1. MAKALAH
PEMIKIRAN PARA PRESIDEN RI TENTANG PANCASILA
Dosen Pembimbing:
Dr. Made Pramono, M.Hum.
Disusun oleh:
Candra Ainur Rofiq
18030174030
Matematika 2018A
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2018
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia
nikmatnya sehingga makalah yang berjudul “Pemikiran Para Presiden RI
Tentang Pancasila” ini dapat diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada
halangan yang berarti. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Pancasila.
Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu
persatu. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan
makalah ini, baik dari segi EBI, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh
karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sekalian untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi.
Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide/gagasan
yang menambah kekayaan intelektual bangsa.
Surabaya, 22 September 2018
Penulis
3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini, masyarakat sulit memilah mana
kebudayaan yang cocok bagi bangsa Indonesia. Ancamannya, kebudayaan
yang telah ada di dalam masyarakat sendiri bisa pudar dan tergeser karena
masyarakat lebih menerima kebudayaan dari luar tersebut. Masyarakat mulai
melupakan jati diri mereka sebagai bangsa Indonesia yang memiliki pedoman
dasar Pancasia. Hal itu terjadi karena pengaruh pemikiran-pemikiran sosial
yang ada di luar Indonesia yang masuk ke dalam masyarakat. Mereka tidak
menyadari bahwa Pancasila sudah adalah suatu pedoman yang paling cocok
untuk diterapkan di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah Indonesia, telah
disepakati bahwa Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. Sehubungan
dengan hal ini, maka bangsa Indonesia harus memahami makna dari
Pancasila. Adapun pengertian dan nilai-nilai dari Pancasila juga dapat kita
ambil dari pemikiran para Presiden RI. Sebagai pemimpin negara yang
berdasarkan Pancasila, tentunya para Presiden RI mempunyai pandangan
tersendiri mengenai Pancasila.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu Pancasila?
1.2.2 Bagaimana pemikiran para Presiden RI tentang Pancasila?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Pancasila.
1.3.2 Untuk mengetahui pemikiran para Presiden RI tentang Pancasila.
4. BAB II
ISI
2.1 Pengertian Pancasila
Dalam bahasa Sansekerta, Pancasila terdiri atas kata panca yang
artinya lma dan sila/syila yang berarti batu sendi atau dasar. Kata sila yang
berasal dari kata susila, yaitu tingkah laku yan baik. Jadi Pancasila adalah
lima tingkah yang baik. Pancasila yang berarti lima dasar atau lima azas,
adalah nama dari dasar negara kita, Negara Repubik Indonesia. Istilah
Pancasila telah dikenal sejak zaman Majapahit pada abad XIV, yaitu dalam
buku “Negara Kertagama”. Karangan Mpu Prapanca dan buku Sutasoma,
istilah Pancasila di samping mempunyai makna “berbatu sendi yang lima”
(dari bahasa Sansekerta), juga maempaunyai arti “Pelaksanaan Kesusilaan
yang lima” (Pancasila Karma), yaitu:
1) Tidak boleh melakukan kekerasan
2) Tidak boleh mencuri
3) Tidak boleh berjiwa dengki
4) Tidak boleh berbohong
5) Tigak boleh mabuk minuman keras
Pada tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang Badan Penyidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Junbi Choosakai), Ir. Soekarno
mengusulkan nama Panca-Sila sebagai Dasar Negara Indonesia merdeka.
Menurut beliau nama Panca-Sila ini didapat atas petunjuk dari kawan beliau
seorang ahli bahasa. Dasar negara Republik Indonesia yang kita kenal dengan
Pancasila, diteria dan disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) yang merupakan penjelmaan atau wakil-wakil seluruh
bangsa Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 yaitu bersamaan dengan
disahkannya UUD 1945. Nama Pancasila itu sendiri sebenarnya tidak
terdapat baik di dalam Pembukaan UUD 1945 maupun di dalam batang tubuh
UUD 1945. Namun, telah jelas bahwa Pancasila yang dimaksud adalah lima
5. dasar negara Indonesia yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alenia
keempat, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa;
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab;
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan; dan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila secara sistemik disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno
pada saat Sidang Bahan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
(BPUPK) pada tanggal 1 Juni 1945. Bung Karno menyatakan bahwa
Pancasila merupakan philosofische gronslag, suatu fundamen, gagasan yang
mendalam, merupakan landasan atau dasar bagi negara yang akan didirikan.
