O slideshow foi denunciado.
Seu SlideShare está sendo baixado. ×

Tugas Permodelan Stella an. Citasari Hendrasetiafitri.pdf

Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Anúncio
Peningkatan Nilai Lahan Pengusahaan Hutan melalui Multi Usaha Kehutanan pada
Cluster Tanaman Energi.
Citasari Hendrasetiaf...
sebagai besar penduduk memanfatakan kawasan hutan untuk lahan pertanian semusim
melalui tumpangsari, mengambil kayu bakar,...
sebagai bisnis hijau yang memenuhi aspek pengelolaan hutan lestari yaitu 3 P (Planet, Profit
dan People).
Gambar 1. Pasar ...
Anúncio
Anúncio

Confira estes a seguir

1 de 11 Anúncio

Mais Conteúdo rRelacionado

Semelhante a Tugas Permodelan Stella an. Citasari Hendrasetiafitri.pdf (20)

Mais recentes (20)

Anúncio

Tugas Permodelan Stella an. Citasari Hendrasetiafitri.pdf

  1. 1. Peningkatan Nilai Lahan Pengusahaan Hutan melalui Multi Usaha Kehutanan pada Cluster Tanaman Energi. Citasari Hendrasetiafitri E 1601211009 A. Pendahuluan Krisis sumber daya alam sedang terjadi didunia, perubahan paradigma manusia dalam memandang alam yang telah bergeser dari antrophocentrism ke ecocentrism tidak serta merta manjadikan dunia ini bebas dari masalah krisis sumber daya alam. Selain pergeseran paradigma perlu dilakukan efisiesi dan inovasi yang terus menerus dalam memanfaatkan sumber daya alam. Keberlanjutan atau sustainability adalah salah satu jawaban dari krisis tersebut. Teori sustainability pertama kali dikemukakan oleh (1) yang menjelaskan bahwa upaya masyarakat untuk memprioritaskan respon sosial terhadap masalah lingkungan dan ekonomi. Respon sosial ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masa kini dan generasi masa depan. Sustainabillity dan circular economy adalah merupakah pathway untuk mencapai bio- economy, circular economy dipandang sebagai pendekatan yang paling menjajikan untuk menurunkan tekanan terhadap sustainabillity (2). Pada konsep bio-economy menekankan pada transformasi socio-technical yang memungkinkan untuk mengganti penggunaan bahan- bahan non-renewable dan bahan kimia pada suatu sistem industrial (3). Pengurangan penggunan bahan -bahan non-renewable nantinya akan berkontribusi untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan merupakan ‘volarization pathway’ khususnya untuk sektor kehutanan. Perum Perhutani adalah BUMN Pengelola Hutan di Pulau Jawa dan Madura berdsaarkan PP No. 72 tahun 2010 tentang Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara dan sesuai PP No. 73 tahun 2014 Perum Perhutani ditunjuk sebagai Induk Holding BUMN Kehutanan (Perhutani Group). Total luas Hak Pengelolaan Hutan di Pulau Jawa dan Madura adalah seluas sekitar 2,4 juta hektar atau sekitar 19 % dari luas Pulau Jawa. Saat ini portofolio bisnis Perum Perhutani masih didominasi oleh produk jangka panjang seperti Kayu Log dan Produk Turunan Getah (Gondorukem Terpentin), namun pada pada Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) 2021-2024 telah terjadi transformasi bisnis jangka pendek yaitu dengan ditetapkannya produk biomass (wood pellet/wood chip) sebagai portofolio baru Perusahaan. Saat ini proses bisnis di Perhutani, masih menerapkan konsep bisnis sederhana dan belum menerapkan sistem zero waste. Peran strategis Perum Perhutani adalah mendukung sistem kelestarian lingkungan hutan, sistem sosial budaya dan sistem perekonomian perhutanan serta kelestarian pengelolaan hutan (Sustainable forest management). Salah satu tantangan terberat yang dialami oleh Perum Perhutani untuk menjalani peran strategisnya sebagai pengelola hutan di Pulau Jawa adalah tekanan sosial terhadap hutan. Pulau Jawa merupakan Pulau terpadat di Indonesia. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2019, dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 265 juta jiwa sebanyak 150 juta jiwa (57 %) mendiami Pulau Jawa. Hal ini menyebabkan interaksi dan ketergantungan penduduk desa hutan dengan kawasan hutan cukup tinggi karena
  2. 2. sebagai besar penduduk memanfatakan kawasan hutan untuk lahan pertanian semusim melalui tumpangsari, mengambil kayu bakar, mengumpulkan daun untuk pakan ternak, menggembalakan ternak dll. Multi usaha kehutanan adalah konsep kehutanan baru yang terdapat pada PP No. 23 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan. Multiusaha Kehutanan adalah penerapan beberapa kegiatan usaha Kehutanan berupa usaha Pemanfaatan Kawasan, usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu, dan/atau usaha Pemanfaatan Jasa. Platform ‘Multiusaha Kehutanan’ akan menggabungkan kepentingan pengusaha dan masyarakat guna mencapai keseimbangan antara suistainability, konservasi dengan ekonomi. Sebetulnya Konsep Multiusaha Kehutanan dalam usahanya untuk meningkatkan nilai produktivitas lahan tidak selalu harus berhubungan dengan ‘Multiproduk dan Multiusaha’ namun juga dapat menggabungkan beberapa sistem (multisistem). Perlu dibangun suatu model bisnis teritegrasi (hulu-hilir) yang dapat menjawab masalah masalah krisis sumber daya alam dan tantangan konflik sosial di sektor kehutanan, diharapkan nantinya model bisnis tersebut dapat menjadi fundamental prinsipal untuk pengelolaan hutan tanman di dunia khususnya di Asia. B. Tujuan dan Batasan Pengembangan model Multiusaha berbasis Biomassa ini memiliki dua tujuan utama, yaitu: 1. Meningkatkan stabilitas dan sumber pendapatan baru bagi perusahaan yang bersifat quick yield untuk sustainability bisnis kedepan. 2. Ikut berperan serta dalam pemenuhan keutuhan NRE dunia dan mengurangi ketergantungan akan bahan bakar fosil. 3. Meningkatkan nilai lahan hutan yang dikelola oleh Perhutani. 4. Meningkatkan partisipasi dan kesejahteraan masyarakat hutan. Pengembangan Model Multiusaha berbasis Biomassa ini dilakukan pada KPH Model Biomassa yaitu KPH Semarang. KPH Semarang saat ini telah mempunyai luas kluster tanaman biomassa seluas 7.157 hektar tana luas efektif sekitar 5.127 hektar. Pola silvikultur tanaman biomassa adalah 70 % tanaman biomassa dan 30 % tanaman agroforestry masyarakat. C. Hasil dan Pembahasan C.1. Pengembangan Hutan Tanaman Energi di Perhutani Ide pengembangan bisnis biomassa adalah salah satu langkah diversifikasi produk untuk peningkatan pendapatan. Tingginya konflik sosial dan dominasi product jangka panjang (long term) membuat rendahnya nilai produktivitas lahan akibat payback period yang panjang. Analisis pasar biomassa yang terbuka luas baik ekspor dan pemenuhan pasar domestik dalam imlementasi kebijakan Cofiring PLTU serta tujuan perusahaan untuk ikut serta dalam pengembangan renewable energy membuat arah pengembangan portofolio yang tadinya didominasi oleh tanaman jangka panjang (Jati, Pinus, Mahoni dll) mulai bergeser ke portofolio jangka pendek –menengah salah satunya adalah komitmen perusahan untuk mengembangkan integrated biomass industry. Pengembangan bisnis biomassa dianggap
