1. 01/11/2011
PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI
3 SKS
Ir. Arya Wirabhuana, M.Sc
Jurusan Teknik Industri
Fakultas Sains dan Teknologi
KOMPETENSI MATA KULIAH
• Menguasai pengetahuan dan menerapkan teknik, ketrampilan dan tools di
bidang industri.
• Memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
dimilikinya dan terbiasa dengan penggunaan prinsip matematik, fisika,
sains, ekonomi teknik dan rekayasa untuk memecahkan persoalan
industri.
• Memiliki kemampuan merancang, menanalisis, memperbaiki,
mengoperasikan dan menginstalasi sistem integral yang terdiri dari
manusia, material, peralatan, informasi dan sumber daya lain.
• Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, memformulasi,
memecahkan persoalan dan keputusan sistem integral menggunakan alat‐
alat analitik, komputasional, dan atau eksperimental.
• Memiliki kemampuan untuk memahami tanggung jawab profesi, etika,
dan sosial.
1
2. 01/11/2011
KONTRAK PERKULIAHAN
• Diskripsi Perkuliahan
Kuliah pengantar teknik industri terdiri dari 7 pokok bahasan meliputi :
pengantar, perancangan sistem produksi, perancangan dan pengawasan
operasi, perencanaan dan perancangan fasilitas, optimasi, analisis
ekonomi teknik, pengendalian kualitas statistik.
• Strategi Perkuliahan
Kuliah tatap muka mengantarkan pokok bahasan dan menjelaskan isi
dari sub pokok bahasan, pendalaman berupa diskusi, studi kasus, latihan
mengerjakan soal‐soal secara perorangan dan kelompok.
• Kriteria Penilaian
Ujian tengah semester (UTS) 20%
Ujian akhir semester (UAS) 20%
Tugas‐tugas 50%
Presensi 10%
RENCANA PEMBELAJARAN
• Minggu 1 : Penjelasan GBPP dan Kontrak perkuliahan,
pengantar sejarah perkembangan disiplin teknik industri.
• Minggu 2, 3 : Perancangan sistem produksi.
• Minggu 4, 5 : Perancangan dan pengawasan operasi.
• Minggu 6, 7 : Perencanaan dan perancangan fasilitas,
• Minggu 8, 9 : UTS
• Minggu 10, 11 : optimasi,
• Minggu 12, 13 : Analisis ekonomi teknik,
• Minggu 14, 15 : Ppengendalian kualitas statistik.
2
3. 01/11/2011
BAHAN BACAAN
1. Hilk, Philip E., 1977, Introduction to Industrial Engineering
And Management Science, Mc Graw‐Hill Kogukusha,
Tokyo.
2. Hari Purnomo, 2004, Pengantar Teknik Industri, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
3. I Nyoman Pujawan, 1995, Ekonomi Teknik, Guna Widya,
Jakarta
4. P. Siagian, 1987, Penelitian Operasional, Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
5. Sritomo Wignjosoebroto, 1995, Pengantar Teknik
Industri, Guna Widya, Jakarta.
6. Wayne C. Turner, 1993, Introduction to Industrial And
Systems Engineering, Prentice‐Hall, Inc, New Jersey.
MODUL I
3
4. 01/11/2011
Kompetensi Pokok Bahasan :
Memahami permasalahan dalam ruang
lingkup teknik industri yang melibatkan
manusia, mesin, energi dan informasi
secara efisien dan efektif.
Sub Pokok bahasan :
1.Definisi
2. Perkembangan teknik industri
3. Peranan disiplin teknik industri
4. Ilmu dasar disiplin teknik industri
Definisi Teknik Industri
Menurut Engineering Council for Professional
Development (ECPD) :
Profesi dimana suatu pengetahuan (Mat & IPA) melalui
studi, pengalaman & praktek diaplikasikan dengan
tujuan untuk mengembangkan cara‐cara
mendayagunakan, material dan kekuatan alam secara
ekonomis untuk kemanfatan bagi manusia.
4
5. 01/11/2011
Menurut Blanchard
Aplikasi sistematis dari kombinasi sumberdaya fisik dan alam
dengan suatu cara tertentu untuk menciptakan, mengembangkan,
memproduksi dan mendukung suatu produk atau suatu proses
dimana secara ekonomis mencakup beberapa bentuk kegunaan
bagi manusia.
Menurut Institute of Industrial Engineering (IIE) :
Disiplin ilmu teknik/engineering yang menangani pekerjaan‐
pekerjaan perancangan (design), perbaikan (improvement),
penginstalasian (installation), dan menangani masalah manusia,
peralatan, bahan/material, informasi, energi secara efektif dan
efisien.
Aktifitas-aktivitas yg dpt dilakukan disiplin Teknil
Industri (menurut American Institute of Industrial
Engineering = AIIE) adalah :
1. Perencanaan dan pemilihan metode kerja
dalam proses produksi
2. Pemilihan dan perancangan perkakas kerja
serta peralatan yang dibutuhkan dalam proses
produksi
3. Desain fasilitas pabrik, termasuk perencanaan
tata letak asilitas produksi, peralatan
pemindahan material.
5
6. 01/11/2011
4. Desain dan perbaikan sistem perencanaan dan
pengendalian untuk distribusi barang/jasa,
pengendalian persediaan, pengendalian
kualitas
5. Pengembangan system pengendalian
ongkos produksi (pengendalian budget,
analisa biaya standar produksi, dll).
6. Perancangan dan pengembangan produk.
7. Desain dan pengembangan system
pengukuran performans serta standar kerja.
8. Pengembangan dan penerapan system
pengupahan dan pemberian insentif.
9. Perencanaan dan pengembangan
organisasi, prosedur kerja.
10. Analisa lokasi dengan mempertimbangkan
pemasaran, bahan baku, suplai TK.
11. Aktivitas penyelidikan operasional dengan
analisa matematik, simulasi, program
linier, teori pengambilan keputusan dll.
6
7. 01/11/2011
Perkembangan dan Organisasi yang mendukung
berdirinya disiplin Teknik Industri :
a. American Society of Mechanical Engineering
(ASME). Organisasi ini pertama kali mendiskusikan
konsep-konsep teknik industri dan merupakan
persemaian dari timbulnya konsep teknik industri.
b. Pada thn 1912 berdiri organisasi bernama. The
Efficiency Society dan The Society to Promote the
Science of Management yang kemudian pada tahun
1915 keduanya bergabung menjadi The Taylor
Society. Org ini bertujuan mengembangkan konsep-
konsep manajemen umum yang yang
diperkenalkan oleh Frederick Winslow Taylor.
c. Tahun 1917 berdiri Society of Industrial Engineering
(SIE) yang mewadahi para spesialis produksi maupun
para manajer sbg pembanding thd filosofi manajemen
umum yang telah dikembangkan oleh Taylor.
d. Tahun 1917 berdiri Society of Industrial Engineering
(SIE) yang mewadahi para spesialis produksi maupun
para manajer sbg pembanding thd filosofi manajemen
umum yang telah dikembangkan oleh Taylor.
e. Tahun 1932 berdiri The Society of Manufacturing
Engineer (SME) untuk mengembangkan pengetahuan
di bidang manufaktur.
7
8. 01/11/2011
f. Tahun 1936 The taylor Society dan The Society of
Industrial Engineering bergabung menjadi The Society
for Advancement Management(SAM).
g. Program studi Teknik Industri pertama kali dibuka
pada tahun 1908 di Pennsylvania State University
h. Tahun 1948 berdiri The American Society of Industrial
Engineering dengan didukung sekitar 70 negara AIIE
berkembang menjadi organisasi internasional dengan
nama Institute of Industrial Engineering (IIE).
i. Pendidikan Teknik Industri di Indonesia diperkenalkan
oleh Bapak Matthias Aroef pada tahun 1958 setelah
menyelesaikan studi di Cornell University.
j. Tahun 1960 membuka sub jurusan Teknik Produksi di
Jurusan Teknik Mesin, sebagai embrio berdirinya Teknik
Industri.
k.Tahun 1971 berdiri Jurusan Teknik Industri yang
terpisah dengan Teknik Mesin yang kemudian
mengawali pendidikan Teknik Industri di Indonesia.
l. Pada saat ini telah berkembang pendidikan Teknik
Industri baik di PTN maupu PTS.
M. Tahun 1967 berdiri Persatuan Ahli Teknik Industri
(Persati), kemudian pada tahun 1987 berdiri Ikatan
Sarjana Teknik Industri dan Manajemen Industri
Indonesia (ISTMI) sampai saat ini.
