1. Seruan Apostolik Paus Fransiskus
kepada: para Uskup,
Imam dan Diakon,
kaum religius,
pasangan kristiani yg sudah menikah,
dan semua umat beriman
tentang kasih dalam keluarga
19 Maret 2016
2.
3. Deskripsi isi (6):
Paparan alkitabiah
Situasi aktual keluarga
Ajaran Gereja ttg perkawinan dan keluarga
Pendekatan pastoral keluarga
Ajakan pada kerahiman
Pertimbangan pastoral
Spiritualitas keluarga (kesimpulan)
4. Kasih dalam keluarga
Sukacita kasih keluarga adalah sukacita
Gereja. Pewartaan Kristiani tentang
keluarga merupakan kabar baik (1).
Kompleksitas persoalan keluarga
mengindikasikan perlunya diskusi terbuka
secara terus-menerus (2).
5. Makna seruan ini
Mengundang keluarga2 kristiani untuk menghargai
anugerah perkawinan dan keluarga; bertekun dalam
cinta kasih yang diperkuat oleh nilai-nilai kemurahan
hati, komitmen, kesetiaan, dan kesabaran (5).
Mendorong setiap orang menjadi tanda kerahiman
dan kedekatan pada keluarga “bermasalah”(5).
Semua pihak dipanggil untuk mengasihi dan
mencintai keluarga. Keluarga bukanlah sebuah
masalah; keluarga pertama dan utama adalah sebuah
kesempatan (7).
6. Injil keluarga
Injil/Alkitab: kisah keluarga (8):
dari Kejadian 1 - Wahyu 21:2,9: (dari kisah
Adam-Hawa hingga Perkawinan Pengantin
Perempuan dan Anak Domba): mengisahkan
hidup perkawinan dan keluarga.
Kitab Kejadian 1 dan 2: Pasangan manusia
dalam kondisi konkretnya (10).
7. (Kej 1:27) Laki-laki dan perempuan
gambar Allah
(Kej 2:18) Laki-laki sangat ingin mencari
penolong yang sepadan baginya (12),
seorang yang mencermikan kasih Allah,
milik yang unggul, pembantu yang serasi,
dan tiang penyangga (Sir 36:24), kekasih
kepunyaanku dan aku kepunyaan dia ... Aku
kepunyaan kekasihku dan kepunyaanku
kekasihku (Kid 2:16; 6:3).
8. Kej 2:24; Mat 19:5 Seorang laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan
bersatu dengan istrinya sehingga keduanya
menjadi satu daging: bersatu, melekat,
keserasian yang mendalam, kelekatan fisik
dan batin, seksual/badaniah dan cinta (13).
9.
10. Pasangan yang mencintai melahirkan kehidupan.
Dengan itu jalan keselamatan berkembang (12).
Kehadiran anak-anak merupakan tanda
kelangsungan keluarga melalui sejarah keselamatan,
dari generasi ke generasi (14).
Mz 128:3 Suami istri duduk di sekeliling meja,
anak-anak mendampingi mereka seperti “tunas
pohon zaitun”.
1Pet 2:5 Jika orangtua bagaikan landasan rumah,
anak-anak bagaikan “batu hidup”
11.
12.
13. Ruang kehidupan keluarga bisa berubah
menjadi Gereja rumah tangga, tempat untuk
Ekaristi, tempat kehadiran Kristus. Rumah
yang dihiasi kehadiran Allah, doa bersama dan
berkat Tuhan (15).
Mz 78:3-6 Anak-anak dibesarkan dalam iman.
Rumah menjadi tempat pewartaan iman,
memperkenalkan puji-pujian kepada Tuhan,
kekuasaan Tuhan, perbuatan ajaib-Nya 16.
14. Keluarga di mana orangtua menjadi guru
iman pertama bagi anak-anak. “Dan apabila
anakmu akan bertanya kepadamu di
kemudian hari...maka haruslah engkau
berkata kepadanya ...(Kel 13:14). Dengan
demikian, berbagai angkatan dapat
mengangkat nyanyian mereka kepada
Tuhan: “teruna dan anak-anak dara,
orangtua dan orang muda” (Mz 148:12).
