SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 88
Baixar para ler offline
KUMPULAN MATERI TUGAS MEMBUAT MAKALAH
PENGENTAR ILMU FILSAFAT
Dosen : Dr.Sigit Sardjono, MS
Disusun Oleh :
 Dian Anjar Kurniawati ` ( 1221800053 )
 Beauty Pujiningrum Suwito ( 1221800097 )
 Sri Wahyuni ( 1221800072 )
PROGRAM STUDI AKUNTANSI TAHUN 2018
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
DAFTAR ISI
A Manfaat Mahasiswa Belajar Filsafat 3
B Perkembangan Filsafat 10
C Logika Berfikir ntuk Mengetahui
Kebenaran Ilmiah
20
D Teori Kebenaran 33
E Tataran Keilmuan/ Pengetahuan :
Ontlogi, Epistemologi, dan Aksiologi
44
F Filsafat Pancasila 55
G Karya Ilmiah Filsafat 68
H Kumpulan Soal dan Jawaban 82
BAB I
MANFAAT FILSAFAT BAGI MAHASISWA
A. PENGERTIAN FILSAFAT
Pengertian filsafat, dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilasatan, antara
satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda, dan hampir sama banyaknya
dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni
secara etimologi dan secara terminologi.
1. Filsafat secara Etimologi
Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab dikenal dengan falsafah dan dalam bahasa
Inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani
philoshopia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan
Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat
berarti cinta kebijaksanaaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya.
Dengan demikian, seorang filsuf adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan. Kata
filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM). Arti filsafat pada saat
itu belum begitu jelas, kemudian pengertian filsafat itu diperjelas seperti yang banyak
dipakai sekarang ini dan juga digunakan oleh Socrates (470-399 SM) dan para filsuf
lainnya.
2. Filsafat secara Terminologi
Secara terminology adalah arti yang dikandung oleh istilah filsafat. Dikarenakan
batasan dari filsafat itu banyak maka sebagai gambaran perlu diperkenalkan beberapa
batasan.
a. Plato
Plato berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk
mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli.
b. Aristoteles
Menurut Aristotoles filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran
yang di dalamnya terkandung ilmu – ilmu metafisika, logika, retorika, etika
ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan).
c. Notonagoro
Notonagoro berpendapat bahwa filsafat itu menelaah hal – hal yang menjadi
objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan yang
tidak berubah, yang disebut hakikat.
d. Ir. Poedjawijatna
Menurut Poedjawijatna, filsafat ialah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab
yang sedalam – dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
Dengan memperhatikan batasan – batasan yang tentunya masih banyak yang
belum dicantumkan, dapat ditarik benang merahnya sebagai kesimpulan bahwa filsafat
ilmu adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara
mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukan
mempersoalkan gejala – gejala atau fenomena, tetapi yang dicari adalah hakikat dari
suatu fenomena.
Filsafat bersifat integral yang berarti mempunyai kecenderungan untuk
memperoleh pengetahuan yang utuh sebagai suatu keseluruhan. Jadi, filsafat ingin
memandang objeknya utuh.
B. MANFAAT FILSAFAT
Filsafat sangat penting sebagai cara menyelesaikan atau memecahkan masalah
yang dihadapi. Filsafat digunakan sebagai satu cara atau model pemecahan masalah
secara mendalam dan universal. Filsafat selalu mencari sebab terakhir dan dari sudut
pandang seluas-luasnya. Filsafat juga memiliki pandangan hidup, banyak yang
mengangap filosofi hidup itu sangat penting dalam menjalani hidup. Filsafat penting
untuk mahasiswa, selain untuk berpikir rasional dan kritis, filsafat juga bermanfaat untuk
mahasiswa agar bisa mengekspresikan perasaan dan pikiran secara luas. Tatkala bahasa
berfungsi sebagai alat berpikir ilmiah muncul masalah yang serius, ini diselesaikan antara
lain dengan bantuan filsafat. Begitu juga tatkala pemikiran (filsafat) sampai pada
rumusan konsep yang rumit, bahasa juga mengalami persoalan, ketika bahasa sering
kurang mampu menggambarkan isi konsep itu. Bahasa yang benar itu akan mampu
mewakili konsep logis yang dibawakannya. Karena itu pada logikalah kita menempukan
kaitan erat antara bahasa dan filsafat. Dan pada logika kita akan menemukan manfaat
konkret bahasa.
Filsafat sangat berperan dalam menentukan kualitas bahasa. Tanpa peran serta
filsafat (logika) kekeliruan dalam bahasa tidak mungkin dapat diperbaiki. (filsafat bagi
bahasa)
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang mistis dengan
membimbing manusia untuk berpikir secara rasional. Filsafat membebaskan manusia dari
cara berpikir yang picik dan dangkal dengan membimbing manusia untuk berpikir secara
luas dan lebih mendalam, yakni berpikir secara universalsambil berupaya mencapai radix
(mendalam) dan menemukan esensi suatu permasalahan. Filsafat membebaskan manusia
dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih dengan membimbing manusia untuk
berpikir secara sistematis dan logis.
Jika ditelaah, kegunaan filsafat dapat dibagi menjadi dua, yakni secara umum dan
secara khusus. Kegunaan secara umum dimaksudkan manfaat yang dapat diambil oleh
orang yang belajar filsafat dengan mendalam sehingga mampu memecahkan masalah-
masalah secara kritis tentang segala sesuatu. Sedangkan kegunaan secara khusus yang
bisa diambil hanya untuk memecahkan masalah dengan terbatas ruang (tempat) dan
waktu.
Menurut sebagian para filsuf, kegunaan umum filsafat di antaranya :
a. Plato merasakan bahwa berpikir dan memikirkan adalah hal yang nikmat luar biasa
sehingga filsafat diberi predikat sebagai keinginan yang maha berharga
b. Alfred North Whitehead seorang filsuf modern merumuskan filsafat sebagai berikut:
“Filsafat adalah kesadaran dan pandangan jauh ke depan dan suatu kesadaran akan
hidup, dan kesadaran akan kepentingan yang memberi semangat kepada seluruh
usaha peradaban”.
Di samping kegunaan secara umum, filsafat juga dapat berguna secara khusus
dalam lingkunagn sosial budaya Indonesia. Franz Magnis Suseno (1991) menyebutkan
ada lima kegunaan, yaitu:
a. Bangsa Indonesia berada di tengah-tengah dinamika proses modernisasi yang
meliputi banyak bidang dan sebagian dapat dikemudikan melalui kebijakan
pembangunan. Menghadapi tantangan modernisasi dengan perubahan pandangan
hidup, nilai dan norma itu filsafat membantu untuk mengambil sikap sekaligus
terbuka dan kritis.
b. Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan, kebudayaan,
tradisi, dan filsafat Indonesia serta untuk mengaktualisasikannya.
c. Sebagai kritik ideologi, filsafat membangun kesanggupan untuk mendeteksi dan
membuka kedok ideologis sebagai bentuk ketidakadilan sosial dan pelanggaran
terhadap martabat dan hak asasi manusia yang masih terjadi.
d. Filsafat merupakan dasar paling luas untuk berpartisipasi secara kritis dalam
kehidupan intelektual bangsa pada umumnya dan dalam kehidupan intelektual di
universitas dan lingkungan akademis khususnya.
e. Filsafat menyediakan dasar dan sarana sekaligus lahan untuk berdialog antara agama
yang ada di Indonesia pada umumnya dan secara khusus dalam rangka kerja sama
antaragama dalam membangun masyarakat dan makmur berdasarkan Pancasila.
Filsafat Menyelesaikan Masalah
Kegunaan filsafat yang lain ialah sebagai (methodology) metode dalam
menghadapi dan menyelesaikan masalah bahkan sebagai metode dalam memandang
dunia (word view).
Sesuai dengan sifatnya, filsafat menyelesaikan masalah secara mendalam dan
universal. Penyelesaian filsafat bersifat mendalam, artinya ia ingin mencari asal masalah.
Universal artinya filsafat ingin masalah itu dilihat dalam hubungan seluas - luasnya agar
nantinya penyelesaian itu cepat dan berakibat seluas mungkin.
Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha untuk memahami alam
semesta, maknanya dan nilainya. Oemar A. Hosein mengatakan: Ilmu memberi kepada
kita pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan
kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan
kebenaran. Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy menyebutkan: Tugas
filsafat bukanlah sekedar mencerminkan semangat masa ketika kita hidupi, melainkan
membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menerapkan nilai, menerapkan
tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru.
Berbeda dengan pendapat Soemadi Soejabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah
untuk mempertajam pikiran maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya
cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat
kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun
Metafisika (hakikat keaslian).Manfaat mempelajari filsafat ada bermacam-macam.
Namun sekurang-kurangnya ada empat macam faedah, yaitu :
1. Agar terlatih berpikir serius
2. Agar mampu memahami filsafat
3. Agar mungkin menjadi filsafat
4. Agar menjadi warga negara yang baik
Berfilsafat ialah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan
menggunakan pemikiran secara serius. Kemampuan berpikir serius diperlukan oleh orang
biasa, penting bagi orang-orang penting yang memegang posisi penting dalam
membangun dunia. Plato menghendaki kepala negara seharusnya filosuf. Belajar filsafat
merupakan salah satu bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan memecahkan
masalah secara serius, menemukan akar persoalan yang terdalam, menemukan sebab
terakhir satu penampakkan.
Dengan uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa secara kongkrit manfaat
mempelajari filsafat adalah :
1. Filsafat menolong mendidik, membangun diri kita sendiri; dengan berpikir lebih
mendalam, kita mengalami dan menyadari kerohanian kita. Rahasia hidup yang
kita selidiki justru memaksa kita berpikir,untuk hidup dengan sesadar-sadarnya,
dan memberikan isi kepada hidup kita sendiri
2. Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan
persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari. Orang yang hidup secara dangkal
saja,tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat pemecahannya.
Daalam filsafaat kita di latih melihat dulu apa yang menjadi persoalan dan ini
merupakan syarat mutlak untuk memacahkaannya.
3. Filsafat memberikan pandangan yang luas, membendung akuisme dan aku-
sentrisme (dalam segala hal yang melihat dan mementingkan kepentingan dan
kesenangan seseorang).
4. Filsafat merupakan latihan untuk berpikir sendiri, hingga kita tak hanya ikut-
ikutan saaja, membuntut pada pandangan umum, percaya akan setiap seboyan
dalam surat kaabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang,
mempunyai pendapat sendiri, berdiri sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran.
5. Filsafat memberikan dasar,-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam
etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, Ilmu
jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Tafsir, Ahmad. 2013. Filsafat Ilmu. Bandung: Remaja Rosdakarya
Surajiyo. 2014. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar: Bumi Aksara
BAB II
PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU
Filsafat secara umum mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan.Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara substansial
maupun secara historis.Lahirnya suatu cabang ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat,
begitu pula sebaliknya, perkembangan yang secara pesat terjadi dalam dunia ilmu pengetahuan
berimplikasi pada semakin kuatnya keberadaan filsafat.Hal inilah kemudian yang menimbulkan
banyak pertanyaan tentang kapan filsafat lahir, dan bagaimana perkembangan yang terjadi dalam
dunia filsafat –khususnya filsafat ilmu– dari masa ke masa. Filsafat ilmu tentu tidak secara tiba-
tiba berada pada taraf seperti sekarang ini, ia mengalami evolusi dari masa ke masa. Penggalian
terhadap sejarah perkembangan filsafat ilmu, dapat digunakan sebagai landasan berfikir untuk
perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.
Sejarah filsafat dibagi menjadi dua :
 sejarah filsafat Barat
 Sejarah filsafat timur
SEJARAH FILSAFAT BARAT
A. Lahirnya Filsafat di Yunani
Lahirnya filsafat di yunani diperkirakan pada abad ke – 6 sebelum masehi.
Timbulnya filsafat di tempat itu disebut peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada
bebeapa faktor yang sudah mendahului dan seakan – akan mempersiapkan lajirnya
filsafat di yunani. K. Bertens menyebutkan tiga faktor, yaitu sebagai berikut :
1. Pada bangsa Yunani, seperti pada bangsa – bangsa sekitarnya, terdapat suatu mitologi
yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis yang mendahului
filsafat, karena mite – mite sudah merupakan percobaaan untuk mengerti. Melalui
mite – mite, manusia mencari keteragan asal usul alam semesta dan kejadian –
kejadian yang berlangsung di dalamnya. Mite yang pertama mencari keterangan
tentang asal usul alam semesta biasanya disebut mite kosmogonis., sedangkan mite
yang kedua mencari keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian alam semesta
disebut mite kosmologis. Khusus bangsa yunani baha mereka mengadakan berbagai
usaha untuk yang sistematis. Dalam usaha itu sudah tampaklah sifat rasional bangsa
yunani.
2. Kesusasteran Yunani
Dua karya puisi Homeros yang berjudul Ilia dan odyssea mempunyai kedudukan
istimewa dalam kesusasteran Yunani. Syair – syair dalam karya tersebut sudah lama
digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat yunani. Dalam dialog
yang bernama politeia, Plato telah mengatakan Homeros telah mendidik seluruh
Hellas.
3. Pengaruh ilmu pengetahuan sudah terdapat di timur kuno
Orang yunani tentu berhutang budi kepada bangsa lain dalam menerima beberapa
unsur ilmu pengetahuan. Seperti ilmu ukur dan ilmu hitung sebagian berasal dari
mesir.Pengaruh Bebyloniadalam perkembangan ilmu astronomi di negeri yunani.
Namun, andil dari bangsa lain dalam perkembangan ilmu engetahuan yunani tidak
boleh dilebih – lebihkan. Pada bangsa yunanilah didapatkan ilmu npengetahuan yang
bercorak dan bersungguh – sunguh ilmiah.
Pada abad ke 6 sebelum masehi mulai berkembang suatu pendekatan yang sama
sekali berlainan. Sejak saat itu orang mulai mencari jawaban rasional tentang
berbagai problem yang diajukan olegh alam semesta.Logos (akal budi, rasio)
menganti mythos.Dengan demikian filsafat dilahirkan.
B. PERIODISASI FILSAFAT BARAT
Sejarah flsafat dibagi dalam empat periode, yaitu zaman kuno, zaman abad
pertengahan, zaman modern, dan masa kini.
1. Zaman filsafat Yunani kuno (600 SM – 400 M)
Zaman kuno meliputi zaman filsafat pra- Socrates di unani.Tokoh – tokohnya
dikenal dengan filsuf pertama atau filsuf alam.Mereka mencari unsur induk (arche)
yang dianggap asal dari segala sesuatu.
2. Zaman keemasan filsafat yunani
Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles, kegiatan politik dan filsafat dapat
berkembang dengan baik.Ada golongan kaum yang pandai berpidati (retorika)
dinamakan kaum sofis.Kegiatan mereka mengajarkan pengetahuan pada kaum
muda.Yang menjadi objek penyelidikannya bukan lagi alam tetapi manusia,
sebagaimana yang dikatakan oleh prothagoras, manusia adalah ukuran untuk segala –
galanya.Hal ini ditentang oleh scortes dengan mengatakan bahwa yang benar dan
yang baik harus dipandang sebagai nilai – nilai objektif yang dijunjung tingi oleh
semua orang.Akibat ucapannya tersebut scrortes dihukum mati.
3. Masa Helinistis dan Romawi
Pada zaman Alexander Agung telah berkembang sebuah kebudayaan trans
nasional yang disebut kebudayaan Hellinistis, karena kebudayaan yunani tidak
terbatas lagi pada kota – kota yunani saja, tetapi mencakup juga seluruh wilayah yang
ditaklukan Alexander Agung. Dalam filsafat, Athena tetap merupakan suatu pusat
yang penting, tetatpi berkembangan pula pusat – pusat intelektual lain, terutama kota
Alexandria. Jika akhirnya ekspansi romawi meluas sampai ke wilayah yunani, itu
tidak erarti berakhirnya kebudayaan dan filsafat yunani, karena kekaisaran romawi
embuka pintu lebar- lebar untuk menerima warisan kultral yunani.Dalam bidang
filsafat yang terus berkembang, namun pada saat itu tidak ada filsuf besar, kecuali
polotinus.
Pada masa ini muncul beberapa aliran berikut:
a. Stoisme
Menurut pahaman ini, jagat raya ditentukan oleh kuasa – kuasa yang disebut „
Logos „. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang
tidak dapat dihindari.
b. Epikurisme
Segala sesuatu terdiri atas atom – atom yang senantiasa bergerak. Manusia akan
bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada dewa –
dewa.
c. Skeptisme
Mereka berpikir bahwa bidang teoritis manusia tidak sangup mencapai
kebenaran.Sikap umum mereka adalah keasingan.
d. Eklektisisme
Suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur, filsafat dari aliran –
aliran lain yang tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh –
sungguh.
e. Neo Platonisme
Yakni paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat plato. Tokohnya adalah
Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah sebagai „ yang satu „. Segala
sesuatu yang berasal dari „ yang satu‟ dan ingin kembali kepadanya.
4. Zaman Abad Pertengahan
Priode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang menyolok dengan abad
sebelumnya.Perbedaan itu terutama terletak pada doinasi agama.Timbulnya agama
Kristen yang di ajarkan oleh Nabi Isa a.s pada permulaan abad masehi membawa
perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan.
Filsafat pada zaman pertengahan mengalami dua periode:
a. Periode Patristik
Patristik berasal dari kata latin patres yang berarti bapa – bapa greja, ialah ahli
agama Kristen pada abad permulaan agama kristen. Periode ini mengalami dua
tahap:
1. Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran terutama
mengenai filsafat yunani maka agama Kristen memantapkan diri. Keluar
memperkuat gereja dan kedalam memantapkan dogma – dogma.
2. Filsafat Agustinus yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal pada
masa patristik. Agustinus melihat dogma – dogma sebagai suatu keseluruhan.
b. Periode Skolastik
Periode skolastik berlangsung dari tahun 800 – 1500 M. periode ini dibagi
menjadi tiga tahap:
1. periode Skolastik awal (abad ke 9 -12)
Ditandai oleh pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang rapat
antara agama dan filsafat.
2. Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke 13)
Ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan
ahli filsafat arab dan yahudi. Puncak perkembangan pada Thomas Aquinas.
3. Periode Skolastik terakhir (abad ke 14 - 15)
Ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang kea rah
nominalisme, ialah aliran yang berpendapat bahwa univeralisme tidak
memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya
sesuatu hal. Pengertian umum hanya moment yang tidak mempunyai nilai –
nilai kebenaran yang objektif.
5. Zaman Moderen
Zaman modern dimulai dengan masa renaissance yang berarti kelahiran kembali,
yaitu usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik( yunani – romawi).
Pembaruan terpenting yang kelihatan dalam filsafat renaissance itu
antroposentisme‟nya.Pusat perhatian pemikiran itu tidak lagi kosmos, seperti zaman
kuno. Mulai zaman modern inilah manusia yang dianggap sebagai titik focus
kenyataan. Zaman modern ditandai dengan munculnya rasionalisme Rene Descartes
(1596 – 1650), B. Spinoza (1632 – 1677), dan G. Libinz (1646 – 1716).Mereka
menekankan pentingnya rasio atau akal budi manusia.
Pada abad ke 18 terkenal dengan zaman pencerahan, (einlightment, aufklarung)
dengan munculnya tokoh – tokoh empirisme. Istilah empirisme berasal dari kata
Yunani empeiria yang berarti pengalaman indrawi.Empirisme memilih pengalaman
sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriah yang menyangkut du nia
maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia saja.
6. Masa Kini
Masa kini dimulai pada abad ke 19 – 20 dengan timbulnya berbagai aliran yang
berpengaruh seperti positivism, Marxisme, Eksistensialisme, Pragmatisme, Neo
kantanisme dan Neo tonisme dan enomologi.Aliran – aliran ini sangat terikat oleh
keadaan Negara amupun lingkungan bahasa sehingga dalam perkembangan terakhir
lahirlah filsafat analitis yang lahir sejak tahun 1950.
a. Postivisme
Positivisme mulai pada filsuf A. Comte (1798 – 1857). A. Comte ( sosiolog
pertama) menyatakan bahwa pemikiran setiap manusia, pemikiran setiap ilmu dan
pemikiran suku bangsa manusia pada umumnya melewati tiga tahap yaitu :
1. Tahap teologis
2. Tahap metafisis
3. Tahap positif ilmiah
b. Marxisme
Dalam ajaran mengenai materalisme dialektis bahwa kenyataan kita
akhirnya hanya terdiri atas materi yang berkembang melalui suatu proses dilektis
(tesa – anestesa – sintesa). Salah satu prinsip materalisme dialektis ialah bahwa
perubahan dalam kuantitas dapat mengakibatkan perubahan dalam kualitas. Itu
berarti bahwa suatu kejadian pada taraf kuantitatif dapat menghasilkan sesuatu
yang sama sekali baru. Dengan cara itulah kehidupan berasaldari materi mati dan
kesadaran manusiawi berasal dari kehidupan organis.
c. Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah ilsafat yang memandang segala gejala denga
berpangkal pada eksistensi.Pada umumnya kata eksistensi berarti keberadaan,
tetapi di dalam filafat eksistensialime ungkapan eksistensi mempynuai arti yang
khusus. Eksistensi adalah cara manusia berada di dalam dunia. Cara manusia
berada didalam dunia berbeda dengan cara berada benda – benda.
d. Fenomologi
Metode fenomologi berasal dari E. Husserl (1859 – 1938) dan kemudian
diperkembangkan oleh M. Scheler (1874 – 1928) dan M. Merleau
Ponty.Fenomologi mengatakan bahwa kita harus memperkenalkan gejala – gejala
dengan menggunakan intuisi. Kata fenomenologi berasal dari kata yunani
fenomenon, yaitu sesuatu yang tampak, yang terlihatkarena bercahaya, yang di
dalam bahasa indonesiadisebut “gejala”. Jadi fenomologi adalah suatu aliran yang
membicarakan fenomena, atau gejala sesuatu yang menampakkan diri.
e. Pragmatisme
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar
ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat –
akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Pegangan pragmatism adalah logika
pengamatan.Aliran ini bersedi menerima segala sesuatu, asal saja membawa
akibat yang praktis.Pengalaman pribadi diterimanya, asal bermafaat, bahkan
kebenaran mistis dipandang sebagai berlaku juga, asal kebenaran mistis itu
membawa akibat praktis yang bermanfaat.
f. Neo – Kantianisme dan Neo – Toimisme
Neo kantianisme berkembang terutama di jerman.Filsafat dalam aliran ini
dianggap sebagai epistemology dan kritik ilmu pengetahuan.Tokoh – tokoh
terpenting adalah E. Cassire (1874 – 1945), H. Rickert (1863 – 1936), H.
vaihinger (1852 -1933).Neo tomime berkembang di dunia katolik banyak Negara
di eropa dan di amerika.
SEJARAH FILSAFAT TIMUR
A. Sejarah Filsafat Cina
1. Tema yang menonjol filsafat cina
Filsafat cina erat hubungannya dengan keadaan alam dan masyarakat. Filsafat cina
mempunyai ciri khas khusus, yaitu yang menjadi tema dari filsafat dan kebudayaan
adalah prikemanusiaan atau „ jen‟. Menurut confiuse „jen‟ itu mempunyai dua segi :
a. Segi Positif: Chung
Dalam ajaran ini confius megatakan: apa yang kau suka dari orang lain berbuat
kepadamu berbuatlah itu kepdanya.
b. Segi negatif: Shu
Dalam ajaran ini confius mengatakan: apa yang tidak kau suka orang lain berbuat
kepadamu janganlah kau berbuat hal itu kepadanya.
Jika dibandingkan dengan filsafat Barat dan India, filsafat Cina lebih
antroposentris dan pragmatis.Antroposentif karena memang dalam sejarah Cina
fokusnya masalah manusia, pragmatis dalam arti bagaimana manusia itu ada
keseimbangan antara dunia dan surge dapat tercapai.
2. Periodisasi Filsafat Cina
Filsafat cina dibagi menjadi empat periode, zaman kuno (600 -200 SM), zaman
pembaruan (200 SM – 1000 M), zaman neo – konfusianisme (1000 – 1900), dan
zaman modern (1900 – sekarang).
a. Zaman Kuno
Zaman ini ditandai dengan menculnya aliran – aliran filsafat klasik antara lain :
1) Konfiusianisme – Ju Chia
Yaitu suatu aliran yang terdiri atas orang – orang terpelajar yang mempunyai
keahlian dibidang kitab kitab klasik.Titik berat ajaran aliran ini dibidang etika.
Etika konfusianisme di dasarkan pada kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan
akan kebahagiaan hidup.
2) Mohisme
Yaitu suatu aliran yang terdiri atas kelompok kaum kesatria yang telah
kehilangan kedudukannya, mereka menawarkan keahliannya di bidang
peperangan kepda penguasa baru. Tokohnya Motzu (479 – 381 SM).
b. Zaman Pembaruan
Zaman ini ditandai dengan masuknya Budhisme dari India, yang kemudian
brkembang pesat di cina dan memberikan warna baru begi pemikiran
kefilasafatan di Cina.
c. Zanam Neo – Konfusianisme
Zaman ini ditandai dengan adanya gerakan untuk kembali kepada ajaran ajaran
konfius yang asli.
d. Zaman Moderen