8
9. 01/11/2011
Hubungan Disiplin Teknik Industri dengan Disiplin Ilmu lain :
Military Engineering
Civil Engineering
Mathematica And
Physica Mechanical Engineering
Chemistry
Electrical
Engineering Chemical
Engineering
INDUSTRIAL
ENGINEERING
Computer Early Managemen
Science Philosophy
Statistic
Operation
Researtch
INDUSTRIAL
SYSTEM ENGINEERING
Soscial
Science
ILMU DASAR DISIPLIN TEKNIK INDUSTRI
Ilmu-ilmu operasional yang meliputu :
• Analisis dan perancangan kerja.
• Pengawasan operasi.
• Manajemen operasi
Tiga kriteria yang harus dilakukan agar aplikasi TI
dapat berhasil yaitu :
• Kualitas.
• Waktu.
• Biaya
9
10. 01/11/2011
Tujuan TI ~ menjamin bahwa produk/jasa yang dihasilkan
berkualitas, tepat waktu dan dengan biaya yang sesuai.
Ilmu yang termasuk dalam analisis dan perancangan operasi
adalah :
Analisis Perancangan Kerja
(Method engineering)
Merupakan studi yang mempelajari secara sistematis seluruh
operasi langsung & tdk langsung unt mendapatkan perbaikan‐
perbaikan sistem kerja.
Dalam ME dibahas studi kerja (work study) &
pengukuran kerja (work measurement).
Studi kerja berkaitan dengan pencarian prosedur
pelaksanaan kerja.
Pengukuran kerja berkaitan dengan penentuan waktu
standar yang digunakan dalam melaksanaan kegiatan
kerja.
10
11. 01/11/2011
Ergonomi (Human factor)
Ilmu yang mempelajari tentang keterkaitan orang
dengan lingkungan kerjanya.
Ilmu ini muncul akibat banyaknya kesalahan yang
dilakukan dalam proses kerja yaitu kesalahan dalam
perancangan atau prosedur kerja. Sejumlah peralatan
kerja dirancang tdk sesuai dengan kondisi fisik, psikis
dan lingkungannya.
Empat dasar subkategori utama dlm ergonomi, yaitu :
skeletal/muscular (kerangka/otot); sensory (alat indera);
environmental (lingkungan) dan mental.
Perencanaan dan Perancangan Fasilitas
Meliputi penentuan/penempatan lokasi fasilitas, tat letak
fasilitas. Tujuan dari perencanaan & perancangan fasilitas adalah
untuk mendapatkan biaya yang minimaum.
Material Handling
Tujuan dari MH adalah untuk meminimumkan MHC, karena
seringkali Mh menimbulkan biaya yang tdk sedikit.
11
12. 01/11/2011
Riset Operasional
Meliputi penentuan pola‐pola distribusi barang, pola‐pola
jaringan yang efisien dan optimalitas.
Sistem Produksi
Aktivitas mengolah atau mengatur penggunaan sumber daya
(resources) yang ada dlm memproduksi barang/ jasa dengan
tujuan efisiensi dan efektifitas dalam proses produksi.
Termasuk dalam aktivitas proses produksi al : pemilihan mesin,
estimasi biaya, sistem perawatan, sistem produksi tepat waktu
(just in time), pengawasan persedian, pengendalian kualitas, dll.
Manajemen
Merupakan karya seni dan ilmu dalam memerintah, mengatur
orang dengan menggunakan fungsi‐fungsi manajemen seperti
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), dan
pengawasan (controlling).
Simulasi
Suatu metodologi untuk melakukan percobaan dengan
menggunakan model dari sistem nyata. Seperti antrian orang
di airport, antrian mobil di SPBU/parkir, nasabah di Bank,
barang yang antri di proses produksi dll.
12
13. 01/11/2011
Modul II : Perancangan dan Pengukuran Kerja
Kompetensi Pokok Bahasan :
Mampu melakukan pengukuran kerja,
prosedur pengukuran kerja dengan beberapa
metode pengukuran kerja (Stop Watch dan
sampling Kerja).
Mampu melakukan evaluasi dan perbaikan
metode kerja.
Mampu melaksanakan perancangan fasilitas
dan alat kerja.
ANALISIS PERANCANGAN KERJA
(METHOD ENGINEERING)
Tujuan dari method engineering adalah melakukan
perbaikan metode kerja disetiap bagian untuk
meningkatkan fleksibilitas sistem kerja, kepuasan
pelanggan dan meningkatkan produktivitas kerja.
STUDI KERJA (WORK STUDY)
Perbaikan proses, prosedur dan tata cara pelaksanaan
penyelesaian pekerjaan.
Perbaikan dan penghematan penggunaan material,
mesin/fasilitas kerja serta tenaga kerja.
13
14. 01/11/2011
Perbaikan tata ruang kerja yang mampu memberikan
suasana kerja/lingkungan kerja yang lebih aman dan
nyaman.
Pendayagunaan usaha manusia dan pengurangan
gerakan‐gerakan (motion) kerja yang tidak perlu ataupun
penyederhanaan kerja (work simplification).
Tujuan penyederhanaan kerja : Mencari cara kerja yang
terbaik (lebih mudah, lebih cepat, efisien, efektif, dan
menghindari pemborosan material, waktu, tenaga dll).
Lima langkah penyederhanaan kerja :
1. Memilih kegiatan kerja : yaitu kegiatan yang tdk efisien atau
kegiatan yang penyelesaiannya lambat dan ingin diperbaiki.
2. Pengumpulan dan pencatatan data / fakta Yang berkaitan dengan
metode kerja yang selama ini dilaksanakan : informasi yang
berkaitan dg urutan kegiatan, gerakan-gerakan kerja, layout dll.
3. Analisa terhadap langkah-langkah kerja. Langkah2 yg tdk efisien
dicari sebab-sebabnya.
4. Usulan altrnatif metode kerja yang lebih baik Diusulkan MK yg
dianggap efisien dan efektif, sebelum usulan diputuskan terlebih
dahulu di uji coba.
5. Aplikasi dan evaluasi metode kerja baru.
Mengaplikasikan alternatif MK yang lebih baik untuk
menggantikan metode yang lama, evaluasi.
14
15. 01/11/2011
PETA PETA KERJA
PETA PROSES (PROCESS CHART)
Pendekatan tradisional yang digunakan untuk menganalisis metode kerja.
Merupakan alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dari
tahap awal sampai akhir.
Lambang yang digunakan :
= Operasi
= Transportasi
= Pemeriksaan
= Penyimpanan
= Menunggu
MACAM PETA KERJA
Peta Proses Operasi
Peta Proses Operasi
Diagram Aliran
Peta Pekerja dan Mesin
Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
Peta Proses Operasi
Diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan
dialami bahan baku mengenai urut-urutan operasi dan pemeriksaan.
Kegunan peta aliran proses
1. Mengetahui aliran bahan mulai masuk proses sampai aktivitas
berakhir.
2. Mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan selama proses
berlangsung.
3. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan proses atau metode kerja
4. Memberikan informasi waktu penyelesaian suatu proses.
15
16. 01/11/2011
Perbedaan Peta Aliran Proses dan Peta Proses
Operasi.
1. Peta aliran proses memperlihatkan semua aktivitas-
aktivitas dasar termasuk transportasi, menunggu dan
penyimpanan. Sedangkan peta proses operasi
terbatas pada operasi dan pemeriksaan saja.
2. Peta aliran proses menganalisa setiap komponen yang
diproses secara lebih lengkap dibandingkan peta
proses operasi.
3. Peta aliran proses tidak bisa digunakan untuk
menggambarkan proses perakitan secara keseluruhan.
4. Peta aliran proses hanya menggambarkan dan
digunakan untuk menganalisa salah satu komponen
dari produk yang dirakit.
Tugas 1 :
Pembuatan Peta Kerja (OPC dab FPC)
Tugas 2 :
Pengukuran kerja ( mencari Waktu siklus, Waktu normal dan
Waktu baku).
16
17. 01/11/2011
PENGUKURAN KERJA
(WORK MEASUREMENT)
1. Suatu aktivitas untuk menentukan waktu rata-
rata yang dibutuhkan oleh seorang operator (yg
memiliki skill rata-rata dan terlatih) dalam
melaksanakan kegiatan kerja dalam kondisi
dan tempo kerja yang normal.
2. Kriteria pengukuran kerja adalah pengukuran
waktu (time study), yaitu waktu standar atau
waktu baku.
Pengukuran waktu :
1. Pengukuran waktu secara langsung :
• Pengukuran dengan stop watch
• Sampling kerja
2. Pengukuran waktu secara tidak langsung
• Data waktu baku
• Data waktu gerakan, dll.
