2. Objektif Kajian
Mengkaji sejarah kemunculan Hari
Karbala.
Menganalisis pandangan ahlusunnah wal
jamaah terhadap Hari Karbala.
Menghurai contoh amalan-amalan yang
dilakukan pada Hari Karbala.
3. Sejarah Kemunculan
•Pertempuran Karbala terjadi pada 10 Muharram, 61 H (10 Oktober, 680)
di Karbala, di Iraq masa kini.
•Pertempuran ini terjadi di antara pasukan Bani Hasyim yang dipimpin
oleh Husain bin Ali bersama pengikutnya sebanyak 70 orang melawan
pasukan Bani Umayyah yang dipimpin oleh Ibnu Ziyad, atas perintah Yazid
bin Muawiyah iaitu Khalifah Umayyah pada saat itu bersama hampir 10 ribu
bala tentera.
• Lokasi pertempuran ialah di sebuah gurun berhampiran Sungai Furat.
•Pengikut Syiah menjadikan peristiwa ini untuk memburuk-burukkan
Khalifah Yazid kerana Khalifah Yazid tidak menerima 'ahlul bait' sedangkan
mereka adalah ahli keluarga Rasulullah.
4. •Di dalam pertempuran tersebut, hampir semua ahli kumpulan
termasuk Husain bin Ali gugur syahid kecuali pihak perempuan, serta
anak Husain yang sakit bernama Ali bin Husain.
•Kepala cucu Rasulullah S.A.W telah dipenggal dan diarak seluruh
kota Damaskus agar memberi peringatan pada penduduk agar tidak
memberontak pada kerajaan.
•Tragedi Karbala terjadi ekoran daripada penglibatan golongan Syiah
Kufah yang merancang pengkhianatan untuk mendapatkan kekayaan
dan kedudukan semata-mata.
•Mereka sanggup mengorbankan Ahlul Bait, Husain R.A demi
menyempurnakan agenda jahat tanpa belas kasihan.
•Hari tersebut dikenali sebagai Hari Asyura, iaitu pada hari ke-10 setiap
bulan Muharam. Dan dikenali juga Hari karbal bagi penganut-penganut
syiah
5. Syaikhul Islam mengatakan,
"Dengan sebab kematian Husain Radhiyallahu 'anhuma, syiah memunculkan
dua bid'ah di tengah manusia.
Pertama :
Bid'ah kesedihan dan ratapan pada hari Asyûra seperti menampar-nampar,
berteriak, merobek-robek, sampai mencaci maki dan melaknat generasi Salaf,
memasukkan orang-orang yang tidak berdosa ke dalam golongan orang yang
berdosa.
- (Para Sahabat seperti Abu Bakar dan Umar dimasukkan, padahal mereka
tidak tahu apa-apa mengenainya.
-Kemudian riwayat-riwayat tentang Husain Radhiyallahu 'anhuma dibacakan
yang kebanyakan merupakan kebohongan.
- Kerana tujuan mereka adalah membuka pintu fitnah (perpecahan) di
kalangan umat.
6. Kemudian Syaikhul Islam rahimahullah juga mengatakan :
•
Di Kufah, saat itu terdapat kaum yang sentiasa membela Husain
Radhiyallahu 'anhuma yang dipimpin oleh Mukhtâr bin Abi 'Ubaid alKadzdzâb (karena dia mengaku mendapatkan wahyu).
• Di Kufah juga terdapat satu kaum yang membenci 'Ali dan keturunan
beliau Radhiyallahu 'anhum. Di antara kelompok ini adalah Hajjâj bin
Yûsuf ats-Tsaqafi.
Dalam sebuah hadis sahîh dijelaskan, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda :
Akan ada di suku Tsaqif seorang pendusta dan perosak"
7. - Orang Syi'ah yang bernama Mukhtâr bin Abi 'Ubaid itulah sang pendusta
Sedangkan sang perosak adalah al-Hajjaj. Yang pertama membuat
bid'ah kesedihan.Sementara yang kedua membuat bid'ah kesenangan.
- Kelompok kedua ini pun meriwayatkan hadis yang menyatakan bahwa:
“Barangsiapa melebihkan nafkah keluarganya pada hari 'Asyûra, maka
Allah Azza wa Jalla melonggarkan rezekinya selama setahun itu.”
“Barangsiapa memakai celak pada hari 'Asyûra, maka tidak akan
mengalami sakit mata pada tahun itu dan lain sebagainya.”
8. Kedua :
Bida'ah yang kedua adalah bid'ah kesenangan pada hari Karbala.
Kerana itu, para khatib yang sering membawakan riwayat ini
- kerana ketidaktahuannya tentang ilmu riwayat atau sejarah
- sebenarnya secara tidak langsung, masuk ke dalam kelompok al-Hajjâj,
kelompok yang sangat membenci Husain Radhiyallahu 'anhuma.
- Padahal wajib bagi kita meyakini bahwa Husain Radhiyallahu 'anhuma
terbunuh dalam keadaan terzalimi dan mati syahid.
