Dokumen tersebut membahas analisis lingkungan internal perusahaan Coca-Cola dengan menggunakan pendekatan value chain analysis. Dokumen menjelaskan asal usul merek Coca-Cola dan bagaimana perusahaan mengelola berbagai aktivitas utama dan pendukung dalam rantai nilainya untuk menciptakan nilai bagi pelanggan."
Internal Environment Analysis from Value Chain Management
1. STRATEGIC MANAGEMENT
Internal Environment Analysis from
Value Chain Management
Alfrianty Sauran
55117010005
Mahasiswa Magister Management
Universitas Mercu Buana
Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA
Dosen Magister Management
Universitas Mercu Buana
2018
2. ‘18
2
STRATEGIC MANAGEMENT
Internal Environment Analysis from Value Chain Management
EXECUTIVE SUMMARY
Analisis SWOT merupakan kerangka pilihan bagi banyak manajer selama
periode waktu yang panjang karena keserhanaannya dan kemampuannya untuk
menggambarkan esensi dari formulasi strategi yang baik – menyesuaikan peluang
dan ancaman suatu perusahaan dengan kekuatan dan kelemahannya. Tetapi
analisis SWOT merupakan pendekatan konseptual yang sangat luas, sehingga
rentan terhadap beberpa kelemahan utama.
Analisis SWOT dapat terlalu menekankan kekuatan internal dan menganggap
remeh ancaman eksternal.
Para pembuat strategi di setiap perusahaan harus tetap waspada terhadap
strategi yang didasarkan pada apa yang dapat dilakukan dengan baik oleh
perusahaan saat ini (kekuatannya) tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan
eksternal terhadap kekuatan tersebut. Keberhasilan Apel dengan iPod dan iTunes
yang merupakan situs web untuk mengunduh musik merupakan contoh yang bagus
dari para pembuat strategi yang memberikan penekanan utama pada faktor
eksternal, persyaratan hukum untuk mengunduh musik dan kemudian menggunakan
suatu lagu, apa saja musik yang disediakan,dan evolusi dari penggunaan web untuk
mengunduh music sebagai panduan untuk membentuk strategi akhir apple.
Bagaimana jadinya Apple jika strateginya hanya dikembangkan dengan berfokus
pada teknologi untuk membuat iPod dan memasarkannya pada pelanggan tanpa
memedulikan pengembangan dan penciptaan iTunes?
Analisis SWOT dapat bersifat statis dan berisiko mengabaikan kondisi yang
berubah
Analsis SWOT dapat terlalu menekankan pada satu kekuatan atau elemen
strategi
Suatu kekuatan tidak selalu menjadi sumber keunggulan kompetitif
Secara ringkas, analisis SWOT merupakan suatu pendekatan tradisional
yang sudah lama digunakan oleh para pembuat strategi untuk melakukan analisis
internal. Analisis ini menawarkan usaha umum untuk menilai kapabilitas internal
dengan mempertimbangkan faktor eksternal, terutama peluang dan ancaman utama.
Analisis ini memiliki keterbatasan yang harus dipertimbangkan jika akan digunakan
3. ‘18
3
STRATEGIC MANAGEMENT
Internal Environment Analysis from Value Chain Management
sebagai landasan bagi proses pengambilan keputusan strategis perusahaan.
Pendekatan lain terhadap analisis internal yang muncul sebagian untuk menambah
ketajaman dan kedalaman pada identifkasi dari keunggulan kompetitif atas mana
perusahaan dapat membangun strategi yang berhasil adalah analisis rantai nilai.
Istilah rantai nilai (value chain) menggambarkan cara untuk memandang suatu
perusahaan sebagai rantai aktivitas yang mengubah input menjadi output yang
bernilai bagi pelanggan. Nilai bagi pelanggan berasal dari tiga sumber dasar:
aktivitas yang membedakan prduk, aktivitas yang menurunkan biaya produk, dan
aktivitas yang dapat segera memenuhi kebutuhan pelanggan. Analisis rantai nilai
berupaya memahami bagaimana suatu bisnis menciptakan nilai bagi pelanggan
dengan memeriksa kontribusi dari aktivitas-aktivitas yang berbeda dalam bisnis
terhadap nilai tersebut.
