SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 25
Baixar para ler offline
STRATEGIC MANAGEMENT
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate
Culture, Corporate Governance and The Agency Theory
Alfrianty Sauran
55117010005
Mahasiswa Magister Management
Universitas Mercu Buana
Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA
Dosen Magister Management
Universitas Mercu Buana
‘18
2
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
A. Vision and Mission Company
VISION
Untuk mencapai tujuan organisasi maka sebuah perusahaan harus memiliki
visi dan misi sebagai bagian dari perencanaan strategis dan tindakan startegis untuk
mencapai tujuan orgaisasi. Menurut J.B. Whittaker dalam bukunya “Strategic
Planning and Management”, visi perusahaan adalah gambaran masa depan yang
dipilih dan yang akan diwujudkan pada suatu saat yang ditentukan. Jadi, visi adalah
cita-cita dan tujuan jangka panjang sebuah perusahaan serta pandangan mengenai
arah sebuah managemen perusahaan.
Penetapan visi perusahaan memiliki tujuan. Adapun tujuan penetapan visi
perusahaan, yaitu:
1. Mencerminkan sesuatu yang akan dicapai perusahaan
2. Memiliki orientasi pada masa depan perusahaan
3. Menimbulkan komitmen tinggi dari seluruh jajaran dan lingkungan
perusahaan
4. Menentukan arah dan fokus strategi perusahaan yang jelas
5. Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi perusahaan
Dalam penetapan visi perusahaan harus memenihi persyaratan dan kriteria.
Adapun persyaratan dan kriteria visi perusahaan antara lain:
1. Dapat dibayangkan oleh seluruh jajaran organisasi perusahaan
2. Dapat dikomunikasikan dan dapat dimengerti oleh seluruh jajaran
organisasi perusahaan
3. Berwawasan jangka panjang dan tidak mengabaikan perkembangan
zaman
4. Memiliki nilai yang memang diinginkan oleh anggota organisasi
perusahaan
5. Terfokus pada permasalahnan instansi perusahaan agar dapat beroperasi
‘18
3
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
Menurut Pearce/Robinson (2007/44), pernyataan visi adalah pernyataan yang
menyajikan maksud strategis perusahaan yang didesain untuk memfokuskan energi
dan sumber daya perusahaan guna mencapai masa depan yang diinginkan.
Pernyataan visi perusahaan seringkali dirancang untuk menyatakan aspirasi dari
kepemimpinan eksekutif.
MISSION
Menurut Pearce/Robinson (2007/16), misi suatu perusahaan merupakan tujuan unik
yang membedakan perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis dan
mengidentifikasikan lingkup dari operasinya. Misi perusahaan menjelaskan bidang
penekanan dari produk, pasar dan teknologi perusahaan sedemikian rupa sehingga
mencerminkan nilai dan prioritas dari para pengambil keputusan strategis. Misi
perusahaan adalah pernyataan luas dan kekal mengeniat niat sebuah perusahaan.
Tujuan misi adalah sebagai pernyataan harapan dari seluruh pemangku kepentingan
atas kinerja perusahaan secara jangka panjang.
Pada umumnya, bisnis dimulai dengan keyakinan, keinginan dan aspirasi seorang
pengusaha. Menurut Pearce/Robinson (2007/32), misi seorang pemilik sekaligus
manager biasanya didasarkan pada keyakinan dasar berikut:
1. Produk atau jasa perusahaan yang memberikan manfaat paling tidak sesuai
dengan harganya.
‘18
4
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
2. Produk atau jasa perusahaan dapat memuaskan kebutuhan konsumen dari
segmen pasar tertentu yang saat ini belum terpuaskan secara memadai.
3. Teknologi yang digunakan dalam produksi akan menghasilkan produk atau
jasa yang kompetitif dari segi biaya maupun kualitas.
4. Dengan kerja keras dan dukungan pihak lain, perusahaan tersebut tidak
hanya dapat bertahan melainkan juga akan tumbuh dan menghasilkan laba.
5. Filosofi manajemen perusahaan akan menghasilkan citra publik yang
menguntungkan serta menyediakan manfaat keuangan dan psikologis bagi
mereka yang bersedia menginvestasikan tenaga dan uangnya untuk
membantu perusahaan meraih keberhasilan.
6. Konsep diri pengusaha mengenai bisnis tersebut dapat dikomunikasikan
kepada dan diadopsi oleh para karyawan dan pemegang saham.
Nilai utama dari pernyataan misi merupakan spesifikasi terhadap tujuan akhir
perusahaan. Pernyataan misi perusahaan menjadi harapan dan cita-cita bersama
bagi karyawan pada seluruh tingkatan dan generasi. Pernyataan misi merupakan
komitmen perusahaan terhadap tindakan-tindakan bertanggung jawab yang sesuai
dengan pelestarian dan perlindungan atas klaim-klaim penting dari kelangsungan
hidup, pertumbuhan, dan profitabilitas para shareholders dalam perusahaan.
B. Longterm Objective
Tujuan jangka panjang merupakan hasil yang dicoba dan diharapkan dari
implementasi strategi yang telah ditetapkan untuk dicapai oleh perusahaan selama
periode waktu tertentu dan biasanya berlangsung selama 5 tahun.
Menurut Pearce/Robinson(2007/251), untuk mencapai kemakmuran jangka
panjang, para perencana strategis umumnya menetapkan tujuan jangka panjang
dalam 7 bidang yaitu:
a) Profitabilitas
kemampuan dari suatu perusahaan untuk beroprasi dalam jangka panjang
bergantung pada perolehan tingkat laba yang memadai yang dimana
umumnya memiliki tujuan laba dinyatakan dalam bentuk laba perusahaan
atau tingkat pengembalian atas ekuitas.
‘18
5
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
b) Produktivitas
Perusahaan yang dapat memperbaiki hubungan input-output pada
umunya dapat meningkatkan produktivitas. Oleh karenanya perusahaan
menyatakan suatu tujuan produktivitas. Tujuan produktivitas yang umum
digunakan adalah jumlah barang yang diproduksi atau jumlah jasa yang
diberikan per unit input. Namun tujuan produktivitas kadang kala
dinyatakan dalam bentuk penurunan biaya yang diinginkan.
c) Posisi kompetitif
Salah satu ukuran keberhasilan perusahaan adalah dominasi relatifnya di
pasar.Sering kali penjualan total atau pangsa pasar dijadikan sebagai
ukuran posisi kompetitif perusahaan. Tujuan yang berkaitan dengan posisi
kompetitif dapat mengindikasikan prioritas jangka panjang perusahaan.
d) Pengembangan karyawan
Karyawan menghargai pendidikan dan pelatihan sebagian karena hal
tersebut mengarah pada kompensasi dan jaminan kerja yang lebih tinggi.
Hal ini sering kali meningkatkan produktivitas dan mengurangi perputaran
karyawan. Oleh karena itu para pembuat keputusan strategis sering kali
memasukkan tujuan pengembangan karyawan dalam rencana jangka
panjangnya.
e) Hubungan dengan karyawan
Para manajer strategis yakin produktivitas berhubungan dengan loyalitas
karyawan dan apresiasi atas perhatian manajer terhadap kesejahteraan
karyawan. Oleh karena itu mereka menetapkan tujuan untuk memperbaiki
hubungan dengan karyawan. Beberapa tujuan mencakup program
keselamatan kerja, perwakilan pekerja dalam komitmen dan rencana
kompensasi berbasis saham.
f) Kepemimpinan Teknologi
Perusahaan harus memutuskan apakah akan menjadi pemimpin atau
hanya pengikut di pasar. Setiap pendekatan dapat berhasil, tetapi masing-
masing membutuhkan postur strategi yang berbeda. Oleh karena itu
banyak perusahaan menyatakan suatu tujuan berkaitan dengan
kepemimpinan teknologi.
‘18
6
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
g) Tanggung jawab kepada masyarakat
Banyak perusahaan mencoba untuk memenuhi tanggung jawab sosialnya
melampaui persyaratan pemerintah.Perusahaan itu bukan hanya bekerja
untuk mengembangkan reputasi sebagai produsen dari produk dan jasa
dengan harga yang layak melainkan juga menjadi warga negara yang
bertanggung jawab.
KUALITAS SASARAN JANGKA PANJANG
Tujuan-tujuan tersebut diatas atau tujuan jangka panjang lainnya seharusnya
dapat diterima, fleksibel, terukur seiring berjalannya waktu, memotivasi, sesuai,
dapat dipahami, dan dapat dicapai.
1. Dapat Diterima (acceptable)
Para manajer akan berusaha mencapai sasaran yang sesuai dengan
keinginan mereka. Mereka mungkin mengabaikan atau bahkan menghambat
pencapaian sasaran yang tidak sesuai bagi mereka (misalnya,
mempromosikan produk makanan yang tidak bergizi) atau yang mereka
yakini tidak patut atau tidak sehat. Disamping itu, sasaran jangka panjang
korporasi seringkali dirancang agar dapat diterima oleh pihak – pihak luar
perusahaan. Contohnya adalah upaya untuk mengurangi pencemaran udara
yang dilakukan atas desakan Badan Perlindungan Lingkungan
(Environmental Protection Agency, EPA).
2. Fleksibel (flexible)
Sasaran haruslah bersifat adaptif terhadap perubahan – perubahan tak
terduga atau luar biasa dalam ramalan lingkungan dan persaingan
perusahaan. Tetapi, fleksibilitas demikian biasanya bertambah dengan
mengorbankan kespesifikan. Lagipula, rasa percaya diri karyawan dapat
menjadi goyah karena penyesuaian sasaran yang fleksibel ini mungkin
mempengaruhi pekerjaan mereka. Salah satu cara memungkinkan
fleksibilitas dengan menekan serendah mungkin efek negatifnya adalah
dengan memberikan peluang penyesuaian pada tingkat sasaran, bukan
esensinya. Sebagai contoh, sasaran bagian personalia berupa
penyelenggaraan pelatihan untuk pengembangan manajerial bagi 15 penyelia
‘18
7
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
per tahun selama lima tahun ke depan disesuaikan dengan mengubah jumlah
orang yang akan dilatih. Sebaliknya, mengubah sasaran bagian personalia
menjadi “membantu para penyelia produksi menekan kecelakaan kerja
sebesar 10 % per tahun” setelah tiga bulan akan menimbulkan rasa tidak
puas.
3. Terukur (measurable)
Sasaran haruslah secara jelas dan kongkrit menyatakan apa yang akan
dicapai dan kapan ini akan dicapai. Jadi, sasaran haruslah dapat diukur dan
mempunyai batas waktu. Sebagai contoh, sasaran “meningkatkan ROI
sebesar – besarnya “ lebih baik dirumuskan sebagai “meningkatkan ROI lini
produk kertas setidak – tidaknya 1 % setahun secara total 5 % dalam kurun
waktu tiga tahun ke depan”
4. Memotivasi (motivating)
Penelitian menunjukkan bahwa orang akan menjadi paling produktif bila
sasaran ditetapkan pada tingkat yang menimbulkan motivasi cukup tinggi
sehingga menimbulkan tantangan tetapi tidak terlalu tinggi sehingga
menimbulkan frutasi atau terlalu rendah sehingga sangat mudah dicapai.
Masalahnya adalah bahwa orang dan kelompok berbeda – beda dalam
persepsi mereka mengenai apa yang disebut cukup tinggi. Suatu sasaran
umum yang menantang bagi satu kelompok mungkin membuat putus asa
kelompok yang lain dan kurang menarik bagi kelompok ketiga. Saran yang
baik adalah menyesuaikan sasaran menurut kelompok yang terlihat.
Mengembangkan sasaran seperti ini membutuhkan waktu dan kerja keras,
tetapi sasaran macam ini lebih mungkin menimbulkan motivasi.
5. Sesuai (suitable)
Sasaran harus cocok dengan cita – cita umum perusahaan, yang dinyatakan
dalam rumusan misinya. Setiap sasaran haruslah merupakan langkah menuju
pencapaian tujuan keseluruhan. Sesungguhnya, sasaran yang tidak sesuai
dengan misi perusahaan dapat bertentangan dengan cita – cita perusahaan.
Sebagai contoh, jika misi berorientasi pada pertumbuhan, sasaran menekan
‘18
8
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
rasio utang – modal saham menjadi 1,00 barangkali tidak tetap dan tidak
produktif.
6. Dapat Dipahami (understandable)
Para manajer strategi di semua tingkat haruslah memahai apa yang ingin
dicapai. Mereka juga harus memahami criteria utama yang menjadi dasar
evaluasi prestasi mereka. Jadi, sasaran harus dirumuskan sedemikian hingga
dapat dipahami baik oleh pembuat maupun penerimanya. Bayangkanlah
kesalah pahaman yang dapat timbul terhadap sasaran “meningkatkan
produktivitas bagian kartu kredit sebesar 20 % dalam lima tahun.” Apa arti
sasaran ini? Meningkatkan jumlah kartu yang beredar? Meningkatkan
penggunaan kartu yang telah beredar? Meningkatkan beban kerja karyawan?
Membuat kenaikan produktivitas setiap tahun? Atau berharap bahwa system
komputer baru, yang akan meningkatkan produktivitas, disetujui pada tahun
5? Seperti tampak pada contoh sederhana ini, sasaran harus jelas,
bermakna, dan tidak mendua arti
7. Dapat Dicapai (achievable)
Akhirnya, sasaran harus mungkin dicapai. Ini lebih mudah dikatakan
ketimbang dilaksanakan. Turbelensi dalam lingkungan jauh dan lingkungan
operasional mempengaruhi operasi intern perusahaan, menimbulkan ketidak–
pastian dan membatasi akurasi sasaran yang ditetapkan oleh manajemen
strategi. Sebagai contoh, sangat berfluktasinya suku bunga di tahun 1985,
khususnya dalam bidang – bidang seperti proyeksi penjualan bagi produsen
produk – produk konsumen tahan lama seperti General Motors dan General
Electric.
C. Corporate Culture
Budaya perusahaan adalah faktor penting bagi kesuksesan implementasi dan
pelaksanaan rencana strategis suatu perusahaan. Menurut Pearce/Robinson
(2007/498), budaya organisasi adalah sekelompok asumsi, nilai, keyakinan, dan
norma penting yang dipegang bersama oleh anggota-anggota organisasi. Untuk
mencapai taraf budaya organisasi diperlukan waktu yang panjang dalam pertemuan
yang intens. Budaya Perusahaan dibuat berdasarkan nilai-nilai yang diyakini benar
‘18
9
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
oleh segenap anggota perusahaan dan selaras dengan Visi dan Misi perusahaan
tersebut.
Fungsi Budaya Perusahaan antara lain adalah sebagai perekat sosial dalam
mempersatukan anggota untuk mencapai tujuan perusahaan berupa ketentuan dan
atau nilai-nilai yang harus diterapkan dan dilakukan oleh para anggota perusahaan.
Manfaat Budaya Perusahaan bagi perusahaan antara lain adalah dapat
menciptakan SDM yang memiliki integritas, pengetahuan, keahlian/ketrampilan
maupun sikap, perilaku dan moral yang baik sehingga mampu mendorong
tercapainya Visi dan Misi. Sedangkan bagi karyawan, Budaya Perusahaan akan
menjadi acuan/pedoman berperilaku dalam melaksanakan tugas, wewenang dan
tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sehingga mampu berperan
