Dokumen tersebut membahas berbagai konsep kimia dasar, termasuk teori atom Bohr, bilangan kuantum, ikatan kimia, reaksi kimia, dan konsep-konsep terkait lainnya. Secara khusus, dibahas tentang struktur atom, konfigurasi elektron, jenis-jenis ikatan kimia, hukum-hukum dasar kimia, dan reaksi kimia halogen serta gas mulia.
1. MATERI ASS KIMIA (BY MASYARAKAT)
1. Teori atom Bohr
a. Elektron dalam atom bergerak
mengelilingi inti pada lintasan-lintasan
tertentu, tidak memancarkan energi.
Lintasan-lintasan elektron itu disebut kulit
atau tingkat energi elektron.
b. Elektron dapat berpindah dari satu
lintasan ke lintasan yang lain.
c. Perpindahan elektron dari tingkat energi
tinggi ke rendah disertai pemancaran
energi. Sedang perpindahan elektron dari
tingkat energi rendah ke tinggi disertai
penyerapan energi.
d. Elektron yang bergerak pada lintasannya
berada pada keadaan stasioner, artinya
elektron tidak memancarkan atau
menyerap energi.
2. Bilangan kuantum
Kedudukan suatu elektron dalam model atom
mekanika kuantum (Erwin Schrodinger)
3. Konfigurasi elektron dan letak unsur dalam
sistem periodik
4. Sifat keperiodikan
● Jari-jari:
○ Atas → bawah: semakin besar
○ Kiri → kanan: semakin kecil
● Energi ionisasi: energi minimal untuk
lepas 1 elektron
● Afinitas elektron: energi yang dilepaskan
atom untuk tarik 1 elektron
● Keelektronegatifan: kemampuan unsur
untuk menarik elektron dan membentuk
ikatan
○ Atas → bawah: berkurang
○ Kiri → kanan: bertambah
5. Jenis jenis ikatan
a. Ikatan kovalen: sama-sama kurang
elektron untuk oktet
b. Ikatan ion: ada unsur yang lebih 1 elektron
untuk oktet
c. Ikatan logam: sesama unsur logam
6. Rumus kimia senyawa dan namanya
2. 7. Daya hantar listrik larutan dan derajat ionisasi
● elektrolit kuat = 1
● elektrolit lemah = antara 0-1
● nonelektrolit = 0
8. Hukum perbandingan volume (Gay Lussac)
“Tekanan suatu gas akan berbanding lurus
dengan suhu absolutnya pada keadaan volume
yang konstan (isokhorik).”
9. Jenis-jenis entalpi
● Pembentukan (∆Hf): kanan 1 mol, kiri
menyesuaikan
● Penguraian (∆Hd): kiri 1 mol, kanan
menyesuaikan
● Pembakaran (∆Hc): kiri 1 mol + O2
(bebas), ∆H negatif (-)
10. Menghitung ∆H
● Hukum hess
● Entalpi pembentukan standar:
ΔH = ƩΔHproduk – ƩΔHreaktan
aA + bB → cC + dD
ΔH = (c × ΔHf°C + d × ΔHf°D) – (a ×
ΔHf°A + b × ΔHf°B)
11. Faktor yang mempengaruhi laju reaksi
● Luas permukaan: besar → lambat
● Konsentrasi: besar → lambat
● Suhu: optimal
● Katalis: ada → cepat
12. Persamaan laju reaksi
13. Ketetapan/reaksi kesetimbangan
14. Menghitung Kc Kp
15. Menghitung larutan (trayek pH, asam basa
Bronsted-Lowry)
a. Trayek pH
b. Asam basa Bronsted-Lowry
16. Pembentukan larutan penyangga
Larutan yang digunakan untuk menstabilkan pH
saat terjadi penambahan asam, basa, atau garam.
17. Menghitung pH hidrolisis garam
3. 18. Larutan asam basa yang membentuk larutan
penyangga
19. Menghitung kadar zat dengan cara titrasi
20. Diagram P-T (sifat koligatif larutan)
21. Membandingkan sifat koligatif larutan elektrolit
dan nonelektrolit
22. Menyetarakan persamaan reaksi redoks
Suasana asam
Suasana basa
23. Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi
● Air dan kelembaban udara
● Elektrolit
● Permukaan logam yang tidak rata
● Terbentuknya sel elektrokimia
24. Susunan sel volta
25. Hukum faraday dalam sel elektrolisis
a. Hukum faraday 1: massa zat yang
dihasilkan pada suatu electrode selama
proses elektrolisis berbanding lurus
dengan muatan listrik yang digunakan
b. Hukum faraday 2: massa zat yang
dihasilkan pada elektrode berbanding
lurus dengan massa ekivalen zat.
