengekspor termasuk ke Indonesia karena masih ditemukan kandungan residu pestisida maupun bahan kimia lainnya. Banyaknya produk-produk yang mengklaim sebagai produk pertanian organik yang tidak disertifikasi membuat keraguan di pihak konsumen. Sertifikasi produk pertanian organik dapat dibagi menjadi dua kriteria yaitu: a) Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan pertanian ini masih mentoleransi penggunaan pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang minimal atau Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi penggunaan pestisida sintetis. Pengendalian OPT dengan menggunakan biopestisida, varietas toleran, maupun agensia hayati. Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional sudah dibentuk oleh Departemen Pertanian dengan melibatkan perguruan tinggi dan pihak-pihak lain yang terkait. b) Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri, seperti misalnya sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain masa konversi lahan, tempat penyimpanan produk organik, bibit, pupuk dan pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi persyaratan tertentu sebagai produk pertanian organik.
  • 7. Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah dan obat, serta peternakan, (Tabel 2). Menghadapi era perdagangan bebas pada tahun 2010 mendatang diharapkan pertanian organik Indonesia sudah dapat mengekspor produknya ke pasar internasional. Tropis 2.1.Sejarah Perkembangan Pertanian Awal kegiatan pertanian terjadi adalah ketika manusia mulai mengambil peranan dalam proses kegiatan tanaman dan hewan serta pengaturannya untuk memenuhi kebutuhan. Pada dasarnya manusia terdahulu hanya mempunyai dua kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup dan kebutuhan untuk mempertahankan keturunannya. Kebutuhan untuk mempertahankan hidup yaitu dengan makan. Makanan yang dibutuhan oleh manusia telah disediakan oleh alam. Akan tetapi dengan bertambahnya jumlah manusia yang semakin cepat maka bahan pangan yang disediakan alam lambat laun akan habis. Habisnya bahan pangan pada daerah dimana manusia itu tinggal maka mereka akan mencari daerah baru yang menyediakan bahan pangan. Sehingga pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mereka hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Di dalam kepustakaan kuno terdapat cerita bahwa penemu kegiatan pertanian pada mulanya adalah Kaisar Cina Shen Nung. Pertanian telah dikenal oleh masyarakat pada masa kebudayaan batu muda (neolitikum), perunggu dan masa kebudayaan batu tua (megalitikum). Pertanian pada masa itu telah mengubah bentuk-bentuk kepercayaan dari pemujaan terhadapdewa-dewa perburuan menjadi pemujaan terhadap dewa-dewa kesuburan dan ketersediaan pangan. Teknik budidaya tanaman atau pertanian lalu meluas ke barat yaitu Eropa dan Afrika dan ke timur hingga Asia Timur dan Asia Tenggara. Pertanian secara relatif merupakan inovasi yang belum lama berlangsung dibanding dengan sejarah manusia, karena untuk masa yang lama manusia hanya bertindak sebagai pengumpul makanan bukan pembudidaya tanaman. Produksi dengan penanaman dan pembudidayaan yang sesungguhnya baru terjadi pada zaman Neolitikum atau zaman batu muda. Perkembangan pertanian telah membawa keberuntungan bagi peningkatan hasil pangan atau produk pertanian. Hal ini didukung dengan perkembangan ilmu pegetahuan manusia tentang pembudidayaan tanaman sehingga mencapai hasil yang memuaskan. Teknologi dalam bidang pertanianpun sudah diciptakan, tujuan utamanya adalah untuk mempercepat proses produksi dan menghemat tenaga manusia yang digunakan. Setiap tanaman yang ada sekarang telah dikembangkan pada zaman prasejarah. Hal ini tercapai dengan dua cara yang berbeda, yaitu : 1. Penjinakan (domestication), yaitu suatu cara membudidayakan atau mengelola spesies liar atau proses penjinakan tumbuhan liar untuk memenuhi kebutuhan hidup. Misalnya ubi kayu mengandung zat racun asam sianida (HCN) yang berbahaya bagi kesehatan, dan racun ini dapat dikurangi zat toksinnya dengan memasak.
