SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 27
STOCHASTIC MODELS
Created By Dadan Ahdiat
Introduction
Model stokastik adalah sebuah model statistik yang dapat digunakan ketika permintaan produk atau
variabel lainnya tidak diketahui, tetapi dapat dispesifikasikan dengan menggunakan sebuah distribusi
probabilitas.
Pada Model Stokastik disebut juga model probabilistik peluang dari masing-masing kejadian benar-
benar di hitung, menyusun sebuah model stokastik cenderung lebih sulit dari model deterministik.
Permasalahan dalam persediaan probabilistik adalah adanya permintaan barang tiap harinya tidak
diketahui sebelumnya, informasi yang diketahui hanya berupa pola permintaannya yang diperoleh
berdasarkan data masa lalu. Dalam model persediaan probabilistik yang menjadi pusat perhatian adalah
analisis perilaku persediaan barang selama lead time.
Contoh model stokastik adalah teori antrian dan teori permainan, dimana ini merupakan
pengembangan dari riset operasi modern
Two Content Layout with Table
Berkenaan dengan karakteristik persoalan yang hendak diselesaikan dengan pendekatan OR,
maka dibedakan dua jenis permasalahan:
(1) Deterministik, dicirikan oleh nilai-nilai parameternya yang pasti dan time-invariant,
(2) Stokastik, dicirikan oleh ketidakpastian nilai parameter-parameternya dan time-variant.
Contoh penerapan pemodelan stokastik adalah :
Rantai markov dengan waktu diskret, proses poisson, rantai markov dengan waktu kontinu,
proses bercabang dan proses pembaruan dan penerapannya.
Akibat dari hal tersebut, maka terdapat tiga
kemungkinan yang dapat terjadi pada model
probabilistik persediaan barang, yaitu :
1. Tingkat permintaan barang selama lead time konstan, namun
waktu pengiriman barang berubah-ubah.
2. Waktu pengiriman barang konstan, namun tingkat permintaan
barang selama lead time berubah-ubah.
3. Tingkat permintaan barang selama lead time dan waktu pengiriman
barang berubah-ubah.
1. The Newsboy Problem
▪ Permasalahan Newsboy ( The Newsboy Problem) adalah Salah
metode klasik Metode yang digunakan untuk pengendalian
persedian probalistik.
▪ Permasalahan item tunggal Newsboy adalah menentukan kuantitas
item yang dapat diperoleh dalam satu periode. Biaya pembelian
C/unit, pendapatan penjualan R/unit, periode demand D merupakan
variable random kontinu (r,v) dengan fungsi density g (.)dan distribusi
kumulatif G(.) di akhir periode, unit yang tersisa menimbulkan biaya
kelebihan H/unit. Jika persediaan tidak mencukupi untuk memenuhi
permintaan selam periode tersebut, S/unit sebagai biaya
kekurangan.
Lanjutan..
Kebanyakan penelitian dalam kasus newsboy mempertimbangkan optimalisasi hanya
dengan performance pengukuran tunggal. Bagaimanapun optimalisasi dengan
pengukuran tunggal belum tentu merupakan solusi tepat untuk beberapa kasus yang
alin. Oleh karena itu digunakan lebih dari satu performance pengukuran.
Pertimbangan penggunaan dual performance measures untuk menentukan kuantitas
pemesanan optimal yang dapat memaksimalkan keuntungan berdasarkan batasan
dengan probabilitas untuk mencapi tingkat keuntungan yang ditargetkan tidak
kurang dari tingkat resiko awal. Selanjutnya juga dipertimbangkan dua kasus diskon,
yaitu all-unit diskon dan incremental diskon.
Model All Unit Diskon dengan Biaya Kekurangan (S>0)
Untuk kuantitas pemesanan Q, jika A adalah penjualan actual, maka A = min {Q,D}.
Selama demand D merupakan variable random, A juga variable random. Keuntungan
stokastik untuk kasus S>0 adalah
Z(Q,D)= (R+H+S)A-S D- (C+H)Q
Lanjutan..
Umumnya permasalahan utama newsboy adalah menetukan kuantitas pemesanan optimal yang dapat
memaksimalkan ekspektasi keuntungan. Dalam kasus ini kuantitas pemesanan optimal Q* adalah
Q*= G-1{(r-C+s)/(r+h+s)}
untuk demand berditribusi discrete uniform, kuantitas pemesanan optimal menjadi :
Q*= G-1(U)
Q*= L+[(U-L+1)u]
Q*= L+[(U-L+1){(R-C+S)/(R+H+S)}]
L = min xk
U = max xk
Dimana:
L= kuantitas penjualan minimum
U=kuatitas penjualan maksimum
2. Single-period stochastic demand
Model kebijakan ini hampir sama dengan kebijakan continous review , perbedaannya dalam kebijakan
ini, pengambilan persediaan dilakukan hanya sekali (pengurangan persediaan terjadi hanya sekali), dan
ketika tingkat persediaan mencapai reorder level, maka dilakukan pemesanan sebesar Q. Dalam kebijakan
ini, variabel Q dan r yang harus ditentukan untuk mencapai total biaya persediaan minimal.
Model kebijakan ini khususnya diterapkan pada dua jenis permintaan berikut:
▪ Permintaan item pada interval jarang
Jenis permintaan ini untuk item yang mengikuti model yang cepat berubah, kebutuhan komponen yang
jarang rusak serta suku cadang item tertentu untuk perawatan dan perbaikan.
▪ Permintaan tidak pasti untuk item yang berumur pendek pada interval yang sering
Permintaan seperti ini terutama untuk item-item yang cepat kadaluarsa (Koran, mjalah mingguan, kartu
natal)
Item dengan pemesanan tunggal memeiliki pola permintaan dengan periode penjualan (pemakaian)
terbatas. Item tersebut dipesan (baik dari supplier luar atau produksi sendiri) pada awal periode, dan tidak
ada kesempatan untuk pemesanan kedua selama periode tersebut. Jika permintaan periode tersebut lebih
besar dari jumlah yang telah dipesankan, maka akan kehilangan keuntungan.
3. ROP atau Reorder Point
Sebelum menetukan reorder point nya akan dibahas terlebih dahulu
tentang ketidakpastian bahan baku yang kemungkinan akan dihadapi
perusahaan. Ketidakpastian ini timbul karena segala sesuatu yang telah
direncanakan perusahaan tidak berjalan sesuai dengan kenyataan.
Secara umum ketidakpastian ini akan dipisahkan menjadi dua macam :
(Marwan Asri, 1981)
▪ Ketidakpastian yang berasal dari dalam perusahaan
▪ Ketidakpastian yang berasal dari luar perusahaan
Ketidakpastian yang berasal dari dalam
perusahaan
Ketidakpastian timbul akibat dari penyerapan bahan baku yang tidak
sama dengan perencanaan pemakaian bahan baku yang telah disusun
sebelumnya. Faktor-faktor yang menjadi penyebab keadaan tersebut
antara lain karena adanya gangguan teknis dalam pelaksanaan proses
produksi, adanya pesanan kilat, kerja lembur, tidak dipenuhinya
standar kualitas bahan baku dan sebagainya.
Ketidakpastian yang berasal dari luar
perusahaan
Ketidakpastian ini timbul akibat faktor-faktor dari luar perusahaan. Dalam
melakukan pembelian (pemesanan) bahan baku, ada kalanya bahan yang
dipesan tersebut akan datang lebih cepat atau lambat dari waktu yang telah
disepakati bersama. Keduanya akan mendatangkan akibat yang tidak
menguntungkan bagi perusahaan. Untuk mengatasi ketidakpastian bahan
baku dari luar perusahaan harus dicari titik pemesanan kembali yang paling
optimal (reorder point = ROP). Namun sebelumnya harus dicari terlebih dahulu
waktu tunggu (lead time) yang tepat untuk bahan baku tersebut.
Adapun yang dimaksud reorder point adalah saat atau titik dimana harus
diadakan pemesanan lagi sedemikian rupa sehingga penerimaan atau
kedatangan material yang dipesan itu tepat pada waktu dimana persediaan di
atas safety stock sama dengan nol. Sedangkan lead time adalah jangka waktu
sejak dilakukannya pemesanan sampai saat datangnya bahan mentah yang
dipesan siap untuk digunakan dalam proses produksi. (Marwan Asri, 1981).
Faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam penentuan reorder point adalah:
▪ Penggunaan meterial selama tenggang waktu mendapatkan barang
yaitu waktu dimana meliputi dimulainya usaha-usaha untuk
memesan barang atau meterial tersebut diterima dan ditempatkan
dalam gudang.
▪ Besarnya safety stock yaitu jumlah persediaan pengaman yang harus
ada untuk menjamin kelangsungan proses produksi.
Cara menentukan reorder point antara
lain dengan :
▪ Menetapkan jumlah penggunaan selama lead time dan ditambah dengan
persentase tertentu.
▪ Dengan menetapkan penggunaan selama lead time dan ditambah dengan safety
stock.
ROP = ( d x L ) + SS…………………………………………….persamaan 2.20