Pada zaman modern pemikiran kefilasafatan sangat banyak dipengaruhi oleh
pemikiran – pemikiran yang berasal dari barat, hal ini karena banyaknya paderi –
paderi yang masuk ke daratan cina. Aliran ini paling berpengaruh adalah
pragmatism yang berasal dari Amerika Serikat.
DAFTAR PUSTAKA
Surajiyo. 2014. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar: Bumi Aksara
BAB III
LOGIKA BERPIKIR UNTUK MENEMUKAN KEBENARAN
Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana objek materialnya adalah
berpikir (khususnya penalaran/ proses penalaran) dan objek formalnya adalah berpikir/
penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Logika adalah sebuah cabang filsafat yang
praktis. Pragts di dini berarti logika dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari – hari. Logika
lahir bersama – sama dengan lahirnya filsafat di yunani. Dalam usaha untuk memasarkan filsuf –
filsuf kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan
penalarannya.
Logika di gunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk
iferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara traditional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi,
tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. Konsep bentuk logis adalah inti dari
logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan (validitas) sebuah argument ditentukan oleh
bentuk logisnya, bukan oleh isisnya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis
argmen, yaitu hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti – bukti yang diberikan (premis).
Logika silogistik tradisional aristoteles dan logika simbolik modern adalah contoh – contoh dari
logika formal.
Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktisberpangkal pada penalaran, dan
sekaligus juga sebgai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu,. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat
dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatanpenghubung” antara filsafat dan ilmu.
Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang dihasilkan , logika
dibedakan antara logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif adalah system penalaran
yang menelaah prinsip – pinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan
yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan ari pangkal pikirannya. Dalam logika ini yang
terutama telah adalah bentuk dari kerjanya akal jika telah runtut dan sesuai dengan pertimangan
akal yang dapat dibuktikan tidak ada kesimpulan lain karena proses kesimpulannya adalah tepat
dan sah.
Logika sebagai teori penyimpulan, berlandaskan pada suatu konsep yang dinyatakan
dalam bentuk kata atau istilah, dan dapat diunkapkan dalam bentuk kata atau istilah, dan dapat
diungkapkan dalam bentuk himpunan sehingga setiap konsep mempunyai himpunan, mempunyai
keluasan. Dengan dasar himpunan karena semua unsur penalaran dalam logika pembuktiannya
meggunakan diagram himpunan, dan ini merupakan pembuktian secra formal jika diungkapkan
dengan diagam himpunan sah dan tepat karena sah dan tepat pula penalaran tersebut.
Logika induktif adalah system penalran yang menelaah prinsip – prinsip penyimpulan
yang sah dari sejumlah hal khusus sapai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi.
Logika ini sering disebut juga logika materiel, yaitu berusaha menemukan prinsip – prinsip
penalaran yang bergantung keesuaiannya dengan kenyataan, oleh karena itu kesimpulannya itu
tidak ada bukti yang menyangkalnya, maka kesimpulan itu benar, dan tidak dapat dikatakan
pasti.
Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu Logos yang artinya hasil pertimbangan akal
pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Secara singkat, logika berarti
ilmu, kecakapan atau alat untuk berpikir lurus. Sebagai ilmu, logika disebut sebagai logika
Epiteme (Latin: logika scientia) yaitu logika adalah sepenuhnya suatu jenis pengetahuan rasional
atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan
teratur. Ilmu disini mengacu pada kecakapan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu
pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan. Kata logis yang
dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Oleh karena itu logika terkait erat
dengan hal-hal seperti pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme.
Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya
penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari
segi ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada
pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui
(Premis) yang nanti akan diturunkan kesimpulan.
Logika juga merupakan suatu ketrampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran
dalam praktek, hal ini yang menyebabkan logika disebut dengan filsafat yang praktis. Dalam
proses pemikiran, terjadi pertimbamgan, menguraikan, membandingkan dan menghubungkan
pengertian yang satu dengan yang lain. Penyelidikan logika tidak dilakukan dengan sembarang
berpikir. Logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan atau ketepatannya. Suatu pemikiran
logika akan disebut lurus apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum-hukum serta aturan yang
sudah ditetapkan dalam logika. Dari semua hal yang telah dijelaskan tersebut dapat menunjukkan
bahwa logika merupakan suatu pedoman atau pegangan untuk berpikir.
 Kegunaan logika :
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logic untuk berpikir secara rasional, kritis,
lurus, tetap, tertib, metodis, koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunala asas – asas
sistematis.
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan – kesalahan berpikir,
kekeliruan derta kesesatan.
6. Mampu menganalisis terhadap suatu kejadian.
7. Terhindar dari klenik.
8. Apabila sudah mampu berpikir rasional, kritis, lurus, metodis, dan analitis sebagaimana
tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.
Pengertian Kebenaran
Maksud hidup ini adalah untuk mencari kebenaran. Kebenaran ini menurut kamus besar
Bahasa Indonesia adalah keadaan (hal dsb) yang cocok dengan keadaan (hal) yang
sesungguhnya. Sementara menurut Syafi‟i dikutip oleh Marwar didalam
artikelnya, “Kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu” mengatakan bahwakebenaran itu adalah
kenyataan. Kenyataan yang dimaksud itu tidak selalu yang seharusnya terjadi. Kenyataan yang
terjadi bisa saja berbentuk ketidakbenaran (keburukan). Jadi, ada dua pengertian kebenaran, yaitu
kebenaran yang berarti nyata-nyata di satu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan
(ketidakbenaran).
Kebenaran adalah kenyataan yang benar-benar terjadi. Pernyataan ini pasti, dan tidak
dapat dipungkiri lagi. Manusia selalu ingin tahu kebenaran, karena hanya kebenaranlah yang bias
memuaskan rasa ingin tahu, dengan kata lain tujuan pengetahuan ialah mengetahui kebenaran.
Kita manusia bukan hanya sekedar ingin tahu, tetapi ingin mengetahui kebenaran. Kita juga
selalu ingin memiliki pengetahuan yang benar. Kebenaran ialah persesuaian antara pengetahuan
dan obyeknya. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan obyeknya.
 Macam-macam Kebenaran
Terdapat banyak pandangan mengenai teori kebenaran dalam kaitannya dengan
pengembangan ilmu, di antaranya adalah kebenaran empiris, kebenaran rasional, kebenaran
ilmiah, kebenaran intuitif,dan kebenaran relegius.
a. Kebenaran empiris.
Empiris adalah suatu keadaan yang bergantung bukti atau konsekuensi yang
teramati oleh indera.Data empiris yang dihasilkan dari percobaan atau pengamatan
(Wikipedia).Jadi, empiris itu artinyakelihatan jelas, ada pembuktiannya, bias kita dengar, sentuh,
berdasarkan pada hal-hal yang kelihatan dansudah diuji kebenarannya.
Merupakan hal yang dapat diinderawi, hal yang dirasakan oleh manusia denganinderanya.
Secara lebih jelas dengan contoh berikut ini:
1. Api itu panas.
2. Es itu dingin.
3. Daun itu hijau.
b. Kebenaran Rasional.
Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan yang logis; menurut pikiran yang sehat;
cocokdengan akal. Rasionalisme adalah pandangan bahwa kita mengetahui apa yang kita
pikirkan dan bahwa akal mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan kebenaran dengan diri
sendiri, atau bahwa pengetahuan itu diperoleh dengan cara membandingkan ide dengan ide
Basman (2009: 30).
Manusia merupakan makhluk hidup yang dapat berpikir,
sehingga kemampuannya tersebut dapatmenangkap ide atau prinsip tentang sesuatu yang
pada akhirnya sampai kepada kebenaran, yaitukebenaran rasional. Sebagai contoh berikut:
Ketika TV kita tidak berfungsi dengan baik maka dapat dipikir bahwa dan dipastikan kalau
ada komponen di dalam TV yang rusak atau sudah perlu diganti. Pemikiran tentang ada sesuatu
yang tidak beres ini merupakan suatu hal rasional yang timbul dari fenomena TV dan dapat
dipastikan pikiran rasional ini benar.
c. Kebenaran Ilmiah.
Kebenaran ilmiah merupakan kebenaran yang muncul dari hasil penelitian ilmiah dengan
melalui prosedur baku berupa tahap-tahapan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang berupa
metodologi ilmiah yang sesuai dengan sifat dasar ilmu.
Oleh karena itu, kebenaran ilmiah sering disebut sebagai kebenaran nisbi atau relatif. Sifat
kebenaran ini sesuai dengan sifat keilmuan itu sendiri yang dapat berubah sesuai dengan
perkembangan hasil penelitian, karena suatu teori pada masa tertentu bisa jadi merupakan
kebenaran, tetapi pada masa berikutnya bisa jadi sebuah kesalahan besar. Contoh kebenaran
ilmiah:
1. Bumi itu bulat dan tidak datar.
2. Air mendidih pada 100°C
d. Kebenaran Intuitif.
Intuitif merupakan suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Unsur utam
a bagipengetahuan adalah kemukinan adanya sesuatu bentuk penghayatan langsung (intuitif)
Bergson dalamMuslih (2004: 68). Pendekatan ini merupakan pengetahuan yang
diperoleh tanpa melalui proses penalarantertentu.
Intuisi bersifat personal dan tidak bias diramalkan.
Bahwa intuisi yang dialami oleh seseorang bersifat khas, sulit atau tidak bisa dijelaskan,
dan tidak bisa dipelajari atau ditiru oleh orang lain. Bahkan seseorang yang
pernah memperoleh intuisi sulit ataubahkan tidak bias mengulang pengalaman serupa,
misalnya, seorang yang sedang menghadapi suatumasalah secara tiba-
tiba menemukan jalan pemecahan dari masalah yang dihadapi atau secara tiba-
tibaseseorang memperoleh informasi mengenai peristiwa yang akan terjadi.
d. Kebenaran Religius.
Kebenaran religius ialah kebenaran Ilahi, kebenaran yang
bersumber dari Tuhan. Kebenaran inidisampaikan melalui wahyu. Manusia bukan semata makhl
uk jasmani yang ditentukan oleh hokum alamdan kehidupan saja,
ia juga makhluk rohaniah sekaligus, pendukung nilai.
Kebenaran tidak cukup diukur dengan interes dan rasio individu,
akan tetapi harus bisa menjawabkebutuhan dan memberi keyakinan pada seluruh umat. Karena it
u kebenaran haruslah mutlak, berlakusepanjang sejarah manusia. Contoh kebenaran religius:
1. Tentang madu.
2. Alkitab atau Alquran.
Logika Berpikir Untuk Kebenaran
Teori konistensi
Teori kebenaran saling berhubungan koheren, (kebenaran Rasio). Teori
Konsistensi. The Consistence Theory of Truth, yang sering disebut dengan The Coherence
Theory of Truth. “According o this theory truth is not constituted by the relation between a
judgment themselves.‟‟ (menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara
putusan (judgment) dengan sesuatu yang lalu,yakni fakta atau realitas, tetapi atas hubungan
antara putusan-putusan itu sendiri). Dengan demikian, kebenaran ditegakkan atas hubungan
antara putusan yang baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui
benarnya terlebih dahulu.
Jadi suatu proposisi itu cenderung untuk benar jika proposisi itu coherent (saling
berubungan). Dengan proosisi yang benar, atau jika arti yang terkandung oleh proposisi tersebut
koheren dengan pengalaman kita. “A belief is true not because it agress with fact but because it
agress, that is to say, harmonizes, with the body knowledge that we presses.”(suatu kepercayaan
adalah benar, bukan karena bersesuaian dengan fakta, melainkan bersesuaian/selaras dengan
pengetahuan yang kita miliki). “it the maintained that when we accept new belief as truths it is
on the basis of the manner in witch they cohere with knowledge we already posses”(jika kita
menerima kepercayaan-kepercayaan baru sebagai kebenaran-kebenaran, maka hal itu semata-
mata atas dasar kepercayaan itu saling berhubungan [cohere] dengan pengetahuan yang kita
miliki) “A judgment is true it if consistent with other judgment is logically coherent with other
relevance judgement.” (suatu putusan adalah benar apabila putusan itu konsisten dengan
putusan-putusan yang terlebih sdahulu kita terima, dan kita ketahui kebenarannya. Putusan yang
benar adalah suatu putusan yang saling berhubungan secara logis dengan putusan-putusan
lainnya yang relevan). Jadi menurut teori ini, putusan yang satu dengan putusan yang lainnya
saling berhubungan dan saling menerangkan satu sama lainnya. “The truth is systematic
coherence.” (kebenaran adalah saling saling hubungan yang sistematik). „„ Truth is consistency‟‟
(kebenaran adalah konsistensi, selaras, kecocokan).
Teori ini dapat juga dinamakan teori justifikasi tentang kebenaran, karena menurut
teori ini suatu putusan dianggap benar apabila mendapat justifikasi putusan-putusan lainnnya
yang terdahulu yang sudah diketahui kebenarannya. Misalnya : Bung Karno, adalah ayahanda
Megawati Soekarno Putri, adalah pernyataan yang kita ketahui, kita terima, dan kita anggap
benar. Jika terdapat pernyataan yang koheren dengan pernyataan tersebut di atas, maka
pernyataan ini dapat di nyatakan benar. Karena koheren dengan pernyataan yang dahulu,
Misalnya:
 Bung Karno memiliki anak bernama Megawati Soekarno Putri.
 Anak-anak Bung Karno ada yang bernama Megawati Soekarno Putri
 Megawati Soekarno Putri adalah keturunan Bung Karno
Perumusan: Phytagoras dikembangkan = Hegel (abad ke-19)
Prinsip : Dedukasi (umum-khusus). Tingkat kebenaran : kuat/lebih meyakinkan. Sesuatu itu
benar jika ia mengandung yang koheren, artinya kebenaran itu kosisten dengan kebenaran yang
sebelumnya.
 Kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dan peryataan lainnya yang sudah lebih
dahulu kita ketahui
 Suatu kepercayaan adalah benar bukanlah karena bersesuaian dengan fakta melainkan ia
bersesuaian atau ber selarasan dengan binaan pengetahuan yang kita miliki
 Matematika ialah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian
berdasarkan teori koheren, plato dan aristoteles mengembangkan teori koherensia
berdasarkan pola pemikiran yang digunakan Euclide dalam pengukuran ilmu ukurnya.
Teori Korespondensi (Kebenaran Faktual)
Teori Korespondensi (Correspondence Theory of Truth), yang kadang kala kita
sebut The accordance Theory of Truth. Menurut teori ini dinyatakan bahwa, kebenaran atau
keadaan benar itu berupa kesesuaian (Correspondence) antara arti yang dimaksud oleh suatu
pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh terjadi merupakan kenyataan atau faktanya, a
proposition [or meaning] is true if there is a fact to which it corresponds, if it expresses selaras
dengan kenyataannya, atau jika ia menyatakan apa adanya). “Truth is that which conforms to
fact which agress with reality which corresponds to the actual situation.” (kebenaran adalah
yang bersesuaian dengan fakta, yang beralasan dengan realitas, yang serasi (corresponds)
dengan situasi actual ). Truth is that which to fact or agrees with actual situation. Truth is the
agreement between the statement of fact and actual fact, or between the judgement and the
environmental situation of which the judgement claims to be an interpretation.” ( kebenaran
ialah sesuatu yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras dengan situasi aktual.
Kebenaran ialah persesuaian (agreement) antara pernyataan (statement) mengenai fakta dengan
fakta aktual atau antara putusan (judgment) dengan situasi seputar (enviromental situation)
yang diberi intepretasi. “if a judgment corresponds with the fact, it is the true if not, it is false.”
(jika suatu putusan esuai dengan fakta,maka dapat dikatakan benar, jika tidak maka dapat
dikatakan salah).
Suatu itu benar jika ada yang dikonepsikan sesuai dengan objeknya (fakta). Prinsip
: induksi (umum-khusus). Tingkat kebenaran agak rendah karena sifat metode induksi itu
sendiri. Bertrand Rusel(1872-1970) awalnya adalah aristoteles
 Kebenara itu dicapai setelah diadakan pengamatan dan pembuktian (observasi dan
verifikasi).
 Kebenaran itu berupa kesesuaian (korespondensi) antara yang dimaksud oleh suatu
pendapat dan apa yang sungguh-sungguh merupakan faktanya.
Contoh : “Ibukota negara Republik Indonesia adalah Jakarta karena faktanya memang
demikian, bila dikatakan Bandung maka itu tidaklah benar.
Teori Pragmatis
Teori ke tiga adalah teori pragmatisme tentang kebenaran, the pragmatic (pramatis)
theory of truth, pragmatisme berasal dari bahasa Yunani pragma, artinya yang dikerjakan,
yang dapat dilaksanakan, dilakukan, tindakan atau perbuatan . Falsafah ini dikembangkan
oleh seseorang bernama William James di Amerika Serikat.
Menurut filsafat ini di nyatakan, bahwa sesuatu ucapan, hukum, atau sebuah teori
semata-mata bergantung kepada asas manfaaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan
manfaat. Suatu kebenaran atau suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan
tersebut bersifat fungsionalis dalam kehidupan manusia. Teori, hipotesis atau ide adalah benar
apabila ia membawa kepada akibat yang memuaskan, jiak membawa akibat yang memuaskan,
dan jika berlaku dalam praktik, serta memiliki nilai praktis, maka dapat dinyatakan benar dan
memiliki nilai kebenaran.
Kebenaran terbukti oleh kegunaanya. Dan akibat-akibat praktisnya, sehingga
kebenaran dinyatakan sebagai segala sesuatu yang berlaku. Menurut william james “ide-ide
yang benar ialah ide-ide yang dapat kita serasikan. Jika kita umumkan berlakunya, kita
kuatkan dan kita periksa. Menurut penganut praktis, sebuah kebenaran dimaknakan jika
memiliki nilai kegunaan (utility) dapat dikerjakan (workability), akibat atau pengaruhnya
yang memuaskan (satisfactory consequence).
Dinyatakan sebuah kebenaran itu jika memiliki “hasil yang memuaskan”.
(satisfactory result), bila sesuatu yang benar jika memuaskan keinginan dan tujuan manusia.
Sesuatu yang benar jika dapat diuji benar dengan eksperimen. Sesuatu yang benar jika
mendorong atau membantu perjuangan biologis untuk tetap ada.
Charles S. Peirce (1835-1914) makalah tahun 1878 “how to make our ideas clear”
Para ahlinya: Wiliam James (1842-1910) John Dewey (1859-1952) tigkat kebenarannya :
lemah karena ada unsur subjektif. Sesuatu itu benar jika menimbulkan akibat positif. Benar
tidaknya suatu pendapat, teori atau dalil semata-mata tergantung pada berfaedah tidaknya
pendapat tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam penghidupannya, yaitu ada nilai
praktis ada hasilnya, berguna, memuaskan (satisfied) berlaku (works).
Teori Performatif
Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang
otoritas tertentu. Contohnya mengenai penetapan 1 Syawal. Sebagian muslim di Indonesia
mengikuti fatwa atau keputusan MUI atau pemerintah, sedangkan sebagian yang lain mengikuti
fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu.Masyarakat menganggap hal yang benar adalah apa-
apa yang diputuskan oleh pemegang otoritas tertentu walaupun tak jarang keputusan tersebut
bertentangan dengan bukti-bukti empiris.
Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran performatif.
Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin agama, pemimpin adat,
pemimpin masyarakat, dan sebagainya. Kebenaran performatif dapat membawa kepada
kehidupan sosial yang rukun, kehidupan beragama yang tertib, adat yang stabil dan sebagainya.
Masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak terbiasa berpikir kritis dan
rasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikuti kebenaran dari
pemegang otoritas. Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masih sangat patuh pada adat,
kebenaran ini seakan-akan kebenaran mutlak. Mereka tidak berani melanggar keputusan
pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakan rasio untuk mencari kebenaran.
Teori Konsensus
Suatu teori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma atau perspektif tertentu
dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung paradigma tersebut. Masyarakat
sains bisa mencapai konsensus yang kokoh karena adanya paradigma. Sebagai komitmen
kelompok, paradigma merupakan nilai-nilai bersama yang bisa menjadi determinan penting dari
perilaku kelompok meskipun tidak semua anggota kelompok menerapkannya dengan cara yang
sama.
Paradigma juga menunjukkan keanekaragaman individual dalam penerapan nilai-nilai
bersamayang bisa melayani fungsi-fungsi esensial ilmu pengetahuan. Paradigma berfungsi
sebagai keputusan yuridiktif yang diterima dalam hukum tak tertulis. Adanya perdebatan antar
paradigma bukan mengenai kemampuan relatif suatu paradigma dalam memecahkan masalah,
tetapi paradigma mana yang pada masa mendatang dapat menjadi pedoman riset untuk
memecahkan berbagai masalah secara tuntas.
Teori Kebenaran Sintaksis
Teori ini berkembang diantara para filsuf analisa bahasa, seperti Friederich Schleiermacher.
Menurut teori ini, „suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu mengikuti aturan
sintaksis (gramatika) yang baku‟.
Teori Kebenaran Semantis
Menurut teori kebenaran semantik, suatu proposisi memiliki nilai benar ditinjau dari segi arti
atau makna. Apakah proposisi itu pangkal tumpuannya pengacu (referent) yang jelas? Jadi,
memiliki arti maksudnya menunjuk pada referensi atau kenyataan, juga memiliki arti yang
bersifat definitif.
Teori Kebenaran Non-Deskripsi
Teori Kebenaran Non-Deskripsi. Teori ini dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme.
Jadi, menurut teori ini suatu statemen atau pernyataan itu akan mempunyai nilai benar ditentukan
(tergantung) peran dan fungsi pernyataan itu (mempunyai fungsi yang amat praktis dalam
kehidupan sehari-hari).
Teori Kebenaran Logika
Teori ini dikembangkan oleh kaum positivistik. Menurut teori ini, bahwa problema kebenaran
hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan hal ini akibatnya merupakan suatu pemborosan,
karena pada dasarnya apa pernyataan yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat
logik yang sama yang masing-masing saling melingkupinya.
Agama Sebagai Teori Kebenaran
Manusia adalah makhluk pencari kebenaran, salah satu cara untuk menemukan suatu kebenaran
adalah melalui agama. Agama dengan karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas segala
persoalan asasi yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam, manusia maupun tentang tuhan.
Kalau ketiga teori kebenaran sebelumnya lebih mengedepankan akal, budi, rasio, dan reason
manusia, maka dalam teori ini lebih mengedepankan wahyu yang bersumber dari tuhan.
Penalaran dalam mencapai ilmu pengetahuan yang benar dengan berfikir setelah melakukan
penyelidikan dan pengalaman. Sedangkan manusia mencari dan menentukan kebenaran sesuatu
dalam agama dengan jalan mempertanyakan atau mencari jawaban tentang masalah asasi dari
atau kepada kitab suci, dengan demikian suatu hal itu dianggap benar apabila sesuai dengan
ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.
Daftar Pustaka
Kusbandrijo, Bambang. 2016. Dasar – Dasar Logika. Jakarta: Kencana
http://rizkie-library.blogspot.com/2015/12/teori-teori-kebenaran.html
http://bettand90.blogspot.com/2013/06/logika-kebenaran.html
BAB IV
TEORI KEBENARAN
Maksud hidup ini adalah untuk mencari kebenaran. Kebenaran ini menurut kamus besar
Bahasa Indonesia adalah keadaan (hal dsb) yang cocok dengan keadaan (hal) yang
sesungguhnya. Sementara menurut Syafi‟i dikutip oleh Marwar di dalam artikelnya, “Kebenaran
dalam perspektif filsafat ilmu” mengatakan bahwa kebenaran itu adalah kenyataan. Kenyataan
yang dimaksud itu tidak selalu yang seharusnya terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja
berbentuk ketidakbenaran (keburukan). Jadi, ada dua pengertian kebenaran, yaitu kebenaran
yang berarti nyata-nyata di satu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan
(ketidakbenaran).
Kebenaran adalah kenyataan yang benar-benar terjadi. Pernyataan ini pasti, dan tidak
dapat dipungkiri lagi. Manusia selalu ingin tahu kebenaran, karena hanya kebenaranlah yang bias
memuaskan rasa ingin tahu, dengan kata lain tujuan pengetahuan ialah mengetahui kebenaran.
Kita manusia bukan hanya sekedar ingin tahu, tetapi ingin mengetahui kebenaran. Kita
juga selalu ingin memiliki pengetahuan yang benar. Kebenaran ialah persesuaian antara
pengetahuan dan obyeknya. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan
obyeknya.
Macam-macam Kebenaran
Terdapat banyak pandangan mengenai teori kebenaran dalam kaitannya dengan
pengembangan ilmu, di antaranya adalah kebenaran empiris, kebenaran rasional, kebenaran
