SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 18
Yurisdiksi Negara Dalam United
  Nation Convention Againts
Corruption 2003 Dan Kaitannya
Terhadap Upaya Pengembalian
Aset Hasil Korupsi Di Indonesia
    (Dalam Hal Keterbukaan
   Kerahasiaan Bank Swiss)


                    Arif Kurniawan
                        07 140 160
Latar
belakang
                         Transnational
                         Crime berupa        Perbanka
  Korupsi                  pencucian             n
                             uang




                            Pengembalian
            Yurisdiksi          Aset
             negara



                             United Nation
                              Convention
                               Againts
                              Corruption
                                 2003
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana pengaturan yurisdiksi
  negara berkaitan pengembalian aset
  hasil korupsi yang diatur didalam
  United Nation Convention Againts
  Corruption 2003?
2. Kendala-kendala apa saja yang
  dihadapi dalam menerapkan United
  Nation Convention Againts Corruption
  2003 khususnya dalam upaya
  mengembalikan       aset-aset  hasil
  korupsi di Indonesia?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
   ini adalah:
a.      Untuk     mengetahui    bagaimana
    pengaturan yurisdiksi negara berkaitan
    pengembalian aset hasil korupsi yang
    diatur     didalam    United    Nation
    Convention Againts Corruption 2003.
b. Untuk mengetahui kendala-kendala apa
    yan dihadapi dalam menerapkan United
    Nation Convention Againts Corruption
    2003      khususnya    dalam    upaya
    mengembalikan aset-aset hasil korupsi
Manfaat
Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Melalui penelitian ini diharapkan dapat
   menjawab keingintahuan penulis
   terhadap masalah yang penulis teliti
   serta menambah pengetahuan penulis
   mengenai ilmu hukum terkhusus hukum
   internasional.
b. Dapat dipergunakan bagi mereka yang
   berminat untuk melanjutkan penelitian
   ini dengan menggunakan ilmu
   pengetahuan dan teori-teori yang
   berada didalamnya.
Lanjutan
2. Manfaat Praktis
a. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat
   memberikan dan menambah informasi
   bagi individu, masyarakat maupun
   pihak-pihak lain yang membutuhkan
   yang berhubungan dengan hukum
   internasional.
b. Hasil penelitian ini juga diharapkan
   dapat memberikan masukan bagi
   negara     atau     pemerintah    dalam
   melahirkan kebijakan-kebijakan yang
   bermanfaat bagi khalayak ramai.
Metode
Penelitian
 1. Tipologi Penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini
    yakni penelitian hukum normatif.
 Penelitian hukum normatif menurut Soerjono Soekanto adalah
    penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
    pustaka dan data sekunder.
 Penelitian hukum normatif yang digunakan mencakup:
a. Inventarisasi hukum yaitu mengumpulkan ketentuan-
     ketentuan hukum internasional seperti konvensi-konvensi,
     piagam PBB, protokol dan peraturan internasional dan
     peraturan nasional lainnya yang berhubungan dengan
     penulisan untuk dianalisis.
b. Penelitian hukum terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan
     horizontal. Taraf sinkronisasi vertikal yaitu penelitian
     terhadap ketentuan hukum antara yang lebih tinggi dan
     yang lebih rendah yang mengatur kehiduapan yang tidak
     saling bertentangan, sedangkan taraf sinkronisasi horizontal
     adalah penelitian terhadap ketentuan hukum yang sederajat
     yang mengatur bidang yang sama.
lanjutan
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
  ini yakni jenis penelitian kepustakaan (library
  research). Pada      penelitian hukum normatif,
  bahan pustaka merupakan data dasar, yang
  dalam (ilmu) penelitian digolongkan sebagai data
  sekunder
Apabila dilihat dari sudut informasi yang
  diberikannya, maka bahan pustaka dapat dibagi
  dalam tiga kelompok yakni:
a. Bahan hukum primer
b. Bahan hukum sekunder
c. Bahan hukum tersier
lanjutan
 3. Teknik pengumpulan data:
a. Studi kepustakaan yang dilakukan pada
1.Perpustakaan Universitas Andalas,
2.Perpustakaan Fakultas Hukum Univ. Andalas,
3.Perpustakaan Universitas Bung Hatta.

b. Studi dokumen

4. Pengolahan dan analisis data yang dilakukan dengan cara:
a. Editing
b. Coding

Analisis data yang digunakan adalah analisa kualitatif dengan
     memaparkan data dalam bentuk kalimat untuk menjawab rumusan
     masalah yang telah ditetapkan sebelumnya yang disajikan secara
     deskriptif.
Pengaturan Yurisdiksi Negara Berkaitan Dengan
Pengembalian Aset Hasil Korupsi di Dalam United
   Nation Convention Againts Corruption 2003