(Bambang Riyanto, 1994)
Keterangan :
ROP =Titik pesanan kembali
d = Penggunaan bahan rata-rata
L = Lead time rata-rata
SS = Safety stock
4. Kebijakan Periodic Review (Sistem P)
Kebijakan ini bisa di sebut juga Sistem pengendalian dengan sistem P . Dalam
kebijakan ini, tingkat persediaan dipantau secara berkala atau berdasarkan interval
waktu tertentu (T) dan jarak antar dua pesanan adalah tetap. Apabila dalam akhir
periode T, tingkat persediaan masih sangat tinggi, melebihi ekspektasi tingkat
pemesanan, maka tidak ada tindakan yang diambil.
Sebaliknya, apabila tingkat persediaan pada akhir periode T sama dengan atau
kurang dari ekspektasi tingkat pemesanan, maka akan dilakukan pemesanan sampai
maksimum tingkat persediaan yang diijinkan. Dengan kata lain, setiap kali pesan
jumlah yang dipesan sangat bergantung pada sisa persediaan pada saat periode
pemesanan tercapai; sehingga setiap kali pemesanan dilakukan, ukuran lot pesanan
tidak sama. Permasalahan dalam kebijakan ini adalah terdapat kemungkinan
persediaan sudah habis sebelum periode pemesanan kembali belum tercapai.
Akibatnya, safety stock yang diperlukan relatif lebih besar. Safety stock dalam
system atau kebijakan ini tidak hanya dibutuhkan untuk meredam fluktuasi
permintaan selama lead time, tetapi juga untuk seluruh konsumsi persediaan.
Lanjutan..
Kebijakan ini relatif tidak memerlukan proses administrasi yang banyak, karena periode pemesanan
sudah dilakukan secara periodik. Untuk memudahkan implementasinya, digunakan visual review
system dengan metode yang disebut One Bin System:
– Dibuat Bin yang berisikan jumlah inventory maksimum.
– Setiap kali periode pemesanan sampai tinggal dilihat berapa stock tersisa dan pemesanan dilakukan
untuk mengisi Bin penuh.
Kebijakan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :Jika,
Ii = tingkat persediaan saat akhir periode i
r = reorder level
R = maksimum tingkat persediaan
Qi = jumlah pemesanan saat periode i (R-Ii)
Maka :
Qi =
Berdasarkan variabel-variabel di atas, maka keputusan penentuan R,r,T harus dilakukan dengan cepat
dan tepat, sehingga total biaya persediaan akan minimal.
Kebijakan ini dapat digambarkan seperti dalam gambar berikut
5. Kebijakan Continues Review (Sistem Q)
Dalam kebijakan ini, tingkat persediaan dipantau secara terus-menerus dan
pemesanan dilakukan pada sembarang waktu asalkan jumlah persediaan
telah mencapai titik pemesanan (reorder point). Perbedaan kebijakan ini
dengan kebijakan-kebijakan sebelumnya adalah pada akhir periode T, order
mungkin dilakukan, tetapi mungkin juga tidak dilakukan, tergantung dari
tingkat persediaannya. Dapat dismpulkan, bahwa kabijakan ini tidak
tergantung pada panjang periode yang digunakan, tetapi tergantung pada
tingkat persediaan yang terjadi.
Kebijakan ini memecahkan persoalan persediaan probabilistik dengan
memandang bahwa posisi barang yang tersedia di gudang sama dengan
posisi persediaan barang pada sistem determistik dengan menambahkan
cadangan pengaman (Safety Stock). Pada prinsipnya sistem ini adalah hampir
sama dengan model inventory probabilistik sederhana kecuali pada tingkat
pelayanannya. Kalau pada model inventory probabilistik sederhana tingkat
pelayanan ditetapkan sedangkan dalam Sistem Q tingkat pelayanan akan
dicari optimalisasinya.
Lanjutan..
Pada kebijakan ini setiap kali pemesanan dilakukan dalam jumlah lot pesanan yang sama (karena itu
disebut metode Q). Untuk memudahkan implementasinya, sering digunakan visual review system dengan
metode yang disebut Two Bin System:
– Dibuat dua bin (tempat) penyimpanan; Bin I berisi persediaan sebesar tingkat reorder point; Bin II
berisi sisanya.
– Penggunaan stock dilakukan dengan mengambil isi Bin II; jika sudah habis artinya pemesanan harus
dilakukan kembali; sementara menunggu pesanan datang, stock pada Bin I digunakan
Asumsi yang perlu dperhatikan pada saat menggunakan metode pengendalian Sistem Q ini adalah:
– Biaya simpan per unit tetap
– Biaya setiap kali dilakukan pemesanan ulang adalah tetap
– Waktu tunggu tetap (dalam keadaan normal), sehingga keterlambatan bahan baku tidak ada
– Permintaan bahan baku bervariasi
– Setiap jenis item diperoleh dari penjualan yang berlainan
– Pembelian tidak mendapat potongan harga
– Kedatangan bahan yang tidak sekaligus akan menimbulkan biaya tambahan
Kebijakan ini dapat digambarkan seperti dalam gambar berikut
6. Kebijakan Order Up to R
Kebijakan ini hampir sama dengan kebijakan periodic review,
perbedaannya dalam kebijakan ini, reoder level ditentukan sebesar R,
sehingga order sebesar Qi = R – Ii selalu dilakukan pada saat akhir
periode T. Dalam kebijakan ini, variabel R dan T yang harus ditentukan
untuk mencapai total biaya persediaan minimal.
7. Kebijakan Base-Stock
Dalam kebijakan ini, reorder level (r) diset = R, (r = R), dan order
dilakukan ketika ada pengurangan persediaan, sehingga junlah
inventory on hand pada sebuah periode (Ii) ditambah dengan jumlah
pengorderan (Q) akan sama dengan R pada semua periode. Maksimum
tingkat persediaan, R adalah base stock level-nya.
Studi Kasus
Contoh Kasus !!!
Sebuah perusahaan eletronika mensuplai kontraktor-kontraktor dengan 1.000 Unit
komponen listrik X. Permintaan tahunan untuk komponen tersebut sebesar 16.000
per 250 hari kerja. Biaya penyimpann per tahun Rp. 12.-per unit. Biaya kehabisan Rp.
1- per unit. Biaya pemesanan Rp. 60, -per pesanan dan memerlukan 10 hari untuk
pengiriman. Permintaan pada waktu yang lalu selama lead time dilaporkan.
Dari informasi diatas tentukan :
(a). EOQ, jumlah pesanan per tahun, permintaan rata-rata per hari dan kuantitas reorder.
(b). Persediaan pengaman optimal (n).
(c). Biaya total yang diperkirakan minimum.
Penyelesaian
(a).
Q = √ 2 SD/ H
= √2 (60) (16.000) / 12
= 400
Jumlah pesanan per tahun = D/Q
= 16.000 / 400
= 40
Permintaan harian (d) = D / Jumlah hari Kerja
= 16.000 / 250
= 64 unit / hari
Titik Pemesanan Kembali (ROP) = d x L
= 64 (10)
= 640 unit.
Dimana :
D = Jumlah kebutuhan bahan (unit / tahun)
Q = Besar order pada setiap pemesanan dari vendor
S = Biaya pengadaan / pemesanan
H = Biaya penyimpanan
(b).Tentukan probabilitas optimal P (d L ≤ R )
P (d L ≤ R ) = 1 – H / B (D/Q)
= 1 – 12 / 1 (40) = 0.70
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa kuantitas dimana P (d L ≤ R ) = 0.70 adalah 750 Unit ini karena probabilitas
permintaan kurang dari atau sama dengan 750 adalah 0.80 (yaitu P (d L ≤ 750) = 0.80).
Persediaan pengaman yang optimal bukan = 750 unit karena titik pemesanan kembali sebelumnya (640) termasuk
dalam 750 unit tersebut. Dengan permintaan rata-rata selama lead time = 640 unit, persediaan pengaman (n) adalah
sebesar 110, yaitu dari :
R = d L + n = 750
n = R – d L = 750 – 640 = 110.
Penyelesaian
c). Biaya kehabisan bahan yang diperkirakan, n = 110, d L = 640
Dari tabel biaya total yang diperkirakan bila n = 110 :
E (TC) = 12 (400/2 + 110) + 60 (40) + 1.800
= 3.720 + 2.400 + 1.800 = Rp 7.920,-
Lanjutan..
▪ Untuk membuktikan bahwa biaya total tersebut (Rp 7.920) adalah optimal
▪ Biaya kehabisan bahan yang diperkirakan, n = 0, d L = 640.
Biaya total yang diperkirakan bila n = 0 adalah :
E (TC) = 12 (400/2+0) + 60 (40) + 3.340 = Rp. 8.140 ,-
Titik persamaan kembali : R = d L + n = 640 + 0 = 640
Kesimpulan
Adapun perbedaan simulasi stokastik/probabilistic dengan
deterministic adalah: simulasi stokasitik terdiri dari satu atau lebih
variabel input merupakan variable acak. Ia menghasilkan output yang
acak dengan sendirinya (self random) dan ia memberikan hanya satu
titik data untuk mengetahui bagaimana system berperilaku dan setiap
percobaan bervariasi secara statistic. Sedangkan simulasi deterministic
ia tidak memiliki komponen input yang bersifat acak, tidak memiliki
keacakan (randomness), dan seluruh status yang akan dating dapat
ditentukan setelah data input dan status awal (initial state)
didefinisikan.
THANK YOU SO MUCH 
Best Regard,
Kelompok 3

