1. Sejarah Tradisi Islam Nusantara
A. Pengertian Seni Budaya Lokal.
Seni budaya lokal artinya adalah bentuk seni atau tradisi yang ada pada daerah
tertentu, mengakar dan menjadi pola hidup di masyarakat tersebut. Budaya ini
berkembang secara turun temurun dan terus dilestarikan oleh generasi selanjutnya.
Semakin banyak suku di Indonesia semakin memperkaya khazanah kebudayaan
Nusantara.
Karena setiap suku memiliki tradisi dan adat istiadat yang berbeda-beda. Dan
memberikan identitas dan corak yang jelas bagi daerahnya. Beberapa kesenian dan budaya
lokal kemudian berakulturasi dengan Islam, namun keduanya tidak kehilangan ciri
khasnya. Melalui akulturasi tersebut, Islam menggunakan budaya lokal sebagai media
dakwah.
1. Kebudayaan Menurut Islam
Arti kebudayaan adalah hasil karya cipta manusia. Sedang kebudayaan dalam
pandangan Islam adalah sebuah tata nilai dan tradisi yang berkembang dari ajaran
Islam. Tata nilai tersebut mernupakan penerjemahan/untuk merealisir pokok-pokok
ajaran al Qur’an dan Hadis dalam kehidupan nyata.
Dari berbagai kelompok masyarakat di dunia termasuk Indoneisa telah
menghasilkan sebuah kebudayaan yang disebut kebudayaan Islam. Tertu saja sudah
beradaptasi dengan budaya lokal Nusantara. Hasilnya lahirlah beragam budaya lokal
yang bercorak Islam.
2. Pengertian Tradisi Islam
Sebelum membahas tradisi Islam, perlu ditegaskan dahulu arti kesenian Islam.
Kesenian Islam yaitu ekspresi estetis dikalangan orang Islam dengan menggunakan
medium. Karya seni Islam dalam segala bentuk manifestasinya, apakah seni suara,
musik, gerak, sastra atau seni pandang, seperti lukis, kaligrafi dan arsitektur adalah
merupakan bagian dari ekspresi keimanan tauhid berdasarkan ajaran Nabi Muhammad
SAW.
Mengingat bidang estetis adalah wawasan yang tidak diberikan batasan terperinci
dan paten dalam Islam yaitu lebih merupakan cobaan terhadap orang Islam untuk
berkreasi dengan alasan keimanan tauhid tentang valid/tidaknya sebuah karya seni
sebagai karya Islam adalah tetap merupakan upaya ijtihadi.
Dalam karya seni Islam terdapat beberapa lahan kesenian yang kurang digunakan.
2. Yaitu seni tari serta representasi figure manusia dan hewan termasuk sedikit sekali yang
dikembangkan dalam karya seni Islam. Sebenarnya tidak ada dalil qot’i yang
mendiskreditkan kreasi demikian. Tetapi corak aqidah Islam yang tauhid mendorong
timbulnya kecurigaan terhadap representasi figural yang mengarah kepada
kemusyrikan. Dalam hal ini sangat dominan.
Sebagian besar eksprasi seni monumental dikalangan orang Islam adalah
berhubungan dengan bidang keagamaan, masjid, madrasah, khalaqah, Qur’an, dan
seterusnya. Dalam bidang sastra, seni suara, musik, kaligrafi, arsitektur kontribusi
seniman muslim cukup luas dan mengagumkan. Anehnya musik yang telah popular
sejak nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah pada tahun 622 kurang berkembang
dalam Islam. Akibat negative yang sering timbul dari pagelaran musik mempengaruhi
para ulama untuk menjauhi dari musik bahkan menetangnya.
Dari sini kita memahami kenapa musik bercorak keagamaan sangat sederhana
dan kurang berkembang. Tetapi disamping itu timbul musik sekuler yang tidak diakui
pihak ulama. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa tradisi Islam adalah hasil
karya/seni orang Islam yang bersumber dari agama Islam.