15. Orangtua berkewajiban mendidik anak
secara serius sebagaimana diajarkan
oleh orang-orang bijak (Ams 3:11-12;
6:20-22; 13:1; 22:15; 23:13-14; 29:17).
16. - Orangtua berkewajiban sangat berat
dan primer untuk sekuat tenaga mendidik
anak-anak (bdk. Kn 1136; FC 60).
- Anak-anak bisa dididik oleh ayah dan ibu
(utuh).
- Anak-anak memiliki jaminan kebutuhan
(kehidupan) yang jelas dan pasti.
Dalam perkawinan:
17. Anak-anak bukanlah hak milik keluarga. Mereka
memiliki tujuan hidupnya sendiri (18), bahkan Yesus
menunjukkan anak-anak sebagai “guru”. “Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak
bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu
tidak akan masuk ke dalam kerajaan sorga (Mat
18:3-4).
Anak-anak dipanggil untuk menghormati ayah dan
ibu mereka (kel 20:12). Siapa yang menghormati
bapaknya, menebus dosanya; siapa memuliakan
ibunya seperti seorang yang menimbun harta benda
(Sr 3:3-4).
18. Sisi gelap
Ada kenyataan pahit dalam keluarga: penderitaan,
setan, kekerasan yang menghancurkan keluarga dan
persekutuan hidup dan cintanya yang mesra (19).
Hubungan kasih dan kemurnian laki-laki dan
perempuan berubah menjadi penguasaan: “Engkau
akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa
atasmu” (Kej 3:16).
Penderitaan dan pertumpahan darah: pembunuhan
Habel oleh Kain, “perselingkuhan” Daud, keluhan
Ayub, dst.
19. Pengalaman dan tantangan
keluarga (31-57)
Egoisme, intoleransi
Melemahnya praktek keagamaan
Ketergantungan pada TV, media sosial,
narkoba
Pengangguran, masalah keuangan, persatuan
sesama jenis, KDRT, gender, single parent,
20. Empati Yesus pada keluarga
Mrk 1:30-31 Yesus mengunjungi rumah
Petrus, yang mertuanya sedang sakit.
Mrk 5:22-24. 35-43; Yoh 11:1-44 Yesus
bersimpati saat mendengar kematian di rumah
Yairus dan Lazarus.
Luk 7:11-15 Yesus mendengar ratapan
putus asa seorang janda di Naim atas
kematian putranya.
21. Mrk 9:17-27 Yesus memperhatikan
ratapan ayah seorang anak yang sakit
epilepsi.
Yesus pergi ke rumah pemungut cukai seperti
Matius (Mat 9:9-13) dan Zakeus (Luk 19:1-
10), berbicara kepada wanita berdosa di
rumah Simon (Luk 7:36-50), mengampuni
perempuan yang berzinah (Yoh 8:1-11)
22. Yesus memahami kecemasan keluarga karena anak-
anak meninggalkan rumah untuk bertualang, hilang
(Luk 15:11-32), anak yang berperilaku sulit untuk
dipahami; berkata ya, tapi tidak; berkata tidak, tapi iya
(Mat 21:28-31), para korban kekerasan: para
penggarap kebun anggur (Mrk 12:1-9).
Yesus peka dengan hal yang akan memalukan keluarga
akibat kekurangan anggur dalam pesta perkawinan
(Yoh 2:1-10), ketidakhadiran tamu pada pesta (Mat
22:1-10), atau kekuatiran keluarga karena kehilangan
dirham (Luk 15:8-10).
23. Allah adalah sumber penghiburan, teman
seperjalanan untuk setiap keluarga yang sulit
dan menderita (22).
“Allah akan menghapus segala air mata dari
mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi,
tidak akan ada lagi perkabungan atau ratap
tangis atau dukacita” (Why 21:4).
“Sukacita memenuhi hati dan hidup semua orang yang
menjumpai Yesus”
(EG 1).
24. Memandang Yesus:
Panggilan keluarga (58-88)
Ajaran perkawinan dan keluarga dalam
terang Alkitab: sebagai sakramen, cinta
Kristus sebagai model cinta suami istri
dan dalam terang magisterium: keluarga
sebagai komunitas cinta dan kasih, dan
sebagai ecclesia domestica (Gereja rumah
tangga).