17
18. 01/11/2011
Pengukuran Waktu dengan Stop Watch
Prosedur/urutan Pengukuran Waktu Kerja
Pengujian
Kecukupan Faktor
data Penyesuaian
Waktu Waktu Siklus Waktu Waktu Standar
Normal
Siklus Rata-rata (Baku)
Pengujian Faktor
keseragaman Kelonggaran
data
PENGUJIAN DATA
Uji kecukupan data.
Untuk memastikan bahwa data yang telah
dikumpulkantelah cukup secara obyektif.
Pengujian kecukupan data dilakukan dengan
berpedoman pada konsep statistik, yaitu derajat
ketelitian dan tingkat keyakinan/ kepercayaan.
Derajat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah
mencerminkan tingkat kepastian yang diinginkan
oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan
melakukan pengukuran dalam jumlah yang
banyak (populasi).
18
19. 01/11/2011
• Derajat ketelitian (degree of accuracy)
Menunjukkan penyimpangan maksimum
hasil pengukuran dari waktu penyelesaian
sebenarnya.
Derajat ketelitian (degree of accuracy)
Menunjukkan penyimpangan maksimum hasil
pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya.
• Tingkat keyakinan (convidence level)
Tingkat keyakinan (convidence level)
Menunjukkan besarnya keyakinan
Menunjukkan besarnya keyakinan pengukur akan ketelitian data
pengukur akan ketelitian data waktu yang
waktu yang telah diamati dan dikumpulkan.
Uji kecukupan data digunakan rumus sbb. :
telah diamati dan dikumpulkan.
Uji kecukupan data digunakan rumus sbb. :
k / s N X 2 X 2
2
N’ =
X
Dengan :
k = Tingkat keyakinan
k = 99% = 3
k = 95% = 2
s = Derajat ketelitian
N = Jumlah data pengamatan
N’ = Jumlah data teoritis
Jika N’ ≤ N, maka data dianggap cukup, jika N’ > N data
dianggap tidak cukup (kurang) dan perlu dilakukan
penambahan data.
19
20. 01/11/2011
Contoh :
Suatu pengukuran elemen kerja dilakukan sebanyak 15
kali dengan menggunakan stop watch. Bila tingkat
keyakinan 95% dan derajat ketelitian 10%, apakah
jumlah pengamatan cukup?
Pengamatan (menit)
Pengamatan ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Data Pengamt. 8 7 7 6 8 6 9 8 9 6 8 5 5 9 6
X = 107
(X)2 = 11449
X2 = 791
k = 95% = 2
s = 10%
k / s N X 2 X 2
2 2
2 / 0,1 15 x 791 11449
14 ,53
N’ =
X
107
Karena N’ < N , maka data dianggap cukup.
Uji Keseragaman data
Untuk memastikan bahwa data yang terkumpul berasal dari
system yang sama dan untuk memisahkan data yang memiliki
karakteristik yang berbeda.
BKA = X + k
BKB = X ‐ k
( X X )
2
=
N 1
20
21. 01/11/2011
Dengan :
BKA = Batas Kontrol Atas
BKB = Batas Kontrol Bawah
X = Nilai Rata‐rata
= Standar Deviasi
k = Tingkat Keyakinan
Contoh:
Suatu pengukuran elemen kerja dilakukan
sebanyak 15 kali dengan menggunakan
stop watch, jika batas kontrol ± 3.
Tentukan apakah data seragam atau
tidak.
Pengamatan (menit)
Pengamatan ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Data Pengamt. 8 7 7 6 8 6 9 8 9 6 8 5 5 9 6
X = 7,13
(X – X)2 = 27,73
= 1,4
BKA = 7,13 + 3 (1,4) = 11,33
BKB = 7,13 – 3 (1,4) = 2,93
Semua data masuk dalam range antara BKA dan BKB,
maka data dikatakan seragam
21
22. 01/11/2011
Penyesuaian (Rating Factor)
• Sering terjadi bahwa operator dalam melakukan pekerjaannya tdk
selamanya bekerja dlm kondisi wajar, ketidakwajaran dapat terjadi misalanya
tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena
terjadi kesulitan-kesulitan sehingga menjadi lamban dalam bekerja.
• Bila terjadi demikian maka pengukur harus mengetahui dan menilai
seberapa jauh ketidakwajaran tersebut dan pengukur harus menormalkannya
dengan melakukan penyesuaian.
• Penyesuaian dapat dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata
dengan faktor penyesuaian (p).
• Tiga kondisi faktor penyesuaian yaitu :
- Bila operator bekerja diatas normal (terlalu cepat), maka harga p nya
lebih besar dari satu (p > 1).
- Operator bekerja dibawah normal (terlalu lambat), maka harga p nya lebih
kecil dari satu (p< 1).
- Operator bekerja dengan wajar, maka harga p nya sama dengan satu (p =
1).
Metode‐metode untuk menentukan penyesuaian
1. The Westing House System
Sistem ini dikembangkan oleh Westing House Electric
Corporation dengan mempertimbangkan empat factor al :
ketrampilan, usaha, kondisi dan konsistensi.
2. Synthetic Rating
Dikembangkan oleh Morrow, Synthetic Rating meng‐
evaluasi kecepatan operator dari nilai waktu gerakan yang
sudah ditetapkan terlebih dahulu.
3. Speed Rating/Performance Rating
Sistem ini mengevaluasi performansi dengan
mempertimbangkan tingkat ketrampilan persatuan
waktu saja.
22
23. 01/11/2011
4. Objective Rating
Dikembangkan oleh Munder dan Danner, Metode ini tdk
hanya menentukan kecepatan aktivitas, tetapi juga
mempertimbangkan tingkat kesulitan pekerjaan. Faktor‐faktor
yang mempengaruhi tingkat kesulitan pekerjaan adalah :
jumlah anggota badan yang digunakan, pedal kaki,
penggunaan kedua tangan, koordinasi mata dengan
tangan, penanganan dan bobot.
Kelonggaran (Allowance)
Adalah faktor koreksi yang harus diberikan kepada waktu kerja
operator, karena operator dalam melakukan pekerjaannya sering
tergangu pada hal‐hal yang tidak diinginkan namun bersifat
alamiah, sehingga waktu penyelesaian menjadi lebih panjang
(lama).
Kelonggaran dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi.
Kegiatan yang termasuk kebutuhan pribadi : minum
untuk menghilangkan rasa haus, pergi ke kamar kecil,
bercakap-cakap dengan sesama pekerja, dll.
2. Kelonggaran untuk menghilangkan kelelahan (fatigue).
Rasa fatigue tercermin antara lain dari menurunnya hasil
produksi, bila rasa fatique ini berlangsung terus maka
akan terjadi fatigue total, yaitu anggota badan tdk dapat
melakukan gerakan kerja sama sekali. Untuk
mengurangi kelelahan si pekerja dapat mengatur
kecepatan kerjanya sedemikian rupa sehingga
lambatnya gerakan-gerakan kerja ditujukan untuk
mengilangkan rasa fatigue tersebut.
23
24. 01/11/2011
4. Kelonggaran untuk hambatan‐hambatan yang tidak dapat
dihindari.
Beberapa kelonggaran untuk hambatan tak terhindarkan :
Menerima atau meminta petunjuk pada pengawas.
Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti
mengganti alat potong (komponen) yang patah,
memasang kembali komponen yang lepas dll.
Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus
dari gudang.
Mesin berhenti karena aliran listrik mati, dll.
Waktu Baku (Waktun Standar)
Setelah penentuan penyesuaian dan kelonggaran, maka untuk
menghitung waktu baku dapat menggunakan formulasi sebagai
berikut :
100
WB = [ W siklus x RF ] x
100 ALL
Waktu Normal
Keterangan :
WB = waktu baku
RF = Penyesuaian (Rating Faktor/Performance
Rating)
All = Kelonggaran (Allowance)
24
25. 01/11/2011
Contoh
Suatu pekerjaan pengemasan barang dalam kotak kardus terdiri dari
empat elemen kegiatan dengan setiap elemen kegiatan dilakukan 10
kali pengamatan seperti pada table berikut. Apabila kelonggaran
adalah 15% Tentukan waktu standar.