memberikan kontribusi optimal terhadap pencapaian Visi dan Misi perusahaan.
Budaya perusahaan berperan sangat besar dalam peningkatan kinerja para
karyawan. Suatu budaya yang baik dapat mengarahkan, mengikat, dan memotivasi
setiap individu yang terlibat di dalamnya, untuk bersama-sama berusaha
‘18
10
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
menciptakan suasana yang mendukung bagi upaya pencapaian tujuan yang
diharapkan.
Budaya perusahaan mampu memberi arah bagi kelangsungan hidup
perusahaan dan memberi suatu identitas khas baginya. Agar hal itu betul-betul
dapat terjadi, perlu budaya perusahaan disosialisasikan dengan baik sehingga dapat
terinternalisasi dalam diri para anggotanya. Untuk maksud tersebut, para pemimpin
perusahaan memainkan peran sangat penting, baik dalam menanamkan
pemahaman dan persepsi yang sama tentang budaya tersebut terhadap setiap
anggotanya, maupun dalam memberi keteladanan dengan menunjukkan sikap dan
perilaku yang sama seperti budaya yang dimiliki perusahaan tersebut. Hal yang
diharapkan pada akhirnya adalah agar setiap individu dalam perusahaan dapat
menghayati budaya perusahaan yang merupakan identitas khas mereka sebagai
anggota dari suatu kelompok.
Budaya adalah satu set nilai, penuntun, kepercayaan, pengertian, norma,
falsafah, etika, dan cara berpikir. Budaya yang ada di suatu lingkungan, sangat
besar pengaruhnya terhadap pembentukan pribadi yang berada di dalam lingkungan
tersebut. Keahlian, kreativitas, kecerdasan, maupun motivasi yang tinggi dari
karyawan memang merupakan unsur kredibilitas yang harus dimiliki oleh karyawan
agar perusahaan dapat mencapai sukses. Namun, unsur tersebut menjadi belum
maksimal manfaatnya bila setiap karyawan belum memiliki satu budaya yang sama.
Satu budaya yang sama maksudnya adalah sebuah pola pikir yang membuat
mereka memiliki persepsi yang sama tentang nilai dan kepercayaan yang dapat
membantu mereka untuk memahami tentang bagaimana seharusnya berperilaku
kerja pada perusahaan dimana mereka bekerja.
Pada umumnya, perusahaan dunia yang sukses adalah perusahaan yang
memiliki budaya kerja yang kuat. Terlepas dari nilai positif dan luhur yang
terkandung dalam budaya yang berlaku, maksud budaya kerja yang kuat adalah
seluruh komponen perusahaan mengamalkan nilai atau norma yang telah ditetapkan
bersama sebagai sebuah budaya dengan komitmen yang tinggi, tanpa terkecuali.
Namun, ketiadaan kata atau kalimat yang menegaskan mengenai budaya yang
dianut perusahaan, menyulitkan para karyawan memahami budaya perusahaan.
Untuk itu, perlu adanya sebuah pernyataan yang merupakan manifestasi dari
budaya perusahaan yang mengungkapkan secara garis besar dalam pengertian
‘18
11
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
spesifik mengenai tujuan perusahaan dan cara yang dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut. Pengungkapan budaya perusahaan ke dalam sebuah pernyataan
dapat dilakukan melalui perumusan pernyataan visi dan misi.
Hanya dengan kalimat singkat, pernyataan visi dan misi dapat menyiratkan
nilai, etika, prinsip, tujuan, dan strategi perusahaan. Menuliskan pernyataan visi dan
misi perusahaan adalah cara yang paling efektif untuk memastikan bahwa semua
karyawan dapat memahami budaya perusahaan dan mengimplementasikannya ke
dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan. Tindakan sosialisasi dan internalisasi
yang sungguh-sungguh dan meluas merupakan hal sangat urgen untuk dilakukan.
Dengan demikian, pola perilaku, sikap, dan nilai yang ingin ditegakkan, dapat dilihat
dan dirasakan oleh siapapun dalam organisasi atau perusahaan itu.
Suasana tersebut bukan saja sekedar untuk membedakan organisasi atau
perusahaan itu dengan organisasi atau perusahaan lainnya, melainkan juga
merupakan hal sangat esensial bagi pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan
itu sendiri. Dari berbagai penelitian yang dilakukan sudah semakin jelas bahwa
budaya perusahaan memiliki peranan penting dalam membangun prestasi dan
produktivitas kerja para karyawan sehingga mengarahkan perusahaan kepada
keberhasilan.
Pendiri memiliki peran yang sangat besar bagi awal terbentuknya budaya
organisasi, karena bagaimana visi dan misi organisasi yang bersangkutan tidak
terlepas pada bagaimana nilai pendiri tersebut. Pada akhirnya, nilai tersebut harus
diaktualisasikan dan menjadi nafas bagi organisasi yang ada. Jadi, awalnya dimulai
oleh the founder. Dia harus menjadi a man of vision; one whose horizon is not this
year, next year, but rather 5, 10, 20, or even 100 years in the future .
Dia tahu sasaran apa yang mau dicapai dan sangat yakin bahwa dia tahu
jalan/cara yang terbaik untuk mencapainya. Dari pengalaman masa lalunya, dia
membangun rentetan nilai di atas mana filosofi usaha/kerjanya diletakkan. Dia juga
mengomunikasikan hal itu kepada orang-orangnya, terutama dengan cara teach by
example, melalui reaksi/tanggapannya terhadap situasi, melalui peri hidupnya dan
tindakan pribadinya. Dia menjadi embodiment of values and beliefs terhadap para
anggotanya. Untuk dapat lebih efektif diterima dan dibatinkan oleh seluruh anggota
(meresap di dalam pikiran, perasaan, dan perilaku kelompok), the founder/leader
harus punya kharisma. Dan secara eksplisit hal itu diteruskan/dikomunikasikan/
‘18
12
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
dilembagakan melalui program orientasi, khususnya bagi para anggota baru. Jadi,
pada pertama kali budaya suatu organisasi atau perusahaan diturunkan dari filsafat
pendirinya, selanjutnya budaya mempengaruhi kriteria yang digunakan dalam
mempekerjakan karyawan. Selanjutnya, tindakan dari manajemen puncak
menentukan iklim umum dari perilaku yang dapat diterima baik oleh semua anggota
yang terlibat dalam perusahaan itu. Bagaimana karyawan harus
menginternalisasikan budaya organisasinya akan tergantung juga pada tingkat
sukses yang dicapai dalam mencocokkan nilai karyawan baru dengan nilai
organisasi.
D. Corporate Governance
Good Corporate Governance pada dasarnya merupakan suatu sistem (input,
Proses, output) dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara
berbagai pihak yang kepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit
hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi
tercapainya tujuan perusahaan. Good Corporate Gorvernance dimasukkan untuk
mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan
signifikan dalam strategi perusahaan dan untuk memastikan bahwa kesalahan-
kesalahan yang terjadi dapat di perebaiki dengan segera.
Penerapan good corporate governance dimulai dari pembenahan struktur dan
sistem pengelolaan, melalui pemberdayaan organ-organ perusahaan itu sendiri,
yaitu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), komisaris, dan direktur. Berikutnya
adalah melalui upaya agar perusahaan bisa mengakomodasikan kepentingan-
kepentingan stakeholders yang terkait dengan perusahaan.
Pengertian stakeholders dapat di bagi dua yaitu stakeholders utama (primary) dan
kedua (secondary). Stakeholders utama yaitu para pemegang saham dan investor,
karyawan dan manajer, pelanggan, pemasok, rekanan bisnis, serta masyarakat
setempat. Stakeholders kedua yaitu pemerintah, masyarakat umum (khususnya
yang kepentingannya terkait dengan perusahaan), institusi-institusi umum, lembaga-
lembaga swadaya masyarakat (NGO), media, akademisi, kelompok asosiasi bisnis,
dan pesaing.
Oleh sebab itu, masalah good corporate governance sebetulnya bukan hanya
masalah bagaimana meningkatkan laba perusahaan, meningkatkan nilai saham di
‘18
13
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
bursa dan memberikan deviden yang sebesar-besarnya kepada shareholders,
melainkan bagaimana perusahaan tersebut bisa memberikan kontribusi bisa
memberikan kontribusi positif dan membina hubungan baik dengan
para stakeholders.
Corporate governance memainkan peran menentukan dalam mengatur
bagaimana berbagai sumber daya ekonomis dialokasikan dari waktu ke waktu
dalam menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
pendapatan masyarakat secara keseluruhan.
TUJUAN PENERAPAN GCG
Penerapan prinsip-prinsip GCG akan meningkatkan citra dan kinerja
Perusahaan serta meningkatkan nilai Perusahaan bagi Pemegang Saham.Tujuan
penerapan GCG adalah:
1. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan penerapan prinsip-
prinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan
kewajaran dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan.
2. Terlaksananya pengelolaan Perusahaan secara profesional dan mandiri.
3. Terciptanya pengambilan keputusan oleh seluruh Organ Perusahaan yang
didasarkan pada nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4. Terlaksananya tanggung jawab sosial Perusahaan terhadap stakeholders.
5. Meningkatkan iklim investasi nasional yang kondusif, khususnya di bidang energi
dan Petrokimia.
‘18
14
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
PRINSIP-PRINSIP GCG
Secara umum terdapat lima prinsip dasar dari good corporate governance yaitu:
1. Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan
proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi
materiil dan relevan mengenai perusahaan.
2. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan
pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan
perusahaanterlaksana secara efektif.
3. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam
pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan
perundangan yang berlaku.
4. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola
secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak
manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
‘18
15
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
5. Fairness (kesetaraan da kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di
dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta
peraturan perundangan yang berlaku. Esensi dari corporate governance adalah
peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja
manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap pemangku
kepentinganlainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku.
Mekanisme Corporate Governance
Mekanisme corporate governance merupakan suatu aturan main, prosedur
dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak
yang melakukan kontrol/pengawasan terhadap keputusan tersebut.
1. Mekanisme pengendalian internal adalah pengendalian perusahaan yang
dilakukan dengan membuat aturan yang mengatur tentang mekanisme
bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return maupun risikorisiko yang
disetujui oleh prinsipal dan agen.
2. Mekanisme pengendalian eksternal adalah pengendalian perusahaan
yang dilakukan oleh pasar. Menurut teori pasar jika manajemen
berperilaku hanya menguntungkan diri sendiri, maka kinerja perusahaan
akan menurun dalam bentuk turunnya nilai saham perusahaan.
E. Agency Theory
Menurut Pearce (2007/47), teori keagenan adalah sekelmpok gagasan
mengenai pengendalian organisasi yang didasarkan pada keyakinan bahwa
pemisahan kepemilikan dengan manajemen menimbulkan potensi bahwa keinginan
pemilik diabaikan.
‘18
16
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham
(shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen
merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi
kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka pihak manejemen
harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada pemegang saham.
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan sebagai “agency
relationship as a contract under which one or more person (the principals) engage
another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves
delegating some decision making authority to the agent”.
Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang
(prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama
prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik
bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk
memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara
yang sesuai dengan kepentingan prinsipal.
‘18
17
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
Masalah keagenan potensial terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas
saham perusahaan kurang dari seratus persen (Masdupi, 2005). Dengan proporsi
kepemilikan yang hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung
bertindak untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk memaksimumkan perusahaan.
Inilah yang nantinya akan menyebabkan biaya keagenan (agency cost). Jensen dan
Meckling (1976) mendefinisikan agency cost sebagai jumlah dari biaya yang
dikeluarkan prinsipal untuk melakukan pengawasan terhadap agen. Hampir mustahil
bagi perusahaan untuk memiliki zero agency cost dalam rangka menjamin manajer
akan mengambil keputusan yang optimal dari pandangan shareholders karena
adanya perbedaan kepentingan yang besar diantara mereka.
Menurut teori keagenan, konflik antara prinsipal dan agen dapat dikurangi
dengan mensejajarkan kepentingan antara prinsipal dan agen. Kehadiran
kepemilikan saham oleh manajerial (insider ownership) dapat digunakan untuk
mengurangi agency cost yang berpotensi timbul, karena dengan memiliki saham
perusahaan diharapkan manajer merasakan langsung manfaat dari setiap
keputusan yang diambilnya. Proses ini dinamakan dengan bonding mechanism,
yaitu proses untuk menyamakan kepentingan manajemen melalui program mengikat
manajemen dalam modal perusahaan.
Dalam suatu perusahaan, konflik kepentingan antara prinsipal dengan agen
salah satunya dapat timbul karena adanya kelebihan aliran kas (excess cash flow).
Kelebihan arus kas cenderung diinvestasikan dalam hal-hal yang tidak ada
kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan. Ini menyebabkan perbedaan
kepentingan karena pemegang saham lebih menyukai investasi yang berisiko tinggi
yang juga menghasilkan return tinggi, sementara manajemen lebih memilih investasi
dengan risiko yang lebih rendah.
Menurut Eisenhardt dalam Siagian (2011:11) teori agensi menggunakan 3 asumsi
sifat dasar manusia yaitu:
1. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest)
2. Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang
(bounded rationality)
3. Manusia selalu menghindari resiko (risk averse)
‘18
18
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
Menurut Bathala et al, (1994) terdapat beberapa cara yang digunakan untuk
mengurangi konflik kepentingan, yaitu : a) meningkatkan kepemilikan saham oleh
manajemen (insider ownership), b) meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih
(earning after tax), c) meningkatkan sumber pendanaan melalui utang, d)
kepemilikan saham oleh institusi (institutional holdings). Sedangkan dalam penelitian
Masdupi (2005) dikemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan dalam
mengurangi masalah keagenan.
1) Dengan meningkatkan insider ownership. Perusahaan meningkatkan bagian
kepemilikan manajemen untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan
pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang
saham. Dengan meningkatkan persentase kepemilikan, manajer menjadi
termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab
meningkatkan kemakmuran pemegang saham.
2) Dengan pendekatan pengawasan eksternal yang dilakukan melalui
penggunaan hutang. Penambahan hutang dalam struktur modal dapat
mengurangi penggunaan saham sehingga meminimalisasi biaya keagenan
ekuitas. Akan tetapi, perusahaan memiliki kewajiban untuk mengembalikan
pinjaman dan membayarkan beban bunga secara periodik. Selain itu
penggunaan hutang yang terlalu besar juga akan menimbulkan konflik
keagenan antara shareholders dengan debthholders sehingga muncul biaya
keagenan hutang.
3) Institutional investor sebagai monitoring agent. Moh’d et all,(1998)
menyatakan bahwa bentuk distribusi saham dari luar (outside shareholders)
yaitu institutional investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi
biaya keagenan ekuitas (agency cost). Hal ini disebabkan karena
kepemilikan merupakan sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk
mendukung atau menantang keberadaan manajemen, maka konsentrasi
atau penyebaran power menjadi suatu hal yang relevan dalam perusahaan.
‘18
19
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
PT SMART, Tbk
Vision
Menjadi perusahaan agribisnis dan produk konsumen global yang terintegrasi dan
terbaik – menjadi mitra pilihan.
Mission
Secara efisien, kita menyediakan produk, solusi, serta layanan agribisnis dan
konsumen, yang berkualitas tinggi serta berkelanjutan, guna menciptakan nilai
tambah bagi para pemangku kepentingan kami
Corporate Culture
Karyawan SMART memainkan peranan penting bagi Perusahaan dalam mencapai
kesuksesan serta mengatasi tantangan dalam pengembangan bisnis. Karyawan
kami berkomitmen pada nilai-nilai perusahaan sebagai berikut:
Integritas : Bertindak sesuai ucapan maupun janji sehingga dapat menumbuhkan
kepercayaan pihak lain. Dengan menanamkan perilaku karyawan seperti :
a. Jujur (Honesty)
b. Satunya perbuatan dengan kata (Walk the talk).
c. Tindakan yang sesuai dengan falsafah perusahaan (Conscience).
Sikap Positif : Menampilkan perilaku yang mendukung terciptanya lingkungan kerja
yang saling menghargai dan kondusif. Dengan menanamkan perilaku karyawan
seperti:
a. Menghargai orang lain (Respect to others).
b. Kerjasama antar anggota organisasi dalam mewujudkan tujuan bersama
(Team work).
c. Menciptakan lingkungan kerja yang bersahabat dan saling mendukung
untuk pengembangan diri dan rekan kerja (Positive working environment).
‘18
20
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
Komitmen : Melaksanakan pekerjaan dengan sepenuh hati untuk mencapai hasil
terbaik. Dengan mempertahankan perilaku karyawan seperti :
a. Bekerja sepenuh hati (Passion).
b. Bertekad dan berupaya untuk selalu mencapai hasil terbaik (Strive to be
the best).
c. Menyelesaikan pekerjaan yang telah dimulai hingga tuntas sesuai waktu
yang telah ditetapkan (Follow up till done).
Perbaikan Berkelanjutan : Meningkatkan kemampuan atau kapasitas diri, unit kerja,
dan organisasi secara terus menerus untuk mencapai hasil terbaik. Dengan
memperbaiki kinerja seperti :
a. Data yang sesuai dengan fakta sebenarnya (Data accuracy).
b. Mencari metode kerja yang efisien dan efektif serta memperhitungkan
dampak biaya dan manfaatnya (Cost concern).
c. Upaya mencari dan melaksanakan metode kerja untuk mencapai hasil
terbaik (Process excellence).
Inovatif : Memunculkan gagasan atau menciptakan produk /alat kerja/sistem kerja
baru yang dapat meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan perusahaan.
Dengan meningkatkan kinerja karyawan seperti :
a. Mencari tahu cara kerja terbaik, dan mengadopsinya untuk meningkatkan
kinerja perusahaan (Benchmarking).
b. Mencari dan menghasilkan terobosan baru dalam metode kerja serta
produk akhir yang dapat meningkatkan nilai perusahaan (Breakthrough).
Loyal : Menumbuhkembangkan semangat untuk mengerti, memahami dan
melaksanakan nilai-nilai Perusahaan sebagai bagian dari keluarga besar
SMART. Dengan menjaga perilaku karyawan seperti :
a. Memelihara semangat kerja (Fraternity).
b. Menunjukkan kebanggaan sebagai anggota keluarga besar Sinar Mas
(Pride).
c. Menghayati pekerjaan sebagai sarana untuk memuliakan Tuhan, serta
sumbangsih kepada keluarga , perusahaan, dan Negara (Dedication).
‘18
21
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
Dengan nilai-nilai tersebut sebagai dasar, esensi dari budaya Perusahaan dapat
ditunjukkan melalui empat cara:
Prestasi : Kita menghasilkan kinerja yang luar biasa
Rasa Memiliki : Kita hanya melakukan apa yang terbaik bagi Perusahaan
Kolaborasi : Kita bekerja sebagai satu tim
Sumber Daya Manusia : Kita mewujudkan potensi Sumber Daya Manusia kita.
Corporate Governance
PT SMART Tbk merupakan perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI) harus mematuhi peraturan perundangan di bidang pasar modal dan
peraturan perundangan yang berkaitan dengan operasi perusahaan. Dewan
Komisaris PT SMART Tbk perlu membentuk Komite Nominasi dan Remunerasi
(selanjutnya disebut “Komite”) untuk membantu Dewan Komisaris dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya, agar perusahaan berjalan sesuai dengan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance/GCG. Sehubungan dengan itu, Komite
wajib menyusun Pedoman Komite Nominasi dan Remunerasi (selanjutnya disebut
“Pedoman”) yang mengikat bagi setiap anggota Komite dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya, yang selanjutnya ditetapkan oleh Dewan Komisaris.
Agency Theory
Jensen dan Meckling (1976) dalam Masdupi (2005), mengatakan bahwa mekanisme
untuk mengatasi konflik keagenan antara lain dengan meningkatkan kepemilikan
insider (insider ownership) sehingga dapat mensejajarkan kepentingan pemilik
dengan manajer. Utang merupakan suatu mekanisme lain yang bisa digunakan
untuk mengurangi atau mengontrol konflik keagenan. Penggunaan utang juga akan
meningkatkan risiko, oleh karena itu manajer akan lebih berhati-hati karena risiko
utang nondiversiviable manajer lebih besar daripada investor public. Dengan kata
lain, perusahaan yang menggunakan utang dalam pendanaannya dan tidak mampu
melunasi kembali utang tersebut akan terancam likuiditasnya sehingga pada
gilirannya akan mengancam posisi manajemen. Pada penelitian Masdupi (2005),
berpendapat bahwa utang yang terlalu besar akan menimbulkan konflik keagenan
antara shareholders dengan debtholders sehingga memunculkan biaya keagenan
utang. Utang yang terlalu besar meningkatkan keinginan shareholders untuk memilih
‘18
22
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
proyek-proyek yang lebih berisiko dengan harapan akan memperoleh return yang
lebih tinggi. Apabila proyek berhasil, maka return akan meningkat dan debtholders
hanya menerima sebesar tingkat bunga. Sisanya, jika proyek tersebut gagal maka
mereka dapat mengalihkan penaggungan risiko pada pihak kreditur. Menurut Jensen
dan Meckling dalam Masdupi (1976), perusahaan yang semakin besar akan
potensial terkena agency problem sebagai akibat terjadinya pemisahan fungsi
pengambil keputusan dan penanggung risiko (risk beating). Dalam keadaan ini
manajer punya kecenderungan untuk melakukan konsumsi atas keuntungan-
keuntungan tambahan secara berlebihan, karena risiko yang ditanggungnya relatif
sama dan ini disebut agency cost of equity. Untuk meminimumkan konflik
kepentingan antara insider dengan pemegang saham, maka diperlukan suatu
mekanisme yang dapat mensejajarkan kepentingan yang terkait. Hal ini akan
menyebabkan munculnya biaya yang disebut agency cost (biaya keagenan).
Suhartono (2004), untuk menjamin agar para manajer melakukan yang terbaik bagi
pemegang saham, perusahaan harus menanggung biaya keagenan (agency cost)
yang dapat berupa:
(1) pengeluaran untuk memantau tindakan manajemen,
(2) pengeluaran untuk menata struktur organisasi sehingga kemungkinan timbulnya
perilaku manajer yang tidak dikehendaki semakin kecil,
(3) biaya kesempatan (opportunity cost) karena hilangnya kesempatan memperoleh
laba sebagai akibat dibatasinya kewenangan manajemen sehingga tidak dapat
mengambil keputusan dengan tepat waktu.
Agency cost dapat diminimalisirkan dengan meningkatkan pengawasan (monitoring)
terhadap perusahaan. Monitoring tersebut tidak hanya terbatas dilakukan oleh pihak
dari dalam perusahaan, namun juga dapat dilakukan dari pihak eksternal
perusahaan (terutama investor institusional). Tingkat kepemilikan insider yang lebih
tinggi terbukti lebih efektif dalam menurunkan biaya keagenan. Bathala et al. juga
menemukan bahwa kepemilikan institusional dapat berperan sebagai substitusi dari
kepemilikan manajerial dan leverage dalam mengendalikan biaya keagenan. Ada
beberapa alternatif untuk mengurangi konflik kepentingan dan biaya keagenan
(agency cost), alternatif pertama adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham
‘18
23
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
perusahaan oleh manajemen. Kepemilikan ini akan menyejajarkan kepentingan
manajemen dengan kepentingan pemegang saham. Dengan adanya kepemilikan
saham maka insiders akan merasakan langsung akibat dari keputusan yang
diambilnya sehingga tidak mungkin manajer bertindak oportunistic lagi. Alternatif
kedua adalah dengan meningkatkan pendanaan dengan utang. Peningkatan utang
akan menurunkan skala konflik antara pemegang saham dengan manajemen. Hal
itu dapat dipahami karena apabila perusahaan memerlukan kredit, maka harus siap
untuk dievaluasi dan dimonitor oleh pihak eksternal dan berarti akan mengurangi
konflik antara manajemen dengan pemegang saham. Disamping itu utang juga akan
menurunkan kelebihan aliran kas (excess cash flow) yang ada dalam perusahaan
sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan manajemen.
Alternatif ketiga adalah institusional investor sebagai monitoring agent. Moh‟d et al.,
(1998) menyatakan bahwa bentuk distribusi saham diantara pemegang saham dari
luar (outside shareholders) yaitu institusional investor dan shareholders dispersion
dapat mengurangi agency cost. Hal ini disebabkan karena kepemilikan merupakan
sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya
menantang keberadaan manajemen, maka konsentrasi atau penyebaran power
menjadi suatu hal yang relevan. Kepemilikan saham oleh institusi merupakan salah
satu monitoring agent penting yang memainkan peranan secara aktif dan konsisten
dalam melindungi investasi saham yang mereka pertaruhkan di dalam perusahaan.
Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan kemakmuran
pemegang saham. Alternatif ketiga adalah institusional investor sebagai monitoring
agent. Moh‟d et al., (1998) menyatakan bahwa bentuk distribusi saham diantara
pemegang saham dari luar (outside shareholders) yaitu institusional investor dan
shareholders dispersion dapat mengurangi agency cost. Hal ini disebabkan karena
kepemilikan merupakan sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk
mendukung atau sebaliknya menantang keberadaan manajemen, maka konsentrasi
atau penyebaran power menjadi suatu hal yang relevan. Kepemilikan saham oleh
institusi merupakan salah satu monitoring agent penting yang memainkan peranan
secara aktif dan konsisten dalam melindungi investasi saham yang mereka
pertaruhkan di dalam perusahaan. Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin
peningkatan kemakmuran pemegang saham.
‘18
24
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory
Daftar Pustaka
Pearce, J.A. & Robinson, R.B, Strategic Management: Formulasi,
Implementasi, dan Pengendalian, Salemba Empat, Jakarta, 2008
Basri Faizal, Catatan Satu Dekade Krisis, Erlangga, Jakarta, 2010
Widyastuti Shara, 2012 http://sharaarief.blogspot.co.id/2012/04/visi-dan-misi-
perusahaan.html
Kaine, 2005 http://www.kaine2005.org/langkah-langkah-membangun-budaya-
perusahaan-corporate-culture-yang-baik/
Anonim 1, 2018 http://human-capital-international.net/corporate-culture.html
Idazahro, 2012 http://idazahro.blogspot.co.id/2012/10/good-corporate
governance-dalam.html
Anonim 2, 2018 http://keuanganlsm.com/arti-penting-corporate-governance/
Catatan Satu Dekade Krisis, Penulis: Faisal Basri, Halaman: 266-267.
Erlangga
Ichsan Randy, 2013 https://bungrandhy.wordpress.com/2013/01/12/teori-
keagenan-agency-theory/
‘18
25
Strategic Management
Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and
The Agency Theory