  3. 3. sebagai bisnis hijau yang memenuhi aspek pengelolaan hutan lestari yaitu 3 P (Planet, Profit dan People). Gambar 1. Pasar Wood Pellet (segmentasi geografis) Pertumbuhan konsumsi woodpellet di dunia diperkirakan terus meningkat dengan CAGR (Compound Annual Growth Rate) sebesar 21 %. Saat ini eksportir terbesar di dunia khusus Asia masih didominasi oleh Vietnam dengan jumlah ekspor hampir 1 juta ton/tahun. Indonesia sendiri khusus wood pellet hanya mempunyai volume ekspor sebesar kurang dari 200 ribu ton/tahun. Namun memang khusus biomassa dalam bentuk PKS (Palm Kernel Shell) Indonesia merupakan eksportir terbesar. Mulai tahun 2020 kebutuhan wood pellet dunia mengalami kenaikan karena sudah selesainya proyek proyek power plant raksasa ribuan megawatt di Jepang dan Korea yang membutukan banyak pasokan bahan baku. Pengembangan energi terbarukan (wood pellet) untuk menggantikan bahan bakar fossil (batu bara) telah banyak dilakukan didunia yaitu menggunakan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa maupun dengan penerapan teknologi cofiring (4) Bahan baku wood pellet dapat berasal dari limbah (industri, agroforestry, hutan) ataupun berasal dari hutan tanaman energi. Pada hutan tanaman energi, akan ditanam jenis-jenis tertentu yang memiliki nilai kalor tinggi maupun sifat lainnya yang sesuai dengan standar kualitas. Berapa jenis tanaman energi yang biasa dikembangkan di dunia adalah Gamal (Gliricida sepium) dan Kaliandra Merah. Wood pellet berbahan baku Gamal memiliki nilai kalor yang tinggi sekitar 4.000-4.500 kkcal/kg dan nilai kadar abu dibawah 3 % (4). Tanaman energi merupakan portofolio bisnis baru Perhutani dalam upayanya untuk berperan serta untuk meningkatkan penggunaan bahan bakar terbarukan dan juga sebagai motor pendapatan jangka pendek perusahaan. Sampai dengan saat ini Perhutani telah menanam sekitar 30 ribu hektar tanaman energi jenis Gamal dan Kaliandra Merah dan akan terus bertambah sampai dengan sekitar 70 ribu hektar di tahun 2024. Cluster tanaman energi yang dikembangkan oleh Perhutani akan menjadi cluster tanaman biomassa terbesar di dunia. Pasar Wood Pellet/ Wood Chips Segmentasi Geografis Heating Parameter Parameter utamanya berhubungan dengan kadar kalor, kadar abu, melting point (AFT), kualitas pembakaran (smokeless, kadar sulfur rendah) Mens eleme Metal pasar Penggunaan digunakan untuk rumah tangga atau industri khusus Boiler Ukuran pasar 40% dari global demand 60% d Segme Variabel Heating Parameter Kadar kalor, kadar abu Kadar Penggunaan digunakan untuk industri kecil seperti pabrik krupuk, penjual gorengan, pabrik tahu, dll Indus the PT pemb Listrin Ukuran pasar 10% dari permintaan dalam negeri 90% d Variabel Segme Segmentasi Pengguna v Pasar Global v Pasar Dalam Negeri • Pemasaran wood pellet bisa melalui brokerage atau langsung dengan buyer di Jepang dengan kontrak jangka pendek atau panjang • Pabrik wood pellet seharusnya memenuhi persyaratan sertifikasi ENPlus dan FSC/PEFC dan SVLK • Menyediakan sample produk dan memberi waktu buyer untuk survey ke