Dokumen tersebut membahas tentang upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Model ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dan pemahaman konsep, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
2. A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan
dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah
atau mengembangkan prilaku yang diinginkan. Masalah pendidikan
telah diatut dalam suatu undang-undang yang hakikatnya
merupakan suatu usaha untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam
rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah,
siswa belajar berbagai macam hal. Proses pembelajaran yang
terjadi disekolah-sekolah diharapkan berlangsung secara efektif.
Namun banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa
sehingga mutu pendidikan saat ini masih belum seperti yang
diharapkan. Diantaranya adalah siswa, guru, dan metode
pembelajaran yang digunakan.
3. LANJUTAN…
Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan pada tanggal 09
Maret 2013 dan data yang diperoleh dari guru bidang studi
matematika khususnya kelas VII B yaitu Arminah, S.Pd.
mengatakan bahwa kurang lebih 65% siswa kelas VII B SMP
Muhammadiyah 1 Makassar tidak dapat aktif dalam proses belajar
mengajar khususnya pada pelajaran matematika, dan salah satu
faktor penyebabnya ialah karena kurangnya pemahaman siswa
mengenai konsep-konsep yang terkandung dalam pelajaran
matematika.
Selain itu ada juga beberapa faktor lain, diantaranya dapat
dilihat dari situasi didalam kelas yaitu kurangnya interaksi antara
siswa yang satu dengan yang lainnya, rendahnya partisipasi siswa
dalam proses belajar mengajar, serta model pembelajaran
matematika di sekolah tersebut masih menggunakan model
pembelajaran langsung yakni suatu model pembelajaran yang
banyak didominasi oleh guru, yang penyajiannya bersifat monoton
dan cenderung membosankan, sementara siswa duduk secara
pasif menerima informasi pengetahuan dan keterampilan yang
disampaikan gurunya.
4. LANJUTAN…
Kondisi seperti itu harus diupayakan untuk diperbaiki. Upaya
tersebut dapat dilakukan diantaranya melalui perbaikan kegiatan
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru
sudah saatnya diganti menjadi berpusat kepada siswa. Untuk
meningkatkan pembelajaran dikelas sudah saatnya untuk
meninggalkan atau mengurangi proses pembelajaran dengan
metode ceramah, guru mendominasi bahan yang disampaikan
kepada anak didiknya, sedangkan anak didik hanya terpaksa
dan dipaksa untuk duduk, mendengar dan mencatat.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis termotivasi utuk
mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
(NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas VII B SMP Muhammadiyah 1 Makassar”.
5. B. Pemecahan Masalah
1. Identifikasi masalah
a. Hasil belajar siswa masih sangat rendah.
b. Siswa sulit memahami materi pelajaran.
c. Kurangnya kebersamaan siswa untuk belajar.
2. Cara Pemecahan masalah
Model pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian
ini, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT). Dengan menerapkan model pembelajaran ini
menuntut keaktifan siswa didalam kelas dan respon siswa
terhadap materi yang diajarkan dapat dengan mudah untuk
dipahami. Sehingga hasil belajar siswa akan meningkat dalam
proses pembelajaran metmatika sesuai yang diharapkan.
3. Rumusan Masalah
Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas VIIB SMP Muhammadiyah 1 Makassar?
6. 4. Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) pada siswa kelas VIIB SMP Muhammadiyah 1 Makassar.
5. Manfaat Penelitian
a. Memberikan kemudahan bagi siswa dalam menguasai bahan
ajar matematika, sehingga dapat menumbuhkan sikap positif
terhadap matematika.
b. Model pembelajaran tipe NHT ini diharapkan dapat membantu
dan mengoptimalkan pembelajaran matematika sekaligus
membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan
dalam memecahkan masalah matematika,
sehingga mereka akan menjadi pemikir yang handal dan
pelajar yang mandiri.
c. Model pembelajaran tipe NHT ini juga diharapkan dapat
memberi kontribusi terhadap pelatihan guru yang akan
melaksanakan pembelajaran matematika secara kooperatif,
khususnya untuk memfasilitasi terjadinya interaksi siswa
didalam kelompok.
7. A.TINJAUAN PUSTAKA
1. Belajar
Hamzah Uno, 2011:138
Belajar adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan prilaku
yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh pengetahuan,
kecakapan dan pengalaman baru kearah yang lebih baik.
Sudjana (dalam Sappaile 2004:10)
Belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu
kecendrungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan.
Berdasarkan defenisi diatas maka dapat disimpulkan belajar
adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar oleh individu
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
sikapnya relatif permanen.
8. 2. Hasil Belajar
Techonly13:2009
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah
dia menerima pengalaman belajarnya.
Arif, 2003:6
Hasil belajar merupakan istilah yang digunakan untuk
menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh
seseorang setelah usaha tertentu
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah dia
menerima pengalaman belajar dan menunjukkan tingkat
keberhasilan seseorang dalam mempelajari sesuatu.