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Kepemimpinan strategis kelompok 8 (18032017)
Kepemimpinan strategis kelompok 8 (18032017)Kepemimpinan strategis kelompok 8 (18032017)
Kepemimpinan strategis kelompok 8 (18032017)
dimas tb
 
Makalah manajemen pemasaran (studi kasus marketing mix pt. gudang garam) jian...
Makalah manajemen pemasaran (studi kasus marketing mix pt. gudang garam) jian...Makalah manajemen pemasaran (studi kasus marketing mix pt. gudang garam) jian...
Makalah manajemen pemasaran (studi kasus marketing mix pt. gudang garam) jian...
Jiantari Marthen
 
Proses manajemen risiko
Proses manajemen risikoProses manajemen risiko
Proses manajemen risiko
dianwl
 

Mais procurados (20)

Aspek Keuangan Studi Kelayakan Bisnis
Aspek Keuangan Studi Kelayakan BisnisAspek Keuangan Studi Kelayakan Bisnis
Aspek Keuangan Studi Kelayakan Bisnis
 
Kepemimpinan strategis kelompok 8 (18032017)
Kepemimpinan strategis kelompok 8 (18032017)Kepemimpinan strategis kelompok 8 (18032017)
Kepemimpinan strategis kelompok 8 (18032017)
 
Manajemen perubahan
Manajemen perubahanManajemen perubahan
Manajemen perubahan
 
MANAJER DAN CONTOH DALAM PERUSAHAAN NIKE
MANAJER DAN CONTOH DALAM PERUSAHAAN NIKEMANAJER DAN CONTOH DALAM PERUSAHAAN NIKE
MANAJER DAN CONTOH DALAM PERUSAHAAN NIKE
 
Makalah manajemen pemasaran (studi kasus marketing mix pt. gudang garam) jian...
Makalah manajemen pemasaran (studi kasus marketing mix pt. gudang garam) jian...Makalah manajemen pemasaran (studi kasus marketing mix pt. gudang garam) jian...
Makalah manajemen pemasaran (studi kasus marketing mix pt. gudang garam) jian...
 
Strategi perguruan tinggi untuk menarik minat mahasiswa baru
Strategi perguruan tinggi untuk menarik minat mahasiswa baruStrategi perguruan tinggi untuk menarik minat mahasiswa baru
Strategi perguruan tinggi untuk menarik minat mahasiswa baru
 
Makalah_21 Makalah marketing plan kel 4
Makalah_21 Makalah marketing plan kel 4Makalah_21 Makalah marketing plan kel 4
Makalah_21 Makalah marketing plan kel 4
 
1.manajemen operasional
1.manajemen operasional1.manajemen operasional
1.manajemen operasional
 
Marketing Plan Terlengkap "PT.Unilever" detail hinga 87 lembar
Marketing Plan Terlengkap "PT.Unilever" detail hinga 87 lembarMarketing Plan Terlengkap "PT.Unilever" detail hinga 87 lembar
Marketing Plan Terlengkap "PT.Unilever" detail hinga 87 lembar
 
Analisis SWOT PT INDOFOOD
Analisis SWOT PT INDOFOODAnalisis SWOT PT INDOFOOD
Analisis SWOT PT INDOFOOD
 
Makalah Analisis PT Kereta API Indonesia
Makalah Analisis PT Kereta API Indonesia Makalah Analisis PT Kereta API Indonesia
Makalah Analisis PT Kereta API Indonesia
 
Analisis Manajemen Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Analisis Manajemen Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.Analisis Manajemen Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Analisis Manajemen Strategi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
 
Proses manajemen risiko
Proses manajemen risikoProses manajemen risiko
Proses manajemen risiko
 
Lingkungan dan etika bisnis
Lingkungan dan etika bisnisLingkungan dan etika bisnis
Lingkungan dan etika bisnis
 
BAB 2 - LINGKUNGAN BISNIS BISNIS INTERNASIONAL
BAB 2 - LINGKUNGAN BISNIS BISNIS INTERNASIONAL BAB 2 - LINGKUNGAN BISNIS BISNIS INTERNASIONAL
BAB 2 - LINGKUNGAN BISNIS BISNIS INTERNASIONAL
 
Perkembangan Pemikiran Mengenai Kualitas
Perkembangan Pemikiran Mengenai KualitasPerkembangan Pemikiran Mengenai Kualitas
Perkembangan Pemikiran Mengenai Kualitas
 
Manajemen Strategis Internasional
Manajemen Strategis InternasionalManajemen Strategis Internasional
Manajemen Strategis Internasional
 
Definisi konsep & operasional Kinerja Pegawai
Definisi konsep & operasional Kinerja PegawaiDefinisi konsep & operasional Kinerja Pegawai
Definisi konsep & operasional Kinerja Pegawai
 
Aspek manajemen pada studi kelayakan bisnis+Studi Kasus-STIE Putra Bangsa
Aspek manajemen pada studi kelayakan bisnis+Studi Kasus-STIE Putra BangsaAspek manajemen pada studi kelayakan bisnis+Studi Kasus-STIE Putra Bangsa
Aspek manajemen pada studi kelayakan bisnis+Studi Kasus-STIE Putra Bangsa
 
MAKALAH MANAJEMEN DAN BISNIS
MAKALAH MANAJEMEN DAN BISNISMAKALAH MANAJEMEN DAN BISNIS
MAKALAH MANAJEMEN DAN BISNIS
 

Semelhante a Vision and Company Mission, Long Term Objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory

Sm, dessy hayati hakim, prof hapzi ali, vision and company mission, longterm ...
Sm, dessy hayati hakim, prof hapzi ali, vision and company mission, longterm ...Sm, dessy hayati hakim, prof hapzi ali, vision and company mission, longterm ...
Sm, dessy hayati hakim, prof hapzi ali, vision and company mission, longterm ...
Dessy Hakim
 

Semelhante a Vision and Company Mission, Long Term Objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory (20)

2, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, vision and company mission, ...
2, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, vision and company mission, ...2, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, vision and company mission, ...
2, sm, achmad susmiyanto 55118010001, hapzi ali, vision and company mission, ...
 
SM,Lestary Permata Sari 55117010016, Hapzi Ali, Vision and Company Mission, U...
SM,Lestary Permata Sari 55117010016, Hapzi Ali, Vision and Company Mission, U...SM,Lestary Permata Sari 55117010016, Hapzi Ali, Vision and Company Mission, U...
SM,Lestary Permata Sari 55117010016, Hapzi Ali, Vision and Company Mission, U...
 