pabrik • Selalu menyediakan informasi Hasil uji produk (Report of Analysis) yang terbaru dan memenuhi standar Eropa • Pemasaran wood pellet bisa melalui brokerage atau langsung dengan buyer di Jepang dengan kontrak jangka pendek atau panjang • •Menyediakan sample produk dan memberi waktu buyer untuk survey ke pabrik • •Selalu menyediakan informasi Hasil uji produk (Report of Analysis) yang terbaru dan memenuhi standar Korea • Pemasaran wood pellet bisa melalui brokerage atau langsung dengan buyer di Jepang dengan kontrak jangka pendek atau panjang • Pabrik wood pellet seharusnya memenuhi persyaratan sertifikasi ENPlus dan FSC/PEFC dan SVLK • Menyediakan sample produk dan memberi waktu buyer untuk survey ke pabrik • Selalu menyediakan informasi Hasil uji produk (Report of Analysis) yang terbaru dan memenuhi standar Eropa Eropa Korea/China Jepang
  4. 4. Gambar 2. Konsep Dasar Pengembangan Bisnis Biomassa Perhutani Sesuai dengan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) tahun 2019-2024 telah direncanakan pengembangan bisnis biomassa terpadu hulu hilir dengan rencana penanaman sekitar 70 ribu hektar di Pulau Jawa. Penanaman dilakukan dengan sistem cluster pada setiap KPH dengan memperhatikan kecukupan luas cluster untuk mencukupi kebutuhan bahan baku pabrik (kapasitas 60 ribu ton/tahun) yaitu sekitar 4.000 hektar. Sistem penanaman yang dilakukan adalah 70: 30 dimana dalam satu cluster 70 % ditanam dengan tanaman energi (Gamal dan Kaliandra Merah) dan 30 % adalah tanaman agroforestry masyarakat (untuk menghindari konflik sosial akibat penggarapan). C.2. Model Konseptual Model konseptual Multiusaha Biomassa terdapat pada gambar 1. Dengan Sub Model sebagai Berikut: 1. Sub Model Produksi Wood Pellet (ekspor) 2. Sub Model Agroforestry Cabe 3. Sub Model Agroforestry Jagung 4. Sub Model Buah Gambar2. menunjukkan hubungan sebab akibat antar variabel. Hubungan antar variable dinyatakan dengan garis dan tanda (+) yang mengakibatkan penambahan variabel lain dan tanda (-) yangmengakibatkan pengurangan variabel lain. Gambar 3. Klausa Loop MUK pada Cluster Hutan Tanaman Energi # 9 Konsep Industri Biomassa • Luas 70.000 Ha di kawasan hutan Pulau Jawa • Ditanam diprioritaskan pada lokasi tanah kosong atau tidak produktif, tekanan sosial tinggi, sering terjadi kegagalan tanaman. Pada lahan-lahan produktif untuk mencapai luasan pada skala usaha yang memadai • Ditanam dengan modal Perhutani dan kerjasama dengan investor • Pola tanam : agroforestri (komposisi 70% tanaman energi, 30% tanaman pertanian petani hutan) • Jenis yang ditanam Gamal & Kaliandra Merah (kadar kalori setara batu bara) • Panen umur 2 tahun • Sistem trubusan, 7 kali panen, re-planting umur 15 tahun • Target produktifitas tebangan 70 ton/ha dalam 2 tahun • FSC certified, sertifikat PHPL Kaliandra Gamal HUTAN TANAMAN ENERGI PEMANFAATAN LIMBAH Limbah tebangan. Ex. Tebangan peremajaan Pinus + 5.000 Ha/th. Limbah : shortimen bekas quare, potongan pucuk, cabang, ranting Kayu penjarangan/pemeliharaan. Ex. Penjarangan kayu Pinus + 10.000 Ha/tahun Limbah industri. Ex. Industri plywood sengon, industri pengolahan kayu jati , limbah industri kayu perusahaan lain Sumber Bahan Baku Wood Pellet Wood chip Wood chip Mobile Wood chipper Mobile Wood chipper