  • 8. 2. Seleksi, yaitu suatu cara yang dilakukan dengan penangkaran yang berbeda-beda dari spesies tersebut. Seleksi kadang-kadang dapat menciptakan suatu spesies baru dan untuk banyak tanaman agronomi sangat efektif. Sehinga akhir-akhir ini banyak tanaman yang berbeda dengan asal usulnya dan mengakibatkan garis keturunnya telah pudar, namun mempunyai kualitas yang jauh lebih baik dibanding tanaman asalnya. Usaha penjinakan dan penyebaran tanaman pertanian terutama pangan terus berkembang sesuai dengan pengetahuan dan peradapan manusia. Perkembanga tersebut dipercepat dengan penemuan teknologi dibidang pertanian. Usaha pertania pada mulanya terbatas pada lahan kering, dengan meningkatnya kebutuhan akan hasil pertanian maka usaha-usaha pertanian berkembang pada daerah rawa. 2.2 1. Pemburu dan Pengumpul Makanan Manusia pertama yang menempati daerah hutan tropika sekitar Laut Cina Selatan adalahAlitik atau Prepaleolitik yang merupakan kelompok pengumpul makanan dengan cara mengumpulkan tumbuh-tumbuhan yang dapat dimakan, berburu, dan menangkap ikan. Manusia pengumpul makanan dan pemburu di Asia Tenggara adalah dalam arti mereka tidak menetap lama pada suatau tempat. Pada umunya mereka hidup di gua atau di lubang- lubang pada kaki bukit, biasanya mereka makan dedaunan, bunga, biji, buah, kulit, umbi, dan akar tanaman. Pengetahuan untuk menghilangkan racun dari bahan makanan serta cara mengawetkan juga banyak dimiliki oleh para pengembara tersebut. Misalnya mereka mengawetkan makanan dengan mengeringkannya dibawah sinar matahari dan menghilangkan racun pada tanaman dengan cara memesaknya. 2. Pertanian Primitif Ketika manusiapengumpul dan pemburu mulai berusaha mendapatkan tumbuhan sebai sumber makanan, maka mulai terjadi suatu mata rantai antara periode pengumpul dan pemburu dengan pertanian primitif. Pada pertanian primitif, manusa sudah mengenal cara menanam dan memelihara tanaman agar tumbuh dan kemudian dapat diambil hasilnya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sistem pertanian yang berkembang pad pertanian primitif adalah pertanian ladang berpindah. Hal ini terjadi karena manusia pada waktu itu belum tahu cara untuk memepertahankan kesuburan tanah. Sehingga apabila tanah yang mereka tanamani kesuburannya telah berkurang, maka mereka akan mencari tanah baru untuk diolah menjadi lahan pertanian baru. Pada pertanian primitif, kayu-kayu yang telah ditebang tidak dibuang melainkan dibakar. Sistem ini dikenak dengan huma atau shifting cultivation. 3. Pertanian Tradisional Pada pertanian tradisional, petani menerima keadaan tanah, curah hujan, dan varietas tanaman sebagaimana adanya dan sebagaimana yang diberikan alam. Bantuan terhadap pertumbuhan tanaman hanya sekedarnya sampai tingkat tertentu seperti pengairan, penyiangan, dan melindungi tanaman dari gangguan binatang liar dengan cara yang diturunkan oleh nenek moyangnya.
  • 9. Penanaman dilakukan pada lahan yang sama untuk waktu yang lama, sehingga dikenal dengan pertanian menetap. Pada pertanian tradisional petani sudah mengenal cara-cara untuk mempertahankan kesuburan tanah, memelihara dan melindungi tanaman dari gangguan hama dan penyakit. 4. Pertanian Modern Dalam pertanian modern, manusia menggunakan akal dan pikirannya untuk meningkatkan penguasaannya terhadap semua yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hewan. Usaha pertanian merupakan usaha yang efisien, masalah-masalah pertanian dihadapi secara ilmiah melalui penelitian-penelitian, fasilitas-fasilitas irigasi dan drainase dibangun dan dimanfaatkan untuk mendapatkan hasil yang maksimum. Pemuliaan tanaman dilakukan untuk mendapatkan varietas unggul yang berproduksi tinggi, respon terhadap pemupukan, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta masak lebih cepat. Perkembangan pertanian ke arah pertanian modern ini sangat didukung oleh perkembangan teknologi dibidang pertanian. Karena pertanian modern merupakan suatu proses produksi tanaman yang di dalamnya menggunakan alat-alat dan mesi pertanian sebagai sarana utama untuk proses produksi. Teknologi pertanian diciptakan dengan maksud menggantikan tenaga manusia yang terbatas dalam pengolahan pertanian sehingga dapat mempercepat produksi hasil pertanian. Disamping penggunaan alat dan mesin pertanian, pertanian modern juga tidak terlepas dari zat-zat kimia yang berfungsi sebagai peransang tumbuh dan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pada awalnya penggunaan zat kimia dalam pertanian tidak menjadi masalah. Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, zat kimia tersebut dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit apabila dikonsumsi dalam waktu yang lama, dapat menurunkan kesuburan tanah dan membuat hama dan penyakit kebal terhadapnya. Sehingga dengan kondisi seperti ini lama kelamaan lingkungan pertanian akan semakin memburuk dan akan berdampak pada produksi yang dihasilkan. 5. Pertanian Berkelanjutan Pertanian berkelanjutan merupakan suatu proses pengelolaan sumberdaya untuk usaha pertanian yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam. Namun demikian, banyak orang yang menggunakan definisi yan lebih luas dan menilai suatu pertanian dapat dikatakan pertanian berkelanjutan apabila mencakup hal berikut :  Mantap secara ekologis, yaitu berarti bahwa kualitas sumber daya alam dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan dari manusia, tanaman dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Sumber daya lokal dipergunakan sedemikian rupa sehingga kehilangan unsur hara, biomassa dan energi dapat ditekan serendah mungkin serta mampu mencegah pencemaran lingkungan.  Berlanjut secara ekonomis, yaitu berarti bahwa petani dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan dapat memperoleh penghasilan untuk mengembalikan tenaga dan biaya yang dikeluarkan. Keberlanjutan ekonomis tidak hanya diukur dalam bentuk produk pertanian namun juga dalam hal fungsinya seperti melestarikan sumberdaya alam dan meminimalkan resiko.