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

7 si manajemen persediaan
7 si manajemen persediaan7 si manajemen persediaan
7 si manajemen persediaanSimon Patabang
 
PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)
PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)
PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)Try Martanto
 
Tabel bunga pemajemukan diskrit
Tabel  bunga  pemajemukan  diskritTabel  bunga  pemajemukan  diskrit
Tabel bunga pemajemukan diskritRyry Rizky Asri
 
Analisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta Kerja
Analisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta KerjaAnalisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta Kerja
Analisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta Kerjaprihase
 
Systemic Layout Planning
Systemic Layout PlanningSystemic Layout Planning
Systemic Layout PlanningWisnu Dewobroto
 
CPM (Network Planning CPM) - Manajemen proyek
CPM (Network Planning CPM) - Manajemen proyekCPM (Network Planning CPM) - Manajemen proyek
CPM (Network Planning CPM) - Manajemen proyekKukuh Setiawan
 
Manajemen operasi : Pemeliharaan dan Keandalan
Manajemen operasi : Pemeliharaan dan KeandalanManajemen operasi : Pemeliharaan dan Keandalan
Manajemen operasi : Pemeliharaan dan KeandalanHerni Rahayuning
 
Contoh soal perancangan dan pengukuran kerja
Contoh soal perancangan dan pengukuran kerjaContoh soal perancangan dan pengukuran kerja
Contoh soal perancangan dan pengukuran kerjaAriIsmawan
 
8. manajemen-persediaan
8. manajemen-persediaan8. manajemen-persediaan
8. manajemen-persediaanLambok_siregar
 
Pengantar Tata Letak Fasilitas
Pengantar Tata Letak FasilitasPengantar Tata Letak Fasilitas
Pengantar Tata Letak FasilitasWisnu Dewobroto
 
Tugas simulasi 5211100111
Tugas simulasi 5211100111Tugas simulasi 5211100111
Tugas simulasi 5211100111Aula Ayubi
 
Penentuan lokasi per (5 )
Penentuan lokasi per (5 )Penentuan lokasi per (5 )
Penentuan lokasi per (5 )nurulllah
 
Pengukuran kerja tidak langsung
Pengukuran kerja tidak langsungPengukuran kerja tidak langsung
Pengukuran kerja tidak langsungDeni Irawan
 
Tugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of Material
Tugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of MaterialTugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of Material
Tugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of MaterialVicky Fakhrurrazi
 

Mais procurados (20)

Pengukuran kerja
Pengukuran kerjaPengukuran kerja
Pengukuran kerja
 
7 si manajemen persediaan
7 si manajemen persediaan7 si manajemen persediaan
7 si manajemen persediaan
 
Just in time (jit)
Just in time (jit)Just in time (jit)
Just in time (jit)
 
Pp 2 penentuan lokasi pabrik
Pp 2 penentuan lokasi pabrikPp 2 penentuan lokasi pabrik
Pp 2 penentuan lokasi pabrik
 
PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)
PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)
PETA - PETA KERJA (Industrial Engineering)
 
Tabel bunga pemajemukan diskrit
Tabel  bunga  pemajemukan  diskritTabel  bunga  pemajemukan  diskrit
Tabel bunga pemajemukan diskrit
 
Analisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta Kerja
Analisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta KerjaAnalisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta Kerja
Analisis dan Pengukuran Kerja : Peta-Peta Kerja
 
Systemic Layout Planning
Systemic Layout PlanningSystemic Layout Planning
Systemic Layout Planning
 
CPM (Network Planning CPM) - Manajemen proyek
CPM (Network Planning CPM) - Manajemen proyekCPM (Network Planning CPM) - Manajemen proyek
CPM (Network Planning CPM) - Manajemen proyek
 