Elemen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X X RF WN
Kegiatan
1 Mengambil 0,06 0,08 0,07 0,05 0,07 0,06 0,08 0,08 0,07 0,06 0,68 0,07 1,1 0,07
Kotak Kardus
2 Memasukkan 0,15 0,17 0,14 0,14 0,16 0,15 0,17 0,15 0,14 0,16 1,53 0,15 0,9 0,13
Barang
100
3 Menutup 0,21 0,23 0,22 0,21 0,25 0,24 menit / unit
0,61 0,23 0,26 0,22 0,22 2,29 0,23 1,05 0,24
100 15
Kotak Kardus
4 Meletakan 0,08 0,10 0,09 0,12 0,11 100 0,08
0,08 0,11 0,12 0,08 0,97 0,09 0,95 0,08
0,61 menit/ unit
Hasil 100 15
Waktu Normal = 0,52 menit/unit
Waktu Baku = 0,52 x
Pengukuran Waktu dengan Sampling Kerja
• Melakukan pengamatan dengan mengamati apakah tk dalam
kondisi kerja atau menganggur.
• Pengamatan tidak dilakukan secara terus‐menerus melainkan
hanya sesaat pada waktu yang telah ditentukan secara
acak/random.
• Melakukan kunjungan ke tk yang akan diukur waktunya secara
acak, yaitu setiap kali kunjungan dengan selang waktu yang
tidak sama dan didasarkan pada bilangan random yang
dikonversi ke satuan waktu.
• Misal, kunjungan dilakukan sebanyak 100 kali dengan waktu
pengamatan secara acak dan 90 kali pengamatan tk dalam
kondisi kerja/sibuk, maka prosentase tk dalam kondisi sibuk
adalah 90/100 = 0,9. Tk dalam kondisi idle/menganggur adalah
10/100 =0,1
25
26. 01/11/2011
Pengujian Data
• Kecukupan Data
SP = p (1 p )
k
n
N’ = k 2 1 p
Dengan :
S2
S = Derajat ketelitianp
p = Prosentase sibuk/produktif
k = Tingkat keyakinan
N’ = Ukuran sample/data
• Keseragaman Data
Batas kontrol untuk p
BKA = p k p (1n p)
BKB = p k p (1 p)
n
Dengan pengertian sbb:
BKA = Batas kontrol atas
BKB = Batas kontrol bawah
p = Prosentase sibuk/produktif
k = Tingkat keyakinan
Contoh :
Suatu pengamatan sampling kerja dilakukan selama 10
hari kerja dengan waktu pengamatan setiap hari kerja
adalah 6 jam. Ukuran sample adalah 50 setiap hari,
tingkat keyakinan 99% dan derajat ketelitian 5%. Tentukan
kecukupan dan keseragaman data.
26
27. 01/11/2011
Tgl Pengamatan 1/1 2/1 3/1 4/1 5/1 6/1 7/1 8/1 9/1 10/1
Kondisi idle 5 6 8 10 7 3 4 5 6 4
Kondisi kerja 45 46 42 40 43 47 46 45 44 46
Prosentase idle 0,1 0,12 0,16 0,2 0,16 0,06 0,08 0,1 0,12 0,08
Prosentase kerja 0,9 0,88 0,84 0,8 0,86 0,94 0,92 0,9 0,88 0,92
Prosentase idle = 0,116,
prosentase kerja (p) = 1 –0,016 = 0,884
k = 99% = 3 N = 500
S = 0,05 n = 50
3 (1 0 , 884 )
2
N’ = ( 0 , 05 ) ( 0 , 884 ) 472 , 39
2
Karena N’ < N, maka data dianggap cukup
0,884 (1 0,664)
BKA = 0,884 3
50
1,019
0,884 (1 0,664)
BKB = 0,884 3
50
0,748
Karena nilai prosentase kerja semuanya masuk dalam range BKA
dan BKB, maka data seragam.
• Waktu Baku
Penentuan waktu baku dengan sampling kerja dihitung dengan
menggunakan rumus :
Total waktu x Pr osentase sibuk x Rating Factor ( RF )
Waktu Normal = Jumlah produk yang dihasilkan
Waktu Baku = Waktu Normal x
100
100 Kelonggara n ( All )
27
28. 01/11/2011
Contoh :
Seorang pekerja kantor pos bekerja delapan jam sehari
untuk melakukan penyortiran surat-surat. Dari pengamatan
yang dilakukan ternyata 85% pekerja tersebut dalam kondisi
bekerja dan 15% dalam kondisi menganggur. Apabila
jumlah surat yang disortir sebanyak 2345 surat, maka
tentukan waktu bakunya dengan asumsi rating factor adalah
115% dan kelonggaran 20%.
480 menit x 0 , 85 x 1 ,15
0 , 2 menit / surat
Waktu Normal (Wn)
2345 =
100
0 , 25 menit
Waktu Baku (Wb)
0 ,2 x
100 20 = / surat
Output Standar = 4
1
1
surat / menit
Wb 0 , 25
Jadi, pekerja mampu mengerjakan penyortiran surat sebanyak 4 surat
per menit.
Tugas 2 : Penentuan Waktu Baku (Stop Watch &
sampling Kerja)
Modul III : Perencanaan dan Pengawasan
Operasi
Kompetensi Pokok Bahasan :
Mampu melakukan peramalan produksi dengan
beberapa metode peramalan.
Mampu melakukan perencanaan produksi
berdasarkan hasil peramalan.
Mampu melakukan pengawasan dan
perencanaan persediaan dengan beberapa
metode.
28
29. 01/11/2011
Perencanaan dan Pengawasan Operasi
• Aktivitas utama dalam system produksi adalah
perencanaan dan pengawasan operasi.
• Sistem produksi adalah suatu aktivitas untuk
mengatur penggunaan sumber daya (resources) yang
ada dalam proses pembuatan produk/barang atau
jasa yang bermanfaat dengan melakukan optimasi
terhadap tujuan perusahaan.
Bahan
- TK Proses transformasi Produk/
- Mesin atau perubahan Jasa
- Fasilitas
- Dll.
Informasi umpan balik hasil
untuk pengawasan proses
29
30. 01/11/2011
Kegiatan Perencanaan & Pengawasan
Operasi al :
1. Peramalan
Perkiraan atau estimasi tingkat permintaan suatu
produk untuk periode yang akan datang berdasarkan
data penjualan masa lampau yang dianalisis dengan
cara tertentu.
2. Perencanaan Operasi/produksi
• Digunakan untuk mengetahui jumlah barang yang
harus diproduksi dengan didasarkan pada hasil
peramalan dan persediaan yang ada.
• Merupakan pegangan untuk merancang jadual
produksi.
3. Pengawasan dan Perencanaan Persediaan
Persediaan : sumber daya menganggur (idle resources)
yang menunggu proses lebih lanjut, berupa kegiatan
produksi pada system manufaktur, kegiatan pemasaran
pada system distribusi atau kegiatan konsumsi pada
system rumah tangga.
Persediaan digunakan untuk mempermudah atau
memperlancar jalannya opersi perusahaan yang dilakukan
berturut‐turut untuk memproduksi barang untuk
dipasarkan pada konsumen.
30
31. 01/11/2011
4. Material Requirement Planning
Metode Perencanaan Kebutuhan Material adalah
prosedur logis, aturan keputusan dan teknik pencatatan
terkomputerisasi yang dirancang untuk
menterjemahkan Jadwal Induk Produksi (Master
Production Schedule) menjadi kebutuhan bersih (net
requirement) material untuk semua item komponen
produk.
5. Line Balancing (Keseimbangan Lintasan)
Upaya untuk meminimumkan ketidakseimbangan
diantara mesin-mesin untuk mendapatkan waktu yang
sama di setiap stasiun kerja sesuai dengan kecepatan
produksi yang diinginkan.
6. Konsep Just In Time.
Memproduksi output yang diperlukan, pada waktu
dibutuhkan, dalam jumlah sesuai kebutuhan. Pada setiap
tahap proses dalam system produksi. Dengan cara yang
paling ekonomis dan efisien.
31
32. 01/11/2011
Peramalan(Forecast)
Metode Peramalan
1. Peramalan Subyektif.
Menekankan pada keputusan‐keputusan hasil diskusi,
pendapat pribadi dan institusi.
‐ Metode Delphi.
peramalan yang didasarkan pada keputusan bersama dari
suatu grup yang terdiri dari para ahli yang berbeda.
‐ Metode Penelitian Pasar :
metode ini menganalisa fakta secara sistematis pada
bidang yang berhubungan dengan pemasaran. (teknik
survei konsumen : kuisioner).
2.Peramalan Obyektif.
Prosedur peramalan yang mengikuti aturan‐ aturan matematis
dan statistik.
• Metode Intrinsik
Peramalan yang hanya berdasarkan proyeksi permintaan
histories tanpa mempertimbangkan faktor‐faktor eksternal
yang mungkin mempengaruhi besarnya permintaan.