  • 10.  Adil, berarti bahwa sumberdaya dan kekuasaan didistribusikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi dan hak-hak mereka dalam penggunaan lahan dan modal memadai serta peluang pasar yang terjamin,  Manusiawi, yang berarti bahwa semua bentuk kehidupan (manusia, tanaman dan hewan) dihargai. Martabat dasar semua makluk hidup dihormati, dan integritas budaya dan spiritualitas masyarakat dijaga dan dipelihara.  Luwes, yang berarti bahwa masyarakat pedesaan mampu menyesuaikan dri dengan perubahan kondisi usaha tani yang berlangsung terus menerus, misalnya pertambahan penduduk, kebijakan pemerntah, permintaan pasar dan lain-lain. Hal ini tidak hanya meliputi penggunaan teknologi yang baru dan sesuai, namun juga meliputi inovasi dalam arti sosial dan budaya. Pertanian berkelanjutan mengarah pada pertanian organik yaitu pertanian yang dalam proses produksinya tidak menggunakan bahan kimia baik sebagai peransang tumbuh maupun pencegah hama dan penyakit tanaman. Jadi, diharapkan dengan adanya pertanian berkelanjutan ini proses produksi pertanian tetap berlajut dengan hasil yang meningkat tanpa merusak kualitas lingkungan pertanian. Sehingga kesehatan dapa terjamin dan kesuburan tanah tetap terjaga. 2.3.Sistem Bertanam Daerah Tropika Daerah tropis kering dicirikan oleh adanya perbedaan yang nyata antara musim penghujan dan kemarau. Di daerah semacam ini dibutuhkan sistem pertanaman yang menghasilkan pangan yang cukup dan bergizi, meskipun terjadi variasi curah hujan yang sangat tinggi dari tahun ke tahun dan musim kemarau yang panjang. Hasil pertanian yang tinggi tergantung pada pemanfaatan curah hujan selama musim hujan dan air yang tersimpan di dalam tanah selama musim kering. Krisis ekonomi dan perubahan iklim di Asia dan Pasifik telah membuktikan kelemahan- kelemahan tersebut, dan dampaknya pada kegagalan panen yang pada akhirnya mempengaruhi perekonomian petani bahkan perekonomian nasional. Curah hujan yang lebih rendah dari yang diperkirakan berpengaruh terhadap penyiapan lahan dan gangguan pertumbuhan tanaman. Hal ini menyebabkan penyempitan luas tanam dan produksi rendah. Krisis ekonomi berdampak pada harga dan ketersediaan sarana produksi pertanian. Penerapan sistem tumpang sari pada bedeng permanen mengurangi ketergantungan petani terhadap berbagai masalah seperti pendanaan dan iklim serta memperbaiki jumlah dan kualitas gizi pangan yang dihasilkan. 1. Sistem Perladangan Berpindah Pada awalnya, sistem perladangan berpindah terjadi saat pertama kali manusia mengenal bercocok tanam. Manusia pada waktu itu belum mengenal pengelolaan lahan dan teknologi yang digunakan karena tingkat pengetahuan yang masih rendah , sehingga sistem perladangan ini disebut sistem asal tanam. Ladang Berpindah adalah kegiatan pertanian yang dilakukan dengan cara berpindah-pindah tempat. Ladang dibuat dengan cara membuka hutan atau semak belukar. Pohon atau semak yang telah ditebang setelah kering kemudian dibakar. Setelah hujan tiba, ladang kemudian ditanami dan ditunggu sampai panen tiba. Setelah ditanami 3 – 4 kali, lahan kemudian ditinggalkan karena sudah tidak subur lagi.