   Yurisdiksi negara didalam UNCAC 2003 diatur didalam Bab III Pasal 42
     Ayat 1 sampai dengan 6.
   a. Ketentuan yurisdiksi negara pada Pasal 1 huruf a dan b : Prinsip
        Teritorial.
   b. Pasal 2 huruf (a) : Prinsip Nasionalitas Pasif.
        Huruf (b) : Prinsip Nasionalitas Aktif.
        Huruf (c) dan (d) : Prinsip Perlindungan.
   c. Ketentuan ayat 3, 4 dan 5 tentang pelaksanaan yurisdiksi terhadap
        pelaku kejahatan. Dimana kewajiban yang harus dilakukan negara
        untuk menetapkan yurisdiksi hukum nasionalnya terhadap keahatan
        yang dengan itu tidak mengekstradisi pelaku kejahatan yang berada
        didalam negaranya.
   d. Ketentuan ayat 6 mengatur tentang ruang lingkup pelaksanaan
        konvensi yang tetap menghormati apabila hukum nasional suatu
        negara mengatur lain terhadap ruang lingkup pengaturan yang
        terdapat didalam konvensi
Lanjuta
n                                        Dasar untuk
                                    menentukan tindakan
      Pasal 42                     yang dapat diambil oleh
      UNCAC                            negara terhadap
       2003                         kejahatan yang diatur
                                      didalam konvensi
                                        berupa korupsi,
Pasal 54 dan 55                     kejahatan terorganisir,
  tersebut yang                    kejahatan ekonomi dan
 menjadi dasar                        money loundering
   bagi negara                         (Paragraf kedua
   peminta aset                     pembukaan konvensi)
       untuk                          Dan juga terhadap
   memperluas                        pengembalian aset
yurisdiksi hukum
   nasionalnya        Pengembalian aset harus dengan
    sekaligus           putusan yudisial (pengadilan)
   pembatasan       (Pasal 54 ayat 1 huruf (a) serta ayat 2
     terhadap       huruf (a), (b), (c) serta Pasal 55 ayat 1
yurisdiksi negara                    huruf (b).
   tempat aset
 disembunyikan
Dalam permintaan pengembalian aset
         negara peminta didalam
      permintaannya harus memuat:
  1. Uraian mengenai kekayaan yang
     akan dirampas, termasuk lokasi,
      perkiraan nilai kekayaan serta
pernyataan mengenai fakta-fakta yang
 diyakini yang memungkinkan negara
yang diminta mengupayakan perintah
    berdasarkan hukum nasionalnya.
   2. Pernyataan mengenai informasi
    dalam lingkup yang dilaksanakan
    dalam melaksanakan salinan sah
     permintaan serta pemberitahuan
 terhadap pihak ketiga yang beritikad
baik dan untuk menjamin perlindungan
     hukum serta pernyataan bahwa
   perintah perampasan bersifat final.
 3. Pernyataan mengenai fakta-fakta
    yang diyakini negara peminta dan
  tindakan-tindakan yang diminta dan
   jika ada salinan sah perintah yang
      menjadi dasar bagi pengajuan
 permintaan (Pasal 55 ayat 3 UNCAC
                   2003)
Pengembalian Aset Hasil
      Korupsi di Indonesia
     Ratifikasi terhadap United Nation Convention
Against Corruption 2003 melalui Undang-undang No. 7
Tahun 2006 menempatkan Indonesia secara politis
sebagai salah satu negara yang memiliki komitmen
dalam pemberantasan korupsi. Ratifikasi ini juga
menunjukkan bahwa pemerintah indonesia serius
dalam memberantas korupsi. Ratifikasi ini bagi
indonesia menjadi penting mengingat contoh-contoh
kasus korupsi yang pernah dihadapi indonesia tak
jarang menghadapi kendala-kendala terutama karena
menyangkut negara lain. Keseriusan pemerintah dalam
memberantas korupsi dan mengembalikan aset dapat
dijadikan bahan pertimbangan bagi negara-negara lain
untuk      dapat    memberikan     bantuan    dalam
pemberantasan korupsi diindonesia dan juga terhadap
pengembalian aser hasil korupsi yang berasal dari
indonesia.
Mekanisme pidana (criminal
recovery) pengembalian aset
(Pasal 54-55 konvensi) tidak
maksimal karena dipengaruhi         Pengembalian aset
     faktor subjektif seperti   diswiss semakin terbuka
  tersangka sakit, meninggal        peluang mengingat
 dunia, melarikan diri bahkan     aturan swiss tidak lagi
         divonis bebas           mengatur kerahasiaan
                                  nasabah secara ketat
                                     contohnya dengan
       Mekanisme
                                lahirnya RIAA (Return of
      perdata (civil
                                   Illicit Asset Act) pada
    recovery, dalam
                                      awal febuari 2011
   Pasal 53 konvensi)
                                            kemarin.
    menjadi alternatif
                                        Sesuai dengan
   pengembalian aset
                                 ketentuan aturan Pasal
       karena lebih
                                40 UNCAC 2003 Tentang
   ditujukan terhadap
                                     Kerahasiaan Bank
     asetnya bukan
        pelakunya
Kendala-kendala yang dihadapi
Indonesia dalam Menerapkan UNCAC
               2003
Secara yuridis:
1. Indonesia belum memiliki peraturan khusus
   yang mengatur pengembalian aset.
2. Peraturan hukum nasional termasuk hukum
   acara perdata belum memungkinkan negara
   sebagai subjek penggugat dalam hal indonesia
   sebagai negara yang diminta.
3. Indonesia belum memiliki lembaga yang
   berfungsi      sebagai     central   authority
   pemberantasan korupsi terutama dalam
   pengembalian      aset    yang     mempunyai
   kewenangan untuk melakukan kerjasama
   internasional dalam hal pengembalian aset.
Kesimpulan
1. Pengaturan yurisdiksi negara yang diatur dalam Bab III Pasal
   42 ayat 1 sampai dengan 6 menjadi dasar untuk penerapan
   yurisdiksi negara peminta aset sebagaimana ruang lingkup
   kejahatan yang diatur didalam konvensi.
2. Permasalahan perbedaan yurisdiksi yang menjadi kendala
   dalam pengembalian aset difasilitasi konvensi dengan
   mewajibkan negara pihak untuk saling bekerjasama dan
   memberikan bantuan baik kerjasama bilateral maupun
   multilateral seperti bantuan timbal balik (mutual legal
   asisstance) sebagaimana diatur dalam pasal 51 konvensi
   tentang pengembalian aset.
3. pengembalian aset dapat dilakukan melalui mekanisme
   perdata (civil recovery) yang diatur dalam pasal 53 konvensi
   dan mekanisme pidana (criminal recovery) yang diatur dalam
   pasal 54-55 konvensi.
4. Permintaan pengembalian aset harus terlebih dahulu ada
   putusan pengadilan serta melampirkan syarat-syarat
   sebagaimana diatur dalam Pasal 55 ayat 3 UNCAC 2003.
5. Pengembalian aset di indonesia belum berjalan maksimal
   karena indonesia belum memiliki perangkat aturan yang
   mengatur secara khusus pengembalian aset.
Saran
1. Secara internasional indonesia harus memperluas
     kerjasama-kerjasama       baik   bilateral  maupun
     multilateral misalnya dengan mengadakan perjanjian
     timbal balik dalam masalah pidana (mutual legal
     assistance) hal ini dikarenakan perjanjian tersebut
     menjadi penting bagi pengembalian aset.
2.Didalam negeri sendiri indonesia harus melakukan
     pembaharuan dibidang aturan hukum pengembalian
     aset hasil tindak pidana korupsi dengan membentuk
     undang-undang tentang pengembalian aset hasil
     tindak pidana korupsi yang mengatur secara khusus
     mengenai pengembalian aset.
3. Indonesia juga sudah seharusnya melirik pengembalian
     aset melalui mekanisme civil recovery dan tidak
     hanya terfokus pada pengembalian aset melalui
     mekanisme criminal recovery karena kemudahan dan
     efektivitas yang termuat dalam pengembalian aset.
Terima Kasih