B. Seni Budaya Lokal Yang Bernuansa Islam
Seni budaya lokal yang bernuansa Islam lebih diartikan sebagai kesenian daerah
yang diilhami oleh Agama Islam. Dengan kata lain kesenian Nusantara yang telah berbaur
dengan tradisi Islam. Dalam beberapa hal didaerah kita terdapat kesenian daerah yang
dilhami/berbaur denga agama Islam antara lain:
1. Debus
Debus adalah kesenian asli masyarakat Banten, muncul pertama kali pada abad
ke-16 pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasannudin (1532-1570). Pada masa
pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682) debus difokuskan untuk
membangkitkan semangat pejuang dalam melawan Belanda.
Kesenian ini merupakan bentuk kombinasi dari seni tari, seni suara, seni
kebatinan yang bernuansa megis. Pertunjukkan ini dimulai dengan pembukaan
(membaca) salawat kepada Nabi Muhammad SAW. Zikir selama 10 menit yang
diiringi musik.
Bersamaan dengan “beluk” (nyanyian zikir dengan suara keras) atraksi kekebalan
tubuh sesuai permintaan penontonnya. Misalnya menusuk perut, mengisi anggota badan
dengan golok dan sejenisnya.
2. Wayang
3. Wayang merupakan kesenial tradisional yang sangat dikenal. Juga merupakan
media dakwah di Jawa yang dilakukan oleh Walisongo. Wayang menurut bahasa
berasal dari kata wewayangan artinya bayangan orang atau benda. Dikatakan demikian
karena yang melihat pertunjukkan hanya dapat melihat bayangan wayang yang
dimainkan oleh dalang. Wayang menurut istilah artinya suatu bentuk kesenian
tradisional asli yang berbentuk replika dari tokoh-tokoh yang ada dalam dunia
pewayangan.
Jenis wayang bermacam-macam, yaitu: wayang purwo, wayang gedog, wayang
krucil, wayang menak, wayang beber, wayang golek, wayang kulit. Wayang kulit
dibuat oleh Sunan Kalijaga untuk mengimbangi seni wayang yang ada saat itu. Dibuat
demikian agar tidak menyerupai wujud manusia. Hal itu dibuat karena pada masa itu
menggambar, melukis manusia bisa menimbulkan syirik. Asal mula cerita wayang
berasal dari lakon Mahabarata yang ada pada zaman kerajaan Hidu-Budha.
Selain wayang diartikan sebagai bayangan, juga diartikan sebagai bayangan
angan-angan. Karena itu segala bentuk karakter tokohnya ada kaitannya dengan
manusia. Misalnya tokoh Pandawa Lima yang selalu menunduk sebagai lambang
tawaduk. Dasamuka dan Kumbakarna yang bermulut besar merupakan lambang orang
yang jahat, sombong dan rakus.
Pagelaran wayang dipimpin oleh seorang dalang. Secara bahasa dalang berasal
dari kata ”dalla” artinya menunjukkan. Fungsi dalang adalah menunjukkan jalan
kebaikan sebagaimana yang dilakukan oleh Sunan Kudus, Sunan Kalijaga. Dalam
setiap lakon pementasan selalu berpinsip abadi, bahwa yang benar pasti menang dan
yang salah pasti kalah. Itulah arti dakwah para walisongo yang dipetik dari QS al Isra
(17): 81. Salah satu sarana wayang adalah ”kelir” menurut bahasa berasal dari kata
hadir. Yang kemudian dianalogikan tempat kehadiran wayang. Menurut istilah kelir
adalah tempat bermain para wayang untuk melakonkan unsur kebaikan dan kejahatan.
Belencong (alat penerang) adalah lampu penerang yang dipasang diatas kepala
sang dalang. Belencong diartikan sebagai matahari yang menyinari jagad pewayangan,
penjelas hakikat hidup makhluk wayang yang meliputi manusia, hewan dan tumbuh-
tumbuhan. Dengan matahari manusia dapat meniti jalan kebenaran dengan
membersihkan jiwa.
