BE & GG adalah matakuliah yang mempelajari tentang tata kelola perusahaan maupun pemerintahan, dengan cara mengaudit dan penataan keuangan, serta administrasi perusahaan dan pemerintah.
1. Nama : Basori
Nim : 55117110024
Hubungan antara Audit & Internal Control dengan Business Ethics dan Good
Corporete Governance, Dimana Konsep Bisnis Etik pada perusahaan sangat
melekat pada hubungan perusahaan dengan stakeholders dimana perusahaan yang
baik harus senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan dengan masyarakat,
pemerintah, pemegang saham, pekerja dan pemasok sebagai stakeholders
perusahaaan. Untuk mewujudkan hubungan yang baik dengan stakeholders
diperlukan beberapa hal yang harus dilakukan oleh perusahaan salah satunya
adalah menjaga kepercayaan stakeholders.
Sebagai upaya menjaga kepercayaan stakeholders perusahaan tidak bisa
dipisahkan dengan konsep GCG yang terdiri dari 5 prinsip dasar, yaitu Transparansi
(transparency), Akuntabilitas (accountability),Pertanggungjawaban (responbility),
Kemandirian (independency) dan Kewajaran (fairness). Kelima prinsip itu
diharapkandapatmenciptakan perusahaan yang baik, memastikan
pengurangan tingkat korupsi dan pelanggaran lainnya sehingga dapat membuat
para stakeholders percaya terhadap perusahaan tersebut.
Dalam Good Governance terdapat tiga aspek yaitu pengawasan, pengendalian dan
pemerikasaan. (Febry. 2017).
Pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang mem
iliki independensi dan memiliki kompetensi profesional untuk memeriksa apakah
hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Keberadaan audit internal untuk menjalankan fungsi pemeriksaan dapat mendorong
terciptanya pelaksanaan good corporate governance.
Membangun pengendalian internal yang kuat merupakan kewajiban bagi setiap
organisasi atau perusahaan yang ingin menerapkan konsep GCG yang baik.
Pengendalian Internal merupakan
suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya
suatu organisasi atau perusahaan, sehingga dapat dikatakan pengendalian internial
memiliki tujaan untuk mendeteksi penggelapan.
Dengan menerapkan Audit dan pengendalian internal maka perusahaan akan
mampu menerapkan konsep GCG yang baik sehingga membuat perusahaan
mempunyai citra yang baik di masyarakat dan kredibilitas yang baik juga sehingga
dapat membuat para stakeholders merasa senang berinvestasi di perusahaan
tersebut.
PENERAPAN AUDIT DAN INTERNAL CONTROL DI PERUSAHAAN
RCTI sebagai bagian dari MNC Media Group dalam menjalankan proses audit
dipimpin oleh Bapak Harangan Pokki Pangaribuan yang ditunjuk berdasarkan Surat
Keputusan Direksi No.021/IP-GGOD/MCOM/XI/2015 dan telah dilaporkan kepada
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
berdasarkan surat No. 100-OJK/MNC-CS/INT/XII/2015 tertanggal 4 Desember 2015.
2. Sesuai dengan Piagam Unit Audit Internal Perseroan, secara garis besar tugas dan
tanggung jawab Unit Audit Internal antara lain:
1) Menyusun serta melaksanakan rencana audit internal tahunan
2) Menguji dan mengevaluasi pelaksanaan sistem pengendalian internal dan
manajemen risiko sesuai dengan kebijakan perusahaan
3) Melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektivitas di bidang
keuangan, akuntansi, operasional, sumber daya manusia, pemasaran,
teknologi informasi, dan kegiatan lainnya
4) Melakukan pemeriksaan kepatuhan terhadap peraturan perundangan terkait.
5) Memberi saran perbaikan dan informasi yang objektif mengenai kegiatan
yang diperiksa pada seluruh tingkat manajemen.
6) Membuat laporan hasil audit dan menyampaikan laporan tersebut kepada
Direktur Utama dan Dewan Komisaris.
7) Memantau, menganalisa dan melaporkan pelaksanaan tindak lanjut
perbaikan yang telah disarankan.
8) Bekerja sama dengan Komite Audit/ mendukung pelaksanaan tugas Komite
Audit.
9) Menyusun program untuk mengevaluasi mutu Audit Internal.
10)Melakukan pemeriksaan khusus apabila diperlukan.
Penugasan audit dilakukan dengan menggunakan pendekatan risiko (risk based
audit) dan berpegang teguh pada kode etik profesi, mengacu pada International
Standards for The Professional Practices of Internal Auditing yang dibuat oleh The
Institute of Internal Auditors, antara lain mencakup integritas, objektifitas,
kerahasiaan, dan kompetensi.
