SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 49
Baixar para ler offline
( PENGANTAR SOSIOLOGI)
• DISUSUN OLEH :
AMBARWATI - 44321120002
TUGAS BESAR 1 SOSIOLOGI KOMUNIKASI
BAB 1
Sejarah Perkembangan Sosiologi
SEBAB MUNCULNYA SOSIOLOGI
Mengapa muncul suatu ilmu yang dinamakan sosiologi? Menurut Berger dan Berger pemikiran sosiologi
berkembang manakala masyarakat menghadapi ancaman terhadap hal yang selama ini danggap sebagal
hal yang memang sudah seharusnya demikian, benar, nyata-menghadapi apa yang oleh Berger dan Berger
disebut threats to the taken-for-granted world (lihat Berger dan Berger, 1981:30).
Peristiwa apa sajakah yang oleh para pemikir Eropa di abad ke-18 dianggap sebagal ancaman
terhadap hal yang oleh masyarakat telah diterima sebagal kenyataan ataupun kebenaran? Salah
satu hal yang menurut Berger dianggap sebagal ancaman lalah disintegrasi kesatuan masyarakat abad
pertengahan, khususnya disintegrasi dalam agama Kristen.L. Laeyendecker pun mengaitkan kelahiran
sosiologi dengan serangkaian perubahan ber jangka panjang yang melanda Eropa Barat di Abad
Pertengahan.
Proses perubahan jangka panjang yang diidentifikasi
Laeyendecker :
1. Tumbuhnya kapitalisme pada akhir abad ke-15,
2. Perubahan di bidang sosial dan politik,
3. Perubahan berkenaan dengan reformasi Martin Luther,
4. Meningkatnya Individualisme,
5. Lahirnya Ilmu pengetahuan modern,
6. Berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri.
Laeyendecker pun menyebutkan dua revolusi yang terjad abad ke-16, yaitu
1. Revolusi Industri
2. Revolusi Perancis (lihat Laeyendecker, 1983:11-43).
Berbagai proses perubahan sosial berjangka panjang yang dijabarkan Laeyendecker dan fuzer Itulah
ancaman terhadap tatanan sosial" (threats to the taken-for-granted world) yang begitu menggoncang
masyarakat Eropa dan seakan membangunkannya setelah terlena beberapa abad.
Berikut yang tergolong dalam perintis sosiologi, para tokoh sosiologi klasik . Meskipun sebagaimana telah
nampak dari daftar nama di atas--para ahli sosiologi tidak selalu menyebutka nama yang sama, namun-
sebagaimana dikemukakan oleh Inkeles (1965)-para ahli diantaranya:
1. Auguste Comte (1798-1857)
2. Karl Marx (1818-1883)
3. Emile Durkheim (1858-1917)
4. Max Weber (1864-1920)
RINGKASAN
Menurut Peter Berger pemikiran sosiologis berkembang anak anusyarakat menghada ancaman
terhadap hal yang selama Ini dianggap sebagal hal yang memang sudah seharusnya demikian, benar,
nyata. Manakala hal yang selama ini menjadi pegangan manusia mengalam krisis, maka mulailah orang
melakukan renungan sosiologis: Para pemuka pemikiran sosiologis terdiri atas jumlah oleh Masik
seperti Saint-Simon Comte, Spencer, Durkheim, Weber, Marx, dar. tokoh moden, seperti sorokin,
Mead, Cooley,Simmel, Merd, Goffman, Hamans, Thibaut dan Kelly, Blau, Parsons, Merton, Mills,
Dahrendorf,Coser, dan Collins.
Antara pemikiran para perintis awal dan pemikiran para tokoh sosiologi masa kini terdapat suatu
kesinambungan--suatu benang merah. Sebagian besar konsep dan teori sosiologi masa kini berakar
pada sumbangan pikiran para tokoh klasik. Para ahli agaknya akan cenderung sepaham bahwa Auguste
Comte, Herbert Spencer, Emile Durkheim, Karl Marx dan Max Weber merupakan parintis sosiologi.
BAB 2
Pokok-pokok Bahasan Sosiologi
Merupakan pokok bahasan sosiologi kita mula-mula akan berpaling ke pandangan dua orang
perintis sosiologi, yaltu Durkheim dan Weber. Kedua tokoh ini dipilih karena keduanya dengan rinci
menguraikan pokok bahasan sosiologi. Kita kemudian akan memperhatikan pula pandangan para
ahli sosiologi masa kini, yang di sini akan diwakili oleh dua orang tokoh: Mills-dan Berger. Pada akhir
Bab 2 ini kita akan melihat pembagian sosiologi berdasarkan pokok bahasannya-pembagian sosiologi
dalam mikrososiologi, mesososiologi, dan makrososiologi.
PANDANGAN PARA PERINTIS
PANDANGAN PARA PERINTIS Entile Durkheim: Fakta Sosial
Sebagaimana telah disebutkan dalam Bab 1, Emile Durkhelm berpendapat bahwa sosiologi
lalah suatu ilmu yang mempelajari apa yang dinamakannya fakta sosial (falt social). Menurut
Durkheim fakta soslal merupakan cara bertindak, berplldr, dan berperasaan, yang berada di
luar Individu, dan mempunyal kekuatan memaksa yang mengendalikannya, sebagaimana
nampak dari definisi berikut inl:
Here, then, is a category of facts with very distinctive characteristics: It consists of ways of
acting, thinking, and feeling, external to the Individual, and endowed with a power of
coercion, by reason of which they control him..... these ways of thinking and acting...
constitute the proper domain of sociology (Durkheim, 1965:3-4).
Dalam Bab 1 dan pada awal Bab 2 kita telah menjumpai berbagai cara untuk men sosiologi. Dari pandangan
empat ahli sosiologi tersebut di atas kita telah melihat adanya samaan maupun perbedaan pendapat
mengenal apa yang seharusnya merupakan pokok bahasan sosiologi. Ada perintis sosiologi yang membagi
sosiologi menjadi statika sosial-dinas sosial (Comte); ada pula yang membagi sosiologi dalam sejumlah
subdisiplin (Durkhe Pembagian para tokoh awal inl hingga kini masih tetap berpengaruh. Pembedaan
antara terhadap struktur sosial dan terhadap proses sosial yang dilakukan banyak ahli sosiologi kini,
misalnya, mencerminkan pengaruh klasifikasi Comte: statika sosial-dinamika sosial.
Suatu usaha untuk menjabarkan perbedaan antara makrososiologi dan mikrososiolog jumpai, antara lain,
dalam pandangan Randall Collins (1981). Collins mengemukakan mikrososiologi melibatkan analisis terinci
mengenal apa yang dilakukan, dikatakan, dan dip manusia dalam laju pengalaman sesaat, sedangkan
makrososiologi melibat analisis proses berskala besar dan berjangka panjang. Collins menetapkan dua
landasan empiris untuk bedakan mikrososiologi dengan makrososiologi, yaitu faktor waktu dan ruang.
RINGKASAN
Durkheim berpendapat bahwa sosiologi ialah suatu ilmu yang mempelajari fakta s Menurut
Durkheim fakta sosial merupakan cara bertindak, berpikir, dan berperasaan, yang be di luat
individu, dan mempunyal kekuatan memaksa yang mengendalikannya. Baol Weber sosiologi
ialah suatu ilmu yang mempelajari tindakan sosial, yaitu tindakan dilakukan dengan
mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi pada perilaku lain. Karena sosiologi
bertujuan memahami (Verstehen) mengapa tindakan sosial mem arah dan akibat tertentu,
sedangkan tiap tindakan mempunyai makna subjektif bagi pelak ditulis Durkheim, The
Division of Labor In Society (1968) dan Suleide (1968).
BAB 3
Sosialisasi
Peter Berger (1978) mencatat adanya perbedaan penting antara manusia dengan makhluk lain. Berbeda
dengan makhluk lain yang seluruh perilakunya dikendalikan oleh naluri yang diperoleh sejak awal
hidupnya, maka di saat lahir manusia merupakan makhluk tak berdaya karena dilengkapi dengan naluri
yang relatif tidak lengkap. Oleh sebab itu manusia kemudian me ngembangkan kebudayaan untuk mengisi
kekosongan yang tidak diisi oleh naluri. Hewan tidak perlu menentukan apa yang harus dimakannya
karena hal itu diatur naluri; manusia harus memutuskan sendiri apa yang harus dimakannya dan
kebiasaan yang kemudian ditegakkannya menjadi baglan kebuda-yaannya. Karena keputusan yang diambil
suatu kelompok dapat berbeda dengan kelompok lain maka kita menjumpai keanekaragaman kebiasaan
di bidang makanan. Ada kelompok yang makanan pokoknya nasl; ada yang sagu; ada yang roti. Kalau
hewan berjenis kelamin berlainan dapat saling berhubungan karena naluri, maka manusia harus
mengembangkan kebiasaan mengenal hubungan laki-laki dan perempuan.
Apa yang dipelajari seseorang dalam proses sosialisasi? Menurut Berger, dan menurut sejumlah tokoh
sosiologi yang teorinya akan kita bahas, yang diajarkan melalui sosialisasi lalah peran-peran. Oleh sebab itu
teori sosialisasi sejumlah tokoh sosiologi merupakan teori mengenal peran (role theory).
• PEMIKIRAN MEAD
Salah satu teori peran yang dikaitkan dengan sosialisasi lalah teori George Herbert Mead. Dalam teorinya
yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972), Mead menguraikan tahap pengembangan diri (self)
manusia. Manusia yang baru lahir belum mempunyal dirt. Diri
• PEMIKIRAN COOLEY
Pandangan lain yang juga menekankan pada peran interaksi dalam proses sosialisasi tertuang dalam buah
pikiran Charles H. Cooley. Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melaiu)
interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalul interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley
diberi nama looking-glass self.
AGEN SOSIALISASI
Puller dan Jacobe (1873:150-008) mengidentifikasikan empat agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok
bermain, media massa dan sistem pendidikan. .
Keluarga
KESEPADANAN PESAN AGEN SOSIALISASI BERLAINAN
Sebagaimana telah kita lihat dari pemikiran Dreeben mengenal sosialisasi di sekolah, ma pesan-pesan
yang disampalkan oleh agen sosialisasi yang berlainan tidak selamanya sepadan a dengan yang lain. Apa
yang diajarkan keluarga mungkin berbeda dan bahkan mungkin b tentangan dengan apa yang diajarkan
sekolah. Hal sarupa berlaku pula bagi agen-agen scala feln. Kelakuan yang dilarang oleh keluarga maupun
sekolah, seperti misalnya merokok, min minuman keras, pelanggaran nusila atau penyalahgunaan
narkotika dipelajari anak dari ap sosialisasi lain seperti teman bermain dan media massa.
SOSIALISASI PRIMER DAN SEKUNDER
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusla. Dalam kaltan Inilah para
ahli berbicara mengenal bentuk-bentuk proses sosialisasi seperti sosialisasi setelah masa kanak-kanak
(socialization after childhood), pendidikan sepanjang hidup (lifelong education), atau pendidikan
berkesinambungan (continuing education). Light et al. (1989:130) mengemukakan bahwa setelah
sosialisasi dini yang dinamakannya sosialisasi primer (primary socialization) kita menjumpai sosialisasi
sekunder (secondary socialization). Berger dan Luckmann (1967) mendefinisikan sosialisasi primer
sebagal sosialisasi pertama yang dijalani Individu semasa kecil, melalul mana la menjadi anggota
masyarakat, sedangkan sosialisasi sekunder mereka definisikan sebagai proses berikutnya yang
memperkenalkan individu yang telah disosialisasi ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya
(Berger dan Luckmann, 1967:130).
POLA SOSIALISASI
Beberapa tahun yang lalu masyarakat kita dihebohkan oleh beberapa kasus hukuman fisik yang dilakukan
orang tua terhadap anak mereka yang dinilai tidak menaati perintah sehingga mengakibatkan kematian
anak tersebut. Kasus ini merupakan contoh ekstrem satu pola sosialisasi yang oleh Jaeger (1977, dengan
mengutip karya Bronfenbrenner dan Kohn) dinamakan sosialisasi represif (repressive socialization).
Sosialisasi represif menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Menurut Jaeger
sosialisasi represif pun mempunyal ciri lain seperti penekanan. pada penggunaan materi dalam hukuman
dan imbalan; penekanan pada kepatuhan anak pada orang tua; penekanan pada komunikasi yang bersifat
satu arah, nonverbal dan berisi perintah; penekanan titik berat sosialisasi pada orang tua dan pada
keinginan orang tua; dan peran keluarga sebagal significant other.
RINGKASAN
Menurut Berger manusia merupakan makhluk tak berdaya karena dilengkapi dengan naturl yang relatif tidak
lengkap. Oleh sebab itu manusia kemudian mengembangkan kebuda-yaan untuk mengisi kekosongan yang
tidak diisi oleh naluri.
Berger mendefinisikan sosialisasi sebagal proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota
yang berpartisipasi dalam masyarakat.
Beberapa orang ahli sosiologi berpendapat bahwa yang diajarkan melalul sosialisasi lalah peran-peran. Oleh
sebab itu teori sosialisasi sejumlah tokoh sosiologi merupakan teori menge-nal peran.
Dalam teori Mead manusia berkembang secara bertahap melalul Interaksi dengan anggota masyarakat lain.
Menurut Mead pengembangan diri manusia ini berlangsung melalui tahap play stage, tahap game stage, dan
tahap generalized other. Mead berpandangan bahwa setiap anggota baru masyarakat harus mempelajari
peran-peran yang ada dalam masyarakat--suatu proses yang dinamakannya pengambilan peran (role taking).
BAB 4
INTERAKSI SOSIAL
Sejumlah ahil sosiologi mengkhususkan diri pada studi terhadap Interaksi sosial. Ini sesual
dengan pandangan atill sosiologi seperti Max Weber bahwa pokok pembahasan sosiologi
ialah tindakan sosial. Dalam sosiologi berkembang cabang yang mengkhususkan diri pada
kehidupan sehari-hari yang dikenal dengan nama-nama seperti "the sociology of everyday
life situations" (That Douglas, 1973), "the sociology of the familiar hat Birenbaum dan
Sagarin, 1973), atau "down to earth sociology" lihat Henslin, 1981). Dengan demikian "down
to earth sociology" memang mempelajari hal yang bersifat "down to earth" (praktis,
realistis), seperti hubungan antara dokter dan juru rawat, hubungan antara supir taksi dan
penumpang taksinya, hubungan antara penodong dengan korbannya, hubungan petugas
penjara dengan para tahanan (Ilhat Heslin, 1981),
"Sociology of the famillar" pun membahas hal yang bersifat "famillar" (dikenal) seperti parilaku para
pejalan kaki tatkala berpapasan, Interaksi antara penumpang kereta api, Interaksi antara pelayan restoran,
juru masak dan para pelanggan restoran (Ilhat Birenbaum dan Sagarin, 1973), Di bawah judul "the
sociology of everyday life" Henslin antara lain membahas Interaksi antara dokter ahli kandungan, pasien
dan juru rawat di kamar praktik dokter; interaksi antara penata rambut di salon kecantikan dengan
sesama penata rambut dan dengan para pelanggan salon; Interaksi antara laki-laki homoseks dengan
sesama laki-laki homoseks dan dengan orang lain (lihat Henslin dalam Douglas, 1973).
• INTERAKSIONISME SIMBOLIK
Untuk mempelajari Interaksi sosial digunakan pendekatan tertentu, yang dikenal dengan
Interactionist perspective (Douglas, 1973). Di antara berbagai pendekatan yang digunakan untuk
mempelajari Interaksi sosial, dijumpai pendekatan yang dikenal dengan nama Inter asionisme
simbolik (symbolic Interactionism). Pendekatan Ini bersumber pada pemikiran George Herbert
Mead. Dari kata Interaksionisme sudah nampak bahwa sasaran pendekatan In! lalah na sosial, kata
simbolik mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam Interaksi.
• DEFINISI SITUASI
Konsep lain yang juga penting diperhatikan dalam bahasan mengenal interaksi sosial lalab konsep
definisi situasi (the definition of the situation) dari W. 1. Thomas (1968),
• ATURAN YANG MENGATUR INTERAKSI
Definisi situasi yang menurut Thomas dibuat oleh masyarakat Itu merupakan aturan yang mengatur
Interaksi manusia. Aturan apa sajakah yang menuntun perilaku manusia di kala mereka berinteraksi?
Dalam bukunya Symbols, Selves, and Society: Understanding Interaction David A. Karp dan W.C. Yoels
(1979) menyebutkan tiga jenis aturan, yaitu aturan mengenal ruang, me ngenal waktu, dan mengenal
gerak dan sikap tubuh. Karena sebagian uralan mereka didasarkan pada karya ahli antropologi Edward T.
Hall, maka tulisan Hall akan kita kajl lebih mendalam.
• KOMUNIKASI NONVERBAL
Suatu hal penting yang dikemukakan Hall ialah bahwa dalam interaksi orang lain membaca perilaku kita--
bukan kata kita (Ilhat Hall, 1981:xiv). Ini penting untuk diperhatikan, karena dalam Interaksi kita tidak
hanya memperhatikan apa yang dikatakan orang lain tetapi juga apa yang dilakukannya. Hall dan Hall
(1971) mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal (nonverbal communication) atau bahasa tubuh (body
language), yang menurutnya ada sebelum ada bahasa lisan dan merupakan bentuk komunikasi pertama
yang dipelajari manusia, kita gunakan secara sadar maupun tidak untuk menyampalkan perasaan kita
kepada orang lain. Menurut Karp dan Yoels (1979:11) studi sosiologis terhadap gerak tubuh dan Isyarat
tangan Ini dinamakan kinesics.