Bunyi-bunyian gamelan, neng, ning, nung diartikan: neng kana, ning kene, nung
kono (di sana, di sini, di situ). Kemudian kempul yang beruasa pul ... pul ... pul ... dan
4. kedang berbunyi ndang ... ndang ... tak ndang. Lalu diakhiri dengan genjur yang
berbunyi ghur ...
Bila dibunyikan bersama maka mempunyai arti: yang nang kana, ya neng kene,
yang nung kono, ayo podo kumpul, ndang, ndang kabeh wae pada njegur. (ya di sana,
ya disini, ya di situ, ayo semuanya cepat datang lalu terjun masuk Islam). Disinilah
fungsi gamelan yang mempunyai arti penting dalam mengajak masyarakat untuk
memasuki ajaran agama Islam.
3. Tari Saman
Berasal dari Aceh, dari dataran tinggi Gayo. Dahulunya tari saman disampaikan
untuk merayakan peristiwa penting dalam adat Aceh, juga pada perayaan hari kelahiran
Nabi Muhammad SAW. Kata saman berasal dari salah satu nama ulama besar Aceh
yaitu Syekh Saman. Tari saman tidak diiringi musik, menggunakan suara dari para
penari dan tepuk tangan. Tarian ini dipandu yang lazim disebut Syekh. Biasanya terdiri
dari delapan penari dan dua pemberi aba-aba sambil bernyanyi.
4. Hadrah
Musih ini berkembang di kalangan pesantren. Hadrah adalah suatu bentuk seni
suara yang bernafaskan Islam dengan diiringi instrumen musik rebana dan disertai
tarian dari para penabuh rebana. Ciri khasnya penggunaan rebana (perkusi dari kulit
binatang) sebagai alat musik. Lagu yang dinyanyikan brupa puji-pujian kepada Allah
dan Rasul, juga nasihat agama.
Rebana adalah sejenis alat kesenian tradisional yang terbuat dari kayu, dibuat
dalam bentuk lingkaran dan di tengah-tenganya dilobangi, kemudian di tempat yang
dilobangi itu ditempati kulit binatang (biasanya kulit kambing) yang telah dibersihkan
bulu-bulunya.
5. Kasidah
Yaitu suatu jenis seni suara yang bernafaskan Islam. Syair lagunya mengandung
dakwah Islamiyah dan nasihat yang baik. Fungsi rebana pertama kali sebagai instrumen
dalam nyanyian lagu-lagu keagamaan berupa pujian kepada Allah SWT dan rasulNya.
Rebana berasal dari kata rabbana yang artinya wahai Tuhan kami. (suatu do’a dan
pujian terhadap Tuhan). Ketika rasul hijrah ke Madinah belai disambut dengan rebana
di pinggir jalan oleh masyarakat Madinah.
Fungsi utama kasidah adalah sebagai media dakwah Islam dan sebagai hiburan
dalam acara peringatan hari besar Islam. Karena pesatnya perkembangan kasidah antara
5. lain karena ditopang oleh adanya kesepakatan pandangan ulama (termasuk pakar
hukum Islam) bahwa menurut hukum Islam seni rebana dan kasidah itu boleh (mubah).
6. Suluk
Menurut bahasa suluk artinya jalan atau cara. Menurut istilah suluk artinya jalan
yang mengacu pada hidup dengan cara sufi atau mengikuti aturan sufi. Suluk disebut
juga sebagai ajaran spiritual Islam Jawa yang ditulis dalam bentuk puisi. Suluk berupa
puisi pertama kali diciptakan oleh kaum priyayi terpelajar. Berisi filfasat atau ajaran
mengenai kebijaksanaan hidup.
Awal mulanya sulu merupakan aliran pemikiran dan prinsip hidup yang
berkembang di istana (khusus disukai priyayi saja) Hindu Budha. Setelah Islam datang
menyebar di Jawa dan sudah diberi nilai keislaman. Suluk tidak hanya dikenal di Jawa
saja, di Sumatera suluk yang ditulis oleh Hamzah Fansuri (berjudul Syair si burung
Pingai) dan Syamsuddin. Kalau di Jawa suluk ditulis oleh Sunan Bonang.