– Untuk peramalan jangka pendek, Analisis deret waktu
(Time Series)
• Metode Ekstrinsik
Memepertimbangkan faktor‐faktor eksternal yang mungkin
mempengaruhi besarnya permintaan dimasa datang.
32
33. 01/11/2011
– Peramalan jangka panjang, karena dapat menunjukkan hubungan
sebab‐akibat (disebut metode kausal), Metode Regresi.
Regresi Linier
Dalam metode regresi linear, pola hubungan antara suatu variabel yang
mempengaruhinya dapat dinyatakan dengan suatu garis lurus. This image cannot currently be display ed.
Persamaan regresi linear dapat dinyatakan sbb:
Y = a + bx
a = b =
y b x N xy x y
Dengan : N N x 2 x 2
Y = Besarnya nilai yang diramal
a = Nilai trend pada periode dasar
b = Tingkat perkembangan nilai yang diramal
x = Unit tahun yang dihitung dari periode dasar
Contoh
Data penjualan produk PT “ABC” seperti pada tabel berikut, kemudian
perusahaan ingin meramal penjualan pada periode ke 11, 12, 13, 14, 15.
Penjualan (Y) Periode (X) X2 XY
45 1 1 45
35 2 4 70
30 3 9 90
50 4 16 200
40 5 25 200
60 6 36 360
30 7 49 210
45 8 64 360
55 9 81 494
65 10 100 650
455 55 385 2680
33
34. 01/11/2011
10 2680 455 55
b =
2,15
10 385 55 55
455 2 ,15 55 33,675
10 10 a =
Persamaan garis regresinya adalah :
Y = 33,675 + 2,15 (X)
Ramalan ke 11 Y = 33,675 + 2,15 (11) = 57,325
Ramalan ke 12 Y = 33,675 + 2,15 (12) = 59,325
Ramalan ke 13 Y = 33,675 + 2,15 (13) = 61,325
Ramalan ke 14 Y = 33,675 + 2,15 (14) = 63,475
Ramalan ke 15 Y = 33,675 + 2,15 (15) = 65,925
Rata‐rata Bergerak Tunggal
Tujuan utama dari penggunaan metode rata‐rata bergerak
adalah untuk menghilangkan atau mengurangi acakan
(randomness) dalam deret waktu.
Rumus yang digunakan :
t
i 1
Xt
t F(t+1) =
t 1
This image cannot currently be display ed.
i2
Xt
t
F(t+2) =
t 2
i 3
Xt
t F(t+3) =
dst.
Dengan :
F(t+i)= Peramalan pada periode t+1
Xi = Nilai aktual
t = Periode rata‐rata bergerak
34
35. 01/11/2011
Contoh :
Bulan Data Rata-rata bergerak Rata-rata bergerak
Tiga bulanan Lima bulanan
1 386 - -
2 340 - -
3 390 - -
4 368 372 -
5 425 366 -
6 440 394,3 381,8
7 410 411 392,6
8 466 425 406,6
9 330 438,7 421,8
10 350 402 414,2
11 375 382 399,2
12 380 351,7 386,2
PERENCANAAN OPERASI / PRODUKSI
Digunakan untuk mengetahui jumlah barang/produk yang harus diproduksi
dengan didasarkan pada hasil peramalan dan persediaan yang ada, juga
merupakan pegangan untuk merancang jadual produksi.
Fungsi lain :
‐ Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap
rencana strategi perusahaan.
‐ Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi.
‐ Sebagai alat monitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi.
‐ Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target produksi dan
rencana produksi.
‐ Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadual induk produksi.
35
36. 01/11/2011
Untuk melakukan perencanaan produksi dapat
dilakukan dengan beberapa strategi :
• Dengan mengendalikan persediaan, (dilakukan pada saat
kapasitas produksi dibawah permintaan dan digunakan pada
saat diatas kapasitas produksi)
• Dengan mengendaliakan jumlah tenaga kerja sesuai dengan
laju produksi yang diinginkan.
• Mengadakan subkontrak untuk menaikan kapasitas pada saat
perusahaan dalam keadaan sibuk.
• Mempengaruhi permintaan (potongan harga, pemberian
hadiah, layanan‐layanan khusus).
Perencanaan Operasi dapat diklasifikasikan menjadi dua
metode yaitu :
1. Metode Kualitatif :
Rasio persediaan, konsensus manajemen, grafik dll.
2. Metode Kuantitattif :
Heuristik, model matematik, simulasi dll.
Contoh :
Data dari hasil peramalan :
Bulan Peramalan Komulatif
1 103 103
2 117 220
3 115 335
4 121 456
5 123 579
6 109 688
7 89 777
8 74 851
9 71 922
10 73 995
11 81 1.076
12 98 1.174
36
37. 01/11/2011
Berdasarkan hasil peramalan maka dapat dilakukan rencana
produksi untuk 12 periode.
Dimisalkan pada rencana 1 tingkat produksi adalah 70 unit/ bln
dengan menganggap persediaan awal adalah 340 unit.
Pada rencana 2 tingkat produksi 120 unit/bln untuk 6 bulan
pertama dan 60 unit/bln untuk 6 bulan terakhir, dengan
persediaan awal 100 unit, sehingga hasil akhir persediaan seperti
pada table berikut :
Tabel Rencana Produksi
Bln Perama lan Komu latif Rencana Produksi 1 Rencana Produksi 2
Persediaan Produksi Persediaan Persedia an Produksi Persediaan
Awal Akhir Awal Akhir
1 103 103 340 70 307 100 120 117
2 117 220 307 70 260 117 120 120
3 115 335 260 70 215 120 120 125
4 121 456 215 70 164 125 120 124
5 123 579 164 70 111 124 120 121
6 109 688 111 70 72 121 120 132
7 89 777 72 70 53 132 60 103
8 74 851 53 70 49 103 60 89
9 71 922 49 70 48 89 60 78
10 73 995 48 70 45 78 60 65
11 81 1.076 45 70 34 65 60 44
12 98 1.174 34 70 6 44 60 6
37
38. 01/11/2011
Dari dua rencana produksi tersebut akan dipilih salah satu
dari rencana yang ada dengan mempertimbangkan biaya
yang terjadi, yaitu biaya terkecil yang akan digunakan
sebagai rencana produksi.
PENGAWASAN DAN
PERENCANAAN PERSEDIAAN
Fungsi utama persediaan yaitu :
- Sebagai penyangga, penghubung antar proses produksi
dan distribusi untuk memperoleh efisiensi.
- Sebagai stabilitor harga terhadap fluktuasi permintaan.
Masalah umum persediaan dalam suatu system dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu masalah kuantitatif dan
masalah kualitatif.
1. Masalah kuantitatif : semua hal yang berhubungan dengan
penentuan kebijakan persediaan al:
‐ Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan.
‐ Kapan pemesanan barang harus dilakukan.
‐ Berapa jumlah persediaan pengaman.
‐ Metode pengendalian persediaan mana yang paling tepat.
2. Masalah kualitatif : Semua hal yang berhubungan dg
system pengoperasian persediaan al:
- Jenis bahan/barang apa yang masih ada
- Dimana barang tersebut ditempatkan
- Berapa banyak barang dalam proses pemesanan
- Siapa saja yang ditunjuk sebagai pemasok, dsb.
38
39. 01/11/2011
Komponen biaya dlm rangka penentuan persediaan
1. Biaya pembelian (Purchasing Cost = c
- Biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang persediaan.
- Besarnya biaya tergantung dari jumlah barang yang dibeli
dari harga satuan.
2. Biaya pengadaan (Procurement Cost)
Biaya pengadaan dibedakan atas 2 jenis yaitu :
- Biaya pemesanan (Ordering Cost = k)
Semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan
barang dari luar.
- Biaya penentuan pemasok, administrasi pesanan,
pengiriman pesanan, pengangkutan, penerimaan dsb.
Biaya persiapan (Setup Cost = k)
‐ Semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiap‐ kan
produksi suatu barang.
‐ Biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin,
persiapan gambar kerja dsb.
Biaya penyimpanan (Holding Cost = h)
Semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang,
meliputi : - Biaya modal
- Biaya gudang
- Biaya asuransi
- Biaya administrasi
- Biaya kadaluarsa
- Biaya kerusakan dan penyusutan
39
40. 01/11/2011
4. Biaya kekurangan persediaan/kehabisan stock (Shortage Cost = p)
• Biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya persediaan lebih kecil dari jumlah yang diperlukan.