  • 11. Akibat yang ditimbulkan dari sistem perladangan berpindah ini adalah menurunnya kesuburan lahan dengan cepat karena belum mengenal pemupukan. Ketika lahan sudah tidak produktif lagi, mereka pindah lalu membuka hutan baru atau kembali mengerjakan lahan yang sudah lama ditinggal dan sudah pulih kesuburan tanahnya. Namun dinegara lain, seperti Afrika, sistem pertanian berpindah ini bukan lagi beronotasi negatif. Dengan teknologi yang terus diperbaiki, sistem ini merupakan alternatif yang cocok untuk dikembangkan. Praktek-praktek ladang berpindah di seluruh dunia sangat beragam, namun pada dasarnya ada dua sistem yang digunakan, yaitu :  Sistem parsial, yaitu suatu sistem yang berkembang khususnya di mana kepentingan ekonomi produsen tinggi, misalnya dalam bentuk pertanian dengan tanaman dagang, transmigrasi maupun penempatan lahan secara liar.  Sistem integral, yang berasal dari cara hidup yang lebih tradisional yang menjamin keberlangsungan hidup sepanjang tahun. Prinsip Utama dalam sistem perladangan berpindah adalah bahwa selama periode bera, nutrisi yang diambil oleh tumbuhan atau vegetasi yang ada akan dikembalikan ke permukaan tanah berupa sisa tanaman (sersah). Bahan organik yang tertimbun di permukaan tanah akan tersedia (melalui proses dekomposisi) bagi tanaman berikutnya setelah vegetasi tersebut ditebang atau dibakar. Di Indonesia, sistem ladang berpindah masih mendatangkan masalah besar karena di khawatirkan dapat mengganggu fungsi lingkungan karena banyak hutan yang ditebang dan mengurani keanekaragaman hayati serta meningkatnya emisi CO2 yang terkait dengan pemanasan global. Selain itu, kegiatan tersebut sering menyebabkan bahaya erosi dan banjir yang akan merusak lahan dan lingkungan. Oleh karena itu perlu dicari upaya pemecahanya, yang anta lain mencakup :  Perencanaan yang lengkap dari pemerintah, yang meliputi penetapan penggunaan lahan berdasarkan tingkat kesesuaian lahan dan permintan pasar. Selain itu juga perlu dipersiapkan unit perngolahan hasil panen seperti pabrik pengolahan kayu dan lain-lain.  Penyediaan lahan bagi setiap keluarga petani sekitar 8-10 Ha. Setiap tahun petani dibiarkan berladang pada lahan seluas 1,5 – 2,0 Ha, sesuai kemampuan masing-masing petani. Tahu kedua petani membuka lahan lagi seluas 1,5 -2,0 ha, dan bgitu seterusnya hingga 8 -10 ha tertanami secara bertahap.  Penyediaan bibit tanaman, pupuk dan pestisida yang berfungsi untuk meransang pertumbuhan dan pegendalian hama dan penyakit tanaman. 2. Sistem Tadah Hujan Semi Intensif dan Intensif Sistem bertanam adalah pola-pola tanam yang digunakan petani dan interaksinya dengan sumber-sumber alam dan teknologi yang tersedia. Sedangkan pola tanam adalah penyusunan cara dan saat tanam dari jenis-jenis tanaman yang akan ditanam berikut waktu-waktu kosong (tidak ada tanaman) pada sebidang lahan tertentu. Pola tanam ini mencakup beberapa bentuk sebagai berikut:  Multiple Cropping (Sistem Tanam Ganda) Multiple cropping adalah sistem penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada sebidang tanah yang sama dalam satu tahun. Sistem pertanian ganda ini sangat cocok bagi petani dengan
  • 12. lahan sempit di daerah tropis, sehingga dapat memaksimalkan produksi dengan input luar yang rendah sekaligus meminimalkan resiko dan melestarikan sumberdaya alam. Macam-macam bentuk dari multiple cropping antara lain: a) Intercropping (Sistem Tumpang Sari) Intercropping adalah sistem penanaman secara serentak dua atau lebih jenis tanaman dalam barisan yang berselang-seling pada sebidang tanah yang sama. Misalnya tumpangsari antara tanaman ubi kayu dan jagung atau ubi kayu dengan kacang tanah. Sistem tumpangsari memberikan beberapa manfaat bagi petani yakni antara lain mengurangi biaya pengolahan lahan, mudah dalam menanggulangi hama, memudahkan proses pembersihan atau penyiangan dan yang terakhir adalah meningkatkan hasil produksi atau panen. b) Mixed Cropping (Sistem Tanam Campuran) Mixed cropping adalah sistem penanaman dua atau lebih jenis tanaman secara serentak dan bercampur pada sebidang lahan yang sama. Sistem ini jarang diterapkan karena sulit dalam proses pemeliharaannya. Sistem tanam ini lebih banayak diterapkan dalam usaha pengendalian hama dan penyakit. Cara penataan tanaman campuran dilakukan dengan berbagi jenis tanamn secara bersamaan dan tidak teratur serta tidak terikat pada waktu. c) Relay Cropping (Sistem Tanam Sisipan) Relay cropping adalah sistem penanaman suatu jenis tanaman kedalam pertanaman yang ada sebelum tanaman yang ada tersebut dipanen. Sistem penanaman ini