SM, Alfrianty Sauran, 55117010005, Prof Dr Hapzi Ali, Long Term Objective an...
SM, Alfrianty Sauran, 55117010005,  Prof Dr Hapzi Ali, Long Term Objective an...SM, Alfrianty Sauran, 55117010005,  Prof Dr Hapzi Ali, Long Term Objective an...
SM, Alfrianty Sauran, 55117010005, Prof Dr Hapzi Ali, Long Term Objective an...
 
Sm,theofilus pirri, hapzi ali,long term objective and grand strategy , univer...
Sm,theofilus pirri, hapzi ali,long term objective and grand strategy , univer...Sm,theofilus pirri, hapzi ali,long term objective and grand strategy , univer...
Sm,theofilus pirri, hapzi ali,long term objective and grand strategy , univer...
 
Ii, sm, nurrul tiara dinni, hapzi ali, vision and company mission, longterm o...
Ii, sm, nurrul tiara dinni, hapzi ali, vision and company mission, longterm o...Ii, sm, nurrul tiara dinni, hapzi ali, vision and company mission, longterm o...
Ii, sm, nurrul tiara dinni, hapzi ali, vision and company mission, longterm o...
 
SM, Purwono Sutoyo, Hapzi Ali, Vision and Company Mission-Longterm objective-...
SM, Purwono Sutoyo, Hapzi Ali, Vision and Company Mission-Longterm objective-...SM, Purwono Sutoyo, Hapzi Ali, Vision and Company Mission-Longterm objective-...
SM, Purwono Sutoyo, Hapzi Ali, Vision and Company Mission-Longterm objective-...
 
SM, Purwono Sutoyo, Hapzi Ali, Beberapa pengertian dan penjelasan mengenai: V...
SM, Purwono Sutoyo, Hapzi Ali, Beberapa pengertian dan penjelasan mengenai: V...SM, Purwono Sutoyo, Hapzi Ali, Beberapa pengertian dan penjelasan mengenai: V...
SM, Purwono Sutoyo, Hapzi Ali, Beberapa pengertian dan penjelasan mengenai: V...
 
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, vision and company...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, vision and company...Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, vision and company...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, vision and company...
 
Sm, khoirul anwar, hapzi ali, vision and company mission, longterm objective,...
Sm, khoirul anwar, hapzi ali, vision and company mission, longterm objective,...Sm, khoirul anwar, hapzi ali, vision and company mission, longterm objective,...
Sm, khoirul anwar, hapzi ali, vision and company mission, longterm objective,...
 
Sm, dessy hayati hakim, prof hapzi ali, vision and company mission, longterm ...
Sm, dessy hayati hakim, prof hapzi ali, vision and company mission, longterm ...Sm, dessy hayati hakim, prof hapzi ali, vision and company mission, longterm ...
Sm, dessy hayati hakim, prof hapzi ali, vision and company mission, longterm ...
 
Long Term Objective and Generic Strategy
Long Term Objective and Generic StrategyLong Term Objective and Generic Strategy
Long Term Objective and Generic Strategy
 
Sm,theofilus pirri, hapzi ali, long term objective and generic strategy , uni...
Sm,theofilus pirri, hapzi ali, long term objective and generic strategy , uni...Sm,theofilus pirri, hapzi ali, long term objective and generic strategy , uni...
Sm,theofilus pirri, hapzi ali, long term objective and generic strategy , uni...
 
SM,edo fitriansyah,hapzi ali, vision and company mission, longterm objective,...
SM,edo fitriansyah,hapzi ali, vision and company mission, longterm objective,...SM,edo fitriansyah,hapzi ali, vision and company mission, longterm objective,...
SM,edo fitriansyah,hapzi ali, vision and company mission, longterm objective,...
 
Long Term Objective and Generic Strategy
Long Term  Objective and Generic StrategyLong Term  Objective and Generic Strategy
Long Term Objective and Generic Strategy
 
SM,Maya dwi Indrawati,Hapzi Ali,Vision and Company mission, longterm objectiv...
SM,Maya dwi Indrawati,Hapzi Ali,Vision and Company mission, longterm objectiv...SM,Maya dwi Indrawati,Hapzi Ali,Vision and Company mission, longterm objectiv...
SM,Maya dwi Indrawati,Hapzi Ali,Vision and Company mission, longterm objectiv...
 
SM,maya dwi indrawati, prof.dr. hapzi ali, cma, vision and company mission, l...
SM,maya dwi indrawati, prof.dr. hapzi ali, cma, vision and company mission, l...SM,maya dwi indrawati, prof.dr. hapzi ali, cma, vision and company mission, l...
SM,maya dwi indrawati, prof.dr. hapzi ali, cma, vision and company mission, l...
 
2, sm, ali nico gerard doan, vision and company mission, longterm objective, ...
2, sm, ali nico gerard doan, vision and company mission, longterm objective, ...2, sm, ali nico gerard doan, vision and company mission, longterm objective, ...
2, sm, ali nico gerard doan, vision and company mission, longterm objective, ...
 
Sm,winarsih,hapzi ali, long term objective and grand strategy,universitas mer...
Sm,winarsih,hapzi ali, long term objective and grand strategy,universitas mer...Sm,winarsih,hapzi ali, long term objective and grand strategy,universitas mer...
Sm,winarsih,hapzi ali, long term objective and grand strategy,universitas mer...
 
Sm, rinalto hutabarat, hapzi ali, vision and company mission, longterm object...
Sm, rinalto hutabarat, hapzi ali, vision and company mission, longterm object...Sm, rinalto hutabarat, hapzi ali, vision and company mission, longterm object...
Sm, rinalto hutabarat, hapzi ali, vision and company mission, longterm object...
 
Sm,winarsih,hapzi ali, long term objective and generic strategy,universitas m...
Sm,winarsih,hapzi ali, long term objective and generic strategy,universitas m...Sm,winarsih,hapzi ali, long term objective and generic strategy,universitas m...
Sm,winarsih,hapzi ali, long term objective and generic strategy,universitas m...
 

Mais de Alfrianty Sauran

Mais de Alfrianty Sauran (18)

PRODUCT AND BRAND
PRODUCT AND BRANDPRODUCT AND BRAND
PRODUCT AND BRAND
 
WEB Journal
 WEB Journal WEB Journal
WEB Journal
 
Price Strategy
Price StrategyPrice Strategy
Price Strategy
 
Strategi Penetapan Harga
Strategi Penetapan HargaStrategi Penetapan Harga
Strategi Penetapan Harga
 
Risk Management Ppt
Risk Management PptRisk Management Ppt
Risk Management Ppt
 
Risk Management
Risk ManagementRisk Management
Risk Management
 
Analisis SWOT and Matrix Space PT Indofood
Analisis SWOT and Matrix Space PT IndofoodAnalisis SWOT and Matrix Space PT Indofood
Analisis SWOT and Matrix Space PT Indofood
 
Strategic Implementation from Short Term Strategy, Functional Level and Tactic
Strategic Implementation from Short Term Strategy, Functional Level and TacticStrategic Implementation from Short Term Strategy, Functional Level and Tactic
Strategic Implementation from Short Term Strategy, Functional Level and Tactic
 
Strategic Control
Strategic ControlStrategic Control
Strategic Control
 
TOOLS FOR IMPLEMENTATION STRATEGY
TOOLS FOR IMPLEMENTATION STRATEGYTOOLS FOR IMPLEMENTATION STRATEGY
TOOLS FOR IMPLEMENTATION STRATEGY
 
MULTI BUSINESS STRATEGY
MULTI BUSINESS STRATEGYMULTI BUSINESS STRATEGY
MULTI BUSINESS STRATEGY
 
BUSINESS UNIT STRATEGY
BUSINESS UNIT STRATEGYBUSINESS UNIT STRATEGY
BUSINESS UNIT STRATEGY
 
BUSINESS LEVEL STRATEGY
BUSINESS LEVEL STRATEGYBUSINESS LEVEL STRATEGY
BUSINESS LEVEL STRATEGY
 
LONG TERM OBJECTIVE AND GRAND STRATEGY
LONG TERM OBJECTIVE AND GRAND STRATEGY LONG TERM OBJECTIVE AND GRAND STRATEGY
LONG TERM OBJECTIVE AND GRAND STRATEGY
 
Tipe-tipe strategi, bentuk strategi, perencanaan strategi, Formulasi Strategi...
Tipe-tipe strategi, bentuk strategi, perencanaan strategi, Formulasi Strategi...Tipe-tipe strategi, bentuk strategi, perencanaan strategi, Formulasi Strategi...
Tipe-tipe strategi, bentuk strategi, perencanaan strategi, Formulasi Strategi...
 
Internal Environment Analysis from Value Chain Management
Internal  Environment Analysis from Value Chain ManagementInternal  Environment Analysis from Value Chain Management
Internal Environment Analysis from Value Chain Management
 
External Macro Environment Analysis
External Macro Environment AnalysisExternal Macro Environment Analysis
External Macro Environment Analysis
 
External Macro Environment Analysis
External Macro Environment Analysis External Macro Environment Analysis
External Macro Environment Analysis
 

Vision and Company Mission, Long Term Objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory

  • 1. STRATEGIC MANAGEMENT Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory Alfrianty Sauran 55117010005 Mahasiswa Magister Management Universitas Mercu Buana Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA Dosen Magister Management Universitas Mercu Buana
  • 2. ‘18 2 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory A. Vision and Mission Company VISION Untuk mencapai tujuan organisasi maka sebuah perusahaan harus memiliki visi dan misi sebagai bagian dari perencanaan strategis dan tindakan startegis untuk mencapai tujuan orgaisasi. Menurut J.B. Whittaker dalam bukunya “Strategic Planning and Management”, visi perusahaan adalah gambaran masa depan yang dipilih dan yang akan diwujudkan pada suatu saat yang ditentukan. Jadi, visi adalah cita-cita dan tujuan jangka panjang sebuah perusahaan serta pandangan mengenai arah sebuah managemen perusahaan. Penetapan visi perusahaan memiliki tujuan. Adapun tujuan penetapan visi perusahaan, yaitu: 1. Mencerminkan sesuatu yang akan dicapai perusahaan 2. Memiliki orientasi pada masa depan perusahaan 3. Menimbulkan komitmen tinggi dari seluruh jajaran dan lingkungan perusahaan 4. Menentukan arah dan fokus strategi perusahaan yang jelas 5. Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi perusahaan Dalam penetapan visi perusahaan harus memenihi persyaratan dan kriteria. Adapun persyaratan dan kriteria visi perusahaan antara lain: 1. Dapat dibayangkan oleh seluruh jajaran organisasi perusahaan 2. Dapat dikomunikasikan dan dapat dimengerti oleh seluruh jajaran organisasi perusahaan 3. Berwawasan jangka panjang dan tidak mengabaikan perkembangan zaman 4. Memiliki nilai yang memang diinginkan oleh anggota organisasi perusahaan 5. Terfokus pada permasalahnan instansi perusahaan agar dapat beroperasi
  • 3. ‘18 3 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory Menurut Pearce/Robinson (2007/44), pernyataan visi adalah pernyataan yang menyajikan maksud strategis perusahaan yang didesain untuk memfokuskan energi dan sumber daya perusahaan guna mencapai masa depan yang diinginkan. Pernyataan visi perusahaan seringkali dirancang untuk menyatakan aspirasi dari kepemimpinan eksekutif. MISSION Menurut Pearce/Robinson (2007/16), misi suatu perusahaan merupakan tujuan unik yang membedakan perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis dan mengidentifikasikan lingkup dari operasinya. Misi perusahaan menjelaskan bidang penekanan dari produk, pasar dan teknologi perusahaan sedemikian rupa sehingga mencerminkan nilai dan prioritas dari para pengambil keputusan strategis. Misi perusahaan adalah pernyataan luas dan kekal mengeniat niat sebuah perusahaan. Tujuan misi adalah sebagai pernyataan harapan dari seluruh pemangku kepentingan atas kinerja perusahaan secara jangka panjang. Pada umumnya, bisnis dimulai dengan keyakinan, keinginan dan aspirasi seorang pengusaha. Menurut Pearce/Robinson (2007/32), misi seorang pemilik sekaligus manager biasanya didasarkan pada keyakinan dasar berikut: 1. Produk atau jasa perusahaan yang memberikan manfaat paling tidak sesuai dengan harganya.
  • 4. ‘18 4 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory 2. Produk atau jasa perusahaan dapat memuaskan kebutuhan konsumen dari segmen pasar tertentu yang saat ini belum terpuaskan secara memadai. 3. Teknologi yang digunakan dalam produksi akan menghasilkan produk atau jasa yang kompetitif dari segi biaya maupun kualitas. 4. Dengan kerja keras dan dukungan pihak lain, perusahaan tersebut tidak hanya dapat bertahan melainkan juga akan tumbuh dan menghasilkan laba. 5. Filosofi manajemen perusahaan akan menghasilkan citra publik yang menguntungkan serta menyediakan manfaat keuangan dan psikologis bagi mereka yang bersedia menginvestasikan tenaga dan uangnya untuk membantu perusahaan meraih keberhasilan. 6. Konsep diri pengusaha mengenai bisnis tersebut dapat dikomunikasikan kepada dan diadopsi oleh para karyawan dan pemegang saham. Nilai utama dari pernyataan misi merupakan spesifikasi terhadap tujuan akhir perusahaan. Pernyataan misi perusahaan menjadi harapan dan cita-cita bersama bagi karyawan pada seluruh tingkatan dan generasi. Pernyataan misi merupakan komitmen perusahaan terhadap tindakan-tindakan bertanggung jawab yang sesuai dengan pelestarian dan perlindungan atas klaim-klaim penting dari kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan profitabilitas para shareholders dalam perusahaan. B. Longterm Objective Tujuan jangka panjang merupakan hasil yang dicoba dan diharapkan dari implementasi strategi yang telah ditetapkan untuk dicapai oleh perusahaan selama periode waktu tertentu dan biasanya berlangsung selama 5 tahun. Menurut Pearce/Robinson(2007/251), untuk mencapai kemakmuran jangka panjang, para perencana strategis umumnya menetapkan tujuan jangka panjang dalam 7 bidang yaitu: a) Profitabilitas kemampuan dari suatu perusahaan untuk beroprasi dalam jangka panjang bergantung pada perolehan tingkat laba yang memadai yang dimana umumnya memiliki tujuan laba dinyatakan dalam bentuk laba perusahaan atau tingkat pengembalian atas ekuitas.
  • 5. ‘18 5 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory b) Produktivitas Perusahaan yang dapat memperbaiki hubungan input-output pada umunya dapat meningkatkan produktivitas. Oleh karenanya perusahaan menyatakan suatu tujuan produktivitas. Tujuan produktivitas yang umum digunakan adalah jumlah barang yang diproduksi atau jumlah jasa yang diberikan per unit input. Namun tujuan produktivitas kadang kala dinyatakan dalam bentuk penurunan biaya yang diinginkan. c) Posisi kompetitif Salah satu ukuran keberhasilan perusahaan adalah dominasi relatifnya di pasar.Sering kali penjualan total atau pangsa pasar dijadikan sebagai ukuran posisi kompetitif perusahaan. Tujuan yang berkaitan dengan posisi kompetitif dapat mengindikasikan prioritas jangka panjang perusahaan. d) Pengembangan karyawan Karyawan menghargai pendidikan dan pelatihan sebagian karena hal tersebut mengarah pada kompensasi dan jaminan kerja yang lebih tinggi. Hal ini sering kali meningkatkan produktivitas dan mengurangi perputaran karyawan. Oleh karena itu para pembuat keputusan strategis sering kali memasukkan tujuan pengembangan karyawan dalam rencana jangka panjangnya. e) Hubungan dengan karyawan Para manajer strategis yakin produktivitas berhubungan dengan loyalitas karyawan dan apresiasi atas perhatian manajer terhadap kesejahteraan karyawan. Oleh karena itu mereka menetapkan tujuan untuk memperbaiki hubungan dengan karyawan. Beberapa tujuan mencakup program keselamatan kerja, perwakilan pekerja dalam komitmen dan rencana kompensasi berbasis saham. f) Kepemimpinan Teknologi Perusahaan harus memutuskan apakah akan menjadi pemimpin atau hanya pengikut di pasar. Setiap pendekatan dapat berhasil, tetapi masing- masing membutuhkan postur strategi yang berbeda. Oleh karena itu banyak perusahaan menyatakan suatu tujuan berkaitan dengan kepemimpinan teknologi.
  • 6. ‘18 6 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory g) Tanggung jawab kepada masyarakat Banyak perusahaan mencoba untuk memenuhi tanggung jawab sosialnya melampaui persyaratan pemerintah.Perusahaan itu bukan hanya bekerja untuk mengembangkan reputasi sebagai produsen dari produk dan jasa dengan harga yang layak melainkan juga menjadi warga negara yang bertanggung jawab. KUALITAS SASARAN JANGKA PANJANG Tujuan-tujuan tersebut diatas atau tujuan jangka panjang lainnya seharusnya dapat diterima, fleksibel, terukur seiring berjalannya waktu, memotivasi, sesuai, dapat dipahami, dan dapat dicapai. 1. Dapat Diterima (acceptable) Para manajer akan berusaha mencapai sasaran yang sesuai dengan keinginan mereka. Mereka mungkin mengabaikan atau bahkan menghambat pencapaian sasaran yang tidak sesuai bagi mereka (misalnya, mempromosikan produk makanan yang tidak bergizi) atau yang mereka yakini tidak patut atau tidak sehat. Disamping itu, sasaran jangka panjang korporasi seringkali dirancang agar dapat diterima oleh pihak – pihak luar perusahaan. Contohnya adalah upaya untuk mengurangi pencemaran udara yang dilakukan atas desakan Badan Perlindungan Lingkungan (Environmental Protection Agency, EPA). 2. Fleksibel (flexible) Sasaran haruslah bersifat adaptif terhadap perubahan – perubahan tak terduga atau luar biasa dalam ramalan lingkungan dan persaingan perusahaan. Tetapi, fleksibilitas demikian biasanya bertambah dengan mengorbankan kespesifikan. Lagipula, rasa percaya diri karyawan dapat menjadi goyah karena penyesuaian sasaran yang fleksibel ini mungkin mempengaruhi pekerjaan mereka. Salah satu cara memungkinkan fleksibilitas dengan menekan serendah mungkin efek negatifnya adalah dengan memberikan peluang penyesuaian pada tingkat sasaran, bukan esensinya. Sebagai contoh, sasaran bagian personalia berupa penyelenggaraan pelatihan untuk pengembangan manajerial bagi 15 penyelia
  • 7. ‘18 7 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory per tahun selama lima tahun ke depan disesuaikan dengan mengubah jumlah orang yang akan dilatih. Sebaliknya, mengubah sasaran bagian personalia menjadi “membantu para penyelia produksi menekan kecelakaan kerja sebesar 10 % per tahun” setelah tiga bulan akan menimbulkan rasa tidak puas. 3. Terukur (measurable) Sasaran haruslah secara jelas dan kongkrit menyatakan apa yang akan dicapai dan kapan ini akan dicapai. Jadi, sasaran haruslah dapat diukur dan mempunyai batas waktu. Sebagai contoh, sasaran “meningkatkan ROI sebesar – besarnya “ lebih baik dirumuskan sebagai “meningkatkan ROI lini produk kertas setidak – tidaknya 1 % setahun secara total 5 % dalam kurun waktu tiga tahun ke depan” 4. Memotivasi (motivating) Penelitian menunjukkan bahwa orang akan menjadi paling produktif bila sasaran ditetapkan pada tingkat yang menimbulkan motivasi cukup tinggi sehingga menimbulkan tantangan tetapi tidak terlalu tinggi sehingga menimbulkan frutasi atau terlalu rendah sehingga sangat mudah dicapai. Masalahnya adalah bahwa orang dan kelompok berbeda – beda dalam persepsi mereka mengenai apa yang disebut cukup tinggi. Suatu sasaran umum yang menantang bagi satu kelompok mungkin membuat putus asa kelompok yang lain dan kurang menarik bagi kelompok ketiga. Saran yang baik adalah menyesuaikan sasaran menurut kelompok yang terlihat. Mengembangkan sasaran seperti ini membutuhkan waktu dan kerja keras, tetapi sasaran macam ini lebih mungkin menimbulkan motivasi. 5. Sesuai (suitable) Sasaran harus cocok dengan cita – cita umum perusahaan, yang dinyatakan dalam rumusan misinya. Setiap sasaran haruslah merupakan langkah menuju pencapaian tujuan keseluruhan. Sesungguhnya, sasaran yang tidak sesuai dengan misi perusahaan dapat bertentangan dengan cita – cita perusahaan. Sebagai contoh, jika misi berorientasi pada pertumbuhan, sasaran menekan
  • 8. ‘18 8 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory rasio utang – modal saham menjadi 1,00 barangkali tidak tetap dan tidak produktif. 6. Dapat Dipahami (understandable) Para manajer strategi di semua tingkat haruslah memahai apa yang ingin dicapai. Mereka juga harus memahami criteria utama yang menjadi dasar evaluasi prestasi mereka. Jadi, sasaran harus dirumuskan sedemikian hingga dapat dipahami baik oleh pembuat maupun penerimanya. Bayangkanlah kesalah pahaman yang dapat timbul terhadap sasaran “meningkatkan produktivitas bagian kartu kredit sebesar 20 % dalam lima tahun.” Apa arti sasaran ini? Meningkatkan jumlah kartu yang beredar? Meningkatkan penggunaan kartu yang telah beredar? Meningkatkan beban kerja karyawan? Membuat kenaikan produktivitas setiap tahun? Atau berharap bahwa system komputer baru, yang akan meningkatkan produktivitas, disetujui pada tahun 5? Seperti tampak pada contoh sederhana ini, sasaran harus jelas, bermakna, dan tidak mendua arti 7. Dapat Dicapai (achievable) Akhirnya, sasaran harus mungkin dicapai. Ini lebih mudah dikatakan ketimbang dilaksanakan. Turbelensi dalam lingkungan jauh dan lingkungan operasional mempengaruhi operasi intern perusahaan, menimbulkan ketidak– pastian dan membatasi akurasi sasaran yang ditetapkan oleh manajemen strategi. Sebagai contoh, sangat berfluktasinya suku bunga di tahun 1985, khususnya dalam bidang – bidang seperti proyeksi penjualan bagi produsen produk – produk konsumen tahan lama seperti General Motors dan General Electric. C. Corporate Culture Budaya perusahaan adalah faktor penting bagi kesuksesan implementasi dan pelaksanaan rencana strategis suatu perusahaan. Menurut Pearce/Robinson (2007/498), budaya organisasi adalah sekelompok asumsi, nilai, keyakinan, dan norma penting yang dipegang bersama oleh anggota-anggota organisasi. Untuk mencapai taraf budaya organisasi diperlukan waktu yang panjang dalam pertemuan yang intens. Budaya Perusahaan dibuat berdasarkan nilai-nilai yang diyakini benar