Di tahun 2015, Unit Audit Internal telah menjalankan penugasan audit sesuai dengan
rencana pemeriksaan tahun 2015, yang meliputi seluruh unit usaha. Total
penyelesaian penugasan sebanyak 40 penugasan audit yang mencakup aktivitas
pemeriksaan operasional (40%), pemeriksaan finansial (23%) dan project (37%).
Untuk mendukung koordinasi antara Perseroan sebagai induk perusahaan dengan
unit-unit usaha, di samping proses supervisi selama proses penugasan, Unit Audit
Internal secara berkala melakukan rapat bulanan untuk membahas proses audit di
semua unit usaha, rapat bulanan dengan Direksi, serta rapat kuartalan dengan
Komite Audit. (Modul Prof. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA. 2017).
Laporan hasil pemeriksaan beserta rekomendasi perbaikannya telah disampaikan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi dalam pertemuan kuartalan. Pengawasan atas
pelaksanaan rencana tindak lanjut dari pemilik proses terkait dengan temuan Unit
Audit Internal dilakukan setiap bulan untuk memastikan telah dilakukan tindak
perbaikan.
Pada perusahaan tempat saya bekerja, direksi melakukan evaluasi efektivitas
pengendalian internal melalui Unit Audit Internal dan Auditor Eksternal. Dalam upaya
meningkatkan pengendalian internal Perseroan, seiring dengan semakin
berkembangnya bisnis dan kegiatan operasional Grup, di akhir tahun 2015
3. Perseroan memulai proyek Compliance & Control Self Assessment (CCSA). Pada
saat proyek diimplementasikan, diharapkan Unit Usaha dapat membantu Grup
dalam mengantisipasi risiko-risiko, terutama untuk risiko yang memiliki dampak
material pada Perseroan.
1. a) Audit adalah kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi dari bukti-bukti
mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara
informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan. Proses audit harus dilakukan oleh
orang yang kompeten dan independent.
Auditing bagi perusahaan merupakan hal yang cukup penting karena memberikan
pengaruh besar dalam kegiatan perusahaan yang bersangkutan. Pada awal
perkembangannya auditing hanya dimaksudkan untuk mencari dan menemukan
kecurangan serta kesalahan, kemudian berkembang menjadi pemeriksaan
laporan keuangan untuk memberikan pendapat atas kebenaran penyajian laporan
keuangan perusahaan dan juga menjadi salah satu faktor dalam pengambilan
keputusan.
Seiring berkembangannya perusahaan, fungsi audit semakin penting dan timbul
kebutuhan dari pemerintah, pemegang saham, analis keuangan, bankir, investor,
dan masyarakat untuk menilai kualitas manajemen dari hasil operasi dan prestasi
para manajer. Untuk mengatasi kebutuhan tersebut, timbul audit manajemen
sebagai sarana yang terpercaya dalam membantu pelaksanaan tanggungjawab
mereka dengan memberikan analisis, penilaian, rekomendasi terhadap kegiatan
yang telah dilakukan.
Menurut The American Accounting Association’s Committee on Basic Auditing
Concepts (Auditing: Theory And Practice, edisi 9, 2001:1-2) audit merupakan
suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
obyektif mengenai pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan
tujuan umtuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta menyampaikan hasilnya
kepada pemakai yang berkepentingan.
Menurut William F. Meisser, Jr (Auditing and Assurance Service, A Systematic
Approach, 2003:8) audit adalah proses yang sistematik dengan tujuan
mengevaluasi bukti mengenai tindakan dan kejadian ekonomi untuk memastikan
tingkat kesesuaian antara penugasan dan kriteria yang telah ditetapkan, hasil dari
penugasan tersebut dikomunikasikan kepada pihak pengguna yang
berkepentingan. (Arens, Al, Ra, El, Ma, 2003).
4. Tujuan Audit
Tujuan audit secara umum dapat diklasifikasilkan sebagai berikut :
1. Kelengkapan (Completeness). Untuk meyakinkan bahwa seluruh transaksi
telah dicatat atau ada dalam jurnal secara aktual telah dimasukkan.
2. Ketepatan (Accurancy). Untuk memastikan transaksi dan saldo perkiraan yang
ada telah dicatat berdasarkan jumlah yang benar, perhitungan yang benar,
diklasifikasikan, dan dicatat dengan tepat.