ilmiah, kebenaran intuitif,dan kebenaran relegius.
a. Kebenaran empiris
Empiris adalah suatu keadaan yang bergantung bukti atau konsekuensi yang
teramati oleh indera.Data empiris yang dihasilkan dari percobaan atau pengamatan
(Wikipedia).Jadi, empiris itu artinyakelihatan jelas, ada pembuktiannya, bias kita dengar,
sentuh, berdasarkan pada hal-hal yang kelihatan dansudah diuji kebenarannya.
Merupakan hal yang dapat diinderawi, hal yang dirasakan oleh manusia dengan
inderanya.
Secara lebih jelas dengan contoh berikut ini:
1. Api itu panas.
2. Es itu dingin.
3. Daun itu hijau
b. Kebenaran Rasional
Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan yang logis; menurut pikiran
yang sehat; cocokdengan akal. Rasionalisme adalah pandangan bahwa kita mengetahui
apa yang kita pikirkan dan bahwa akal mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan
kebenaran dengan diri sendiri, atau bahwa pengetahuan itu diperoleh dengan cara
membandingkan ide dengan ide Basman (2009: 30).
Manusia merupakan makhluk hidup yang dapat berpikir, sehingga
kemampuannya tersebut dapat menangkap ide atau prinsip tentang sesuatu yang pada
akhirnya sampai kepada kebenaran, yaitu kebenaran rasional. Sebagai contoh berikut:
Ketika TV kita tidak berfungsi dengan baik maka dapat dipikir bahwa dan
dipastikan kalau ada komponen di dalam TV yang rusak atau sudah perlu diganti.
Pemikiran tentang ada sesuatu yang tidak beres ini merupakan suatu hal rasional yang
timbul dari fenomena TV dan dapat dipastikan pikiran rasional ini benar.
c. Kebenaran Ilmiah
Kebenaran ilmiah merupakan kebenaran yang muncul dari hasil penelitian ilmiah
dengan melalui prosedur baku berupa tahap-tahapan untuk memperoleh pengetahuan
ilmiah yang berupa metodologi ilmiah yang sesuai dengan sifat dasar ilmu.
Oleh karena itu, kebenaran ilmiah sering disebut sebagai kebenaran nisbi atau
relatif. Sifat kebenaran ini sesuai dengan sifat keilmuan itu sendiri yang dapat berubah
sesuai dengan perkembangan hasil penelitian, karena suatu teori pada masa tertentu bisa
jadi merupakan kebenaran, tetapi pada masa berikutnya bisa jadi sebuah kesalahan besar.
Contoh kebenaran ilmiah :
1. Bumi itu bulat dan tidak datar.
2. Air mendidih pada 100°C
3. Kebenaran Intuitif
Intuitif merupakan suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan
seketika. Unsur utama bagipengetahuan adalah kemukinan adanya sesuatu bentuk
penghayatan langsung (intuitif) Bergson dalamMuslih (2004: 68). Pendekatan ini
merupakan pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui proses penalarantertentu.
Intuisi bersifat personal dan tidak bias diramalkan. Bahwa intuisi yang
dialami oleh seseorang bersifat khas, sulit atau tidak bisa dijelaskan, dan tidak
bisa dipelajari atau ditiru oleh orang lain. Bahkan seseorang yang pernah
memperoleh intuisi sulit ataubahkan tidak bias mengulang pengalaman serupa,
misalnya, seorang yang sedang menghadapi suatu masalah secara tiba-tiba
menemukan jalan pemecahan dari masalah yang dihadapi atau secara tiba-tiba
seseorang memperoleh informasi mengenai peristiwa yang akan terjadi.
d. Kebenaran Religius
Kebenaran religius ialah kebenaran Ilahi, kebenaran yang bersumber dari Tuhan.
Kebenaran inidisampaikan melalui wahyu. Manusia bukan semata makhluk jasmani yang
ditentukan oleh hokum alamdan kehidupan saja, ia juga makhluk rohaniah sekaligus,
pendukung nilai.
Kebenaran tidak cukup diukur dengan interes dan rasio individu, akan tetapi harus
bisa menjawabkebutuhan dan memberi keyakinan pada seluruh umat. Karena itu
kebenaran haruslah mutlak, berlakusepanjang sejarah manusia. Contoh kebenaran
religius:
1. Tentang madu.
2. Alkitab atau Alquran.
Teori Kebenaran
Teori konistensi
Teori kebenaran saling berhubungan koheren, (kebenaran Rasio). Teori Konsistensi. The
Consistence Theory of Truth, yang sering disebut dengan The Coherence Theory of Truth.
“According o this theory truth is not constituted by the relation between a judgment
themselves.‟‟ (menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan
(judgment) dengan sesuatu yang lalu,yakni fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara
putusan-putusan itu sendiri). Dengan demikian, kebenaran ditegakkan atas hubungan antara
putusan yang baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui benarnya
terlebih dahulu.
Jadi suatu proposisi itu cenderung untuk benar jika proposisi itu koherent (saling
berubungan). Dengan proosisi yang benar, atau jika arti yang terkandung oleh proposisi tersebut
koheren dengan pengalaman kita. “A belief is true not because it agress with fact but because it
agress, that is to say, harmonizes, with the body knowledge that we presses.”(suatu kepercayaan
adalah benar, bukan karena bersesuaian dengan fakta, melainkan bersesuaian/selaras dengan
pengetahuan yang kita miliki). “it the maintained that when we accept new belief as truths it is
on the basis of the manner in witch they cohere with knowledge we already posses”(jika kita
menerima kepercayaan-kepercayaan baru sebagai kebenaran-kebenaran, maka hal itu semata-
mata atas dasar kepercayaan itu saling berhubungan [cohere] dengan pengetahuan yang kita
miliki) “A judgment is true it if consistent with other judgment is logically coherent with other
relevance judgement.” (suatu putusan adalah benar apabila putusan itu konsisten dengan
putusan-putusan yang terlebih sdahulu kita terima, dan kita ketahui kebenarannya. Putusan yang
benar adalah suatu putusan yang saling berhubungan secara logis dengan putusan-putusan
lainnya yang relevan). Jadi menurut teori ini, putusan yang satu dengan putusan yang lainnya
saling berhubungan dan saling menerangkan satu sama lainnya. “The truth is systematic
coherence.” (kebenaran adalah saling saling hubungan yang sistematik). „„ Truth is consistency‟‟
(kebenaran adalah konsistensi, selaras, kecocokan).
Teori ini dapat juga dinamakan teori justifikasi tentang kebenaran, karena menurut teori
ini suatu putusan dianggap benar apabila mendapat justifikasi putusan-putusan lainnnya yang
terdahulu yang sudah diketahui kebenarannya. Misalnya : Bung Karno, adalah ayahanda
Megawati Soekarno Putri, adalah pernyataan yang kita ketahui, kita terima, dan kita anggap
benar. Jika terdapat pernyataan yang koheren dengan pernyataan tersebut di atas, maka
pernyataan ini dapat di nyatakan benar. Karena koheren dengan pernyataan yang dahulu,
Misalnya:
• Bung Karno memiliki anak bernama Megawati Soekarno Putri.
• Anak-anak Bung Karno ada yang bernama Megawati Soekarno Putri
• Megawati Soekarno Putri adalah keturunan Bung Karno
Perumusan: Phytagoras dikembangkan = Hegel (abad ke-19)
Prinsip : Dedukasi (umum-khusus). Tingkat kebenaran : kuat/lebih meyakinkan. Sesuatu itu
benar jika ia mengandung yang koheren, artinya kebenaran itu kosisten dengan kebenaran yang
sebelumnya.
• Kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dan peryataan lainnya yang sudah
lebih dahulu kita ketahui
• Suatu kepercayaan adalah benar bukanlah karena bersesuaian dengan fakta melainkan ia
bersesuaian atau ber selarasan dengan binaan pengetahuan yang kita miliki
• Matematika ialah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian
berdasarkan teori koheren, plato dan aristoteles mengembangkan teori koherensia berdasarkan
pola pemikiran yang digunakan Euclide dalam pengukuran ilmu ukurnya.
Teori Korespondensi (Kebenaran Faktual)
Teori Korespondensi (Correspondence Theory of Truth), yang kadang kala kita sebut The
accordance Theory of Truth. Menurut teori ini dinyatakan bahwa, kebenaran atau keadaan benar
itu berupa kesesuaian (Correspondence) antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan dengan
apa yang sungguh-sungguh terjadi merupakan kenyataan atau faktanya, a proposition [or
meaning] is true if there is a fact to which it corresponds, if it expresses selaras dengan
kenyataannya, atau jika ia menyatakan apa adanya). “Truth is that which conforms to fact which
agress with reality which corresponds to the actual situation.” (kebenaran adalah yang
bersesuaian dengan fakta, yang beralasan dengan realitas, yang serasi (corresponds) dengan
situasi actual ). Truth is that which to fact or agrees with actual situation. Truth is the agreement
between the statement of fact and actual fact, or between the judgement and the environmental
situation of which the judgement claims to be an interpretation.” ( kebenaran ialah sesuatu yang
sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras dengan situasi aktual. Kebenaran ialah persesuaian
(agreement) antara pernyataan (statement) mengenai fakta dengan fakta aktual atau antara
putusan (judgment) dengan situasi seputar (enviromental situation) yang diberi intepretasi. “if a
judgment corresponds with the fact, it is the true if not, it is false.” (jika suatu putusan esuai
dengan fakta,maka dapat dikatakan benar, jika tidak maka dapat dikatakan salah).
Suatu itu benar jika ada yang dikonepsikan sesuai dengan objeknya (fakta). Prinsip :
induksi (umum-khusus). Tingkat kebenaran agak rendah karena sifat metode induksi itu sendiri.
Bertrand Rusel(1872-1970) awalnya adalah aristoteles
• Kebenaran itu dicapai setelah diadakan pengamatan dan pembuktian (observasi dan
verifikasi).
• Kebenaran itu berupa kesesuaian (korespondensi) antara yang dimaksud oleh suatu
pendapat dan apa yang sungguh-sungguh merupakan faktanya.
Contoh : “Ibukota negara Republik Indonesia adalah Jakarta karena faktanya memang demikian,
bila dikatakan Bandung maka itu tidaklah benar.
Teori Pragmatis
Teori ke tiga adalah teori pragmatisme tentang kebenaran, the pragmatic (pramatis)
theory of truth, pragmatisme berasal dari bahasa Yunani pragma, artinya yang dikerjakan, yang
dapat dilaksanakan, dilakukan, tindakan atau perbuatan . Falsafah ini dikembangkan oleh
seseorang bernama William James di Amerika Serikat.
Menurut filsafat ini di nyatakan, bahwa sesuatu ucapan, hukum, atau sebuah teori semata-
mata bergantung kepada asas manfaaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat.
Suatu kebenaran atau suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut
bersifat fungsionalis dalam kehidupan manusia. Teori, hipotesis atau ide adalah benar apabila ia
membawa kepada akibat yang memuaskan, jiak membawa akibat yang memuaskan, dan jika
berlaku dalam praktik, serta memiliki nilai praktis, maka dapat dinyatakan benar dan memiliki
nilai kebenaran.
Kebenaran terbukti oleh kegunaanya. Dan akibat-akibat praktisnya, sehingga kebenaran
dinyatakan sebagai segala sesuatu yang berlaku. Menurut william james “ide-ide yang benar
ialah ide-ide yang dapat kita serasikan. Jika kita umumkan berlakunya, kita kuatkan dan kita
periksa. Menurut penganut praktis, sebuah kebenaran dimaknakan jika memiliki nilai kegunaan
(utility) dapat dikerjakan (workability), akibat atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory
consequence).
Dinyatakan sebuah kebenaran itu jika memiliki “hasil yang memuaskan”. (satisfactory
result), bila sesuatu yang benar jika memuaskan keinginan dan tujuan manusia. Sesuatu yang
benar jika dapat diuji benar dengan eksperimen. Sesuatu yang benar jika mendorong atau
membantu perjuangan biologis untuk tetap ada.
Charles S. Peirce (1835-1914) makalah tahun 1878 “how to make our ideas clear” Para
ahlinya: Wiliam James (1842-1910) John Dewey (1859-1952) tigkat kebenarannya : lemah
karena ada unsur subjektif. Sesuatu itu benar jika menimbulkan akibat positif. Benar tidaknya
suatu pendapat, teori atau dalil semata-mata tergantung pada berfaedah tidaknya pendapat
tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam penghidupannya, yaitu ada nilai praktis ada
hasilnya, berguna, memuaskan (satisfied) berlaku (works).
Teori Performatif
Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang
otoritas tertentu. Contohnya mengenai penetapan 1 Syawal. Sebagian muslim di Indonesia
mengikuti fatwa atau keputusan MUI atau pemerintah, sedangkan sebagian yang lain mengikuti
fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu.Masyarakat menganggap hal yang benar adalah apa-
apa yang diputuskan oleh pemegang otoritas tertentu walaupun tak jarang keputusan tersebut
bertentangan dengan bukti-bukti empiris.
Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran performatif.
Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin agama, pemimpin adat,
pemimpin masyarakat, dan sebagainya. Kebenaran performatif dapat membawa kepada
kehidupan sosial yang rukun, kehidupan beragama yang tertib, adat yang stabil dan sebagainya.
Masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak terbiasa berpikir kritis dan
rasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikuti kebenaran dari
pemegang otoritas. Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masih sangat patuh pada adat,
kebenaran ini seakan-akan kebenaran mutlak. Mereka tidak berani melanggar keputusan
pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakan rasio untuk mencari kebenaran.
Teori Konsensus
Suatu teori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma atau perspektif
tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung paradigma tersebut.
Masyarakat sains bisa mencapai konsensus yang kokoh karena adanya paradigma. Sebagai
komitmen kelompok, paradigma merupakan nilai-nilai bersama yang bisa menjadi determinan
penting dari perilaku kelompok meskipun tidak semua anggota kelompok menerapkannya
dengan cara yang sama.
Paradigma juga menunjukkan keanekaragaman individual dalam penerapan nilai-nilai
bersamayang bisa melayani fungsi-fungsi esensial ilmu pengetahuan. Paradigma berfungsi
sebagai keputusan yuridiktif yang diterima dalam hukum tak tertulis. Adanya perdebatan antar
paradigma bukan mengenai kemampuan relatif suatu paradigma dalam memecahkan masalah,
tetapi paradigma mana yang pada masa mendatang dapat menjadi pedoman riset untuk
memecahkan berbagai masalah secara tuntas.
Teori Kebenaran Sintaksis
Teori ini berkembang diantara para filsuf analisa bahasa, seperti Friederich
Schleiermacher. Menurut teori ini, „suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu
mengikuti aturan sintaksis (gramatika) yang baku‟.
Teori Kebenaran Semantis
Menurut teori kebenaran semantik, suatu proposisi memiliki nilai benar ditinjau dari segi
arti atau makna. Apakah proposisi itu pangkal tumpuannya pengacu (referent) yang jelas? Jadi,
memiliki arti maksudnya menunjuk pada referensi atau kenyataan, juga memiliki arti yang
bersifat definitif.
Teori Kebenaran Non-Deskripsi
Teori Kebenaran Non-Deskripsi. Teori ini dikembangkan oleh penganut filsafat
fungsionalisme. Jadi, menurut teori ini suatu statemen atau pernyataan itu akan mempunyai nilai
benar ditentukan (tergantung) peran dan fungsi pernyataan itu (mempunyai fungsi yang amat
praktis dalam kehidupan sehari-hari).
Teori Kebenaran Logika
Teori ini dikembangkan oleh kaum positivistik. Menurut teori ini, bahwa problema
kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan hal ini akibatnya merupakan suatu
pemborosan, karena pada dasarnya apa pernyataan yang hendak dibuktikan kebenarannya
memiliki derajat logik yang sama yang masing-masing saling melingkupinya.
Agama Sebagai Teori Kebenaran
Manusia adalah makhluk pencari kebenaran, salah satu cara untuk menemukan suatu
kebenaran adalah melalui agama. Agama dengan karakteristiknya sendiri memberikan jawaban
atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam, manusia maupun
tentang tuhan. Kalau ketiga teori kebenaran sebelumnya lebih mengedepankan akal, budi, rasio,
dan reason manusia, maka dalam teori ini lebih mengedepankan wahyu yang bersumber dari
Tuhan.
Penalaran dalam mencapai ilmu pengetahuan yang benar dengan berfikir setelah
melakukan penyelidikan dan pengalaman. Sedangkan manusia mencari dan menentukan
kebenaran sesuatu dalam agama dengan jalan mempertanyakan atau mencari jawaban tentang
masalah asasi dari atau kepada kitab suci, dengan demikian suatu hal itu dianggap benar apabila
sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.
Daftar Pustaka
Kusbandrijo, Bambang. 2016. Dasar – Dasar Logika. Jakarta: Kencana
http://rizkie-library.blogspot.com/2015/12/teori-teori-kebenaran.html
http://bettand90.blogspot.com/2013/06/logika-kebenaran.htm
BAB V
TATARAN KEILMUAN/ PENGETAHUAN ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI,
AKSIOLOGI
A. Latar Belakang
Dalam perjalanan sejarah manusia, pemikiran filosofis senantiasa berkembang. Hal itu
dikarenakan pemikiran merupakan hal yang paling mendasar dalam kehidupan manusia, bahkan
merupakan ciri khas manusia. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari anugerah akal yang
dimiliki oleh manusia. Pemikiran filosofis meniscayakan kelahiran filsafat sebagai induk dari
semua ilmu. Di antara corak pemikiran manusia adalah pengetahuan tentang wujud, awal
bermulanya hingga akhirnya. Filsafat tidak hanya berhenti pada permasalahan wujud, tetapi juga
merambah pada pembahasan berkenaan dengan ilmu. Selain itu, filsafat juga menyentuh tataran
praktis, terutama berkaitan dengan moral. Perkembangan tersebut merupakan implikasi logis dari
perkembangan pola pikir manusia itu sendiri. Hal tersebut tidak lain merupakan upaya untuk
menemukan“kebenaran”.
Pencarian terhadap kebenaran seiring dengan tujuan dari filsafat itu sendiri, yakni untuk
mencari kebenaran yang hakiki. Dengan kata lain, mengetahui segala sesuatu yang ada
sebagaimana adanya (problem ontologis). Kemudian, timbul pertanyaan setelah mencari “Apa
itu kebenaran?” yaitu “Bagaimana kita bisa mendapatkan pengetahuan yang hakiki itu atau
sesuatu yang ada sebagaimana adanya (kebenaran)? Persoalan ini merupakan problem
epistemologis. Dengan kata lain, pemikiran selanjutnya berkaitan dengan pengaplikasian ilmu
yang telah didapatkan pada tataran praktis. Ini disebut dengan problem aksiologis, artinya apakah
ilmu pengetahuan yang didapat itu bisa diterapkan untuk kemaslahatan umat atau justru
sebaliknya, terutama kaitannya dengan moralitas. Singkatnya, wilayah ontologi bertanya tentang
“apa” wilayah epistemologi bertanya tentang “bagaimana” sedangkan, wilayah aksiologi
bertanya tentang “untuk apa”.
Tiga problem filosofis inilah ontologi, epistemologi dan aksiologi yang hingga kini masih
menimbulkan perdebatan. Hal itu dikarenakan masing-masing aliran filsafat memiliki sudut
pandang tersendiri berkaitan dengan ketiga hal tersebut. Oleh karena itu, pembahasan mengenai
Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi topic penting pembahasan penting dalam dunia Filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. EPISTEMOLOGI (FILSAFAT PENGETAHUAN)
Istilah Epistemology dipakai pertama kali oleh J.F.Feriere yang maksudnya untuk
membedakan antara dua cabang filsafat, yaitu epistemology dan ontology (metafisika umum).
Epistemologi berasal dari kata yunani, episteme, dan logos. Episteme biasa diartikan
pengetahuan dan kebenaran dan logos diartikan pikiran, kata, atau teori. Epistemology secara
etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang benar, lazimnya hanya disebut teori
pengetahuan yang dalam bahasa Inggrisnya menjadi Theory Of Knowledge.
Istilah – istilah lain yang setara maksudnya dengan epistemology dalam kepustakaan filsafat
kadang – kadang disebut juga logika material, criteriology, kritika pengetahuan, gnosiology, dan
dalam bahasa Indonesia lazim dipergunakan istilah filsafat pengetahuan.
1. Logika Material
Istilah logika material sudah mengandaikan adanya ilmu pengetahuan yang lain
yang disebut logika formal. Sesungguhnya istilah logika material ini secara
khususnya hanya terdapat pada kepustakaan kefilsafatan Belanda. Apabila logika
formal menyangkut dengan bentuk pemikiran maka logika material menyangkut isi
pemikiran.
Dengan perkataan lain, apabila logika formal yang biasanya disebut logika,
berusaha untuk menyelidiki dan menetapkan bentuk pemikiran yang masuk akal,
logika material berusaha untuk menetapkan kebenaran dari suatu pemikiran ditinjau
dari segi isinya. Dapat dikatakan bahwa logika formal berhubungan dengan masalah
kebenaran formal yang acap akli juga dinamakan keabsahan (jalan) pemikiran.
Adapun logika material berhubungan dengan kebenaran materil, yang kadang –
kadang juga disebut kebenaran autentik aau autentisitas isi pemikiran.
2. Kriteriologia
Istilah kriteriologia berasal dari kata kriterium yang berarti ukran. Dalam hal ini
yang dimaksud adalah ukuran untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau
pengetahuan tertentu. Dengan demikian, kriteriologia merupakan suatu cabang
filsafat yang berusaha untk menetapkan benar tidaknya pikiran atau pengetahuan
berdasarkan ukuran tentang kebenaran.
3. Kritika Pengetahuan
Istilah kritika pengetahuan sedikit banyak ada sangkut pautnya dengan
kriteriologia. Yang dimaksud kritika disini adalah sejenis usaha manusia untuk
menetapkan, apakah sesuatu pikiran atau pengetahuan manusia itu sudah benat atau
tidak benar dengan jalan meninjaunya secara sedalam – dalamnya.
Jadi, secara singkat dapatlah dikatakan bahwa kritika pengetahuan menunjuk
kepada suatu ilmu pengetahuan yang berdasarkan tinjauan secara mendalam berusaha
menentukan benar tidaknya sesuatu pikiran atau pengetahuan manusia.
4. Gnoseologia
Istilah gnoseologia kata berasal dari gnosis dan logos. Dalam hal ini gnosis berarti
pengetahuan yang bersifat keahlian, sedangkan logos berarti ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, gnoseologia berarti suatu ilmu pengetahuan atau cabang filsafat
yang berusaha untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakikat pengetahuan,
khususnya menegnai pengetahuan yang bersifat keahlian.
5. Filsafat Pengetahuan
Secara singkat dapat diartikan bahwa filsafat penegtahuan merupakan salah satu
cabang filsafat yang mempersoalkan menegani masalah hakikat penngetahuan.
J.A Niels Mulder menuturkan, epistemology adalah cabang filsafatnya yang
mempelajari soal tentang watak, batas – batas dan berlakunya dari ilmu pengetahuan.
Jacques Veuger menegemukakan, epistemology adalah pengetahuan tentang
pengetahuan yang kita miliki sendiri bukannya pengetahuan orang lain tentang
pengetahuan kita, atau pengetahuan yang kita miliki tentang pengetahuan orang lain.
Pendek kata epistemology ialah pengetahuan penegtahuan kita yang mengetahui
pengetahuan kita. Abbas Hamami Mintarejo memberikan pendapat bahwa
epistemology adalah bagian filsafat atau cabang filsafat yang membicarakan tentang
terjadinya pengetahuan dan mengandakan penilaian atau pembenaran dari
pengetahuan yang telah terjadi itu.
Bila didefinisikan epistemology adalah bagian filsafat yang membicarakan
tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas –
batas, sifat, metode, dan kesahihan pengetahuan. Oleh karena itu, sistematika
penulisan epistemology adalah terjadinya pengetahuan, teori kebenaran, metode
ilmiah, dan aliran teori pengetahuan.
B. ONTOLOGI
Isitilah ontology berasal dari kata yunani , yaitu ta onta berarti “ yang berada” dan logi
berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Dengan demikian, ontology adalah ilmu
pengetahuan atau ajaran tentang yang berada.
Persoalan dalam keberadaan menurut Ali Mudhofir (1996) ada tiga pandangan, yang
masing – masing menimbulkan aliran yang berbeda. Tiga segi pandangan itu adalah
sebagai berikut:
1. Keberadaan Dipandang dari segi jumlah ( kuantitas )
Keberadaan dipandang dari segi jumlah ( kuantitas ), artinya berapa banyak
kenyataan yang paling dalam itu. Pandangan ini melahirkan beberapa aliran filsafat
sebagai jawabannya, yaitu sebagai berikut:
a. Monisme
Aliran yang menyatakan baha hanya suatu kenyataan fundamental. Kenyataan
tersebut dapat berupa jiwa, materi, tuhan atau substansi lainnya yang tidak dapat
diketahui. Tokohnya antara lain: Thales (625 – 545 SM) yang berpendapat bahwa
kenyataan yang terdalam adalah satu substansi, yaitu air. Filsuf modern yang
termasuk penganut monism aadalah B. Spinoza, berpenndapat bahwwa hanya ada
satu substansi, yaitu Tuhan. Dalam hal ini Tuhan diidentikkan dengan alam (
naturans naturata).
b. Dualisme (Serba Dua)
Aliran yang mengangap adanya dua substansi yang masing masing berdiri sendiri.
Tokoh – tokoh yang termasuk aliran ini adalah plato (428- 348 SM), yang
membedakan dua dunia yaitu, dua indra ( dunia baying – baying) dan dunia ide (
dunia yang terbuka bagi rasio manusia).
c. Pluralisme ( Serba Banyak)
Aliran yang mengakui adanya satu substansi atau dua substansi melankan banyak
substansi. Para filsuf yang termasuk pularisme di antaranya Empedokles ( 490 –
430 SM) ynag menyatakan bahwa hakikat kenyataan terdiri atas unsur – unsur
yang tidak terhitung banyaknya, sebanyak jumlah sifat benda dan semuanya
dikuasai oleh suatu tenaga yang dinamakan nous. Dikatakannya bahwa nous
adalah suatu zat yang paling halus yang memiliki sifat pandai bergerak dan
mengatur.
2. Keberadaan Dipandang Dari Segi Sifat ( Kualitas)