  5. 5. D. Spesifikasi Model Gambar 4. Gambar Sub Model D.1. Sub Model Budidaya Cabai Tanaman yang direkomendasikan ditanamn bersama dengan tanaman energi baik Gamal dan Kaliandra adalah Cabai. Tanaman Gamal maupun Kaliandra mapu melakukan fiksasi nitrogen untuk menyeimbangkan dan menyuburkan tanah. Tanaman cabe dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah.Tanah yang paling ideal untuk tanamancabai adalah yang mengandung bahan organic sekurang kurangnya 1.5 % danmempunyai pH antara 6.0-6.5. Tabel 1. Komponen Komponen Dinamika Sub Model Budidaya Cabai Komponen Nilai Satuan Luas 0,15 Hektr Jarak Tanam 1 M2 Persen mati 20 % Umur masak 6 bulan Produksi 2 Kg/batang/lama produks Harga cabai 7.500 Rupiah Biaya Pembangunan 5.000.000 Rupiah Biaya Pupuk dan HOK 6.000.000 Rupiah/musim panen Sumber: Syafrianto, 2021 (5)
  6. 6. Dalam satu hektar cluster biomassa akan dialokasikan 30 persen untuk tanaman agroforestry dan lainnya. Pada submodel ini luas lahan untuk cabai adalah 0,15 hektar dengan jarak 1 x 1, sehingga jumlah pohon cabai yang akan ditanam adalah 1.500 batang (persen mati 20 %). Biaya pembangunan tanaman cabai adalah Rp 10 juta/panen/ 6 bulan. Pohon cabai yang ditanam pada periode tanam pertama akan menghasilkan 2 kg/batang/masa produksi dengan harga Rp 7.500/kg. Sehingga keuntungan yang diperoleh pada satu musim (6 bulan) adalah Rp 8 juta. Untuk mengurangi kerugian ketika panen raya, petani menyiasatinya dengan menanam komoditas lainnya. D.2. Sub Model Budidaya Jagung Submodel budidaya jagung adalah salah satu upaya perusahan dalam meningkatkan nilai lahan melalui multi usaha kehutanan menggunakan tanaman agroforestry. Jagung dapat ditanam sepanjang tahun dengan jumlah panen 3 kali setahun. Luas budidaya jagung adalah 0,15 hektar setiap pada setiap hektar cluster tanaman energi. Pendapatan yang diperoleh adalah sebesar 0,5 kg/batang x 3.375 btg ( 10 persen kematian)x Rp 3.000/kg = 5.062.000, sementara biaya yang dikeluarkan adalah Rp 3.675.000,- pada panen pertama, Rp 2.550.000,- pada panen kedua dan ketiga. Sehingga keuntungan setiap tahunnya adalah Rp 6,4 juta/tahun/0,15 hektar Tabel 2. Komponen Komponen Dinamika Sub Model Budidaya Jagung Komponen Nilai Satuan Luas 0,15 Hektr Jarak Tanam 0,4 M2 Persen mati 10 % Umur masak 4 bulan Produksi 0,5 Kg/batang/lama produks Harga 3.000 Rupiah/kg Biaya Persiapan lahan (awal) 1.625.000 Rupiah Biaya persiapan lahan panen2-3 500.000 Rupiah Harga bibit 240.000 Rupiah/0,15 hektar Biaya Pupuk dan HOK 1.810.000,- Rupiah/musim panen Biaya panen 1.000.000,- Rupiah/musim panen Sumber: Syafrianto, 2021 (5) D.3. Sub Model Budidaya Buah Durian Tanaman buah adalah tanamn yang mempunyai bisnis yang menjanjikan. Dalam satu hektar cluster tanaman energi rencananya akan ditanam 20--30 persen tanaman buah, dengan asumsi tanaman ini nantinya sebagai tanaman penaung untuk tanaman agroforestry. Tanaman buah yang akan dikembangkan adalah tanaman Durian .