Analisis rantai nilai atau Value Chain Analysis adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan suatu perusahaan untuk menghasilkan produk atau jasa. Kumpulan
aktivitas atau kegiatan dalam sebuah perusahaan yang dilakukan untuk mendesain,
memproduksi, memasarkan, mengirimkan, dan mendukung keberadaan produk
terangkum dalam sebuah analisa rantai nilai. Menurut Shank dan Govindarajan
(2000), VCA merupakan alat untuk memahami rantai nilai yang membentuk suatu
produk. Rantai nilai ini berasal dari aktifitas-aktifitas yang dilakukan, mulai dari
bahan baku sampai ke tangan konsumen, termasuk juga pelayanan purna jual.
Porter (1985) menjelaskan bahwa VCA merupakan alat analisis strategik yang
digunakan untuk memahami secara lebih baik terhadap keunggulan kompetitif.
Value Chain dapat mengidentifikasi dimana value pelanggan dapat ditingkatkan atau
penurunan biaya dan untuk memahami secara lebih baik hubungan perusahaan
dengan supplier, pelanggan, dan perusahaan lain dalam industri. Value Chain
mengidentifikasi dan menghubungkan berbagai aktivitas strategik di Perusahaan
(Hansen, Mowen, 2000)
Jadi, VCA bisa dikatakan sebagai pisau analisa yang bisa digunakan untuk
membedah sebuah proses bisnis. Dengan value chain, perusahaan bisa melakukan
identifikasi mengenai proses kunci apa yang penting, dan proses mana yang
sekadar pendukung. Untuk memahami bagaimana untuk melakukan analisis rantai
nilai, bisnis harus terlebih dahulu tahu apa rantai nilainya. Sebuah rantai nilai adalah
berbagai kegiatan, termasuk desain, produksi, pemasaran dan distribusi usaha
4. ‘18
4
STRATEGIC MANAGEMENT
Internal Environment Analysis from Value Chain Management
untuk membawa produk atau layanan dari konsepsi untuk pengiriman. Bagi
perusahaan yang memproduksi barang, rantai nilai dimulai dengan bahan baku yang
digunakan untuk membuat produk mereka, dan terdiri dari segala sesuatu yang
ditambahkan ke dalamnya sebelum dijual ke konsumen.
Value Chain Versi Porter
Michael E. Porter dari Harvard Business School merupakan orang pertama
yang memperkenalkan konsep value chain. Porter mulai membahas konsep rantai
nilai dalam bukunya “Competitive Advantage: Creating and Sustaining Superior
Performance” yang diluncurkan tahun 1985 lalu. Porter, juga mengembangkan Five
Forces Model yang banyak digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui seberapa
baik mereka dapat bersaing di pasar saat ini.
Menurut Porter, keunggulan kompetitif tidak akan dapat dipahami dengan
melihat perusahaan secara keseluruhan. “Hal ini berasal dari banyaknya kegiatan
yang berbeda yang dilakukan di suatu perusahaan dalam merancang,
memproduksi, pemasaran, mengirimkan, dan mendukung suatu produk. Masing-
masing kegiatan ini dapat memberikan kontribusi dengan posisi biaya masing-
masing di perusahaan dan menciptakan dasar untuk diferensiasi,” papar Porter.
Berdasarkan Marketing, kalimat Porter menunjukkan bahwa kegiatan dalam
sebuah organisasi juga memasukkan unsur nilai pada layanan dan produk yang
dihasilkan perusahaan. Artinya semua kegiatan ini harus dijalankan pada tingkat
optimal jika organisasi ingin mendapatkan keuntungan kompetitif yang nyata. Jika
mereka berjalan secara efisien, nilai yang diperoleh pun harus melebihi biaya yang
dikeluarkan. Misalnya, pelanggan selalu kembali ke perusahaan dan bertransaksi
secara bebas dan sukarela.