4. 26. Identifikasi gugus fungsi
27. Isomer fungsi
Isomer gugus fungsi adalah senyawa yang
mempunyai rumus molekul yang sama, tapi
atom-atomnya terhubung dengan cara lain,
sehingga membentuk gugus fungsinya berbeda.
28. Jenis-jenis reaksi senyawa karbon
● Reaksi adisi: reaksi pemutusan ikatan
rangkap (ruas kiri rangkap, ruas kanan
tunggal). Contoh reaksi I.
● Reaksi substitusi: reaksi pertukaran
atom/gugus atom. Contoh reaksi II, gugus
OH bertukar dengan atom Cl.
● Reaksi eliminasi: reaksi pembentukan
ikatan rangkap (ruas kiri tunggal, ruas
kanan rangkap). Contoh reaksi III.
29. Benzena dan kegunaannya
● Benzena dipakai sebagai pelarut dan
bahan dasar sintetis untuk berbagai
senyawa turunannya, termasuk stirena
dan lain sebagainya.
● Fenol bersifat asam lemah dipakai
sebagai bahan dasar dari proses
pembuatan plastik dan obat-obatan,
seperti antiseptik dan desinfektan.
● Toluena dimanfaatkan sebagai bahan
pelarut dan bahan utama dari pembuatan
asam benzoat, bahan peledak dan lain
sebagainya.
● Asam benzoat sebagai bahan pengawet
makanan, Anlina dipakai untuk membuat
zat-zat pewarna diazo.
● Asam salisilat dipakai untuk pembuatan
aspirin, perasa, minyak wangi, salep
antijamur hingga shampoo dan bedak.
30. Monomer penyusun polimer dan cara
polimerisasinya
a. Reaksi polimerisasi adisi
Pada reaksi polimerisasi ini, monomernya
merupakan senyawa alkena, yaitu
hidrokarbon takjenuh yang berikatan
rangkap dua. Reaksi polimerisasi adisi dari
alkena membentuk polialkena. Secara
umum, reaksi polimerisasi adisi dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Polimer-polimer yang terbentuk melalui
reaksi polimerisasi adisi antara lain
polietena (PE), polivinil klorida (PVC),
karet alam, teflon, dan polipropena.
b. Reaksi polimerisasi kondensasi
Ciri khas reaksi polimerisasi kondensasi
adalah monomernya mengandung gugus
fungsi dan dihasilkannya produk samping,
seperti H2O, HCl, NH3, dan CH3COOH.
5. Produk samping ini merupakan gabungan
dari gugus fungsi setiap monomer.
Secara umum, reaksi polimerisasi
kondensasi dituliskan sebagai berikut.
Senyawa yang terbentuk melalui reaksi
polimerisasi kondensasi, di antaranya
protein, nilon, dan plastik
polietilentereftalat (PET). Perhatikanlah
tabel berikut untuk mengetahui reaksi
polimerisasi senyawa-senyawa tersebut.
31. Pengujian protein dalam bahan makanan
a. Uji biuret
b. Uji xanthoproteic
c. Uji ninhydrin
32. Cara pengujian karbohidrat
a. Uji Molisch
Membentuk warna ungu di atasnya.
Mendeteksi monosakarida (kecuali tetrosa
dan triosa)
b. Uji Tollens
Membentuk cermin perak pada tabung
reaksi. Menggunakan pereaksi larutan
perak nitrat (AgNO3) dan Amonia (NH3).
Mendeteksi gugus fungsi aldehid,
aldehida aromatik, alfa hidroksi keton
c. Uji Fehling
➢ Larutan fehling A mengandung
tembaga (II) sulfat berwarna biru
➢ Larutan fehling B berwarna
bening terdiri dari kalium natrium
tartrat (garam Rochelle) dan alkali
kuat, biasanya natrium hidroksida
➢ Kedua larutan dicampur dalam
volume yang sama untuk
mendapatkan warna biru tua
➢ Digunakan untuk mengidentifikasi
gugus aldehida atau keton
d. Uji Seliwanoff
Membedakan aldosa dari ketosa
e. Uji Iodine
Menguji keberadaan pati atau iodium.
Anion triiodida menghasilkan warna biru
kehitaman saat bertemu pati
33. Reaksi esterifikasi
Reaksi pembentukan ester dari alkohol dan asam
karboksilat. Terjadi penggantian gugus –OH dari
asam karboksilat dengan gugus alkoksi dari
alkohol.