• Metode Pengendalian Persediaan
– Metode Tradisional
– Metode perencanaan kebutuhan material (MRP)
– Metode Kanban
Metode Pengendalian Persediaan Tradisional/EOQ
Dalam metode ini pada dasarnya mencari jawaban optimal
dalam menentukan :
- Jumlah ukuran pemesanan ekonomis (EOQ)
- Titik pemesanan kembali (RO)
- Jumlah cadangan pengaman yang diperlukan (SS)
Model EOQ didasarkan pada asumsi‐asumsi sbb :
» Hanya satu item barang (produk) yang diperhitungkan
» Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui
» Barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia
» Waktu ancang‐ancang (lead time) bersifat konstan
» Setiap pesanan dikirim dan langsung digunakan
» Tidak ada pesanan ulang (back order)
» Tidak ada diskon
Tujuan model ini adalah menentukan jumlah ekonomis
setiap kali pemesanan (EOQ) sehingga total biaya
persediaan minimal.
40
41. 01/11/2011
Biaya Total Persediaan = Ordering cost + Holding
cost + Purchasing cost.
Parameter yang dipakai adalah :
D : jumlah kebutuhan barang selama satu periode
k : ordering cost sekali pesan
h : holding cost persatuan nilai persediaan
persatuan waktu
c : purchasing cost persatuan nilai persediaan
t : waktu antara satu pesanan ke pesanan
berikutnya
Model Persediaan EOQ
Titik saat pemesanan diterima (order point)
Rata-rata persediaan = Q/2
t = Q/D Waktu ( t )
Biaya Total Persediaan = Ordering cost + Holding cost +
Purchasing cost.
41
42. 01/11/2011
a). Biaya pesan = D
k
Q
k : biaya pesan setiap kali pesan
D : permintaan per periode
Q : jumlah pemesanan optimal
b). Biaya simpan =
D
h : biaya simpan per unit per periode
k
Q : jumlah pemesanan optimal
Q
c). Biaya pembelian = c
Rumus persediaan model Q (EOQ) adalah sbb :
Q (EOQ) =
2 Dk
h
to (waktu antar pemesanan optimal) diperoleh :
EOQ
D t o =
Contoh :
Permintaan harian suatu jenis barang diperkirakan 100 unit, Biaya
pemesanan diketahui Rp 100,‐ setiap kali pesan. Biaya penyimpanan
harian setiap unit persediaan Rp 0,02,‐ tentukan jumlah pemesanan
yang ekonomis dan waktu antar pemesanan yang optimal.
Diketahui : D = 100 unit/hari
k = Rp 100,‐/pesan
h = Rp 0,02,‐/unit/hari
42
43. 01/11/2011
Jumlah pemesanan ekonomis :
2 Dk 2 x100 x100
EOQ = 1000 unit
h 0,02
Waktu antar pemesanan :
EOQ 1000
to = 10 hari
D 100
Modul IV : Perencanaan & Perancangan
Tata Letak Fasilitas
Kompetensi Pokok Bahasan :
Memahami aspek‐aspek yang berkaitan dengan
penetapan lokasi fasilitas/pabrik
Memahami teknik dan mampu melakukan
perancangan tata letak fasilitas produksi
Memahami permasalahan yang berkaitan dengan
pemindahan bahan (material handling).
Memahami macam/type tata letak fasilitas produksi.
43
44. 01/11/2011
Perencenaan & Perancangan Tata Letak Fasilitas
Perencanaan Fasilitas :
‐ Perancangan dari fasilitas‐fasilitas industri yang akan
dibangun/didirikan, dengan tujuan menempatkan fasilitas‐ fasilitas/pabrik
yang sesuai dari segi biaya dan keuntungan.
Dua hal pokok dalam Perancangan Fasilitas :
‐ Perancangan lokasi pabrik
‐ Perancangan fasilitas produksi
Penentuan Lokasi Pabrik/Fasilitas :
Lokasi pabrik yang ideal adalah terletak pada tempat yang akan mampu
memberikan total biaya dari proses produksi dan distribusi yang rendah
serta harga dan volume penjualan produk yang mampu memberikan
keuntungan yang maksimal.
Faktor‐faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan
lokasi pabrik :
1. Market location 5. Climate
2. Raw material location 6. Labor & wage salary
3. Transportation 7. Law & taxation
4. Power 8. Water & waste
Model‐model Analisa Lokasi Fasilitas
Cara yang dapat dipergunakan untuk menganalisis dan
mengambil keputusan untuk memilih lokasi pabrik/ perusahaan.
44
45. 01/11/2011
Metode Pendekatan
‐ Kontinyu (Penentuan satu/lebih lokasi optimal)
. Metode Analisa Pusat Gravitasi “Gravity”
‐ Analisis Kuantitatif (Faktor Obyektifitas)
. Metode Analisis Transportasi Program Linier
‐ Analisis Hibrid (Kombinasi Faktor Obyektif & Subyektif)
. Metode “Brown‐Gibson”
Analisa Pusat Gravitasi :
Dalam metode ini ada dua faktor yang dapat mempengaruhi yaitu :
‐ Lokasi sumber bhn baku/material (input produksi).
‐ Lokasi daerah pemasaran (output produksi).
Dalam metode ini diasumsikan bahwa :
Biaya produksi dan distribusi tidak diperhitungkan (biaya
produksi dan distribusi untuk masing‐masing lokasi baik dari
sumber material, pemasaran menuju lokasi pabrik dianggap
sama).
Untuk menganalisa dengan metode ini input yang diperlukan
adalah :
‐ Kebutuhan/demand produk jadi atau baham baku dari
masing daerah pemasaran atau lokasi sumber bhn baku.
‐ Koordinat geografis dari lokasi pabrik yang direncanakan,
daerah pemasaran ataupun daerah sumber bhn baku.
45
46. 01/11/2011
Fungsi Tujuan adalah :
m n
Minimum f (X,Y) = Wj . di
I=1 j=1
Dimana :
di = [ ( Xi –aj ) 2 + ( Yi – bj ) 2 ] 1/2
m = banyaknya alternatif lokasi yang akan dipilih
n = banyaknya daerah pemasaran/sumber bhn baku
Wj = Kebutuhan/demand produk jadi atau kapasitas
suplay dari sumber bhn baku.
( Xi ; Yi ) = koordinat alternatif lokasi, 1, 2, 3, 4,…., m
( aj ; bj ) = koordinat lokasi daerah pemasaran atau
lokasi sumber bhn baku, 1, 2, 3, 4,…., n
Soal Latihan :
Sebuah perusahaan Elektronik bermaksud mendirikan pabrik
baru, berdasarkan hasil studi kelayakan diperoleh alternatif
dan jarak koordinat lokasi (dalam satuan puluhan kilometer)
sebagai berikut :
• Alternatif lokasi P (‐10, 7)
• Alternatif lokasi Q (5, ‐30)
• Alternatif lokasi R (10, 0)
Daerah pemasaran yang harus dipenuhi kebutuhannya terletak
di 5 (lima) kota dengan koordinat dan kebutuhan masing‐
masing (dalam satuan ton) sebagai berikut :
46
47. 01/11/2011
Daerah Pemasaran : Demand (ton)
Pemasaran A (2, ‐15) 5
Pemasaran B (‐5, ‐10) 10
Pemasaran C (8, 8) 8
Pemasaran D (0, ‐7) 15
Pemasaran E (‐15, 8) 20
Dengan menggunakan analisa gravitasi, tentukan lokasi perusahaan
perminyakan mana yang seharusnya dipilih ?
Metode Kuantitatif
Transportasi Program Linier
Aplikasi metode transportasi digunakan untuk
menentukan pola distribusi yang terbaik dari lokasi
pabrik ke daerah pemasaran tertentu. Keputusan yang
dipilih didasarkan pada lokasi yang memberikan total
biaya terkecil.
Dalam menyelesaikan masalah trensportasi ada
beberapa cara/metode yang dapat digunakan yaitu :
cara/metode heuristics, vogel dan north west corner.
47
48. 01/11/2011
Contoh persoalan pemakaian metode transportasi
untuk memilih lokasi yang baik.
Perusahan XYZ mempunyai dua pabrik di kota
Semarang dan Bandung yang mensuplai produk ke
empat daerah pemasaran yaitu : Jogja, Solo,
Purwokerto dan Magelang.
Berkaitan dengan permintaan produk yang terus
meningkat perusahaan merencanakan untuk
membangun sebuah pabrik baru lagi.