7. Kesustraan Islami
Kesusastraan Islami (budaya melayu kalsik) terdapat di sebagian wilayah pesisir
Sumatra dan Semenanjung Melayu (daerah Aceh). Hal ini karena didukung sepenuhnya
oleh keberadaan kerajaan di Aceh. Bentuk sastra yang berkembang adalah hikayat,
pantun, syair yang menekankan pesoalan keagamaan.
Tokoh terkenal (abad 17) adalah Hamzah Fansuri, Syamsyddin, Abdurrauf.
Mereka menulis ilmu tasawuf Islam dalam bentuk sastro prosa. Ditulis dalam bahasa
Arab Melayu. Karya beliau terpengaruh karya sastra Persia, yang menjadi bahan
saduran mengenai cerita Amir Hamzah, Bayan Budiman, 1001 malam. Karya
sadurannya adalah Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Ghulam,
Hikayat Bakhtiar.
Kalau di Jawa terpengaruh oleh Hidu-Budha dengan cerita yang bernafaskan
Islam. Seperti Hikayat Pendawa Lima yang merupakan gubahan dari Serat Mahabarata
dan Hikayat Sri Rama yang merupakan gabungan dari serta Ramayana. Sehingga cerita
tersebut mengandung nilai Islam.
C. Apresiasi Terhadap Tradisi Dan Upacara Adat Kesukuan Nusantara
1. Mempelajari Tradisi Dan Upacara Adat Kesukuan Yang Bernuasna Islami.
Tradisi merupakan kebudayaan masa lampau yang diwariskan dalam bentuk
sikap, perilaku sosial, kepercayaan, prinsip-prinsi, dan sekepakatan perilaku. Hal ini
berasal dari pengalaman di masa lampau yang membentuk perilaku masa kini.
Di Indonesia terdapat berbagai macam tradisi yang masih dijaga dengan baik oleh
6. pengikutnya. Bisa dalam bentuk adat istiadat, ritual, upacara keagamaan. Dalam
pelaksanaannya tergantung/terpengaruh oleh lingkungan setempat.
a. Selamatan
Setiap ada peristiwa yang menakutkan, atau yang menyenangkan atau adanya
harapan, seperti perkawinan, sakit, panen padi, menanam padi selalu mengadakan
upacara selamatan. Selamatan dilakukan sebagai rasa syukur, dengan permohonan
agar selalu mendapatkan keselamatan.
Setelah Islam datang selamatan dikemas Islami, seperti dengan tahlilan,
penajian. Sebelum Islam datang diisi dengan bacaan mantra-mantra.
Ada upacara lain yang sering dilakukan masyarakat sekitar kita, yaitu upacara
kematian, yaitu saur tanah, satu hari, tiga hari, tujuh hari, empat puluh hari, seratus
hari, seribu hari, nguwis-uwisi kematian seseorang. Acara selamatan selalu diisi
dengan kenduri (membagi-bagi makanan) sesuai tema selamatan yang sedang
dilakukan.
2. Upacara Turun Tanah di Aceh
Nama aslinya adalah Peutron Aneuk U Tanoh atau turun tanah. Artinya orang tua
menurunkan bayi ke tanah setelah bayi berusia 44 hari. Sebelumnya seorang ibu
melakukan pantangan dengan tujuan agar bayi sehat dan baik. Upacara dipimpin oleh
ketua adat dengan menggendong bayi menuju tangga rumah sambil membaca do’a-do’a
dari ayat Al Qur’an. Kemudian menuruni tangga rumah dengan bayi tetap
digendongnya.
Sampai di tanang upacara dilanjutkan mencincang batang pisang atau pohon
keladi yang telah disediakan. Hal ini mengibaratkan keperkasaan dan dimaksudkan agar
bayi kelak dikaruniai sifat perkasa dan kesatria. Ketua ada melanjutkan acara membawa
masuk bayi ke dalam nimah yang disambut oleh seluruh hadirin dan keluarga.
Dimeriahkan dengan rebana, tari-tarian, pencak silat, permainan kesenian lainnya.