Keberadaan dipandang dari segi sifat (kualitas) menimbulkan beberapa aliran sebagai
berikut.
a. Spriritualisme
Spiritualisme mengandung beberapa arti, yaitu
1. Ajaran yang menyatakan bahwa kenyataan terdalam adalah roh (pneuma, Nous,
Reason, Logos), yakni roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam.
Spriritualisme dalam arti ini dilawankan dengan materialism.
2. Kadang – kadang dikenakan dengan pandangan idealistis yang menyatakan
adanya roh mutlak.
3. Dipakai dalam istilah keagamaan untuk menekankan pengaruh langsung dari roh
suci dalam bidang agama.
4. Istilah spiritualisme lebih tepat dikenakan bagi kepercayaan semacam ini. Aliran
spiritualisme juga disebut idealisme (Serba cita). Tokoh aliran ini diantaranya
Plato dengan ajarannya tentang idea (cita) dan jiwa.
b. Materialisme
Adalah pandangan yang menyatakan bahwa tidak ada suatu yang nyata kecuali
materi.pikiran dan kesadaran hanyalah penjelmaan dari materi yang dapat
dikembalikan pada unsur – unsur fisik. Materi adalah sesuatu yang kelihatan,
dapat diraba, berbentuk, dan menempati ruang. Hal – hal yang bersifat kerohanian
sperti pikiran, jiwa, keyakinan rasa sedih, dan rasa yang lain hanyalah ungkapan
pada proses kebendaan. Tokoh aliran ini antara lain Demokritos (460 – 370 SM)
beryakinan bahwa alam semesta tersusun atas atom – atom kecil yang memiliki
bentuk dan badan.
3. Keberadaan Dipandang Dari Segi Proses, Kejadian, atau Perubahan
Aliran yang berusaha menjawab persoalan ini sebagai berikut.
a. Mekanisme
Menyatakan bahwa semua gejala dapat dijelaskan berdasarkan asas – asas
mekanik (mesin). Semua peristiwa adalah hasil dari materi yang bergerak dan
dapat dijelaskan menurut kaidahnya.aliran ini juga menerangkan semua perstiwa
berdasar pada sebab kerja (efficient cause), yang dilawankan dengan sebab tujuan
(final cause.
Rene Descartes menganggap bahwa hakikat materi adalah keluasan
(extention), dan semua gejala fisik dapat diterangkan dengan kaidah mekanik.bagi
Immanuel kant, kepastian dari suatu kejadian sesuai dengan kaidah sebab akibat
(causality) sebagai suatu kaidah alam.
b. Teleologi ( serba – tujuan)
Berpendirian bahwa yang berlaku dalam kejadian alam bukanlah kaidah
sebab akibat, akan tetapi sejak semula memang ada sesuatu kemauan atau
kekuatan yang mengarahkan alam ke suatu tujuan.
Plato membedakan antara idea dengan materi. Tujuan berlaku di alam ide,
sedangkan kaidah sebab akibat berlaku dalam materi.
Meurut Aristoteles, untuk melihat kenyataan yang sesungguhnya kita
harus memahami empat sebab, yaitu sebab bahan (material cause), sebab bentuk
(formal cause), sebab kerja (efficient cause), dan sebab tujuan ( final cause).
c. Vitalisme
Memandang bahwa kehidupan tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara fisika –
kimiawi, karena hakikatnya berbeda dengan yang tidak hidup. Filsuf vitalisme
seperti Henry Bregson (1859 – 1941) menyebutkan elan vital. Dikatakan bahwa
elan vital merupakan sumber dari sebab kerja dan perkembangan dalam alam.
Asas hidup ini memimpin dan mengatur gejala hidup dan menyeuaikannya
dengan tujuan hidup. Oleh karena itu, vitalisme sering juga dinamakan finalisme.
C. AKSIOLOGI
Jika ontologi berbicara tentang hakikat yang ada (objek ilmu) dan epistemologi
berbicara tentang bagaimana yang ada itu bisa diperoleh (cara memperoleh ilmu) maka
aksiologi berkaitan dengan manfaat dari pada ilmu itu sendiri atau kaitan penerapan ilmu
itu dengan kaidah-kaidah moral. aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu axion yang
berarti “nilai” dan logos yang berarti “ilmu” atau “teori”. Jadi, aksiologi adalah ilmu
tentang nilai. Adapun Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan
bahwa aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nalai secara umum.
Menurut Brameld, ada tiga bagian yang membedakan di dalam aksiologi. Pertama, moral
conduct, tindakan moral. Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika. Kedua,
esthetic expression, ekspresi keindahan yang melahirkan estetika. Ketiga, socio-political
life, kehidupan sosio-politik. Bidang ini melahirkan ilmu filsafat sosio-politik.
1. Teori Nilai (Etika)
Problem aksiologis yang pertama berhubungan dengan nilai. Berkaitan
dengan masalah nilai sebenarnya telah dikaji secara mendalam oleh filsafat nilai.
Oleh sebab itu dalam kesempatan kali ini akan dibahas beberapa hal saja yang
kiranya penting untuk dipaparkan berkaitan dengan masalah nilai. Tema-tema
yang muncul seputar masalah ini misalnya apakah nilai itu subjektif atau objektif.
Perdebatan tentang hakikat nilai, apakah ia subjektif atau objektif selalu menarik
perhatian. Ada yang berpandangan bahwa nilai itu objektif sehingga ia bersifat
universal. Di mana pun tempatnya, kapanpun waktunya, ia akan tetap dan
diterima oleh semua orang. aksiologi dalam hal ini berfungsi untuk memberikan
tuntunan bagaimana suatu hal itu bisa digunakan secara tepat guna.
Memang segala sesuatu itu termasuk implikasi kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan mempunyai dampak negatif dan positif. Tapi sebenarnya dampak
yang negatif itu bisa dihindari atau setidaknya diminimalisir. Semua itu adalah
demi kepentingan kehidupan manusia itu sendiri.
2. Estetika
Estetika (aesthetica) mula-mula berarti teori tentang pencerapan
penghayatan pengalaman indera, sesuai dengan istilah Kant dengan
transzendentale asthetik (teori tentang susunan penghayatan panca-indra dalam
ruang dan waktu, berlawanan dengan transzendentale logic( pengetahuan rasional
dan penuturan). Perlawanan yang dikemukakan oleh Kant itu juga dinyatakan
oleh Baumgarten. Ia menempatkan logika sebagai teori pemakaian pemikiran
yang benar dan estetika sebagai teori tentang penghayatan sempurna panca-
indera.
Masalah yang timbul tentang estetika yang dihadapi oleh banyak ahli
pikir semenjak Plato dan Aristoteles ialah pernyataan tentang hakikat keindahan
dan seni. Dengan demikian seluruh lapangan nilai, dalam mana keindahan dan
seni merupakan bagiannya, dinamakan lapangan estetika, dikordinasikan dengan
logika dan estetika. Estetika dalam pengertian baru itu diapakai oleh Kant dan
Schiller sehingga menjadi umum di Jerman, meluas ke dalam pemakaian
internasional.” Perdebatan lain yang menarik perhatian berkaitan dengan masalah
Estetika adalah tentang keindahan, apakah keindahan itu sesuatu yang
sifatnya objektif atau subjektif. Jika teori tentang nilai mengatakan bahwa
persoalan nilai itu adalah masalah yang subjektif maka sebaliknya dengan
persoalan estetika. Persoalan estetika lebih berpihak pada pandangan
objektivisme. Artinya bahwa keindahan itu merupakan sifat yang objektif yang
dimiliki oleh suatu benda. Ia bukanlah penilain subjektif seseorang. Diantara yang
berpandangan seperti ini adalah Hegel.
Hegel menganggap bahwa seluruh alam adalah manifestasi dari Cita
Mutlak, Absolut Idea. Keindahan adalah pancaran Cita Mutlak melalui saluran
indera. Ia adalah sejenis pernyataan ruh. Seni, agama dan filsafat merupakan
tingkat-tingkat tertinggi dari perkembangan ruh. Sedangkan Kant memberikan
arah yang baru sama sekali dalam mencari keterangan tentang estetika. Dengan
Kant dimulailah studi ilmaih dan psikologi tentang teori estetika. Ia mengatakan
dalam The Critique of Judgement bahwa akal memiliki indera ketiga di atas
pikiran dan kemauan. Hal ini merupakan sebuah ekspresi nyata yang sering kali
kita ungkapkan. Artinya suatu nilai estetika benar-benar merupakan sesuatu yang
objektif bukan subjektif sebagaimana nilai etika.
3. Sosio Politik
Bagian ketiga dari aksiologi adalah tentang sosio-politik. Sosio-politik ini
merupakan ilmu praksis. Yang pertama mengenai ilmu sosial, dalam hal ini ia
berfungsi sebagai ilmu yang mengatur bagaimana manusia hidup bermasyarakat.
Hanya saja ia mempunyai concern yang lebih spesifik yaitu berkaitan dengan
masalah tindakan manusia atau bagaimana manusia itu harus bergaul, berinteraksi
antara yang satu dengan yang lain. Manusia sebagai makhluk sosial pasti tidak
bisa dilepaskan dari manusia yang lain untuk mempertahankan hidup. Artinya
mereka saling membutuhkan satu sama lain. Dalam perkembagannya, ilmu sosial
ini nantinya akan menjadi disiplin ilmu trsendiri yaitu sosiologi.
Berbicara tentang ilmu sosial tentu juga tidak bisa dilepaskan dari yang namanya
ilmu ekonomi karena masalah sosial juga mencakup masalah ekonomi.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari uraian di atas kita bisa mengetahui betapa luasnya objek kajian filsafat mulai dari
masalah ontologis, epistemologis hingga aksiologis. Tiga cabang utama filsafat tersebut
merupakan masalah yang paling fundamental dalam kehidupan. Ia memberikan sebuah
kerangkan berpikir yang sangat sistematis. Hal itu dikarenakan ketiganya merupakan proses
berpikir yang diawali dengan pembahasan “Apa itu kebenaran?”, “Bagaimana mendapatkan
kebenaran?”, dan “Untuk apa kebenaran tersebut (aplikasinya) dalam kehidupan sehari-hari?”
Hal tersebut mengindikasikan bahwa filsafat layak dikatakan sebagai induk dari semua ilmu
pengetahuan. Perkembangan ilmu-ilmu lain akan mengalami hambatan tanpa peranan filsafat.
Daftar Pustaka
Surajiyo.2005.ilmu filsafat.jakarta:bumi kenana
https://zainabzilullah.wordpress.com/2013/01/20/ontologi-epistemologi-dan-aksiologi-sebagai-
landasan-penelaahan-ilmu/
BAB VI
FILSAFAT PANCASILA
1.1.LATAR BELAKANG
Sebagai dasar negara Indonesia, Pancasila menjadi landasan fundamental dalam
kehidupan berbangsa. Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung
maupun tidak langsung mengakibatkan perubahan besar pada berbagai bangsa di dunia. Di
Indonesia perubahan-perubahan itu sudah terlihat. Akibatnya terjadi pergeseran nilai-nilai
dalam kehidupan kebangsaan.Oleh karena itu, Pancasila terbentuk bukan hanya sebagai dasar
negara, tetapi juga sebagai jati diri bangsa yang berisi tentang kehidupan berbangsa
bernegara sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. Pancasila juga sebagai pedoman dan
acuan bangsa Indonesia untuk mencapai cita-cita demi mencapai persatuan, kemakmuran,
kedamaian, dan keadilan bersama.
Permasalahan kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia menjadi semakin kompleks
dan rumit manakala ancaman internasional yang terjadi di satu sisi, pada sisi yang lain
muncul masalah internal yaitu maraknya tuntutan rakyat, yang secara obyektif mengalami
suatu kehidupan yang jauh dari kesejahteraan dan keadilan sosial. Nilai-nilai baru yang
masuk baik secara subyektif maupun obyektif serta terjadinya pergeseran nilai di masyarakat,
pada akhirnya mengancam prinsip-prinsip hidup berbangsa masyarakat Indonesia.
Dengan demikian, Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia saat ini
mengalami ancaman dari munculnya nilai-nilai baru dari luar dan pergeseran nilai-nilai yang
terjadi. Suatu masyarakat, suatu bangsa senantiasa memiliki suatu pandangan hidup atau
filsafat hidup masing-masing yang berbeda dengan bangsa lain di dunia. Dengan demikian
bangsa Indonesia tidak mungkin memiliki kesamaan pandangan hidup dan filsafat hidup
dengan bangsa lain. Dengan kata lain jati diri bangsa akan selalu bertolak ukur kepada nilai-
nilai Pancasila sebagai filsafat bangsa.
Berdasarkan uraian tersebut sudah jelas bahwa pentingnya mengetahui filsafat
pancasila agar nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dapat melekat ke dalam jati diri
rakyat Indonesia.
1.2.RUMUSAN MASALAH
1. Apa maksud dan prinsip-prinsip pancasila sebagai filsafat?
2. Sebutan dan jelaskan sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafat?
3. Apa saja dan bagaimana aspek-aspek dalam filsafat pancasila
1.3.TUJUAN
1. Mengetahui maksud dan prinsip-prinsip pancasila sebagai filsafat
2. Menganalisi sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafah
3. Mendeskripsikan aspek-aspek yang ada dalam filsafat pancasila
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Filsafat dan Filsafat Pancasila
Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philein” yang berarti cinta dan “Sophia” yang
berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat menurut asal katanya berarti cinta akan kebijaksanaan,
atau mencintai kebenaran/pengetahuan. Sehingga filsafat dapat diartikan sebagai keinginan
yang sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran yang sejati. Filsafat merupakan induk ilmu
pengetahuan.
Filsafat Pancasila
Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila merupakan filsafat negara yang lahir sebagai
collective ideologie (cita-cita bersama) dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai
filsafat, karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang yang mendalam yang
dilakukan oleh peletak dasar (the founding father) negara Indonesia, kemudian dituangkan
dalam suatu “sistem” yang tepat. Sedangkan menurut Notonagoro, Filsafat Pancasila
memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasila.
Sebagai filsafat, Pancasila memiliki karakteristik sistem filsafat tersendiri yang
berbeda dengan filsafat lainnya, yaitu: Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem
yang bulat dan utuh (sebagai suatu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan
utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan Pancasila.
Pancasila sebagai suatu substansi, Artinya unsur asli/ permanen/ primer Pancasila
sebagai suatu yang mandiri, yang unsur-unsurnya berasal dari dirinya sendiri. Pancasila juga
sebagai suatu realita, artinya ada dalam diri manusia Indonesia dan masyarakatnya, sebagai
suatu kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh, hidup, dan berkembang dalam kehidupan
sehari-hari.
Prinsip-prinsip Filsafat Pancasila
Pancasila ditinjau dari Kausal Aristoteles dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan materi/bahan. Dalam hal
ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa Indonesia
sendiri.
 Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya. Pancasila yang
ada dalam Pembukaan UUD „45 memenuhi syarat formal (kebenaran formal).
 Kausa Efisiensi, maksudnya BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan merumuskan
Pancasila menjadi dasar Negara Indonesia merdeka.
 Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, yaitu tujuan diusulkannya
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.
Inti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi:
1. Tuhan, yaitu sebagai kausa prima
2. Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk social
3. Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri
4. Rakyat, yaitu unsure mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong
5. Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya
Hakikat Nilai-nilai Pancasila
Nilai adalah suatu ide atau konsep tentang apa yang seseorang pikirkan merupakan
hal yang penting dalam hidupnya. Nilai dapat berada di dua kawasan: kognitif dan afektif.
Nilai adalah ide, bisa dikatakan konsep dan bisa dikatakan abstraksi (Sidney Simon, 1986).
Nilai merupakan hal yang terkandung dalam hati nurani manusia yang lebih memberi dasar
dan prinsip akhlak yang merupakan standar dari keindahan dan efisiensi atau keutuhan kata
hati (potensi). Langkah-langkah awal dari “nilai” adalah seperti halnya ide manusia yang
merupakan potensi pokok human being. Nilai tidaklah tampak dalam dunia pengalaman. Dia
nyata dalam jiwa manusia. Dalam ungkapan lain ditegaskan oleh Sidney B. Simon (1986)
bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan nilai adalah jawaban yang jujur tapi benar dari
pertanyaan “what you are really, really, really, want.”
Studi tentang nilai termasuk dalam ruang lingkup estetika dan etika. Estetika
cenderung kepada studi dan justifikasi yang menyangkut tentang manusia memikirkan
keindahan, atau apa yang mereka senangi. Misalnya mempersoalkan atau menceritakan si
rambut panjang, pria pemakai anting-anting, nyanyian-nyanyian bising dan bentuk-bentuk
seni lain. Sedangkan etika cenderung kepada studi dan justifikasi tentang aturan atau
bagaimana manusia berperilaku. Ungkapan etika sering timbul dari pertanyaan-pertanyaan
yang mempertentangkan antara benar salah, baik-buruk. Pada dasarnya studi tentang etika
merupakan pelajaran tentang moral yang secara langsung merupakan pemahaman tentang
apa itu benar dan salah.
Bangsa Indonesia sejak awal mendirikan negara, berkonsensus untuk memegang dan
menganut Pancasila sebagai sumber inspirasi, nilai dan moral bangsa. Konsensus bahwa
Pancasila sebagai anutan untuk pengembangan nilai dan moral bangsa ini secara ilmiah
filosofis merupakan pemufakatan yang normatif. Secara epistemologikal bangsa Indonesia
punya keyakinan bahwa nilai dan moral yang terpancar dari asas Pancasila ini sebagai suatu
hasil sublimasi dan kritalisasi dari sistem nilai budaya bangsa dan agama yang kesemuanya
bergerak vertikal dan horizontal serta dinamis dalam kehidupan masyarakat. Selanjutnya
untuk mensinkronkan dasar filosofia-ideologi menjadi wujud jati diri bangsa yang nyata dan
konsekuen secara aksiologikal bangsa dan negara Indonesia berkehendak untuk mengerti,
menghayati, membudayakan dan melaksanakan Pancasila. Upaya ini dikembangkan melalui
jalur keluarga, masyarakat dan sekolah.
Refleksi filsafat yang dikembangkan oleh Notonegoro untuk menggali nilai-nilai
abstrak, hakikat nilai-nilai Pancasila, ternyata kemudian dijadikan pangkal tolak
pelaksanaannya yang berujud konsep pengamalan yang bersifat subyektif dan obyektif.
Pengamalan secara obyektif adalah pengamalan di bidang kehidupan kenegaraan atau
kemasyarakatan, yang penjelasannya berupa suatu perangkat ketentuan hukum yang secara
hierarkhis berupa pasal-pasal UUD, Ketetapan MPR, Undang-undang Organik dan
peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya. Pengamalan secara subyektif adalah pengamalan
yang dilakukan oleh manusia individual, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga
masyarakat ataupun sebagai pemegang kekuasaan, yang penjelmaannya berupa tingkah laku
dan sikap dalam hidup sehari-hari.
Nilai-nilai yang bersumber dari hakikat Tuhan, manusia, satu rakyat dan adil
dijabarkan menjadi konsep Etika Pancasila, bahwa hakikat manusia Indonesia adalah untuk
memiliki sifat dan keadaan yang berperi Ketuhanan Yang Maha Esa, berperi Kemanusiaan,
berperi Kebangsaan, berperi Kerakyatan dan berperi Keadilan Sosial. Konsep Filsafat
Pancasila dijabarkan menjadi sistem Etika Pancasila yang bercorak normatif.
Ciri atau karakteristik berpikir filsafat adalah:
 Sistematis
 Mendalam
 Mendasar
 Analitik
 Konprenhensif
 Spekulatif
 Reprensentatif, dan
 Eveluatif
Cabang-cabang filsafat meliputi:
 Epistemologi (filsafat pengetahuan)
 Etika (filsafat moral)
 Estetika (filsafat seni)
 Metafisika (membicarakan tentang segala sesuatu dibalik yang ada)
 Politik (filsafat pemerintahan)
 Filsafat Agama
 Filsafat Ilmu
 Filsafat Pendidikan
 Filsafat hukum
 Filsafat Sejarah
 Filsafat Matematika
 Kosmologi (membicarakan tentang segala sesuatu yang ada yang teratur)
Aliran Filsafat, meliputi:
 Rationalisme
 Idealisme
 Positivisme
 Eksistensialisme
 Hedonism
 Stoisme
 Marxisme
 Materialisme
 Utilitarinisme
 Realisme
 Spiritualisme
 Liberalisme
2.2.Sila-Sila Yang Terkandung Dalam Pancasila
Sebagai dasar Negara, Pancasila mempuyai nilai-nilai yang terkandung dalam tiap
sila-silanya. Sebelumnya, penyusunan sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafat
mempuyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Suatu kesatuan dari bagian-bagian.
2) Bagian-bagian tersebut mempuyai fungsi sendiri-sendiri.
3) Bagian-bagian itu saling berhubungan dan saling ketergantungan.
4) Keseluruhan tersebut untuk mencapai suatu tujuan.
5) Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Pancasila sebagai Ideologi nasional berfungsi sebagai cita-cita normatif
penyelenggaraan bernegara juga merupakan yang sistematis. Hal ini bisa dilihat sebagai
berikut :
1) Susunan sila-sila yang bersifat organis
Isi sila-sila pancasila merupakan suatu kesatuan. Tiap sila tidak dapat berdiri
sendiri terlepas dari sila-sila lainnya. Pada hakikatnya susunan Pancasila bersifat organis
tersebut secara filosofis bersumber dari ontologis manusia sebagai pendukung sila-sila
Pancasila yaitu hakikat manusia “monopluaris”.
2) Susunan sila-sila pancasila bersifat hierarkis dan berbentuk piramidal
Urutan kelima sila tersebut menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam
luas dan isi sifatnya. Di antara kelima sila ada hubungan yang mengikat satu dengan
lainnya yaitu kesatuan yang bulat dan erat. Hierarkis sendiri memiliki arti yaitu
pengelompokan/penggolongan.
3) Rumusan hubungan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling
mengklasifikasi
Sila-sila Pancasila kesatuan dapat dirumuskan pula dalam hubungannya saling
mengisi dan mengkualifikasi dalam rangka hubungan hierarkis piramidal tadi. Untuk
kelengkapan dari hubungan kesatuan dan keseluruhan dari sila-sila Pancasila
dipersatukan rumus hierarkis menjadi sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Bangsa Indonesia menyatakan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya manusia taat dalam
beribadah sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan masing-masing.
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Dengan sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, manusia diakui dan
diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabat selaku makhluk Tuhan yang
mempunyai derajat, hak dan kewajiban yang sama tanpa adanya perbedaan suku,
agama, ras dan lain sebagainya.
3. Persatuan Indonesia
Sila Persatuan Indonesia mendasari semangat persatuan demi kesatuan dan
keselamatan bangsa Indonesia yang diatas kepentingan golongan maupun pribadi.
Dengan semangat ini maka tampil wajah manusia Indonesia yang cinta terhadap
taanah air.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijakansanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
Sila ini merupakan dasar bagi manusia indonesia selaku warga negara maupun
selaku warga masyarakat untuk memperoleh kedudukan hak dan kewajiban yang
sama di mata hukum. Dengan demikian Indonesia tetap berjalan pada demokrasi yang
penuh dengan semangat kekeluargaan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah dasar terciptanya
suasana dalam masyarakat Indonesia yang suka bergotong royong penuh dengan
kekeluargaan. Dengan demikian seluruh masyarakat Indonesia tidak akan pernah
dibedakan antara perbedaan agama, ras, suku, dan sebagainya.
2.3.Aspek-Aspek Dalam Filsafat Pancasila
A. Aspek Ontologis
Ontologi berasal dari bahasa Yunani “ontos” dan “logos”. Ontos berarti sesuatu
yang ada atau berwujud, sedangkan logos adalah ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu yang
mempelajari sesuatu yang ada, konkret dan rasional. Pancasila sebagai landasan ontologi
berarti didalamnya mengandung makna keberadaan (eksistensi). Misalnya, sila pertama
“Ketuhanan Yang Maha Esa” maksudnya adalah Tuhan sebagai sumber keberadaan
(eksistensi) dari alam semesta ini.
B. Aspek Epistomologi
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani “episteme” dan “logos”. Episteme
berarti pengetahuan dan logos adalah ilmu. Epistemologi mengkaji tentang sumber ilmu
pengetahuan, validitas dan hakikat ilmu. Epistemologi pancasila terdiri dari beberapa
azas, yaitu:
1. Mahasumber atau sumber dari segala sumber adalah Tuhan, yang menciptakan
manusia dengan berbagai kepribadian dan potensi yang berbeda. Sebagai pencipta
alam semesta Tuhan telah menganugerahi manusia sebagai makhluk yang paling
sempurna dengan adanya akal. Ia mengajari manusia melalui ciptaan-ciptaannya.
2. Sumber pengetahuan, secara kualitatif dibagi sebagai berikut:
a. Sumber primer, yaitu sumber utama ilmu pengetahuan adalah alam semesta,
karena memiliki cakupan paling luas.
b. Sumber sekunder, yaitu sumber ilmu yang kedua adalah cabang-cabang ilmu
yang sudah ada, dokumentasi.
c. Sumber tersier, yaitu sumber tersier dari ilmu pengetahuan adalah
cendekiawan, ilmuwan, guru.
Dengan begitu, jelaslah bahwa pancasila memiliki azas-azas tersebut. Baik berupa
hubungan dengan tuhan yang bersifat religius, dan hubungan dengan manusia yang
bersifat sosial.
Kajian epistomologi Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakekat
Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Hal ini dimungkinkan karena epistomologi
merupakan bidang filsafat yang membahas hakekat ilmu pengetahuan (ilmu tentang
ilmu). Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam
epistimologi yaitu :
1. tentang sumber pengetahuan manusia
2. tentang teori kebenaran pengetahuan manusia
3. tentang watak pengetahuan manusia
Epistimologi Pancasila sebagai suatu obyek kajian pengetahuan pada hakikatnya
meliputi masalah sumber pengetahuan Pancasila dan susunan pengetahuan Pancasila.
Selanjutnya susunan Pancasila sebagai sistem pengetahuan, memiliki susunan yang
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms
Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sbyKelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sbyM Fatkhur Rohman
 