- Dan wajib bagi kita mencintai Sahabat yang mulia ini dengan tanpa
melampaui batas dan tanpa mengurangi haknya,
- Tidak mengatakan Husain Radhiyallahu anhuma seorang imam yang
ma'sum (terbebas dari semua kesalahan), tidak pula mengatakan bahwa
pembunuhan terhadap Husain Radhiyallahu anhuma itu adalah tindakan
yang benar.
- Pembunuhan terhadap Husain Radhiyallahu 'anhuma adalah tindakan
maksiat kepada Allah dan RasulNya.
9. • Kisahnya, Husain bin Ali Radhiyallahu 'anhuma tinggal di Mekah
bersama beberapa Sahabat, seperti Ibnu 'Abbâs dan Ibnu Zubair
Radhiyallahu 'anhuma.
•
Ketika Muawiyah Radhiyallahu 'anhu meninggal dunia pada tahun 60
H, anak beliau Yazîd bin Muâwiyah menggantikannya sebagai imam
kaum muslimin atau khalifah.
•
Saat itu, penduduk Iraq yang didominasi oleh pengikut 'Ali
Radhiyallahu 'anhu menulis surat kepada Husain Radhiyallahu
'anhuma meminta beliau Radhiyallahu 'anhuma pindah ke Iraq.
•
Mereka berjanji akan membai'at Husain Radhiyallahu 'anhuma
sebagai khalifah kerana mereka tidak menginginkan Yazîd bin
Muâwiyah menduduki jabatan Khalifah.
10. •
Tidak cukup dengan surat, mereka terkadang mendatangi Husain
Radhiyallahu 'anhuma di Mekah mengajak beliau Radhiyallahu 'anhu
berangkat ke Kufah dan berjanji akan menyediakan pasukan tentera.
•
Para Sahabat seperti Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma kerap kali
menasihati Husain Radhiyallahu 'anhuma agar tidak memenuhi keinginan
mereka, kerana ayah Husain Radhiyallahu 'anhuma, Ali bin Abi Thalib
Radhiyallahu 'anhu, dibunuh di Kufah dan Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu
khawatir mereka membunuh Husain juga disana.
•
Husain Radhiyallahu 'anhuma mengatakan, "Saya sudah melakukan
istikharah dan akan berangkat kesana".
11. PANDANGAN AHLI SUNNAH WAL JAMAAH TENTANG
PERISTIWA HARI KARBALA
MENYINGKAPI PERISTIWA KARBALA
Syaikhul Islam rahimahullah mengatakan, :
"Dalam menyikapi peristiwa pembunuhan Husain Radhiyallahu 'anhuma,
manusia terbahagi menjadi tiga : dua golongan yang ekstrim dan satu berada
di tengah-tengah.
Golongan Pertama : Mengatakan bahwa pembunuhan terhadap Husain
Radhiyallahu 'anhuma itu merupakan tindakan benar. Kerana Husain
Radhiyallahu 'anhuma ingin memecah belah kaum muslimin.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
Jika ada orang yang mendatangi kalian dalam keadaan urusan kalian berada
dalam satu pemimpin lalu pendatang hendak memecah belah jama'ah kalian,
maka bunuhlah dia"
12. Sambungan…
Kelompok pertama ini mengatakan bahwa Husain Radhiyallahu
'anhuma datang saat urusan kaum muslimin berada di bawah satu
pemimpin (yaitu Yazid bin Muawiyah) dan Husain Radhiyallahu
'anhuma hendak memecah belah umat.
Sebagian lagi mengatakan bahwa Husain Radhiyallahu 'anhuma
merupakan orang pertama yang memberontak kepada penguasa..
Kelompok ini melampaui batas, sampai berani menghinakan Husain
Radhiyallahu 'anhuma.
Inilah kelompok 'Ubaidullah bin Ziyâd, Hajjâj bin Yusûf dan
lain-lain.
Sedangkan Yazid bin Muâwiyah rahimahullah tidak seperti itu.
Meskipun tidak menghukum 'Ubaidullah, namun ia tidak
menghendaki pembunuhan ini.
13. Golongan Kedua :
Mereka mengatakan Husain Radhiyallahu 'anhu adalah imam yang wajib
ditaati; tidak boleh menjalankan suatu perintah kecuali dengan perintahnya;
tidak boleh melakukan solat jama'ah kecuali di belakangnya atau orang yang
ditunjuknya, baik solat lima waktu ataupun solat Jumaat dan tidak boleh
berjihad melawan musuh kecuali dengan izinnya dan lain sebagainya.
Kelompok pertama dan kedua ini berkumpul di Iraq.
- Hajjâj bin Yûsuf adalah pemimpin golongan pertama.
- Dia sangat bencikan kepada Husain Radhiyallahu 'anhuma dan
merupakan seorang yang zalim.
- Sementara kelompok kedua dipimpin oleh Mukhtâr bin Abi 'Ubaid.
- Seorang yang mengaku mendapat wahyu dan sangat fanatik dengan Husain
Radhiyallahu 'anuhma.