3. Eksistensi (Existence). Untuk memastikan bahwa semua harta dan kewajiban
yang tercatat memiliki eksistensi atau keterjadian pada tanggal tertentu, jadi
transaksi tercatat tersebut harus benar-benar telah terjadi dan tidak fiktif.
4. Penilaian (Valuation). Untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum telah diterapkan dengan benar.
5. Klasifikasi (Classification). Untuk memastikan bahwa transaksi yang
dicantumkan dalam jurnal diklasifikasikan dengan tepat. Jika terkait dengan
saldo maka angka-angka yang dimasukkan didaftar klien telah diklasifikasikan
dengan tepat.
6. Ketepatan (Accurancy). Untuk memastikan bahwa semua transaksi dicatat
pada tanggal yang benar, rincian dalam saldo akun sesuai dengan angka-
angka buku besar. Serta penjumlahan saldo sudah dilakukan dengan tepat.
7. Pisah Batas (Cut-Off). Untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi yang
dekat tanggal neraca dicatat dalam periode yang tepat. Transaksi yang
mungkin sekali salah saji adalah transaksi yang dicatat mendekati akhir suatu
peride akuntansi.
8. Pengungkapan (Disclosure). Untuk meyakinkan bahwa saldo akun dan
persyaratan pengungkapan yang berkaitan telah disajikan dengan wajar dalam
laporan keuangan dan dijelaskan dengan wajar dalam isi dan catatan kaki
laporan tersebut.
b) Internal Control yaitu suatu proses yang dipengaruhi oleh aktivitas Dewan
Komisaris, Manajemen dan Pegawai, yang dirancang untuk memberikan
keyakinan yang wajar atas (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan
efisiensi operasi, dan (c) ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Berbeda dengan definisi pertama yang hanya mengaitkan pengendalian hanya
dengan perencanaan, metode dan pengukuran, pada definisi berikutnya terkait
dengan “proses yang dipengaruhi oleh aktivitas seluruh komponen organisasi”.
Definisi ini mengandung makna yang lebih luas dari definisi sebelumnya.
Dalam teori akuntansi dan organisasi, pengendalian intern atau internal control
didefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia
dan sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu organisasi
mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian intern merupakan
suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu
organisasi. Ia berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan
(fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud (seperti mesin
5. dan lahan) maupun tidak (seperti reputasi atau hak kekayaan intelektual seperti
merek dagang).
Untuk menjaga agar sistem internal control ini benar-benar dapat dilaksanakan,
maka sangat diperlukan adanya internal auditor atau bagian pemeriksaan
intern. Fungsi pemeriksaan ini merupakan upaya tindakan pencegahan,
penemuan penyimpangan-penyimpangan melalui pembinaan dan pemantauan
internal control secara berkesinambungan. Bagian ini harus membuat suatu
program yang sistematis dengan mengadakan observasi langsung, pemeriksaan
dan penilaian atas pelaksanaan kebijakan pimpinan serta pengawasan sistem
informasi akuntansi dan keuangan lainnya.
Tujuan Internal Control
Dari definisi di atas dapat kita lihat bahwa tujuan adanya pengendalian intern
adalah sbb:
• Menjaga kekayaan organisasi.
• Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi.
• Mendorong efisiensi.
• Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Sistem Internal Control
Sistem pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pengendalian Intern Akuntansi (Preventive Controls)
Pengendalian Intern Akuntansi dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang
tujuannya adalah menjaga kekayaan perusahaan dan memeriksa keakuratan data
akuntansi. Contoh : adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab antar unit
organisasi.
2. Pengendalian Intern Administratif (Feedback Controls)
Pengendalian Administratif dibuat untuk mendorong dilakukannya efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen (dikerjakan setelah adanya
pengendalian akuntansi). Contoh : pemeriksaan laporan untuk mencari
penyimpangan yang ada, untuk kemudian diambil tindakan.
Unsur-Unsur Internal Control
Struktur Pengendalian Intern terdiri atas lima (5) unsur atau elemen yaitu:
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi
kesadaran pengendalain orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan
dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan
struktur.
2. Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang
relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan
6. bagaimana risiko harus dikelola. Penetuan risiko tujuan laporan keuangan adalah
identifikasi organisasi, analisis, dan manajemen risiko yang berkaitan dengan
pembuatan laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berterima umum.
Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan sebagai berikut:
• Perubahan dalam lingkungan operasi
• Personel baru
• Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki
• Teknologi baru
• Lini produk, produk, atau aktivitas baru
• Restrukturisasi korporasi
• Operasi luar negeri
• Standar akuntansi baru
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin
bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Umumnya aktivitas pengendalian yang
mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijkan dan prosedur
yang berkaitan dengan berikut ini:
• Review terhadap kinerja
• Pengolahan informasi
• Pengendalian fisik
• Pemisahan tugas
4. Informasi dan Komunikasi
Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan
pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang
melaksanakan tanggung jawab mereka.
Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang sistem informasi yang
relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami:
• Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan
keuangan
• Bagaimana transaksi tersebut dimulai
• Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan
keuangan yang tercakupalam pengolahan dan pelaporan transaksi
• Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak transaksi dimulai sampai dengan
dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik (seperti
komputer dan electronic data interchange) yang digunkan untuk mengirim,
memproses, memelihara, dan mengakses informasi
5. Pemantauan (Monitoring)
7. Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi
pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini
dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus (ongoing
activities), evaluasi secara terpisah (separate periodic evaluations), atau dengan
berbagai kombinasi dari keduanya.
2. a) Implementasi Sistem Audit dan Internal Control pada Perusahaan adalah
untuk membantu manajemen dengan tujuan tercapainya mekanisme kerja yang
lebih efisien dan efektif. Bentuk dan tipe dari pengawasan harus
mempertimbangkan atau membandingkan hubungan antara “Cost and Benefit”.
Pada umumnya, ada empat kategori pengendalian intern yang dibentuk dalam
suatu perusahaan untuk kepentingan manajemen, yaitu :
1. Tersedia Data yang Dapat Dipercaya. Manajemen harus mempunyai sumber
informasi yang akurat atas operasi perusahaan. Beragam informasi dengan
area yang luas akan sangat membantu manajemen untuk mengambil
keputusan yang tepat.
2. Pengamanan Atas Harta Perusahaan dan Sistem Pencatatan. Bentuk fisik
dari harta perusahaan dapat dicuri, disalahgunakan, dan rusak karena
kecerobohan, kecuali hal-hal tersebut dilindungi dengan pengawasan yang
cukup memadai. Hal yang sama akan terjadi dengan harta perusahaan yang
tidak berbentuk fisik seperti piutang, dokumen-dokumen penting, dan catatan
lainnya, sehingga harus dilakukan peningkatan sistem pengamanan harta
perusahaan tertentu dan catatan atau dokumen enting lainnya. Dengan
sistem computer, jumlah data yang tersimpan dalam file magnetic tape juga
dapat dicuri dan dimusnahkan, sehingga pengawasan dan pengamanan atas
sistem komputerisasi harus dilakukan dengan ketat.
3. Mempromosikan Efisiensi dalam Bidang Operasional. Pengawasan yang
berada dalam organisasi perusahaan bertujuan untuk menghindari duplikasi
pekerjaan, melindungi segala hal yang mempengaruhi bidang usaha, dan hal-
hal lain atas penggunaan sumber-sumber dalam perusahaan yang tidak
efisien.
4. Menyarankan Dipatuhinya Semua Kebijaksanaan Tertulis. Manajemen
mempunyai suatu misi yang ingin dicapai dengan sistem dan prosedur, serta
peraturan-peraturan perusahaan. Sistem pengendalian intern diciptakan agar
dapat dilakukan oleh semua karyawan perusahaan.
Untuk Eksternal Auditor, pengertian dari nomor dua diatas lebih menitikberatkan
pekerjaan pada poin 1 dan 2, sedangkan Internal Auditor harus menitikberatkan
pada keempat lingkup pengendalian intern tersebut. Poin 1 dan 2 umumnya dipakai
sebagai tindakan Financial Audit, sedangkan poin 3 dan 4 umumnya dipakai sebagai
tindakan Operasional Audit.
Mempelajari dan mengevaluasi sistem pengendalian intern sangat penting, dan
merupakan bagian yang khusus dalam standar pemeriksaan (GAAP).
8. Mempelajari sistem pengendalian intern akan mempunyai arti bila semua sistem
yang ada dibagi menjadi beberapa bagian. Umumnya, disebut “Transaction Cycle”,
yaitu:
1. Siklus penjualan dan tertagihnya piutang
2. Siklus pengajian dan kepersonaliaan
3. Siklus kepemilikan barang serta pelayanan dan pembayaran
4. Siklus persediaan dan tempat penyimpanan atau gudang
5. Siklus penyertaan modal kerja, investasi, dan pembayaran kembali
6. Sistem pengendalian intern didalam setiap siklus transaksi harus cukup
beralasan untuk dapat dipertanggungjawabkan seperti:
a. Semua transaksi telah dicatat dengan selayaknya
b. Transaksi yang dicatat benar
c. Transaksi telah diotorisasi oleh orang yang berweang
d. Transaksi yang ada telah dicatat semua
e. Transaksi yang terjadi dengan pantas dapat dinilai
f. Transaksi dapat diklasifikasikan
g. Transaksi dicatat tepat waktu
h. Transaksi telah dicatat dengan benar di dalam buku besar / tambahan
(subsidiary record).