Dengan VCA, perusahaan dapat melakukan semacam business
reengineering. Ini untuk membuat sebuah operasi bisnis menjadi lebih efisien dan
mampu memberikan value added yang optimal.
5. ‘18
5
STRATEGIC MANAGEMENT
Internal Environment Analysis from Value Chain Management
Value Chain Management
Value Chain menjadi sebuah blue print atau benang merah suatu bisnis. Ada
enam fungsi bisnis dari pembuatan rantai nilai, yaitu:
Penelitian dan pengembangan
Desain Produk.
Layanan atau proses Produksi
Pemasaran dan penjualan
Distribusi
Layanan Pelanggan.
Dalam bukunya, Porter mengatakan kegiatan bisnis bisa dibagi menjadi dua kategori
yaitu kegiatan utama dan kegiatan pendukung.
Kegiatan utama (primary activities) meliputi:
1. Logistik Masuk (Inbound Logistics), adalah aktivitas atau kegiatan yang
dihubungkan dengan penerimaan, penyimpanan dan penyebaran input/bahan
baku, seperti penanganan bahan baku, pergudangan, kontrol inventory, jadwal
kendaraan dan pengembalian kepada supplier.
2. Operasional (Operations), adalah kegiatan yang dihubungkan dengan
mengubah input atau bahan baku menjadi bentuk produk akhir, seperti
permesinan, pengemasan, perakitan, perawatan perlengkapan, testing,
pencetakan dan yang lainnya yang berkaitan dengan prose operasi atau
produksi.
3. Logistik Keluar (Outbound Logistics), adalah kegiatan yang diasosiasikan
dengan pengumpulan, penyimpanan dan distribusi produk ke pembeli, seperti
pergudangan produk jadi, penanganan material, operasi pengiriman, proses
pemesanan dan penjadwalan.
4. Pemasaran dan penjualan (Marketing and Sales), adalah kegiatan dalam
membujuk atau menarik pembeli untuk membeli, seperti pengiklanan, promosi,
tenaga penjual, quota dan harga.
5. Pelayanan (Service), adalah kegiatan yang diasosiasikan dengan penyediaan
layanan untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai produk, seperi
instalasi, perbaikan, pelatihan dan penambahan produk.
6. ‘18
6
STRATEGIC MANAGEMENT
Internal Environment Analysis from Value Chain Management
Sedangkan kegiatan pendukung (support activities) secara umum, terbagi dalam 4
kategori kegiatan, yaitu:
1. Procurement atau pengadaan, berkaitan dengan bagaimana bahan baku
untuk produk yang diperoleh. Ini mengacu pada fungsi pembelian seperti
pembelian bahan mentah, persedian dan jenis jenis barang lainnya yang dapat
dijadikan aset seperti mesin-mesin, perlengkapan laboratorium, kantor dan
bangunan.
2. Technology Development atau pengembangan teknologi, terdiri dari berbagai
kegiatan yang dapat dikelompokkan ke dalam usaha untuk meningkatkan
produk dan proses. Pengembangan teknologi sangat penting untuk keunggulan
kompetitif dalam semua industri.
3. Human Resource Management, pengelolaan sumberdaya manusia meliputi
kegiatan rekrutmen, pelatihan, pengembangan SDM. Hal ini berkaitan dengan
kegiatan dalam mempekerjakan dan mempertahankan karyawan yang tepat
untuk membantu desain, membangun dan memasarkan produk.
7. ‘18
7
STRATEGIC MANAGEMENT
Internal Environment Analysis from Value Chain Management
4. Firm Infrastructure , aktivitas infrastruktur perusahaan terdiri dari sejumlah
aktivitas termasuk pengelolaan umum, perencanaan, keuangan, akuntansi, dan
manajemen kualitas.
