Dokumen tersebut membahas tentang:
1. Pengertian muwaris menurut KBBI dan istilah-istilah terkait waris seperti ahli waris dan mawaris
2. Hukum mempelajari dan mengajarkan fiqih mawaris yang merupakan kewajiban kifayah
3. Sumber-sumber hukum kewarisan Islam yaitu al-Quran, sunnah, dan ijma para ulama
1. MAWARIS
TUGAS MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Fiqih
Program Studi Strata S1 Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampuh:
Dr. H. Hamzah, S.Ag., M.Ag.
Oleh :
Edo Reza Arianto
NIRM. 1207.19.2161
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
IBNU SINA BATAM
TAHUN 2022
2. A) Strategi Pembelajaran Time Token
Menurut Suyatno Model pembelajaran time token digunakan untuk
melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak
mendominasi pembicaraan”.1 Aqib “Model pembelajaran ini merupakan
struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial”.2
Suherman “Model time token (tanda waktu) adalah model yang pertama kali
digunakan oleh Arends pada tahun 1998 untuk melatih dan mengembangkan
keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam
sama sekali”.3 Suprijono menyatakan bahwa alur pelaksanaannya model
pembelajaran time token dimana guru kupon berbica adengan waktu ± 30
detik per kupon pada tiap siswa.4
Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu pada
guru. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah
bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh
bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua
kuponnya habis.
Menurut Taniredja, dkk “Model pembelajaran Time Token merupakan
struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk
menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali”.5
Sedangkan Menurut Miftahul huda menyatakan bahwa:
Model pembelajaran Time Token merupakan salah satu contoh kecil
dari penerapan pembelajaran demokratis di sekolah. Proses pembelajaran
yang demokratis adalah proses belajar yang menempatkan siswa sebagai
subjek. Sepanjang proses belajar, aktivitas siswa menjadi titik perhatian
utama. Dengan kata lain mereka selalu dilibatkan secara aktif. Guru berperan
mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
1Suyatno. Model-model Pembelajaran Kooperatif. (Jakarta: Bumi Aksara. 2014). Hal 13
2Aqib, Z. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif).
(Bandung: Yrama Widya. 2013). Hal. 45
3Suherman, Eman. Kiat Sukses Membangun SDM Indonesia. (Bandung: ALFABETA,cv.
2012). Hal. 21
4Suprijono, Agus. Cooperative Learning.(Yogyakarta :Pustaka Pelajar. 2013). Hal. 23
5Taniredja, dkk “Model pembelajaran Time Token.(Bandung, Alfabeta.2014) hal.43
3. Model ini digunakan untuk melatih dan mengembangkan
keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam
sama sekali. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30
detik per kupon pada tiap siswa. Sebelum berbicara, siswa menyerahkan
kupon terlebih dahulu pada guru. Satu kupon adalah untuk satu kesempatan
berbicara. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.
Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih
memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Model
pembelajaran Time Token merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan
pembelajaran demokratis di sekolah, dimana digunakan untuk mengajarkan
keterampilan sosial serta melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar
mengajar sehingga dapat menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau
siswa diam sama sekali.
B) Alat Yang Digunakan
- Kupon
C) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Strategi Time Token
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar.
b. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal
c. Guru memberi tugas pada siswa.
d. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per
kupon pada tiap siswa.
e. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum
berbicara atau memberi komentar. Satu Kupon untuk satu kesempatan
berbicara. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa
lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa
yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya
habis. Demikian seterusnya hingga semua anak berbicara.
f. Guru memberi sejumlah nilai berdasarkan waktu yang digunakan
tiap siswa dalam berbicara.
4. A. Pengertian Muwaris
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata waris berarti
Orang yang berhak menerima harta pusaka dari orang yang telah
meninggal.6 Waris menurut hukum Islam adalah hukum yang mengatur
tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang
meninggal serta akibatnya bagi para ahli warisnya.7 dan juga berbagai
aturan tentang perpidahan hak milik, hak milik yang dimaksud adalah
berupa harta, seorang yang telah meninggal dunia kepada ahli warisnya.8
Dalam istilah lain waris disebut juga dengan fara‟id. Yang artinya
bagian tertentu yang dibagi menurut agama Islam kepada semua yang
berhak menerimanya dan yang telah di tetapkan bagianbagiannya.