Manajemen operasi : Pemeliharaan dan Keandalan
Manajemen operasi : Pemeliharaan dan KeandalanManajemen operasi : Pemeliharaan dan Keandalan
Manajemen operasi : Pemeliharaan dan Keandalan
 
Contoh soal perancangan dan pengukuran kerja
Contoh soal perancangan dan pengukuran kerjaContoh soal perancangan dan pengukuran kerja
Contoh soal perancangan dan pengukuran kerja
 
8. manajemen-persediaan
8. manajemen-persediaan8. manajemen-persediaan
8. manajemen-persediaan
 
Ekonomi teknik
Ekonomi teknikEkonomi teknik
Ekonomi teknik
 
Pengantar Statistika 2
Pengantar Statistika 2Pengantar Statistika 2
Pengantar Statistika 2
 
Pengantar Tata Letak Fasilitas
Pengantar Tata Letak FasilitasPengantar Tata Letak Fasilitas
Pengantar Tata Letak Fasilitas
 
Tugas simulasi 5211100111
Tugas simulasi 5211100111Tugas simulasi 5211100111
Tugas simulasi 5211100111
 
Penentuan lokasi per (5 )
Penentuan lokasi per (5 )Penentuan lokasi per (5 )
Penentuan lokasi per (5 )
 
Pengukuran kerja tidak langsung
Pengukuran kerja tidak langsungPengukuran kerja tidak langsung
Pengukuran kerja tidak langsung
 
MO II Forecasting
MO II ForecastingMO II Forecasting
MO II Forecasting
 
Tugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of Material
Tugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of MaterialTugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of Material
Tugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of Material
 

Destaque

Manper05 probabilita stokastik
Manper05 probabilita stokastikManper05 probabilita stokastik
Manper05 probabilita stokastikArif Rahman
 
Stat prob08 distribution_discrete
Stat prob08 distribution_discreteStat prob08 distribution_discrete
Stat prob08 distribution_discreteArif Rahman
 
1 sim mod dasar permodelan sistem
1 sim mod   dasar permodelan sistem1 sim mod   dasar permodelan sistem
1 sim mod dasar permodelan sistemtaryonosyafiq
 
Baker plan dan brady plan
Baker plan dan brady planBaker plan dan brady plan
Baker plan dan brady planNlayla Fitriana
 
Klasifikasi sistem (System classification)
Klasifikasi sistem (System classification)Klasifikasi sistem (System classification)
Klasifikasi sistem (System classification)Kisworo Diniantoro
 
6. budaya organisasi
6. budaya organisasi6. budaya organisasi
6. budaya organisasiPuryanto SS
 
Analisis dan perkiraan kebutuhan
Analisis dan perkiraan kebutuhanAnalisis dan perkiraan kebutuhan
Analisis dan perkiraan kebutuhanPT Lion Air
 
Analisis lingkungan Bisnis
Analisis lingkungan BisnisAnalisis lingkungan Bisnis
Analisis lingkungan BisnisPT Lion Air
 
Penting & Gentingnya Pelayanan Kaum Muda
Penting & Gentingnya Pelayanan Kaum MudaPenting & Gentingnya Pelayanan Kaum Muda
Penting & Gentingnya Pelayanan Kaum MudaJohan Setiawan
 

Destaque (12)

Manper05 probabilita stokastik
Manper05 probabilita stokastikManper05 probabilita stokastik
Manper05 probabilita stokastik
 
Simulasi 2
Simulasi 2Simulasi 2
Simulasi 2
 
Stat prob08 distribution_discrete
Stat prob08 distribution_discreteStat prob08 distribution_discrete
Stat prob08 distribution_discrete
 
Presentasi kasus bisnal
Presentasi kasus bisnalPresentasi kasus bisnal
Presentasi kasus bisnal
 
1 sim mod dasar permodelan sistem
1 sim mod   dasar permodelan sistem1 sim mod   dasar permodelan sistem
1 sim mod dasar permodelan sistem
 
Baker plan dan brady plan
Baker plan dan brady planBaker plan dan brady plan
Baker plan dan brady plan
 
Klasifikasi sistem (System classification)
Klasifikasi sistem (System classification)Klasifikasi sistem (System classification)
Klasifikasi sistem (System classification)
 
Pembangunan diri
Pembangunan diriPembangunan diri
Pembangunan diri
 
6. budaya organisasi
6. budaya organisasi6. budaya organisasi
6. budaya organisasi
 
Analisis dan perkiraan kebutuhan
Analisis dan perkiraan kebutuhanAnalisis dan perkiraan kebutuhan
Analisis dan perkiraan kebutuhan
 
Analisis lingkungan Bisnis
Analisis lingkungan BisnisAnalisis lingkungan Bisnis
Analisis lingkungan Bisnis
 
Penting & Gentingnya Pelayanan Kaum Muda
Penting & Gentingnya Pelayanan Kaum MudaPenting & Gentingnya Pelayanan Kaum Muda
Penting & Gentingnya Pelayanan Kaum Muda
 

Semelhante a Stochastic models

Metode Persediaan - Awaludin Siking.ppt
Metode Persediaan - Awaludin Siking.pptMetode Persediaan - Awaludin Siking.ppt
Metode Persediaan - Awaludin Siking.pptAwaludin Siking
 
PPT PENGANGGARAN.pdf
PPT PENGANGGARAN.pdfPPT PENGANGGARAN.pdf
PPT PENGANGGARAN.pdfEditores1
 
manajemen persediaan
manajemen persediaanmanajemen persediaan
manajemen persediaanudinasep
 
Inventory Control, EOQ & FIFO, LIPO _ Materi Training PPIC
Inventory Control, EOQ & FIFO, LIPO _ Materi Training PPICInventory Control, EOQ & FIFO, LIPO _ Materi Training PPIC
Inventory Control, EOQ & FIFO, LIPO _ Materi Training PPICKanaidi ken
 
TM 06 MANAJEMEN PERSEDIAAN perusahaan.pptx
TM 06 MANAJEMEN PERSEDIAAN perusahaan.pptxTM 06 MANAJEMEN PERSEDIAAN perusahaan.pptx
TM 06 MANAJEMEN PERSEDIAAN perusahaan.pptxSyarif210430
 
Bab 6 manajemen_persediaan
Bab 6 manajemen_persediaanBab 6 manajemen_persediaan
Bab 6 manajemen_persediaanInal Ypyn
 
LN3 - Forecasting Logistics Requirement
LN3 - Forecasting Logistics RequirementLN3 - Forecasting Logistics Requirement
LN3 - Forecasting Logistics RequirementBinus Online Learning
 
Kawalan Inventori - ABC, EOQ dan JIT
Kawalan Inventori - ABC, EOQ dan JITKawalan Inventori - ABC, EOQ dan JIT
Kawalan Inventori - ABC, EOQ dan JITCkg Nizam
 
Materi akuntansi pengantar 2
Materi akuntansi pengantar 2Materi akuntansi pengantar 2
Materi akuntansi pengantar 2Indah Sweet'z
 
5_SCM - PERMINTAAN DAN PERENCANAAN.pdf
5_SCM - PERMINTAAN DAN PERENCANAAN.pdf5_SCM - PERMINTAAN DAN PERENCANAAN.pdf
5_SCM - PERMINTAAN DAN PERENCANAAN.pdfRahmadFauzan6
 