9. 3. Matematika
Anonym, 2002
Matematika sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan,
hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang
digunakan dalam menyelesaikan masalah bilangan.
Kline ( Suherman, dkk, 2003: 16)
Matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang
dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika
itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan
menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan diatas,
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan matematika
adalah suatu pengetahuan tentang bilangan-bilangan, fakta-fakta
kuantitatif untuk membantu manusia dalam memahami dan
menguasai permasalahn sosial, ekonomi dan alam.
10. 4. Pembelajaran Kooperatif
Rusman, 2010:202
Pembelajaran kooperatif (cooperatif learning)
merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Pada hakikatnya pembelajaran kooperatif sama dengan
kerja kelompok. Oleh karena itu, banyak guru yang mengatakan
tidak ada sesuatu yang aneh dalam pembelajaran kooperatif
karena mereka beranggapan telah biasa melakukan
pembelajaran kooperatif dalam bentuk belajar kelompok.
Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dapat
melatih para siswa untuk mendengarkan pendapat-pendapat
orang lain dan merangkum pendapat atau temuan dalam bentuk
tulisan. Tugas-tugas kelompok akan memacu para siswa untuk
bekerja sama, saling membantu satu sama lain dalam
mengintegrasikan pengetahuan–pengetahuan barudengan
pengetahuan yang dimiliki.
11. Fase Kegiatan Guru
Fase- I
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar
Fase-II
Menyajikan inforamasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase-III
Mengorganisasikan
siswa dalam bentuk
kelompok-kelompok
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase-IV
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas.
Guru memberikan tugas pada awal fase IV (LKS)
Fase-V
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing- masing kelompok
mempersentasekan hasil kerjanya
Fase- VI
Memberikan
penghargaan
Guru mencari cara- cara untuk menghargai upaya
maupuan hasil belajar individu maupun kelompok
12. 5. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk
(Saminanto 2010:35). Penerapan pembelajaran kooperatif tipe
NHT merujuk pada konsep Spencer Kagan (Ibrahim, 2000:28)
untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi
yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek
pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut.
Rahayu (dalam upi, 2013:2)
Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran
yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari,
mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang
akhirnya dipresentasikan di depan kelas
13. Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang
siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang
berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang
sosial, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok
digunakan nilai tes (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
o Langkah 3. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan
meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam
LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari
spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 4. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor
yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 5. Memberi kesimpulan
Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan
dengan materi yang disajikan.
Langkah 6. Memberikan penghargaan
Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian pada siswa dan
memberi nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih baik.
15. C. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka
hipotesis tindakan penelitian ini adalah: “Jika
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) maka hasil belajar
matematika siswa kelas VIIB dapat meningkat.”
16. A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK)
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dengan tahapan pelaksanaan meliputi : perencanaan,
tindakan, observasi dan refleksi
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII B SMP Muhammadiyah I
Makassar tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 28 orang siswa laki-laki.
C. Faktor yang Di selidiki
Faktor proses, yaitu cara siswa mengikuti proses belajar mengajar
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT).
Faktor hasil, yaitu melihat hasil belajar siswa setelah diberikan tes
setiap akhir siklus
17. D. Prosedur Penelitian
Pelaksanan penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam 2
siklus. Setiap siklus dilaksanakan selama 4 kali pertemuan dengan
waktu 2x40 menit
19. F. Teknik Pengumpulan Data
Data tentang hasil belajar siswa dikumpulkan dengan
menggunakan lembar tes hasil belajar
Data tentang tanggapan siswa pada proses pembelajaran
dengan menerapkan Model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah dilihat dari angket.
Data tentang aktivitas siswa dan keterlaksanaan dalam
mengelola pembelajaran didalam kelas dikumpulkan
dengan menggunakan lembar observasi.
20. G. Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan
menggunakan statistik deskriptif.
Interval Kategori
0 – 54
55 – 64
65 – 79
80 – 89
90 – 100
Sangat
rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Nilai Kriteria
≥ 65 Tuntas
< 65 Tidak Tuntas
21. H. Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dapat dikatakan berhasil jika pembelajaran
matematika melalui penerapan model NHT dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa, dari siklus I ke siklus II dan mencapai kriteria
ketuntasan minimum yaitu 66 dari skor ideal 100.
22. Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus I
Statistik Nilai
Subjek penelitian 28
Skor Ideal 100
Skor Rata-rata 63,29
Standar deviasi 25,19
Skor tertinggi 100
Skor terendah 10
Rentang skor 90
Distribusi Frekuensi dan Persentase SkoHasil Belajar Matematika Siklus I
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0-54 Sangat Rendah 12 42,86
55-64 Rendah 3 10,71
65-79 Sedang 2 7,15
80-89 Tinggi 6 21,42
90-100 Sangat Tinggi 5 17,86
Jumlah 28 100
23. Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus II
Statistik Nilai
Subjek penelitian 28
Skor Ideal 100
Skor Rata-rata 77,64
Standar deviasi 20,07
Skor tertinggi 100
Skor terendah 30
Rentang skor 70
Distribusi Frekuensi dan Persentase SkoHasil Belajar Matematika Siklus II
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0-54 Sangat Rendah 5 17,85
55-64 Rendah 2 7,14
65-79 Sedang 2 7,14
80-89 Tinggi 10 35,71
90-100 Sangat Tinggi 9 32,14
Jumlah 28 100
24. N
o
Komponen yang diamati Pertemuan Rata-rata
Persentase
I III (%)
S
I
K
L
U
S
I
1. Jumlah siswa yang hadir pada saat
proses pembelajaran.
II
26 625 25,66 91,67
2. Siswa yang mengajukan pertanyaan
26
mengenai materi yang belum dimengerti. 2 5
3,33 11,90
3
3. Siswa yang tekun menyelesaikan LKS . 10 117 14,00 50,00
4. Siswa yang memberi kesempatan
kepada teman yang lain untuk aktif dalam
mengerjakan soal dipapan tulis.
15
3 3 4 3,33 11,90
5. Siswa yang melakukan aktivitas negatif
selama proses pembelajaran (bermain,
ribut, dan lain-lain).
9 1
0
10 9,66 34,52
6. Siswa yang masih membutuhkan
bimbingan dalam mengerjakan soal.
14 010 11,33 40,47
7. Siswa yang mengemukakan kesimpulan
pembelajaran dengan kata-kata sendiri
10
5 8 10 7,66 27,38
8. Siswa yang mengerjakan PR 26 26
225 25,66 91,67
Jumlah 12,57 45,68
25. No Komponen yang diamati Pertemuan Rata-rata
Persentas
II
I I III S e (%)
I
K
L
U
S
II
1.
Jumlah siswa yang hadir pada saat proses
pembelajaran. 26 26 26,00 92,85
2.
Siswa yang mengajukan pertanyaan
mengenai materi yang belum dimengerti.
26
3 15 10,67 38,09
7 10
20
3. Siswa yang tekun menyelesaikan LKS . 18 23 20,33 72,61
4.
Siswa yang memberi kesempatan kepada
teman yang lain untuk aktif dalam
mengerjakan soal dipapan tulis.
5 8
10 7,66 27,38
3
5. Siswa yang melakukan aktivitas negatif
selama proses pembelajaran (bermain, ribut,
dan lain-lain).
8 6
3 5,66 20,23
5
6. Siswa yang masih membutuhkan bimbingan
dalam mengerjakan soal. 10
1
9 7
8,66 30,95
7. Siswa yang mengemukakan kesimpulan
pembelajaran dengan kata-kata sendiri
11 12
13 12,00 42,85
8
26
8. Siswa yang mengerjakan PR 26 26 26,00 92,85
Jumlah 14,62 52,22
26.
27. Aktivitas Guru yang diamati Pertemuan Ke Rata-
1 2 3 rata
1. Pendahuluan
Fase 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
1.Guru mempersiapkan siswa untuk belajar. 3 4 4 3,67
1. Guru mengecek kehadiran siswa. 4 3 4 3,67
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa tentang pentingnya materi
yang akan disampaikan. 3 4 3 3,33
2. Kegiatan Inti
Fase 2. Menyajikan informasi
1. Guru menyajikan materi secara singkat. 3 4 4 3,67
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika masih kurang memahami
materi yang dijelaskan. 4 4 3 3,67
1. Guru memberikan arahan kepada siswa mengenai model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together. 4 4 3 3,67
Fase 3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
1. Guru membagi siswa ke dalam kelompok heterogen yang beranggotakan 4-5 orang. 3 3 3 3
1. Guru memberikan kartu bernomor kepada setiap anggota kelompok 3 3 4 3,34
Fase 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
1. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok. 3 3 4 3,34
1. Guru menyampaikan petunjuk cara menyelesaikan LKS. 3 3 3 3
1. Guru mengarahkan setiap kelompok untuk mendiskusikan dan menyelesaikan LKS yang
dibagikan dan setiap kelompok memastikan semua anggota kelompoknya dapat
menyelesaikannya/mengetahui jawabannya
3 4 3 3,34
Fase 5. Evaluasi
1. Guru memanggil salah satu nomor siswa dari kelompok tertentu untuk melaporkan/
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. 3 4 3 3,34
1. Guru meminta siswa dari kelompok lain yang bernomor sama untuk menanggapi, jika tidak
ada maka memberikan kesempatan untuk siswa dengan nomor yang lain 4 4 3 3,67
3. Kegiatan Akhir
Fase 6. Memberikan penghargaan
1. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dengan nilai tertinggi. 3 3 4 3,34
1. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 3 3 3 3
1. Guru memberi PR. 3 3 3 3
1. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam. 3 4 4 3,67
Rata-rata 3,24 3,35 3,41 3,37
28.