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

EMLI Training-Presentasi Restrukturisasi Hutang Dalam Project Pertambangan
EMLI Training-Presentasi Restrukturisasi Hutang Dalam Project PertambanganEMLI Training-Presentasi Restrukturisasi Hutang Dalam Project Pertambangan
EMLI Training-Presentasi Restrukturisasi Hutang Dalam Project PertambanganEMLI Indonesia
 
EMLI Training-Presentasi Sengketa Dalam Usaha Pertambangan
EMLI Training-Presentasi Sengketa Dalam Usaha PertambanganEMLI Training-Presentasi Sengketa Dalam Usaha Pertambangan
EMLI Training-Presentasi Sengketa Dalam Usaha PertambanganEMLI Indonesia
 
EMLI Training-Default and Bankcruptcy-By: Rizky Dwinanto, S.H., M.H.-Partner ...
EMLI Training-Default and Bankcruptcy-By: Rizky Dwinanto, S.H., M.H.-Partner ...EMLI Training-Default and Bankcruptcy-By: Rizky Dwinanto, S.H., M.H.-Partner ...
EMLI Training-Default and Bankcruptcy-By: Rizky Dwinanto, S.H., M.H.-Partner ...EMLI Indonesia
 
EMLI Training-Hak Pemegang Jaminan dalam Kepailitan dan Pembubaran-Presented ...
EMLI Training-Hak Pemegang Jaminan dalam Kepailitan dan Pembubaran-Presented ...EMLI Training-Hak Pemegang Jaminan dalam Kepailitan dan Pembubaran-Presented ...
EMLI Training-Hak Pemegang Jaminan dalam Kepailitan dan Pembubaran-Presented ...EMLI Indonesia
 
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUANBAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUANvit28
 
Hukum hak tanggungan
Hukum hak tanggunganHukum hak tanggungan
Hukum hak tanggunganNakano
 