Modul filsafat ilmu
Modul filsafat ilmuModul filsafat ilmu
Modul filsafat ilmuelhamidi
 
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.elia_deardy
 
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.Stugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.Sbaguspw12
 
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MSTugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MSNur Rochmatus
 
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayantiRangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayantiNabilahMaharani1
 
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
Hubungan filsafat dengan ilmu  lainHubungan filsafat dengan ilmu  lain
Hubungan filsafat dengan ilmu lainNick V
 
Kumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabKumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabAlmayszaroh
 
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)Listia wati
 
Soal soal filsafat
Soal soal filsafatSoal soal filsafat
Soal soal filsafatJennyJenny47
 
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17Sri Suwanti
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiAlwiAssegaf
 
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmuKumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmuEgar Mei
 
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanFilsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanEkoBowo2
 
Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Fandi Fandi
 
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu dr. sigit sardjono, ms
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu  dr. sigit sardjono, msKumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu  dr. sigit sardjono, ms
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu dr. sigit sardjono, ms05270614
 
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatPdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatjotimustika
 
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat IlmuMakalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmuesterlitaayuningtyas
 

Mais procurados (20)

Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sbyKelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
 
Pengantar Fisafat
Pengantar Fisafat Pengantar Fisafat
Pengantar Fisafat
 
Modul filsafat ilmu
Modul filsafat ilmuModul filsafat ilmu
Modul filsafat ilmu
 
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
 
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.Stugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
 
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MSTugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
 
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayantiRangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
 
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
Hubungan filsafat dengan ilmu  lainHubungan filsafat dengan ilmu  lain
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
 
Kumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabKumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawab
 
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
 
Tugas 2 filsafat ilmu
Tugas 2 filsafat ilmuTugas 2 filsafat ilmu
Tugas 2 filsafat ilmu
 
Soal soal filsafat
Soal soal filsafatSoal soal filsafat
Soal soal filsafat
 
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
 
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmuKumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
 
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanFilsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
 
Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1
 
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu dr. sigit sardjono, ms
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu  dr. sigit sardjono, msKumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu  dr. sigit sardjono, ms
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu dr. sigit sardjono, ms
 
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatPdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
 
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat IlmuMakalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
 

Semelhante a Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms

Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13CalvinAlaydrus
 
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, MsKumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Msdinyrusdiananda
 
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxFILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxLisdaPuspaawaliaj1
 
Makalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian FilsafatMakalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian Filsafatsayid bukhari
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1juniotrov
 
Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafatWarnet Raha
 
Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafatWarnet Raha
 
Filsafat ilmu, Kol Inf Triadi Murwanto,S.E.,M.M., Prof Hapzli Ali, Hub Filsaf...
Filsafat ilmu, Kol Inf Triadi Murwanto,S.E.,M.M., Prof Hapzli Ali, Hub Filsaf...Filsafat ilmu, Kol Inf Triadi Murwanto,S.E.,M.M., Prof Hapzli Ali, Hub Filsaf...
Filsafat ilmu, Kol Inf Triadi Murwanto,S.E.,M.M., Prof Hapzli Ali, Hub Filsaf...triadimurwanto
 
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptPENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptheri146962
 
Tugas Akhir Filsafat Kelompok 6 Kelas S.pptx
Tugas Akhir Filsafat Kelompok 6 Kelas S.pptxTugas Akhir Filsafat Kelompok 6 Kelas S.pptx
Tugas Akhir Filsafat Kelompok 6 Kelas S.pptxFauziaIndahningsih
 
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat IlmuMakalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat Ilmusayid bukhari
 

Semelhante a Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms (20)

Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
 
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, MsKumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
 
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxFILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
 
Makalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmuMakalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmu
 
Makalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian FilsafatMakalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian Filsafat
 
Dasar pendidikan iv
Dasar pendidikan ivDasar pendidikan iv
Dasar pendidikan iv
 
36413-99553-1-PB.pdf
36413-99553-1-PB.pdf36413-99553-1-PB.pdf
36413-99553-1-PB.pdf
 
Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafat
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
 
Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafat
 
Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafat
 
Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafat
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3
 
Filsafat ilmu, Kol Inf Triadi Murwanto,S.E.,M.M., Prof Hapzli Ali, Hub Filsaf...
Filsafat ilmu, Kol Inf Triadi Murwanto,S.E.,M.M., Prof Hapzli Ali, Hub Filsaf...Filsafat ilmu, Kol Inf Triadi Murwanto,S.E.,M.M., Prof Hapzli Ali, Hub Filsaf...
Filsafat ilmu, Kol Inf Triadi Murwanto,S.E.,M.M., Prof Hapzli Ali, Hub Filsaf...
 
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptPENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
 
Tugas makalah (1)
Tugas makalah (1)Tugas makalah (1)
Tugas makalah (1)
 
Tugas Akhir Filsafat Kelompok 6 Kelas S.pptx
Tugas Akhir Filsafat Kelompok 6 Kelas S.pptxTugas Akhir Filsafat Kelompok 6 Kelas S.pptx
Tugas Akhir Filsafat Kelompok 6 Kelas S.pptx
 
Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafat
 
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat IlmuMakalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
 
Tugas filsafat ilmu
Tugas filsafat ilmu Tugas filsafat ilmu
Tugas filsafat ilmu
 

Último

PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAAmmar Ahmad
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxMOHDAZLANBINALIMoe
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 

Último (20)

PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 

Tugas makalah filsafat ilmu dr.sigit sardjono, ms

  • 1. KUMPULAN MATERI TUGAS MEMBUAT MAKALAH PENGENTAR ILMU FILSAFAT Dosen : Dr.Sigit Sardjono, MS Disusun Oleh :  Dian Anjar Kurniawati ` ( 1221800053 )  Beauty Pujiningrum Suwito ( 1221800097 )  Sri Wahyuni ( 1221800072 ) PROGRAM STUDI AKUNTANSI TAHUN 2018 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
  • 2. DAFTAR ISI A Manfaat Mahasiswa Belajar Filsafat 3 B Perkembangan Filsafat 10 C Logika Berfikir ntuk Mengetahui Kebenaran Ilmiah 20 D Teori Kebenaran 33 E Tataran Keilmuan/ Pengetahuan : Ontlogi, Epistemologi, dan Aksiologi 44 F Filsafat Pancasila 55 G Karya Ilmiah Filsafat 68 H Kumpulan Soal dan Jawaban 82
  • 3. BAB I MANFAAT FILSAFAT BAGI MAHASISWA A. PENGERTIAN FILSAFAT Pengertian filsafat, dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilasatan, antara satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda, dan hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni secara etimologi dan secara terminologi. 1. Filsafat secara Etimologi Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab dikenal dengan falsafah dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani philoshopia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM). Arti filsafat pada saat itu belum begitu jelas, kemudian pengertian filsafat itu diperjelas seperti yang banyak dipakai sekarang ini dan juga digunakan oleh Socrates (470-399 SM) dan para filsuf lainnya. 2. Filsafat secara Terminologi Secara terminology adalah arti yang dikandung oleh istilah filsafat. Dikarenakan batasan dari filsafat itu banyak maka sebagai gambaran perlu diperkenalkan beberapa batasan. a. Plato Plato berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli. b. Aristoteles
  • 4. Menurut Aristotoles filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu – ilmu metafisika, logika, retorika, etika ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan). c. Notonagoro Notonagoro berpendapat bahwa filsafat itu menelaah hal – hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam, yang tetap dan yang tidak berubah, yang disebut hakikat. d. Ir. Poedjawijatna Menurut Poedjawijatna, filsafat ialah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang sedalam – dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Dengan memperhatikan batasan – batasan yang tentunya masih banyak yang belum dicantumkan, dapat ditarik benang merahnya sebagai kesimpulan bahwa filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukan mempersoalkan gejala – gejala atau fenomena, tetapi yang dicari adalah hakikat dari suatu fenomena. Filsafat bersifat integral yang berarti mempunyai kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan yang utuh sebagai suatu keseluruhan. Jadi, filsafat ingin memandang objeknya utuh. B. MANFAAT FILSAFAT Filsafat sangat penting sebagai cara menyelesaikan atau memecahkan masalah yang dihadapi. Filsafat digunakan sebagai satu cara atau model pemecahan masalah secara mendalam dan universal. Filsafat selalu mencari sebab terakhir dan dari sudut pandang seluas-luasnya. Filsafat juga memiliki pandangan hidup, banyak yang mengangap filosofi hidup itu sangat penting dalam menjalani hidup. Filsafat penting untuk mahasiswa, selain untuk berpikir rasional dan kritis, filsafat juga bermanfaat untuk mahasiswa agar bisa mengekspresikan perasaan dan pikiran secara luas. Tatkala bahasa berfungsi sebagai alat berpikir ilmiah muncul masalah yang serius, ini diselesaikan antara lain dengan bantuan filsafat. Begitu juga tatkala pemikiran (filsafat) sampai pada
  • 5. rumusan konsep yang rumit, bahasa juga mengalami persoalan, ketika bahasa sering kurang mampu menggambarkan isi konsep itu. Bahasa yang benar itu akan mampu mewakili konsep logis yang dibawakannya. Karena itu pada logikalah kita menempukan kaitan erat antara bahasa dan filsafat. Dan pada logika kita akan menemukan manfaat konkret bahasa. Filsafat sangat berperan dalam menentukan kualitas bahasa. Tanpa peran serta filsafat (logika) kekeliruan dalam bahasa tidak mungkin dapat diperbaiki. (filsafat bagi bahasa) Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang mistis dengan membimbing manusia untuk berpikir secara rasional. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang picik dan dangkal dengan membimbing manusia untuk berpikir secara luas dan lebih mendalam, yakni berpikir secara universalsambil berupaya mencapai radix (mendalam) dan menemukan esensi suatu permasalahan. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih dengan membimbing manusia untuk berpikir secara sistematis dan logis. Jika ditelaah, kegunaan filsafat dapat dibagi menjadi dua, yakni secara umum dan secara khusus. Kegunaan secara umum dimaksudkan manfaat yang dapat diambil oleh orang yang belajar filsafat dengan mendalam sehingga mampu memecahkan masalah- masalah secara kritis tentang segala sesuatu. Sedangkan kegunaan secara khusus yang bisa diambil hanya untuk memecahkan masalah dengan terbatas ruang (tempat) dan waktu. Menurut sebagian para filsuf, kegunaan umum filsafat di antaranya : a. Plato merasakan bahwa berpikir dan memikirkan adalah hal yang nikmat luar biasa sehingga filsafat diberi predikat sebagai keinginan yang maha berharga b. Alfred North Whitehead seorang filsuf modern merumuskan filsafat sebagai berikut: “Filsafat adalah kesadaran dan pandangan jauh ke depan dan suatu kesadaran akan hidup, dan kesadaran akan kepentingan yang memberi semangat kepada seluruh usaha peradaban”. Di samping kegunaan secara umum, filsafat juga dapat berguna secara khusus dalam lingkunagn sosial budaya Indonesia. Franz Magnis Suseno (1991) menyebutkan ada lima kegunaan, yaitu:
  • 6. a. Bangsa Indonesia berada di tengah-tengah dinamika proses modernisasi yang meliputi banyak bidang dan sebagian dapat dikemudikan melalui kebijakan pembangunan. Menghadapi tantangan modernisasi dengan perubahan pandangan hidup, nilai dan norma itu filsafat membantu untuk mengambil sikap sekaligus terbuka dan kritis. b. Filsafat merupakan sarana yang baik untuk menggali kembali kekayaan, kebudayaan, tradisi, dan filsafat Indonesia serta untuk mengaktualisasikannya. c. Sebagai kritik ideologi, filsafat membangun kesanggupan untuk mendeteksi dan membuka kedok ideologis sebagai bentuk ketidakadilan sosial dan pelanggaran terhadap martabat dan hak asasi manusia yang masih terjadi. d. Filsafat merupakan dasar paling luas untuk berpartisipasi secara kritis dalam kehidupan intelektual bangsa pada umumnya dan dalam kehidupan intelektual di universitas dan lingkungan akademis khususnya. e. Filsafat menyediakan dasar dan sarana sekaligus lahan untuk berdialog antara agama yang ada di Indonesia pada umumnya dan secara khusus dalam rangka kerja sama antaragama dalam membangun masyarakat dan makmur berdasarkan Pancasila. Filsafat Menyelesaikan Masalah Kegunaan filsafat yang lain ialah sebagai (methodology) metode dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah bahkan sebagai metode dalam memandang dunia (word view). Sesuai dengan sifatnya, filsafat menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal. Penyelesaian filsafat bersifat mendalam, artinya ia ingin mencari asal masalah. Universal artinya filsafat ingin masalah itu dilihat dalam hubungan seluas - luasnya agar nantinya penyelesaian itu cepat dan berakibat seluas mungkin. Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Oemar A. Hosein mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran. Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy menyebutkan: Tugas
  • 7. filsafat bukanlah sekedar mencerminkan semangat masa ketika kita hidupi, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menerapkan nilai, menerapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Berbeda dengan pendapat Soemadi Soejabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajam pikiran maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun Metafisika (hakikat keaslian).Manfaat mempelajari filsafat ada bermacam-macam. Namun sekurang-kurangnya ada empat macam faedah, yaitu : 1. Agar terlatih berpikir serius 2. Agar mampu memahami filsafat 3. Agar mungkin menjadi filsafat 4. Agar menjadi warga negara yang baik Berfilsafat ialah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan pemikiran secara serius. Kemampuan berpikir serius diperlukan oleh orang biasa, penting bagi orang-orang penting yang memegang posisi penting dalam membangun dunia. Plato menghendaki kepala negara seharusnya filosuf. Belajar filsafat merupakan salah satu bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan memecahkan masalah secara serius, menemukan akar persoalan yang terdalam, menemukan sebab terakhir satu penampakkan. Dengan uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa secara kongkrit manfaat mempelajari filsafat adalah : 1. Filsafat menolong mendidik, membangun diri kita sendiri; dengan berpikir lebih mendalam, kita mengalami dan menyadari kerohanian kita. Rahasia hidup yang kita selidiki justru memaksa kita berpikir,untuk hidup dengan sesadar-sadarnya, dan memberikan isi kepada hidup kita sendiri
  • 8. 2. Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari. Orang yang hidup secara dangkal saja,tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat pemecahannya. Daalam filsafaat kita di latih melihat dulu apa yang menjadi persoalan dan ini merupakan syarat mutlak untuk memacahkaannya. 3. Filsafat memberikan pandangan yang luas, membendung akuisme dan aku- sentrisme (dalam segala hal yang melihat dan mementingkan kepentingan dan kesenangan seseorang). 4. Filsafat merupakan latihan untuk berpikir sendiri, hingga kita tak hanya ikut- ikutan saaja, membuntut pada pandangan umum, percaya akan setiap seboyan dalam surat kaabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, berdiri sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran. 5. Filsafat memberikan dasar,-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, Ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.
  • 9. DAFTAR PUSTAKA Tafsir, Ahmad. 2013. Filsafat Ilmu. Bandung: Remaja Rosdakarya Surajiyo. 2014. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar: Bumi Aksara
  • 10. BAB II PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU Filsafat secara umum mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara substansial maupun secara historis.Lahirnya suatu cabang ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat, begitu pula sebaliknya, perkembangan yang secara pesat terjadi dalam dunia ilmu pengetahuan berimplikasi pada semakin kuatnya keberadaan filsafat.Hal inilah kemudian yang menimbulkan banyak pertanyaan tentang kapan filsafat lahir, dan bagaimana perkembangan yang terjadi dalam dunia filsafat –khususnya filsafat ilmu– dari masa ke masa. Filsafat ilmu tentu tidak secara tiba- tiba berada pada taraf seperti sekarang ini, ia mengalami evolusi dari masa ke masa. Penggalian terhadap sejarah perkembangan filsafat ilmu, dapat digunakan sebagai landasan berfikir untuk perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang. Sejarah filsafat dibagi menjadi dua :  sejarah filsafat Barat  Sejarah filsafat timur SEJARAH FILSAFAT BARAT A. Lahirnya Filsafat di Yunani Lahirnya filsafat di yunani diperkirakan pada abad ke – 6 sebelum masehi. Timbulnya filsafat di tempat itu disebut peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada bebeapa faktor yang sudah mendahului dan seakan – akan mempersiapkan lajirnya filsafat di yunani. K. Bertens menyebutkan tiga faktor, yaitu sebagai berikut : 1. Pada bangsa Yunani, seperti pada bangsa – bangsa sekitarnya, terdapat suatu mitologi yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis yang mendahului filsafat, karena mite – mite sudah merupakan percobaaan untuk mengerti. Melalui mite – mite, manusia mencari keteragan asal usul alam semesta dan kejadian –
  • 11. kejadian yang berlangsung di dalamnya. Mite yang pertama mencari keterangan tentang asal usul alam semesta biasanya disebut mite kosmogonis., sedangkan mite yang kedua mencari keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian alam semesta disebut mite kosmologis. Khusus bangsa yunani baha mereka mengadakan berbagai usaha untuk yang sistematis. Dalam usaha itu sudah tampaklah sifat rasional bangsa yunani. 2. Kesusasteran Yunani Dua karya puisi Homeros yang berjudul Ilia dan odyssea mempunyai kedudukan istimewa dalam kesusasteran Yunani. Syair – syair dalam karya tersebut sudah lama digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat yunani. Dalam dialog yang bernama politeia, Plato telah mengatakan Homeros telah mendidik seluruh Hellas. 3. Pengaruh ilmu pengetahuan sudah terdapat di timur kuno Orang yunani tentu berhutang budi kepada bangsa lain dalam menerima beberapa unsur ilmu pengetahuan. Seperti ilmu ukur dan ilmu hitung sebagian berasal dari mesir.Pengaruh Bebyloniadalam perkembangan ilmu astronomi di negeri yunani. Namun, andil dari bangsa lain dalam perkembangan ilmu engetahuan yunani tidak boleh dilebih – lebihkan. Pada bangsa yunanilah didapatkan ilmu npengetahuan yang bercorak dan bersungguh – sunguh ilmiah. Pada abad ke 6 sebelum masehi mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan. Sejak saat itu orang mulai mencari jawaban rasional tentang berbagai problem yang diajukan olegh alam semesta.Logos (akal budi, rasio) menganti mythos.Dengan demikian filsafat dilahirkan. B. PERIODISASI FILSAFAT BARAT Sejarah flsafat dibagi dalam empat periode, yaitu zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern, dan masa kini.
  • 12. 1. Zaman filsafat Yunani kuno (600 SM – 400 M) Zaman kuno meliputi zaman filsafat pra- Socrates di unani.Tokoh – tokohnya dikenal dengan filsuf pertama atau filsuf alam.Mereka mencari unsur induk (arche) yang dianggap asal dari segala sesuatu. 2. Zaman keemasan filsafat yunani Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles, kegiatan politik dan filsafat dapat berkembang dengan baik.Ada golongan kaum yang pandai berpidati (retorika) dinamakan kaum sofis.Kegiatan mereka mengajarkan pengetahuan pada kaum muda.Yang menjadi objek penyelidikannya bukan lagi alam tetapi manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh prothagoras, manusia adalah ukuran untuk segala – galanya.Hal ini ditentang oleh scortes dengan mengatakan bahwa yang benar dan yang baik harus dipandang sebagai nilai – nilai objektif yang dijunjung tingi oleh semua orang.Akibat ucapannya tersebut scrortes dihukum mati. 3. Masa Helinistis dan Romawi Pada zaman Alexander Agung telah berkembang sebuah kebudayaan trans nasional yang disebut kebudayaan Hellinistis, karena kebudayaan yunani tidak terbatas lagi pada kota – kota yunani saja, tetapi mencakup juga seluruh wilayah yang ditaklukan Alexander Agung. Dalam filsafat, Athena tetap merupakan suatu pusat yang penting, tetatpi berkembangan pula pusat – pusat intelektual lain, terutama kota Alexandria. Jika akhirnya ekspansi romawi meluas sampai ke wilayah yunani, itu tidak erarti berakhirnya kebudayaan dan filsafat yunani, karena kekaisaran romawi embuka pintu lebar- lebar untuk menerima warisan kultral yunani.Dalam bidang filsafat yang terus berkembang, namun pada saat itu tidak ada filsuf besar, kecuali polotinus. Pada masa ini muncul beberapa aliran berikut:
  • 13. a. Stoisme Menurut pahaman ini, jagat raya ditentukan oleh kuasa – kuasa yang disebut „ Logos „. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari. b. Epikurisme Segala sesuatu terdiri atas atom – atom yang senantiasa bergerak. Manusia akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada dewa – dewa. c. Skeptisme Mereka berpikir bahwa bidang teoritis manusia tidak sangup mencapai kebenaran.Sikap umum mereka adalah keasingan. d. Eklektisisme Suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur, filsafat dari aliran – aliran lain yang tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh – sungguh. e. Neo Platonisme Yakni paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat plato. Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah sebagai „ yang satu „. Segala sesuatu yang berasal dari „ yang satu‟ dan ingin kembali kepadanya. 4. Zaman Abad Pertengahan Priode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang menyolok dengan abad sebelumnya.Perbedaan itu terutama terletak pada doinasi agama.Timbulnya agama Kristen yang di ajarkan oleh Nabi Isa a.s pada permulaan abad masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan.
  • 14. Filsafat pada zaman pertengahan mengalami dua periode: a. Periode Patristik Patristik berasal dari kata latin patres yang berarti bapa – bapa greja, ialah ahli agama Kristen pada abad permulaan agama kristen. Periode ini mengalami dua tahap: 1. Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran terutama mengenai filsafat yunani maka agama Kristen memantapkan diri. Keluar memperkuat gereja dan kedalam memantapkan dogma – dogma. 2. Filsafat Agustinus yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa patristik. Agustinus melihat dogma – dogma sebagai suatu keseluruhan. b. Periode Skolastik Periode skolastik berlangsung dari tahun 800 – 1500 M. periode ini dibagi menjadi tiga tahap: 1. periode Skolastik awal (abad ke 9 -12) Ditandai oleh pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. 2. Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke 13) Ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat arab dan yahudi. Puncak perkembangan pada Thomas Aquinas. 3. Periode Skolastik terakhir (abad ke 14 - 15) Ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang kea rah nominalisme, ialah aliran yang berpendapat bahwa univeralisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal. Pengertian umum hanya moment yang tidak mempunyai nilai – nilai kebenaran yang objektif. 5. Zaman Moderen Zaman modern dimulai dengan masa renaissance yang berarti kelahiran kembali, yaitu usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik( yunani – romawi).
  • 15. Pembaruan terpenting yang kelihatan dalam filsafat renaissance itu antroposentisme‟nya.Pusat perhatian pemikiran itu tidak lagi kosmos, seperti zaman kuno. Mulai zaman modern inilah manusia yang dianggap sebagai titik focus kenyataan. Zaman modern ditandai dengan munculnya rasionalisme Rene Descartes (1596 – 1650), B. Spinoza (1632 – 1677), dan G. Libinz (1646 – 1716).Mereka menekankan pentingnya rasio atau akal budi manusia. Pada abad ke 18 terkenal dengan zaman pencerahan, (einlightment, aufklarung) dengan munculnya tokoh – tokoh empirisme. Istilah empirisme berasal dari kata Yunani empeiria yang berarti pengalaman indrawi.Empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriah yang menyangkut du nia maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia saja. 6. Masa Kini Masa kini dimulai pada abad ke 19 – 20 dengan timbulnya berbagai aliran yang berpengaruh seperti positivism, Marxisme, Eksistensialisme, Pragmatisme, Neo kantanisme dan Neo tonisme dan enomologi.Aliran – aliran ini sangat terikat oleh keadaan Negara amupun lingkungan bahasa sehingga dalam perkembangan terakhir lahirlah filsafat analitis yang lahir sejak tahun 1950. a. Postivisme Positivisme mulai pada filsuf A. Comte (1798 – 1857). A. Comte ( sosiolog pertama) menyatakan bahwa pemikiran setiap manusia, pemikiran setiap ilmu dan pemikiran suku bangsa manusia pada umumnya melewati tiga tahap yaitu : 1. Tahap teologis 2. Tahap metafisis 3. Tahap positif ilmiah b. Marxisme Dalam ajaran mengenai materalisme dialektis bahwa kenyataan kita akhirnya hanya terdiri atas materi yang berkembang melalui suatu proses dilektis (tesa – anestesa – sintesa). Salah satu prinsip materalisme dialektis ialah bahwa
  • 16. perubahan dalam kuantitas dapat mengakibatkan perubahan dalam kualitas. Itu berarti bahwa suatu kejadian pada taraf kuantitatif dapat menghasilkan sesuatu yang sama sekali baru. Dengan cara itulah kehidupan berasaldari materi mati dan kesadaran manusiawi berasal dari kehidupan organis. c. Eksistensialisme Eksistensialisme adalah ilsafat yang memandang segala gejala denga berpangkal pada eksistensi.Pada umumnya kata eksistensi berarti keberadaan, tetapi di dalam filafat eksistensialime ungkapan eksistensi mempynuai arti yang khusus. Eksistensi adalah cara manusia berada di dalam dunia. Cara manusia berada didalam dunia berbeda dengan cara berada benda – benda. d. Fenomologi Metode fenomologi berasal dari E. Husserl (1859 – 1938) dan kemudian diperkembangkan oleh M. Scheler (1874 – 1928) dan M. Merleau Ponty.Fenomologi mengatakan bahwa kita harus memperkenalkan gejala – gejala dengan menggunakan intuisi. Kata fenomenologi berasal dari kata yunani fenomenon, yaitu sesuatu yang tampak, yang terlihatkarena bercahaya, yang di dalam bahasa indonesiadisebut “gejala”. Jadi fenomologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena, atau gejala sesuatu yang menampakkan diri. e. Pragmatisme Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat – akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Pegangan pragmatism adalah logika pengamatan.Aliran ini bersedi menerima segala sesuatu, asal saja membawa akibat yang praktis.Pengalaman pribadi diterimanya, asal bermafaat, bahkan kebenaran mistis dipandang sebagai berlaku juga, asal kebenaran mistis itu membawa akibat praktis yang bermanfaat. f. Neo – Kantianisme dan Neo – Toimisme
  • 17. Neo kantianisme berkembang terutama di jerman.Filsafat dalam aliran ini dianggap sebagai epistemology dan kritik ilmu pengetahuan.Tokoh – tokoh terpenting adalah E. Cassire (1874 – 1945), H. Rickert (1863 – 1936), H. vaihinger (1852 -1933).Neo tomime berkembang di dunia katolik banyak Negara di eropa dan di amerika. SEJARAH FILSAFAT TIMUR A. Sejarah Filsafat Cina 1. Tema yang menonjol filsafat cina Filsafat cina erat hubungannya dengan keadaan alam dan masyarakat. Filsafat cina mempunyai ciri khas khusus, yaitu yang menjadi tema dari filsafat dan kebudayaan adalah prikemanusiaan atau „ jen‟. Menurut confiuse „jen‟ itu mempunyai dua segi : a. Segi Positif: Chung Dalam ajaran ini confius megatakan: apa yang kau suka dari orang lain berbuat kepadamu berbuatlah itu kepdanya. b. Segi negatif: Shu Dalam ajaran ini confius mengatakan: apa yang tidak kau suka orang lain berbuat kepadamu janganlah kau berbuat hal itu kepadanya. Jika dibandingkan dengan filsafat Barat dan India, filsafat Cina lebih antroposentris dan pragmatis.Antroposentif karena memang dalam sejarah Cina fokusnya masalah manusia, pragmatis dalam arti bagaimana manusia itu ada keseimbangan antara dunia dan surge dapat tercapai. 2. Periodisasi Filsafat Cina Filsafat cina dibagi menjadi empat periode, zaman kuno (600 -200 SM), zaman pembaruan (200 SM – 1000 M), zaman neo – konfusianisme (1000 – 1900), dan zaman modern (1900 – sekarang).
  • 18. a. Zaman Kuno Zaman ini ditandai dengan menculnya aliran – aliran filsafat klasik antara lain : 1) Konfiusianisme – Ju Chia Yaitu suatu aliran yang terdiri atas orang – orang terpelajar yang mempunyai keahlian dibidang kitab kitab klasik.Titik berat ajaran aliran ini dibidang etika. Etika konfusianisme di dasarkan pada kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan akan kebahagiaan hidup. 2) Mohisme Yaitu suatu aliran yang terdiri atas kelompok kaum kesatria yang telah kehilangan kedudukannya, mereka menawarkan keahliannya di bidang peperangan kepda penguasa baru. Tokohnya Motzu (479 – 381 SM). b. Zaman Pembaruan Zaman ini ditandai dengan masuknya Budhisme dari India, yang kemudian brkembang pesat di cina dan memberikan warna baru begi pemikiran kefilasafatan di Cina. c. Zanam Neo – Konfusianisme Zaman ini ditandai dengan adanya gerakan untuk kembali kepada ajaran ajaran konfius yang asli. d. Zaman Moderen Pada zaman modern pemikiran kefilasafatan sangat banyak dipengaruhi oleh pemikiran – pemikiran yang berasal dari barat, hal ini karena banyaknya paderi – paderi yang masuk ke daratan cina. Aliran ini paling berpengaruh adalah pragmatism yang berasal dari Amerika Serikat.
  • 19. DAFTAR PUSTAKA Surajiyo. 2014. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar: Bumi Aksara
  • 20. BAB III LOGIKA BERPIKIR UNTUK MENEMUKAN KEBENARAN Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana objek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/ proses penalaran) dan objek formalnya adalah berpikir/ penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Pragts di dini berarti logika dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari – hari. Logika lahir bersama – sama dengan lahirnya filsafat di yunani. Dalam usaha untuk memasarkan filsuf – filsuf kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya. Logika di gunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk iferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara traditional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan (validitas) sebuah argument ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isisnya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argmen, yaitu hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti – bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik tradisional aristoteles dan logika simbolik modern adalah contoh – contoh dari logika formal. Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktisberpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebgai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu,. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatanpenghubung” antara filsafat dan ilmu. Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang dihasilkan , logika dibedakan antara logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif adalah system penalaran yang menelaah prinsip – pinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan ari pangkal pikirannya. Dalam logika ini yang terutama telah adalah bentuk dari kerjanya akal jika telah runtut dan sesuai dengan pertimangan akal yang dapat dibuktikan tidak ada kesimpulan lain karena proses kesimpulannya adalah tepat dan sah.
  • 21. Logika sebagai teori penyimpulan, berlandaskan pada suatu konsep yang dinyatakan dalam bentuk kata atau istilah, dan dapat diunkapkan dalam bentuk kata atau istilah, dan dapat diungkapkan dalam bentuk himpunan sehingga setiap konsep mempunyai himpunan, mempunyai keluasan. Dengan dasar himpunan karena semua unsur penalaran dalam logika pembuktiannya meggunakan diagram himpunan, dan ini merupakan pembuktian secra formal jika diungkapkan dengan diagam himpunan sah dan tepat karena sah dan tepat pula penalaran tersebut. Logika induktif adalah system penalran yang menelaah prinsip – prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sapai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Logika ini sering disebut juga logika materiel, yaitu berusaha menemukan prinsip – prinsip penalaran yang bergantung keesuaiannya dengan kenyataan, oleh karena itu kesimpulannya itu tidak ada bukti yang menyangkalnya, maka kesimpulan itu benar, dan tidak dapat dikatakan pasti. Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu Logos yang artinya hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Secara singkat, logika berarti ilmu, kecakapan atau alat untuk berpikir lurus. Sebagai ilmu, logika disebut sebagai logika Epiteme (Latin: logika scientia) yaitu logika adalah sepenuhnya suatu jenis pengetahuan rasional atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kecakapan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Oleh karena itu logika terkait erat dengan hal-hal seperti pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme. Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui (Premis) yang nanti akan diturunkan kesimpulan. Logika juga merupakan suatu ketrampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam praktek, hal ini yang menyebabkan logika disebut dengan filsafat yang praktis. Dalam
  • 22. proses pemikiran, terjadi pertimbamgan, menguraikan, membandingkan dan menghubungkan pengertian yang satu dengan yang lain. Penyelidikan logika tidak dilakukan dengan sembarang berpikir. Logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan atau ketepatannya. Suatu pemikiran logika akan disebut lurus apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum-hukum serta aturan yang sudah ditetapkan dalam logika. Dari semua hal yang telah dijelaskan tersebut dapat menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pedoman atau pegangan untuk berpikir.  Kegunaan logika : 1. Membantu setiap orang yang mempelajari logic untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis, koheren. 2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif. 3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri. 4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunala asas – asas sistematis. 5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan – kesalahan berpikir, kekeliruan derta kesesatan. 6. Mampu menganalisis terhadap suatu kejadian. 7. Terhindar dari klenik. 8. Apabila sudah mampu berpikir rasional, kritis, lurus, metodis, dan analitis sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang. Pengertian Kebenaran Maksud hidup ini adalah untuk mencari kebenaran. Kebenaran ini menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah keadaan (hal dsb) yang cocok dengan keadaan (hal) yang sesungguhnya. Sementara menurut Syafi‟i dikutip oleh Marwar didalam artikelnya, “Kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu” mengatakan bahwakebenaran itu adalah kenyataan. Kenyataan yang dimaksud itu tidak selalu yang seharusnya terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidakbenaran (keburukan). Jadi, ada dua pengertian kebenaran, yaitu
  • 23. kebenaran yang berarti nyata-nyata di satu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan (ketidakbenaran). Kebenaran adalah kenyataan yang benar-benar terjadi. Pernyataan ini pasti, dan tidak dapat dipungkiri lagi. Manusia selalu ingin tahu kebenaran, karena hanya kebenaranlah yang bias memuaskan rasa ingin tahu, dengan kata lain tujuan pengetahuan ialah mengetahui kebenaran. Kita manusia bukan hanya sekedar ingin tahu, tetapi ingin mengetahui kebenaran. Kita juga selalu ingin memiliki pengetahuan yang benar. Kebenaran ialah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan obyeknya.  Macam-macam Kebenaran Terdapat banyak pandangan mengenai teori kebenaran dalam kaitannya dengan pengembangan ilmu, di antaranya adalah kebenaran empiris, kebenaran rasional, kebenaran ilmiah, kebenaran intuitif,dan kebenaran relegius. a. Kebenaran empiris. Empiris adalah suatu keadaan yang bergantung bukti atau konsekuensi yang teramati oleh indera.Data empiris yang dihasilkan dari percobaan atau pengamatan (Wikipedia).Jadi, empiris itu artinyakelihatan jelas, ada pembuktiannya, bias kita dengar, sentuh, berdasarkan pada hal-hal yang kelihatan dansudah diuji kebenarannya. Merupakan hal yang dapat diinderawi, hal yang dirasakan oleh manusia denganinderanya. Secara lebih jelas dengan contoh berikut ini: 1. Api itu panas. 2. Es itu dingin. 3. Daun itu hijau. b. Kebenaran Rasional.
  • 24. Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan yang logis; menurut pikiran yang sehat; cocokdengan akal. Rasionalisme adalah pandangan bahwa kita mengetahui apa yang kita pikirkan dan bahwa akal mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan kebenaran dengan diri sendiri, atau bahwa pengetahuan itu diperoleh dengan cara membandingkan ide dengan ide Basman (2009: 30). Manusia merupakan makhluk hidup yang dapat berpikir, sehingga kemampuannya tersebut dapatmenangkap ide atau prinsip tentang sesuatu yang pada akhirnya sampai kepada kebenaran, yaitukebenaran rasional. Sebagai contoh berikut: Ketika TV kita tidak berfungsi dengan baik maka dapat dipikir bahwa dan dipastikan kalau ada komponen di dalam TV yang rusak atau sudah perlu diganti. Pemikiran tentang ada sesuatu yang tidak beres ini merupakan suatu hal rasional yang timbul dari fenomena TV dan dapat dipastikan pikiran rasional ini benar. c. Kebenaran Ilmiah. Kebenaran ilmiah merupakan kebenaran yang muncul dari hasil penelitian ilmiah dengan melalui prosedur baku berupa tahap-tahapan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang berupa metodologi ilmiah yang sesuai dengan sifat dasar ilmu. Oleh karena itu, kebenaran ilmiah sering disebut sebagai kebenaran nisbi atau relatif. Sifat kebenaran ini sesuai dengan sifat keilmuan itu sendiri yang dapat berubah sesuai dengan perkembangan hasil penelitian, karena suatu teori pada masa tertentu bisa jadi merupakan kebenaran, tetapi pada masa berikutnya bisa jadi sebuah kesalahan besar. Contoh kebenaran ilmiah: 1. Bumi itu bulat dan tidak datar. 2. Air mendidih pada 100°C d. Kebenaran Intuitif. Intuitif merupakan suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Unsur utam a bagipengetahuan adalah kemukinan adanya sesuatu bentuk penghayatan langsung (intuitif)
  • 25. Bergson dalamMuslih (2004: 68). Pendekatan ini merupakan pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui proses penalarantertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak bias diramalkan. Bahwa intuisi yang dialami oleh seseorang bersifat khas, sulit atau tidak bisa dijelaskan, dan tidak bisa dipelajari atau ditiru oleh orang lain. Bahkan seseorang yang pernah memperoleh intuisi sulit ataubahkan tidak bias mengulang pengalaman serupa, misalnya, seorang yang sedang menghadapi suatumasalah secara tiba- tiba menemukan jalan pemecahan dari masalah yang dihadapi atau secara tiba- tibaseseorang memperoleh informasi mengenai peristiwa yang akan terjadi. d. Kebenaran Religius. Kebenaran religius ialah kebenaran Ilahi, kebenaran yang bersumber dari Tuhan. Kebenaran inidisampaikan melalui wahyu. Manusia bukan semata makhl uk jasmani yang ditentukan oleh hokum alamdan kehidupan saja, ia juga makhluk rohaniah sekaligus, pendukung nilai. Kebenaran tidak cukup diukur dengan interes dan rasio individu, akan tetapi harus bisa menjawabkebutuhan dan memberi keyakinan pada seluruh umat. Karena it u kebenaran haruslah mutlak, berlakusepanjang sejarah manusia. Contoh kebenaran religius: 1. Tentang madu. 2. Alkitab atau Alquran. Logika Berpikir Untuk Kebenaran Teori konistensi Teori kebenaran saling berhubungan koheren, (kebenaran Rasio). Teori Konsistensi. The Consistence Theory of Truth, yang sering disebut dengan The Coherence Theory of Truth. “According o this theory truth is not constituted by the relation between a judgment themselves.‟‟ (menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgment) dengan sesuatu yang lalu,yakni fakta atau realitas, tetapi atas hubungan
  • 26. antara putusan-putusan itu sendiri). Dengan demikian, kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui benarnya terlebih dahulu. Jadi suatu proposisi itu cenderung untuk benar jika proposisi itu coherent (saling berubungan). Dengan proosisi yang benar, atau jika arti yang terkandung oleh proposisi tersebut koheren dengan pengalaman kita. “A belief is true not because it agress with fact but because it agress, that is to say, harmonizes, with the body knowledge that we presses.”(suatu kepercayaan adalah benar, bukan karena bersesuaian dengan fakta, melainkan bersesuaian/selaras dengan pengetahuan yang kita miliki). “it the maintained that when we accept new belief as truths it is on the basis of the manner in witch they cohere with knowledge we already posses”(jika kita menerima kepercayaan-kepercayaan baru sebagai kebenaran-kebenaran, maka hal itu semata- mata atas dasar kepercayaan itu saling berhubungan [cohere] dengan pengetahuan yang kita miliki) “A judgment is true it if consistent with other judgment is logically coherent with other relevance judgement.” (suatu putusan adalah benar apabila putusan itu konsisten dengan putusan-putusan yang terlebih sdahulu kita terima, dan kita ketahui kebenarannya. Putusan yang benar adalah suatu putusan yang saling berhubungan secara logis dengan putusan-putusan lainnya yang relevan). Jadi menurut teori ini, putusan yang satu dengan putusan yang lainnya saling berhubungan dan saling menerangkan satu sama lainnya. “The truth is systematic coherence.” (kebenaran adalah saling saling hubungan yang sistematik). „„ Truth is consistency‟‟ (kebenaran adalah konsistensi, selaras, kecocokan). Teori ini dapat juga dinamakan teori justifikasi tentang kebenaran, karena menurut teori ini suatu putusan dianggap benar apabila mendapat justifikasi putusan-putusan lainnnya yang terdahulu yang sudah diketahui kebenarannya. Misalnya : Bung Karno, adalah ayahanda Megawati Soekarno Putri, adalah pernyataan yang kita ketahui, kita terima, dan kita anggap benar. Jika terdapat pernyataan yang koheren dengan pernyataan tersebut di atas, maka pernyataan ini dapat di nyatakan benar. Karena koheren dengan pernyataan yang dahulu, Misalnya:  Bung Karno memiliki anak bernama Megawati Soekarno Putri.  Anak-anak Bung Karno ada yang bernama Megawati Soekarno Putri  Megawati Soekarno Putri adalah keturunan Bung Karno
  • 27. Perumusan: Phytagoras dikembangkan = Hegel (abad ke-19) Prinsip : Dedukasi (umum-khusus). Tingkat kebenaran : kuat/lebih meyakinkan. Sesuatu itu benar jika ia mengandung yang koheren, artinya kebenaran itu kosisten dengan kebenaran yang sebelumnya.  Kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dan peryataan lainnya yang sudah lebih dahulu kita ketahui  Suatu kepercayaan adalah benar bukanlah karena bersesuaian dengan fakta melainkan ia bersesuaian atau ber selarasan dengan binaan pengetahuan yang kita miliki  Matematika ialah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori koheren, plato dan aristoteles mengembangkan teori koherensia berdasarkan pola pemikiran yang digunakan Euclide dalam pengukuran ilmu ukurnya. Teori Korespondensi (Kebenaran Faktual) Teori Korespondensi (Correspondence Theory of Truth), yang kadang kala kita sebut The accordance Theory of Truth. Menurut teori ini dinyatakan bahwa, kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian (Correspondence) antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh terjadi merupakan kenyataan atau faktanya, a proposition [or meaning] is true if there is a fact to which it corresponds, if it expresses selaras dengan kenyataannya, atau jika ia menyatakan apa adanya). “Truth is that which conforms to fact which agress with reality which corresponds to the actual situation.” (kebenaran adalah yang bersesuaian dengan fakta, yang beralasan dengan realitas, yang serasi (corresponds) dengan situasi actual ). Truth is that which to fact or agrees with actual situation. Truth is the agreement between the statement of fact and actual fact, or between the judgement and the environmental situation of which the judgement claims to be an interpretation.” ( kebenaran ialah sesuatu yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras dengan situasi aktual. Kebenaran ialah persesuaian (agreement) antara pernyataan (statement) mengenai fakta dengan fakta aktual atau antara putusan (judgment) dengan situasi seputar (enviromental situation) yang diberi intepretasi. “if a judgment corresponds with the fact, it is the true if not, it is false.”
  • 28. (jika suatu putusan esuai dengan fakta,maka dapat dikatakan benar, jika tidak maka dapat dikatakan salah). Suatu itu benar jika ada yang dikonepsikan sesuai dengan objeknya (fakta). Prinsip : induksi (umum-khusus). Tingkat kebenaran agak rendah karena sifat metode induksi itu sendiri. Bertrand Rusel(1872-1970) awalnya adalah aristoteles  Kebenara itu dicapai setelah diadakan pengamatan dan pembuktian (observasi dan verifikasi).  Kebenaran itu berupa kesesuaian (korespondensi) antara yang dimaksud oleh suatu pendapat dan apa yang sungguh-sungguh merupakan faktanya. Contoh : “Ibukota negara Republik Indonesia adalah Jakarta karena faktanya memang demikian, bila dikatakan Bandung maka itu tidaklah benar. Teori Pragmatis Teori ke tiga adalah teori pragmatisme tentang kebenaran, the pragmatic (pramatis) theory of truth, pragmatisme berasal dari bahasa Yunani pragma, artinya yang dikerjakan, yang dapat dilaksanakan, dilakukan, tindakan atau perbuatan . Falsafah ini dikembangkan oleh seseorang bernama William James di Amerika Serikat. Menurut filsafat ini di nyatakan, bahwa sesuatu ucapan, hukum, atau sebuah teori semata-mata bergantung kepada asas manfaaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat. Suatu kebenaran atau suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsionalis dalam kehidupan manusia. Teori, hipotesis atau ide adalah benar apabila ia membawa kepada akibat yang memuaskan, jiak membawa akibat yang memuaskan, dan jika berlaku dalam praktik, serta memiliki nilai praktis, maka dapat dinyatakan benar dan memiliki nilai kebenaran. Kebenaran terbukti oleh kegunaanya. Dan akibat-akibat praktisnya, sehingga kebenaran dinyatakan sebagai segala sesuatu yang berlaku. Menurut william james “ide-ide yang benar ialah ide-ide yang dapat kita serasikan. Jika kita umumkan berlakunya, kita kuatkan dan kita periksa. Menurut penganut praktis, sebuah kebenaran dimaknakan jika
  • 29. memiliki nilai kegunaan (utility) dapat dikerjakan (workability), akibat atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequence). Dinyatakan sebuah kebenaran itu jika memiliki “hasil yang memuaskan”. (satisfactory result), bila sesuatu yang benar jika memuaskan keinginan dan tujuan manusia. Sesuatu yang benar jika dapat diuji benar dengan eksperimen. Sesuatu yang benar jika mendorong atau membantu perjuangan biologis untuk tetap ada. Charles S. Peirce (1835-1914) makalah tahun 1878 “how to make our ideas clear” Para ahlinya: Wiliam James (1842-1910) John Dewey (1859-1952) tigkat kebenarannya : lemah karena ada unsur subjektif. Sesuatu itu benar jika menimbulkan akibat positif. Benar tidaknya suatu pendapat, teori atau dalil semata-mata tergantung pada berfaedah tidaknya pendapat tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam penghidupannya, yaitu ada nilai praktis ada hasilnya, berguna, memuaskan (satisfied) berlaku (works). Teori Performatif Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu. Contohnya mengenai penetapan 1 Syawal. Sebagian muslim di Indonesia mengikuti fatwa atau keputusan MUI atau pemerintah, sedangkan sebagian yang lain mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu.Masyarakat menganggap hal yang benar adalah apa- apa yang diputuskan oleh pemegang otoritas tertentu walaupun tak jarang keputusan tersebut bertentangan dengan bukti-bukti empiris. Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran performatif. Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin agama, pemimpin adat, pemimpin masyarakat, dan sebagainya. Kebenaran performatif dapat membawa kepada kehidupan sosial yang rukun, kehidupan beragama yang tertib, adat yang stabil dan sebagainya. Masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak terbiasa berpikir kritis dan rasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikuti kebenaran dari pemegang otoritas. Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masih sangat patuh pada adat, kebenaran ini seakan-akan kebenaran mutlak. Mereka tidak berani melanggar keputusan
  • 30. pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakan rasio untuk mencari kebenaran. Teori Konsensus Suatu teori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma atau perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung paradigma tersebut. Masyarakat sains bisa mencapai konsensus yang kokoh karena adanya paradigma. Sebagai komitmen kelompok, paradigma merupakan nilai-nilai bersama yang bisa menjadi determinan penting dari perilaku kelompok meskipun tidak semua anggota kelompok menerapkannya dengan cara yang sama. Paradigma juga menunjukkan keanekaragaman individual dalam penerapan nilai-nilai bersamayang bisa melayani fungsi-fungsi esensial ilmu pengetahuan. Paradigma berfungsi sebagai keputusan yuridiktif yang diterima dalam hukum tak tertulis. Adanya perdebatan antar paradigma bukan mengenai kemampuan relatif suatu paradigma dalam memecahkan masalah, tetapi paradigma mana yang pada masa mendatang dapat menjadi pedoman riset untuk memecahkan berbagai masalah secara tuntas. Teori Kebenaran Sintaksis Teori ini berkembang diantara para filsuf analisa bahasa, seperti Friederich Schleiermacher. Menurut teori ini, „suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu mengikuti aturan sintaksis (gramatika) yang baku‟. Teori Kebenaran Semantis Menurut teori kebenaran semantik, suatu proposisi memiliki nilai benar ditinjau dari segi arti atau makna. Apakah proposisi itu pangkal tumpuannya pengacu (referent) yang jelas? Jadi, memiliki arti maksudnya menunjuk pada referensi atau kenyataan, juga memiliki arti yang bersifat definitif.
  • 31. Teori Kebenaran Non-Deskripsi Teori Kebenaran Non-Deskripsi. Teori ini dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme. Jadi, menurut teori ini suatu statemen atau pernyataan itu akan mempunyai nilai benar ditentukan (tergantung) peran dan fungsi pernyataan itu (mempunyai fungsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-hari). Teori Kebenaran Logika Teori ini dikembangkan oleh kaum positivistik. Menurut teori ini, bahwa problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan hal ini akibatnya merupakan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa pernyataan yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logik yang sama yang masing-masing saling melingkupinya. Agama Sebagai Teori Kebenaran Manusia adalah makhluk pencari kebenaran, salah satu cara untuk menemukan suatu kebenaran adalah melalui agama. Agama dengan karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam, manusia maupun tentang tuhan. Kalau ketiga teori kebenaran sebelumnya lebih mengedepankan akal, budi, rasio, dan reason manusia, maka dalam teori ini lebih mengedepankan wahyu yang bersumber dari tuhan. Penalaran dalam mencapai ilmu pengetahuan yang benar dengan berfikir setelah melakukan penyelidikan dan pengalaman. Sedangkan manusia mencari dan menentukan kebenaran sesuatu dalam agama dengan jalan mempertanyakan atau mencari jawaban tentang masalah asasi dari atau kepada kitab suci, dengan demikian suatu hal itu dianggap benar apabila sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.
  • 32. Daftar Pustaka Kusbandrijo, Bambang. 2016. Dasar – Dasar Logika. Jakarta: Kencana http://rizkie-library.blogspot.com/2015/12/teori-teori-kebenaran.html http://bettand90.blogspot.com/2013/06/logika-kebenaran.html
  • 33. BAB IV TEORI KEBENARAN Maksud hidup ini adalah untuk mencari kebenaran. Kebenaran ini menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah keadaan (hal dsb) yang cocok dengan keadaan (hal) yang sesungguhnya. Sementara menurut Syafi‟i dikutip oleh Marwar di dalam artikelnya, “Kebenaran dalam perspektif filsafat ilmu” mengatakan bahwa kebenaran itu adalah kenyataan. Kenyataan yang dimaksud itu tidak selalu yang seharusnya terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidakbenaran (keburukan). Jadi, ada dua pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti nyata-nyata di satu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan (ketidakbenaran). Kebenaran adalah kenyataan yang benar-benar terjadi. Pernyataan ini pasti, dan tidak dapat dipungkiri lagi. Manusia selalu ingin tahu kebenaran, karena hanya kebenaranlah yang bias memuaskan rasa ingin tahu, dengan kata lain tujuan pengetahuan ialah mengetahui kebenaran. Kita manusia bukan hanya sekedar ingin tahu, tetapi ingin mengetahui kebenaran. Kita juga selalu ingin memiliki pengetahuan yang benar. Kebenaran ialah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan obyeknya. Macam-macam Kebenaran Terdapat banyak pandangan mengenai teori kebenaran dalam kaitannya dengan pengembangan ilmu, di antaranya adalah kebenaran empiris, kebenaran rasional, kebenaran ilmiah, kebenaran intuitif,dan kebenaran relegius. a. Kebenaran empiris Empiris adalah suatu keadaan yang bergantung bukti atau konsekuensi yang teramati oleh indera.Data empiris yang dihasilkan dari percobaan atau pengamatan
  • 34. (Wikipedia).Jadi, empiris itu artinyakelihatan jelas, ada pembuktiannya, bias kita dengar, sentuh, berdasarkan pada hal-hal yang kelihatan dansudah diuji kebenarannya. Merupakan hal yang dapat diinderawi, hal yang dirasakan oleh manusia dengan inderanya. Secara lebih jelas dengan contoh berikut ini: 1. Api itu panas. 2. Es itu dingin. 3. Daun itu hijau b. Kebenaran Rasional Rasional berarti menurut pikiran dan pertimbangan yang logis; menurut pikiran yang sehat; cocokdengan akal. Rasionalisme adalah pandangan bahwa kita mengetahui apa yang kita pikirkan dan bahwa akal mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan kebenaran dengan diri sendiri, atau bahwa pengetahuan itu diperoleh dengan cara membandingkan ide dengan ide Basman (2009: 30). Manusia merupakan makhluk hidup yang dapat berpikir, sehingga kemampuannya tersebut dapat menangkap ide atau prinsip tentang sesuatu yang pada akhirnya sampai kepada kebenaran, yaitu kebenaran rasional. Sebagai contoh berikut: Ketika TV kita tidak berfungsi dengan baik maka dapat dipikir bahwa dan dipastikan kalau ada komponen di dalam TV yang rusak atau sudah perlu diganti. Pemikiran tentang ada sesuatu yang tidak beres ini merupakan suatu hal rasional yang timbul dari fenomena TV dan dapat dipastikan pikiran rasional ini benar. c. Kebenaran Ilmiah
  • 35. Kebenaran ilmiah merupakan kebenaran yang muncul dari hasil penelitian ilmiah dengan melalui prosedur baku berupa tahap-tahapan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang berupa metodologi ilmiah yang sesuai dengan sifat dasar ilmu. Oleh karena itu, kebenaran ilmiah sering disebut sebagai kebenaran nisbi atau relatif. Sifat kebenaran ini sesuai dengan sifat keilmuan itu sendiri yang dapat berubah sesuai dengan perkembangan hasil penelitian, karena suatu teori pada masa tertentu bisa jadi merupakan kebenaran, tetapi pada masa berikutnya bisa jadi sebuah kesalahan besar. Contoh kebenaran ilmiah : 1. Bumi itu bulat dan tidak datar. 2. Air mendidih pada 100°C 3. Kebenaran Intuitif Intuitif merupakan suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Unsur utama bagipengetahuan adalah kemukinan adanya sesuatu bentuk penghayatan langsung (intuitif) Bergson dalamMuslih (2004: 68). Pendekatan ini merupakan pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui proses penalarantertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak bias diramalkan. Bahwa intuisi yang dialami oleh seseorang bersifat khas, sulit atau tidak bisa dijelaskan, dan tidak bisa dipelajari atau ditiru oleh orang lain. Bahkan seseorang yang pernah memperoleh intuisi sulit ataubahkan tidak bias mengulang pengalaman serupa, misalnya, seorang yang sedang menghadapi suatu masalah secara tiba-tiba menemukan jalan pemecahan dari masalah yang dihadapi atau secara tiba-tiba seseorang memperoleh informasi mengenai peristiwa yang akan terjadi. d. Kebenaran Religius Kebenaran religius ialah kebenaran Ilahi, kebenaran yang bersumber dari Tuhan. Kebenaran inidisampaikan melalui wahyu. Manusia bukan semata makhluk jasmani yang ditentukan oleh hokum alamdan kehidupan saja, ia juga makhluk rohaniah sekaligus, pendukung nilai.
  • 36. Kebenaran tidak cukup diukur dengan interes dan rasio individu, akan tetapi harus bisa menjawabkebutuhan dan memberi keyakinan pada seluruh umat. Karena itu kebenaran haruslah mutlak, berlakusepanjang sejarah manusia. Contoh kebenaran religius: 1. Tentang madu. 2. Alkitab atau Alquran. Teori Kebenaran Teori konistensi Teori kebenaran saling berhubungan koheren, (kebenaran Rasio). Teori Konsistensi. The Consistence Theory of Truth, yang sering disebut dengan The Coherence Theory of Truth. “According o this theory truth is not constituted by the relation between a judgment themselves.‟‟ (menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgment) dengan sesuatu yang lalu,yakni fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri). Dengan demikian, kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui benarnya terlebih dahulu. Jadi suatu proposisi itu cenderung untuk benar jika proposisi itu koherent (saling berubungan). Dengan proosisi yang benar, atau jika arti yang terkandung oleh proposisi tersebut koheren dengan pengalaman kita. “A belief is true not because it agress with fact but because it agress, that is to say, harmonizes, with the body knowledge that we presses.”(suatu kepercayaan adalah benar, bukan karena bersesuaian dengan fakta, melainkan bersesuaian/selaras dengan pengetahuan yang kita miliki). “it the maintained that when we accept new belief as truths it is on the basis of the manner in witch they cohere with knowledge we already posses”(jika kita menerima kepercayaan-kepercayaan baru sebagai kebenaran-kebenaran, maka hal itu semata- mata atas dasar kepercayaan itu saling berhubungan [cohere] dengan pengetahuan yang kita miliki) “A judgment is true it if consistent with other judgment is logically coherent with other relevance judgement.” (suatu putusan adalah benar apabila putusan itu konsisten dengan putusan-putusan yang terlebih sdahulu kita terima, dan kita ketahui kebenarannya. Putusan yang benar adalah suatu putusan yang saling berhubungan secara logis dengan putusan-putusan
  • 37. lainnya yang relevan). Jadi menurut teori ini, putusan yang satu dengan putusan yang lainnya saling berhubungan dan saling menerangkan satu sama lainnya. “The truth is systematic coherence.” (kebenaran adalah saling saling hubungan yang sistematik). „„ Truth is consistency‟‟ (kebenaran adalah konsistensi, selaras, kecocokan). Teori ini dapat juga dinamakan teori justifikasi tentang kebenaran, karena menurut teori ini suatu putusan dianggap benar apabila mendapat justifikasi putusan-putusan lainnnya yang terdahulu yang sudah diketahui kebenarannya. Misalnya : Bung Karno, adalah ayahanda Megawati Soekarno Putri, adalah pernyataan yang kita ketahui, kita terima, dan kita anggap benar. Jika terdapat pernyataan yang koheren dengan pernyataan tersebut di atas, maka pernyataan ini dapat di nyatakan benar. Karena koheren dengan pernyataan yang dahulu, Misalnya: • Bung Karno memiliki anak bernama Megawati Soekarno Putri. • Anak-anak Bung Karno ada yang bernama Megawati Soekarno Putri • Megawati Soekarno Putri adalah keturunan Bung Karno Perumusan: Phytagoras dikembangkan = Hegel (abad ke-19) Prinsip : Dedukasi (umum-khusus). Tingkat kebenaran : kuat/lebih meyakinkan. Sesuatu itu benar jika ia mengandung yang koheren, artinya kebenaran itu kosisten dengan kebenaran yang sebelumnya. • Kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dan peryataan lainnya yang sudah lebih dahulu kita ketahui • Suatu kepercayaan adalah benar bukanlah karena bersesuaian dengan fakta melainkan ia bersesuaian atau ber selarasan dengan binaan pengetahuan yang kita miliki • Matematika ialah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori koheren, plato dan aristoteles mengembangkan teori koherensia berdasarkan pola pemikiran yang digunakan Euclide dalam pengukuran ilmu ukurnya.
  • 38. Teori Korespondensi (Kebenaran Faktual) Teori Korespondensi (Correspondence Theory of Truth), yang kadang kala kita sebut The accordance Theory of Truth. Menurut teori ini dinyatakan bahwa, kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian (Correspondence) antara arti yang dimaksud oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh terjadi merupakan kenyataan atau faktanya, a proposition [or meaning] is true if there is a fact to which it corresponds, if it expresses selaras dengan kenyataannya, atau jika ia menyatakan apa adanya). “Truth is that which conforms to fact which agress with reality which corresponds to the actual situation.” (kebenaran adalah yang bersesuaian dengan fakta, yang beralasan dengan realitas, yang serasi (corresponds) dengan situasi actual ). Truth is that which to fact or agrees with actual situation. Truth is the agreement between the statement of fact and actual fact, or between the judgement and the environmental situation of which the judgement claims to be an interpretation.” ( kebenaran ialah sesuatu yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras dengan situasi aktual. Kebenaran ialah persesuaian (agreement) antara pernyataan (statement) mengenai fakta dengan fakta aktual atau antara putusan (judgment) dengan situasi seputar (enviromental situation) yang diberi intepretasi. “if a judgment corresponds with the fact, it is the true if not, it is false.” (jika suatu putusan esuai dengan fakta,maka dapat dikatakan benar, jika tidak maka dapat dikatakan salah). Suatu itu benar jika ada yang dikonepsikan sesuai dengan objeknya (fakta). Prinsip : induksi (umum-khusus). Tingkat kebenaran agak rendah karena sifat metode induksi itu sendiri. Bertrand Rusel(1872-1970) awalnya adalah aristoteles • Kebenaran itu dicapai setelah diadakan pengamatan dan pembuktian (observasi dan verifikasi). • Kebenaran itu berupa kesesuaian (korespondensi) antara yang dimaksud oleh suatu pendapat dan apa yang sungguh-sungguh merupakan faktanya. Contoh : “Ibukota negara Republik Indonesia adalah Jakarta karena faktanya memang demikian, bila dikatakan Bandung maka itu tidaklah benar.
  • 39. Teori Pragmatis Teori ke tiga adalah teori pragmatisme tentang kebenaran, the pragmatic (pramatis) theory of truth, pragmatisme berasal dari bahasa Yunani pragma, artinya yang dikerjakan, yang dapat dilaksanakan, dilakukan, tindakan atau perbuatan . Falsafah ini dikembangkan oleh seseorang bernama William James di Amerika Serikat. Menurut filsafat ini di nyatakan, bahwa sesuatu ucapan, hukum, atau sebuah teori semata- mata bergantung kepada asas manfaaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat. Suatu kebenaran atau suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsionalis dalam kehidupan manusia. Teori, hipotesis atau ide adalah benar apabila ia membawa kepada akibat yang memuaskan, jiak membawa akibat yang memuaskan, dan jika berlaku dalam praktik, serta memiliki nilai praktis, maka dapat dinyatakan benar dan memiliki nilai kebenaran. Kebenaran terbukti oleh kegunaanya. Dan akibat-akibat praktisnya, sehingga kebenaran dinyatakan sebagai segala sesuatu yang berlaku. Menurut william james “ide-ide yang benar ialah ide-ide yang dapat kita serasikan. Jika kita umumkan berlakunya, kita kuatkan dan kita periksa. Menurut penganut praktis, sebuah kebenaran dimaknakan jika memiliki nilai kegunaan (utility) dapat dikerjakan (workability), akibat atau pengaruhnya yang memuaskan (satisfactory consequence). Dinyatakan sebuah kebenaran itu jika memiliki “hasil yang memuaskan”. (satisfactory result), bila sesuatu yang benar jika memuaskan keinginan dan tujuan manusia. Sesuatu yang benar jika dapat diuji benar dengan eksperimen. Sesuatu yang benar jika mendorong atau membantu perjuangan biologis untuk tetap ada. Charles S. Peirce (1835-1914) makalah tahun 1878 “how to make our ideas clear” Para ahlinya: Wiliam James (1842-1910) John Dewey (1859-1952) tigkat kebenarannya : lemah karena ada unsur subjektif. Sesuatu itu benar jika menimbulkan akibat positif. Benar tidaknya suatu pendapat, teori atau dalil semata-mata tergantung pada berfaedah tidaknya pendapat tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam penghidupannya, yaitu ada nilai praktis ada hasilnya, berguna, memuaskan (satisfied) berlaku (works).
  • 40. Teori Performatif Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu. Contohnya mengenai penetapan 1 Syawal. Sebagian muslim di Indonesia mengikuti fatwa atau keputusan MUI atau pemerintah, sedangkan sebagian yang lain mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu.Masyarakat menganggap hal yang benar adalah apa- apa yang diputuskan oleh pemegang otoritas tertentu walaupun tak jarang keputusan tersebut bertentangan dengan bukti-bukti empiris. Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran performatif. Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin agama, pemimpin adat, pemimpin masyarakat, dan sebagainya. Kebenaran performatif dapat membawa kepada kehidupan sosial yang rukun, kehidupan beragama yang tertib, adat yang stabil dan sebagainya. Masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak terbiasa berpikir kritis dan rasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikuti kebenaran dari pemegang otoritas. Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masih sangat patuh pada adat, kebenaran ini seakan-akan kebenaran mutlak. Mereka tidak berani melanggar keputusan pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakan rasio untuk mencari kebenaran. Teori Konsensus Suatu teori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma atau perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung paradigma tersebut. Masyarakat sains bisa mencapai konsensus yang kokoh karena adanya paradigma. Sebagai komitmen kelompok, paradigma merupakan nilai-nilai bersama yang bisa menjadi determinan penting dari perilaku kelompok meskipun tidak semua anggota kelompok menerapkannya dengan cara yang sama. Paradigma juga menunjukkan keanekaragaman individual dalam penerapan nilai-nilai bersamayang bisa melayani fungsi-fungsi esensial ilmu pengetahuan. Paradigma berfungsi
  • 41. sebagai keputusan yuridiktif yang diterima dalam hukum tak tertulis. Adanya perdebatan antar paradigma bukan mengenai kemampuan relatif suatu paradigma dalam memecahkan masalah, tetapi paradigma mana yang pada masa mendatang dapat menjadi pedoman riset untuk memecahkan berbagai masalah secara tuntas. Teori Kebenaran Sintaksis Teori ini berkembang diantara para filsuf analisa bahasa, seperti Friederich Schleiermacher. Menurut teori ini, „suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu mengikuti aturan sintaksis (gramatika) yang baku‟. Teori Kebenaran Semantis Menurut teori kebenaran semantik, suatu proposisi memiliki nilai benar ditinjau dari segi arti atau makna. Apakah proposisi itu pangkal tumpuannya pengacu (referent) yang jelas? Jadi, memiliki arti maksudnya menunjuk pada referensi atau kenyataan, juga memiliki arti yang bersifat definitif. Teori Kebenaran Non-Deskripsi Teori Kebenaran Non-Deskripsi. Teori ini dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme. Jadi, menurut teori ini suatu statemen atau pernyataan itu akan mempunyai nilai benar ditentukan (tergantung) peran dan fungsi pernyataan itu (mempunyai fungsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-hari). Teori Kebenaran Logika
  • 42. Teori ini dikembangkan oleh kaum positivistik. Menurut teori ini, bahwa problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan hal ini akibatnya merupakan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa pernyataan yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logik yang sama yang masing-masing saling melingkupinya. Agama Sebagai Teori Kebenaran Manusia adalah makhluk pencari kebenaran, salah satu cara untuk menemukan suatu kebenaran adalah melalui agama. Agama dengan karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam, manusia maupun tentang tuhan. Kalau ketiga teori kebenaran sebelumnya lebih mengedepankan akal, budi, rasio, dan reason manusia, maka dalam teori ini lebih mengedepankan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Penalaran dalam mencapai ilmu pengetahuan yang benar dengan berfikir setelah melakukan penyelidikan dan pengalaman. Sedangkan manusia mencari dan menentukan kebenaran sesuatu dalam agama dengan jalan mempertanyakan atau mencari jawaban tentang masalah asasi dari atau kepada kitab suci, dengan demikian suatu hal itu dianggap benar apabila sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.
  • 43. Daftar Pustaka Kusbandrijo, Bambang. 2016. Dasar – Dasar Logika. Jakarta: Kencana http://rizkie-library.blogspot.com/2015/12/teori-teori-kebenaran.html http://bettand90.blogspot.com/2013/06/logika-kebenaran.htm