Disajikan pula berbagai makanan.
a. Sekaten
Pada tahun 1939 tahun saka atau 1477 M, Raden Patah dengan dukungan para
wali mendirikan masjid Demak. Berdasarkan kesepakatan digelar siar Islam selama
7 hari menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dibunyikan dua perangkat
gamelan karya Sunan Giri yang membawakan gending karya Sunan Kalijaga.
Setelah mengikuti acara tersebut, masyarakat yang ingin memeluk Islam mengucap
dua kalimat syahadat (sahadatain). Dari kalimat tersebut muncul istilah sekaten.
7. Saat kerajaan Islam dari Demak pindah ke Mataram perayaan sekaten tetap digelar.
Begitu juga setelah Mataram terbagi menjadi dua Kasultanan Yogyakarta dan
Kasunanan Surakarta.
Di Kasultanan Yogyakarta perayaan sekaten berdasarkan tiga dasar pokok
yaitu:
1) Dibunyikan dua perangkat gamelan (Kajeng Kyai Nagawilaga dan Kajeng Kyai
Guntur Madu) di Kagungan Dalem Pagongan Masjid Agung Yogyakarta selama
7 hari berturut-turut, kecuali Kamis malam sampai Jumat sian.
2) Peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW tanggal 11 Mulud malam di serambi
kagungan Dalem Masjid Agung. Dengan bacaan riwayat nabi oleh Abdi Dalem
Kasultanan, para kerabat, pejabat, rakyat.
3) Pemberian sekedah Ngarsa Dalem Sampean Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng
Sultan, berupa hajad dalem gunungan dalam upacara grebeg sebagai upacara
puncak Sekaten.
Mulai tahun 1960 sekaten sebagai pasar rakyat. Pasar malam perayaan sekaten
berlangsung selama 39 hari. Menurut penanggalan Jawa selain Grebeg Mulud ada
juga grebeg syawal yang diadakan hari pertama syawal (bulan jawa). Grebeg besar
diadakan pada hari ke 10 bulan Jawa yang dihubungkan dengan hari raya umat
Muslim (qurban, idul adha).
3. Adat Perkawinan Aceh
Tradisi penikahan Aceh banyak diwarnai oleh tradisi Islam, hal bisa dilihat dari
beberapa tahapan-tahapan pernikahan:
a. Melamar
Keluarga pria yang akan melamar seorang gadis mengutus seorang
penghubung yang disebut seulangke. Apabila pihak perempuan setuju pihak pria
mengantarkan tanda ikatan yang disebut ranub kong baba. Biasanya berupa emas
dan pakaian untuk si gadis. Kedua keluarga kemudian menetapkan hari perkawinan
dan mas kawis yang harus di berikan pihak pria. Mas kawin disebut jeunameu.
b. Persiapan perkawinan
Menjelang pernikahan sang gadis dipingit selama satu bulan untuk dibimbing
cara berumah tangga, dianjurkan tekun mengaji.
Dua hari sebelum pernikahan, keluarga wanita mengadakan upacara mandi air bunga
bagi gadis. Dengan tujuan membersihkan dosa, disamping sebagai pengharum
badan. Diteruskan mengadakan upacara koh andam yaitu upacara membersihkan
8. anak rambut di tengkuk, dahi, merapikan alis mata, juga menginai kuku-kuku
menjadi mereh, memerahkan bibir dengan memakai sirih.
c. Upacara pernikahan
Sebelum upacara pernikahan dilangsungkan , calon pengantin perempuan
memperlihatkan kemampuannya menamatkan pembacaan al Qur’an. Kemudian
ayah kandung pengantin perempuan memimpin upacara pernikahan/ijab kabul.