Perhitungan Pemesanan Ulang Persediaan_ Training "SPARE PART MANAGEMENT, Cod...
Perhitungan Pemesanan Ulang Persediaan_  Training "SPARE PART MANAGEMENT, Cod...Perhitungan Pemesanan Ulang Persediaan_  Training "SPARE PART MANAGEMENT, Cod...
Perhitungan Pemesanan Ulang Persediaan_ Training "SPARE PART MANAGEMENT, Cod...Kanaidi ken
 
Model persediaan untuk independent demand
Model persediaan untuk independent demandModel persediaan untuk independent demand
Model persediaan untuk independent demandPusri Indariyah
 
Ema susanti 2019020034 makalah uts manaj. operasional i
Ema susanti 2019020034 makalah uts manaj. operasional iEma susanti 2019020034 makalah uts manaj. operasional i
Ema susanti 2019020034 makalah uts manaj. operasional iemasusanti2
 

Semelhante a Stochastic models (20)

Jurnal persediaan(popi saputra 1)
Jurnal persediaan(popi saputra 1)Jurnal persediaan(popi saputra 1)
Jurnal persediaan(popi saputra 1)
 
Jurnal persediaan(popi saputra 1)
Jurnal persediaan(popi saputra 1)Jurnal persediaan(popi saputra 1)
Jurnal persediaan(popi saputra 1)
 
Metode Persediaan - Awaludin Siking.ppt
Metode Persediaan - Awaludin Siking.pptMetode Persediaan - Awaludin Siking.ppt
Metode Persediaan - Awaludin Siking.ppt
 
PPT PENGANGGARAN.pdf
PPT PENGANGGARAN.pdfPPT PENGANGGARAN.pdf
PPT PENGANGGARAN.pdf
 
Inventory Management.pptx
Inventory Management.pptxInventory Management.pptx
Inventory Management.pptx
 
manajemen persediaan
manajemen persediaanmanajemen persediaan
manajemen persediaan
 
Inventory Control, EOQ & FIFO, LIPO _ Materi Training PPIC
Inventory Control, EOQ & FIFO, LIPO _ Materi Training PPICInventory Control, EOQ & FIFO, LIPO _ Materi Training PPIC
Inventory Control, EOQ & FIFO, LIPO _ Materi Training PPIC
 
Bab. 14 Manajemen Persediaan
Bab. 14 Manajemen PersediaanBab. 14 Manajemen Persediaan
Bab. 14 Manajemen Persediaan
 
TM 06 MANAJEMEN PERSEDIAAN perusahaan.pptx
TM 06 MANAJEMEN PERSEDIAAN perusahaan.pptxTM 06 MANAJEMEN PERSEDIAAN perusahaan.pptx
TM 06 MANAJEMEN PERSEDIAAN perusahaan.pptx
 
Bab 6 manajemen_persediaan
Bab 6 manajemen_persediaanBab 6 manajemen_persediaan
Bab 6 manajemen_persediaan
 
LN3 - Forecasting Logistics Requirement
LN3 - Forecasting Logistics RequirementLN3 - Forecasting Logistics Requirement
LN3 - Forecasting Logistics Requirement
 
Kawalan Inventori - ABC, EOQ dan JIT
Kawalan Inventori - ABC, EOQ dan JITKawalan Inventori - ABC, EOQ dan JIT
Kawalan Inventori - ABC, EOQ dan JIT
 
Material requirement planning
Material requirement planningMaterial requirement planning
Material requirement planning
 
inventory
inventoryinventory
inventory
 
Materi akuntansi pengantar 2
Materi akuntansi pengantar 2Materi akuntansi pengantar 2
Materi akuntansi pengantar 2
 
5_SCM - PERMINTAAN DAN PERENCANAAN.pdf
5_SCM - PERMINTAAN DAN PERENCANAAN.pdf5_SCM - PERMINTAAN DAN PERENCANAAN.pdf
5_SCM - PERMINTAAN DAN PERENCANAAN.pdf
 
Perhitungan Pemesanan Ulang Persediaan_ Training "SPARE PART MANAGEMENT, Cod...
Perhitungan Pemesanan Ulang Persediaan_  Training "SPARE PART MANAGEMENT, Cod...Perhitungan Pemesanan Ulang Persediaan_  Training "SPARE PART MANAGEMENT, Cod...
Perhitungan Pemesanan Ulang Persediaan_ Training "SPARE PART MANAGEMENT, Cod...
 
Model persediaan untuk independent demand
Model persediaan untuk independent demandModel persediaan untuk independent demand
Model persediaan untuk independent demand
 
Ema susanti 2019020034 makalah uts manaj. operasional i
Ema susanti 2019020034 makalah uts manaj. operasional iEma susanti 2019020034 makalah uts manaj. operasional i
Ema susanti 2019020034 makalah uts manaj. operasional i
 
Managemen Operasi 1
Managemen Operasi 1Managemen Operasi 1
Managemen Operasi 1
 

Mais de PT Lion Air

Analisis jabatan
Analisis jabatanAnalisis jabatan
Analisis jabatanPT Lion Air
 
Penetapan margin dan nisbah bagi hasil
Penetapan margin dan nisbah bagi hasilPenetapan margin dan nisbah bagi hasil
Penetapan margin dan nisbah bagi hasilPT Lion Air
 
Budaya Organisasi Pada PT Bank Mandiri (Persero), Tbk
Budaya Organisasi Pada PT Bank Mandiri (Persero), TbkBudaya Organisasi Pada PT Bank Mandiri (Persero), Tbk
Budaya Organisasi Pada PT Bank Mandiri (Persero), TbkPT Lion Air
 
Managemen Strategik Pada Perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Managemen Strategik Pada Perusahaan PT Indofood Sukses Makmur TbkManagemen Strategik Pada Perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Managemen Strategik Pada Perusahaan PT Indofood Sukses Makmur TbkPT Lion Air
 
Absorption and Variable Cost
Absorption and Variable CostAbsorption and Variable Cost
Absorption and Variable CostPT Lion Air
 
Orientasi, enempatan dan pemutusan kerja
Orientasi, enempatan dan pemutusan kerjaOrientasi, enempatan dan pemutusan kerja
Orientasi, enempatan dan pemutusan kerjaPT Lion Air
 
Pajak Sarang Burung Walet
Pajak Sarang Burung WaletPajak Sarang Burung Walet
Pajak Sarang Burung WaletPT Lion Air
 
Time value of money
Time value of moneyTime value of money
Time value of moneyPT Lion Air
 
Segmenting Targeting And Positioning
Segmenting Targeting And PositioningSegmenting Targeting And Positioning
Segmenting Targeting And PositioningPT Lion Air
 
HAM dan Pelaksanaannya Di Indonesia
HAM dan Pelaksanaannya Di IndonesiaHAM dan Pelaksanaannya Di Indonesia
HAM dan Pelaksanaannya Di IndonesiaPT Lion Air
 
Program pendidikan, kursus, pelatihan dan bimbingan
Program pendidikan, kursus, pelatihan dan bimbinganProgram pendidikan, kursus, pelatihan dan bimbingan
Program pendidikan, kursus, pelatihan dan bimbinganPT Lion Air
 
Memelihara Kelinci
Memelihara KelinciMemelihara Kelinci
Memelihara KelinciPT Lion Air
 
Cyber Crime di Indonesia
Cyber Crime di IndonesiaCyber Crime di Indonesia
Cyber Crime di IndonesiaPT Lion Air
 