Adapun beberapa istilah tentang waris yaitu :
1. Waris adalah orang yang termasuk ahli waris yang berhak menerima
warisan. Ada ahli waris yang sesungguhnya yang memiiki hubungan
kekerabatan yang dekat akan tetapi tidak berhak menerima warisan.
Hak-hak Waris bisa ditimbulkan karena hubungan darah, karena
hubungan perkawinan, dan karena akibat memerdekakan hamba.9
2. Mawarrits, ialah orang yang diwarisi harta benda peninggalan. Yaitu
orang yang meninggal baik itu meninggal secara hakiki, secara taqdiry
(perkiraan), atau melalui keputusan hakim.10 Seperti orang yang hilang
(al-mafqud), dan tidak tahu kabar beritanya setelah melalui
pencaharian dan persaksian, atau tenggang waktu tertentu hakim
memutuskan bahwa ia dinyatakan meninggal dunia melalui keputusan
hakim.
6 Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,.ed.3 .( jakarta:
balai pustaka 2012) h. 1386.
7 Effendi Perangin, Hukum Waris,(Jakarta: Rajawali Pers ,2012), h.3
8 Beni Ahmad Saebani, Fiqih Mawaris, (Bandung :Pustaka setia, 2012), h 13.
9 Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta Utara: PT Raja Grafindo Persada,2013), h.4
10 Munawwir,ahmad warson. Kamus Al Munawwir (pustaka progressif, Surabaya, 2014)
h. 1634
5. B. Hukum Mempelajari dan Mengajarkan Fiqih Mawaris
Agama Islam mengatur ketentuan pembagian warisan secara rinci
dalam al-Qur’an agar tidak terjadi Perselisihan antara sesama ahli waris.
Keberadaan orang-orang yang mempelajari hukum waris merupakan
keniscayaan. Para ulama berpendapat mempelajari dan mengajarkan fiqih
mawaris adalah wajib kifayah artinya suatu kewajiban yang apabila telah
ada sebagian orang yang mempelajarinya, maka dapat menggugurkan
kewajiban semua orang.11
Oleh karena itu mempelajari dan mengajarkan Fiqih mawaris yang
semula fardu kifayah karena alasan tertentu menjadi fardu „ain, terutama
bagi orang –orang yang bagi masyarakat dipandang sebagai pemimpin
atau panutan, terutama pemimpin keagamaan.12
C. Sumber-Sumber Hukum kewarisan Islam
Ada beberapa Sumber hukum ilmu faraidh adalah alQur’an, as-
Sunnah Nabi saw, dan ijma para ulama.13 1. Al-Qur’an Dari sumber
hukum yang pertama al-Qur’an, setidaknya ada tiga ayat yang memuat
tentang hukum waris. Ada beberapa ayat yang berkaitan dengan kewarisan
yaitu: tersebut dalam surat An-Nisa ayat 11:
ِم ِرَكهذلِل ۖ ْمُكِدََٰل ْوَأ ٓىِف ُ ٱَّلله ُمُكي ِ
ُوصي
هنُهَلَف ِْنيَتَنْثٱ َق ْوَف ًءٓاَسِن هنُك نِإَف ۚ ِْنيَيَثنُ ْ
ٱْل ِظَح ُلْث
نِن َو ۖ َ َرَر اَم اَثُلُث
ٌدَل َو ۥُهَل َانَك نِن َ َرَر اهمِم ُُسدُّسٱل اَمُهْنِم ٍد ِح ََٰو ِلُكِل ِهْي َوَبَ ِ
ْل َو ۚ ُفْصِٱلن اَهَلَف ًةَد ِح ََٰو َْتناَك
َي ْمهل نِإَف ۚ
ُههل نُك
ۥ
هي ِ
ص َو ِدْعَب ۢ
نِم ۚ ُُسدُّسٱل ِهِمُ ِ
ِلَف ٌة َوْخِن ٓۥُهَل َانَك نِإَف ۚ ُثُلُّثٱل ِهِمُ ِ
ِلَف ُها َوَبَأ ٓۥُهَث ِر َو َو ٌدَل َو
َأ ٓاَهِب ى ِ
ُوصي ٍة
ٍْنيََ ْو
َنِم ًةَضي ِرَف ۚ اًعْفَن ْمُكَل ُبَرْقَأ ْمُهُّيَأ َونُْردَر َ
َل ْمُكُؤٓاَنْبَأ َو ْمُكُؤٓاَباَء
يِكَح اًميِلَع َانَك َ ٱَّلله هنِن ِ ٱَّلله
اًم
Artinya: “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)
anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian
dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih
dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika
11 Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, (Jakarta Utara: PT Raja Grafindo Persada,2013), h.4
12 Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, ( Jakarta: Sinar
Grafika , Tahun 2018) h.39
13 Addys Aldizar, Faturraman, Hukum Waris, ( Jakarta: Senayan Abadi Publisbing, 2014)
h.14
6. anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan
untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta
yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang
yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya
(saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu
mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam.