  • 44. BAB V TATARAN KEILMUAN/ PENGETAHUAN ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, AKSIOLOGI A. Latar Belakang Dalam perjalanan sejarah manusia, pemikiran filosofis senantiasa berkembang. Hal itu dikarenakan pemikiran merupakan hal yang paling mendasar dalam kehidupan manusia, bahkan merupakan ciri khas manusia. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari anugerah akal yang dimiliki oleh manusia. Pemikiran filosofis meniscayakan kelahiran filsafat sebagai induk dari semua ilmu. Di antara corak pemikiran manusia adalah pengetahuan tentang wujud, awal bermulanya hingga akhirnya. Filsafat tidak hanya berhenti pada permasalahan wujud, tetapi juga merambah pada pembahasan berkenaan dengan ilmu. Selain itu, filsafat juga menyentuh tataran praktis, terutama berkaitan dengan moral. Perkembangan tersebut merupakan implikasi logis dari perkembangan pola pikir manusia itu sendiri. Hal tersebut tidak lain merupakan upaya untuk menemukan“kebenaran”. Pencarian terhadap kebenaran seiring dengan tujuan dari filsafat itu sendiri, yakni untuk mencari kebenaran yang hakiki. Dengan kata lain, mengetahui segala sesuatu yang ada sebagaimana adanya (problem ontologis). Kemudian, timbul pertanyaan setelah mencari “Apa itu kebenaran?” yaitu “Bagaimana kita bisa mendapatkan pengetahuan yang hakiki itu atau sesuatu yang ada sebagaimana adanya (kebenaran)? Persoalan ini merupakan problem epistemologis. Dengan kata lain, pemikiran selanjutnya berkaitan dengan pengaplikasian ilmu yang telah didapatkan pada tataran praktis. Ini disebut dengan problem aksiologis, artinya apakah ilmu pengetahuan yang didapat itu bisa diterapkan untuk kemaslahatan umat atau justru sebaliknya, terutama kaitannya dengan moralitas. Singkatnya, wilayah ontologi bertanya tentang “apa” wilayah epistemologi bertanya tentang “bagaimana” sedangkan, wilayah aksiologi bertanya tentang “untuk apa”. Tiga problem filosofis inilah ontologi, epistemologi dan aksiologi yang hingga kini masih menimbulkan perdebatan. Hal itu dikarenakan masing-masing aliran filsafat memiliki sudut pandang tersendiri berkaitan dengan ketiga hal tersebut. Oleh karena itu, pembahasan mengenai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi topic penting pembahasan penting dalam dunia Filsafat.
  • 45. BAB II PEMBAHASAN A. EPISTEMOLOGI (FILSAFAT PENGETAHUAN) Istilah Epistemology dipakai pertama kali oleh J.F.Feriere yang maksudnya untuk membedakan antara dua cabang filsafat, yaitu epistemology dan ontology (metafisika umum). Epistemologi berasal dari kata yunani, episteme, dan logos. Episteme biasa diartikan pengetahuan dan kebenaran dan logos diartikan pikiran, kata, atau teori. Epistemology secara etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang benar, lazimnya hanya disebut teori pengetahuan yang dalam bahasa Inggrisnya menjadi Theory Of Knowledge. Istilah – istilah lain yang setara maksudnya dengan epistemology dalam kepustakaan filsafat kadang – kadang disebut juga logika material, criteriology, kritika pengetahuan, gnosiology, dan dalam bahasa Indonesia lazim dipergunakan istilah filsafat pengetahuan. 1. Logika Material Istilah logika material sudah mengandaikan adanya ilmu pengetahuan yang lain yang disebut logika formal. Sesungguhnya istilah logika material ini secara khususnya hanya terdapat pada kepustakaan kefilsafatan Belanda. Apabila logika formal menyangkut dengan bentuk pemikiran maka logika material menyangkut isi pemikiran. Dengan perkataan lain, apabila logika formal yang biasanya disebut logika, berusaha untuk menyelidiki dan menetapkan bentuk pemikiran yang masuk akal, logika material berusaha untuk menetapkan kebenaran dari suatu pemikiran ditinjau dari segi isinya. Dapat dikatakan bahwa logika formal berhubungan dengan masalah kebenaran formal yang acap akli juga dinamakan keabsahan (jalan) pemikiran. Adapun logika material berhubungan dengan kebenaran materil, yang kadang – kadang juga disebut kebenaran autentik aau autentisitas isi pemikiran.
  • 46. 2. Kriteriologia Istilah kriteriologia berasal dari kata kriterium yang berarti ukran. Dalam hal ini yang dimaksud adalah ukuran untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan tertentu. Dengan demikian, kriteriologia merupakan suatu cabang filsafat yang berusaha untk menetapkan benar tidaknya pikiran atau pengetahuan berdasarkan ukuran tentang kebenaran. 3. Kritika Pengetahuan Istilah kritika pengetahuan sedikit banyak ada sangkut pautnya dengan kriteriologia. Yang dimaksud kritika disini adalah sejenis usaha manusia untuk menetapkan, apakah sesuatu pikiran atau pengetahuan manusia itu sudah benat atau tidak benar dengan jalan meninjaunya secara sedalam – dalamnya. Jadi, secara singkat dapatlah dikatakan bahwa kritika pengetahuan menunjuk kepada suatu ilmu pengetahuan yang berdasarkan tinjauan secara mendalam berusaha menentukan benar tidaknya sesuatu pikiran atau pengetahuan manusia. 4. Gnoseologia Istilah gnoseologia kata berasal dari gnosis dan logos. Dalam hal ini gnosis berarti pengetahuan yang bersifat keahlian, sedangkan logos berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian, gnoseologia berarti suatu ilmu pengetahuan atau cabang filsafat yang berusaha untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakikat pengetahuan, khususnya menegnai pengetahuan yang bersifat keahlian. 5. Filsafat Pengetahuan Secara singkat dapat diartikan bahwa filsafat penegtahuan merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan menegani masalah hakikat penngetahuan. J.A Niels Mulder menuturkan, epistemology adalah cabang filsafatnya yang mempelajari soal tentang watak, batas – batas dan berlakunya dari ilmu pengetahuan. Jacques Veuger menegemukakan, epistemology adalah pengetahuan tentang
  • 47. pengetahuan yang kita miliki sendiri bukannya pengetahuan orang lain tentang pengetahuan kita, atau pengetahuan yang kita miliki tentang pengetahuan orang lain. Pendek kata epistemology ialah pengetahuan penegtahuan kita yang mengetahui pengetahuan kita. Abbas Hamami Mintarejo memberikan pendapat bahwa epistemology adalah bagian filsafat atau cabang filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan dan mengandakan penilaian atau pembenaran dari pengetahuan yang telah terjadi itu. Bila didefinisikan epistemology adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas – batas, sifat, metode, dan kesahihan pengetahuan. Oleh karena itu, sistematika penulisan epistemology adalah terjadinya pengetahuan, teori kebenaran, metode ilmiah, dan aliran teori pengetahuan. B. ONTOLOGI Isitilah ontology berasal dari kata yunani , yaitu ta onta berarti “ yang berada” dan logi berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Dengan demikian, ontology adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang yang berada. Persoalan dalam keberadaan menurut Ali Mudhofir (1996) ada tiga pandangan, yang masing – masing menimbulkan aliran yang berbeda. Tiga segi pandangan itu adalah sebagai berikut: 1. Keberadaan Dipandang dari segi jumlah ( kuantitas ) Keberadaan dipandang dari segi jumlah ( kuantitas ), artinya berapa banyak kenyataan yang paling dalam itu. Pandangan ini melahirkan beberapa aliran filsafat sebagai jawabannya, yaitu sebagai berikut: a. Monisme Aliran yang menyatakan baha hanya suatu kenyataan fundamental. Kenyataan tersebut dapat berupa jiwa, materi, tuhan atau substansi lainnya yang tidak dapat diketahui. Tokohnya antara lain: Thales (625 – 545 SM) yang berpendapat bahwa kenyataan yang terdalam adalah satu substansi, yaitu air. Filsuf modern yang
  • 48. termasuk penganut monism aadalah B. Spinoza, berpenndapat bahwwa hanya ada satu substansi, yaitu Tuhan. Dalam hal ini Tuhan diidentikkan dengan alam ( naturans naturata). b. Dualisme (Serba Dua) Aliran yang mengangap adanya dua substansi yang masing masing berdiri sendiri. Tokoh – tokoh yang termasuk aliran ini adalah plato (428- 348 SM), yang membedakan dua dunia yaitu, dua indra ( dunia baying – baying) dan dunia ide ( dunia yang terbuka bagi rasio manusia). c. Pluralisme ( Serba Banyak) Aliran yang mengakui adanya satu substansi atau dua substansi melankan banyak substansi. Para filsuf yang termasuk pularisme di antaranya Empedokles ( 490 – 430 SM) ynag menyatakan bahwa hakikat kenyataan terdiri atas unsur – unsur yang tidak terhitung banyaknya, sebanyak jumlah sifat benda dan semuanya dikuasai oleh suatu tenaga yang dinamakan nous. Dikatakannya bahwa nous adalah suatu zat yang paling halus yang memiliki sifat pandai bergerak dan mengatur. 2. Keberadaan Dipandang Dari Segi Sifat ( Kualitas) Keberadaan dipandang dari segi sifat (kualitas) menimbulkan beberapa aliran sebagai berikut. a. Spriritualisme Spiritualisme mengandung beberapa arti, yaitu 1. Ajaran yang menyatakan bahwa kenyataan terdalam adalah roh (pneuma, Nous, Reason, Logos), yakni roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam. Spriritualisme dalam arti ini dilawankan dengan materialism. 2. Kadang – kadang dikenakan dengan pandangan idealistis yang menyatakan adanya roh mutlak. 3. Dipakai dalam istilah keagamaan untuk menekankan pengaruh langsung dari roh suci dalam bidang agama.
  • 49. 4. Istilah spiritualisme lebih tepat dikenakan bagi kepercayaan semacam ini. Aliran spiritualisme juga disebut idealisme (Serba cita). Tokoh aliran ini diantaranya Plato dengan ajarannya tentang idea (cita) dan jiwa. b. Materialisme Adalah pandangan yang menyatakan bahwa tidak ada suatu yang nyata kecuali materi.pikiran dan kesadaran hanyalah penjelmaan dari materi yang dapat dikembalikan pada unsur – unsur fisik. Materi adalah sesuatu yang kelihatan, dapat diraba, berbentuk, dan menempati ruang. Hal – hal yang bersifat kerohanian sperti pikiran, jiwa, keyakinan rasa sedih, dan rasa yang lain hanyalah ungkapan pada proses kebendaan. Tokoh aliran ini antara lain Demokritos (460 – 370 SM) beryakinan bahwa alam semesta tersusun atas atom – atom kecil yang memiliki bentuk dan badan. 3. Keberadaan Dipandang Dari Segi Proses, Kejadian, atau Perubahan Aliran yang berusaha menjawab persoalan ini sebagai berikut. a. Mekanisme Menyatakan bahwa semua gejala dapat dijelaskan berdasarkan asas – asas mekanik (mesin). Semua peristiwa adalah hasil dari materi yang bergerak dan dapat dijelaskan menurut kaidahnya.aliran ini juga menerangkan semua perstiwa berdasar pada sebab kerja (efficient cause), yang dilawankan dengan sebab tujuan (final cause. Rene Descartes menganggap bahwa hakikat materi adalah keluasan (extention), dan semua gejala fisik dapat diterangkan dengan kaidah mekanik.bagi Immanuel kant, kepastian dari suatu kejadian sesuai dengan kaidah sebab akibat (causality) sebagai suatu kaidah alam. b. Teleologi ( serba – tujuan) Berpendirian bahwa yang berlaku dalam kejadian alam bukanlah kaidah sebab akibat, akan tetapi sejak semula memang ada sesuatu kemauan atau kekuatan yang mengarahkan alam ke suatu tujuan. Plato membedakan antara idea dengan materi. Tujuan berlaku di alam ide, sedangkan kaidah sebab akibat berlaku dalam materi.
  • 50. Meurut Aristoteles, untuk melihat kenyataan yang sesungguhnya kita harus memahami empat sebab, yaitu sebab bahan (material cause), sebab bentuk (formal cause), sebab kerja (efficient cause), dan sebab tujuan ( final cause). c. Vitalisme Memandang bahwa kehidupan tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara fisika – kimiawi, karena hakikatnya berbeda dengan yang tidak hidup. Filsuf vitalisme seperti Henry Bregson (1859 – 1941) menyebutkan elan vital. Dikatakan bahwa elan vital merupakan sumber dari sebab kerja dan perkembangan dalam alam. Asas hidup ini memimpin dan mengatur gejala hidup dan menyeuaikannya dengan tujuan hidup. Oleh karena itu, vitalisme sering juga dinamakan finalisme. C. AKSIOLOGI Jika ontologi berbicara tentang hakikat yang ada (objek ilmu) dan epistemologi berbicara tentang bagaimana yang ada itu bisa diperoleh (cara memperoleh ilmu) maka aksiologi berkaitan dengan manfaat dari pada ilmu itu sendiri atau kaitan penerapan ilmu itu dengan kaidah-kaidah moral. aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu axion yang berarti “nilai” dan logos yang berarti “ilmu” atau “teori”. Jadi, aksiologi adalah ilmu tentang nilai. Adapun Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan bahwa aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nalai secara umum. Menurut Brameld, ada tiga bagian yang membedakan di dalam aksiologi. Pertama, moral conduct, tindakan moral. Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika. Kedua, esthetic expression, ekspresi keindahan yang melahirkan estetika. Ketiga, socio-political life, kehidupan sosio-politik. Bidang ini melahirkan ilmu filsafat sosio-politik. 1. Teori Nilai (Etika)
  • 51. Problem aksiologis yang pertama berhubungan dengan nilai. Berkaitan dengan masalah nilai sebenarnya telah dikaji secara mendalam oleh filsafat nilai. Oleh sebab itu dalam kesempatan kali ini akan dibahas beberapa hal saja yang kiranya penting untuk dipaparkan berkaitan dengan masalah nilai. Tema-tema yang muncul seputar masalah ini misalnya apakah nilai itu subjektif atau objektif. Perdebatan tentang hakikat nilai, apakah ia subjektif atau objektif selalu menarik perhatian. Ada yang berpandangan bahwa nilai itu objektif sehingga ia bersifat universal. Di mana pun tempatnya, kapanpun waktunya, ia akan tetap dan diterima oleh semua orang. aksiologi dalam hal ini berfungsi untuk memberikan tuntunan bagaimana suatu hal itu bisa digunakan secara tepat guna. Memang segala sesuatu itu termasuk implikasi kemajuan di bidang ilmu pengetahuan mempunyai dampak negatif dan positif. Tapi sebenarnya dampak yang negatif itu bisa dihindari atau setidaknya diminimalisir. Semua itu adalah demi kepentingan kehidupan manusia itu sendiri. 2. Estetika Estetika (aesthetica) mula-mula berarti teori tentang pencerapan penghayatan pengalaman indera, sesuai dengan istilah Kant dengan transzendentale asthetik (teori tentang susunan penghayatan panca-indra dalam ruang dan waktu, berlawanan dengan transzendentale logic( pengetahuan rasional dan penuturan). Perlawanan yang dikemukakan oleh Kant itu juga dinyatakan oleh Baumgarten. Ia menempatkan logika sebagai teori pemakaian pemikiran yang benar dan estetika sebagai teori tentang penghayatan sempurna panca- indera. Masalah yang timbul tentang estetika yang dihadapi oleh banyak ahli pikir semenjak Plato dan Aristoteles ialah pernyataan tentang hakikat keindahan dan seni. Dengan demikian seluruh lapangan nilai, dalam mana keindahan dan seni merupakan bagiannya, dinamakan lapangan estetika, dikordinasikan dengan logika dan estetika. Estetika dalam pengertian baru itu diapakai oleh Kant dan Schiller sehingga menjadi umum di Jerman, meluas ke dalam pemakaian internasional.” Perdebatan lain yang menarik perhatian berkaitan dengan masalah
  • 52. Estetika adalah tentang keindahan, apakah keindahan itu sesuatu yang sifatnya objektif atau subjektif. Jika teori tentang nilai mengatakan bahwa persoalan nilai itu adalah masalah yang subjektif maka sebaliknya dengan persoalan estetika. Persoalan estetika lebih berpihak pada pandangan objektivisme. Artinya bahwa keindahan itu merupakan sifat yang objektif yang dimiliki oleh suatu benda. Ia bukanlah penilain subjektif seseorang. Diantara yang berpandangan seperti ini adalah Hegel. Hegel menganggap bahwa seluruh alam adalah manifestasi dari Cita Mutlak, Absolut Idea. Keindahan adalah pancaran Cita Mutlak melalui saluran indera. Ia adalah sejenis pernyataan ruh. Seni, agama dan filsafat merupakan tingkat-tingkat tertinggi dari perkembangan ruh. Sedangkan Kant memberikan arah yang baru sama sekali dalam mencari keterangan tentang estetika. Dengan Kant dimulailah studi ilmaih dan psikologi tentang teori estetika. Ia mengatakan dalam The Critique of Judgement bahwa akal memiliki indera ketiga di atas pikiran dan kemauan. Hal ini merupakan sebuah ekspresi nyata yang sering kali kita ungkapkan. Artinya suatu nilai estetika benar-benar merupakan sesuatu yang objektif bukan subjektif sebagaimana nilai etika. 3. Sosio Politik Bagian ketiga dari aksiologi adalah tentang sosio-politik. Sosio-politik ini merupakan ilmu praksis. Yang pertama mengenai ilmu sosial, dalam hal ini ia berfungsi sebagai ilmu yang mengatur bagaimana manusia hidup bermasyarakat. Hanya saja ia mempunyai concern yang lebih spesifik yaitu berkaitan dengan masalah tindakan manusia atau bagaimana manusia itu harus bergaul, berinteraksi antara yang satu dengan yang lain. Manusia sebagai makhluk sosial pasti tidak bisa dilepaskan dari manusia yang lain untuk mempertahankan hidup. Artinya mereka saling membutuhkan satu sama lain. Dalam perkembagannya, ilmu sosial ini nantinya akan menjadi disiplin ilmu trsendiri yaitu sosiologi. Berbicara tentang ilmu sosial tentu juga tidak bisa dilepaskan dari yang namanya ilmu ekonomi karena masalah sosial juga mencakup masalah ekonomi.
  • 53. BAB III PENUTUP Simpulan Dari uraian di atas kita bisa mengetahui betapa luasnya objek kajian filsafat mulai dari masalah ontologis, epistemologis hingga aksiologis. Tiga cabang utama filsafat tersebut merupakan masalah yang paling fundamental dalam kehidupan. Ia memberikan sebuah kerangkan berpikir yang sangat sistematis. Hal itu dikarenakan ketiganya merupakan proses berpikir yang diawali dengan pembahasan “Apa itu kebenaran?”, “Bagaimana mendapatkan kebenaran?”, dan “Untuk apa kebenaran tersebut (aplikasinya) dalam kehidupan sehari-hari?” Hal tersebut mengindikasikan bahwa filsafat layak dikatakan sebagai induk dari semua ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu-ilmu lain akan mengalami hambatan tanpa peranan filsafat.
  • 54. Daftar Pustaka Surajiyo.2005.ilmu filsafat.jakarta:bumi kenana https://zainabzilullah.wordpress.com/2013/01/20/ontologi-epistemologi-dan-aksiologi-sebagai- landasan-penelaahan-ilmu/
  • 55. BAB VI FILSAFAT PANCASILA 1.1.LATAR BELAKANG Sebagai dasar negara Indonesia, Pancasila menjadi landasan fundamental dalam kehidupan berbangsa. Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung maupun tidak langsung mengakibatkan perubahan besar pada berbagai bangsa di dunia. Di Indonesia perubahan-perubahan itu sudah terlihat. Akibatnya terjadi pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan kebangsaan.Oleh karena itu, Pancasila terbentuk bukan hanya sebagai dasar negara, tetapi juga sebagai jati diri bangsa yang berisi tentang kehidupan berbangsa bernegara sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. Pancasila juga sebagai pedoman dan acuan bangsa Indonesia untuk mencapai cita-cita demi mencapai persatuan, kemakmuran, kedamaian, dan keadilan bersama. Permasalahan kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia menjadi semakin kompleks dan rumit manakala ancaman internasional yang terjadi di satu sisi, pada sisi yang lain muncul masalah internal yaitu maraknya tuntutan rakyat, yang secara obyektif mengalami suatu kehidupan yang jauh dari kesejahteraan dan keadilan sosial. Nilai-nilai baru yang masuk baik secara subyektif maupun obyektif serta terjadinya pergeseran nilai di masyarakat, pada akhirnya mengancam prinsip-prinsip hidup berbangsa masyarakat Indonesia. Dengan demikian, Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia saat ini mengalami ancaman dari munculnya nilai-nilai baru dari luar dan pergeseran nilai-nilai yang terjadi. Suatu masyarakat, suatu bangsa senantiasa memiliki suatu pandangan hidup atau filsafat hidup masing-masing yang berbeda dengan bangsa lain di dunia. Dengan demikian bangsa Indonesia tidak mungkin memiliki kesamaan pandangan hidup dan filsafat hidup dengan bangsa lain. Dengan kata lain jati diri bangsa akan selalu bertolak ukur kepada nilai- nilai Pancasila sebagai filsafat bangsa. Berdasarkan uraian tersebut sudah jelas bahwa pentingnya mengetahui filsafat pancasila agar nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dapat melekat ke dalam jati diri rakyat Indonesia.
  • 56. 1.2.RUMUSAN MASALAH 1. Apa maksud dan prinsip-prinsip pancasila sebagai filsafat? 2. Sebutan dan jelaskan sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafat? 3. Apa saja dan bagaimana aspek-aspek dalam filsafat pancasila 1.3.TUJUAN 1. Mengetahui maksud dan prinsip-prinsip pancasila sebagai filsafat 2. Menganalisi sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafah 3. Mendeskripsikan aspek-aspek yang ada dalam filsafat pancasila
  • 57. BAB II PEMBAHASAN 2.1.Pengertian Filsafat dan Filsafat Pancasila Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philein” yang berarti cinta dan “Sophia” yang berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat menurut asal katanya berarti cinta akan kebijaksanaan, atau mencintai kebenaran/pengetahuan. Sehingga filsafat dapat diartikan sebagai keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran yang sejati. Filsafat merupakan induk ilmu pengetahuan. Filsafat Pancasila Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila merupakan filsafat negara yang lahir sebagai collective ideologie (cita-cita bersama) dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang yang mendalam yang dilakukan oleh peletak dasar (the founding father) negara Indonesia, kemudian dituangkan dalam suatu “sistem” yang tepat. Sedangkan menurut Notonagoro, Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasila. Sebagai filsafat, Pancasila memiliki karakteristik sistem filsafat tersendiri yang berbeda dengan filsafat lainnya, yaitu: Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh (sebagai suatu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan Pancasila. Pancasila sebagai suatu substansi, Artinya unsur asli/ permanen/ primer Pancasila sebagai suatu yang mandiri, yang unsur-unsurnya berasal dari dirinya sendiri. Pancasila juga sebagai suatu realita, artinya ada dalam diri manusia Indonesia dan masyarakatnya, sebagai suatu kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh, hidup, dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip-prinsip Filsafat Pancasila
  • 58. Pancasila ditinjau dari Kausal Aristoteles dapat dijelaskan sebagai berikut:  Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan materi/bahan. Dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa Indonesia sendiri.  Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya. Pancasila yang ada dalam Pembukaan UUD „45 memenuhi syarat formal (kebenaran formal).  Kausa Efisiensi, maksudnya BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan merumuskan Pancasila menjadi dasar Negara Indonesia merdeka.  Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, yaitu tujuan diusulkannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Inti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi: 1. Tuhan, yaitu sebagai kausa prima 2. Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk social 3. Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri 4. Rakyat, yaitu unsure mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong 5. Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya Hakikat Nilai-nilai Pancasila Nilai adalah suatu ide atau konsep tentang apa yang seseorang pikirkan merupakan hal yang penting dalam hidupnya. Nilai dapat berada di dua kawasan: kognitif dan afektif. Nilai adalah ide, bisa dikatakan konsep dan bisa dikatakan abstraksi (Sidney Simon, 1986). Nilai merupakan hal yang terkandung dalam hati nurani manusia yang lebih memberi dasar dan prinsip akhlak yang merupakan standar dari keindahan dan efisiensi atau keutuhan kata hati (potensi). Langkah-langkah awal dari “nilai” adalah seperti halnya ide manusia yang merupakan potensi pokok human being. Nilai tidaklah tampak dalam dunia pengalaman. Dia nyata dalam jiwa manusia. Dalam ungkapan lain ditegaskan oleh Sidney B. Simon (1986) bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan nilai adalah jawaban yang jujur tapi benar dari pertanyaan “what you are really, really, really, want.”
  • 59. Studi tentang nilai termasuk dalam ruang lingkup estetika dan etika. Estetika cenderung kepada studi dan justifikasi yang menyangkut tentang manusia memikirkan keindahan, atau apa yang mereka senangi. Misalnya mempersoalkan atau menceritakan si rambut panjang, pria pemakai anting-anting, nyanyian-nyanyian bising dan bentuk-bentuk seni lain. Sedangkan etika cenderung kepada studi dan justifikasi tentang aturan atau bagaimana manusia berperilaku. Ungkapan etika sering timbul dari pertanyaan-pertanyaan yang mempertentangkan antara benar salah, baik-buruk. Pada dasarnya studi tentang etika merupakan pelajaran tentang moral yang secara langsung merupakan pemahaman tentang apa itu benar dan salah. Bangsa Indonesia sejak awal mendirikan negara, berkonsensus untuk memegang dan menganut Pancasila sebagai sumber inspirasi, nilai dan moral bangsa. Konsensus bahwa Pancasila sebagai anutan untuk pengembangan nilai dan moral bangsa ini secara ilmiah filosofis merupakan pemufakatan yang normatif. Secara epistemologikal bangsa Indonesia punya keyakinan bahwa nilai dan moral yang terpancar dari asas Pancasila ini sebagai suatu hasil sublimasi dan kritalisasi dari sistem nilai budaya bangsa dan agama yang kesemuanya bergerak vertikal dan horizontal serta dinamis dalam kehidupan masyarakat. Selanjutnya untuk mensinkronkan dasar filosofia-ideologi menjadi wujud jati diri bangsa yang nyata dan konsekuen secara aksiologikal bangsa dan negara Indonesia berkehendak untuk mengerti, menghayati, membudayakan dan melaksanakan Pancasila. Upaya ini dikembangkan melalui jalur keluarga, masyarakat dan sekolah. Refleksi filsafat yang dikembangkan oleh Notonegoro untuk menggali nilai-nilai abstrak, hakikat nilai-nilai Pancasila, ternyata kemudian dijadikan pangkal tolak pelaksanaannya yang berujud konsep pengamalan yang bersifat subyektif dan obyektif. Pengamalan secara obyektif adalah pengamalan di bidang kehidupan kenegaraan atau kemasyarakatan, yang penjelasannya berupa suatu perangkat ketentuan hukum yang secara hierarkhis berupa pasal-pasal UUD, Ketetapan MPR, Undang-undang Organik dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya. Pengamalan secara subyektif adalah pengamalan yang dilakukan oleh manusia individual, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat ataupun sebagai pemegang kekuasaan, yang penjelmaannya berupa tingkah laku dan sikap dalam hidup sehari-hari.
  • 60. Nilai-nilai yang bersumber dari hakikat Tuhan, manusia, satu rakyat dan adil dijabarkan menjadi konsep Etika Pancasila, bahwa hakikat manusia Indonesia adalah untuk memiliki sifat dan keadaan yang berperi Ketuhanan Yang Maha Esa, berperi Kemanusiaan, berperi Kebangsaan, berperi Kerakyatan dan berperi Keadilan Sosial. Konsep Filsafat Pancasila dijabarkan menjadi sistem Etika Pancasila yang bercorak normatif. Ciri atau karakteristik berpikir filsafat adalah:  Sistematis  Mendalam  Mendasar  Analitik  Konprenhensif  Spekulatif  Reprensentatif, dan  Eveluatif Cabang-cabang filsafat meliputi:  Epistemologi (filsafat pengetahuan)  Etika (filsafat moral)  Estetika (filsafat seni)  Metafisika (membicarakan tentang segala sesuatu dibalik yang ada)  Politik (filsafat pemerintahan)  Filsafat Agama  Filsafat Ilmu  Filsafat Pendidikan  Filsafat hukum  Filsafat Sejarah  Filsafat Matematika
  • 61.  Kosmologi (membicarakan tentang segala sesuatu yang ada yang teratur) Aliran Filsafat, meliputi:  Rationalisme  Idealisme  Positivisme  Eksistensialisme  Hedonism  Stoisme  Marxisme  Materialisme  Utilitarinisme  Realisme  Spiritualisme  Liberalisme 2.2.Sila-Sila Yang Terkandung Dalam Pancasila Sebagai dasar Negara, Pancasila mempuyai nilai-nilai yang terkandung dalam tiap sila-silanya. Sebelumnya, penyusunan sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafat mempuyai ciri-ciri sebagai berikut : 1) Suatu kesatuan dari bagian-bagian. 2) Bagian-bagian tersebut mempuyai fungsi sendiri-sendiri. 3) Bagian-bagian itu saling berhubungan dan saling ketergantungan. 4) Keseluruhan tersebut untuk mencapai suatu tujuan. 5) Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks. Pancasila sebagai Ideologi nasional berfungsi sebagai cita-cita normatif penyelenggaraan bernegara juga merupakan yang sistematis. Hal ini bisa dilihat sebagai berikut :
  • 62. 1) Susunan sila-sila yang bersifat organis Isi sila-sila pancasila merupakan suatu kesatuan. Tiap sila tidak dapat berdiri sendiri terlepas dari sila-sila lainnya. Pada hakikatnya susunan Pancasila bersifat organis tersebut secara filosofis bersumber dari ontologis manusia sebagai pendukung sila-sila Pancasila yaitu hakikat manusia “monopluaris”. 2) Susunan sila-sila pancasila bersifat hierarkis dan berbentuk piramidal Urutan kelima sila tersebut menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luas dan isi sifatnya. Di antara kelima sila ada hubungan yang mengikat satu dengan lainnya yaitu kesatuan yang bulat dan erat. Hierarkis sendiri memiliki arti yaitu pengelompokan/penggolongan. 3) Rumusan hubungan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling mengklasifikasi Sila-sila Pancasila kesatuan dapat dirumuskan pula dalam hubungannya saling mengisi dan mengkualifikasi dalam rangka hubungan hierarkis piramidal tadi. Untuk kelengkapan dari hubungan kesatuan dan keseluruhan dari sila-sila Pancasila dipersatukan rumus hierarkis menjadi sebagai berikut : 1. Ketuhanan Yang Maha Esa Dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Bangsa Indonesia menyatakan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya manusia taat dalam beribadah sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan masing-masing. 2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Dengan sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, manusia diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabat selaku makhluk Tuhan yang mempunyai derajat, hak dan kewajiban yang sama tanpa adanya perbedaan suku, agama, ras dan lain sebagainya. 3. Persatuan Indonesia Sila Persatuan Indonesia mendasari semangat persatuan demi kesatuan dan keselamatan bangsa Indonesia yang diatas kepentingan golongan maupun pribadi.
  • 63. Dengan semangat ini maka tampil wajah manusia Indonesia yang cinta terhadap taanah air. 4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijakansanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan Sila ini merupakan dasar bagi manusia indonesia selaku warga negara maupun selaku warga masyarakat untuk memperoleh kedudukan hak dan kewajiban yang sama di mata hukum. Dengan demikian Indonesia tetap berjalan pada demokrasi yang penuh dengan semangat kekeluargaan. 5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah dasar terciptanya suasana dalam masyarakat Indonesia yang suka bergotong royong penuh dengan kekeluargaan. Dengan demikian seluruh masyarakat Indonesia tidak akan pernah dibedakan antara perbedaan agama, ras, suku, dan sebagainya. 2.3.Aspek-Aspek Dalam Filsafat Pancasila A. Aspek Ontologis Ontologi berasal dari bahasa Yunani “ontos” dan “logos”. Ontos berarti sesuatu yang ada atau berwujud, sedangkan logos adalah ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu yang mempelajari sesuatu yang ada, konkret dan rasional. Pancasila sebagai landasan ontologi berarti didalamnya mengandung makna keberadaan (eksistensi). Misalnya, sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” maksudnya adalah Tuhan sebagai sumber keberadaan (eksistensi) dari alam semesta ini. B. Aspek Epistomologi Epistemologi berasal dari bahasa Yunani “episteme” dan “logos”. Episteme berarti pengetahuan dan logos adalah ilmu. Epistemologi mengkaji tentang sumber ilmu
  • 64. pengetahuan, validitas dan hakikat ilmu. Epistemologi pancasila terdiri dari beberapa azas, yaitu: 1. Mahasumber atau sumber dari segala sumber adalah Tuhan, yang menciptakan manusia dengan berbagai kepribadian dan potensi yang berbeda. Sebagai pencipta alam semesta Tuhan telah menganugerahi manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dengan adanya akal. Ia mengajari manusia melalui ciptaan-ciptaannya. 2. Sumber pengetahuan, secara kualitatif dibagi sebagai berikut: a. Sumber primer, yaitu sumber utama ilmu pengetahuan adalah alam semesta, karena memiliki cakupan paling luas. b. Sumber sekunder, yaitu sumber ilmu yang kedua adalah cabang-cabang ilmu yang sudah ada, dokumentasi. c. Sumber tersier, yaitu sumber tersier dari ilmu pengetahuan adalah cendekiawan, ilmuwan, guru. Dengan begitu, jelaslah bahwa pancasila memiliki azas-azas tersebut. Baik berupa hubungan dengan tuhan yang bersifat religius, dan hubungan dengan manusia yang bersifat sosial. Kajian epistomologi Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakekat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Hal ini dimungkinkan karena epistomologi merupakan bidang filsafat yang membahas hakekat ilmu pengetahuan (ilmu tentang ilmu). Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistimologi yaitu : 1. tentang sumber pengetahuan manusia 2. tentang teori kebenaran pengetahuan manusia 3. tentang watak pengetahuan manusia Epistimologi Pancasila sebagai suatu obyek kajian pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan Pancasila dan susunan pengetahuan Pancasila. Selanjutnya susunan Pancasila sebagai sistem pengetahuan, memiliki susunan yang