dalam istilah lain seperti sistem tumpang sari dimana tidak semua jenis tanaman ditanam pada waktu yang sama. Contoh khas dari sistem penanaman ini di Indonesia yaitu, padi gogo dan jagung ditanam bersama-sama kemudian ubi kayu ditanam sebagai tanaman sela satu bulan atau lebih sesudahnya. Penataan pertanaman sela merupakan penataan pertanaman dua atau lebih jenis tanaman yang berlainan dalam sifat, umur dan sebagainya. Bentuk lain dari penataan pertanaman sela antara lain :  Intercropping (Tumpang Sari), merupakan penataan pertanaman dari dua jenis atau lebih tanaman yang umurnya tidak jauh berbeda. Tanaman ditanam secara bersamaan dan di tempat yang sama. Misalnya, beberapa baris jagung ditanami beberapa baris kacang tanah.  Interplanting (Tanaman Sela), merupakan penataan dari dua jenis tanaman musiman yang berbeda umurnya tetapi ditanam bersamaan dan pada tempat yang sama. Bedanya dengan tumpang sari adalah umur tanamannya yang sedikit jauh berbeda. Misalnya, tanaman kacang tanah dengan tanaman ubi kayu.  Interculture (Tanaman Sela Budidaya), merupakan penataan pertanaman dari jenis tanaman musiman yang ditanam diantara jenis tanaman berumur panjang. Misalnya, padi gogo ditanam diantara karet. Penerapan sistem tanam ganda memilki banyak keuntungan dalam bidang pertanian, antara lain:  Mengurangi erosi tanah atau mengurangi terjadinya kehilangan unsur hara pada tanah.  Memperbaiki tata air pada tanah-tanah pertanian, termasuk meningkatkan pasokan (infiltrasi) air ke dalam tanah sehingga cadangan air untuk pertumbuhan tanaman akan tetap tersedia.  Menyuburkan dan memperbaiki struktur tanah, karena pengolahan tanah tidak perlu dilakukan berulang kali  Mempertinggi daya guna tanah sehingga pendapatan petani akan meningkat.
  • 13.  Mampu menghemat tenaga kerja  Menghindari terjadinya pengangguran musiman karena tanah bisa ditanami secara terus menerus.  Mengurangi populasi hama dan penyakit tanaman  Memperkaya kandungan unsur hara antara lain nitrogen dan bahan organik.  Seguantial Cropping (Pergiliran Tanaman) Seguantial cropping adalah sistem penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada sebidang lahan dalam satu tahun, dimana tanaman kedua ditanam setelah tanaman pertama dipanen. Demikian pula bila ada tanaman ketiga, tanaman ini ditanam setelah tanaman kedua dipanen.  Maximum Cropping (Siatem Tanam Maksimum) Maximum cropping adalah pengusahaan lahan untuk mendapatkan hasil panen yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan aspek ekonomisnya (biaya, pendapatan atau keuntungan) dan apalagi aspek kelestarian produksinya dalam jangka panjang.  Sole Cropping atau Monoculture (Sistem Tanam Tunggal) Monoculture adalah sistem penanaman satu jenis tanaman pada lahan dan periode waktu yang sama. Penataan tanaman secara tunggal dilaksanakan di atas tanah dan dalam waktu tertentu (sepanjang umur tanaman) hanya ditanam satu jenis tanaman. Setelah dilakukan penanaman dengan satu tanaman, dan selanjutnya tanah tersebut ditanam kembali dengan jenis tanaman yang sama atau jenis tanaman lain. Ada beberapa penataan pertanaman secara tunggal dalam variasi tanamannya sebagai berikut ; a. Bergiliran secara berurutan Cara ini dilakukan pada musim hujan, yakni tanah sawah ditanami padi. Sedangkan pada musim kemarau, tanah ditanami palawija dan ini tergantung pada keadaan tanah, pengairan, iklim dan sebagainya. b. Bergiliran secara urutan dan glebagan Cara ini banyak terdapat di daeah-daerah sawah tadah hujan. Untuk mengurangi resiko tidak memperoleh hasil tanaman yang ditanamnya secara tunggal maupun bergiliran, petani membagi tanah sawahnya menjadi dua bagian. Bagian pertama dikelola sebagai sawah dengan pergiliran tanaman dan bagian kedua dikelola sebagai tanah kering (tegalan) dan ditanami dengan tanaman yang cocok untuk tanah kering. Di atas tegal dilakukan pertanaman tunggal dan sistem tanaman bergilir berurutan. Setelah beberapa tahn, bagian sawah dijadikan tanah kering dan bagian tanah kering dijadikan tanah sawah kembali. Sistem seperti ini disebut dengan sistem glebagan. c. Bergiliran secara berjajar atau paralel (tidak menganut sistem Glebagan) Sistem ini dilakukan dengan mengelola sebidang tanah sawah yang luas dengan cara pada musim hujan seluruh sawah ditanami padi,tetapi pada musim kemarau ada bagian yang terpaksa dikosongkan karena tidak memeperoleh cukup air, dan bagian yang kosong tersebut kemudian ditanami palawija dan lain-lain. Dalam usaha tersebut sepertinya terdapat penataan pertanaman jajaran dari berbagai penataan pertanaman bergiliran berurutan.