  7. 7. Tabel 3. Komponen Komponen Dinamika Sub Mdel Budidaya Buah Durian Komponen Nilai Satuan Luas 0,3 Hektr Jarak Tanam 25 M2 Persen mati 10 % Umur panen 7,5 tahun Produksi 50 Kg/pohon Harga 50.000 Rupiah/kg ( 1 pohon 50 kg) Biaya Persiapan lahan (awal) N/A Sudah termsuk agroforestry Biaya penanaman, pemeliharaan/ panen 15.000.000,- Rupiah/panen Sumber: Syafrianto, 2021 (5) Pendapatan dari budidaya durian adalah 108 pohon (10 % mati) x 50 kg x Rp 50 ribu/kg = Rp 270 juta/panen. Sehingga keuntungan yang dieroleh setiap panen (5 tahun) adalah Rp 255 juta/panen/0,3 hektar. Karena bisnis hutan tanaman energi adalah 15 tahunan (sesuai daur), maka dalam 1 rotasi daur, tanaman durian bisa 3 (tiga) kali panen. D.4. Sub Model Ekspor Wood Pellet. Cluster biomassa yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pabrik dengan kapasitas 70 ribu ton/ tahun adalah seluas 4.286 Ha (6), dengan luas efektif (ditanam Gamal dan Kaliandra) adalah sebesar 3.000 hektar. Daur tanaman adalah 15 tahun dengan panen setiap 2 (dua) tahun dengan produktivitas tanaman 70 ton/ha/panen. Rencana pabrik yang akan dibangun adalah 70 ribu ton/tahun atau sekitar 10 ton/jam dengan rendemen 67 %. Berdasarkan tabel dibawah ini, total cost adalah 87 USD/ton, secara umum apabila produk dijual dengan harga minimal 100 USD/ton maka akan ada keuntungan minimal sebesar 13 USD/ton. Gambar 5. Asumsi Dasar Pendirian Pabrik D. 5. Skenario Model Studi Kelayakan Industri Wood Pellet Luas klaster 4.286 Ha, Luas efektif tanaman biomassa 3.000 Ha Produktifitas tebangan 70 ton/Ha Kapasitas pabrik 70.000 ton/tahun Kebutuhan bahan baku green biomass 105.000 ton/tahun Rendeman 67% Investasi tanaman 58,2 M (19,4 Juta/Ha, tmsk asumsi sewa lahan Rp 1,2 juta/Ha) Investasi pabrik 41,1 M Total investasi 99,3 M HPP tanaman 30 USD/Ton Green Biomass HPP pabrikasi wood pellet 28 USD/Ton Total HPP wood pellet 73 USD/Ton ASUMSI 1 KLASTER Biaya Admin dan Umum 138,6 M Biaya Pemasaran 13,8 M Total indirect cost 14 usd/Ton Total cost 87 USD/Ton Analisis Sensitivitas Asumsi : Harga 125 USD/ton mengacu pada harga jual wood pellet PT. SaraRasa Biom Price T1 100 USD/TON Variable Basic Scenario 1 Scenario 2 Production 100% 90% 85% Price +5% yr 1-5, 0% after +5% yr 1-5, 0% after +5% yr 1-5, 0% after Cost +5% yr 1-5, 0% after +5% yr 1-5, 0% after +5% yr 1-5, 0% after DF 15,6% 15,6% 15,6% NPV 46.876.852 18.358.910 4.099.939 IRR 27,5% 20,5% 16,7% Payback 5,34 6,26 6,96 Price T1 105 USD/TON Variable Basic Scenario 1 Scenario 2 Production 100% 90% 85% Price +5% yr 1-5, 0% after +5% yr 1-5, 0% after +5% yr 1-5, 0% after Cost +5% yr 1-5, 0% after +5% yr 1-5, 0% after +5% yr 1-5, 0% after DF 15,6% 15,6% 15,6% NPV 65.316.602 34.954.685 19.773.726 IRR 31,8% 24,7% 20,9% Payback 4,93 5,67 6,20 Price T1 110 USD/TON Variable Basic Scenario 1 Scenario 2 Production 100% 90% 85% Price +5% yr 1-5, 0% after +5% yr 1-5, 0% after +5% yr 1-5, 0% after Cost +5% yr 1-5, 0% after +5% yr 1-5, 0% after +5% yr 1-5, 0% after DF 15,6% 15,6% 15,6% NPV 83.756.352 51.550.460 35.447.514 IRR 35,8% 28,6% 24,8% Payback 4,62 5,23 5,65 Price T1 125 USD/TON Variable Basic Scenario 1 Scenario 2 Production 100% 90% 85% Price +5% yr 1-5, 0% after +5% yr 1-5, 0% after +5% yr 1-5, 0% after Cost +5% yr 1-5, 0% after +5% yr 1-5, 0% after +5% yr 1-5, 0% after DF 15,6% 15,6% 15,6% NPV 139.075.601 101.337.784 82.468.876 IRR 47,4% 39,6% 35,6% Payback 3,99 4,38 4,64 Studi Kelayakan Integrasi Bisnis Penanaman Dan Industri Biomassa Di Perum Perhutani, IDEAS Consultancy Services-Desember 2018 Reviu Studi Kelayakan, PT. Provalindo Nusa, Bussiness Consultant and Advisory– Februari 2019