29. Aktivitas Guru yang diamati
Pertemuan Ke Rata-Rata
1 2 3
1. Pendahuluan
Fase 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
1. Guru mempersiapkan siswa untuk belajar. 3 3 4 3,34
1. Guru mengecek kehadiran siswa. 4 4 4 4
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa tentang pentingnya materi yang akan
disampaikan. 4 3 4 3,67
1. Kegiatan Inti
Fase 2. Menyajikan informasi
1. Guru menyajikan materi secara singkat. 3 4 4 3,67
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika masih kurang memahami materi yang
dijelaskan. 4 4 3 3,67
1. Guru memberikan arahan kepada siswa mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together. 3 4 4 3,67
Fase 3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
1. Guru membagi siswa ke dalam kelompok heterogen yang beranggotakan 4-5 orang.
4 3 4 3,67
1. Guru memberikan kartu bernomor kepada setiap anggota kelompok 4 3 4 3,67
Fase 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
1. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok. 4 4 3 3,67
1. Guru menyampaikan petunjuk cara menyelesaikan LKS. 4 4 4 4
1. Guru mengarahkan setiap kelompok untuk mendiskusikan dan menyelesaikan LKS yang dibagikan dan
setiap kelompok memastikan semua anggota kelompoknya dapat menyelesaikannya/mengetahui
jawabannya
4 4 4 4
Fase 5. Evaluasi
1. Guru memanggil salah satu nomor siswa dari kelompok tertentu untuk melaporkan/ mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya. 4 4 4 4
1. Guru meminta siswa dari kelompok lain yang bernomor sama untuk menanggapi, jika tidak ada maka
memberikan kesempatan untuk siswa dengan nomor yang lain 3 3 4 3,34
3. Kegiatan Akhir
Fase 6. Memberikan penghargaan
1. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dengan nilai tertinggi.
3 3 4 3,34
1. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
3 4 3 3,34
1. Guru memberi PR. 4 4 3 3,67
1. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam. 4 4 4 4
Rata-Rata 3,64 3,64 3,76 3,68
30. NO. Aspek yang direspon
Frekuensi Persentase %
Positif
(ya)
Negatif
(tidak)
Positif
(ya)
Negatif
(tidak)
1 Apakah Anda menyukai pelajaran matematika dengan
menggunakan model Numbered Heads Together
(NHT)?
25 1 96,15 3,85
2 Apakah Anda menyukai cara mengajar yang
diterapkan guru dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan model Numbered Heads Together
(NHT)?
24 2 92,30 7,70
3 Dapatkah Anda memahami materi yang diajarkan oleh
guru melalui model Numbered Heads Together
(NHT)?
24 2 92,30 7,70
4 Apakah Anda menyukai LKS yang digunakan pada
saat pembelajaran melalui model Numbered Heads
Together (NHT)?
20 6 76,92 23,08
5 Apakah Anda menyukai proses belajar mengajar
dengan menggunakan model Numbered Heads
Together (NHT)?
24 2 92,30 7,70
6 Apakah Anda merasakan ada kemajuan setelah
diterapkan model Numbered Heads Together (NHT)? 24 2 92,30 7,70
31. A.Kesimpulan
Skor rata-rata hasil belajar matematika siswa pada siklus I adalah
sebesar 63,29 dengan standar deviasi 25,19. Jika dikategorikan dalam
skala lima, maka berada pada kategori rendah. Skor rata-rata hasil
belajar matematika siswa pada siklus II adalah sebesar 77,64 dengan
standar deviasi 20,07. Jika dikategorikan dalam skala lima, maka
berada pada kategori sedang. Penerapan pembelajaraan kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas VIIB SMP Muhammadiyah I Makassar, dari
siklus I ke siklus II.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami perubahan ke arah
yang lebih baik dari siklus I ke siklus II.
Keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I dan siklus II dikategorikan
sangat baik.
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang
diterapkan dalam pembelajaran matematika mendapat respon yang
positif dari siswa.
32. B. Saran
Data dan analisis pembahasan serta hasil penelitian ini
hanya berlaku pada siswa kelas VIIB SMP Muhammadiyah I
Makassar dan tidak bisa dijadikan sebagai patokan untuk
siswa dan sekolah yang lainnya.
Guru matematika sebaiknya kreatif dalam menciptakan
suasana kelas agar siswa tidak cepat bosan dan tegang
dalam belajar serta lebih termotivasi untuk memperhatikan
apa yang di ajarkan.
Kepada guru matematika khususnya agar dapat mencoba
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together dalam proses belajar mengajar agar dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.