Setelah itu pihak pengantin pria menyerahkan jeunameu atau mas kawin berupa
sekapur sirih, seperangkat kain adat, emas puan. Emas yang digunakan adalah uang
mas kuno seberat 100 gram. Sebelum kedua mempelai dipersandingkan di
pelaminan keluarga mengadakan upacara menginjak telur yang dilakukan oleh
pengatin pria.
d. Pakaian Pengantin
Pengatin pria celana panjang yang (cekak musang), kain sarung (pendua),
serta kemeja belanga pakai bis benang emas, memakai kopiah (makutup), sebilah
rencong terselip di depan perut. Pengantin perempuan memakai celana panjang
(cekak musang) baju kurung sampai pinggul, kain sarung. Perhiasan berupa kalung
yang disebut kula, pending, gelang tangan, gelang kaki.
4. Ziarah Kubur
Yaitu kebiasaan mengunjungi makam dan meletakkan bunga di atas kuburan
seseorang. Sampai saat ini masih dipertahankan. Tujuan awalnya adalah untuk
memohon restu dan mendapat berkah dari orang yang sudah meninggal. Tradisi ini
dipengaruhi budaha Hindu-Budha yakni pemujaan terhadap arwah nenenk moyang.
Setelah Islam datang tujuan ziarah diarahkan untuk mendo’akan yang telah
meninggal agar diampuni dosa-dosanya juga sebagai media kontemplasi bagi seseorang
agar selalu mengingat kematian. Biasanya yang dikunjungi makam para wali. Setelah
berkembang juga makan sanak keluarga. Waktu ziarah menjelang bulan Ramadhan dan
hari raya idul fitri. Saat ziarah diisi dengan bacaan tahlil, tahmid, surah pendek dalam al
Qur’an.
D. Memberikan Apresiasi Terhadap Tradisi Dan Upacara Kesukuan Nusantara Yang
Bernuansa Islami.
Selanjutnya kita akan membahas apa itu kenduri. Kenduri adalah selamatan, upacara
tradisi yang disesuaikan dengan ajaran-ajaran agama di Jawa. Gejala kenduri merupakan
bagian dari proses Islamisasi yang belum selesai sejak Islam masuk ke Nusantara yang
dibawa oleh para wali.
9. Hal ini diperkuat oleh analils Dr. Zamakhsyari Dhofier, bahwa penyebaran Islam di
Jawa tidak mudah penuh tantangan, dan setahap demi tahap. Pada dasarnya ada dua tahap
yaitu; gelombang pertama ialah pengislaman orang Jawa menjadi orang Islam sekedarnya,
yang selesai pada pada abad ke-16. Gelombang kedua ialah pemantapan mereka betul-
betul menjadi orang Islam yang taat, yang secara pelan-pelan menggantikan kehidupan
keagamaan yang lama, hampir secara menyeluruh tetapi tidak pernah disempurnakan
misalnya syariah Islam belum secara menyeluruh pernah diterapkan di Jawa.
Proses Islamisasi yang begitu panjang bukan disebabkan oleh latar belakang nilai-
nilai budaya sebelumnya yang begitu kuat dianut, tetapi karena proses Islamisasi yang
dilakukan oleh para wali cenderung mengadakan kompromi lokal. Cara ini dipahami
sebagai sikap metodik dan strategi dakwah dikalangan masyarakat tradisional. Dengan
kata lain pada dasarnya proses Islamisasi yang dilakukan para wali bukan untuk
mengadakan kompromi budaya, melainkan bagaimana Islam bisa tersebar secara damai
dan cepat.
Dalam upacara kenduri atau selamatan ada dua tata nilai, yang pertama nilai tradisi
dengan doktrin. Secara formal ia menampilkan bentuk tradisi, sedang secara esensial
sudah diislamkan. Yang kedua bahwa kenduri ruwahan, suran, saur tanah, sehari, tiga hari
dan seterusnya terhadap orang yang mati. Tata cara yang dilembagakan dalam upacara
kenduri tidak ada dalam ajaran Islam. Sedangkan mendo’akan orang meninggal dunia –
terutama anak terhadap orang tua- diajarkan didalam Agama Islam
Dari uraian diatas sikap kita menghadapi berbagai macam tradisi dan upacara
kesukuan nusantara adalah menghormati dan memandangnya sebagai kekayaan khazanah
budaya yang ada di Indonesia.