  • 9. ‘18 9 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory oleh segenap anggota perusahaan dan selaras dengan Visi dan Misi perusahaan tersebut. Fungsi Budaya Perusahaan antara lain adalah sebagai perekat sosial dalam mempersatukan anggota untuk mencapai tujuan perusahaan berupa ketentuan dan atau nilai-nilai yang harus diterapkan dan dilakukan oleh para anggota perusahaan. Manfaat Budaya Perusahaan bagi perusahaan antara lain adalah dapat menciptakan SDM yang memiliki integritas, pengetahuan, keahlian/ketrampilan maupun sikap, perilaku dan moral yang baik sehingga mampu mendorong tercapainya Visi dan Misi. Sedangkan bagi karyawan, Budaya Perusahaan akan menjadi acuan/pedoman berperilaku dalam melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sehingga mampu berperan memberikan kontribusi optimal terhadap pencapaian Visi dan Misi perusahaan. Budaya perusahaan berperan sangat besar dalam peningkatan kinerja para karyawan. Suatu budaya yang baik dapat mengarahkan, mengikat, dan memotivasi setiap individu yang terlibat di dalamnya, untuk bersama-sama berusaha
  • 10. ‘18 10 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory menciptakan suasana yang mendukung bagi upaya pencapaian tujuan yang diharapkan. Budaya perusahaan mampu memberi arah bagi kelangsungan hidup perusahaan dan memberi suatu identitas khas baginya. Agar hal itu betul-betul dapat terjadi, perlu budaya perusahaan disosialisasikan dengan baik sehingga dapat terinternalisasi dalam diri para anggotanya. Untuk maksud tersebut, para pemimpin perusahaan memainkan peran sangat penting, baik dalam menanamkan pemahaman dan persepsi yang sama tentang budaya tersebut terhadap setiap anggotanya, maupun dalam memberi keteladanan dengan menunjukkan sikap dan perilaku yang sama seperti budaya yang dimiliki perusahaan tersebut. Hal yang diharapkan pada akhirnya adalah agar setiap individu dalam perusahaan dapat menghayati budaya perusahaan yang merupakan identitas khas mereka sebagai anggota dari suatu kelompok. Budaya adalah satu set nilai, penuntun, kepercayaan, pengertian, norma, falsafah, etika, dan cara berpikir. Budaya yang ada di suatu lingkungan, sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan pribadi yang berada di dalam lingkungan tersebut. Keahlian, kreativitas, kecerdasan, maupun motivasi yang tinggi dari karyawan memang merupakan unsur kredibilitas yang harus dimiliki oleh karyawan agar perusahaan dapat mencapai sukses. Namun, unsur tersebut menjadi belum maksimal manfaatnya bila setiap karyawan belum memiliki satu budaya yang sama. Satu budaya yang sama maksudnya adalah sebuah pola pikir yang membuat mereka memiliki persepsi yang sama tentang nilai dan kepercayaan yang dapat membantu mereka untuk memahami tentang bagaimana seharusnya berperilaku kerja pada perusahaan dimana mereka bekerja. Pada umumnya, perusahaan dunia yang sukses adalah perusahaan yang memiliki budaya kerja yang kuat. Terlepas dari nilai positif dan luhur yang terkandung dalam budaya yang berlaku, maksud budaya kerja yang kuat adalah seluruh komponen perusahaan mengamalkan nilai atau norma yang telah ditetapkan bersama sebagai sebuah budaya dengan komitmen yang tinggi, tanpa terkecuali. Namun, ketiadaan kata atau kalimat yang menegaskan mengenai budaya yang dianut perusahaan, menyulitkan para karyawan memahami budaya perusahaan. Untuk itu, perlu adanya sebuah pernyataan yang merupakan manifestasi dari budaya perusahaan yang mengungkapkan secara garis besar dalam pengertian
  • 11. ‘18 11 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory spesifik mengenai tujuan perusahaan dan cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Pengungkapan budaya perusahaan ke dalam sebuah pernyataan dapat dilakukan melalui perumusan pernyataan visi dan misi. Hanya dengan kalimat singkat, pernyataan visi dan misi dapat menyiratkan nilai, etika, prinsip, tujuan, dan strategi perusahaan. Menuliskan pernyataan visi dan misi perusahaan adalah cara yang paling efektif untuk memastikan bahwa semua karyawan dapat memahami budaya perusahaan dan mengimplementasikannya ke dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan. Tindakan sosialisasi dan internalisasi yang sungguh-sungguh dan meluas merupakan hal sangat urgen untuk dilakukan. Dengan demikian, pola perilaku, sikap, dan nilai yang ingin ditegakkan, dapat dilihat dan dirasakan oleh siapapun dalam organisasi atau perusahaan itu. Suasana tersebut bukan saja sekedar untuk membedakan organisasi atau perusahaan itu dengan organisasi atau perusahaan lainnya, melainkan juga merupakan hal sangat esensial bagi pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan itu sendiri. Dari berbagai penelitian yang dilakukan sudah semakin jelas bahwa budaya perusahaan memiliki peranan penting dalam membangun prestasi dan produktivitas kerja para karyawan sehingga mengarahkan perusahaan kepada keberhasilan. Pendiri memiliki peran yang sangat besar bagi awal terbentuknya budaya organisasi, karena bagaimana visi dan misi organisasi yang bersangkutan tidak terlepas pada bagaimana nilai pendiri tersebut. Pada akhirnya, nilai tersebut harus diaktualisasikan dan menjadi nafas bagi organisasi yang ada. Jadi, awalnya dimulai oleh the founder. Dia harus menjadi a man of vision; one whose horizon is not this year, next year, but rather 5, 10, 20, or even 100 years in the future . Dia tahu sasaran apa yang mau dicapai dan sangat yakin bahwa dia tahu jalan/cara yang terbaik untuk mencapainya. Dari pengalaman masa lalunya, dia membangun rentetan nilai di atas mana filosofi usaha/kerjanya diletakkan. Dia juga mengomunikasikan hal itu kepada orang-orangnya, terutama dengan cara teach by example, melalui reaksi/tanggapannya terhadap situasi, melalui peri hidupnya dan tindakan pribadinya. Dia menjadi embodiment of values and beliefs terhadap para anggotanya. Untuk dapat lebih efektif diterima dan dibatinkan oleh seluruh anggota (meresap di dalam pikiran, perasaan, dan perilaku kelompok), the founder/leader harus punya kharisma. Dan secara eksplisit hal itu diteruskan/dikomunikasikan/
  • 12. ‘18 12 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory dilembagakan melalui program orientasi, khususnya bagi para anggota baru. Jadi, pada pertama kali budaya suatu organisasi atau perusahaan diturunkan dari filsafat pendirinya, selanjutnya budaya mempengaruhi kriteria yang digunakan dalam mempekerjakan karyawan. Selanjutnya, tindakan dari manajemen puncak menentukan iklim umum dari perilaku yang dapat diterima baik oleh semua anggota yang terlibat dalam perusahaan itu. Bagaimana karyawan harus menginternalisasikan budaya organisasinya akan tergantung juga pada tingkat sukses yang dicapai dalam mencocokkan nilai karyawan baru dengan nilai organisasi. D. Corporate Governance Good Corporate Governance pada dasarnya merupakan suatu sistem (input, Proses, output) dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang kepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan. Good Corporate Gorvernance dimasukkan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi perusahaan dan untuk memastikan bahwa kesalahan- kesalahan yang terjadi dapat di perebaiki dengan segera. Penerapan good corporate governance dimulai dari pembenahan struktur dan sistem pengelolaan, melalui pemberdayaan organ-organ perusahaan itu sendiri, yaitu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), komisaris, dan direktur. Berikutnya adalah melalui upaya agar perusahaan bisa mengakomodasikan kepentingan- kepentingan stakeholders yang terkait dengan perusahaan. Pengertian stakeholders dapat di bagi dua yaitu stakeholders utama (primary) dan kedua (secondary). Stakeholders utama yaitu para pemegang saham dan investor, karyawan dan manajer, pelanggan, pemasok, rekanan bisnis, serta masyarakat setempat. Stakeholders kedua yaitu pemerintah, masyarakat umum (khususnya yang kepentingannya terkait dengan perusahaan), institusi-institusi umum, lembaga- lembaga swadaya masyarakat (NGO), media, akademisi, kelompok asosiasi bisnis, dan pesaing. Oleh sebab itu, masalah good corporate governance sebetulnya bukan hanya masalah bagaimana meningkatkan laba perusahaan, meningkatkan nilai saham di
  • 13. ‘18 13 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory bursa dan memberikan deviden yang sebesar-besarnya kepada shareholders, melainkan bagaimana perusahaan tersebut bisa memberikan kontribusi bisa memberikan kontribusi positif dan membina hubungan baik dengan para stakeholders. Corporate governance memainkan peran menentukan dalam mengatur bagaimana berbagai sumber daya ekonomis dialokasikan dari waktu ke waktu dalam menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat secara keseluruhan. TUJUAN PENERAPAN GCG Penerapan prinsip-prinsip GCG akan meningkatkan citra dan kinerja Perusahaan serta meningkatkan nilai Perusahaan bagi Pemegang Saham.Tujuan penerapan GCG adalah: 1. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan penerapan prinsip- prinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. 2. Terlaksananya pengelolaan Perusahaan secara profesional dan mandiri. 3. Terciptanya pengambilan keputusan oleh seluruh Organ Perusahaan yang didasarkan pada nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Terlaksananya tanggung jawab sosial Perusahaan terhadap stakeholders. 5. Meningkatkan iklim investasi nasional yang kondusif, khususnya di bidang energi dan Petrokimia.
  • 14. ‘18 14 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory PRINSIP-PRINSIP GCG Secara umum terdapat lima prinsip dasar dari good corporate governance yaitu: 1. Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. 2. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaanterlaksana secara efektif. 3. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. 4. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
  • 15. ‘18 15 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory 5. Fairness (kesetaraan da kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Esensi dari corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentinganlainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku. Mekanisme Corporate Governance Mekanisme corporate governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol/pengawasan terhadap keputusan tersebut. 1. Mekanisme pengendalian internal adalah pengendalian perusahaan yang dilakukan dengan membuat aturan yang mengatur tentang mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return maupun risikorisiko yang disetujui oleh prinsipal dan agen. 2. Mekanisme pengendalian eksternal adalah pengendalian perusahaan yang dilakukan oleh pasar. Menurut teori pasar jika manajemen berperilaku hanya menguntungkan diri sendiri, maka kinerja perusahaan akan menurun dalam bentuk turunnya nilai saham perusahaan. E. Agency Theory Menurut Pearce (2007/47), teori keagenan adalah sekelmpok gagasan mengenai pengendalian organisasi yang didasarkan pada keyakinan bahwa pemisahan kepemilikan dengan manajemen menimbulkan potensi bahwa keinginan pemilik diabaikan.
  • 16. ‘18 16 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka pihak manejemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada pemegang saham. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan sebagai “agency relationship as a contract under which one or more person (the principals) engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent”. Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal.
  • 17. ‘18 17 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory Masalah keagenan potensial terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari seratus persen (Masdupi, 2005). Dengan proporsi kepemilikan yang hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk memaksimumkan perusahaan. Inilah yang nantinya akan menyebabkan biaya keagenan (agency cost). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency cost sebagai jumlah dari biaya yang dikeluarkan prinsipal untuk melakukan pengawasan terhadap agen. Hampir mustahil bagi perusahaan untuk memiliki zero agency cost dalam rangka menjamin manajer akan mengambil keputusan yang optimal dari pandangan shareholders karena adanya perbedaan kepentingan yang besar diantara mereka. Menurut teori keagenan, konflik antara prinsipal dan agen dapat dikurangi dengan mensejajarkan kepentingan antara prinsipal dan agen. Kehadiran kepemilikan saham oleh manajerial (insider ownership) dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yang berpotensi timbul, karena dengan memiliki saham perusahaan diharapkan manajer merasakan langsung manfaat dari setiap keputusan yang diambilnya. Proses ini dinamakan dengan bonding mechanism, yaitu proses untuk menyamakan kepentingan manajemen melalui program mengikat manajemen dalam modal perusahaan. Dalam suatu perusahaan, konflik kepentingan antara prinsipal dengan agen salah satunya dapat timbul karena adanya kelebihan aliran kas (excess cash flow). Kelebihan arus kas cenderung diinvestasikan dalam hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan. Ini menyebabkan perbedaan kepentingan karena pemegang saham lebih menyukai investasi yang berisiko tinggi yang juga menghasilkan return tinggi, sementara manajemen lebih memilih investasi dengan risiko yang lebih rendah. Menurut Eisenhardt dalam Siagian (2011:11) teori agensi menggunakan 3 asumsi sifat dasar manusia yaitu: 1. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest) 2. Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality) 3. Manusia selalu menghindari resiko (risk averse)