Bacaan antikorupsi gratifikasi ppih
Bacaan antikorupsi gratifikasi ppihBacaan antikorupsi gratifikasi ppih
Bacaan antikorupsi gratifikasi ppihrickygunawan84
 
EMLI Training-Hukum Jaminan
EMLI Training-Hukum JaminanEMLI Training-Hukum Jaminan
EMLI Training-Hukum JaminanEMLI Indonesia
 
Asas perjanjian internasional
Asas perjanjian internasionalAsas perjanjian internasional
Asas perjanjian internasionalAdam Hecc
 
Contoh Perjanjian Kompensasi Kayu Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 ...
Contoh Perjanjian Kompensasi Kayu Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 ...Contoh Perjanjian Kompensasi Kayu Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 ...
Contoh Perjanjian Kompensasi Kayu Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 ...GLC
 
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita Sari
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional  Fenti Anita SariTugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional  Fenti Anita Sari
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita SariFenti Anita Sari
 
Undang undang fiducia no. 42 tahun 1999
Undang undang fiducia no. 42 tahun 1999Undang undang fiducia no. 42 tahun 1999
Undang undang fiducia no. 42 tahun 1999ELJUNI EDIN GIRSANG
 

Mais procurados (20)

EMLI Training-Presentasi Restrukturisasi Hutang Dalam Project Pertambangan
EMLI Training-Presentasi Restrukturisasi Hutang Dalam Project PertambanganEMLI Training-Presentasi Restrukturisasi Hutang Dalam Project Pertambangan
EMLI Training-Presentasi Restrukturisasi Hutang Dalam Project Pertambangan
 
EMLI Training-Presentasi Sengketa Dalam Usaha Pertambangan
EMLI Training-Presentasi Sengketa Dalam Usaha PertambanganEMLI Training-Presentasi Sengketa Dalam Usaha Pertambangan
EMLI Training-Presentasi Sengketa Dalam Usaha Pertambangan
 
Uu no.07 tahun 2006 tentang pengesahan uncac
Uu no.07 tahun 2006 tentang pengesahan uncacUu no.07 tahun 2006 tentang pengesahan uncac
Uu no.07 tahun 2006 tentang pengesahan uncac
 
EMLI Training-Default and Bankcruptcy-By: Rizky Dwinanto, S.H., M.H.-Partner ...
EMLI Training-Default and Bankcruptcy-By: Rizky Dwinanto, S.H., M.H.-Partner ...EMLI Training-Default and Bankcruptcy-By: Rizky Dwinanto, S.H., M.H.-Partner ...
EMLI Training-Default and Bankcruptcy-By: Rizky Dwinanto, S.H., M.H.-Partner ...
 
EMLI Training-Hak Pemegang Jaminan dalam Kepailitan dan Pembubaran-Presented ...
EMLI Training-Hak Pemegang Jaminan dalam Kepailitan dan Pembubaran-Presented ...EMLI Training-Hak Pemegang Jaminan dalam Kepailitan dan Pembubaran-Presented ...
EMLI Training-Hak Pemegang Jaminan dalam Kepailitan dan Pembubaran-Presented ...
 
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUANBAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
 
Gratifikasi
GratifikasiGratifikasi
Gratifikasi
 
Hukum jaminan sudjito
Hukum jaminan   sudjitoHukum jaminan   sudjito
Hukum jaminan sudjito
 
Hukum hak tanggungan
Hukum hak tanggunganHukum hak tanggungan
Hukum hak tanggungan
 
Bacaan antikorupsi gratifikasi ppih
Bacaan antikorupsi gratifikasi ppihBacaan antikorupsi gratifikasi ppih
Bacaan antikorupsi gratifikasi ppih
 
EMLI Training-Hukum Jaminan
EMLI Training-Hukum JaminanEMLI Training-Hukum Jaminan
EMLI Training-Hukum Jaminan
 
Kajian yuridis tentang perolehan hak atas tanah oleh negara melalui lembaga p...
Kajian yuridis tentang perolehan hak atas tanah oleh negara melalui lembaga p...Kajian yuridis tentang perolehan hak atas tanah oleh negara melalui lembaga p...
Kajian yuridis tentang perolehan hak atas tanah oleh negara melalui lembaga p...
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Asas perjanjian internasional
Asas perjanjian internasionalAsas perjanjian internasional
Asas perjanjian internasional
 
Contoh Perjanjian Kompensasi Kayu Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 ...
Contoh Perjanjian Kompensasi Kayu Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 ...Contoh Perjanjian Kompensasi Kayu Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 ...
Contoh Perjanjian Kompensasi Kayu Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 ...
 