Alternatif lokasi yang diusulkan adalah : di kota Surabaya atau kota
Malang
Data mengenai kapasitas produksi, biaya transportasi, serta data
kebutuhan (demand) untuk masing‐masing daerah seperti dalam
tabel berikut (dlm puluhan ribu rp) :
Lokasi Daerah Pemasaran Kapasitas
(ton/mgg)
Jogja Solo P Kerto Mg-lang
Semarang 18 20 25 15 650
Bandung 40 45 30 42 600
Surabaya 55 50 60 55 tak terbatas
Malang 58 55 62 60 tak terbatas
Demand 400 500 300 450 1650
(ton/mgg)
48
49. 01/11/2011
Dengan analisa secara terpisah antara alternatif lokasi di kota Surabaya
dan Malang, maka dapat dialokasikan ke setiap daerah pemasaran
dengan memperhatikan kapasitas masing‐masing pabrik yang ada.
Alternatif lokasi Surabaya
Lokasi Daerah Pemasaran Kapasitas
(ton/mgg)
Jogja Solo P Kerto Mg-lang
Semarang 18 20 25 15 650
Bandung 40 45 30 42 600
Surabaya 55 50 60 55 400
Demand 400 500 300 450 1650
(ton/mgg)
Iterasi 1 analisa untuk alternatif lokasi pabrik di Surabaya
Lokasi Daerah Pemasaran Kapasitas
Jogja Solo P Kerto Mg-lang (ton/mgg)
Semarang 18 20 25 15
650
200 450
Bandung 40 45 30 42
600
200 100 300
Surabaya 55 50 60 55
400
400
Demand
(ton/mgg) 400 500 300 450 1650
49
50. 01/11/2011
Perhitungan transportasi iterasi 1 unt alternatif lokasi SBY
From To Shipment Cost/profit Oport.
Cost
Semarang Jogja 200 18 0
Semarang Solo 0 20 -3
Semarang P Kerto 0 25 17
Semarang Magelang 450 15 0
Bandung Jogja 200 40 0
Bandung Solo 100 45 0
Bandung P Kerto 300 30 0
Bandung Magelang 0 42 5
Surabaya Jogja 0 55 10
Surabaya Solo 400 50 0
Surabaya P Kerto 0 60 25
Surabaya Magelang 0 55 13
Minimized OBJ = 51.850
Iterasi 2 (perbaikan) unt alternatif lokasi pabrik di Sby.
Lokasi Daerah Pemasaran Kapasitas
(ton/mgg)
60
50
55
30
45
40
18 Jogja Solo P Kerto Mg-lang
Semarang 18 20 25 15
650
100 100 450
Bandung 40 45 30 30
600
300 300
Surabaya 50 50 60 55
400
400
Demand
(ton/mgg) 400 500 300 450 1650
50
51. 01/11/2011
Perhitungan Transportasi Iterasi 2 unt alternatif lokasi SBY
From To Shipment Cost/profit Oport.
Cost
Semarang Jogja 100 18 0
Semarang Solo 100 20 0
Semarang P Kerto 0 25 17
Semarang Magelang 450 15 0
Bandung Jogja 300 40 0
Bandung Solo 0 45 3
Bandung P Kerto 300 30 0
Bandung Magelang 0 42 5
Surabaya Jogja 0 55 7
Surabaya Solo 400 50 0
Surabaya P Kerto 0 60 22
Surabaya Magelang 0 55 10
Minimized OBJ = 51.550
Alternatif lokasi Malang
Lokasi Daerah Pemasaran Kapasitas
(ton/mgg)
Jogja Solo P Kerto Mg-lang
58
40
18
18 20 25 15
Semarang 650
40 45 30 42
Bandung 600
58 55 62 60
Malang 400
Demand
(ton/mgg) 400 500 300 450 1650
51
52. 01/11/2011
Iterasi 1 analisa untuk alternatif lokasi pabrik di Malang
Daerah Pemasaran Kapasitas
Lokasi 58
45
40
18 (ton/mgg)
Jogja Solo P Kerto Mg-lang
Semarang 18 20 25 15
650
200 450
Bandung 40 45 30 42
600
200 100 300
Malang 58 55 62 60
400
400
Demand
(ton/mgg) 400 500 300 450 1650
Perhitungan transportasi iterasi 1 unt alternatif lokasi Mlg.
From To Shipment Cost/profit Oport.
Cost
Semarang Jogja 200 18 0
Semarang Solo 0 20 -3
Semarang P Kerto 0 25 17
Semarang Magelang 450 15 0
Bandung Jogja 200 40 0
Bandung Solo 100 45 0
Bandung P Kerto 300 30 0
Bandung Magelang 0 42 3
Malang Jogja 0 58 8
Malang Solo 400 55 0
Malang P Kerto 0 62 19
Malang Magelang 0 60 13
Minimized OBJ = 53.850
52
53. 01/11/2011
Iterasi 2 (perbaikan) untuk alternatif lokasi pabrik di Malang
Daerah Pemasaran Kapasitas
Lokasi (ton/mgg)
Jogja Solo P Kerto Mg-lang
Semarang 18 20 25 15
650
100 100 450
Bandung 40 45 30 42
600
300 300
Malang 58 55 62 60
400
400
Demand
(ton/mgg) 400 500 300 450 1650
Perhitungan transportasi iterasi 2 untuk alternatif lokasi Mlg
From To Shipment Cost/profit Oport.
Cost
Semarang Jogja 100 18 0
Semarang Solo 100 20 0
Semarang P Kerto 0 25 17
Semarang Magelang 450 15 0
Bandung Jogja 300 40 0
Bandung Solo 0 45 3
Bandung P Kerto 300 30 0
Bandung Magelang 0 42 5
Malang Jogja 0 58 5
Malang Solo 400 55 0
Malang P Kerto 0 62 19
Malang Magelang 0 60 10
Minimized OBJ = 53.550
53
54. 01/11/2011
Berdasarkan perhitungan diatas jika dibangun pabrik di lokasi
Surabaya biaya transportasinya sebesar Rp 51.550,‐ dan jika
dibangun pabrik di lokasi Malang biaya transportasinya
sebesar Rp 53.550‐, dengan demikian pendirian pabrik yang
lebih menguntungkan adalah di lokasi Surabaya.
Macam Tipe Tata Letak Fasilitas
• Tata Letak Produk
(Product Lay Out = Aliran produk).
• Tata Letak Proses
(Process Lay Out = Aliran proses).
• Tata Letak Posisi Tetap
(Fixed Position Lay Out).
• Tata Letak Kelompok Produk
(Product Famili/Group Teknologi)
54
55. 01/11/2011
Tata Letak Produk :
• Semua fasilitas produksi diatur/ditempatkan dalam satu
departemen khusus.
• Diaplikasikan untuk industri skala besar dan proses
produksinya berlangsung secara kontinyu.
• Industri Gula, semen, kertas, perakitan (mobil, elektronik).
Pertimbangan atas dasar Tata Letak Produk :
1. Produk yang dibuat hanya satu atau beberapa produk
standar.
2. Produk dibuat dalam jumlah/volume besar untuk jangka
waktu relatif lama.
3. Keseimbangan lintasan produksi lebih baik.
4. Satu mesin hanya digunakan unt satu macam proses kerja.
5. Aktivitas inspeksi selama proses produksi relatif sedikit.
6. Aktivitas MH dari satu SK ke SK yang lain dapat dilaksanakan
secara mekanis.
55
56. 01/11/2011
Bahan Gudang Gudang Produk
Baku Bahan SK-1 SK-2 SK-3 SK-4 Produk Jadi
Baku Jadi
A
1 3
2 4
A Press
Penge-
Bubut Drill pakan A
1
B 2
1 4
2 3
Penge- B
Gerinda Frais Bubut pakan
Tata Letak Aliran Produk
Keuntungan :
1. MHC rendah sebagai akibat Lay Out disusun berdasarkan
urutan operasi, shg jarak perpindahan bahan minimum.
2. Total waktu yang dipergunakan untuk produksi relatif
singkat.
3. Work In Procces jarang terjadi karena lintasan produksi
sudah seimbang. Output satu proses langsung dipergunakan
sebagai input proses berikutnya.
4. Tiap unit produksi atau SK memerlukan luas area yang
minimal karena tidak diperlukan WIP Storege.
56
57. 01/11/2011
Kerugian :
1. Breakdown dari satu mesin menyebabkan terhentinya seluruh
aliran produksi.
2. Jika terjadi perubahan terhadap desain produk, maka akan
merubah aliran produk dan lay out.
3. Kelancaran proses produksi akan ditentukan oleh proses mesin
yang paling lambat.
4. Memerlukan investasi mesin tinggi (Special Purpose Machine).
Tata Letak Proses :
• Denaturant dan penempatan mesin/fasilitas produksi yang
semacam dalam satu departemen.
• Semua fasilitas produksi yang memiliki ciri/fungsi kerja yang sama
diletakan dalam satu departemen.
• Diaplikasikan pada industri berskala kecil.