  • 14. 3. Sistem Irigasi Irigasi adalah pemberian air kepada tanah di mana tanaman tumbuh sehingga tanaman tidak mengalami kekurangan air selama hidupnya. Pengairan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha penigkatan produksi pertanian melalui pancausahatani. Air adalah syarat mutlak bagi kehidupan dan pertumbuhan tanaman. Air dapat berasal dari air hujan dan pengairan yang diatur oleh manusia. Kedua hal tersebut harus disesuaikan agar tanaman benar-benar mendapatkan air yang cukup, tidak kurang dan tidak pula berlebih. Pengairan ini meliputi pengaturan kebutuhan air bagi tanaman berarti juga termasuk dreanase. Tujuan dari iragasi yang utama adalah untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan air bagi keperluan pertumbuhan. Manfaat lain tersedianya air irigasi adalah : a. Mempermudah untuk pengolahan tanah b. Membantu mengatur suhu tanah dan tanaman c. Membatu proses pemupukan agar dapat terserap oleh tanaman secara maksimal d. Mencegah tumbuhnya tanaman pengganggu Namun demikian, kebutuhan tanaman akan air harus diperhatikan secara bersama-sama. Jumlah kebutuhan air untuk irigasi dalam pertanian umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :  Jenis dan sifat tanah, sifat tersebut termasuk tekstur tanah, permeabelitas yang akan mempengaruhi besarnya perkolasi atau hilangnya air ke bagian tanah yang lebih dalam.  Macam dan jenis tanaman, ini menunjukkan kebutuhan air yang berbeda sesuai dengan perbedaan sifat tanaman dan cara-cara bercocok tanam.  Keadaan iklim, khususnya curah hujan dan penyinaran matahari disamping keadaan musin disepanjang tahun.  Faktor tofografi berpengaruh terhadap jumlah, terutama dari segi jumlah kehilangan air melaliu perembesan, kebocoran, dan aliran permukaan.  Luas lahan berpengaruh terhadap kebutuhan air untuk setiap satuan luas sesuai dengan hasil pengamatan. Air yang diperlukan tanaman hampir seluruhnya berasal dari tanah melalui proses penyerapan oleh akar. Kelebihan atau kekurangan air yang tersedia akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada tanman. Kelebihan air pada lahan kering terjadi apabila sebagian besar atau seluruh pori tanah terisi oleh air sehingga di dalam tanah kekuranagan udara atau zat asam yang diperlukan untuk respirasi akar. Respirasi yang tidak baik akan mengakibatkan akar tanaman tidak berfungsi secara baik, sehingga berkurangnya penyerapan air meskipun jumlah air yang tersedia cukup banyak. Kekurangan ketersediaan air dalam tanah akan mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil dan layu. Hal ini terjadi karena proses yang terjadi dalam tubuh tumbuhan tidak berlajan denagan baik. Pada tanah yang sering mengalami kelebihan air, upaya yang dilakukan adalah membuat saluran air selama musim hujan. Sedangkan pada tanah yang kekurangan air dibuat saluran irigasi untuk pengairan pada musim kemarau. Cara pemberian air kepada tanaman dapat dibedakan beberapa macam, yaitu :
  • 15.  Cara siraman, yaitu dilakukan dengan mengambil air dari sumbernya dengan menggunaka suatu wadah kemudian disiramkan pada tanaman satu persatu secukupnya.  Cara genangan atau leb, yaitu dilakukan dengan mengalirkan air dari sumbernya mendekati lahan pertanian, kemudian dialirkan sepanjang permukaan tanah yang ditanam selama waktu tertentu.  Cara ebor, yaitu dilakukan dengan cara mengalirkan air dari sumbernya mendekati lahan pertanian dalam suatu parit yang arahnya tegak lurus terhadap arah barisan tanaman kemudian dengan ember dilontarkan sepanjang barisan tanaman.  