INTERAKSI DAN INFORMASI
Dalam Bab 3 kita telah melihat pandangan Mead bahwa melalui proses sosialisasi kita belajar untuk
mengambil peran orang lain (role-taking), dan bahwa kemampuan mengambil peran orang Isin
memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Pendekatan Mead Inl digunakan Karp dan
Yoels untuk memahami Interaksi. Dalam buku mereka berjudul Symbols, Salver and Society: Understanding
Interaction (1979) mereka antara lain mengemukakan bahwa untuk dapat berinteraksi, untuk dapat
mengambil peran orang lain seseorang perlu mempunyai:
• Warna Kulit
Menurut Karp dan Yoels ciri yang dibawa sejak lahir seperti jenis kelamin, usia dan ras sangat menentukan
Interaksi. Dalam masyarakat yang mengenal diskriminasi ras seperti Amerika Serikat, misalnya, Interaksi
tergantung pada warna kulit orang yang berinteraksi.
• Usia
Usia pun merupakan suatu faktor yang ikut menentukan pola interaksi. Dalam banyak masyarakat interaksi
dengan orang yang dianggap lebih tua--kakek-nenek, ayah-ibu, paman-bibi sering berbeda dengan interaksi
dengan orang yang sebaya serta dengan orang yang lebih muda seperti adik, anak, kemenakan, cucu.
• Jenis Kelamin
Jenis kelamin sangat mempengaruhi Interaksi. Dalam percakapan di kalangan laki-laki, misalnya, kita
sering mendengar pokok bahasan tertentu (misalnya pengalaman di bidang seks) serta kata tertentu
(seperti kata maklan) yang tidak akan dikemukakan manakala pembicaraan itu dihadiri perempuan. Hal
yang sebaliknya pun dapat terjadi pula; David Kent (1980), misalnya, mengisahkan bagaimana
sekelompok mahasiswi Wellesley College (suatu perguruan tinggi khusus untuk perempuan di Boston,
A.S.) duduk di ruang makan kampus sambil saling menukar informasi mengenal pengalaman seks mereka
tanpa mempedulikan bahwa percakapan mereka dapat didengar oleh seorang mahasiswa laki-laki yang
sedang makan di ruang makan tersebut.
• Penampilan fisik
Karp dan Yoels mengemukakan bahwa selain ciri yang dibawa sejak lahir tersebut di atas faktor
penampilan pun mempengaruhi Interaksi. Mereka menyajikan sejumlah hasil penelitian yang antara lain
memperlihatkan bahwa orang yang berpenampilan fisik menarik lebih mudah mem peroleh pasangan,
dan bahwa orang yang merasa dirinya tidak menarik mengeluh karena mengalami kesukaran dalam
pergaulan
• Bentuk Tubuh
Suatu faktor lain yang dikemukakan Karp dan Yoels lalah bentuk tubuh. Mereka melaporkan temuan
penelitian Wells dan Siegal bahwa orang cenderung menganggap adanya keterkaitan antara bentuk tubuh
dan watak manusia. Orang yang berbentuk tubuh endomorph (bulat, gemuk) dianggap mempunyal
sejumlah ciri watak tertentu, antara lain tenang, santal, pemaaf; orang yang berbentuk tubuh
mesomorph (atletis dan berotot) dominan, yakin, aktif; dan orang yang berbentuk tubuh ectomorph
(tinggi, kurus) tegang dan pemalu.
• Pakaian
Pernahkah Anda mengalami bahwa oleh petugas suatu kantor stau tempat hiburan disapa dengan sebutan
"Bapak" atau "Ibu" karena mengenakan busana tertentu (misalnya p resmit), dan diperlakukan dengan
kurang hormat karena berpakalan lain (misalnya pakaian s sepert! blue jeans dan T-shirt.
• Wacana
Faktor terakhir yang mempengaruhi Interaksi talah apa yang diucapkan para pelaku. Dala suatu
percakapan kita tentu pernah mendengar bagaimana seseorang kadangkala mengucapk kalimat seperti
"saya kemarin tidak dapat rapat karena mendadak dipanggil Pak Menteri, tas i saya bell waktu saya ke
Roma," "saya besok harus menghadap ke Istana" atau "Jangan cata besok, karena Sabtu pagi saya main
golf." Selain merupakan bagian dari suatu topik yang seda dibicarakan, ungkapan-ungkapan seperti itu
berfungsi pula untuk menunjukkan status si pembicar -bahwa la berkuasa, mempunyal prestise, kaya. Karp
dan Yoels (1979:71-73) mengemukak bahwa pertanyaan mengenal tempat tinggal, jumlah anak, pekerjaan
yang sedang dilakukan ata pekerjaan suami/istri pun dapat berfungsi sebagai pencarian Informasi
mengenal status orar dengan siapa kita berbicara (Misalnya: Apakah lawan bicara kita tinggal di daerah
permukima elite, kelas bawah, atau daerah kumuh? Apakah la seorang manajer, seorang pegawai
administrati atau seorang pekerja kasar? Apakah la masih gadis/jajaka, ataukah sudah berkeluarga?).
GOFFMAN DAN PRINSIP DRAMATURG
"All the world's a stage and all the men and women merely players" Shakespeare (Karp dan Yoels,
1979:76)
Salah seorang ahli sosiologi masa kini yang memberikan sumbangan penting terhadap kajian Interaksi
ialah Erving Goffman. Ia menggunakan prinsip yang dinamakan dramaturgi (dramaturgy), yang oleh
Margaret Poloma didefinisikan sebagal "pendekatan yang meng gunakan bahasa dan khayalan teater
untuk menggambarkan fakta subjektif dan objektif dari interaksi sosial" (1979:271, diterjemahkan
penulis). Usaha Goffman untuk mempelajari Interaksi dengan memakal bahasa dan khayalan teater Inl
agaknya dillhami oleh pendapat Sheakespeare bahwa dunia merupakan suatu pentas dan semua laki-laki
dan perempuan merupakan pemain.
DARI BERJUMPA SAMPAI BERPISAH
Anda memasuki perguruan tinggi bersama-sama dengan ratusan, atau bahkan ribuan lulusan sekolah
lanjutan atas lain. Dari sekian ratus mahasiswa yang dahulu memasuki fakultas Anda bersama Anda, dari
seklan puluh yang bersama Anda diterima di jurusan Anda, berapa orangkah yang Anda kenal sangat baik
dan bahkan berhubungan dengan Anda secara Intim? Berapa orang yang Anda kenal secara sambil lalu
saja? dan berapa orangkah yang Anda tidak atau belum kenal samasekali (dalam arti belum pernah
berkomunikasi dengan Anda, balk secara lisan maupun nonverbal) dan mungkin juga tidak akan pernah
Anda kenal? Pertanyaan Inl dimaksudkan untuk membuat Anda peka terhadap kenyataan bahwa
sebenarnya ruang cakupan Interaksi cukup luas-mulal dari Interaksi antara orang yang tidak saling
mengenal sampal Interaksi antara orang yang hubungannya sangat Intim. Dalam bukunya Social
Intercourse: From Greeting to Goodbye (1978) Mark L. Knapp membahas berbagal tahap yang dapat
dicapal dalam Interaksi. Dari tulisan ini kita melihat bahwa tahap Interaksi yang disebut-kannya dapat kita
bagi dalam dua kelompok besar--tahap yang mendekatkan peserta Interaksi, dan tahap yang men
jauhkan mereka.
RINGKASAN
Di antara berbagal pendekatan yang digunakan untuk mempelajari Interaksi sosial, dijumpal pendekatan
yang dikenal dengan nama interaksionisme simbolik. Pendekatan ini bersumber pada pemikiran George
Herbert Mead.
Simbol merupakan sesuatu yang nilal atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang
mempergunakannya. Makna suatu simbol hanya dapat ditangkap melalul cara non-sensoris. Menurut
Blumer pokok pikiran Interaksionisme simbolik ada tiga. Pertama: manusia bertindak terhadap sesuatu
atas dasar makna yang dipunyal sesuatu tersebut baginya. Kedua: makna yang dipunyal sesuatu tersebut
berasal atau muncul dari Interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya. Ketiga: makna
diperlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran, yang digunakan orang dalam menghadapi
sesuatu yang dijumpainya,
Bab 5
Tatanan Sosial dan Pengendalian Sosial
POKOK PEMBAHASAN MAKROSOSIOLOGI
Sebagaimana telah kita lihat dalam pembahasan mengenal sosiologi dalam mikrososiologi dan
makrososiologi, maka mesososiologi dan makrososiologi mempelajari tatanan makro-mempelajari
struktur sosial; menurut Randall Collins (1981) makrososiologi menganalisis proses sosial berskala besar
dan berjangka panjang. Dalam skala ruang dan waktu yang disusun Collins pokok perhatian
makrososiologi bergerak dari kerumunan, organisasi ke arah komunitas dan masyarakat teritorial, dan
dari hari, minggu, bulan, tahun ke abad. Makro-sosiologi tidak memperhatikan apa yang terjadi dengan
Individu atau kelompok kecil dan apa yang terjadi dalam jangka waktu pendek seperti detik, menit, dan
jam melainkan proses jangka panjang seperti sekularisasi, rasionalisasi, Industrialisas!, modernisasi,
munculnya kapitalisme, urbanisasi
BAB 5
Tatanan Sosial dan Pengendalian Sosial
POKOK PEMBAHASAN MAKROSOSIOLOGI
Sebagaimana telah kita lihat dalam pembahasan mengenal sosiologi dalam mikrososiologi dan
makrososiologi, maka mesososiologi dan makrososiologi mempelajari tatanan makro-mempelajari
struktur sosial; menurut Randall Collins (1981) makrososiologi menganalisis proses sosial berskala besar
dan berjangka panjang. Dalam skala ruang dan waktu yang disusun Collins pokok perhatian
makrososiologi bergerak dari kerumunan, organisasi ke arah komunitas dan masyarakat teritorial, dan
dari hari, minggu, bulan, tahun ke abad. Makro-sosiologi tidak memperhatikan apa yang terjadi dengan
Individu atau kelompok kecil dan apa yang terjadi dalam jangka waktu pendek seperti detik, menit, dan
jam melainkan proses jangka panjang seperti sekularisasi, rasionalisasi, Industrialisas!, modernisasi,
munculnya kapitalisme, urbanisasi
• STRUKTUR SOSIAL
Menurut Douglas (1973) mikrososiologi mempelajari situasi sedangkan makrososiologi mempelajari
struktur. Apa yang dimaksudkan ahli sosiologi dengan konsep struktur sosial? Ternyata Jawabnya tidak
semudah yang kita duga, mengingat bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempunyal banyak teori dan
paradigma. Seseorang yang mempelajari mikrososiologi seperti George C. Homans mengaitkan struktur
dengan perilaku sosial elementer dalam hubungan sosial sehari-hari, sedangkan seseorang yang
mempelajari makrososiologi, seperti misalnya Gerhard Lenski, berbicara mengenal struktur masyarakat
yang diarahkan oleh kecen-derungan jangka pandang yang menandal sejarah. Kalau Talcott Parsons, yang
bekerja pada jenjang makrososiologi, berbicara mengenal struktur la berbicara mengenal
kesalingterkaitan antara institusi, bukan kesalingterkalten antarmanusia, maka Coleman melihat struktur
sebagai pola hubungan antar manusia dan antarkelompok manusia (mengenal pandangan Lenski, Parsons
dan Coleman ini lihat Blau, 1975).
• INSTITUSI SOSIAL
Durkheim mengemukakan bahwa sosiolog! mempelajari Institusi. Dalam bahasa Indonesia dijumpal
terjemahan berlainan dari konsep Institution. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1964),
misalnya, menggunakan Istilah "lembaga kemasyarakatan" sebagal ter-jemahan konsep social Institution.
Koentjaraningrat, Mely G. Tan dan Harsja W. Bachtiar menggunakan Istilah "pranata."
Sebagaimana halnya dengan konsep lain, maka mengenal konsep Institusi pun dijumpai berbagat definist,
Kornblum (1983:60) membuat definisi sebagai berikut: "... an institution is a more or less stable structure
of statuses and roles devoted to meeting the basic needs of people.
• MASYARAKAT
Dari berbagai definisi telah kita lihat bahwa makrososiologi mempelajari masyarakat. Bagal. manakah
konsep masyarakat didefinisikan dalam sosiologi? Marion Levy (libat Inkeles, 1965) mengemukakan
empat kriteria yang perlu dipenuhi agar suatu kelompok dapat disebut masyarakat, yeltu (1) kemampuan
bertahan melebihi masa hidup seorang Individu; (2) rekrutmen seluruh atau sebagian anggota melalul
reproduksi; (3) kesetiaan pada suatu sistem tindakan utama bersama'; (4) adanya sistem tindakan utama
yang bersifat "swasembada." Inkeles mengemukakan bahwa suatu kelompok hanya dapat kita namakan
masyarakat bila kelompok tersebut memenuhi keempa Kriteria tersebut.
RINGKASAN
Makrososiologi menggunakan sudut pandangan struktural, sudut pandangan klasik Durkheim. dan
Perumusan Durkheim mengenal pokok pembahasan sosiologi menunjukkan bahwa pokok perhatian cu
sosiologi ialah tatanan meso dan makro, karena fakta sosial mengacu pada institusi yang me er
ngendalikan Individu dalam masyarakat, Durkheim berpandangan bahwa sosiologi lalah limu kt
masyarakat dan mempelajari institusi.
Homans mengaitkan struktur dengan perilaku sosial elementer dalam hubungan sosial sehan hari. Lenski
berbicara mengenal struktur masyarakat yang diarahkan oleh kecenderungan jangkapanjang yang
menandal sejarah. Di kala Talcott Parsons berbicara mengenal struktur la berbicara mengenal
kesalingterkaitan antara institusi, bukan kesalingterkaitan antarmanusia. Coleman melihat struktur
sebagal pola hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia.
BAB 6
Institusi Sosial
Sebagaimana telah dikemukakan oleh Durkheim, sosiolog! merupakan Ilmu yang mempelajari Institusi. Di
sini kita akan melihat sejumlah institusi utama, yaitu Institusi di bidang ekonomi, politik, keluarga,
pendidikan, dan agama. Studi terhadap Institusi tersebut telah menghasilkan berbaga! cabang khusus
dalam sosiologi, antara lain sosiologi perekonomian, sosiologi politik, sosiologi keluarga, sosiologi
pendidikan, dan sosiologi agama.
INSTITUSI KELUARGA
• Tipe Keluarga
Dalam sosiologi keluarga blasanya dikenal pembedaan antara keluarga bersistem konsanguinal dan
keluarga bersistem konjugal (lihat, antara lain, Clayton, 1979:49). Keluarga yang bersistem konsanguínal
menekankan pada pentingnya Ikatan darah, seperti misalnya hubungan antara seseorang dengan orang
tuanya. Ikatan seseorang dengan orang tuanya cenderung dianggap lebih penting daripada Ikatannya
dengan suami atau Istrinya. Dalam keluarga Jepang atau Tionghoa tradisional, misalnya, seorang anak
laki-laki akan memihak orang tuanya manakala orang tuanya berselisih dengan Istrinya.
• Aturan Mengenal Perkawinan
Setiap masyarakat mengenal berbagal aturan mengenal perkawinan. Ada aturan me ngenal apakah jodoh
harus berasal dari anggota kelompok sendiri ataukah harus dari kelompok lain, dan siapa di antara
anggota kelompok sendiri yang boleh ataupun tidak boleh dinikah; mengenal Jumlah orang yang boleh
dinikah pada waktu yang sama; mengenal tempat menetap setelah perkawinan; dan aturan mengenal
penentuan garis keturunan.
• Incest Taboo
Satu aturan yang dijumpai dalam semua masyarakat mengatur mengenal slapa yang boleh P dan tidak
boleh dinikah. Salah satu di antaranya ialah Incest taboo (larangan hubungan sumbang, d Inser, sumbang
muhrim), yang melarang hubungan perkawinan dengan keluarga yang sangat dekat seperti perkawinan
seorang anak dengan salah seorang orang tuanya atau perkawinan p antara saudara kandung. Menurut
Clayton (1979) farangan hubungan sumbang ini tidak terbatas pada orang yang mempunyai hubungan
darah sangat dekat (orang tua-anak, saudara kandung) tetapi sering mencakup pula kerabat di luar orang
tua dan saudara kandung. Meskipun incest taboo dijumpai dalam semua masyarakat, namun para ahli
sosiologi mencatat bahwa padi kelompok tertentu dalam masyarakat dapat dijumpai pengecualian;
Russel Middleton menge mukakan, misalnya, bahwa di kalangan raja Mesir kuno, Yunani kuno dan
Romawi kuno banyak dijumpai perkawinan kakak-adik atau perkawinan anak orang tua (lihat Clayton,
1979:52-53).
• Bentuk Perkawinan
Pada dasamya kita mengenal dua macam bentuk perkawinan: monogami (perkawinan antan seorang laki-
laki dengan seorang perempuan pada saat yang sama) dan poligami (perkawinan antara seorang laki-laki
dengan beberapa perempuan pada waktu yang sama, atau antan. seorang perempuan dengan beberapa
orang laki-laki pada waktu yang sama). Poligami dibagi lag dalam bentuk perkawinan: poligini (polygyny,
yaitu perkawinan antara seorang laki-laki dengar lebih dari seorang perempuan pada waktu yang sama),
pollandri (polyandry, perkawinan antar seorarig perempuan dengan lebih dari seorang laki-laki pada
waktu yang sama), dan perkawina kelompok (group marriage, perkawinan dua orang laki-laki atau lebih
dengan dua orang perempua atau lebih pada waktu yang sama). Kita pun mengenal bentuk poligini
khusus yang dinamaka sororal polygyny, yaitu perkawinan antara seorang laki-laki pada waktu yang sama
deng beberapa urang perempuan yang merupakan saudara kandung (Linat Claycon, 1979:55).
Aturan lain yang berlaku dalam hubungan perkawinan talan eksogami (exogamy) endogami (endogamy),
Eksogami merupakan sistem yang melarang perkawinan tangan aud
• Aturan Mengenai Keturunan
Dalam hal penarikan garis keturunan kita mengenal aturan patrilineal, bilateral, ma trilineal, dan
keturunan rangkap (double descent. Lihat Clayton, 1979). Pada system patrilineal, yang menurut
Murdock merupakan sistem yang paling banyak dijumpai, garis keturunan ditarik melalul laki-laki. Pada
sistem bilateral, yang banyak dijumpai pada berbagal masyarakat meskipun dak sebanyak sistem
patrilineal, garis keturunan ditarik melalui pihak laki-laki dan perempuan. Pada sistem matrilineal garis
keturunan ditarik melalui perempuan. Pada sistem keturunan rangkap garis keturunan ditarik melalui laki-
laki secara patrilineal dan melalui perempuan secara matrilineal. Pada melalui laki-laki sedangkan garis
keturunan untuk orang lain ditarik melalui garis Ibu. Pola demidan antara lain dijumpai pada orang Dayak
di Kalimantan Tengah (lihat Danandjaja, 1971b).
• Pola Menetap
Di mana pasangan menetap setelah menikah? Mengenal hal ini dikenal pola yang berbeda beda, yaitu
pola patrilokal, pola matri-patrilokal, pola matrilokal, pola patri-matrilokal, pola bilokal, pola neolokal,
serta pola avunculoka! (Ilhat Clayton, 1979:67-68). Pada pola patrilokal pasangan yang baru menikah
menetap bersama keluarga plhak laki-laki. Pada pola matri-patrilokal Suami mula-mula menetap bersama
keluarga plhak perempuan, tetapi kemudian pasangan menetap bersama keluarga pihak laki-laki. Pada
pola matrilokal pasangan menetap bersama keluarga pihak perempuan. Pada pola patri-matrilokal
pasangan yang baru menikah semula menetap di keluarga pihak laki-laki, dan kemudian pindah ke
keluarga plhak perempuan. Pola bllokal lalah pola yang di dalamnya pasangan yang baru menikah dapat
memilih untuk menetap di keluarga laki-laki ataupun perempuan. Pola avunculokal merupakan suatu pola
matrilineal yang di dalamnya seorang laki laki menetap di desa paman dari fihak Ibu (kakak laki-laki
Ibunya). Sedangkan pola menetap neolokal lalah pola yang di dalamnya pasangan suami-istri setelah
menikah bebas untuk memilih tempat menetap di luar tempat keluarga laki-laki ataupun fihak
perempuan.
• Fungsi Keluarga
Sebagaimana halnya dengan Institusi lain, maka keluarga pun menjalankan fungsi. Apa fungs keluarga?
Para Ilmuwan sosial ahli sosiologi mengidentifikasikan berbagal fungsi. Horton dan Hunt (1984:236-242)
mengidentifikasikan beberapa di antaranya, yaitu fungsi pengaturan seks, repro duksi, sosialisasi, afeksi,
definisl status, perlindungan dan ekonomi.
Pertama, keluarga berfungsi untuk mengatur penyaluran dorongan seks. Tidak ada masyarakat yang
memperbolehkan hubungan seks sebebas-bebasnya antara slapa saja dalam masyarakat. Kedua,
reproduks! berupa pengembangan keturunan pun selalu dibatasi dengan eturan yang menempatkan
kegiatan ini dalam keluarga.
• Bertemu dan Berpisah Dalam Keluarga
Ikatan yang mempertallkan suami dan istri dalam perkawinan kadangkala rapuh dan bahk putus sehingga
terjadi perpisahan atau bahkan perceraian. Dengan terjadinya perceraian maka dengan sendirinya fungsi
keluarga yang telah disebutkan di atas mengalami gangguan dan piha yang bermaral maupun anak-anak
harus menyesuaikan diri dengan situasi baru. Dengan demilda peningkatan angka perceraian dalam
masyarakat pun membawa peningkatan gaya hidup Ich eluarga berceral, seperti hidup sendiri menjanda
atau menduda, adanya anale yang harus hidu dengan salah satu orang tua saja, dan bahkan mungkin
hidup terpisah dengan saudara kandung lain.
• Berkembangnya Gaya Hidup Baru
Dalam berbugal masyarakat Barat kini telah berkembang gaya hidup yang menyimpang de pola
kehidupan perkawinan dan hidup berkeluarga yang semula berlaku. Giddens mengidenti kasikan tiga
bentuk gaya hidup demikian: hidup bersama di luar nikah (cohabitation), keluar orang tua homoseks (gay
parent farmilles), dan hidup membujang. Dengan sendirinya perken bangan gaya hidup menyimpang ini
di berbagai tempat masih sering menghadapi tentanga masyarakat dan orang tua, yang mencoba
mencegah gaya hidup dernikian dengan berbagal upays termasuk di dalamnya upaya hukum.
Menurut Giddens dalam banyak masyarakat Barat kehidupan bersama di luar nikah antara laki-laki dan
perempuan usia muda mengalami peningkatan. Orang yang hidup bersama ter-seatyang sering
memperoleh keturunan, ada yang pada akhimya menikah. Dalam ma-syarakat kbaun kini telah
diidentifikasikan gejala serupa di kalangan para mahasiswa di kota besar, ya dikenal dengan istilah kumpul
kebo. Guldens mengemukakan pula bahwa kini terdapat sejumlah besar orang homoseks ( laki maupun
perempuan) yang hidup bersama sebagai suatu pasangan tetap. un antara på perempuan lesbian yang
hidup berpasangan tersebut ada yang mengasun anak kandung s seorang di antara mereka. Kini pun
mulai ada pasangan laki-laki homoseks yang mengasun and Kita belun mengetahul banyak mengenai
kehidupan berpasangan di kalangan kaum hom
• Kekerasan Dalam Keluarga
Keluarga memang berfungsi untuk menyalurkan perasaan anggota keluarga; namun keluarga merupakan
pula ajang pelampiasan nafsu. Sehubungan dengan Inl, gejala yang dikemukakan Giddens lalah sering
berlangsungnya kekerasan dalam keluarga: penganiayaan suami terhadap Istri, penganiayaan orang tua
terhadap anak, dan perkosaan orang tua terhadap anak (termasuk di dalamnya perkosaan terhadap anak
tiri, kemenakan, cucu).
INSTITUSI PENDIDIKAN
Pokok Bahasan Sosiologi Pendidika
Pendidikan merupakan Institusi yang juga mendapat perhatian besar dari para ahli sosiologi. Pokok
bahasan utama dalam sosiologi pendidikan lalah institusi pendidikan-formal, dan institusi pendidikan
formal terpenting dalam masyarakat kita lalah sekolah yang me-nawarkan pendidikan formal mulal dari
jenjang prasekolah sampal ke jenjang pendidikan tinggi baik yang bersifat umum maupun khusus
(misalnya sekolah agama atau sekolah luar blasa). Namun kita telah mengetahul pula bahwa di luar
sekolah dijumpal berbagal bentuk pendidikan luar sekolah seperti pendidikan nonformal, misalnya
kursus, dan pendidikan Informal, misalnya pendidikan yang terjad! di rumah atau melalui media massa.
Fungsi Pendidikan
Institusi pendidikan dikaitkan dengan berbagal fungsi. Dalam kaitan ini ada ahli sosiolog yang
membedakan antara fungsi manifes dan fungsi laten. Menurut Horton dan Hunt (1984) fungs manifes
Institusi pendidikan lalah, antara lain, mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencar nalkah,
mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi maupun bagi kepentinga masyarakat,
melestarikan kebudayaan, menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipas dalam demokrasi dan
sebagainya.
Fungsi manifes adalah fungsi yang tercantum dalam kurikulum sekolah. Namun kita telah melihat pula
dalam pembahasan mengenal sosialisasi bahwa sekolah pun mempunyal apa yang
dinamakan kurikulum tersembunyi atau terselubung (hidden curriculum), yaitu kurikulum yang tidak
disadari tetapi meskipun demikian berfungsi pula untuk menanamkan pengetahuan, kete rampilan atau
nilai tertentu. Kita telah melihat pandangan Dreeben mengenal aturan yang dipelajari siswa sekolah.
Dalam kaltan ini Horton dan Hunt pun menyebutkan beberapa fung laten, seperti pemupukan
keremajaan, pengurangan pengendalian orang tua, penyediaan sarana untuk pembangkangan, dan
dipertahankannya sistem kelas sosial. Adanya sekolah memungkinkan diperpanjangnya masa remaja dan
penundaan masa dewasa. Dengan bersekolah sang anak memperpanjang ketergantungan ekonomi anak
pada orang tua dan mencegah masuknya anak dalam angkatan kerja.
INSTITUSI DI BIDANG AGAMA
Agama merupakan suatu institusi penting yang mengatur kehidupan manusla. Istilah agama yang
digunakan di sini merupakan terjemahan dari kata religion--suatu istilah yang ruang Ingkupnya lebih luas
daripada istilah agama yang digunakan oleh Pemerintah RI, yang hanya mencakup agama yang diakul
Pemerintah yaitu agama Islam, agama Protestan, agama Katolik, agama Hindu, dan agama Budha. Untuk
menghindari kerancuan antara istilah agama yang digunakan Pemerintah dan istilah religion, ada ilmuwan
sosial kita yang menerjemahkan istilah elgian-yang selain agama tersebut di atas meliputi pula animisme,
totemisme, Konfusianisme, Judaisme, Taoisme--menjadi Istilah religi.
• Fungsi Agama
Apa fungsi agama? Dalam bahasannya mengenal hal ini, Horton dan Hunt (1984:271-272) membedakan
antara fungsi manifes dan fungsi laten. Menurut mereka fungsi manifes agama erkaitan dengan segi
doktrin, ritual, dan aturan perilaku dalam agama. Namun yang juga penting lketahui adalah fungsi laten
agama. Dalam kaitan ini Durkheim terkenal karena pandangannya Jahwa agama mempunyai fungsi positif
bagi integrasi masyarakat, baik pada tingkat mikro maupun makro.
• Agama dan Perubahan Sosial
Para ahli sosiologi agama mengkaji hubungan antara agama dan perubahan sosial. Ada yang
berpendapat, misalnya, bahwa agama menghambat perubahan soslal. Pandangan Ini tercermin dari
ucapan Marx bahwa "agama adalah candu bagl rakyat"; menurutnya karena ajaran agamalah maka rakyat
menerima saja nasib buruk mereka dan tidak tergerak untuk berbuat sesuatu untuk memperbalki
keadaan. Pandangan ini ditentang ahli sosiologi lain, yang menunjukkan bahwa dalam banyak masyarakat
kaum agama merupakan kekuatan revolusioner yang memimpin gerakan sosial untuk mengubah
masyarakat. Contoh yang dapat diajukan untuk mendukung pendapat demikian lalah, antara lain,
berbagal gerakan perlawanan kaum ulama di tanah air kita terhadap penjajahan Belanda, kepeloporan
para rohanlwan Katolik dalam menghadapi diktator dan rezim militer di berbagai negara Amerika Selatan,
perlawanan para rohaniwan Katolik di Polandia terhadap rezim komunis, dan gerakan para Ayatollah yang
berhasil menjatuhkan rezim Shah Iran. Kita tentu masih Ingat pula tesls Weber, yang intinya ialah bahwa
perkembangan semangat kapitalisme di Eropa Barat berhubungan secara erat dengan perkembangan
etika Protestan.
• Agama dan Institusi Lain Dalam Masyarakat
Kesalingterkaitan antara institusi agama dan Institusi lain merupakan pokok kajian yang 19 ditekuni
berbagai ahll sóstolog! aganta. Salah satu keterkaitan dijumpai di bidang keluarga sil Masuknya agama
Katolik di Pulau Flores, misalnya, dianggap sebagai faktor yang secara bertahap m menghilangkan praktik
poligami dan menghalangi terjadinya perceraian dalam masyarakat. Dalam da masyarakat yang agamanya
tidak membenarkan pembatasan kelahiran dijumpai keluarga yang gr cenderung mempunyai banyak
anak.
Kita pun dapat mengamati keterkaitan agama dengan politik. Sebelum terjadinya penyederhanaan partal
politik yang diikuti dengan diterimanya Pancasila sebagai satu-satunya asas di masa lalu, di negara kita
pernah terdapat partal politik berbasis agama seperti Masjumi, Nahdatu Ulama, PSII, Partai Kristen
Indonesia dan Partai Katolik. Sejak tahun 1998 muncul lagi berbaga partai politik berbasis agama.
Pendidikan pun merupakan Institusi yang terkait dengan agama. Dalam sistem pendidikan kita, misalnya, mata
pelajaran agama diberikan mulai dari jenjang taman kanak-kanak sampai ke pendidikan tinggi. Dalam sistem
pendidikan umum kita dijumpai lembaga pendidikan dasar. menengah dan tinggi swasta yang dikelola oleh
organisasi agarna seperti Universitas Muharama diyan, Universitas Katolik Atma Jaya, dan Universitas Kristen
Indonesia. Kita mengenal pula Tembaga pendidikan pada tingkat dasar, menengah dan tinggi ya agama seperti
INSTITUSI EKONOMI
Sebagaimana telah kita ketahui dari sejarah perkembangan sosiologi sebagai suatu disiplin mu, maka
kelahiran sosiologi dipicu oleh perubahan besar yang melanda Eropa Barat. Beberapa perubahan penting
di antaranya lalah memudarnya sistem feudalisme, berkembangnya kapl talisme, dan berkembangnya
Industrialisasi. Dengan demikian tidaklah mengherankan mengapa sejak awal para ahli sosiologi telah
tertarik pada masalah sosiologi dalam kegiatan perekonomian. Perhatian ini telah tertuang dalam karya
para ahli sosiologi awal. Kita tentu masih Ingat bagaimana Comte menguraikan teorinya mengenal tiga
tahap perkembangan masyarakat, dan bagaimana Marx menguraikan tumbuh dan berkembangnya
kapitalisme dan sosialisme.
Sosialisme
Ideologi sostalisme dapat dibagi dalam sosialisme non-Marxis dan sosialisme Mars sorialome telah ada
jauh sebelum zamannya Marx (lihat Laayendecker, 1983). Ketal dengan terjadinya penderitaan,
ketimpangan ekonomi dan ketidakadilan sebagai okt kembangnya industrialisasi dan kapitalismo telah
melahirkan gerakan sosial di berbaga Eropa abed 19, yang bertujuan merombak masyarakat ke arah
persamaan hak dan pe terhadap hak milik pribadi.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, sosiologi mempelajari Institusi di bidang ekonomi, yaitu yang
melaksanakan produksi dan distribusi barang dan jasa dalam masyarakat. Dalam masyarakat kita
menjumpal berbagai bentuk organisasi yang terlibat dalam proses produksi dan distribusi barang dan jasa
ini.
Tipe Dominasi
Kornblum (1989:459) mengemukakan bahwa polluk menentukan slapa memperoleh bilamana, dan
bagaimana, dan bahwa dasar politik lalah persaingan untuk memiliki kekuasa Dalam kaltan ini kita akan
melihat salah satu sumbangan penting Weber bagi sosiologi pot yaltu kaflannya terhadap kekuasaan dan
dominast.
Pada kekuasaan semata-mata, di pihak lain, seseorang dapat saja memaksakan k hendaknya pada pihak
lain tanpa mempunyal wewenang dan pihak yang dikuasal terpak menaatinya meskipun tidak ada
kewajiban baginya untuk berbuat demikian. Situasi demikian ki hadapl, misalnya, dalam kasus pemerasan
atau penodongan.
Suatu dominasi memerlukan keabsahan (legitimacy), yaitu pengakuan atau pembenam masyarakat
terhadap dominasi tersebut, agar penguasa dapat melaksanakan kekuasaannya seca sah. Dalam
hubungan ini Weber membedakan antara tiga jenis dominasi: dominasi kharismati dominasi tradisional,
dan dominasi legal-rasional. Dengan sendirinya ketiga tipe ini bagi Web merupakan tipe Ideal, sehingga
dalam kenyataan empirik tentu akan terjadi penggabungan anta beberapa tipe.
Proses Politik
Sosiologi politik mempelajari proses politik. Kita telah lihat bahwa dasar politik persaingan untuk
memperoleh kekuasaan. Proses politik berupa persaingan untuk mempe kekuasaan ini dapat dengan
mudah mengarah ke konflik yang dapat mengancam keut masyarakat. Oleh sebab itu suatu masalah yang
menjadi pokok perhatian Upset lalah faktor menyebabkan terjadinya konflik dan konsensus, Untuk
menjawab permasalahan In! Upset ber ke pandangan pemikir seperti Marx, Tocqueville, Weber dan
Michels (pem-bahasan berik didasarkan pada Lipset, 1963).
RINGKASAN
Dalam sosiologi keluarga dikenal berbagai pembedaan, yaitu antara keluarga yang sistem konsanguinal
dan keluarga yang bersistem konjugal, antara keluarga orientasi dan ke prokreasi, dan antara keluarga
batih dan keluarga luas. Kita mengenal beberapa tipe kalu luas, seperti joint family, dan keluarga luas
virilokal.
Semua masyarakat mengenal berbagai aturan mengenal siapa yang boleh dan Udak dinikah. Salah satu di
antaranya lalah incest taboo (larangan hubungan sumbang), yang me hubungan perkawinan dengan
keluarga yang sangat dekat.
Para ilmuwan sosial ahli sosiologi mengidentifikasikan berbagal fungsi keluarga. Yang ter penting di
antaranya lalah fungsi pengaturan seks, reproduksi, sosialisasi, afeksi, definisi status, ada perlindungan
dan ekonomi.
Ikatan perkawinan kadangkala berakhir dengan perpisahan atau bahkan perceraian.Peningkatan angka
perceraian dalam masyarakat pun membawa peningkatan gaya hidup khas keluarga berceral. Selain itu
dalam berbagal masyarakat Barat kini telah berkembang gaya hidup yang menyimpang dari pola
kehidupan perkawinan dan hidup berkeluarga yang semula berlaku ante yaltu hidup bersama di luar
nikah, keluarga orang tua homoseks, dan hidup mem-bujang.
TERIMA KASIH.

Mais conteúdo relacionado

Semelhante a SOSIALISASI

Pokok pokok pikiran sosiologi
Pokok pokok pikiran sosiologiPokok pokok pikiran sosiologi
Pokok pokok pikiran sosiologiAbu Nihad
 
Konsep Dasar Sosiologi IPS
Konsep Dasar Sosiologi IPSKonsep Dasar Sosiologi IPS
Konsep Dasar Sosiologi IPSSiti Hardiyanti
 
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...Daniel Arie
 
Power point sap-sosiologi-32
Power point sap-sosiologi-32Power point sap-sosiologi-32
Power point sap-sosiologi-32dinnianggra
 
Tajuk 1 sekolah masyarat
Tajuk 1 sekolah masyaratTajuk 1 sekolah masyarat
Tajuk 1 sekolah masyaratrabbaniridhwan
 
Sejarah perkembangan sosiologi
Sejarah perkembangan sosiologiSejarah perkembangan sosiologi
Sejarah perkembangan sosiologiNovira Chaniago II
 
Sejarah perkembangan sosiologi
Sejarah perkembangan sosiologiSejarah perkembangan sosiologi
Sejarah perkembangan sosiologiYasirecin Yasir
 
Sekolah dan masyarakat
Sekolah dan masyarakatSekolah dan masyarakat
Sekolah dan masyarakatLuqmanZaaba
 
Sosiologi%20 pendidikan[1]
Sosiologi%20 pendidikan[1]Sosiologi%20 pendidikan[1]
Sosiologi%20 pendidikan[1]Zubidah Naim
 
Sosiologi sebagai ilmu dan metode
Sosiologi sebagai ilmu dan metodeSosiologi sebagai ilmu dan metode
Sosiologi sebagai ilmu dan metodeSMAN 2 Genteng
 
Pengantar Sosio Antrop.pptx
Pengantar Sosio Antrop.pptxPengantar Sosio Antrop.pptx
Pengantar Sosio Antrop.pptxprihma
 
DINAMIKA KELOMPOK - sejarah.pptx
DINAMIKA KELOMPOK - sejarah.pptxDINAMIKA KELOMPOK - sejarah.pptx
DINAMIKA KELOMPOK - sejarah.pptxDadyHidayah
 
Sociology as a science that analyses society
Sociology as a science that analyses societySociology as a science that analyses society
Sociology as a science that analyses societyMalik Fauzi
 
Sosiologi
SosiologiSosiologi
SosiologiATOEL1
 
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuanSosiologi sebagai ilmu pengetahuan
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuanayu larissa
 
Sosiologi pendidikan (1)
Sosiologi pendidikan (1)Sosiologi pendidikan (1)
Sosiologi pendidikan (1)Jean Dcedric
 

Semelhante a SOSIALISASI (20)

Pokok pokok pikiran sosiologi
Pokok pokok pikiran sosiologiPokok pokok pikiran sosiologi
Pokok pokok pikiran sosiologi
 
Konsep Dasar Sosiologi IPS
Konsep Dasar Sosiologi IPSKonsep Dasar Sosiologi IPS
Konsep Dasar Sosiologi IPS
 
HBSS3203 Pengenalan Sosiologi Topik 1
HBSS3203 Pengenalan Sosiologi Topik 1HBSS3203 Pengenalan Sosiologi Topik 1
HBSS3203 Pengenalan Sosiologi Topik 1
 
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
Ppt materi sosiologi kelas x bab 1. sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat...
 
Power point sap-sosiologi-32
Power point sap-sosiologi-32Power point sap-sosiologi-32
Power point sap-sosiologi-32
 
Tajuk 1 sekolah masyarat
Tajuk 1 sekolah masyaratTajuk 1 sekolah masyarat
Tajuk 1 sekolah masyarat
 
Sejarah perkembangan sosiologi
Sejarah perkembangan sosiologiSejarah perkembangan sosiologi
Sejarah perkembangan sosiologi
 
Sejarah perkembangan sosiologi
Sejarah perkembangan sosiologiSejarah perkembangan sosiologi
Sejarah perkembangan sosiologi
 
Sekolah dan masyarakat
Sekolah dan masyarakatSekolah dan masyarakat
Sekolah dan masyarakat
 
Sosiologi%20 pendidikan[1]
Sosiologi%20 pendidikan[1]Sosiologi%20 pendidikan[1]
Sosiologi%20 pendidikan[1]
 
Apa itu sosiologi
Apa itu sosiologiApa itu sosiologi
Apa itu sosiologi
 
Topik 1 apa itu sosiologi
Topik 1 apa itu sosiologiTopik 1 apa itu sosiologi
Topik 1 apa itu sosiologi
 
Sosiologi sebagai ilmu dan metode
Sosiologi sebagai ilmu dan metodeSosiologi sebagai ilmu dan metode
Sosiologi sebagai ilmu dan metode
 
Pengantar Sosio Antrop.pptx
Pengantar Sosio Antrop.pptxPengantar Sosio Antrop.pptx
Pengantar Sosio Antrop.pptx
 
DINAMIKA KELOMPOK - sejarah.pptx
DINAMIKA KELOMPOK - sejarah.pptxDINAMIKA KELOMPOK - sejarah.pptx
DINAMIKA KELOMPOK - sejarah.pptx
 
Sociology as a science that analyses society
Sociology as a science that analyses societySociology as a science that analyses society
Sociology as a science that analyses society
 
Sosiologi
SosiologiSosiologi
Sosiologi
 
Sosiologi
SosiologiSosiologi
Sosiologi
 
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuanSosiologi sebagai ilmu pengetahuan
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
 
Sosiologi pendidikan (1)
Sosiologi pendidikan (1)Sosiologi pendidikan (1)
Sosiologi pendidikan (1)
 

Último

1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxshafiraramadhani9
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 

Último (20)

1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 

SOSIALISASI

  • 1. ( PENGANTAR SOSIOLOGI) • DISUSUN OLEH : AMBARWATI - 44321120002 TUGAS BESAR 1 SOSIOLOGI KOMUNIKASI
  • 2. BAB 1 Sejarah Perkembangan Sosiologi SEBAB MUNCULNYA SOSIOLOGI Mengapa muncul suatu ilmu yang dinamakan sosiologi? Menurut Berger dan Berger pemikiran sosiologi berkembang manakala masyarakat menghadapi ancaman terhadap hal yang selama ini danggap sebagal hal yang memang sudah seharusnya demikian, benar, nyata-menghadapi apa yang oleh Berger dan Berger disebut threats to the taken-for-granted world (lihat Berger dan Berger, 1981:30). Peristiwa apa sajakah yang oleh para pemikir Eropa di abad ke-18 dianggap sebagal ancaman terhadap hal yang oleh masyarakat telah diterima sebagal kenyataan ataupun kebenaran? Salah satu hal yang menurut Berger dianggap sebagal ancaman lalah disintegrasi kesatuan masyarakat abad pertengahan, khususnya disintegrasi dalam agama Kristen.L. Laeyendecker pun mengaitkan kelahiran sosiologi dengan serangkaian perubahan ber jangka panjang yang melanda Eropa Barat di Abad Pertengahan.
  • 3. Proses perubahan jangka panjang yang diidentifikasi Laeyendecker : 1. Tumbuhnya kapitalisme pada akhir abad ke-15, 2. Perubahan di bidang sosial dan politik, 3. Perubahan berkenaan dengan reformasi Martin Luther, 4. Meningkatnya Individualisme, 5. Lahirnya Ilmu pengetahuan modern, 6. Berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri. Laeyendecker pun menyebutkan dua revolusi yang terjad abad ke-16, yaitu 1. Revolusi Industri 2. Revolusi Perancis (lihat Laeyendecker, 1983:11-43).
  • 4. Berbagai proses perubahan sosial berjangka panjang yang dijabarkan Laeyendecker dan fuzer Itulah ancaman terhadap tatanan sosial" (threats to the taken-for-granted world) yang begitu menggoncang masyarakat Eropa dan seakan membangunkannya setelah terlena beberapa abad. Berikut yang tergolong dalam perintis sosiologi, para tokoh sosiologi klasik . Meskipun sebagaimana telah nampak dari daftar nama di atas--para ahli sosiologi tidak selalu menyebutka nama yang sama, namun- sebagaimana dikemukakan oleh Inkeles (1965)-para ahli diantaranya: 1. Auguste Comte (1798-1857) 2. Karl Marx (1818-1883) 3. Emile Durkheim (1858-1917) 4. Max Weber (1864-1920)
  • 5. RINGKASAN Menurut Peter Berger pemikiran sosiologis berkembang anak anusyarakat menghada ancaman terhadap hal yang selama Ini dianggap sebagal hal yang memang sudah seharusnya demikian, benar, nyata. Manakala hal yang selama ini menjadi pegangan manusia mengalam krisis, maka mulailah orang melakukan renungan sosiologis: Para pemuka pemikiran sosiologis terdiri atas jumlah oleh Masik seperti Saint-Simon Comte, Spencer, Durkheim, Weber, Marx, dar. tokoh moden, seperti sorokin, Mead, Cooley,Simmel, Merd, Goffman, Hamans, Thibaut dan Kelly, Blau, Parsons, Merton, Mills, Dahrendorf,Coser, dan Collins. Antara pemikiran para perintis awal dan pemikiran para tokoh sosiologi masa kini terdapat suatu kesinambungan--suatu benang merah. Sebagian besar konsep dan teori sosiologi masa kini berakar pada sumbangan pikiran para tokoh klasik. Para ahli agaknya akan cenderung sepaham bahwa Auguste Comte, Herbert Spencer, Emile Durkheim, Karl Marx dan Max Weber merupakan parintis sosiologi.
  • 6. BAB 2 Pokok-pokok Bahasan Sosiologi Merupakan pokok bahasan sosiologi kita mula-mula akan berpaling ke pandangan dua orang perintis sosiologi, yaltu Durkheim dan Weber. Kedua tokoh ini dipilih karena keduanya dengan rinci menguraikan pokok bahasan sosiologi. Kita kemudian akan memperhatikan pula pandangan para ahli sosiologi masa kini, yang di sini akan diwakili oleh dua orang tokoh: Mills-dan Berger. Pada akhir Bab 2 ini kita akan melihat pembagian sosiologi berdasarkan pokok bahasannya-pembagian sosiologi dalam mikrososiologi, mesososiologi, dan makrososiologi.
  • 7. PANDANGAN PARA PERINTIS PANDANGAN PARA PERINTIS Entile Durkheim: Fakta Sosial Sebagaimana telah disebutkan dalam Bab 1, Emile Durkhelm berpendapat bahwa sosiologi lalah suatu ilmu yang mempelajari apa yang dinamakannya fakta sosial (falt social). Menurut Durkheim fakta soslal merupakan cara bertindak, berplldr, dan berperasaan, yang berada di luar Individu, dan mempunyal kekuatan memaksa yang mengendalikannya, sebagaimana nampak dari definisi berikut inl: Here, then, is a category of facts with very distinctive characteristics: It consists of ways of acting, thinking, and feeling, external to the Individual, and endowed with a power of coercion, by reason of which they control him..... these ways of thinking and acting... constitute the proper domain of sociology (Durkheim, 1965:3-4).
  • 8. Dalam Bab 1 dan pada awal Bab 2 kita telah menjumpai berbagai cara untuk men sosiologi. Dari pandangan empat ahli sosiologi tersebut di atas kita telah melihat adanya samaan maupun perbedaan pendapat mengenal apa yang seharusnya merupakan pokok bahasan sosiologi. Ada perintis sosiologi yang membagi sosiologi menjadi statika sosial-dinas sosial (Comte); ada pula yang membagi sosiologi dalam sejumlah subdisiplin (Durkhe Pembagian para tokoh awal inl hingga kini masih tetap berpengaruh. Pembedaan antara terhadap struktur sosial dan terhadap proses sosial yang dilakukan banyak ahli sosiologi kini, misalnya, mencerminkan pengaruh klasifikasi Comte: statika sosial-dinamika sosial. Suatu usaha untuk menjabarkan perbedaan antara makrososiologi dan mikrososiolog jumpai, antara lain, dalam pandangan Randall Collins (1981). Collins mengemukakan mikrososiologi melibatkan analisis terinci mengenal apa yang dilakukan, dikatakan, dan dip manusia dalam laju pengalaman sesaat, sedangkan makrososiologi melibat analisis proses berskala besar dan berjangka panjang. Collins menetapkan dua landasan empiris untuk bedakan mikrososiologi dengan makrososiologi, yaitu faktor waktu dan ruang.
  • 9. RINGKASAN Durkheim berpendapat bahwa sosiologi ialah suatu ilmu yang mempelajari fakta s Menurut Durkheim fakta sosial merupakan cara bertindak, berpikir, dan berperasaan, yang be di luat individu, dan mempunyal kekuatan memaksa yang mengendalikannya. Baol Weber sosiologi ialah suatu ilmu yang mempelajari tindakan sosial, yaitu tindakan dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi pada perilaku lain. Karena sosiologi bertujuan memahami (Verstehen) mengapa tindakan sosial mem arah dan akibat tertentu, sedangkan tiap tindakan mempunyai makna subjektif bagi pelak ditulis Durkheim, The Division of Labor In Society (1968) dan Suleide (1968).
  • 10. BAB 3 Sosialisasi Peter Berger (1978) mencatat adanya perbedaan penting antara manusia dengan makhluk lain. Berbeda dengan makhluk lain yang seluruh perilakunya dikendalikan oleh naluri yang diperoleh sejak awal hidupnya, maka di saat lahir manusia merupakan makhluk tak berdaya karena dilengkapi dengan naluri yang relatif tidak lengkap. Oleh sebab itu manusia kemudian me ngembangkan kebudayaan untuk mengisi kekosongan yang tidak diisi oleh naluri. Hewan tidak perlu menentukan apa yang harus dimakannya karena hal itu diatur naluri; manusia harus memutuskan sendiri apa yang harus dimakannya dan kebiasaan yang kemudian ditegakkannya menjadi baglan kebuda-yaannya. Karena keputusan yang diambil suatu kelompok dapat berbeda dengan kelompok lain maka kita menjumpai keanekaragaman kebiasaan di bidang makanan. Ada kelompok yang makanan pokoknya nasl; ada yang sagu; ada yang roti. Kalau hewan berjenis kelamin berlainan dapat saling berhubungan karena naluri, maka manusia harus mengembangkan kebiasaan mengenal hubungan laki-laki dan perempuan.
  • 11. Apa yang dipelajari seseorang dalam proses sosialisasi? Menurut Berger, dan menurut sejumlah tokoh sosiologi yang teorinya akan kita bahas, yang diajarkan melalui sosialisasi lalah peran-peran. Oleh sebab itu teori sosialisasi sejumlah tokoh sosiologi merupakan teori mengenal peran (role theory). • PEMIKIRAN MEAD Salah satu teori peran yang dikaitkan dengan sosialisasi lalah teori George Herbert Mead. Dalam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972), Mead menguraikan tahap pengembangan diri (self) manusia. Manusia yang baru lahir belum mempunyal dirt. Diri • PEMIKIRAN COOLEY Pandangan lain yang juga menekankan pada peran interaksi dalam proses sosialisasi tertuang dalam buah pikiran Charles H. Cooley. Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melaiu) interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalul interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley diberi nama looking-glass self.
  • 12. AGEN SOSIALISASI Puller dan Jacobe (1873:150-008) mengidentifikasikan empat agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media massa dan sistem pendidikan. . Keluarga KESEPADANAN PESAN AGEN SOSIALISASI BERLAINAN Sebagaimana telah kita lihat dari pemikiran Dreeben mengenal sosialisasi di sekolah, ma pesan-pesan yang disampalkan oleh agen sosialisasi yang berlainan tidak selamanya sepadan a dengan yang lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin berbeda dan bahkan mungkin b tentangan dengan apa yang diajarkan sekolah. Hal sarupa berlaku pula bagi agen-agen scala feln. Kelakuan yang dilarang oleh keluarga maupun sekolah, seperti misalnya merokok, min minuman keras, pelanggaran nusila atau penyalahgunaan narkotika dipelajari anak dari ap sosialisasi lain seperti teman bermain dan media massa.
  • 13. SOSIALISASI PRIMER DAN SEKUNDER Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusla. Dalam kaltan Inilah para ahli berbicara mengenal bentuk-bentuk proses sosialisasi seperti sosialisasi setelah masa kanak-kanak (socialization after childhood), pendidikan sepanjang hidup (lifelong education), atau pendidikan berkesinambungan (continuing education). Light et al. (1989:130) mengemukakan bahwa setelah sosialisasi dini yang dinamakannya sosialisasi primer (primary socialization) kita menjumpai sosialisasi sekunder (secondary socialization). Berger dan Luckmann (1967) mendefinisikan sosialisasi primer sebagal sosialisasi pertama yang dijalani Individu semasa kecil, melalul mana la menjadi anggota masyarakat, sedangkan sosialisasi sekunder mereka definisikan sebagai proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasi ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya (Berger dan Luckmann, 1967:130).
  • 14. POLA SOSIALISASI Beberapa tahun yang lalu masyarakat kita dihebohkan oleh beberapa kasus hukuman fisik yang dilakukan orang tua terhadap anak mereka yang dinilai tidak menaati perintah sehingga mengakibatkan kematian anak tersebut. Kasus ini merupakan contoh ekstrem satu pola sosialisasi yang oleh Jaeger (1977, dengan mengutip karya Bronfenbrenner dan Kohn) dinamakan sosialisasi represif (repressive socialization). Sosialisasi represif menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Menurut Jaeger sosialisasi represif pun mempunyal ciri lain seperti penekanan. pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan; penekanan pada kepatuhan anak pada orang tua; penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah; penekanan titik berat sosialisasi pada orang tua dan pada keinginan orang tua; dan peran keluarga sebagal significant other.
  • 15. RINGKASAN Menurut Berger manusia merupakan makhluk tak berdaya karena dilengkapi dengan naturl yang relatif tidak lengkap. Oleh sebab itu manusia kemudian mengembangkan kebuda-yaan untuk mengisi kekosongan yang tidak diisi oleh naluri. Berger mendefinisikan sosialisasi sebagal proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Beberapa orang ahli sosiologi berpendapat bahwa yang diajarkan melalul sosialisasi lalah peran-peran. Oleh sebab itu teori sosialisasi sejumlah tokoh sosiologi merupakan teori menge-nal peran. Dalam teori Mead manusia berkembang secara bertahap melalul Interaksi dengan anggota masyarakat lain. Menurut Mead pengembangan diri manusia ini berlangsung melalui tahap play stage, tahap game stage, dan tahap generalized other. Mead berpandangan bahwa setiap anggota baru masyarakat harus mempelajari peran-peran yang ada dalam masyarakat--suatu proses yang dinamakannya pengambilan peran (role taking).
  • 16. BAB 4 INTERAKSI SOSIAL Sejumlah ahil sosiologi mengkhususkan diri pada studi terhadap Interaksi sosial. Ini sesual dengan pandangan atill sosiologi seperti Max Weber bahwa pokok pembahasan sosiologi ialah tindakan sosial. Dalam sosiologi berkembang cabang yang mengkhususkan diri pada kehidupan sehari-hari yang dikenal dengan nama-nama seperti "the sociology of everyday life situations" (That Douglas, 1973), "the sociology of the familiar hat Birenbaum dan Sagarin, 1973), atau "down to earth sociology" lihat Henslin, 1981). Dengan demikian "down to earth sociology" memang mempelajari hal yang bersifat "down to earth" (praktis, realistis), seperti hubungan antara dokter dan juru rawat, hubungan antara supir taksi dan penumpang taksinya, hubungan antara penodong dengan korbannya, hubungan petugas penjara dengan para tahanan (Ilhat Heslin, 1981),
  • 17. "Sociology of the famillar" pun membahas hal yang bersifat "famillar" (dikenal) seperti parilaku para pejalan kaki tatkala berpapasan, Interaksi antara penumpang kereta api, Interaksi antara pelayan restoran, juru masak dan para pelanggan restoran (Ilhat Birenbaum dan Sagarin, 1973), Di bawah judul "the sociology of everyday life" Henslin antara lain membahas Interaksi antara dokter ahli kandungan, pasien dan juru rawat di kamar praktik dokter; interaksi antara penata rambut di salon kecantikan dengan sesama penata rambut dan dengan para pelanggan salon; Interaksi antara laki-laki homoseks dengan sesama laki-laki homoseks dan dengan orang lain (lihat Henslin dalam Douglas, 1973).
  • 18. • INTERAKSIONISME SIMBOLIK Untuk mempelajari Interaksi sosial digunakan pendekatan tertentu, yang dikenal dengan Interactionist perspective (Douglas, 1973). Di antara berbagai pendekatan yang digunakan untuk mempelajari Interaksi sosial, dijumpai pendekatan yang dikenal dengan nama Inter asionisme simbolik (symbolic Interactionism). Pendekatan Ini bersumber pada pemikiran George Herbert Mead. Dari kata Interaksionisme sudah nampak bahwa sasaran pendekatan In! lalah na sosial, kata simbolik mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam Interaksi. • DEFINISI SITUASI Konsep lain yang juga penting diperhatikan dalam bahasan mengenal interaksi sosial lalab konsep definisi situasi (the definition of the situation) dari W. 1. Thomas (1968),
  • 19. • ATURAN YANG MENGATUR INTERAKSI Definisi situasi yang menurut Thomas dibuat oleh masyarakat Itu merupakan aturan yang mengatur Interaksi manusia. Aturan apa sajakah yang menuntun perilaku manusia di kala mereka berinteraksi? Dalam bukunya Symbols, Selves, and Society: Understanding Interaction David A. Karp dan W.C. Yoels (1979) menyebutkan tiga jenis aturan, yaitu aturan mengenal ruang, me ngenal waktu, dan mengenal gerak dan sikap tubuh. Karena sebagian uralan mereka didasarkan pada karya ahli antropologi Edward T. Hall, maka tulisan Hall akan kita kajl lebih mendalam. • KOMUNIKASI NONVERBAL Suatu hal penting yang dikemukakan Hall ialah bahwa dalam interaksi orang lain membaca perilaku kita-- bukan kata kita (Ilhat Hall, 1981:xiv). Ini penting untuk diperhatikan, karena dalam Interaksi kita tidak hanya memperhatikan apa yang dikatakan orang lain tetapi juga apa yang dilakukannya. Hall dan Hall (1971) mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal (nonverbal communication) atau bahasa tubuh (body language), yang menurutnya ada sebelum ada bahasa lisan dan merupakan bentuk komunikasi pertama yang dipelajari manusia, kita gunakan secara sadar maupun tidak untuk menyampalkan perasaan kita kepada orang lain. Menurut Karp dan Yoels (1979:11) studi sosiologis terhadap gerak tubuh dan Isyarat tangan Ini dinamakan kinesics.
  • 20. INTERAKSI DAN INFORMASI Dalam Bab 3 kita telah melihat pandangan Mead bahwa melalui proses sosialisasi kita belajar untuk mengambil peran orang lain (role-taking), dan bahwa kemampuan mengambil peran orang Isin memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Pendekatan Mead Inl digunakan Karp dan Yoels untuk memahami Interaksi. Dalam buku mereka berjudul Symbols, Salver and Society: Understanding Interaction (1979) mereka antara lain mengemukakan bahwa untuk dapat berinteraksi, untuk dapat mengambil peran orang lain seseorang perlu mempunyai: • Warna Kulit Menurut Karp dan Yoels ciri yang dibawa sejak lahir seperti jenis kelamin, usia dan ras sangat menentukan Interaksi. Dalam masyarakat yang mengenal diskriminasi ras seperti Amerika Serikat, misalnya, Interaksi tergantung pada warna kulit orang yang berinteraksi. • Usia Usia pun merupakan suatu faktor yang ikut menentukan pola interaksi. Dalam banyak masyarakat interaksi dengan orang yang dianggap lebih tua--kakek-nenek, ayah-ibu, paman-bibi sering berbeda dengan interaksi dengan orang yang sebaya serta dengan orang yang lebih muda seperti adik, anak, kemenakan, cucu.
  • 21. • Jenis Kelamin Jenis kelamin sangat mempengaruhi Interaksi. Dalam percakapan di kalangan laki-laki, misalnya, kita sering mendengar pokok bahasan tertentu (misalnya pengalaman di bidang seks) serta kata tertentu (seperti kata maklan) yang tidak akan dikemukakan manakala pembicaraan itu dihadiri perempuan. Hal yang sebaliknya pun dapat terjadi pula; David Kent (1980), misalnya, mengisahkan bagaimana sekelompok mahasiswi Wellesley College (suatu perguruan tinggi khusus untuk perempuan di Boston, A.S.) duduk di ruang makan kampus sambil saling menukar informasi mengenal pengalaman seks mereka tanpa mempedulikan bahwa percakapan mereka dapat didengar oleh seorang mahasiswa laki-laki yang sedang makan di ruang makan tersebut.
  • 22. • Penampilan fisik Karp dan Yoels mengemukakan bahwa selain ciri yang dibawa sejak lahir tersebut di atas faktor penampilan pun mempengaruhi Interaksi. Mereka menyajikan sejumlah hasil penelitian yang antara lain memperlihatkan bahwa orang yang berpenampilan fisik menarik lebih mudah mem peroleh pasangan, dan bahwa orang yang merasa dirinya tidak menarik mengeluh karena mengalami kesukaran dalam pergaulan • Bentuk Tubuh Suatu faktor lain yang dikemukakan Karp dan Yoels lalah bentuk tubuh. Mereka melaporkan temuan penelitian Wells dan Siegal bahwa orang cenderung menganggap adanya keterkaitan antara bentuk tubuh dan watak manusia. Orang yang berbentuk tubuh endomorph (bulat, gemuk) dianggap mempunyal sejumlah ciri watak tertentu, antara lain tenang, santal, pemaaf; orang yang berbentuk tubuh mesomorph (atletis dan berotot) dominan, yakin, aktif; dan orang yang berbentuk tubuh ectomorph (tinggi, kurus) tegang dan pemalu.
  • 23. • Pakaian Pernahkah Anda mengalami bahwa oleh petugas suatu kantor stau tempat hiburan disapa dengan sebutan "Bapak" atau "Ibu" karena mengenakan busana tertentu (misalnya p resmit), dan diperlakukan dengan kurang hormat karena berpakalan lain (misalnya pakaian s sepert! blue jeans dan T-shirt. • Wacana Faktor terakhir yang mempengaruhi Interaksi talah apa yang diucapkan para pelaku. Dala suatu percakapan kita tentu pernah mendengar bagaimana seseorang kadangkala mengucapk kalimat seperti "saya kemarin tidak dapat rapat karena mendadak dipanggil Pak Menteri, tas i saya bell waktu saya ke Roma," "saya besok harus menghadap ke Istana" atau "Jangan cata besok, karena Sabtu pagi saya main golf." Selain merupakan bagian dari suatu topik yang seda dibicarakan, ungkapan-ungkapan seperti itu berfungsi pula untuk menunjukkan status si pembicar -bahwa la berkuasa, mempunyal prestise, kaya. Karp dan Yoels (1979:71-73) mengemukak bahwa pertanyaan mengenal tempat tinggal, jumlah anak, pekerjaan yang sedang dilakukan ata pekerjaan suami/istri pun dapat berfungsi sebagai pencarian Informasi mengenal status orar dengan siapa kita berbicara (Misalnya: Apakah lawan bicara kita tinggal di daerah permukima elite, kelas bawah, atau daerah kumuh? Apakah la seorang manajer, seorang pegawai administrati atau seorang pekerja kasar? Apakah la masih gadis/jajaka, ataukah sudah berkeluarga?).
  • 24. GOFFMAN DAN PRINSIP DRAMATURG "All the world's a stage and all the men and women merely players" Shakespeare (Karp dan Yoels, 1979:76) Salah seorang ahli sosiologi masa kini yang memberikan sumbangan penting terhadap kajian Interaksi ialah Erving Goffman. Ia menggunakan prinsip yang dinamakan dramaturgi (dramaturgy), yang oleh Margaret Poloma didefinisikan sebagal "pendekatan yang meng gunakan bahasa dan khayalan teater untuk menggambarkan fakta subjektif dan objektif dari interaksi sosial" (1979:271, diterjemahkan penulis). Usaha Goffman untuk mempelajari Interaksi dengan memakal bahasa dan khayalan teater Inl agaknya dillhami oleh pendapat Sheakespeare bahwa dunia merupakan suatu pentas dan semua laki-laki dan perempuan merupakan pemain.
  • 25. DARI BERJUMPA SAMPAI BERPISAH Anda memasuki perguruan tinggi bersama-sama dengan ratusan, atau bahkan ribuan lulusan sekolah lanjutan atas lain. Dari sekian ratus mahasiswa yang dahulu memasuki fakultas Anda bersama Anda, dari seklan puluh yang bersama Anda diterima di jurusan Anda, berapa orangkah yang Anda kenal sangat baik dan bahkan berhubungan dengan Anda secara Intim? Berapa orang yang Anda kenal secara sambil lalu saja? dan berapa orangkah yang Anda tidak atau belum kenal samasekali (dalam arti belum pernah berkomunikasi dengan Anda, balk secara lisan maupun nonverbal) dan mungkin juga tidak akan pernah Anda kenal? Pertanyaan Inl dimaksudkan untuk membuat Anda peka terhadap kenyataan bahwa sebenarnya ruang cakupan Interaksi cukup luas-mulal dari Interaksi antara orang yang tidak saling mengenal sampal Interaksi antara orang yang hubungannya sangat Intim. Dalam bukunya Social Intercourse: From Greeting to Goodbye (1978) Mark L. Knapp membahas berbagal tahap yang dapat dicapal dalam Interaksi. Dari tulisan ini kita melihat bahwa tahap Interaksi yang disebut-kannya dapat kita bagi dalam dua kelompok besar--tahap yang mendekatkan peserta Interaksi, dan tahap yang men jauhkan mereka.
  • 26. RINGKASAN Di antara berbagal pendekatan yang digunakan untuk mempelajari Interaksi sosial, dijumpal pendekatan yang dikenal dengan nama interaksionisme simbolik. Pendekatan ini bersumber pada pemikiran George Herbert Mead. Simbol merupakan sesuatu yang nilal atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang mempergunakannya. Makna suatu simbol hanya dapat ditangkap melalul cara non-sensoris. Menurut Blumer pokok pikiran Interaksionisme simbolik ada tiga. Pertama: manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dipunyal sesuatu tersebut baginya. Kedua: makna yang dipunyal sesuatu tersebut berasal atau muncul dari Interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya. Ketiga: makna diperlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran, yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya,
  • 27. Bab 5 Tatanan Sosial dan Pengendalian Sosial POKOK PEMBAHASAN MAKROSOSIOLOGI Sebagaimana telah kita lihat dalam pembahasan mengenal sosiologi dalam mikrososiologi dan makrososiologi, maka mesososiologi dan makrososiologi mempelajari tatanan makro-mempelajari struktur sosial; menurut Randall Collins (1981) makrososiologi menganalisis proses sosial berskala besar dan berjangka panjang. Dalam skala ruang dan waktu yang disusun Collins pokok perhatian makrososiologi bergerak dari kerumunan, organisasi ke arah komunitas dan masyarakat teritorial, dan dari hari, minggu, bulan, tahun ke abad. Makro-sosiologi tidak memperhatikan apa yang terjadi dengan Individu atau kelompok kecil dan apa yang terjadi dalam jangka waktu pendek seperti detik, menit, dan jam melainkan proses jangka panjang seperti sekularisasi, rasionalisasi, Industrialisas!, modernisasi, munculnya kapitalisme, urbanisasi
  • 28. BAB 5 Tatanan Sosial dan Pengendalian Sosial POKOK PEMBAHASAN MAKROSOSIOLOGI Sebagaimana telah kita lihat dalam pembahasan mengenal sosiologi dalam mikrososiologi dan makrososiologi, maka mesososiologi dan makrososiologi mempelajari tatanan makro-mempelajari struktur sosial; menurut Randall Collins (1981) makrososiologi menganalisis proses sosial berskala besar dan berjangka panjang. Dalam skala ruang dan waktu yang disusun Collins pokok perhatian makrososiologi bergerak dari kerumunan, organisasi ke arah komunitas dan masyarakat teritorial, dan dari hari, minggu, bulan, tahun ke abad. Makro-sosiologi tidak memperhatikan apa yang terjadi dengan Individu atau kelompok kecil dan apa yang terjadi dalam jangka waktu pendek seperti detik, menit, dan jam melainkan proses jangka panjang seperti sekularisasi, rasionalisasi, Industrialisas!, modernisasi, munculnya kapitalisme, urbanisasi
  • 29. • STRUKTUR SOSIAL Menurut Douglas (1973) mikrososiologi mempelajari situasi sedangkan makrososiologi mempelajari struktur. Apa yang dimaksudkan ahli sosiologi dengan konsep struktur sosial? Ternyata Jawabnya tidak semudah yang kita duga, mengingat bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempunyal banyak teori dan paradigma. Seseorang yang mempelajari mikrososiologi seperti George C. Homans mengaitkan struktur dengan perilaku sosial elementer dalam hubungan sosial sehari-hari, sedangkan seseorang yang mempelajari makrososiologi, seperti misalnya Gerhard Lenski, berbicara mengenal struktur masyarakat yang diarahkan oleh kecen-derungan jangka pandang yang menandal sejarah. Kalau Talcott Parsons, yang bekerja pada jenjang makrososiologi, berbicara mengenal struktur la berbicara mengenal kesalingterkaitan antara institusi, bukan kesalingterkalten antarmanusia, maka Coleman melihat struktur sebagai pola hubungan antar manusia dan antarkelompok manusia (mengenal pandangan Lenski, Parsons dan Coleman ini lihat Blau, 1975).
  • 30. • INSTITUSI SOSIAL Durkheim mengemukakan bahwa sosiolog! mempelajari Institusi. Dalam bahasa Indonesia dijumpal terjemahan berlainan dari konsep Institution. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1964), misalnya, menggunakan Istilah "lembaga kemasyarakatan" sebagal ter-jemahan konsep social Institution. Koentjaraningrat, Mely G. Tan dan Harsja W. Bachtiar menggunakan Istilah "pranata." Sebagaimana halnya dengan konsep lain, maka mengenal konsep Institusi pun dijumpai berbagat definist, Kornblum (1983:60) membuat definisi sebagai berikut: "... an institution is a more or less stable structure of statuses and roles devoted to meeting the basic needs of people. • MASYARAKAT Dari berbagai definisi telah kita lihat bahwa makrososiologi mempelajari masyarakat. Bagal. manakah konsep masyarakat didefinisikan dalam sosiologi? Marion Levy (libat Inkeles, 1965) mengemukakan empat kriteria yang perlu dipenuhi agar suatu kelompok dapat disebut masyarakat, yeltu (1) kemampuan bertahan melebihi masa hidup seorang Individu; (2) rekrutmen seluruh atau sebagian anggota melalul reproduksi; (3) kesetiaan pada suatu sistem tindakan utama bersama'; (4) adanya sistem tindakan utama yang bersifat "swasembada." Inkeles mengemukakan bahwa suatu kelompok hanya dapat kita namakan masyarakat bila kelompok tersebut memenuhi keempa Kriteria tersebut.
  • 31. RINGKASAN Makrososiologi menggunakan sudut pandangan struktural, sudut pandangan klasik Durkheim. dan Perumusan Durkheim mengenal pokok pembahasan sosiologi menunjukkan bahwa pokok perhatian cu sosiologi ialah tatanan meso dan makro, karena fakta sosial mengacu pada institusi yang me er ngendalikan Individu dalam masyarakat, Durkheim berpandangan bahwa sosiologi lalah limu kt masyarakat dan mempelajari institusi. Homans mengaitkan struktur dengan perilaku sosial elementer dalam hubungan sosial sehan hari. Lenski berbicara mengenal struktur masyarakat yang diarahkan oleh kecenderungan jangkapanjang yang menandal sejarah. Di kala Talcott Parsons berbicara mengenal struktur la berbicara mengenal kesalingterkaitan antara institusi, bukan kesalingterkaitan antarmanusia. Coleman melihat struktur sebagal pola hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia.
  • 32. BAB 6 Institusi Sosial Sebagaimana telah dikemukakan oleh Durkheim, sosiolog! merupakan Ilmu yang mempelajari Institusi. Di sini kita akan melihat sejumlah institusi utama, yaitu Institusi di bidang ekonomi, politik, keluarga, pendidikan, dan agama. Studi terhadap Institusi tersebut telah menghasilkan berbaga! cabang khusus dalam sosiologi, antara lain sosiologi perekonomian, sosiologi politik, sosiologi keluarga, sosiologi pendidikan, dan sosiologi agama. INSTITUSI KELUARGA • Tipe Keluarga Dalam sosiologi keluarga blasanya dikenal pembedaan antara keluarga bersistem konsanguinal dan keluarga bersistem konjugal (lihat, antara lain, Clayton, 1979:49). Keluarga yang bersistem konsanguínal menekankan pada pentingnya Ikatan darah, seperti misalnya hubungan antara seseorang dengan orang tuanya. Ikatan seseorang dengan orang tuanya cenderung dianggap lebih penting daripada Ikatannya dengan suami atau Istrinya. Dalam keluarga Jepang atau Tionghoa tradisional, misalnya, seorang anak laki-laki akan memihak orang tuanya manakala orang tuanya berselisih dengan Istrinya.
  • 33. • Aturan Mengenal Perkawinan Setiap masyarakat mengenal berbagal aturan mengenal perkawinan. Ada aturan me ngenal apakah jodoh harus berasal dari anggota kelompok sendiri ataukah harus dari kelompok lain, dan siapa di antara anggota kelompok sendiri yang boleh ataupun tidak boleh dinikah; mengenal Jumlah orang yang boleh dinikah pada waktu yang sama; mengenal tempat menetap setelah perkawinan; dan aturan mengenal penentuan garis keturunan. • Incest Taboo Satu aturan yang dijumpai dalam semua masyarakat mengatur mengenal slapa yang boleh P dan tidak boleh dinikah. Salah satu di antaranya ialah Incest taboo (larangan hubungan sumbang, d Inser, sumbang muhrim), yang melarang hubungan perkawinan dengan keluarga yang sangat dekat seperti perkawinan seorang anak dengan salah seorang orang tuanya atau perkawinan p antara saudara kandung. Menurut Clayton (1979) farangan hubungan sumbang ini tidak terbatas pada orang yang mempunyai hubungan darah sangat dekat (orang tua-anak, saudara kandung) tetapi sering mencakup pula kerabat di luar orang tua dan saudara kandung. Meskipun incest taboo dijumpai dalam semua masyarakat, namun para ahli sosiologi mencatat bahwa padi kelompok tertentu dalam masyarakat dapat dijumpai pengecualian; Russel Middleton menge mukakan, misalnya, bahwa di kalangan raja Mesir kuno, Yunani kuno dan Romawi kuno banyak dijumpai perkawinan kakak-adik atau perkawinan anak orang tua (lihat Clayton, 1979:52-53).
  • 34. • Bentuk Perkawinan Pada dasamya kita mengenal dua macam bentuk perkawinan: monogami (perkawinan antan seorang laki- laki dengan seorang perempuan pada saat yang sama) dan poligami (perkawinan antara seorang laki-laki dengan beberapa perempuan pada waktu yang sama, atau antan. seorang perempuan dengan beberapa orang laki-laki pada waktu yang sama). Poligami dibagi lag dalam bentuk perkawinan: poligini (polygyny, yaitu perkawinan antara seorang laki-laki dengar lebih dari seorang perempuan pada waktu yang sama), pollandri (polyandry, perkawinan antar seorarig perempuan dengan lebih dari seorang laki-laki pada waktu yang sama), dan perkawina kelompok (group marriage, perkawinan dua orang laki-laki atau lebih dengan dua orang perempua atau lebih pada waktu yang sama). Kita pun mengenal bentuk poligini khusus yang dinamaka sororal polygyny, yaitu perkawinan antara seorang laki-laki pada waktu yang sama deng beberapa urang perempuan yang merupakan saudara kandung (Linat Claycon, 1979:55). Aturan lain yang berlaku dalam hubungan perkawinan talan eksogami (exogamy) endogami (endogamy), Eksogami merupakan sistem yang melarang perkawinan tangan aud
  • 35. • Aturan Mengenai Keturunan Dalam hal penarikan garis keturunan kita mengenal aturan patrilineal, bilateral, ma trilineal, dan keturunan rangkap (double descent. Lihat Clayton, 1979). Pada system patrilineal, yang menurut Murdock merupakan sistem yang paling banyak dijumpai, garis keturunan ditarik melalul laki-laki. Pada sistem bilateral, yang banyak dijumpai pada berbagal masyarakat meskipun dak sebanyak sistem patrilineal, garis keturunan ditarik melalui pihak laki-laki dan perempuan. Pada sistem matrilineal garis keturunan ditarik melalui perempuan. Pada sistem keturunan rangkap garis keturunan ditarik melalui laki- laki secara patrilineal dan melalui perempuan secara matrilineal. Pada melalui laki-laki sedangkan garis keturunan untuk orang lain ditarik melalui garis Ibu. Pola demidan antara lain dijumpai pada orang Dayak di Kalimantan Tengah (lihat Danandjaja, 1971b).
  • 36. • Pola Menetap Di mana pasangan menetap setelah menikah? Mengenal hal ini dikenal pola yang berbeda beda, yaitu pola patrilokal, pola matri-patrilokal, pola matrilokal, pola patri-matrilokal, pola bilokal, pola neolokal, serta pola avunculoka! (Ilhat Clayton, 1979:67-68). Pada pola patrilokal pasangan yang baru menikah menetap bersama keluarga plhak laki-laki. Pada pola matri-patrilokal Suami mula-mula menetap bersama keluarga plhak perempuan, tetapi kemudian pasangan menetap bersama keluarga pihak laki-laki. Pada pola matrilokal pasangan menetap bersama keluarga pihak perempuan. Pada pola patri-matrilokal pasangan yang baru menikah semula menetap di keluarga pihak laki-laki, dan kemudian pindah ke keluarga plhak perempuan. Pola bllokal lalah pola yang di dalamnya pasangan yang baru menikah dapat memilih untuk menetap di keluarga laki-laki ataupun perempuan. Pola avunculokal merupakan suatu pola matrilineal yang di dalamnya seorang laki laki menetap di desa paman dari fihak Ibu (kakak laki-laki Ibunya). Sedangkan pola menetap neolokal lalah pola yang di dalamnya pasangan suami-istri setelah menikah bebas untuk memilih tempat menetap di luar tempat keluarga laki-laki ataupun fihak perempuan.
  • 37. • Fungsi Keluarga Sebagaimana halnya dengan Institusi lain, maka keluarga pun menjalankan fungsi. Apa fungs keluarga? Para Ilmuwan sosial ahli sosiologi mengidentifikasikan berbagal fungsi. Horton dan Hunt (1984:236-242) mengidentifikasikan beberapa di antaranya, yaitu fungsi pengaturan seks, repro duksi, sosialisasi, afeksi, definisl status, perlindungan dan ekonomi. Pertama, keluarga berfungsi untuk mengatur penyaluran dorongan seks. Tidak ada masyarakat yang memperbolehkan hubungan seks sebebas-bebasnya antara slapa saja dalam masyarakat. Kedua, reproduks! berupa pengembangan keturunan pun selalu dibatasi dengan eturan yang menempatkan kegiatan ini dalam keluarga. • Bertemu dan Berpisah Dalam Keluarga Ikatan yang mempertallkan suami dan istri dalam perkawinan kadangkala rapuh dan bahk putus sehingga terjadi perpisahan atau bahkan perceraian. Dengan terjadinya perceraian maka dengan sendirinya fungsi keluarga yang telah disebutkan di atas mengalami gangguan dan piha yang bermaral maupun anak-anak harus menyesuaikan diri dengan situasi baru. Dengan demilda peningkatan angka perceraian dalam masyarakat pun membawa peningkatan gaya hidup Ich eluarga berceral, seperti hidup sendiri menjanda atau menduda, adanya anale yang harus hidu dengan salah satu orang tua saja, dan bahkan mungkin hidup terpisah dengan saudara kandung lain.
  • 38. • Berkembangnya Gaya Hidup Baru Dalam berbugal masyarakat Barat kini telah berkembang gaya hidup yang menyimpang de pola kehidupan perkawinan dan hidup berkeluarga yang semula berlaku. Giddens mengidenti kasikan tiga bentuk gaya hidup demikian: hidup bersama di luar nikah (cohabitation), keluar orang tua homoseks (gay parent farmilles), dan hidup membujang. Dengan sendirinya perken bangan gaya hidup menyimpang ini di berbagai tempat masih sering menghadapi tentanga masyarakat dan orang tua, yang mencoba mencegah gaya hidup dernikian dengan berbagal upays termasuk di dalamnya upaya hukum. Menurut Giddens dalam banyak masyarakat Barat kehidupan bersama di luar nikah antara laki-laki dan perempuan usia muda mengalami peningkatan. Orang yang hidup bersama ter-seatyang sering memperoleh keturunan, ada yang pada akhimya menikah. Dalam ma-syarakat kbaun kini telah diidentifikasikan gejala serupa di kalangan para mahasiswa di kota besar, ya dikenal dengan istilah kumpul kebo. Guldens mengemukakan pula bahwa kini terdapat sejumlah besar orang homoseks ( laki maupun perempuan) yang hidup bersama sebagai suatu pasangan tetap. un antara på perempuan lesbian yang hidup berpasangan tersebut ada yang mengasun anak kandung s seorang di antara mereka. Kini pun mulai ada pasangan laki-laki homoseks yang mengasun and Kita belun mengetahul banyak mengenai kehidupan berpasangan di kalangan kaum hom
  • 39. • Kekerasan Dalam Keluarga Keluarga memang berfungsi untuk menyalurkan perasaan anggota keluarga; namun keluarga merupakan pula ajang pelampiasan nafsu. Sehubungan dengan Inl, gejala yang dikemukakan Giddens lalah sering berlangsungnya kekerasan dalam keluarga: penganiayaan suami terhadap Istri, penganiayaan orang tua terhadap anak, dan perkosaan orang tua terhadap anak (termasuk di dalamnya perkosaan terhadap anak tiri, kemenakan, cucu). INSTITUSI PENDIDIKAN Pokok Bahasan Sosiologi Pendidika Pendidikan merupakan Institusi yang juga mendapat perhatian besar dari para ahli sosiologi. Pokok bahasan utama dalam sosiologi pendidikan lalah institusi pendidikan-formal, dan institusi pendidikan formal terpenting dalam masyarakat kita lalah sekolah yang me-nawarkan pendidikan formal mulal dari jenjang prasekolah sampal ke jenjang pendidikan tinggi baik yang bersifat umum maupun khusus (misalnya sekolah agama atau sekolah luar blasa). Namun kita telah mengetahul pula bahwa di luar sekolah dijumpal berbagal bentuk pendidikan luar sekolah seperti pendidikan nonformal, misalnya kursus, dan pendidikan Informal, misalnya pendidikan yang terjad! di rumah atau melalui media massa.
  • 40. Fungsi Pendidikan Institusi pendidikan dikaitkan dengan berbagal fungsi. Dalam kaitan ini ada ahli sosiolog yang membedakan antara fungsi manifes dan fungsi laten. Menurut Horton dan Hunt (1984) fungs manifes Institusi pendidikan lalah, antara lain, mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencar nalkah, mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi maupun bagi kepentinga masyarakat, melestarikan kebudayaan, menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipas dalam demokrasi dan sebagainya. Fungsi manifes adalah fungsi yang tercantum dalam kurikulum sekolah. Namun kita telah melihat pula dalam pembahasan mengenal sosialisasi bahwa sekolah pun mempunyal apa yang dinamakan kurikulum tersembunyi atau terselubung (hidden curriculum), yaitu kurikulum yang tidak disadari tetapi meskipun demikian berfungsi pula untuk menanamkan pengetahuan, kete rampilan atau nilai tertentu. Kita telah melihat pandangan Dreeben mengenal aturan yang dipelajari siswa sekolah. Dalam kaltan ini Horton dan Hunt pun menyebutkan beberapa fung laten, seperti pemupukan keremajaan, pengurangan pengendalian orang tua, penyediaan sarana untuk pembangkangan, dan dipertahankannya sistem kelas sosial. Adanya sekolah memungkinkan diperpanjangnya masa remaja dan penundaan masa dewasa. Dengan bersekolah sang anak memperpanjang ketergantungan ekonomi anak pada orang tua dan mencegah masuknya anak dalam angkatan kerja.
  • 41. INSTITUSI DI BIDANG AGAMA Agama merupakan suatu institusi penting yang mengatur kehidupan manusla. Istilah agama yang digunakan di sini merupakan terjemahan dari kata religion--suatu istilah yang ruang Ingkupnya lebih luas daripada istilah agama yang digunakan oleh Pemerintah RI, yang hanya mencakup agama yang diakul Pemerintah yaitu agama Islam, agama Protestan, agama Katolik, agama Hindu, dan agama Budha. Untuk menghindari kerancuan antara istilah agama yang digunakan Pemerintah dan istilah religion, ada ilmuwan sosial kita yang menerjemahkan istilah elgian-yang selain agama tersebut di atas meliputi pula animisme, totemisme, Konfusianisme, Judaisme, Taoisme--menjadi Istilah religi. • Fungsi Agama Apa fungsi agama? Dalam bahasannya mengenal hal ini, Horton dan Hunt (1984:271-272) membedakan antara fungsi manifes dan fungsi laten. Menurut mereka fungsi manifes agama erkaitan dengan segi doktrin, ritual, dan aturan perilaku dalam agama. Namun yang juga penting lketahui adalah fungsi laten agama. Dalam kaitan ini Durkheim terkenal karena pandangannya Jahwa agama mempunyai fungsi positif bagi integrasi masyarakat, baik pada tingkat mikro maupun makro.
  • 42. • Agama dan Perubahan Sosial Para ahli sosiologi agama mengkaji hubungan antara agama dan perubahan sosial. Ada yang berpendapat, misalnya, bahwa agama menghambat perubahan soslal. Pandangan Ini tercermin dari ucapan Marx bahwa "agama adalah candu bagl rakyat"; menurutnya karena ajaran agamalah maka rakyat menerima saja nasib buruk mereka dan tidak tergerak untuk berbuat sesuatu untuk memperbalki keadaan. Pandangan ini ditentang ahli sosiologi lain, yang menunjukkan bahwa dalam banyak masyarakat kaum agama merupakan kekuatan revolusioner yang memimpin gerakan sosial untuk mengubah masyarakat. Contoh yang dapat diajukan untuk mendukung pendapat demikian lalah, antara lain, berbagal gerakan perlawanan kaum ulama di tanah air kita terhadap penjajahan Belanda, kepeloporan para rohanlwan Katolik dalam menghadapi diktator dan rezim militer di berbagai negara Amerika Selatan, perlawanan para rohaniwan Katolik di Polandia terhadap rezim komunis, dan gerakan para Ayatollah yang berhasil menjatuhkan rezim Shah Iran. Kita tentu masih Ingat pula tesls Weber, yang intinya ialah bahwa perkembangan semangat kapitalisme di Eropa Barat berhubungan secara erat dengan perkembangan etika Protestan.
  • 43. • Agama dan Institusi Lain Dalam Masyarakat Kesalingterkaitan antara institusi agama dan Institusi lain merupakan pokok kajian yang 19 ditekuni berbagai ahll sóstolog! aganta. Salah satu keterkaitan dijumpai di bidang keluarga sil Masuknya agama Katolik di Pulau Flores, misalnya, dianggap sebagai faktor yang secara bertahap m menghilangkan praktik poligami dan menghalangi terjadinya perceraian dalam masyarakat. Dalam da masyarakat yang agamanya tidak membenarkan pembatasan kelahiran dijumpai keluarga yang gr cenderung mempunyai banyak anak. Kita pun dapat mengamati keterkaitan agama dengan politik. Sebelum terjadinya penyederhanaan partal politik yang diikuti dengan diterimanya Pancasila sebagai satu-satunya asas di masa lalu, di negara kita pernah terdapat partal politik berbasis agama seperti Masjumi, Nahdatu Ulama, PSII, Partai Kristen Indonesia dan Partai Katolik. Sejak tahun 1998 muncul lagi berbaga partai politik berbasis agama. Pendidikan pun merupakan Institusi yang terkait dengan agama. Dalam sistem pendidikan kita, misalnya, mata pelajaran agama diberikan mulai dari jenjang taman kanak-kanak sampai ke pendidikan tinggi. Dalam sistem pendidikan umum kita dijumpai lembaga pendidikan dasar. menengah dan tinggi swasta yang dikelola oleh organisasi agarna seperti Universitas Muharama diyan, Universitas Katolik Atma Jaya, dan Universitas Kristen Indonesia. Kita mengenal pula Tembaga pendidikan pada tingkat dasar, menengah dan tinggi ya agama seperti
  • 44. INSTITUSI EKONOMI Sebagaimana telah kita ketahui dari sejarah perkembangan sosiologi sebagai suatu disiplin mu, maka kelahiran sosiologi dipicu oleh perubahan besar yang melanda Eropa Barat. Beberapa perubahan penting di antaranya lalah memudarnya sistem feudalisme, berkembangnya kapl talisme, dan berkembangnya Industrialisasi. Dengan demikian tidaklah mengherankan mengapa sejak awal para ahli sosiologi telah tertarik pada masalah sosiologi dalam kegiatan perekonomian. Perhatian ini telah tertuang dalam karya para ahli sosiologi awal. Kita tentu masih Ingat bagaimana Comte menguraikan teorinya mengenal tiga tahap perkembangan masyarakat, dan bagaimana Marx menguraikan tumbuh dan berkembangnya kapitalisme dan sosialisme.
  • 45. Sosialisme Ideologi sostalisme dapat dibagi dalam sosialisme non-Marxis dan sosialisme Mars sorialome telah ada jauh sebelum zamannya Marx (lihat Laayendecker, 1983). Ketal dengan terjadinya penderitaan, ketimpangan ekonomi dan ketidakadilan sebagai okt kembangnya industrialisasi dan kapitalismo telah melahirkan gerakan sosial di berbaga Eropa abed 19, yang bertujuan merombak masyarakat ke arah persamaan hak dan pe terhadap hak milik pribadi. Sebagaimana telah disebutkan di atas, sosiologi mempelajari Institusi di bidang ekonomi, yaitu yang melaksanakan produksi dan distribusi barang dan jasa dalam masyarakat. Dalam masyarakat kita menjumpal berbagai bentuk organisasi yang terlibat dalam proses produksi dan distribusi barang dan jasa ini.
  • 46. Tipe Dominasi Kornblum (1989:459) mengemukakan bahwa polluk menentukan slapa memperoleh bilamana, dan bagaimana, dan bahwa dasar politik lalah persaingan untuk memiliki kekuasa Dalam kaltan ini kita akan melihat salah satu sumbangan penting Weber bagi sosiologi pot yaltu kaflannya terhadap kekuasaan dan dominast. Pada kekuasaan semata-mata, di pihak lain, seseorang dapat saja memaksakan k hendaknya pada pihak lain tanpa mempunyal wewenang dan pihak yang dikuasal terpak menaatinya meskipun tidak ada kewajiban baginya untuk berbuat demikian. Situasi demikian ki hadapl, misalnya, dalam kasus pemerasan atau penodongan. Suatu dominasi memerlukan keabsahan (legitimacy), yaitu pengakuan atau pembenam masyarakat terhadap dominasi tersebut, agar penguasa dapat melaksanakan kekuasaannya seca sah. Dalam hubungan ini Weber membedakan antara tiga jenis dominasi: dominasi kharismati dominasi tradisional, dan dominasi legal-rasional. Dengan sendirinya ketiga tipe ini bagi Web merupakan tipe Ideal, sehingga dalam kenyataan empirik tentu akan terjadi penggabungan anta beberapa tipe.
  • 47. Proses Politik Sosiologi politik mempelajari proses politik. Kita telah lihat bahwa dasar politik persaingan untuk memperoleh kekuasaan. Proses politik berupa persaingan untuk mempe kekuasaan ini dapat dengan mudah mengarah ke konflik yang dapat mengancam keut masyarakat. Oleh sebab itu suatu masalah yang menjadi pokok perhatian Upset lalah faktor menyebabkan terjadinya konflik dan konsensus, Untuk menjawab permasalahan In! Upset ber ke pandangan pemikir seperti Marx, Tocqueville, Weber dan Michels (pem-bahasan berik didasarkan pada Lipset, 1963). RINGKASAN Dalam sosiologi keluarga dikenal berbagai pembedaan, yaitu antara keluarga yang sistem konsanguinal dan keluarga yang bersistem konjugal, antara keluarga orientasi dan ke prokreasi, dan antara keluarga batih dan keluarga luas. Kita mengenal beberapa tipe kalu luas, seperti joint family, dan keluarga luas virilokal. Semua masyarakat mengenal berbagai aturan mengenal siapa yang boleh dan Udak dinikah. Salah satu di antaranya lalah incest taboo (larangan hubungan sumbang), yang me hubungan perkawinan dengan keluarga yang sangat dekat.
  • 48. Para ilmuwan sosial ahli sosiologi mengidentifikasikan berbagal fungsi keluarga. Yang ter penting di antaranya lalah fungsi pengaturan seks, reproduksi, sosialisasi, afeksi, definisi status, ada perlindungan dan ekonomi. Ikatan perkawinan kadangkala berakhir dengan perpisahan atau bahkan perceraian.Peningkatan angka perceraian dalam masyarakat pun membawa peningkatan gaya hidup khas keluarga berceral. Selain itu dalam berbagal masyarakat Barat kini telah berkembang gaya hidup yang menyimpang dari pola kehidupan perkawinan dan hidup berkeluarga yang semula berlaku ante yaltu hidup bersama di luar nikah, keluarga orang tua homoseks, dan hidup mem-bujang.