25. Cinta dalam perkawinan (89-164)
Perkawinan bertujuan untuk
menyempurnakan cinta dalam
kebersamaan hidup suami istri
Suami istri yang tidak sempurna harus
bertumbuh dan berkembang ke arah cinta
yang sempurna; mengalami kebebasan
dalam pemberian diri satu sama lain
26. Cinta yg berbuah subur (165-198)
Cinta yang membuahkan hidup/kehidupan
Dalam perkawinan, anak-anak adalah
pancaran yang hidup dari cinta suami istri
Suami istri harus terbuka pada kelahiran,
menerima kehadiran anak-anak dan tidak
takut pada tantangan zaman.
Adopsi sebagai tindakan terpuji.
27. Prospektif pastoral (199-258)
Perlunya pastoral yang baru
Keluarga adalah pelaku utama kerasulan
melalui kesaksian sukacita Gereja rumah
tangga.
Kontribusi paroki sangat diperlukan.
Para seminaris dibekali bukan saja soal
doktrin perkawinan, tapi juga pengetahuan
yang lebih luas (lintas disiplin ilmu).
28. Kaum muda dibantu menemukan martabat
perkawinan dan keluarga.
Bagi yang mau menikah dibantu untuk
merasakan daya tarik persatuan suami istri
seutuhnya lewat persiapan perkawinan.
Dalam persiapan perkawinan harus
diperjelas hubungan antara Sakramen
Baptis dengan Sakramen Perkawinan dan
sakramen lainnya.
29. Menjelang perkawinan para calon nikah
dibantu dan didukung dalam persiapan
liturgi perkawinan.
Pendampingan tahun-tahun pertama
perkawinan untuk menyadari bahwa
perkawinan tidak lepas dari krisis-krisis.
Keluarga dibantu saat mereka lemah,
terutama soal relasi, komunikasi
Pastoral keluarga dalam situasi iregular.
30. VII. Menuju pendidikan yang lebih
baik bagi anak-anak
Orangtua selalu membawa dan memberi pengaruh pada
perubahan moral anak. Orangtua harus menunaikan
kewajibannya, waspada pada aneka pengaruh terhadap anak,
tidak terlalu obsesif dan protected.
Kasih dan keteladanan sangat diperlukan untuk kedewasaan
moral anak.
Keluarga adalah: sekolah pertama dan utama nilai-nilai
kemanusiaan, tempat bersosialisasi, tempat belajar
kebijaksanaan dalam menggunakan kebebasan, belajar
mengenal seksualitas, sekolah iman.
31. VIII. Mendampingi, memahami, dan
menyatukan yg lemah
Gereja berbelaskasih, membantu: mereka yang
sedang berjuang dalam menghayati kehidupan
perkawinan sesuai rencana Allah.
Gereja tetap mendorong perkawinan untuk
melakukan kebaikan; memperhatikan cinta kasih,
pelayanan komunitas.
Gereja melalu menolong, melayani keluarga-keluarga
dalam berbagai situasi iregularitas (cerai, cerai dan
menikah lagi, dst).
32. IX. Spiritualitas Perkawinan
Esensi Spiritulitas perkawinan: bahwa dalam ikatan
cinta keluarga yang mendalam, Allah tinggal.
Kunci spiritualitas adalah tindakan kemurahan hati.
Konkretnya:
Keluarga menyatukan penderitaannya dalam
penderitaan Kristus.
Doa bersama dalam keluarga yang berpuncak pada
ekaristi.
Komitmen suami istri untuk satu dan setia yang
diperbarui setiap hari.
33. Setiap kita (cinta dan perkawinan)
meninggalkan jejak bagi orang lain.
Hidup perkawinan adalah pengalaman
rohani yang memampukan kita melihat
orang-orang yang kita kasihi di mata Allah.
Tidak ada keluarga yang sempurna, namun
semua keluarga dipanggil menuju
kesempurnaan, melalui kesempatan yang
ditawarkan dalam situasi mereka masing-
masing.