Selanjutnya dikemukakan pula bahwa Pancasila di samping berfungsi sebagai
bintang pemandu atau letstar, sebagai ideologi negara, sebagai pandangan
hidup bangsa, sebagai filsafat, sebagai perekat atau pemersatu bangsa dan
sebagai wawasan bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita nasional.
2.2 Pemikiran Para Presiden RI Tentang Pancasila
2.2.1 Dr. Ir. H. Soekarno
Sebagai seorang muslim, pemikiran Bung Karno pun tak lepas dari
ajaran Alquran dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Beliau mengatakan jikalau
memang rakyat Indonesia, rakyat yang bagian besarnya rakyat Islam, dan
jikalau memang Islam di sini agama yang hidup berkobar-kobar di dalam
kalangan rakyat, marilah pemimpin-pemimpin menggerakkan segenap
rakyat, agar supaya mengerahkan sebanyak mungkin urusan-utusan Islam.
Bung Karno mengibaratkan jika dalam suatu perwakilan memiliki 100
anggota, maka lebih dari setengahnya harus dari kalangan orang Islam.
Bung Karno merenungkan tentang dasar negara sejak 16 tahun
sebelum pidatonya di BPUPKI. Salah satu dasar negara yang digalinya ketika
beliau diasingkan ke Pulau Ende, Flores, juga bernafaskan pemikirannya
tentang Islam. Meski demikian Bung Karno tak hendak membuat Indonesia
6. hanya menjadi negara untuk satu agama saja waktu itu. Bahkan dia yang
memilih para anggota BPUPKI dan di antaranya ada 4 keturunan Tionghoa
dan seorang keturunan Belanda. Dalam pendapatnya bahwa rukun Islam lima
jumlahnya. Jari manusia lima setangan juga mempunyai panca indra. Banyak
hal yang memiliki ciri lima. Pandawa pun lima orangnya. Sekarang
banyaknya prinsip; kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan
dan ketuhanan; lima pula bilangannya. Nama yang diambil bukan Panca
Dharma, tetapi beliau menamakannya atas petunjuk seorang warga Indonesia
sendiri dengan nama Pancasila.
2.2.2 H. M. Soeharto
Soeharto menyumbangkan pemikirannya tentang pancasila, yaitu
menurut beliau Pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia yang telah merupakan
kekuatan yang tidak ternilai harganya yang telah menyelamatkan bangsa
dalam menghadapi segala ujian di masa lampau. Dan akan tetap demikian
dalam menyelamatkan perjalanan bangsa dan generasi-generasi yang akan
datang di masa depan. Pemikiran Pancasila dalam buku “Pandangan Presiden
Soeharto tentang Pancasila" dirangkum dari berbagai pidato beliau selama
memimpin negara ini dari rentang waktu 1966- 1976, dimana Pak Harto
memberikan sambutan ataupun amanat dalam berbagai acara antara lain
Peringatan Hari Lahir Pancasila (1/6/1967), Dies Natalies ke 25 UI (
15/2/1975), Pembukaan Munas MUI (16/8/1975) dan lain-lain. Pak Harto
berpendapat bahwa Pancasila itu merupakan rumusan-rumusun yang
sederhana dan jelas untuk dipakai sebagai pedoman sikap hidup manusia
Pancasila. Pak Harto juga memberikan pemikirannya mengenai sila
Kemanusiaan yang adil dan beradab, yaitu sikap saling menghargai itu
membuat bangsa Indonesia 'tepa selira' atau besar tenggang rasa; bukan sikap
ekstrim atau dendam. Dengan sikap yang demikian, dalam tata pergaulan
hidup akan menjamin terwujudnya keadilan, ketentraman, keselarasan, dan
kekokohan masyarakat. Begitu juga pemikiran beliau terkait dengan sila
pertama, beliau mengatakan: "Toleransi hidup beragama itu bukan suatu
bentuk campur aduk, melainkan terwujudnya ketenangan, saling harga-
menghargai dan kebebasan sepenuh-penuhnya bagi setiap penduduk dalam
7. menjalankan ibadah agama menurut keyakinan masing-masing. Bahkan
sebenarnya lebih dari itu, antara semua pemeluk agama harus dapat membina
kegotong-royongan di dalam membangun masyarakat kita sendiri dan demi
kebahagiaan bersama. Sikap bermusuhan, sikap prasangka, dan buruk sangka
harus kita buang jauh-jauh; dan kita ganti dengan saling hormat-
menghormati."