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia
buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan
anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih
dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”14
3. Hadis
Ada beberapa hadis yang menerangkan tentang pembagian harta waris
antara lain:
Artinya: dari Ibnu Abbas ra. Nabi Muhammad Saw bersabda”
berikanlah harta pusaka kepada orangorang yang berhak sesudah itu
sisanya untuk laki-laki yang lebih utama. (HR.Muslim).15
D. Sebab –Sebab Hilangnya Hak Kewarisan Dalam Islam
Adapun yang dimaksud sebab hilangnya hak keawarisan adalah
hal-hal yang menggugurkan hak ahli waris untuk mendapatkan harta
warisan dari pewaris. Ada beberapa sebab yang mengakibatkan ahli waris
kehilangan haknya yaitu:
1. Perbudakan Seorang yang berstatus sebagai budak tidaklah
mempunyai hak untuk mewarisi sekalipun dari saudaranya. Sebab
segala sesuatu yang dimiliki budak menjadi milik tuannya juga.16
14 Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus Sunnah, hal.
15 Imam Az-Zabidi, Shahih Al- Bukori Ringkasan Hadis , ( Jakarta: Pustaka Amani Thun
2012) h.035
16 Muhammad Muslih, Fiqih (Bogor: Yudhistira, thun 2017) h. 126
7. 2. Perbedaan Agama.
Adapun yang dimaksud perbedaan agama ialah keyakinan yang dianut
antara ahli waris dan muaris (orang yang mewarisi) ini menjadi
penyebab hilangnya hak kewarisan sebagaimana ditegaskan dalam
hadis Rasulullah dari Usama bin Zaid, diriwayatkan oleh Bukhari,
Muslim, Abu Daud, At-Tirmizi dan Ibn Majah. Yang telah disebutkan
bahwa seorang muslim tidak bisa menerima warisan dari yang bukan
muslim.17 Dari hadis tersebut dapat diketahui bahwa hubungan antara
kerabat yang berbeda agama dalam kehidupan sehari-hari hanya
nenyangkut hubungan sosial saja.
3. Pembunuhan
Pembunuhan menghalangi seseorang untuk mendapatkan warisan dari
pewaris yang dibunuhnya. Ini berdasarkan hadis Rosulullah dari Abu
Hurairah yang di riwayatkan oleh Ibn Majah, bahwa seseorang yang
membunuh pewarisannya tidak berhak menerima warisan dari orang
yang dibunuhnya. Dari hadis tersebut menegaskan bahwa pembunuhan
menggugurkan hak kewarisan.
4. Berlainan Negara
Yang dimaksud dengan negara dalam hal ini ialah ibarat suatu daerah
yang ditempat tinggali oleh muarris dan ahli waris, baik daerah itu
berbentuk kesultanan, kerajaan, maupun republik.18
5. Murtad
Adapun yang dimaksud Murtad ialah orang yang keluar dari agama
Islam, dan tidak dapat menerima harta pusaka dari keluarganya yang
muslim. Begitu pula sebaliknya.19
17 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia,(Jakarta; Sinar Grafika tahun 2017)
h.112.