• Faktor manufaktur dan jasa pelayanan.
Pertimbangan :
1. Produk yang dibuat berbagai macam model/type dan tiap
model dibuat dalam jumlah kecil serta jangka waktu yang
relatif singkat.
2. Aktivitas berubah‐ubah sehingga studi waktu dan gerak
untuk menentukan metode dan waktu standar sulit
dilakukan.
3. Sulit mengatur line balanchng antar operator dan mesin.
4. Memerlukan pengawasan yang ekstra selama proses
operasi.
5. Satu jenis mesin dapat melakukan bebagai macam produk
(General Purpose).
6. Banyak menggunakan peralatan berat untuk kegiatan MH.
57
58. 01/11/2011
Bahan Gudang Bahan Gudang Produk
Baku Baku SK-1 SK-2 SK-3 SK-4 Produk Jadi Jadi
A
Press Bubut Drill Gerinda
3 4
A 1 2 2 4 A
1 2
4
B 1 B
3
Penge- 4
Frais
coran
Pengepakan
Tata Letak Aliran Proses
Keuntungan :
1. Investasi mesin dan fasilitas produksi rendah, karena mesin yang
digunakan mesin‐mesin type umum (General Purpose).
2. Jika terjadi breakdown mesin mudah diatasi, yaitu dengan
memindahkan ke mesin lain.
3. Karena ada spesialisasi kerja, aktivitas supervisi lebih baik dan efisien.
Kerugian :
1. Karenna lintasan produksi lebih panjang, MHC lebih mahal.
2. Total waktu produksi lebih lama, WIP lebih banyak dijumpai karena
waktu operasi sulit diseimbangkan.
3. Karena diversifikasi produk adalah job order, maka diperlukan operator
skill tinggi.
58
59. 01/11/2011
Tata Letak Posisi Tetap :
• Material dan komponen dari produk utama akan
ditempatkan pada posisi tetap, sedangkan fasilitas
produksi seperti tools, mesin, manusia serta komponen‐
komponen kecil akan bergerak menuju lokasi material atau
komponen produk utama.
• Diaplikasikan pada industri yang menghasilkan produk‐
produk skala ukuran besar : Industri pesawat, kapal dll.
Mesin-2
Mesin-2 Produk Mesin-2
Utama
Tata Letak Fixed Position
Keuntungan :
1. Karena posisi material dan komponen produk utama tetap,
maka MH dapat dikurangi.
2. Fleksibilitas kerja tinggi, karena fasilitas produksi dapat
diakomodasikan untuk mengantisipasi perubahan dalam
rancangan produk.
Kerugian :
1. Adanya peningkatan frekuensi pemindahan fasilitas
produksi atau operato pada saat proses operasi.
2. Memerlukan operator dengan skill tinggi.
3. Membutuhkan space area yang luas untuk peralatan
kerja dan WIP.
4. Memerlukan pengawasan dan koordinasi kerja yang
ketat.
59
60. 01/11/2011
Product Family (Group Tecnology) :
Didasarkan pada pengelompokan produk atau
komponen yang akan dibuat.
Pada dasarnya merupakan kombinasi dari product lay
out dan procces lay out.
Produk-produk yang tidak identik dikelompokan
berdasarkan langkah pemrosesan, bentuk, mesin atau
peralatan.
Keuntungan :
• Dengan pengelompokan produk sesuai dengan proses
pembuatannya, maka pendayagunaan mesin akan
diperoleh secara maksimal.
• Jarak perpindahan material lebih pendek sehingga
lintasan aliran lebih lancar.
• Memiliki keuntungan yang bisa diperoleh dari produk lay
out dan proses lay out.
• Umumnya menggunakan mesin-mesin general purpose
sehingga investasinya juga lebih rendah.
A Bubut Bor Gerinda Perakitan
Milling Perakitan Bor Finising
B Press Bubut Bor Press Perakitan
C
Gerinda Bor Perakitan Bor Gerinda
Tata Letak Group Teknologi
60
61. 01/11/2011
Kerugian :
1. Diperlukan TK dengan skill tinggi.
2. Kelancaran kerja sangat tergantung pada kegiatan
pengendalian produksi terutama aliran kerja.
3. Jika keseimbangan aliran sulit dicapai maka diperlukan WIP
Storage.
4. Beberapa kerugian dari product dan procces lay out juga
akan dijumpai.
5. Kesempatan untuk mengaplikasikan faslitas produksi tipe
special purpose sulit dilakukan.
Modul V : Optimasi
Kompetensi Pokok Bahasan :
Mampu melakukan penilaian/evaluasi,
membandingkan dan menjaring berbagai pilihan
jawaban, sehingga dapat mengambil keputusan
yang terbaik.
Mampu menyelesaikan persoalan‐persoalan dengan
pertimbangan criteria‐criteria dan pembatas‐
pembatas tertentu dengan tujuan mengoptimalkan
hasil yang ingin dicapai.
61
62. 01/11/2011
OPTIMASI :
PROGRAM DINAMIS
• Program Dinamis
Suatu teknik optimasi untuk menyelesaikan masalah yang
melibatkan sekumpulan pengambilan keputusan yang saling
berhubungan, dengan tujuan agar secara keseluruhan
mencapai keefektifan.
• Prinsip Optimasi Bellman :
Menyatakan bahwa suatu kebijakan menyeluruh yang optimal
harus dibentuk oleh sub‐sub kebijakan yang optimal pula.
Dalam program dinamis keputusan mendatang ditentukan
berdasarkan keputusan saat ini, keputusan saat ini ditentukan
berdasarkan keputusan kemarin dan keduanya saling
mempengaruhi.
Keputusan mendatang Keputuam saat ini
dipengaruhi
Keputusan saat ini Keputusan kemarin
Penggunaan Program Dinamis :
1. Pemilihan route/jalur terpendek.
‐ Seseorang yang akan pergi kesuatu tujuan.
‐ Pembuatan jaringan pipa/listrik dll.
2. Permasalah Produksi.
‐ Pemesanan persediaan.
‐ Perencanaan produksi.
‐ Penjadwalan perbaikan mesin dll.
62
63. 01/11/2011
Contoh :
Skema jaringan jalan beserta lama waktu tempuhnya dalam menit,
seperti di bawah ini.
Pilihlah route state A (asal) ke state I (tujuan) yang dapat ditempuh
paling cepat.
G H
I
3 10
7 Stage 5
3
F 9 E 7 D
5 Stage 4
10
8 12
A B C
Stage 3
Stage 1 Stage 2
Penyelesaian :
Perhitungan dari I ke A secara mundur daimulai dari stage (tahap) 4
Tahap 4 :
Jika dimulai dari tahap 4, terdapat dua route submasalah dimulai dari
H (state H) ke I dan dimulai dari D ke I. Berarti hanya terdapat satu
pilihan, route manakah yang mempunyai waktu tercepat. Sudah
barang tentu route H‐I mempunyai waktu tercepat 10 menit, dan
keputusan optimumnya adalah route H‐I.
State Keputusan Keputusan Waktu tercepat
I Optimum ke I (menit)
H 10 I 10
D 11 I 11
63
64. 01/11/2011
Tahap 3 :
• Dari tahap 3, terdapat tiga route submasalah, yaitu dari state
G, E, C. Route manakah yang tercepat apabila tujuannya ke I.
• Untuk mencapai ke I harus terlebih dahulu melewati D atau H.
Berarti hanya tersedia dua keputusan. Jika keputusannya
adalah route G‐H waktu yang ditempuh adalah 8 menit.
Dengan demikian total waktu yang ditempuh adalah 18 menit
(tercepat).
• Jika route yang ditempuh adalah E‐H, maka waktu yang
dempuh untuk mencapai I adalah 7 menit ditambah jarak dari
H ke I (10 menit), sehingga total waktu yang ditempuh adalah
17 menit.
• Jika route yang ditempuh adalah E‐D, maka waktu yang
ditempuh 7 menit ditambah 11 menit, sehingga total 18
menit.
• Jika dimulai route C‐D, maka waktu yang ditempuh adalah 9
menit ditambah 11 menit, sehingga total waktu yang ditempu
adalah 20 menit.
State Keputusan Keputusan Waktu tercepat
H D Optimum ke I (menit)
G 18 - H 18
E 17 18 H 17
C - 20 D 20
Tahap 2 :
Dengan cara yang sama seperti dalam tahap 4 dan 3, maka tabel
analisa tahap 2 adalah sebagai berikut :
State Keputusan Keputusan Waktu tercepat
Optimum ke I (menit)
G E C
F 21 26 - G 21
B - 22 32 E 22
64