34. Kegunaan gas mulia
a. Helium: pengisi balon udara, helium yang
tidak reaktif untuk mengganti nitrogen
untuk membuat udara buatan yang
dipakai dalam penyelaman dasar laut,
helium cair sebagai zat pendingin karena
memiliki titik uap yang sangat rendah.
b. Neon: mengisi lampu neon, indikator
tegangan tinggi, zat pendingin, penangkal
petir, dan mengisi tabung televisi.
c. Argon: las titanium dan stainless steel
dan pengisi bola lampu pijar.
d. Krypton: pengisi lampu fluoresen
bertekanan rendah, lampu kilat untuk
fotografi kecepatan tinggi.
e. Xenon: pembuatan lampu untuk
bakterisida (pembunuh bakteri) dan
pembuatan tabung elektron.
f. Radon: terapi kanker karena bersifat
radioaktif, sistem peringatan gempa.
35. Reaksi kimia halogen
a. Reaksi halogen dengan unsur logam
Reaksi halogen dengan unsur logam,baik
logam golongan A maupun golongan B
dapat langsung membentuk garam dan
reaksinya berlangsung dengan hebat.
Contoh:
Na(s) + ½ Cl2(g) → NaCl(s)
Na(s) + ½ Br2(g) → NaBr(s)
Fe(s) + Cl2(g) →FeCl2(s)
b. Reaksi halogen dengan unsur gol. IVA
Kecuali dengan karbon, halogen dapat
bereaksi dengan langsung dengan semua
unsur golongan IVA membentuk senyawa
halida.
Contoh:
Si(s) + 2Cl2(g) → SiCl4(s)
6. c. Reaksi halogen dengan unsur gol. VA
Kecuali dengan N2, halogen dapat
bereaksi langsung dengan unsur
golongan VA pada suhu kamar.
Contoh:
P4(s) + 6Cl2(g) → 4PCl3(g)
d. Reaksi halogen dengan halogen lainnya
Reaksi halogen dengan unsur halogen
lainnya dapat membentuk senyawa
antarhalogen dengan rumus molekul XYn,
dimana Y lebih elektronegatif daripada X
dan n merupakan bilangan ganjil.
Contoh:
I2(g) + 3F2(g) → 2IF3(g)
I2(g) + 5F2(g) → 2IF5(g)
Br2(g) + Cl2(g) → 2BrCl(g)
e. Reaksi halogen dengan gas halogen
Reaksi halogen dengan gas hidrogen
berlangsung dengan sangat hebat
membentuk gas hidrogen halida.
Contoh:
H2(g) + F2(g) → 2HF(g)
f. Reaksi halogen dengan air
Fluorin dapat mengoksidasi air dan
menghasilkan gas oksigen.
F2(g) + H2O(l) → 2HF(aq) + ½O2(g)
Jika gas klorin dialirkan ke dalam air, klorin
akan mengalami reaksi disproporsionasi
(autoredoks).
Cl2(g) + H2O(l) ↔ HCl(aq) + HClO(aq)
Reaksi tersebut berada dalam
kesetimbangan sehingga di dalam air
masih tetap ada gas klorin (sebagai Cl2).
Larutan ini disebut sebagai air klorin. Br2
dan I2 dalam air tidak bereaksi dan
larutannya disebut dengan air bromin dan
air iodin.
g. Reaksi halogen dengan basa kuat
Kecuali F2, semua halogen di dalam basa
kuat akan mengalami reaksi
disproporsionasi (autoredoks). Reaksi
yang terjadi dipengaruhi oleh suhu.
Pada suhu rendah:
X2(g) + 2OH–
(aq) → X–
(aq) + XO–
(aq) + H2O(l)
Pada suhu tinggi:
3X2(g) + 6OH–
(aq) → 5X–
(aq) + XO3–
(aq) +3H2O(l)
h. Reaksi halogen dengan halida
Dengan memperhatikan nilai potensial
elektrode dari masing-masing halogen,
maka halida dapat dioksidasi oleh
halogen yang mempunyai daya oksidasi
lebih tinggi. Nilai potensial elektrode:
F2(g) + 2e–
→ 2F–
(aq) Eo = +2,87 V
Cl2(g) + 2e–
→ 2Cl–(aq) Eo = +1,36 V
Br2(g) + 2e–
→ 2Br–
(aq) Eo = +1,07 V
I2(g) + 2e–
→ 2I–
(aq) Eo = +0,54 V
Perhatikan reaksi berikut:
2Cl–
(aq) + F2(g) → 2F–
(aq) +Cl2(g)
Eo= +1,51 V (reaksi spontan)
2Cl–
(aq) + Br2(g) → Cl2(g) + 2Br–
(aq)
Eo = -0,30 V (reaksi tak spontan)
Dari dua reaksi tersebut dapat
disimpulkan, jika halida direaksikan
dengan halogen yang terletak di atasnya
dalam sistem periodik unsur periodik,
halida tersebut akan mengalami oksidasi
menghasilkan halogen. Sebaliknya,
halogen akan mengalami reduksi menjadi
halida. Akan tetapi, hal yang sebaliknya
tidak dapat terjadi, sebab akan
mempunyai potensial reaksi yang bernilai
negatif.