Dalam setiap kategori kegiatan/aktivitas, baik itu yang utama maupun yang
pendukung, ada tiga jenis kegiatan yang memiliki peran berbeda dalam kegiatan
tersebut, yaitu:
Langsung (direct), aktivitas yang melibatkan langsung dalam pembuatan nilai
kepada pembeli, seperti perakitan, iklan, desain produk, rekrutmen dan lain
sebagainya.
Tidak langsung (indirect), aktivitas yang memungkinkan untuk melakukan
kegiatan langsung secara berkelanjutan, seperti perawatan, penjadwalan,
administrasi penelitian dan lain sebagainya.
Jaminan kualitas (Quality Assurance), adalah aktivitas yang menjamin kualitas
dari aktivitas lain seperti, monitoring, inpeksi, testing, pemeriksaan dan lain
sebagainya.
Proses mengatur semua kegiatan ini sehingga mereka dapat dianalisis dengan baik
disebut manajemen rantai nilai. Tujuan dari manajemen rantai nilai adalah untuk
memastikan bahwa orang-orang yang bertanggung jawab atas setiap tahap dari
rantai nilai berkomunikasi dengan satu sama lain, untuk membantu memastikan
produk di tangan pelanggan sebagai mulus dan secepat mungkin.
Tujuan dan Hasil VCA
VCA berpendapat bahwa analisis ini memungkinkan manajer untuk dapat
mengidentifikasikan secara lebih baik keunggulan kompetitif perusahaan dengan
melihat perusahaan sebagai suatu proses rantai aktivitas yang betul-betul terjadi
dalam bisnis dan bukan hanya memandangnya berdasarkan garis yang membagi
organisasi atau protokol akutansi historis.Idealnya, VCA dapat membantu
perusahaan dalam mengidentifikasi daerah-daerah yang dapat dioptimalkan untuk
efisiensi maksimum dan profitabilitas. Misalnya dalam bisnis perbankan, value chain
yang amat penting adalah pada sisi penggalangan dana dan penyaluran kredit.
Dalam industri manufaktur, tentu saja yang paling penting adalah pada mata rantai
proses procurement bahan baku, quality assurance, proses produksi, marketing &
8. ‘18
8
STRATEGIC MANAGEMENT
Internal Environment Analysis from Value Chain Management
sales, dan servis. Sedangkan pada bisnis jasa consulting, rantai proses yang paling
memberikan value adalah materi/modul, fasilitator, dan sales. Dalam organisasi
yang Anda tekuni sekarang, proses value chain analysis itu perlu dijalankan agar
diketahui pada area apa saja terdapat proses yang paling memberikan valued added
bagi kinerja organisasi.
Tahapan selanjutnya dalam area yang teridentifikasi sebagai high value added
areas, semua sumber daya untuk menopang proses tersebut harus dioptimalkan.
Mulai dari sumber daya peralatannya, teknologi, sistem operasi, hingga SDM yang
menjalaninya. Sayangnya, banyak organisasi yang luput melakukan hal yang sangat
elementer (namun fundamental) tersebut. Banyak perusahaan dan organisasi yang
gagal melacak key value chain dalam dirinya, dan kemudian gagal juga dalam
mengalokasikan sumber daya secara cerdas. Misalnya, dalam hal pengelolaan
SDM. Banyak perusahaan yang menganggap seluruh SDM dalam organisasinya
bersifat sama, tanpa memandang apakah sebagian diantara mereka masuk
dalam key value chain atau tidak. Akibatnya, treatment pengembangan kepada
semua SDM itu dilakukan sama dan seragam. Ini bukan saja melelahkan tapi juga
merupakan pemborosan. Kenapa tidak fokus saja pada SDM yang berada pada high
value added areas, dan “menggodok” talenta-talenta kelas dunia yang berada pada
area itu.