Hukum Jaminan
Hukum JaminanHukum Jaminan
Hukum Jaminan
 
Hukum Fidusia
Hukum FidusiaHukum Fidusia
Hukum Fidusia
 
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita Sari
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional  Fenti Anita SariTugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional  Fenti Anita Sari
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita Sari
 
Undang undang fiducia no. 42 tahun 1999
Undang undang fiducia no. 42 tahun 1999Undang undang fiducia no. 42 tahun 1999
Undang undang fiducia no. 42 tahun 1999
 
Presentasi all
Presentasi allPresentasi all
Presentasi all
 

Destaque

Penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkotika
Penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkotikaPenyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkotika
Penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkotikaArif Kurniawan
 
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalNuelnuel11
 
Penyuluhan Narkoba bagi Pelajar SMA
Penyuluhan Narkoba bagi Pelajar SMA Penyuluhan Narkoba bagi Pelajar SMA
Penyuluhan Narkoba bagi Pelajar SMA Esdras Idialfero
 
presentasi keren bahaya narkoba
presentasi keren bahaya narkobapresentasi keren bahaya narkoba
presentasi keren bahaya narkobatelnong
 
presentasi penyalahgunaan narkoba
 presentasi penyalahgunaan narkoba presentasi penyalahgunaan narkoba
presentasi penyalahgunaan narkobaRinaldi Asertua
 

Destaque (6)

Penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkotika
Penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkotikaPenyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkotika
Penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan narkotika
 
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
 
Sengketa internasional power point
Sengketa internasional power pointSengketa internasional power point
Sengketa internasional power point
 
Penyuluhan Narkoba bagi Pelajar SMA
Penyuluhan Narkoba bagi Pelajar SMA Penyuluhan Narkoba bagi Pelajar SMA
Penyuluhan Narkoba bagi Pelajar SMA
 
presentasi keren bahaya narkoba
presentasi keren bahaya narkobapresentasi keren bahaya narkoba
presentasi keren bahaya narkoba
 
presentasi penyalahgunaan narkoba
 presentasi penyalahgunaan narkoba presentasi penyalahgunaan narkoba
presentasi penyalahgunaan narkoba
 

Semelhante a Yurisdiksi negara dalam united nation convention againts corruption

Macam-Macam Penggolongan Hukum
Macam-Macam Penggolongan HukumMacam-Macam Penggolongan Hukum
Macam-Macam Penggolongan Hukumernyoctaa
 
Uu nomor 7 tahun 2006 (penjelasan) tentang pengesahan un con
Uu nomor 7 tahun 2006 (penjelasan) tentang pengesahan un conUu nomor 7 tahun 2006 (penjelasan) tentang pengesahan un con
Uu nomor 7 tahun 2006 (penjelasan) tentang pengesahan un conIndonesia Anti Corruption Forum
 
PKn Bab 2 sistem hukum dan peradilan nasional
PKn Bab 2 sistem hukum dan peradilan nasionalPKn Bab 2 sistem hukum dan peradilan nasional
PKn Bab 2 sistem hukum dan peradilan nasionalAbyan Juang
 
HUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docx
HUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docxHUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docx
HUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docxYusBaimbangBilabora
 
Ratifikasi statuta roma_1998_oleh_indonesia
Ratifikasi statuta roma_1998_oleh_indonesiaRatifikasi statuta roma_1998_oleh_indonesia
Ratifikasi statuta roma_1998_oleh_indonesiaIr. Soekarno
 
Tindak pidana khusus
Tindak pidana khususTindak pidana khusus
Tindak pidana khususAyuu Ebbol
 
PPT MATERI PPKN KLEAS 12 BAB 2.pptx
PPT MATERI PPKN KLEAS 12 BAB 2.pptxPPT MATERI PPKN KLEAS 12 BAB 2.pptx
PPT MATERI PPKN KLEAS 12 BAB 2.pptxEndangSitiJenab
 
Analisis putusan pailit no 60 pailit 2001 pn.niaga.jkt.pst
Analisis putusan pailit no 60 pailit 2001 pn.niaga.jkt.pstAnalisis putusan pailit no 60 pailit 2001 pn.niaga.jkt.pst
Analisis putusan pailit no 60 pailit 2001 pn.niaga.jkt.pstImam Bukhori
 
Proposal Tesis PMH (1) (3).pptx
Proposal Tesis PMH (1) (3).pptxProposal Tesis PMH (1) (3).pptx
Proposal Tesis PMH (1) (3).pptxMNoorHR1
 
04. sumber2 hi
04. sumber2 hi04. sumber2 hi
04. sumber2 hiAzka Husna
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasHendrastuti Retno
 
Mengarungi Bahtera Keadilan Bangsa Indonesia
Mengarungi Bahtera Keadilan Bangsa IndonesiaMengarungi Bahtera Keadilan Bangsa Indonesia
Mengarungi Bahtera Keadilan Bangsa IndonesiaAmmara Fathina
 
UU Nomor 1 Tahun 2023
UU Nomor 1 Tahun 2023UU Nomor 1 Tahun 2023
UU Nomor 1 Tahun 2023CIkumparan
 
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdf
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdfUU Nomor 1 Tahun 2023.pdf
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdfAkunPremium123
 

Semelhante a Yurisdiksi negara dalam united nation convention againts corruption (20)