  8. 8. Gambar 6. Hubungan Nilai Lahan dan Keuntungan MUK Tabel 4. Hasil Simulasi Berdasarkan hasil permodelan yang dilakukan dengan menggunakan software Stella diperoleh hasil bahwa dengan menggunakan sistem Multi Usaha Kehutanan (MUK) pada cluster hutan tanaman energi diperoleh nilai lahan pada tahun pertama senilai Rp 57 juta/tahun/ha dan meningkat sampai dengan Rp 26 juta/tahun/h pada tahun ke 9 (sembilan). Kunci keberhasilan dalam pengusahaan kehutananan adalah kolaborasi bersama masyarakat, dimana Sistem kelembagaan yang ada akan dibangun dengan menggunakan sistem platform, dimana tujuan utamanya adalah berbagi sharing berdasarkan input dan ouput. Tahapan awal adalah menghimpun data/administrasi penggarap, lokasi, jenis tanaman dan waktu panen. Kemudian Perhutani akan menghubungkan dengan pasar (atau sebagai offtaker langsung), memberikan pelatihan, memberikan modal (sendiri atau KUR), membantu dalam pengamanan investasi tanaman. Sistem ini akan menjamin fairness dan menghindari terjadinya pungutan liar. 0 168.808.068.500,00 39.385.923,59 73.444.356.000,00 98.430.000.000,00 -1.946.887.500,00 -1.119.400.000,00 1 245.590.800.000,00 57.300.699,95 146.890.800.000,00 98.700.000.000,00 0,00 0,00 2 319.324.906.500,00 74.504.177,90 220.337.244.000,00 98.970.000.000,00 13.462.500,00 4.200.000,00 3 406.830.025.500,00 94.920.677,90 307.554.700.500,00 99.240.000.000,00 26.925.000,00 8.400.000,00 4 526.467.507.000,00 122.834.229,35 426.904.519.500,00 99.510.000.000,00 40.387.500,00 12.600.000,00 5 644.268.853.500,00 150.319.377,86 544.418.203.500,00 99.780.000.000,00 53.850.000,00 16.800.000,00 6 759.315.997.500,00 177.161.921,96 659.177.685.000,00 100.050.000.000,00 67.312.500,00 21.000.000,00 7 878.953.479.000,00 205.075.473,40 778.527.504.000,00 100.320.000.000,00 80.775.000,00 25.200.000,00 8 998.590.960.500,00 232.989.024,85 897.877.323.000,00 100.590.000.000,00 94.237.500,00 29.400.000,00 9 1.118.228.442.000,00 260.902.576,29 1.017.227.142.000,00 100.860.000.000,00 107.700.000,00 33.600.000,00 Final 1.237.865.923.500,00 288.816.127,74 1.136.576.961.000,00 101.130.000.000,00 121.162.500,00 37.800.000,00 Kauntungan Jagung Kauntungan Cabai Tahun Pendapatan Cluster (4.286 ha) Nilai Lahan/Ha Keuntungan ekspor Pellet Keuntugan buah
  9. 9. Daftar Pustaka 1. Meadows, Donella, H., et.al. 1972. The Limits to Growth. New York: Universe Books. 2. Arponen, J., Granskog, A., Pantsar-Kallio, M., Stuchtey, M., Törmänen, A., Vanthounout, H., 2014. Kiertotalouden mahdollisuudet Suomelle (Opportunities of Circular Economy to Finland). Sitran selvityksiä 84/2014 (in Finnish). https://media.sitra.fi/2017/02/23221555/Selvityksia84.pdf (visited 13.6.2018). 3. Bugge, M.M., Hansen, T., Klitkou, A., 2016. What is the bioeconomy. A review of the literature. Sustainability 8, 691. https://doi.org/10.3390/su8070691. 4. Pusat Studi Energi Universitas Gadjahmada. (2021). Studi Kelayakan Kerjasama Pasokan Cofiring Biomassa pada PLTU 5. Syafrianto. 2021. Model Dinamika Pengelolaan Hutan Lindung (kasus: Nagari Sirukam Kecamatan Payung Sakaki Kabupaten Solok). IPB Press. 6. PT. Ideas Semesta Energi. 2021. Feasibility Study Pengembangan Hutaman Energi Terpadu di Perum Perhutani. 7. Argus Biomass Market. August 2019. Weekly Biomass Market and Analysis 8. Perhutani. (2020). Laporan Tahunan Audited.
  10. 10. LAMPIRAN

×