9. ‘18
9
STRATEGIC MANAGEMENT
Internal Environment Analysis from Value Chain Management
Analisis Lingkungan Internal Coca-Cola
Rasa menyegarkan Coca Cola pertama kali diperkenalkan pada tanggal 8
Mei 1886 oleh John Styth Pemberton, seorang ahli farmasi dari Atlanta, Georgia,
Amerika Serikat. Dialah yang pertama kali mencampur sirup karamel yang kemudian
dikenal sebagai Coca Cola. Frank M. Robinson, sahabat sekaligus akuntan John,
menyarankan nama Coca Cola karena berpendapat bahwa dua huruf C akan
tampak menonjol untuk periklanan. Kemudian, ia menciptakan nama dengan huruf-
huruf miring mengalir, Spencer, dan lahirlah logo paling terkenal di dunia.
Upaya mengiklankan merek Coca Cola ini pada mulanya tidak mendorong
penggunaan kata Coke, bahkan konsumen dianjurkan untuk membeli Coca Cola
dengan kata-kata berikut: "Mintalah Coca Cola sesuai namanya secara lengkap,
nama sebutan hanya akan mendorong penggantian produk dengan kata lain". Tetapi
konsumen tetap saja menghendaki Coke, dan akhirnya pada tahun 1941,
perusahaan mengikuti selera popular pasar. Tahun itu juga, nama dagang Coke
memperoleh pengakuan periklanan yang sama dengan Coca Cola, dan pada tahun
1945, Coke resmi menjadi merek dagang terdaftar.
Lingkungan internal adalah lingkungan organisasi yang berada di dalam
perusahaan atau organisasi tersebut dan secara formal memiliki implikasi yang
langsung dan khusus pada perusahaan atau organisasi.
1. Sumber daya
Tiga sumber daya dasar, yaitu: aset yang terlihat, aset tak terlihat, dan
kapabilitas organisasi. Karakteristik sumber daya yang berharga yaitu menambah
nilai (value), langka (rare), sukar ditiru (hard to imitate), dan kemampuan dalam
memanfaatkan (ability to exploit).
Di perusahaan Coca Cola Company sendiri mempunyai sumber daya yang
sangat bagus ini terbukti dari keberhasilan Coca Coca Company meskipun sudah
lebih dari 1 abad.
2. Kapabilitas
Kapabilitas dapat diartikan sebagai kapasitas perusahaan untuk
menggunakan sumber daya yang diintegrasikan dengan tujuan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Kapabilitas ‘memampukan’ perusahaan untuk menciptakan
dan mengeksploitasi peluang-peluang eksternal serta mengembangkan keunggulan
yang berdaya tahan. Kapabilitas inti dapat didefinisikan juga sebagai faktor penentu
10. ‘18
10
STRATEGIC MANAGEMENT
Internal Environment Analysis from Value Chain Management
keberhasilan jangka panjang, atau sebagai rantai nilai, termasuk primer dan
mendukung kegiatan yang menciptakan nilai pelanggan.
3. Kompetensi Inti
Kompetensi inti adalah suatu kumpulan yang terintegrasi dari serangkaian
keahlian dan teknologi yang merupakan akumulasi pembelajaran, yang memberikan
manfaat bagi keberhasilan bersaing suatu bisnis (Prahalad dan Hamel, 1990).
Markides dan Williamson (1994) mendefinisikan kompetensi inti sebagai kolam
pengalaman (pool of experience), pengetahuan, dan sistem yang dapat bertindak
bersama-sama sebagai katalis untuk menciptakan dan mengumpulkan aset strategis
baru. Sementara itu, Teece et al. (1997) menyimpulkan bahwa kompetensi inti harus
berasal dari memeriksa produk dan jasa berbagai perusahaan (dan pesaingnya).
Nilai kompetensi inti dapat ditingkatkan dengan menggabungkan produk dan jasa
dengan aset komplementer yang sesuai. Pada bagian lain, Shieh dan Wang (2007)
berpendapat bahwa kompetensi inti merupakan kegiatan yang dilakukan
perusahaan lebih berhasil dari para pesaingnya dan yang dibutuhkan oleh pasar.