Serikat Pekerja (Pengantar Bisnis)
Serikat Pekerja (Pengantar Bisnis)Serikat Pekerja (Pengantar Bisnis)
Serikat Pekerja (Pengantar Bisnis)PT Lion Air
 
Pengendalian Manajemen
Pengendalian ManajemenPengendalian Manajemen
Pengendalian ManajemenPT Lion Air
 
Perilaku Organisasi
Perilaku OrganisasiPerilaku Organisasi
Perilaku OrganisasiPT Lion Air
 
Manajemen Perubahan dan Inovasi
Manajemen Perubahan dan InovasiManajemen Perubahan dan Inovasi
Manajemen Perubahan dan InovasiPT Lion Air
 

Mais de PT Lion Air (19)

Analisis jabatan
Analisis jabatanAnalisis jabatan
Analisis jabatan
 
Penetapan margin dan nisbah bagi hasil
Penetapan margin dan nisbah bagi hasilPenetapan margin dan nisbah bagi hasil
Penetapan margin dan nisbah bagi hasil
 
Budaya Organisasi Pada PT Bank Mandiri (Persero), Tbk
Budaya Organisasi Pada PT Bank Mandiri (Persero), TbkBudaya Organisasi Pada PT Bank Mandiri (Persero), Tbk
Budaya Organisasi Pada PT Bank Mandiri (Persero), Tbk
 
Managemen Strategik Pada Perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Managemen Strategik Pada Perusahaan PT Indofood Sukses Makmur TbkManagemen Strategik Pada Perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Managemen Strategik Pada Perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk
 
Absorption and Variable Cost
Absorption and Variable CostAbsorption and Variable Cost
Absorption and Variable Cost
 
Orientasi, enempatan dan pemutusan kerja
Orientasi, enempatan dan pemutusan kerjaOrientasi, enempatan dan pemutusan kerja
Orientasi, enempatan dan pemutusan kerja
 
Pajak Sarang Burung Walet
Pajak Sarang Burung WaletPajak Sarang Burung Walet
Pajak Sarang Burung Walet
 
Time value of money
Time value of moneyTime value of money
Time value of money
 
Segmenting Targeting And Positioning
Segmenting Targeting And PositioningSegmenting Targeting And Positioning
Segmenting Targeting And Positioning
 
HAM dan Pelaksanaannya Di Indonesia
HAM dan Pelaksanaannya Di IndonesiaHAM dan Pelaksanaannya Di Indonesia
HAM dan Pelaksanaannya Di Indonesia
 
Program pendidikan, kursus, pelatihan dan bimbingan
Program pendidikan, kursus, pelatihan dan bimbinganProgram pendidikan, kursus, pelatihan dan bimbingan
Program pendidikan, kursus, pelatihan dan bimbingan
 
Memelihara Kelinci
Memelihara KelinciMemelihara Kelinci
Memelihara Kelinci
 
Cyber Crime di Indonesia
Cyber Crime di IndonesiaCyber Crime di Indonesia
Cyber Crime di Indonesia
 
Serikat Pekerja (Pengantar Bisnis)
Serikat Pekerja (Pengantar Bisnis)Serikat Pekerja (Pengantar Bisnis)
Serikat Pekerja (Pengantar Bisnis)
 
Pengendalian Manajemen
Pengendalian ManajemenPengendalian Manajemen
Pengendalian Manajemen
 
Motivasi Kerja
Motivasi KerjaMotivasi Kerja
Motivasi Kerja
 
Leadership
LeadershipLeadership
Leadership
 
Perilaku Organisasi
Perilaku OrganisasiPerilaku Organisasi
Perilaku Organisasi
 
Manajemen Perubahan dan Inovasi
Manajemen Perubahan dan InovasiManajemen Perubahan dan Inovasi
Manajemen Perubahan dan Inovasi
 

Último

Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptxfurqanridha
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanAyuApriliyanti6
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxMaskuratulMunawaroh
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxDewiUmbar
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptpalagoro17
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxFitriaSarmida1
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 

Último (20)

Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 

Stochastic models

  • 2. Introduction Model stokastik adalah sebuah model statistik yang dapat digunakan ketika permintaan produk atau variabel lainnya tidak diketahui, tetapi dapat dispesifikasikan dengan menggunakan sebuah distribusi probabilitas. Pada Model Stokastik disebut juga model probabilistik peluang dari masing-masing kejadian benar- benar di hitung, menyusun sebuah model stokastik cenderung lebih sulit dari model deterministik. Permasalahan dalam persediaan probabilistik adalah adanya permintaan barang tiap harinya tidak diketahui sebelumnya, informasi yang diketahui hanya berupa pola permintaannya yang diperoleh berdasarkan data masa lalu. Dalam model persediaan probabilistik yang menjadi pusat perhatian adalah analisis perilaku persediaan barang selama lead time. Contoh model stokastik adalah teori antrian dan teori permainan, dimana ini merupakan pengembangan dari riset operasi modern
  • 3. Two Content Layout with Table Berkenaan dengan karakteristik persoalan yang hendak diselesaikan dengan pendekatan OR, maka dibedakan dua jenis permasalahan: (1) Deterministik, dicirikan oleh nilai-nilai parameternya yang pasti dan time-invariant, (2) Stokastik, dicirikan oleh ketidakpastian nilai parameter-parameternya dan time-variant. Contoh penerapan pemodelan stokastik adalah : Rantai markov dengan waktu diskret, proses poisson, rantai markov dengan waktu kontinu, proses bercabang dan proses pembaruan dan penerapannya.
  • 4. Akibat dari hal tersebut, maka terdapat tiga kemungkinan yang dapat terjadi pada model probabilistik persediaan barang, yaitu : 1. Tingkat permintaan barang selama lead time konstan, namun waktu pengiriman barang berubah-ubah. 2. Waktu pengiriman barang konstan, namun tingkat permintaan barang selama lead time berubah-ubah. 3. Tingkat permintaan barang selama lead time dan waktu pengiriman barang berubah-ubah.
  • 5. 1. The Newsboy Problem ▪ Permasalahan Newsboy ( The Newsboy Problem) adalah Salah metode klasik Metode yang digunakan untuk pengendalian persedian probalistik. ▪ Permasalahan item tunggal Newsboy adalah menentukan kuantitas item yang dapat diperoleh dalam satu periode. Biaya pembelian C/unit, pendapatan penjualan R/unit, periode demand D merupakan variable random kontinu (r,v) dengan fungsi density g (.)dan distribusi kumulatif G(.) di akhir periode, unit yang tersisa menimbulkan biaya kelebihan H/unit. Jika persediaan tidak mencukupi untuk memenuhi permintaan selam periode tersebut, S/unit sebagai biaya kekurangan.
  • 6. Lanjutan.. Kebanyakan penelitian dalam kasus newsboy mempertimbangkan optimalisasi hanya dengan performance pengukuran tunggal. Bagaimanapun optimalisasi dengan pengukuran tunggal belum tentu merupakan solusi tepat untuk beberapa kasus yang alin. Oleh karena itu digunakan lebih dari satu performance pengukuran. Pertimbangan penggunaan dual performance measures untuk menentukan kuantitas pemesanan optimal yang dapat memaksimalkan keuntungan berdasarkan batasan dengan probabilitas untuk mencapi tingkat keuntungan yang ditargetkan tidak kurang dari tingkat resiko awal. Selanjutnya juga dipertimbangkan dua kasus diskon, yaitu all-unit diskon dan incremental diskon. Model All Unit Diskon dengan Biaya Kekurangan (S>0) Untuk kuantitas pemesanan Q, jika A adalah penjualan actual, maka A = min {Q,D}. Selama demand D merupakan variable random, A juga variable random. Keuntungan stokastik untuk kasus S>0 adalah Z(Q,D)= (R+H+S)A-S D- (C+H)Q
  • 7. Lanjutan.. Umumnya permasalahan utama newsboy adalah menetukan kuantitas pemesanan optimal yang dapat memaksimalkan ekspektasi keuntungan. Dalam kasus ini kuantitas pemesanan optimal Q* adalah Q*= G-1{(r-C+s)/(r+h+s)} untuk demand berditribusi discrete uniform, kuantitas pemesanan optimal menjadi : Q*= G-1(U) Q*= L+[(U-L+1)u] Q*= L+[(U-L+1){(R-C+S)/(R+H+S)}] L = min xk U = max xk Dimana: L= kuantitas penjualan minimum U=kuatitas penjualan maksimum
  • 8. 2. Single-period stochastic demand Model kebijakan ini hampir sama dengan kebijakan continous review , perbedaannya dalam kebijakan ini, pengambilan persediaan dilakukan hanya sekali (pengurangan persediaan terjadi hanya sekali), dan ketika tingkat persediaan mencapai reorder level, maka dilakukan pemesanan sebesar Q. Dalam kebijakan ini, variabel Q dan r yang harus ditentukan untuk mencapai total biaya persediaan minimal. Model kebijakan ini khususnya diterapkan pada dua jenis permintaan berikut: ▪ Permintaan item pada interval jarang Jenis permintaan ini untuk item yang mengikuti model yang cepat berubah, kebutuhan komponen yang jarang rusak serta suku cadang item tertentu untuk perawatan dan perbaikan. ▪ Permintaan tidak pasti untuk item yang berumur pendek pada interval yang sering Permintaan seperti ini terutama untuk item-item yang cepat kadaluarsa (Koran, mjalah mingguan, kartu natal) Item dengan pemesanan tunggal memeiliki pola permintaan dengan periode penjualan (pemakaian) terbatas. Item tersebut dipesan (baik dari supplier luar atau produksi sendiri) pada awal periode, dan tidak ada kesempatan untuk pemesanan kedua selama periode tersebut. Jika permintaan periode tersebut lebih besar dari jumlah yang telah dipesankan, maka akan kehilangan keuntungan.
  • 9. 3. ROP atau Reorder Point Sebelum menetukan reorder point nya akan dibahas terlebih dahulu tentang ketidakpastian bahan baku yang kemungkinan akan dihadapi perusahaan. Ketidakpastian ini timbul karena segala sesuatu yang telah direncanakan perusahaan tidak berjalan sesuai dengan kenyataan. Secara umum ketidakpastian ini akan dipisahkan menjadi dua macam : (Marwan Asri, 1981) ▪ Ketidakpastian yang berasal dari dalam perusahaan ▪ Ketidakpastian yang berasal dari luar perusahaan
  • 10. Ketidakpastian yang berasal dari dalam perusahaan Ketidakpastian timbul akibat dari penyerapan bahan baku yang tidak sama dengan perencanaan pemakaian bahan baku yang telah disusun sebelumnya. Faktor-faktor yang menjadi penyebab keadaan tersebut antara lain karena adanya gangguan teknis dalam pelaksanaan proses produksi, adanya pesanan kilat, kerja lembur, tidak dipenuhinya standar kualitas bahan baku dan sebagainya.
  • 11. Ketidakpastian yang berasal dari luar perusahaan Ketidakpastian ini timbul akibat faktor-faktor dari luar perusahaan. Dalam melakukan pembelian (pemesanan) bahan baku, ada kalanya bahan yang dipesan tersebut akan datang lebih cepat atau lambat dari waktu yang telah disepakati bersama. Keduanya akan mendatangkan akibat yang tidak menguntungkan bagi perusahaan. Untuk mengatasi ketidakpastian bahan baku dari luar perusahaan harus dicari titik pemesanan kembali yang paling optimal (reorder point = ROP). Namun sebelumnya harus dicari terlebih dahulu waktu tunggu (lead time) yang tepat untuk bahan baku tersebut. Adapun yang dimaksud reorder point adalah saat atau titik dimana harus diadakan pemesanan lagi sedemikian rupa sehingga penerimaan atau kedatangan material yang dipesan itu tepat pada waktu dimana persediaan di atas safety stock sama dengan nol. Sedangkan lead time adalah jangka waktu sejak dilakukannya pemesanan sampai saat datangnya bahan mentah yang dipesan siap untuk digunakan dalam proses produksi. (Marwan Asri, 1981).
  • 12. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan reorder point adalah: ▪ Penggunaan meterial selama tenggang waktu mendapatkan barang yaitu waktu dimana meliputi dimulainya usaha-usaha untuk memesan barang atau meterial tersebut diterima dan ditempatkan dalam gudang. ▪ Besarnya safety stock yaitu jumlah persediaan pengaman yang harus ada untuk menjamin kelangsungan proses produksi.
  • 13. Cara menentukan reorder point antara lain dengan : ▪ Menetapkan jumlah penggunaan selama lead time dan ditambah dengan persentase tertentu. ▪ Dengan menetapkan penggunaan selama lead time dan ditambah dengan safety stock. ROP = ( d x L ) + SS…………………………………………….persamaan 2.20 (Bambang Riyanto, 1994) Keterangan : ROP =Titik pesanan kembali d = Penggunaan bahan rata-rata L = Lead time rata-rata SS = Safety stock