  • 18. ‘18 18 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory Menurut Bathala et al, (1994) terdapat beberapa cara yang digunakan untuk mengurangi konflik kepentingan, yaitu : a) meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen (insider ownership), b) meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih (earning after tax), c) meningkatkan sumber pendanaan melalui utang, d) kepemilikan saham oleh institusi (institutional holdings). Sedangkan dalam penelitian Masdupi (2005) dikemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan dalam mengurangi masalah keagenan. 1) Dengan meningkatkan insider ownership. Perusahaan meningkatkan bagian kepemilikan manajemen untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan meningkatkan persentase kepemilikan, manajer menjadi termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham. 2) Dengan pendekatan pengawasan eksternal yang dilakukan melalui penggunaan hutang. Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan saham sehingga meminimalisasi biaya keagenan ekuitas. Akan tetapi, perusahaan memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayarkan beban bunga secara periodik. Selain itu penggunaan hutang yang terlalu besar juga akan menimbulkan konflik keagenan antara shareholders dengan debthholders sehingga muncul biaya keagenan hutang. 3) Institutional investor sebagai monitoring agent. Moh’d et all,(1998) menyatakan bahwa bentuk distribusi saham dari luar (outside shareholders) yaitu institutional investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi biaya keagenan ekuitas (agency cost). Hal ini disebabkan karena kepemilikan merupakan sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau menantang keberadaan manajemen, maka konsentrasi atau penyebaran power menjadi suatu hal yang relevan dalam perusahaan.
  • 19. ‘18 19 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory PT SMART, Tbk Vision Menjadi perusahaan agribisnis dan produk konsumen global yang terintegrasi dan terbaik – menjadi mitra pilihan. Mission Secara efisien, kita menyediakan produk, solusi, serta layanan agribisnis dan konsumen, yang berkualitas tinggi serta berkelanjutan, guna menciptakan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan kami Corporate Culture Karyawan SMART memainkan peranan penting bagi Perusahaan dalam mencapai kesuksesan serta mengatasi tantangan dalam pengembangan bisnis. Karyawan kami berkomitmen pada nilai-nilai perusahaan sebagai berikut: Integritas : Bertindak sesuai ucapan maupun janji sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan pihak lain. Dengan menanamkan perilaku karyawan seperti : a. Jujur (Honesty) b. Satunya perbuatan dengan kata (Walk the talk). c. Tindakan yang sesuai dengan falsafah perusahaan (Conscience). Sikap Positif : Menampilkan perilaku yang mendukung terciptanya lingkungan kerja yang saling menghargai dan kondusif. Dengan menanamkan perilaku karyawan seperti: a. Menghargai orang lain (Respect to others). b. Kerjasama antar anggota organisasi dalam mewujudkan tujuan bersama (Team work). c. Menciptakan lingkungan kerja yang bersahabat dan saling mendukung untuk pengembangan diri dan rekan kerja (Positive working environment).
  • 20. ‘18 20 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory Komitmen : Melaksanakan pekerjaan dengan sepenuh hati untuk mencapai hasil terbaik. Dengan mempertahankan perilaku karyawan seperti : a. Bekerja sepenuh hati (Passion). b. Bertekad dan berupaya untuk selalu mencapai hasil terbaik (Strive to be the best). c. Menyelesaikan pekerjaan yang telah dimulai hingga tuntas sesuai waktu yang telah ditetapkan (Follow up till done). Perbaikan Berkelanjutan : Meningkatkan kemampuan atau kapasitas diri, unit kerja, dan organisasi secara terus menerus untuk mencapai hasil terbaik. Dengan memperbaiki kinerja seperti : a. Data yang sesuai dengan fakta sebenarnya (Data accuracy). b. Mencari metode kerja yang efisien dan efektif serta memperhitungkan dampak biaya dan manfaatnya (Cost concern). c. Upaya mencari dan melaksanakan metode kerja untuk mencapai hasil terbaik (Process excellence). Inovatif : Memunculkan gagasan atau menciptakan produk /alat kerja/sistem kerja baru yang dapat meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan perusahaan. Dengan meningkatkan kinerja karyawan seperti : a. Mencari tahu cara kerja terbaik, dan mengadopsinya untuk meningkatkan kinerja perusahaan (Benchmarking). b. Mencari dan menghasilkan terobosan baru dalam metode kerja serta produk akhir yang dapat meningkatkan nilai perusahaan (Breakthrough). Loyal : Menumbuhkembangkan semangat untuk mengerti, memahami dan melaksanakan nilai-nilai Perusahaan sebagai bagian dari keluarga besar SMART. Dengan menjaga perilaku karyawan seperti : a. Memelihara semangat kerja (Fraternity). b. Menunjukkan kebanggaan sebagai anggota keluarga besar Sinar Mas (Pride). c. Menghayati pekerjaan sebagai sarana untuk memuliakan Tuhan, serta sumbangsih kepada keluarga , perusahaan, dan Negara (Dedication).
  • 21. ‘18 21 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory Dengan nilai-nilai tersebut sebagai dasar, esensi dari budaya Perusahaan dapat ditunjukkan melalui empat cara: Prestasi : Kita menghasilkan kinerja yang luar biasa Rasa Memiliki : Kita hanya melakukan apa yang terbaik bagi Perusahaan Kolaborasi : Kita bekerja sebagai satu tim Sumber Daya Manusia : Kita mewujudkan potensi Sumber Daya Manusia kita. Corporate Governance PT SMART Tbk merupakan perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) harus mematuhi peraturan perundangan di bidang pasar modal dan peraturan perundangan yang berkaitan dengan operasi perusahaan. Dewan Komisaris PT SMART Tbk perlu membentuk Komite Nominasi dan Remunerasi (selanjutnya disebut “Komite”) untuk membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, agar perusahaan berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance/GCG. Sehubungan dengan itu, Komite wajib menyusun Pedoman Komite Nominasi dan Remunerasi (selanjutnya disebut “Pedoman”) yang mengikat bagi setiap anggota Komite dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, yang selanjutnya ditetapkan oleh Dewan Komisaris. Agency Theory Jensen dan Meckling (1976) dalam Masdupi (2005), mengatakan bahwa mekanisme untuk mengatasi konflik keagenan antara lain dengan meningkatkan kepemilikan insider (insider ownership) sehingga dapat mensejajarkan kepentingan pemilik dengan manajer. Utang merupakan suatu mekanisme lain yang bisa digunakan untuk mengurangi atau mengontrol konflik keagenan. Penggunaan utang juga akan meningkatkan risiko, oleh karena itu manajer akan lebih berhati-hati karena risiko utang nondiversiviable manajer lebih besar daripada investor public. Dengan kata lain, perusahaan yang menggunakan utang dalam pendanaannya dan tidak mampu melunasi kembali utang tersebut akan terancam likuiditasnya sehingga pada gilirannya akan mengancam posisi manajemen. Pada penelitian Masdupi (2005), berpendapat bahwa utang yang terlalu besar akan menimbulkan konflik keagenan antara shareholders dengan debtholders sehingga memunculkan biaya keagenan utang. Utang yang terlalu besar meningkatkan keinginan shareholders untuk memilih
  • 22. ‘18 22 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory proyek-proyek yang lebih berisiko dengan harapan akan memperoleh return yang lebih tinggi. Apabila proyek berhasil, maka return akan meningkat dan debtholders hanya menerima sebesar tingkat bunga. Sisanya, jika proyek tersebut gagal maka mereka dapat mengalihkan penaggungan risiko pada pihak kreditur. Menurut Jensen dan Meckling dalam Masdupi (1976), perusahaan yang semakin besar akan potensial terkena agency problem sebagai akibat terjadinya pemisahan fungsi pengambil keputusan dan penanggung risiko (risk beating). Dalam keadaan ini manajer punya kecenderungan untuk melakukan konsumsi atas keuntungan- keuntungan tambahan secara berlebihan, karena risiko yang ditanggungnya relatif sama dan ini disebut agency cost of equity. Untuk meminimumkan konflik kepentingan antara insider dengan pemegang saham, maka diperlukan suatu mekanisme yang dapat mensejajarkan kepentingan yang terkait. Hal ini akan menyebabkan munculnya biaya yang disebut agency cost (biaya keagenan). Suhartono (2004), untuk menjamin agar para manajer melakukan yang terbaik bagi pemegang saham, perusahaan harus menanggung biaya keagenan (agency cost) yang dapat berupa: (1) pengeluaran untuk memantau tindakan manajemen, (2) pengeluaran untuk menata struktur organisasi sehingga kemungkinan timbulnya perilaku manajer yang tidak dikehendaki semakin kecil, (3) biaya kesempatan (opportunity cost) karena hilangnya kesempatan memperoleh laba sebagai akibat dibatasinya kewenangan manajemen sehingga tidak dapat mengambil keputusan dengan tepat waktu. Agency cost dapat diminimalisirkan dengan meningkatkan pengawasan (monitoring) terhadap perusahaan. Monitoring tersebut tidak hanya terbatas dilakukan oleh pihak dari dalam perusahaan, namun juga dapat dilakukan dari pihak eksternal perusahaan (terutama investor institusional). Tingkat kepemilikan insider yang lebih tinggi terbukti lebih efektif dalam menurunkan biaya keagenan. Bathala et al. juga menemukan bahwa kepemilikan institusional dapat berperan sebagai substitusi dari kepemilikan manajerial dan leverage dalam mengendalikan biaya keagenan. Ada beberapa alternatif untuk mengurangi konflik kepentingan dan biaya keagenan (agency cost), alternatif pertama adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham
  • 23. ‘18 23 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory perusahaan oleh manajemen. Kepemilikan ini akan menyejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham. Dengan adanya kepemilikan saham maka insiders akan merasakan langsung akibat dari keputusan yang diambilnya sehingga tidak mungkin manajer bertindak oportunistic lagi. Alternatif kedua adalah dengan meningkatkan pendanaan dengan utang. Peningkatan utang akan menurunkan skala konflik antara pemegang saham dengan manajemen. Hal itu dapat dipahami karena apabila perusahaan memerlukan kredit, maka harus siap untuk dievaluasi dan dimonitor oleh pihak eksternal dan berarti akan mengurangi konflik antara manajemen dengan pemegang saham. Disamping itu utang juga akan menurunkan kelebihan aliran kas (excess cash flow) yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan manajemen. Alternatif ketiga adalah institusional investor sebagai monitoring agent. Moh‟d et al., (1998) menyatakan bahwa bentuk distribusi saham diantara pemegang saham dari luar (outside shareholders) yaitu institusional investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi agency cost. Hal ini disebabkan karena kepemilikan merupakan sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya menantang keberadaan manajemen, maka konsentrasi atau penyebaran power menjadi suatu hal yang relevan. Kepemilikan saham oleh institusi merupakan salah satu monitoring agent penting yang memainkan peranan secara aktif dan konsisten dalam melindungi investasi saham yang mereka pertaruhkan di dalam perusahaan. Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham. Alternatif ketiga adalah institusional investor sebagai monitoring agent. Moh‟d et al., (1998) menyatakan bahwa bentuk distribusi saham diantara pemegang saham dari luar (outside shareholders) yaitu institusional investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi agency cost. Hal ini disebabkan karena kepemilikan merupakan sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya menantang keberadaan manajemen, maka konsentrasi atau penyebaran power menjadi suatu hal yang relevan. Kepemilikan saham oleh institusi merupakan salah satu monitoring agent penting yang memainkan peranan secara aktif dan konsisten dalam melindungi investasi saham yang mereka pertaruhkan di dalam perusahaan. Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.
  • 24. ‘18 24 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory Daftar Pustaka Pearce, J.A. & Robinson, R.B, Strategic Management: Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian, Salemba Empat, Jakarta, 2008 Basri Faizal, Catatan Satu Dekade Krisis, Erlangga, Jakarta, 2010 Widyastuti Shara, 2012 http://sharaarief.blogspot.co.id/2012/04/visi-dan-misi- perusahaan.html Kaine, 2005 http://www.kaine2005.org/langkah-langkah-membangun-budaya- perusahaan-corporate-culture-yang-baik/ Anonim 1, 2018 http://human-capital-international.net/corporate-culture.html Idazahro, 2012 http://idazahro.blogspot.co.id/2012/10/good-corporate governance-dalam.html Anonim 2, 2018 http://keuanganlsm.com/arti-penting-corporate-governance/ Catatan Satu Dekade Krisis, Penulis: Faisal Basri, Halaman: 266-267. Erlangga Ichsan Randy, 2013 https://bungrandhy.wordpress.com/2013/01/12/teori- keagenan-agency-theory/
  • 25. ‘18 25 Strategic Management Vision and Company Mission, Longterm objective, Corporate Culture, Corporate Governance and The Agency Theory