2.2.3 Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng
BJ Habibie mengatakan Pancasila adalah darah daging dalam jiwa
bangsa Indonesia. Maksudnya, Pancasila adalah sebuah keharusan dan itu
bukan hasil dari suatu generasi tapi Bung Karno sendiri yang mengatakan
bahwa Pancasila berasal dari dari tubuh bangsa Indonesia. Di situ (Pancasila)
sudah ada dalam tubuh bangsa Indonesia sendiri Habibie pun mengambil
contoh pada sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Habibie
menyimpulkan semua orangtahu bahwa banyak jalan menuju Ketuhanan
Yang Maha Esa. Karena itu walau masyarakat Islam terbesar kita bukan
negara Islam, Indonesia adalah negara dari masyarakat yang percaya pada
Tuhan Yang Maha Esa. Dan itu adalah dasar kehidupan di muka bumi.
2.2.4 Dr. K. H. Abdurrahman Wahid
Dalam pandangan Abdurrahman Wahid, Pancasila adalah sebuah
kesepakatan politik yang memberi peluang bagi bangsa Indonesia untuk
mengembangkan kehidupan nasional yang sehat di dalam sebuah negara
kesatuan. Gus Dur menegaskan bahwa penerimaan NU atas Pancasila
bertolak dari beberapa alasan yang sangat masuk akal. Tetapi yang paling
penting adalah alasan historis. Tahun 1945 Presiden Soekarno meminta dan
menerima nasihat para pemimpin NU tentang bagaimana seharusnya
Pancasila disusun sebagai dasar negara. Lagi pula menurut Abdurrahman
Wahid, tidak ada pertentangan antara Islam dan Nasionalisme. Islam dapat
berkembang sehat dan baik dalam kerangka kenegaraan nasional.
Bagi NU, bentuk negara dan Pancasila sudah final. Namun demikian,
sebagai organisasi keagamaan dan sosial perihal alasan penerimaan Pancasila
8. pun dilakukan berdasarkan pertimbangan keagamaan. Beberapa
pertimbangan itu adalah pertama, NU menganut pendirian bahwa Islam
adalah agama fitrah. Sepanjang suatu nilai itu tidak bertentangan dengan
keyakinan Islam, ia dapat diarahkan dan dikembangkan agar selaras dengan
tujuan-tujuan Islam.
Kedua, konsep ketuhanan Pancasila dinilai mencerminkan tauhid
menurut pengertian keimanan Islam. Berdasarkan sila ketuhanan itu,wawasan
keagamaan negara Indonesia sudah dijamin. NU tidak lagi khawatir bahwa
negara akan menjadi sekular.
Ketiga, dari sudut sejarah bahwa ulama-ulama dengan cara mereka
sendiri dan NU telah ikut berjuang merebut kemerdekaan sebagai kewajiban
keagamaan. Mendirikan negara sebagai jalan untuk mengupayakan
kesejahteraan bagi NU adalah wajib hukumnya. Negara diperlukan untuk
meningkatkan kehidupan manusia yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan.
Sepanjang nilai-nilai keagamaan mendapat perhatian, maka semua upaya
membangun untuk kesejahteraan wajib hukumnya.
2.2.5 Dr. Hj. Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri
Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri mengungkapkan
pemikirannya tentang Pancasila dengan sudut pandang beliau sebagai orang
Indonesia. Beliau merasa bangga dengan keberadaan Pancasila. Bu Megawati
juga semakin percaya bahwa Pancasila adalah perekat bangsa. Banyak
peristiwa yang akhirnya selalu terselamatkan oleh anugerah dari Tuhan
karena sebagai bangsa dan negara, Indonesia mempunyai Pancasila. Beliau
juga memaparkan ceritanya ketika mengikuti konferensi di Jakarta, dan
bertemu dengan pemimpin negara Yugoslavia, negara besar yang kemudian
berpecah belah menjadi beberapa negara. Ketika ditanya bagaimana rasanya
menjadi salah satu negara besar di Eropa timur, pemimpin Yugoslavia
menjawab “Kami rindu pada masa tersebut, andai saja kami mempunyai
Pancasila”.