Cara irigasi curah, yaitu dilakukan dengan mengalirkan air melalui pipa tertutup dengan tekanan ke lahan pertanian, kemudian melalui pipa-pipa tegak air dicurahkan seperti hujan selama waktu tertentu. Berdasarkan lahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian, sistem irigasi dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Sistem Irigasi Lahan Kering Yang dimaksud dengan sistem bertanam irigasi lahan kering adalah sistem bertanam irigasi di mana tidak sampai terjadi genangan air selama pertumbuhan tanaman. Sistem ini sering dipakai di daerah yang bergelombang dan berlereng. Tanaman yang sering ditanam pada daerah ini bermacam-macam mulai dari tanaman semusim seperti jagung , ubi kayu , sayuran dan lain- lain sampai tanaman tahunan seperti karet, kelapa, kelapa sawit dan sebagainya. Penyediaan air untuk kepentingan pertumbuhan tanaman dilakukan dengan berbagai cara, namun akhir-akhir ini seiring dengan berkembangnya alat dan mesin pertanian, petani lebih memilih menggunakan pompa-pompa air bertenaga mesin untuk menyiram tanaman dari pada menggunakan cara tradisional. Apalagi dengan luas daerah pertanian sekarang tidak memungkinkan cara menyiran tradisional itu dilakukan. 2. Sistem Padi Sawah (Siatem Irigasi Lahan Basah) Sistem padi sawah merupakan suatu sistem bertanam dimana lahan yang digunakan pernah mengalami kondisi tergenang. Lama periode tergenang tergantung pada ketersediaan air dan pola tanam yang dilakukan. Biasanya hanya 2-3 bulan namun bisa juga sepanjang tahun. Suplai air dapat berasal dari air hujan semata atau menggunakan sistem irigasi yang diatur oleh manusia. Disebut sawah tadah hujan apabila air yang didapat berasal hanya dari air hujan dan disebut sawah irigasi apabila sistem irigasi berjalan baik untuk mensuplai kebutuhan air bagi lahan pertanian tersebut. Dilihat dari segi pelestarian kesuburan tanah, sistem ini dianggap sistem yang paling baik. Cara penggenangan pada permukaan tanah berarti membuat lahan harus dibuat datar atau dibuat teras-teras pada lahan lereng atau bergelombang yang berarti erosi dapat ditekan sekecil mungkin. Pada sistem padi sawah, memungkinkan lahan ditumbuhi tanaman sepanjang tahun, dan ini berarti suplai bahan organik terhadap tanah cukup tersedia. Selain itu dengan kondisi tergenang memungkinkan tumbuhnya organisme tingkat rendah seperti lumut, ganggang, bakteri dan sebagainya yang mempunyai peranan yang besar terhadap kesuburan tanah karena menyumbangkan bahan organik yang besar. Sistem tanam padi sawah dapat dibagi menjadi 3 macam : 1) Padi air dangkal
  • 16. Padi air dangkal biasanya memiliki kedalaman kurang dari 1 meter. Sebagian besar berupa sawah tadah hujan dan sawah irigasi di dataran rendah. Karena kondisi iklim dan irigasi yang sangat beragam disetiap daerah menyebabkan pola tanam yang ada juga bervariasi. Misalkan pada daerah yang curah hujannya terbatas hanya bisa melakukan penanaman padi satu kali setahun atau mungkin dua kali apabila adanya irigasi yang lancar. 2) Padi air dangkal dan tanaman-tanaman lahan kering Biasanya dilakukan oleh petani yang tinggal pada daerah yang curah hujannya sangat terbatas. Misalkan dalam satu tahun mereka hanya bisa menanam padi satu kali, setelah itu lahan sawah yang mereka kelola akan kering karena kurangnya ketersediaan air. Pada saat lahan sawah menjadi kering petani memanfaatkannya untuk menanam tanaman lahan kering seperti jagung dan kacang tanah. Sehingga tanah tidak mengalami masa bera atau masa pengangguran untuk ditanam. Pada kondisi lahan yang seperti ini biasanya terjadi sistem pertanian bergilir. Sistem ini sangat bagus untuk pengembalian kesuburan tanah. 3) Padi air dalam Padi air dalam ini memiliki kedalam lebih dari 1 meter berlangsung lebih dari satu bulan selama pertumbuhan tanaman dan oleh karena kedalaman air mengalami turun naik dan berlangsung dalam waktu yang cepat, maka pada kondisi ini dibutuhkan jenis tanaman padi tertentu. Panen biasanya dilakuakan denagn menggunakan perahu dan justru dilakukan pada keadaan air yang banyak, tujuannya adalah untuk memudahkan mendayung perahu. Sistem padi air dalam ini biasanya banyak dijumpai pada daerah deta sungai-sungai besar. Salah satu alternatif pengembangan sistem padi air dalam adalah pemanfaatan lahan rawa. Di indonesia lahan rawa memiliki potensi untuk dikembangkan, mengingat banyaknya jumlah lahan rawa yang tersebar di kepulauan yang ada di Indonesia. Sehingga dengan memenfaatkan lahan rawa tersebut terjadi pengurangan penebangan hutan di daerah perbukitan untuk lahan pertanian.  