Uu 26 2000 Pjls
Uu 26 2000 PjlsUu 26 2000 Pjls
Uu 26 2000 Pjls
 
Macam-Macam Penggolongan Hukum
Macam-Macam Penggolongan HukumMacam-Macam Penggolongan Hukum
Macam-Macam Penggolongan Hukum
 
Uu nomor 7 tahun 2006 (penjelasan) tentang pengesahan un con
Uu nomor 7 tahun 2006 (penjelasan) tentang pengesahan un conUu nomor 7 tahun 2006 (penjelasan) tentang pengesahan un con
Uu nomor 7 tahun 2006 (penjelasan) tentang pengesahan un con
 
PKn Bab 2 sistem hukum dan peradilan nasional
PKn Bab 2 sistem hukum dan peradilan nasionalPKn Bab 2 sistem hukum dan peradilan nasional
PKn Bab 2 sistem hukum dan peradilan nasional
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
HUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docx
HUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docxHUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docx
HUKUM_INTERNASIONAL_Tanggung_Jawab_Negar.docx
 
Ratifikasi statuta roma_1998_oleh_indonesia
Ratifikasi statuta roma_1998_oleh_indonesiaRatifikasi statuta roma_1998_oleh_indonesia
Ratifikasi statuta roma_1998_oleh_indonesia
 
Uu 04 2004 Pjls
Uu 04 2004 PjlsUu 04 2004 Pjls
Uu 04 2004 Pjls
 
Makalah bagian 5
Makalah bagian 5Makalah bagian 5
Makalah bagian 5
 
Tindak pidana khusus
Tindak pidana khususTindak pidana khusus
Tindak pidana khusus
 
PPT MATERI PPKN KLEAS 12 BAB 2.pptx
PPT MATERI PPKN KLEAS 12 BAB 2.pptxPPT MATERI PPKN KLEAS 12 BAB 2.pptx
PPT MATERI PPKN KLEAS 12 BAB 2.pptx
 
Analisis putusan pailit no 60 pailit 2001 pn.niaga.jkt.pst
Analisis putusan pailit no 60 pailit 2001 pn.niaga.jkt.pstAnalisis putusan pailit no 60 pailit 2001 pn.niaga.jkt.pst
Analisis putusan pailit no 60 pailit 2001 pn.niaga.jkt.pst
 
Konsekuensi yuridis terhadap timbulnya kerugian keuangan negara dalam tindak ...
Konsekuensi yuridis terhadap timbulnya kerugian keuangan negara dalam tindak ...Konsekuensi yuridis terhadap timbulnya kerugian keuangan negara dalam tindak ...
Konsekuensi yuridis terhadap timbulnya kerugian keuangan negara dalam tindak ...
 
Proposal Tesis PMH (1) (3).pptx
Proposal Tesis PMH (1) (3).pptxProposal Tesis PMH (1) (3).pptx
Proposal Tesis PMH (1) (3).pptx
 
04. sumber2 hi
04. sumber2 hi04. sumber2 hi
04. sumber2 hi
 
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nasBab 2  kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
Bab 2 kelas x sikap positif thd sistem & peradilan nas
 
Mengarungi Bahtera Keadilan Bangsa Indonesia
Mengarungi Bahtera Keadilan Bangsa IndonesiaMengarungi Bahtera Keadilan Bangsa Indonesia
Mengarungi Bahtera Keadilan Bangsa Indonesia
 
UU Nomor 1 Tahun 2023
UU Nomor 1 Tahun 2023UU Nomor 1 Tahun 2023
UU Nomor 1 Tahun 2023
 
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdf
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdfUU Nomor 1 Tahun 2023.pdf
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdf
 
Class action
Class actionClass action
Class action
 

Último

PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 

Último (20)

PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 

Yurisdiksi negara dalam united nation convention againts corruption

  • 1. Yurisdiksi Negara Dalam United Nation Convention Againts Corruption 2003 Dan Kaitannya Terhadap Upaya Pengembalian Aset Hasil Korupsi Di Indonesia (Dalam Hal Keterbukaan Kerahasiaan Bank Swiss) Arif Kurniawan 07 140 160
  • 2. Latar belakang Transnational Crime berupa Perbanka Korupsi pencucian n uang Pengembalian Yurisdiksi Aset negara United Nation Convention Againts Corruption 2003
  • 3. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaturan yurisdiksi negara berkaitan pengembalian aset hasil korupsi yang diatur didalam United Nation Convention Againts Corruption 2003? 2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan United Nation Convention Againts Corruption 2003 khususnya dalam upaya mengembalikan aset-aset hasil korupsi di Indonesia?
  • 4. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan yurisdiksi negara berkaitan pengembalian aset hasil korupsi yang diatur didalam United Nation Convention Againts Corruption 2003. b. Untuk mengetahui kendala-kendala apa yan dihadapi dalam menerapkan United Nation Convention Againts Corruption 2003 khususnya dalam upaya mengembalikan aset-aset hasil korupsi
  • 5. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjawab keingintahuan penulis terhadap masalah yang penulis teliti serta menambah pengetahuan penulis mengenai ilmu hukum terkhusus hukum internasional. b. Dapat dipergunakan bagi mereka yang berminat untuk melanjutkan penelitian ini dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teori-teori yang berada didalamnya.
  • 6. Lanjutan 2. Manfaat Praktis a. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan dan menambah informasi bagi individu, masyarakat maupun pihak-pihak lain yang membutuhkan yang berhubungan dengan hukum internasional. b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi negara atau pemerintah dalam melahirkan kebijakan-kebijakan yang bermanfaat bagi khalayak ramai.
  • 7. Metode Penelitian 1. Tipologi Penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini yakni penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif menurut Soerjono Soekanto adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka dan data sekunder. Penelitian hukum normatif yang digunakan mencakup: a. Inventarisasi hukum yaitu mengumpulkan ketentuan- ketentuan hukum internasional seperti konvensi-konvensi, piagam PBB, protokol dan peraturan internasional dan peraturan nasional lainnya yang berhubungan dengan penulisan untuk dianalisis. b. Penelitian hukum terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal. Taraf sinkronisasi vertikal yaitu penelitian terhadap ketentuan hukum antara yang lebih tinggi dan yang lebih rendah yang mengatur kehiduapan yang tidak saling bertentangan, sedangkan taraf sinkronisasi horizontal adalah penelitian terhadap ketentuan hukum yang sederajat yang mengatur bidang yang sama.
  • 8. lanjutan 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni jenis penelitian kepustakaan (library research). Pada penelitian hukum normatif, bahan pustaka merupakan data dasar, yang dalam (ilmu) penelitian digolongkan sebagai data sekunder Apabila dilihat dari sudut informasi yang diberikannya, maka bahan pustaka dapat dibagi dalam tiga kelompok yakni: a. Bahan hukum primer b. Bahan hukum sekunder c. Bahan hukum tersier
  • 9. lanjutan 3. Teknik pengumpulan data: a. Studi kepustakaan yang dilakukan pada 1.Perpustakaan Universitas Andalas, 2.Perpustakaan Fakultas Hukum Univ. Andalas, 3.Perpustakaan Universitas Bung Hatta. b. Studi dokumen 4. Pengolahan dan analisis data yang dilakukan dengan cara: a. Editing b. Coding Analisis data yang digunakan adalah analisa kualitatif dengan memaparkan data dalam bentuk kalimat untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya yang disajikan secara deskriptif.
  • 10. Pengaturan Yurisdiksi Negara Berkaitan Dengan Pengembalian Aset Hasil Korupsi di Dalam United Nation Convention Againts Corruption 2003 Yurisdiksi negara didalam UNCAC 2003 diatur didalam Bab III Pasal 42 Ayat 1 sampai dengan 6. a. Ketentuan yurisdiksi negara pada Pasal 1 huruf a dan b : Prinsip Teritorial. b. Pasal 2 huruf (a) : Prinsip Nasionalitas Pasif. Huruf (b) : Prinsip Nasionalitas Aktif. Huruf (c) dan (d) : Prinsip Perlindungan. c. Ketentuan ayat 3, 4 dan 5 tentang pelaksanaan yurisdiksi terhadap pelaku kejahatan. Dimana kewajiban yang harus dilakukan negara untuk menetapkan yurisdiksi hukum nasionalnya terhadap keahatan yang dengan itu tidak mengekstradisi pelaku kejahatan yang berada didalam negaranya. d. Ketentuan ayat 6 mengatur tentang ruang lingkup pelaksanaan konvensi yang tetap menghormati apabila hukum nasional suatu negara mengatur lain terhadap ruang lingkup pengaturan yang terdapat didalam konvensi