- Orang inilah yang memerintahkan pasukannya agar menyerang dan
membunuh 'Ubaidullah bin Ziyad dan memenggal kepalanya.
14. Golongan Ketiga :
• Iaitu Ahlussunnah wal Jama'ah yang tidak bersetuju dengan pendapat
golongan pertama, juga tidak setuju dengan pendapat golongan kedua.
•
Mereka mengatakan bahwa Husain Radhiyallahu 'anhuma terbunuh
dalam keadaan terzalimi dan mati syahid.
• Inilah keyakinan Ahlussunnah wal Jama'ah, yang selalu berada di tengah
antara dua kelompok.
• Ahlussunnah mengatakan Husain Radhiyallahu 'anhuma bukanlah
pemberontak.
•
Sebab, kedatangannya ke Iraq bukan untuk memberontak. Seandainya
mahu memberontak, beliau Radhiyallahu 'anhuma mampu untuk
mengarahkan penduduk Mekah dan sekitarnya yang sangat menghormati
dan menghargai beliau Radhiyallahu 'anhuma.
15. •
Kerana, saat beliau Radhiyallahu 'anhuma di Mekah, kewibaannya
mengalahkan kewibawaan para Sahabat lain yang masih hidup pada masa
itu di Mekkah.
• Beliau Radhiyallahu 'anhuma seorang alim dan ahli ibadah.
•
Para Sahabat sangat mencintai dan menghormatinya. Kerana beliaulah Ahli
Bait yang paling dekat dan rapat.
•
Jadi Husain Radhiyallahu 'anhuma sama sekali bukan pemberontak.
•
Oleh kerana itu, ketika dalam perjalanannya menuju Iraq dan mendengar
sepupunya Muslim bin 'Aqîl dibunuh di Irak, beliau Radhiyallahu 'anhuma
berniat untuk kembali ke Mekkah.
• Akan tetapi, beliau Radhiyallahu 'anhuma ditahan dan dipaksa oleh
penduduk Irak untuk berhadapan dengan pasukan 'Ubaidullah bin Ziyâd.
• Akhirnya, beliau Radhiyallahu 'anhuma tewas terbunuh dalam keadaan
terzalimi dan mati syahid.
16. Pembohongan Syi’ah Berkaitan Amalan pada Hari Karbala
• Peringatan kedukaan yang di lakukan oleh pengikut Agama Syiah
Rafidhah di padang Karbala, yang mereka peringati setiap tarikh sepuluh
Muharram (hari 'Asyuraa).
•Melakukan pelbagai bentuk penyeksaan diri dengan benda-benda tajam
•Bermula dari awal bulan Muharram dan selama sebulan mereka tidak
melakukan hal-hal penting.
•Hari Asyura dijadikan oleh golongan Syi’ah sebagai hari berkabung,
dukacita, dan menyiksa diri sebagai ungkapan dari kesedihan dan
penyesalan.
•Pada setiap Asyura, mereka memperingati kematian Al-Husain dan
melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela seperti berkumpul,
menangis, meratapi Al-Husain secara histeria, membentuk kelompokkelompok untuk perarakan berkeliling di jalan-jalan dan di pasar-pasar
sambil memukul badan mereka dengan rantai besi, melukai kepala
dengan pedang, mengikat tangan dan sebagainya.
17. •Ulama Syi’ah telah MEREKA hadis-hadis PALSU dengan memanipulasikan
nama Ahlul Bait dalam usaha mereka untuk menguatkan cara memperingati
hari tersebut.
Diantara yang berikut :
Jaminan dari Ulama Syi’ah untuk masuk ke syurga, hanya sekadar
menangis ke atas kematian Sayyidina Husain R.A.
“Barang siapa menangis atau menangis-tangiskan dirinya atas kematian
Husain, maka Allah akan mengampuni segala dosanyabaik yang sudah
dilakukkan maupun yang akan dilakukan.”
“Barang siapa menangis atau menangis-tangiskan dirinya atas kematian
Husin, wajiblah (pastilah) dirinya mendapat surga.”
Sumber : “ WASAAIL ASY-SYI’AH” oleh Al Khurrul Amily ( Ulama
Syi’ah )
18. Hampir tidak kurang dari 458 riwayat, memperihalkan mengenai
kewajipan menziarahi makam Imam-Imam Syi’ah.
Bahkan dari jumlah tersebut 338 riwayat dikhususkan mengenai
kebesaran dan keutamaan serta pahala besar bagi peziarah makam Imam
Husain R.A atau ke Karbala.
Sebagai contoh :
“Barang siapa ziarah ke makam Imam Husain sekali, makapahalanya
sama dengan haji sebanyak 20 kali.”
“Barang siapa ziarah ke makam Imam Husain di Karbala pada hari
arafah, maka pahalanya sama dengan haji 1,000,000 kali bersama
Imam Mahdi, disamping mendapatkan pahalanya memerdekakan1000
(seribu) budak dan pahalanya bersedekah 1000 ekor kuda.”
Sumber : “ WASAAIL ASY-SYI’AH” oleh Al Khurrul Amily ( Ulama
Syi’ah ).