Tidak terdapat jaminan bahwa operasi perusahaan akan efisiensi dengan
diterapkannya sistem pengendalian intern yang baik, karena pengaruh administrasi
dan kelengkapan pencatatan dengan data yang dapat dipercaya sangat menetukan.
Sistem pengendalian intern tidak ada gunanya bila terdapat kerja sama yang baik
untuk melakukan kecurangan, khususnya yang melibatkan kantor pusat dengan
diberikannya jabatan dan wewenang penuh serta kepercayaan. Suatu sistem harus
memiliki elemen tertentu dan cirri khas dengan karakter yang dapat menaikkan nilai,
dapat diyakinkan kebenaran dari aktivitas operasi dan data akuntansi., juga
melindungi harta milik perusahaan dan sistem pencatatan. Hal tersebut
berhubungan langsung dengan objek dari pengendaliaan intern, yaitu:
1. Kemampuan, dapat dipercaya dengan wewenang dan tanggung jwab yang
diberikan
2. Pembagian tugas yang cukup baik
3. Prosedur otorisasi yang tepat
4. Data-data dan dokumen yang cukup untuk dilakukan pencatatan
5. Data-data dan dkokumen yang cukup untuk dilakukan pencatatan
6. Pengawasan secara fisik atas harta perusahaan dan pencatatan
7. Kebebasan sikap untuk memeriksa kemampuan
Terdapat dua metode pemeriksaan transaksi yang dapat ditentukan berdasarkan
data akuntasi yang dapat dipercaya, yaitu “System Based Method” dan “Substantive
Testing Method”. Metode tersebut dapat digunakan bersamaan dan dapat juga
sendiri-sendiri, tergantung dari bagian sistem akuntansi yang diperiksa.
9. b) Sistem Pengendalian Internal (SPI) pada Perusahaan adalah suatu proses
yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil satuan usaha
lainnya, yang dirancang untuk mendapat keyakinan memadai tentang pencapaian
tujuan dalam hal-hal berikut:
1. keandalan pelaporan keuangan,
2. kesesuaian dengan undang-undang, dan peraturan yang berlaku,
3. efektifitas dan efisiensi operasi.
Dimana perusahaan mempunyai tujuan untuk untuk membantu pimpinan agar
perusahaan dapat mencapai tujuan dengan efisien. Tujuan pengendalian intern
adalah untuk memberikan keyakinan memadai dalam pencapaian tiga golongan
tujuan: keandalan informasi keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
yang berlaku, efektifitas dan efisiensi operasi.
Sistem Pengendalian Internal (SPI) yang diterapkan oleh perusahaan adalah
sebagai berikut :
1. Menjaga kekayaan perusahaan:
1) Penggunaan kekayaan perusahaan hanya melalui sistem otorisasi yang
telah diterapkan
2) Pertanggungjawaban kekayaan perusahaan yang dicatat dibandingkan
dengan kekayaan yang sesungguhnya ada
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi:
1) Pelaksanaan transaksi melalui sistem otorisasi yang telah ditetapkan
2) Pencatatan transaksi yang telah terjadi dalam catatan akuntansi
3. Pencatatan transaksi yang terjadi dalam catatan akuntansi:
1) Pencatatan semua transaksi yang terjadi
2) Transaksi yang dicatat adalah benar-benar terjadi
3) Transaksi dicatat dalam jumlah yang benar
4) Transaksi dicatat dalam periode akuntansi yang seharusnya
5) Transaksi dicatat dengan penggolongan yang seharusnya
6) Transaksi dicatat dan diringkas dengan teliti
Daftar Pustaka :
1. Febry. 2017. “Pengaruh Audit Internal, Pengendalian Internal, Dan Komite
Audit Terhadap Penerapan Good Corporate Governance”. Skripsi.
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, (11 November 2017,
jam 09.00)
2. Modul Prof. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA. 2017. Audit dan Internal
Control. Jakarta, (13 November 2017, jam 06.00)
3. Arens, Alvin. A., Randal J. Elder, and Mark S. Beasley. (2003). Auditing and
assurance services: An Integrated approach (9th edition). Upper Saddle
River, New Jersey: Pearson Education, Inc. (13 November 2017, jam 06.00)