Penerapan reaksi tersebut dalam reaksi
molekuler adalah sebagai berikut.
2KCl(aq) + F2(g) → 2KF(aq) + Cl2(g)
(reaksi berlangsung spontan)
KCl(aq) + Br2(g) ⇸ (tidak bereaksi)
Dengan demikian, halogen dapat
mendesak halida di bawahnya dari suatu
senyawa.
F2 dapat mendesak Cl–
, Br–
, dan I–
dari
senyawanya, misalnya
F2(g) + 2KCl(aq) → 2KF(aq) + Cl2(g)
F2(g) + 2KBr(aq) → 2KF(aq) + Br2(g)
F2(g) + 2KI(aq) → 2KF(aq) + I2(g)
Cl2 dapat mendesak Br–
dan I–
, misalnya:
Cl2(g) + 2KBr(aq) → 2KCl(aq) + Br2(g)
Cl2(g) + 2KI(aq) → 2KCl(aq) + I2(g)
Br2
dapat mendesak I–
dari senyawanya,
tetapi tidak dapat mendesak Cl–
dan F–
dari senyawanya, misal:
Br2(g) + 2KI(aq) → 2KBr(aq) + I2(g)
36. Sifat-sifat periode 3
● Jari-jari atom dari kiri ke kanan berkurang
● Afinitas elektron, energi ionisasi, dan
keelektronegatifan cenderung bertambah
● Unsur logamnya dari kiri ke kanan
semakin berkurang kereaktifannya dan
unsur non logamnya bertambah
● Sifat reduktor dari kiri ke kanan berkurang
● Sifat oksidator dari kiri ke kanan
bertambah
● Sifat asam dari kiri ke kanan bertambah
● Sifat basa dari kiri ke kanan berkurang
37. Proses pembuatan besi
a. Peleburan Besi
Hal pertama yang dilakukan adalah
peleburan sebuah besi. Hal itu dilakukan
pada alat yang bernama tungku sembur
atau blast furnace. Alat ini sangat umum
7. dipakai dalam pembuatan besi. Dengan
memiliki ketinggian sekitar 40 m dan lebar
sekitar 14 m serta biasanya terbuat dari
batu bata yang sangat tahan terhadap
panas.
Ada 3 bahan yang umumnya dimasukkan
ke dalam alat ini, yakni bijih besi
bercampur pasir, batu kapur pada besi
dan karbon dari sebuah zat. Selalu
menggunakan suhu yang sangat tinggi
serta memiliki tekanan sekitar 1 atm
bahkan 3 atm di dalam tungku sembur
tersebut. Sampai besi tersebut mencair
dan disebut sebagai pig iron.
Selanjutnya besi cair tersebut digunakan
untuk membuat baja atau bahkan
dimasukkan ke dalam sebuah cetakan.
Dalam cetakan itu nantinya akan
dimasukkan sebuah besi tuang. Nanti
akan menghasilkan besi yang
mengandung sedikit karbon atau disebut
besi tempa.
b. Peleburan Ulang Besi Baja
Selanjutnya dilakukan peleburan ulang
besi, yang mana berguna untuk
menurunkan kadar karbon dalam sebuah
material besi. Membuang zat-zat
pengotor lainnya yang mampu
mengurangi kualitas sebuah besi. Selain
itu, pada proses ini juga berguna untuk
menambahkan berbagai logam aliase
sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan.
Secara umum, metode ini ditemukan oleh
seorang ilmuan yang bernama Henry
Bessemer pada sekitar tahun 1856.
Kemudian beliau juga mengembangkan
cara-cara baru lainnya pada tahun 1860.
Inovasi barunya tersebut disebut tungku
terbuka dan hingga kini masih banyak
digunakan.