  • 11. Lanjuta n Dasar untuk menentukan tindakan Pasal 42 yang dapat diambil oleh UNCAC negara terhadap 2003 kejahatan yang diatur didalam konvensi berupa korupsi, Pasal 54 dan 55 kejahatan terorganisir, tersebut yang kejahatan ekonomi dan menjadi dasar money loundering bagi negara (Paragraf kedua peminta aset pembukaan konvensi) untuk Dan juga terhadap memperluas pengembalian aset yurisdiksi hukum nasionalnya Pengembalian aset harus dengan sekaligus putusan yudisial (pengadilan) pembatasan (Pasal 54 ayat 1 huruf (a) serta ayat 2 terhadap huruf (a), (b), (c) serta Pasal 55 ayat 1 yurisdiksi negara huruf (b). tempat aset disembunyikan
  • 12. Dalam permintaan pengembalian aset negara peminta didalam permintaannya harus memuat: 1. Uraian mengenai kekayaan yang akan dirampas, termasuk lokasi, perkiraan nilai kekayaan serta pernyataan mengenai fakta-fakta yang diyakini yang memungkinkan negara yang diminta mengupayakan perintah berdasarkan hukum nasionalnya. 2. Pernyataan mengenai informasi dalam lingkup yang dilaksanakan dalam melaksanakan salinan sah permintaan serta pemberitahuan terhadap pihak ketiga yang beritikad baik dan untuk menjamin perlindungan hukum serta pernyataan bahwa perintah perampasan bersifat final. 3. Pernyataan mengenai fakta-fakta yang diyakini negara peminta dan tindakan-tindakan yang diminta dan jika ada salinan sah perintah yang menjadi dasar bagi pengajuan permintaan (Pasal 55 ayat 3 UNCAC 2003)
  • 13. Pengembalian Aset Hasil Korupsi di Indonesia Ratifikasi terhadap United Nation Convention Against Corruption 2003 melalui Undang-undang No. 7 Tahun 2006 menempatkan Indonesia secara politis sebagai salah satu negara yang memiliki komitmen dalam pemberantasan korupsi. Ratifikasi ini juga menunjukkan bahwa pemerintah indonesia serius dalam memberantas korupsi. Ratifikasi ini bagi indonesia menjadi penting mengingat contoh-contoh kasus korupsi yang pernah dihadapi indonesia tak jarang menghadapi kendala-kendala terutama karena menyangkut negara lain. Keseriusan pemerintah dalam memberantas korupsi dan mengembalikan aset dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi negara-negara lain untuk dapat memberikan bantuan dalam pemberantasan korupsi diindonesia dan juga terhadap pengembalian aser hasil korupsi yang berasal dari indonesia.
  • 14. Mekanisme pidana (criminal recovery) pengembalian aset (Pasal 54-55 konvensi) tidak maksimal karena dipengaruhi Pengembalian aset faktor subjektif seperti diswiss semakin terbuka tersangka sakit, meninggal peluang mengingat dunia, melarikan diri bahkan aturan swiss tidak lagi divonis bebas mengatur kerahasiaan nasabah secara ketat contohnya dengan Mekanisme lahirnya RIAA (Return of perdata (civil Illicit Asset Act) pada recovery, dalam awal febuari 2011 Pasal 53 konvensi) kemarin. menjadi alternatif Sesuai dengan pengembalian aset ketentuan aturan Pasal karena lebih 40 UNCAC 2003 Tentang ditujukan terhadap Kerahasiaan Bank asetnya bukan pelakunya
  • 15. Kendala-kendala yang dihadapi Indonesia dalam Menerapkan UNCAC 2003 Secara yuridis: 1. Indonesia belum memiliki peraturan khusus yang mengatur pengembalian aset. 2. Peraturan hukum nasional termasuk hukum acara perdata belum memungkinkan negara sebagai subjek penggugat dalam hal indonesia sebagai negara yang diminta. 3. Indonesia belum memiliki lembaga yang berfungsi sebagai central authority pemberantasan korupsi terutama dalam pengembalian aset yang mempunyai kewenangan untuk melakukan kerjasama internasional dalam hal pengembalian aset.
  • 16. Kesimpulan 1. Pengaturan yurisdiksi negara yang diatur dalam Bab III Pasal 42 ayat 1 sampai dengan 6 menjadi dasar untuk penerapan yurisdiksi negara peminta aset sebagaimana ruang lingkup kejahatan yang diatur didalam konvensi. 2. Permasalahan perbedaan yurisdiksi yang menjadi kendala dalam pengembalian aset difasilitasi konvensi dengan mewajibkan negara pihak untuk saling bekerjasama dan memberikan bantuan baik kerjasama bilateral maupun multilateral seperti bantuan timbal balik (mutual legal asisstance) sebagaimana diatur dalam pasal 51 konvensi tentang pengembalian aset. 3. pengembalian aset dapat dilakukan melalui mekanisme perdata (civil recovery) yang diatur dalam pasal 53 konvensi dan mekanisme pidana (criminal recovery) yang diatur dalam pasal 54-55 konvensi. 4. Permintaan pengembalian aset harus terlebih dahulu ada putusan pengadilan serta melampirkan syarat-syarat sebagaimana diatur dalam Pasal 55 ayat 3 UNCAC 2003. 5. Pengembalian aset di indonesia belum berjalan maksimal karena indonesia belum memiliki perangkat aturan yang mengatur secara khusus pengembalian aset.
  • 17. Saran 1. Secara internasional indonesia harus memperluas kerjasama-kerjasama baik bilateral maupun multilateral misalnya dengan mengadakan perjanjian timbal balik dalam masalah pidana (mutual legal assistance) hal ini dikarenakan perjanjian tersebut menjadi penting bagi pengembalian aset. 2.Didalam negeri sendiri indonesia harus melakukan pembaharuan dibidang aturan hukum pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi dengan membentuk undang-undang tentang pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi yang mengatur secara khusus mengenai pengembalian aset. 3. Indonesia juga sudah seharusnya melirik pengembalian aset melalui mekanisme civil recovery dan tidak hanya terfokus pada pengembalian aset melalui mekanisme criminal recovery karena kemudahan dan efektivitas yang termuat dalam pengembalian aset.