2.2.6 Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono GCB AC
9. Presiden SBY membantah maklumah Francis Fukuyama tentang
“berakhirnya era ideologi”. Menurut SBY, ketika ideologi-ideologi besar
dunia sudah mulai usang, tetapi Pancasila tetap tidak usang. Pancasila
berbeda dengan ideologi-ideologi lain seperti yang dikatakan Fukuyama
sebagai the end of history. Di dunia terdapat 2 ekstrim ideologi, yakni
kapitalisme/liberalisme dan sosialisme/komunisme, dan Indonesia adalah
negara yang selamat dengan tidak menjadi bagian salah satu dari dua ideologi
besar di dunia tersebut. Indonesia selamat dari krisis ekonomi global karena
bangsa Indonesia memilih jalan yang berbeda, tidak masuk pada kutub-kutub
ideologi seperti itu tapi dengan jalan dan cara bangsa Indonesia sendiri yang
berakar, mengalir dan dijiwai oleh Pancasila dan semua nilai yang terkandung
dan di jalankan di Indonesia. Pak SBY meletakkan Pancasila sebagai ideologi
jalan ketiga.
2.2.7 Ir. H. Joko Widodo
Kodrat bangsa Indonesia adalah kodrat keberagaman. Takdir Tuhan
untuk manusia adalah keberagaman. Pancasila menjadi bintang pemandu
bagi bangsa Indonesia. Jokowi memberikan pemikirannya bahwa Pancasila
menjadi rumah bagi keragaman bangsa Indonesia. Semangat persatuan
dalam keberagaman telah ditunjukkan para pendiri bangsa saat merumuskan
Pancasila. Para pendiri bangsa yang berasal dari beragam golongan dan latar
belakang telah duduk bersama menetapkan Pancasila sebagai pemersatu
segala perbedaan. Pancasila terbukti mampu bertahan di tengah arus
ideologi lain yang hendak mengubah dasar negara Indonesia.
10. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Banyak pendapat mengenai arti dari Pancasila. Dari banyaknya
pendapat itu, Pancasila selalu didefinisikan menjadi jalan hidup bagi bangsa
Indonesia. Di dalam perbedaan dengan banyaknya suku dan budaya, bangsa
Indonesia bersatu dengan pegangan Pancasila. Di tengah era globalisasi
seperti sekarang ini, Indonesia tidak terpengaruh ideologi asing dan terus
berpegang teguh pada ideologi Pancasila. Dengan pemikiran para Presiden RI
yang menguatkan arti sesunggguhnya Pancasila, diharapkan bangsa
Indonesia selalu bersatu, mengakui keberagaman, menjadi manusia yang adil,
menjunjung tinggi mufakat, dan andil dalam mewujudkan kesejahteraan pada
seluruh warga negara Indonesia.
11. DAFTAR PUSTAKA
Belarminus, Robertus. 2017. Jokowi: Saya Indonesia, Saya Pancasila, kalau
Kamu?. www.kompas.com. Diakses pada 20 September 2018.
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.
Danu, Mahesa. 2013. SBY Dan Pancasila Sebagai Ideologi “Jalan Ketiga”.
www.berdikarionline.com. Diakses pada 20 September 2018.
Krisiandi. 2016. Megawati Soekarnoputri: Pancasila adalah Perekat
Bangsa. www.kompas.com. Diakses pada 20 September 2018.
Nugroho, Bagus Prihantoro. 2017. Pemikiran Islam Bung Karno dalam
Pancasila. www.detik.com. Diakses pada 20 September 2018.
Prasetia, Andhika. 2016. Gus Dur dan Pancasila. www.koranmadura.com.
Diakses pada 20 September 2018.
Purnama, Sunu. 2017. Menyimak Pandangan Pak Harto Soal Pancasila.
www.kompasiana.com. Diakses pada 20 September 2018.
Putra, Muhammad Andika. 2017. Pesan dari BJ Habibie Tentang Pancasila.
www.cnnindonesia.com. Diakses pada 20 September 2018.
Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.
Suwanda, I Made. 2013. Pendidikan Kewarganegaraan. Surabaya: Unesa
University Press.
Warsono, dkk. 2014. Pendidikan Pancasila. Surabaya: Unesa University
Press.