Sistem Tanam campuran Tanaman Semusim dan Tahunan Indonesia mempunyai lahan pertanian yang cukup luas, namun kepemilikan oleh petani masih relatif sempit. Petani umumnya hanya terfokus pada tanaman pangan meskipun tanaman tahunan juga di usahakan, sehingga terbentuk suatu sistem tanaman campuran antara tanaman pangan yang berumur pendek dengan tanaman buah-buahan atau tanaman industri lainnya sebagai tanaman tahunan. Sistem tanaman campuran antara tanaman semusim dan tanaman tahunan dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu : Sistem tanam campuran antara tanaman semusim dengan tanaman herba tahunan atau semi tahunan seperti pisang. Kebun campuran (mixed garden), yaitu sistem penanaman di pekarangan yang sangat beragam, baik pola tanam maupun jenis tanamannya. Sistem tanaman campuran antara tanaman semusin dengan tanaman pohon tahunan seperti kopi, karet, kelapa dan sebagainya. Melihat kondisi tanah yang ada di indonesia, pada umunya pertanian di Indonesia terletak pada daerah pegunungan yang mempunyai lereng-lereng yang dalam. Melihat keadaan seperti ini sangat baik digunakan pola usaha tani Kontur. Sistem usaha tani kontur yang disebutSloping
  • 17. Agricultural Land Technology (SALT) , ini merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mengubah suatu petak lahan di lereng menjadi lahan dataran tinggi yang produktif. Hal ini memungkinkan petani menstabilkan dan memperkaya tanah, mempertahankan kelembapan tanah, mengurangi hama dan penyakit tanaman serta mengurangi kebutuhan input yang mahal seperti penggunaan pupuk kimia. Penanaman tanaman dengan usahatani kontur ini menjadikan sisi bukit yang sering mengalami erosi menjadi lanskap bertingkat dan hijau. Yang paling penting adalah penerapan sistrm ini dapat meningkatkan pendapatan petani di daerah sekitar lereng pegunungan. SALT dirancang untuk keluarga petani kecil yang ingin meningkatkan pendapatan tanaman musiman maupun tanaman tahunan. SALT mencakup beberapa langkah, yaitu : a. Menempatkan garis-garis kontur dan mengolah tanah sepanjang garis kontur dengan jarak 4-6 meter pada bukit yang terjal dan jarak 7-10 meter pada daerah yang lereng. b. Menanam tanaman pengikat nitrogen sebagai lajur tanaman pagar ganda dalan dua alur dengan jarak 50 cm sepanjang tiap garis kontur. c. Mengolah dan menanam tanaman tahunan misalnya kopi, jeruk, mangga dan lain-lain pada setiap baris ketiga atau keempat. d. Mengolah baris tambahan antar jalur tanaman pagar sebelum tumbuh secara penuh. e. Menanam tanaman musiman misalnya jagung diantara baris tanaman tahuanan sebagai sumber bahan pangan dan pendapatan. f. Memangkas tanaman pagar hingga tinggi 1 meter di atas tanah dan memanfaatkan hasil pemangkasan untuk bahan organik. g. Melakukan perputaran atau pergiliran tanaman secara permanen untuk mempertahankan produktivitas, kesuburan dan formasi tanah. h. Membangun sengkedan dengan cara menumpuk pohon, dedaunan dan batuan pada bagian bawah tanaman pagar untuk menahan dan memperkaya tanah. Mineral Tanah Bahan mineral tanah merupakan bahan anorganik tanah yang terdiri dari berbagai ukuran, komposisi dan jenis mineral. Mineral tanah berasal dari hasil pelapukan batuan-batuan yang menjadi bahan induk tanah. Pada mujlanya batuan dari bahan induk tanah mengalami proses pelapukan dan menghasilkan regolit. Pelapukan lebih lanjut menghasilkan tanah dengan tektur masih kasar. subsoil adalahtanah bagianbawahdari lapisantopsoil yangmengalami cukuppelapukan,mengandung lebihsedikitbahanorganik.Danlapisandari subsoil jugadibedakanmenjadi duabagian,terutama dalamtanah yangmengalami pelapukanmendalamyakni tanah-tanahdi daerahlembap,bagiansebelah atasnyadisebutdaerahtransisi (peralihan),dansebelahbawahnyadisebutdaerahpenimbunan (illuviasi).Dalamdaerahgkat perkembangan tanah. Jaringan granulasi adalah jaringan fibrosa yang terbentuk dari bekuan darah sebagai bagian dari proses penyembuhan luka, sampai matang menjadi jaringan parut.[1]