  • 14. 4. Kebijakan Periodic Review (Sistem P) Kebijakan ini bisa di sebut juga Sistem pengendalian dengan sistem P . Dalam kebijakan ini, tingkat persediaan dipantau secara berkala atau berdasarkan interval waktu tertentu (T) dan jarak antar dua pesanan adalah tetap. Apabila dalam akhir periode T, tingkat persediaan masih sangat tinggi, melebihi ekspektasi tingkat pemesanan, maka tidak ada tindakan yang diambil. Sebaliknya, apabila tingkat persediaan pada akhir periode T sama dengan atau kurang dari ekspektasi tingkat pemesanan, maka akan dilakukan pemesanan sampai maksimum tingkat persediaan yang diijinkan. Dengan kata lain, setiap kali pesan jumlah yang dipesan sangat bergantung pada sisa persediaan pada saat periode pemesanan tercapai; sehingga setiap kali pemesanan dilakukan, ukuran lot pesanan tidak sama. Permasalahan dalam kebijakan ini adalah terdapat kemungkinan persediaan sudah habis sebelum periode pemesanan kembali belum tercapai. Akibatnya, safety stock yang diperlukan relatif lebih besar. Safety stock dalam system atau kebijakan ini tidak hanya dibutuhkan untuk meredam fluktuasi permintaan selama lead time, tetapi juga untuk seluruh konsumsi persediaan.
  • 15. Lanjutan.. Kebijakan ini relatif tidak memerlukan proses administrasi yang banyak, karena periode pemesanan sudah dilakukan secara periodik. Untuk memudahkan implementasinya, digunakan visual review system dengan metode yang disebut One Bin System: – Dibuat Bin yang berisikan jumlah inventory maksimum. – Setiap kali periode pemesanan sampai tinggal dilihat berapa stock tersisa dan pemesanan dilakukan untuk mengisi Bin penuh. Kebijakan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :Jika, Ii = tingkat persediaan saat akhir periode i r = reorder level R = maksimum tingkat persediaan Qi = jumlah pemesanan saat periode i (R-Ii) Maka : Qi = Berdasarkan variabel-variabel di atas, maka keputusan penentuan R,r,T harus dilakukan dengan cepat dan tepat, sehingga total biaya persediaan akan minimal. Kebijakan ini dapat digambarkan seperti dalam gambar berikut
  • 16. 5. Kebijakan Continues Review (Sistem Q) Dalam kebijakan ini, tingkat persediaan dipantau secara terus-menerus dan pemesanan dilakukan pada sembarang waktu asalkan jumlah persediaan telah mencapai titik pemesanan (reorder point). Perbedaan kebijakan ini dengan kebijakan-kebijakan sebelumnya adalah pada akhir periode T, order mungkin dilakukan, tetapi mungkin juga tidak dilakukan, tergantung dari tingkat persediaannya. Dapat dismpulkan, bahwa kabijakan ini tidak tergantung pada panjang periode yang digunakan, tetapi tergantung pada tingkat persediaan yang terjadi. Kebijakan ini memecahkan persoalan persediaan probabilistik dengan memandang bahwa posisi barang yang tersedia di gudang sama dengan posisi persediaan barang pada sistem determistik dengan menambahkan cadangan pengaman (Safety Stock). Pada prinsipnya sistem ini adalah hampir sama dengan model inventory probabilistik sederhana kecuali pada tingkat pelayanannya. Kalau pada model inventory probabilistik sederhana tingkat pelayanan ditetapkan sedangkan dalam Sistem Q tingkat pelayanan akan dicari optimalisasinya.
  • 17. Lanjutan.. Pada kebijakan ini setiap kali pemesanan dilakukan dalam jumlah lot pesanan yang sama (karena itu disebut metode Q). Untuk memudahkan implementasinya, sering digunakan visual review system dengan metode yang disebut Two Bin System: – Dibuat dua bin (tempat) penyimpanan; Bin I berisi persediaan sebesar tingkat reorder point; Bin II berisi sisanya. – Penggunaan stock dilakukan dengan mengambil isi Bin II; jika sudah habis artinya pemesanan harus dilakukan kembali; sementara menunggu pesanan datang, stock pada Bin I digunakan Asumsi yang perlu dperhatikan pada saat menggunakan metode pengendalian Sistem Q ini adalah: – Biaya simpan per unit tetap – Biaya setiap kali dilakukan pemesanan ulang adalah tetap – Waktu tunggu tetap (dalam keadaan normal), sehingga keterlambatan bahan baku tidak ada – Permintaan bahan baku bervariasi – Setiap jenis item diperoleh dari penjualan yang berlainan – Pembelian tidak mendapat potongan harga – Kedatangan bahan yang tidak sekaligus akan menimbulkan biaya tambahan Kebijakan ini dapat digambarkan seperti dalam gambar berikut
  • 18. 6. Kebijakan Order Up to R Kebijakan ini hampir sama dengan kebijakan periodic review, perbedaannya dalam kebijakan ini, reoder level ditentukan sebesar R, sehingga order sebesar Qi = R – Ii selalu dilakukan pada saat akhir periode T. Dalam kebijakan ini, variabel R dan T yang harus ditentukan untuk mencapai total biaya persediaan minimal.
  • 19. 7. Kebijakan Base-Stock Dalam kebijakan ini, reorder level (r) diset = R, (r = R), dan order dilakukan ketika ada pengurangan persediaan, sehingga junlah inventory on hand pada sebuah periode (Ii) ditambah dengan jumlah pengorderan (Q) akan sama dengan R pada semua periode. Maksimum tingkat persediaan, R adalah base stock level-nya.
  • 21. Contoh Kasus !!! Sebuah perusahaan eletronika mensuplai kontraktor-kontraktor dengan 1.000 Unit komponen listrik X. Permintaan tahunan untuk komponen tersebut sebesar 16.000 per 250 hari kerja. Biaya penyimpann per tahun Rp. 12.-per unit. Biaya kehabisan Rp. 1- per unit. Biaya pemesanan Rp. 60, -per pesanan dan memerlukan 10 hari untuk pengiriman. Permintaan pada waktu yang lalu selama lead time dilaporkan. Dari informasi diatas tentukan : (a). EOQ, jumlah pesanan per tahun, permintaan rata-rata per hari dan kuantitas reorder. (b). Persediaan pengaman optimal (n). (c). Biaya total yang diperkirakan minimum.
  • 22. Penyelesaian (a). Q = √ 2 SD/ H = √2 (60) (16.000) / 12 = 400 Jumlah pesanan per tahun = D/Q = 16.000 / 400 = 40 Permintaan harian (d) = D / Jumlah hari Kerja = 16.000 / 250 = 64 unit / hari Titik Pemesanan Kembali (ROP) = d x L = 64 (10) = 640 unit. Dimana : D = Jumlah kebutuhan bahan (unit / tahun) Q = Besar order pada setiap pemesanan dari vendor S = Biaya pengadaan / pemesanan H = Biaya penyimpanan
  • 23. (b).Tentukan probabilitas optimal P (d L ≤ R ) P (d L ≤ R ) = 1 – H / B (D/Q) = 1 – 12 / 1 (40) = 0.70 Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa kuantitas dimana P (d L ≤ R ) = 0.70 adalah 750 Unit ini karena probabilitas permintaan kurang dari atau sama dengan 750 adalah 0.80 (yaitu P (d L ≤ 750) = 0.80). Persediaan pengaman yang optimal bukan = 750 unit karena titik pemesanan kembali sebelumnya (640) termasuk dalam 750 unit tersebut. Dengan permintaan rata-rata selama lead time = 640 unit, persediaan pengaman (n) adalah sebesar 110, yaitu dari : R = d L + n = 750 n = R – d L = 750 – 640 = 110.
  • 24. Penyelesaian c). Biaya kehabisan bahan yang diperkirakan, n = 110, d L = 640 Dari tabel biaya total yang diperkirakan bila n = 110 : E (TC) = 12 (400/2 + 110) + 60 (40) + 1.800 = 3.720 + 2.400 + 1.800 = Rp 7.920,-
  • 25. Lanjutan.. ▪ Untuk membuktikan bahwa biaya total tersebut (Rp 7.920) adalah optimal ▪ Biaya kehabisan bahan yang diperkirakan, n = 0, d L = 640. Biaya total yang diperkirakan bila n = 0 adalah : E (TC) = 12 (400/2+0) + 60 (40) + 3.340 = Rp. 8.140 ,- Titik persamaan kembali : R = d L + n = 640 + 0 = 640
  • 26. Kesimpulan Adapun perbedaan simulasi stokastik/probabilistic dengan deterministic adalah: simulasi stokasitik terdiri dari satu atau lebih variabel input merupakan variable acak. Ia menghasilkan output yang acak dengan sendirinya (self random) dan ia memberikan hanya satu titik data untuk mengetahui bagaimana system berperilaku dan setiap percobaan bervariasi secara statistic. Sedangkan simulasi deterministic ia tidak memiliki komponen input yang bersifat acak, tidak memiliki keacakan (randomness), dan seluruh status yang akan dating dapat ditentukan setelah data input dan status awal (initial state) didefinisikan.
  • 27. THANK YOU SO MUCH  Best Regard, Kelompok 3