18 Op. Cit Fatchur Rahman h. 105
19 Muhammad Ali As-Shabuni,Hukum Kewarisan Menurut AlQur‟an Dan Sunnah (
Jakarta: Cv Diponegoro, thun 2004) h.64
8. E. Rukun Dan Syarat Kewarisan
Pada dasarnya persoalan waris-mewarisi selalu identik dengan
perpindahan kepemilikan sebuah benda, hak dan tanggung jawab dari
pewaris kepada ahli warisnya. Dan dalam hukum waris Islam penerimaan
harta warisan didasarkan pada asas ijbari, yaitu harta warisan berpindah
dengan sendirinya menurut ketetapan Allah swt tanpa digantungkan pada
kehendak pewaris atau ahli waris.20
Pengertian tersebut akan terwujud jika syarat dan rukun mewarisi telah
terpenuhi dan tidak terhalang mewarisi. Ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi dalam pembagian harta warisan. Ada tiga rukun warisan yang
telah disepakati oleh para ulama, tiga syarat tersebut adalah:
1. Pewaris baik secara haqiqy, hukmy (misalnya dianggap telah
meninggal) maupun secara taqdiri.
2. Adanya ahli waris, yaitu mereka yang berhak untuk menguasai atau
menerima harta penenggalan pewaris dikarenakan adanya ikatan
kekerabatan (nasab),atau ikatan pernikahan, atau lainnya.
3. Harta warisan, yaitu segala jenis benda atau kepemilikan yang
ditinggalankan pewaris baik berupa uang, tanah.21
Adapun syarat waris harus terpenuhi pada saat pembagian harta warisan.
Rukun waris dalam hukum kewarisan Islam, diketahui ada tiga macam,
yaitu:
1. Muwaris, yaitu orang yang diwarisi harta peninggalannya atau orang,
yang mewariskan hartanya.
2. Waris (ahli waris) Yaitu orang yang dinyatakan mempunyai hubungan
kekerabatan baik hubungan darah (nasab), hubungan sebab semenda atau
perkawinan, atau karena memerdekakan hamba sahaya.22
3. Al –Mauruts Adalah segala sesuatu harta benda yang menjadi warisan.
Baik berupa harta atau hak yang termasuk dalam kategori warisan.
20 Muhammad Daut Ali, Asas Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali press thn 2015) h. 129
21 Op. Cit.Addys Aldizar, Faturraman, Hukum Waris , thn 2013 h.28
22 Long. Cit Ahmad Rofiq thn 2012 h.28
9. DAFTAR PUSTAKA
Addys Aldizar, Faturraman. 2014. Hukum Waris, Jakarta: Senayan Abadi
Publisbing.
Ahmad Rofiq. Fiqh Mawaris. 2013. Jakarta Utara: PT Raja Grafindo Persada.
Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus
Sunnah.
Aqib, Z. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
(Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Beni Ahmad Saebani. 2012. Fiqih Mawaris. Bandung : Pustaka Setia.
Effendi Perangin. 2012. Hukum Waris. Jakarta: Rajawali Pers.
Imam Az-Zabidi. 2012. Shahih Al- Bukori Ringkasan Hadis . Jakarta: Pustaka
Amani
Long. 2012. Cit Ahmad Rofiq. Fiqih Mawaris. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Muhammad Ali As-Shabuni. 2014. Hukum Kewarisan Menurut AlQur’an Dan
Sunnah Jakarta: CV Diponegoro.
Muhammad Daut Ali. Asas Hukum Islam. (Jakarta: Rajawali Press
Muhammad Muslih, 2017. Fiqih. Bogor: Yudhistira.
Munawwir, Ahmad Warson. 2014. Kamus Al Munawwir Pustaka Progressif,
Surabaya
Op. Cit.Addys Aldizar, Faturraman, 2013. Hukum Waris
Suherman, Eman. 2012. Kiat Sukses Membangun SDM Indonesia. Bandung:
Alfabeta
Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak, 2018. Hukum Waris Islam, Jakarta:
Sinar Grafika.
Suprijono, Agus. 2013 Cooperative Learning.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
10. Suyatno. Model-Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Taniredja, 2014. Model pembelajaran Time Token.Bandung, Alfabeta.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2012 Kamus Besar Bahasa
Indonesia,.Edisi.3 Jakarta: Balai Pustaka
Zainuddin Ali. 2017. Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika