1. Notulensi Rapat Peresmian Multistakeholder Advisory Group
(MAG) ID-IG
Jumat, 18 Mei 2018
Hotel Grand Cemara, Wahid Hasyim Jakarta Pusat
Rapat Peresmian Multistakeholder Advisory Group (MAG) ID-IGF telah dilaksanakan pada hari
Jumat tanggal 18 Mei 2018, bertempat di hotel Grand Cemara – Jl. Wahid Hasyim Jakarta Pusat.
Rapat dibuka dan dipimpin oleh Ibu Mariam F. Barata selaku Koordinator MAG ID-IGF periode
2016 – 2018. Rapat dihadiri oleh anggota MAG periode 2018 – 2020 serta stakeholder lainnya.
Hasil Rapat Peresmian MAG periode 2018 – 2020 disampaikan sebagai sebagai berikut:
Agenda Rapat
1. Pembukaan oleh Koordinator MAG ID-IGF periode 2016 – 2018
2. Sambutan oleh Dirjen APTIKA – Kemkominfo
3. Perkenalan dan Penetapan MAG ID-IGF
4. Penjelasana Global IGF 2018 oleh Perwakilan RI untuk IGF Global
5. Pemilihan dan Penetapan Koordinator MAG ID-IGF periode 2018 – 2020
6. Ramah Tamah dan buka puasa bersama
1. Pembukaan oleh koordinator MAG ID-IGF periode 2016 – 2018
Dalam pembukaan Rapat peresmian MAG ID-IGF periode 2018 – 2020 ini, kordinator MAG ID-IGF
periode 2016 – 2018, Ibu Mariam F. Barata memaparkan sekilas mengenai ID-IGF dan juga
kegiatan yang dilaksanakan oleh ID-IGF sepanjang tahun 2016 s/d 2018 (pertengahan). Seluruh
kegiatan ID-IGF adalah hasil dari kolaborasi bersama multistakholder periode 2016 – 2018 dan
juga bersama dengan lembaga lainnya namun masih dalam koridor yang terkait dengan tata
kelola internet atau dengan ruang lingkup yang sama yaitu para pemerhati perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi khsusunya pada internet.
Pemaparan tersebut juga merupakan salah satu bentuk laporan kegiatan baik yang telah berjalan
maupun yang baru akan dijalankan. Salah satu yang sedang akan dijalankan adalah proposal ke
NRIs, untuk acara IGF Global di Jenewa pada tahun ini yang akan dilaksanakan sekitar bulan
November/Desember 2018 mendatang.
Dalam rapat peresmian ini pun, telah di bentuk group whatsapp baru dan Skype untuk MAG
periode 2018 – 2020. Untuk Skype, karena telah dibahas mengenai rapat secara daring / online.
Hal ini dimungkinkan jika ada anggota MAG yang berhalangan hadir untuk rapat ditempat, namun
dapat mengikuti rapat melalui daring.
Bapak Andi Budimansyah dari PANDI, yang merupakan salah satu MAG periode 2016 – 2018 yag
telah terpilih kembali, memberikan penjelasan mengenai kolaborasi PANDI dengan ID-IGF yang
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 3 Mei 2018 lalu mengenai acara PANDI meeting 9, yang inti
2. dari acara adalah mengenai infrastruktur dan permasalahan infrastruktur dengan para pemegang
kepetingan di Indonesia. Koordinator MAG juga menghimbau untuk para stakeolder untuk dapat
berkolaborasi dalam kegiatan yang akan dilaksanakan.
Bapak Andi Budimansyah juga berkesempatan memberikan sedikit paparan mengenai
terbentuknya ID-IGF yang mana ID-IGF dibentuk dari badan PBB. Yang mana dalam IGF berdasar
pada kesetaraan. Maka dari itu itulah, MAG ID-IGF mengikuti tata laksana tersebut. Contoh nya
adalah kesetaraan dalam jumlah multistakeholder, misal tahun lalu multistakeholder ada 5 pada
masing – masing kelompok, maka jumlah nya harus 5 pada setiap kelompok lainnya. Dan pada
tahun ini berjumlah 6, maka dari itu setiap kelompok pemangku kepentingan harus berjumlah
sama. Begitupun pada pengelompokkan keranjang pada pelaksanaan dialog nasional dimana
pemgelompokkan berdasarkan pada kepetingan yang ada. Misal permasalahan dimasing –
masing bidang, contoh nya ekonomi, infrastruktur, social budaya hukum dan regulasi dan Youth.
Sebagai penjelasan, dibidang infrastruktur – permasalahan yang ada dibidang infrastruktur di
internet, tidak lagi dipegang oleh stakeholder dibidang Teknik komunikasi dan hukum, tetapi bisa
menyangkut kepada stakeholder dibidang ekonomi juga. Maka dari itu seluruh stakeholder harus
duduk bersama untuk mendiskusikannya.
Tahun 2013, dengan dimotori oleh stakeholder yang ada di Indonesia, membentuk ID-IGF. Maka
pada akhirnya ID-IGF dideklarasikan dihotel Borobudur. Hal tersebut karena akan diadakanya IGF
Global bertaraf internasional dimana artinya seluruh perwakilan IGF di PBB hadir. Demikianlah
sejarah sedikit mengenai ID-IGF. Penjelasan singkat mengenai MAG sendiri adalah (merupakan)
tim perumus yang membantu merumuskan dan memfasilitasi komunitas dan diskusi – diskusi
yang berkaitan dengan topik – topik yang perlu kita duduk bersama untuk membahas dan
mencari jalan keluar terhadap masalah – masalah yang terjadi. Karna sifat nya yang forum group
diskusi, maka MAG ID-IGF tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Namun karena hasil
dari diskusi – diskusi tersebut berupa rekomendasi yang dibutuhkan oleh para stakeholder misal
mengenai domain, yang artinya para stakeholder terkait dapat membuat sebuah diskusi yang
nanti hasilnya dapat direkomendasikan kepada stakeholder lainnya. Begitupun yang diharapkan
dari hasil diskusi ID-IGF, kedepannya diharapkan bahwa hasil diskusi nya dapat dibawa untuk
dijadikan rekomendasi kepada pemerintahan dan juga pihak terkait lainnya.
Summary dari paparan Bapak Ashiwn, yang mana dalam risalah ini khusus hanya memasukkan
mengenai pelaksanaan IGF Global yang ke 8 dimana Indonesia menjadi host nya. Acara
dilaksanakan di Bali pada tahun 2013. Karena pada dasarnya IGF terdiri atas multistakeholder,
namun di Indonesia sendiri, dari tahun 2002 telah mengenal adanya mini government didalam
tata kelola internet nya, maka dalam IGF Global 2013 tersebut dibahas bahwa pemerintah
(khusus nya Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai salah satu stakeholder
penyelenggara acara IGF Global 2013 tersebut) mengurus / mengadakan ministrial meeting yang
khusus dilaksanakan sehari didalam pelaksanaan IGF Global 2013 tersebut.
3. 2. Sambutan oleh Bapak Dirjen APTIKA – Bpk. Semuel Abrijani Pengarapan.
Sambutan oleh Bapak Dirjen APTIKA dilaksanakan melalui / via telepon. Karena Beliau
berhalangan hadir diacara peresmian ini. Pertama Bapak Dirjen APTIKA mengucapkan selamat
kepada seluruh anggota MAG periode 2018 – 2020 yang telah bergabung di dalam ID-IGF dan
mau meluangkan waktu dan tenaga nya untuk dapat terus mendukung berjalan nya Forum Tata
Kelola Internet Indonesia ini. Kedua beliau menyampaikan, kedepan diharapkan bahwa MAG
berkomitmen dalam memberikan masukkan – masukkan didalam forum ini, karena bapak Dirjen
APTIKA akan ke Jenewa bulan Juli mendatang untuk dapat mengusulkan Indonesia menjadi host
yang kedua kalinya untuk acara IGF Global di akhir tahun 2019 nanti. Namun hal ini tentu nya
butuh dukungan dan jika memang seluruh Mulitstakeholder Advisory Group juga mendukung
akan hal ini.
3. Perkenalan dan Penetapan MAG ID-IGF
Perkenalan dan Penetapan MAG ID-IGF periode 2018 – 2020 berjalan dengan baik sesuai yang
diharapkan. Walau tidak seluruh nya hadir, namun sudah mencapai lebih dari 50% kehadiran dari
MAG baru, maka penetapan sudah dianggap berjalan baik. Dan juga penetapan MAG baru
periode 2018 – 2020 ini telah melalui tahapan dan telah dituangkan didalam Surat Keputusan
(SK) Dirjen APTIKA No. 50 tertanggal 2 Mei 2018.
Adapaun nama – nama MAG baru yang hadir (hanya disebutkan yang hadir didalam notulensi ini,
sedangkan daftar nama MAG baru tercantum dalam SK, mohon dilihat lampiran SK dimaksud),
perwakilan, wakil dan stakeholder lainnya, adalah sebagai berikut:
1. Sdri. Adek Triana (KEMENLU) MAG
2. Sdr. Andi Budimansyah ( PANDI ) MAG
3. Sdri. Anna Roosdiana (APJATEL) - Perwakilan
4. Sdr. Arfi Bambani ( AJI) MAG
5. Sdr. Ashwin Sasongko (LIPI) MAG
6. Sdri. Astari Yuniarti (REDAXI) MAG
7. Sdr. Bambang Pratama (BINUS) MAG
8. Sdr. Bhredipta Socarana (K&K Advocates) MAG
9. Sdr. Donny BU (KOMINFO)
10. Sdri. Diena Haryana (SEJIWA) MAG
11. Sdri. Elysabeth Damayanti (MASTEL) MAG
12. Sdr. Emir Hartanto (Petabencana.id) MAG
13. Sdr. Freddy Pinontoan (IDNOG) MAG
14. Sdr. Fajar Suryawan (ATSI) MAG
15. Sdri. Hani Purnawanti (RTIK) MAG
16. Sdr. Hendarwin (REGISTRAR) MAG
17. Sdr. Indriyatno Banyumurti (ICTW) MAG
4. 18. Sdri. Mariam F. Barata (KOMINFO) Koordinator MAG
19. Sdri. Mardiana (Sekretariat ID-IGF)
20. Sdri. Nazrya Oktora (IdEA) MAG
21. Sdri. Nova W. (APJATEL) – Perwakilan
22. Sdri. Rita Nurlita (DISKOMINFO Kota Depok) MAG
23. Sdr. Rizky Edmi (UHAMKA) MAG
24. Sdri. Rizky Amelia (KOMINFO)
25. Sdri. Rizqya Juwita (KPPA) – Wakil
26. Sdri. Shita Laksmi (DIPLO) MAG
27. Sdri. Valentina Gintings (KPPA) MAG
28. Sdri. Virza Syalvira ( IdEA ) – Wakil
29. Sdr. Yuan (ISIPII) MAG
30. Sdr. Yudho Giri Sucahyo (Universitas Indonesia) MAG
4. Penjelasana Global IGF 2018 oleh Perwakilan RI untuk IGF Global
Summary paparan penjelasan Global IGF 2018, diIbuka dengan cerita bahwa internet adalah
merupakan barang baru dan beda jika berbicara mengenai telekomunikasi, telephone yang masih
pakai switch dan lain - lainnya. Yang mana otorisasi yang mengurusi nya di badan dunia (PBB)
bernama ITU. Kemudian masuk internet, dimana masing – masing stakeholder seperti
pemerintah, CSO, Technical Community, Private Sector, melihat dari perspektif yang beragam
artinya banyak masukkan berbeda jika masuk dalam pembahasan seputar internet. Kemudian
pada awalnya ITU mengadakan World Summit Internet Society dimana seluruh anggota PBB ikut
dalam diskusi termasuk Indonesia (yang pertama kali). Kemudian dikatakan bahwa WSIS terlalu
besar cakupannya dan harus ada POKJA. Dari POKJA ini yang kemudian dibuat lah IGF (Internet
Governance Forum) yang beranggotakan mutistakeholder. IGF dimandatkan/dituliskan dalam
rapat WSIS untuk dapat setiap tahun melaksanakan rapat – rapat yang akhirnya menjalar disetiap
kota – kota diseluru dunia (dimana negara nya terdaftar sebagai anggota IGF). Dan di Indonesia
dilaksanakan pada tahun 2013.
Di sampaikan juga pertanyaan dari para (teman-teman) stakeholders, apa relevansi adanya ID-
IGF dengan konteks kebijakan internet di Indonesia? Apakah ini hanya bicara – bicara dan
akhirnya selesai tanpa ada hasil? Namun Kominfo sebagai pengampu kebijakan tidak mengerti/
tidak mendapat side nya. Pesan dari Menteri Komunikasi dan Informatika hanya satu (1) kenapa
setidak nya hasil dari setiap pertemuan di formulasikan ke dalam Bahasa yang akan menjadi
Bahasa regulasi. Maka dari itu ID-IGF mengapresiasi (dalam periode MAG baru ini) memilik
stakeholder dari institusi badan hukum dan juga akademisi yang berlatar belakang salah satunya
sebagai researchers (penelitian). Dan bahwa Menteri tidak menunjuk satu organisasi. Dan untuk
menjadi mitra yang kuat, yang siginifican bagi pengambil kebijakan salah satunya dari dari
Kominfo, contoh MASTEL yang banyak melakukan pertemuan hingga menghasilakn rekomendasi
5. dan dan juga adanya proses lobby. Tetapi tidak dikatakan bahwa Menteri melakukan loby.
Demikian pula yang dilakukan ID-IGF yang sekarang, diharapkan untuk dapat melakukan
pertemuan – pertemuan dan ada dokumentasi tercatat dalam Bahasa regulasi dan ada proses
lobbying. Bukan melalui diskusi yang berada dalam aplikasi – aplikasi . Maka sangat significan
dipenting untuk ID-IGF bersinergi dengan para stakeholder. Dan pertemuan – pertemuan dan
proses diskusi dilaksanakan selayaknya diskusi yang dapat menghasilkan kebijakan. Karena jelas
sepert telah diketahui bahwa ID-IGF adalah Muktistakeholder, berarti tidak dapat melihat secara
persatu organisasi saja.
Kemudian mengenai IGF Global pada bulan November/Desember 2018, yang belum diketahui
akan dilaksanakan dimana. Pesan dari Menteri dan Dirjen adalah memastikan ID-IGF bersuara di
IGF Global dan kepentingan Indonesia juga diperjuangkan di Global. Ada pertanyaan apa
hubungan Global IGF dengan ID-IGF, bisa dikatakan bahwa Global IGF sangat significant dan kuat
(pengaruhnya untuk dapat didengar). Dalam Global IGF nanti ID-IGF mengambil main session dan
high level session, diketahui bahwa workshop dalam Global IGF itu sendiri sebanyak 80
workshop. Misalnya NRIs (Nasional & Regional IGF) workshop adalah workshop yang dikelola
oleh masing – masing negara, dimana salah satu fungsinya adalah bicara tentang digital right,
digital literacy dan awareness lalu ada sesi digital transformation. Risalah dari pertemuan 2018
pada bulan Maret di Jenewa sudah diterjemahkan dan sudah di upload di website ID-IGF. Untuk
keikut sertaan workshop di Global IGF ini, diharapkan kepada seluruh multistakeholder
berpartisipasi untuk dapat memberikan workshop proposal.
Penjelasan mengenai hubungn MAG Global IGF dengan posisi Dirjen dan tenaga ahli Menteri.
Pada MAG member di Global IGF konsep nya sama seperti ID-IGF, dimana semua orang berhak
untuk apply menjadi MAG member berdasarkan pada stakeholder, buka pada country (Negara).
Contoh adalah salah satu perwakilan yang berasal dari Indonesia pada tahun lalu, yang mewakili
stakeholdernya. Bukan mengatas namakan negara dimana orang tersebut berasal. Dalam MAG
member Global IGF terdiri atas 5 kelompok pemangku kepentingan yaitu; Pemerintah,
Masyarakat Sipil (CSO), Private Sector, Akademisi, dan Masyarakat Teknis.
Selain dari MAG member berdasarkan stakeholder, setiap mantan host country seperti
contohnya Indonesia pada tahun 2013, bahwa Indonesia memiliki slot untuk duduk bukan
sebagai MAG member tetapi perwakilan tetap Indonesia untuk mengikuti sidang – sidang dan
rapat – rapat MAG dan persiapan Global IGF. Berdasarkan arahan Menteri Komunikasi dan
informatika dan lainnya, dicoba untuk meloby dan selaku pengampu tata kelola internet dari
Dirjen APTIKA maka Menteri meminta 2(dua) perwakilan dari Indonesia yaitu Bapak Dirjen dan
tenaga ahli Menteri untuk membuat satu suara dari Indonesia, bukan dari stakeholder. Dan yang
akan diperjuangkan adalah suara Indonesia. Jadi itulah yang membedakan representasi MAG
dengan representasi Indonesia. Maka dari itu jika ada masukkan proposal dari indoensia akan
diperjuangkan oleh ke dua orang perwakilan Indonesia tersebut.
Belum ada pernah terjadi negara menjadi 2 kali host. Namun Dirjen akan berusaha untuk
Indoensia dapat menjadi host kembali.
6. Untuk MAG diharapkan memberikan proposal yang akan jatuh tempo pada tanggal 27 Mei
mendatang. Jika memang dari stakeholder perlu bantuan untuk pembuatan proposal, maka akan
dibantu oleh Kominfo (Mas Donny). Mengambil Gambaran tahun 2017, banyak proposal berasal
dari masyarakat sipil atau dari CSO, sebesar 61%. Seperti terlihat dalam table dalam slide
paparan.
Indonesia ikut ambil bagian dalam workshop ini. Sudah ada3 (tiga) proposal bahasan topik yang
akan diajukan dalam NRIs ini, adalah sebagai berikut :
1. Combating the Spreading of Fake News, Disinformation and Dangerous Content (Radicalism
and Terrorism) in the Online Sphere: Upstream Approach through Digital Literacy and
Downstream Approach through Law Enforcement.
2. Developing People’s Priority Digital Economy through MSMEs and Startups Community:
Equity of Telecommunication Infrastructure, Capacity of Human Resources and Policy of Level
Playing Field
3. Increasing the Potential and Resilience of Young Generation in Using the Internet and Its
Challenges in the Era of Tsunami Information as well as the Trap of Echo Chamber Algorithm:
Collaborative Work, Multi-stakeholder Approached and Digital Literacy
Namun ke 3 topik yang telah ada seperti penjelasan diatas, dapat di diskusikan (MAG
memberikan usulan lain) kembali apakah topik tersebut (diatas) perlu ada yang di ganti
(diperbaiki). Bersama ini pula, ibu Mariam – yang masih menjabat sebagai coordinator MAG
lama, memberikan kesempatan kepada MAG baru untuk dapat memberikan masukkan nya.
Namun karena deadline tanggal submission untuk proposal sudah semakin dekat maka
diharapkan kepada seluruh MAG baru untuk dapat bisa pada saat ini (saat rapat peresmian ini)
pula memberikan masukkan penggantian topik yang telah ada seperti tercantum diatas.
Adapun proposal yang telah masuk, banyak yang membawa bahasan seputar Child Protection
dan Perlindungan Data Privacy, maka diharapkan agar Indonesia dapat memberikan proposal
dengan bahasan yang berbeda.
Masukkan 1; mengenai NRIs – hasil yang tangible dari NRIs, pertama adalah tercatat dari tahun
2005 – 2015 adalah hadirnya Nasional IGF yang tercatat di NRIs data sendiri sebanyak 70
(diseluruh dunia) seperti Asia Pacific, Eropa, Eropa Barat, Amerika dan latin Amerika. Kedua,
Indonesia adalah Nasional IGF yang paling stabil yang pernah terlihat dibanding negara lain.
Paling tidak dengan Asia Pacific, seperti yang telah di”obrol”kan oleh beliau seperti Jepang dan
beberapa negara kepualuan, hampir dari mereka semua tidak stabil (Nasional IGF nya). Adanya
sekian (banyak) anggota MAG pendatang baru, itu merupakan suatu pencapaian untuk
Indonesia. Dan yang ke tiga, tugas MAG baik Indonesia maupun global. Untuk yang Global, ketika
berbicara mengenai proposal adalah jika workshop nya susah atau proposal nya susah, karena
biasa IGF menerima proposal sekitar 200 – 300, dan yang masuk hanya 100 an proposal, lewat
open forum. Dan biasanya Indonesia selalu masuk di open forum karena open forum diaurasi
7. untuk pemerintah, alternatif ada pemerintah bisa masuk. Di nasional IGF, jika bisa kita harus
outreach orang – orang yang punya kapasitas contoh adanya MAG dgn latar belakang Dokter,
bisa nanti dibahas mengenai kesehatan (dalam kontek penggunaan internet). Dan berikut nya
kita harus bisa membangun hasil yang tangible / kongkrit, tidak perlu dalam bentuk diskusi yang
besar (nasional) tapi bisa dalam bentuk diskusi – diskusi yang memang sangat bermanfaat dan
sangat penting kita hadapi saat ini dan ini lah yang perlu didiskusikan. Dan jika kita mau
merekomendasikan sesuatu ke pemerintah, kita harus melakukan hal tersebut (diskusi – diskusi
bersama tadi).
Untuk Keranjang basket itu bukan mandatori, dimana gunanya untuk melihat 47 isu di seluruh
dunia, dan diklasifikasikan. Dan diskusi atau keranjang – keranjang itu bisa diubah tergantung
dari kebutuhan atau bahasan apa yang kita mau masukkan. Dan dengan makin banyak nya variasi
insitusi yang masuk dalam MAG saat ini, diyakini akan lebih menarik pembahasan yang akan di
hadirkan nantinya.
5. Pemilihan dan Penetapan Koordinator MAG ID-IGF periode 2018 – 2020
Ada pertanyaan (sebelum pemilihan koordinator): mengenai penyelenggaraan Social Budaya di
tahun 2017 seperti apa untuk dapat dicanangkan di tahun 2018 akan seperti apa. Penjelasan Ibu
Mariam bahwa kegitan social budaya seperti tercantum dalam paparan. Dan nanti akan
dikembangkan lagi mengikuti perkembangan yang ada apalagi dengan sudah terbentuk nya MAG
baru periode 2018 – 2020 ini.
Dari hasil pemilihan secara langsung di dalam rapat peresmian MAG ini, di tentukan bahwa Ibu
Mariam F. Barata kembali menjadi koordinator MAG periode 2018 – 2020. Dan untuk kantor
secretariat, bisa tetap memakai Gedung Kominfo, Lt.2. Jika pun koordinator nya bukan dari
Kominfo.
Masukkan 2: Terkait dengan kembali nya ibu Mariam menjadi koordinator, dan seperti adanya
tawaran untuk dapat memasukkan proposal dari para MAG untuk acara NRIs, dan jika memang
ada proposal MAG yang terpilih dari, jika saja organisasi nya adalah organisasi yang besar dan
mumpuni, yang bisa membiayai mereka untuk terbang menghadiri acara, namun jika tidak,
pembiayaan nya akan seperti apa? apakah Kominfo akan memposisikan (budgeting), diluar dari
fellowship. Yang kedua dari hasil presentasi / paparan, MAG ID-IGF unik, karena adanya
akademisi. Karena jika pada beberapa lembaga/forum lain, cenderung tidak dianggap. Ketiga,
terkait tata kelola internet – mengenai kerangka kerja, agar dirancang dari berbagai perbedaan
yang telah ada, baik dari Diplo, ISOC dan lain – lain supaya ada kekayaan pemikiran terkait tata
kelola internet. Dan yang ke empat, untuk usulan Indonesia menjadi host kembali, mungkin perlu
dipikirkan kembali, dengan melihat apakah nanti Menteri nya berganti (berubah) maka kebijakan
akan kemungkinan juga berubah, ini untuk menjaga seluruh kawan – kawan komunitas yang telah
ada dalam forum ini tentu nya. Usulan terakhir adalah (tanpa mengurangi rasa hormat kepada
Bapak Mudjiono)harapannya wakil kita di IGF adalah Pemerintah yang sedang aktif.
8. Note: Posisi yang mewakili Indonesai sesuai arahan Menteri adalah posisi tenaga ahli (di
mandatkan pada jabatan) yang ada saat ini. Dan jika berganti (contoh berganti Menteri juga),
maka Menteri harus mengeluarkan surat untuk disampaikan ke UN. Tanpa hal tersebut maka
tidak akan berlaku.
Masukkan 3: mengenai rapat. Mengingat pada MAG periode yang lalu, jika rapat yang datang
hanya sedikit dan kurang dari separuh keanggotaan MAG yang ada, dan mengingat ini adalah
forum Internet Governance Forum, mengapa tidak menggunakan internet untuk rapat, contoh
memakai skype, atau google meet up. Jadi misal pak Ashwin yang dari bandung tidak harus ke
Jakarta jika ada rapat (misal). Jadi para anggota MAG diharapkan memiliki Skype, agar dapat
selalu mengikuti rapat. Kemudian jika bisa mengadakan forum-forum diskusi yag dijadikan risalah
agar dapat dijadikan masukkan – masukkan baru dan dapat menjadi catatan terutama untuk
pemerintah. Dan jika bisa untuk satu tahun ke depan dirancang adanya tema – tema bahasan.
Masukkan 4: bahwa setuju dengan masukan masukan 3, mengenai risalah. Karena dari risalah
tersebut dapat dibaca dan diketahui (diakses) oleh banyak orang dan dapat dijadikan
rekomendasi bahan riset.
Masukkan 5: isunya adalah bagaimana kita menyebar luaskan mengenai ID-IGF dan peran para
stakeholdernya yang sudah cukup significan. Dari sisi regulasi, belum ada. Yang kedua isu data
pribadi, seperti di amerika sendiri sduah meresmikan cloud, dimana amerika sendiri mengatakan
jika ada data yang disimpan oleh perusahaan It di amerika boleh dibuka oleh pemerintah amerika
serikat, dan mungkin hal – hal speerti itu yang dapat menjadi isu – isu hangat untuk dibahas.
Masukkan 6: untuk MAG Sekarang ini, seperti yang telah disusun mba Shita mengenai “ aturan
main”, saran nya kepada coordinator bahwa apa yang telah disusun mengenai aturan main
tersebut untuk dapat dibuka dan di formalkan kembali dan diambil kesepakatan supaya dapat
diketahui oleh MAG apa yang menjadi “kewajiban” (tanda petik, standar operational
prosedur/SOP) agar dapat bergerak sesuai dengan koridor yang telah ada.
Masukkan 7: mendukung usulan masukkan 3, untuk penyelenggaraan online meeting melalui
skype karena disadari bahwa MAG mempunyai komitmen untuk hadir dalam pertemuan –
pertemuan yang diadakan, namun jika berhalangan hadir maka skype dapat menjadi salah satu
alternative untuk dapat hadir di pertemuan tanpa terhalang jarak. Hal lain terkait ketertarikan
akan msalah yag terkait hukum terutama dangan adanya situs yang mengarah pada radikalisme,
terutama berita yang tersebar di medsos saat ini. Saran nya agar isu ini dapat di masukkan dalam
pembahasan.
Masukkan 8; Bahwa untuk e- commerce sendiri, isu nya adalah mengenai siber sekuriti
keamanan data pelanggan, namun didalam organisasi beliau telah ada orang – orang yang telah
9. menangani nya sendiri. Mengenai hal tersebut maka dapat dijadikan masukkan pembahasan
khususnya dibidang ekonomi (keranjang ekonomi).
Masukkan 9: Setuju bahwa ibu Mariam menjadi koordinator, dan Kementerian KPPA setuju
untuk pemerintah menjadi koordinator karena ID-IGF sudah masuk dalam forum tingkat Global
(dunia). Kemudian yang terkait mengenai isu gender, karena isu gender bisa berkolaborasi
dengan keranjang yang ada di ID-IGF. Isu mengenai Child Online Protection adalah isu yang
strategis untuk menjadi bahan pembahasan. Dan mengenai keranjang – keranjang yang ada,
misal Sosial budaya, itu sebagai open menu kah atau memang harus ada laporan. Karena ada
tnggung jawab terhadap laporannya. Ketika bicara mengenai keranjang2 itu apakah ada yang
harus kita isi sehingga bisa menjadi laporan kita untuk menjadi kesepakatan kita di tingkat global.
Masukkan 10: Isu bagaimana memerangi Hoax dibidang kebencaan. Dan kedua, di peta bencana
ada program gender empowermen jika melihat data ditingakat nasional itu belum ada gender
accesibility data. Dan yang ke tiga adalah masalah perempuan dan anak perempuan yang mana
masih kurang mendapat akses informasi. Isu tersebutlah yang sedang hangat yang ada dalam
Petabencana.
Masukkan 11: Setuju dengan Masukkan 3. Untuk acara global, bisa dilaksanakan jika memang
memungkinkan, dan cara – cara high cost perlu di evlauasikan lagi. Dan untuk acara, jika memang
benar benar dialog, seperti pengalam dialog nasional 2017, lebih ke satu arah – ada yang banyak
bicara dan dari pembicra sendiri tidak ada dialog, yang ada lebih banyak penanya. Sarannya jika
bisa kedepan nya harus ada titik tengah, ketika acara dialog adalah interaksi dialog dan menghasil
kan dan memperkaya solusi.
Maukkan 12: supaya dapat dilakukan pelatihan, karena untuk yang baru masuk, belum
mengetahu secara kongkrit mengenai tata kelola apakah berbentuk pelatihan kah, workshop kah
atau diskusi - diskusi saja.
Masukkan 13: Meneruskan yg dikatakan pada masukkan 6, mengenai SOP. Jika dikatakan apakah
Fungsi MAG. Mag itu adalah perorangan, namun bagaimana cara nya kita mengerti peran kita
masing – masing di dalam keanggotaan ini. Karena seperti diketahui, MAG adalah menganalisa
dan membaca submission proposal, bukan membuat. Jadi bagaimana MAG berfungsi
mengepakkan sayap nya melalui website kita, melalui organisasi – organisasi yang ada di MAG
member. Dan melihat pada era globalisasi sekarang bagaimana pengaruh ID-IGF agar lebih besar
menentukan langkahnya. Karena ini menyangkut banyak organisasi.
Bu Mariam: jika memang skype di adakan, mohon kiranya jangan lah skype ini dijadikan alasan
untuk tidak dapat hadir, dan memaki alasan “kan bisa pakai skype”. Perlu kebijakan dalam hal.
10. Isu lainnya:
Setelah melalui masukkan – masukkan dari para MAG terkait pembahasan topik Global IGF, maka
ada beberapa perubaha didalam tema topik yang akan di masukkan dalam Global IGF. Mengingat
waktu yang semakin dekat (untuk submission) maka diharapkan agar sekiranya para MAG dapat
memebrikan usulan masukkan proposal nya.
Dibawah adalah topik yang telah dirubah didalam rapat peresmian MAG, dan telah di submit ke
IGF Global webmail.
Submitted values are:
Topic Priority 1: Developing People’s Priority Digital Economy via MSMEs
and Startups Community w/ Equity of Infrastructure & Level Playing Field
Topic Priority 2: Increasing the Potential and Resilience of Online
Generation w/ Digital Literacy Policy and Its Challenges in the Big Data Era
Topic Priority 3: Democratizing Internet as a Safe, Accessible & Equal Tool
to Access and Produce Knowledge w/ Attention to the Vulnerable People
Name of your NRI: Indonesia
Name of the person that submitted the topics: Indonesia IGF (www.igf.id)
Additional Comment (not mandatory): We beliefe that those three topics above
are very much relevance today to all countries and stakeholders around the
world. Our efforts to increase the Internet penetration must be complied with
adequate and proportional governance, especially in relation to the points:
increasing economic potential, empowering young generation and addressing
accessibility of the Internet especially for vulnerable people
- Lampiran Peserta rapat
Jakarta 23 Mei 2018
Mengetahui
Mariam F. Barata
Koordinator MAG ID-IGF