Secara khusus, kompetensi dari suatu perusahaan adalah kombinasi sumber daya
yang unggul dalam persaingan di seluruh strategi korporasi.
4. Strategi Bauran Produk :
a) Penambahan Lini Produk Baru
Perkembangan masyarakat yang semakin cepat mengakibatkan kebutuhan
konsumen semakin banyak serta konsumen menginginkan konsumsi berbagai
kebutuhan pokok secara instant. Hal tersebut kemudian di manfaatkan oleh Coca-
Cola Company sebagai sebuah sarana untuk menciptakan produk-produk baru guna
memenuhi kebutuhan konsumen. Beberapa produk yang dihasilkan Coca-Cola pada
mulanya dikonsentrasikan untuk memproduksi minuman-minuman bersoda kola.
Tetapi seiring berjalannya waktu, Coca-Cola kemudian menciptakan produk-produk
baru dengan jenis yang berbeda sesuai dengan kebutuhan serta keinginan pasar.
Produk-produk yang dihasilkan Coca-Cola Company adalah minuman sari buah, Jus
buah, minuman olah raga, minuman berenergi, susu serta teh.
b) Mengubah Prioritas Lini
Salah satu lini produk yang paling dikenal dari Coca-Cola Company adalah
produk Coca-Cola, Fanta, dan Sprite. Produk-produk tersebut merupakaan produk
yang paling besar angka penjualannya diseluruh dunia. Sebagai brand yang telah
dikenal luas, maka kegiatan promosi tidak perlu terlalu besar. Sebaliknya, untuk
menyeimbangkan penjualan di setiap lini produksi maka perlunya penyeimbangan
dalam kegiatan penjualan. Salah setu diantaranya adalah dengan memindahkan
beberapa kegiatan promosi pada brand yang sudah besar kepada brand-brand yang
kurang dikenal masyarakat luas. Sebagai contoh, produk Minute Maid yang telah
beredar di Amerika baru saja diluncurkan di Indonesia. Sebagai salah satu lini
11. ‘18
11
STRATEGIC MANAGEMENT
Internal Environment Analysis from Value Chain Management
produk, maka Coca-Cola kini banyak melakukan kegiatan promosi untuk
memperkenalkan Minute Maid kepada konsumen indonesia sehingga kegiatan
promosi untuk produk Coca-Cola menjadi agak berkurang.
5. Analisis Lingkungan Operasional
Lingkungan operasional meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi situasi
persaingan perusahaan, yaitu posisi bersaing, profil pelanggan, pemasok, kreditor,
dan pasar tenaga kerja.
a. Peningkatan biaya per unit akibat keterbatasan bahan baku. Air
merupakan bahan utama dalam industri minuman ringan. Keterbatasan air
di beberapa bagian dunia menyebabkan system pemurnian air harus
dilakukan sehingga menyebabkan biaya produksi yang dibebankan akan
lebih tinggi.
b. Bahan pendukung utama Coca-cola mudah diganti dengan bahan lain
yang mudah didapat. Bahan utama Coca-Cola adalah sirup jagung
berkadar fruktosa tinggi, sejenis gula, untuk di Amerika Serikat dapat
dipasok oleh sebagian besar sumber domistik. Untuk di luar Amerika
Serikat dapat diganti sukrosa. Bahan lain adalah aspartam, bahan
pemanis yang digunakan dalam produk minuman ringan rendah kalori
diperoleh dari The Nutra Sweet Company.
Analisis Faktor Internal (IFE)
INTERNAL FACTOR EVALUATION (IFE)
Faktor Bobot Peringkat
Skor
Bobot
Kekuatan
Strenght (Kekuatan)
1
Brand image yang sudah dikenal
masyarakat luas. 0,11 4 0,44
2
Ramuan rahasia yang tidak dimiliki produk
lain. 0,11 4 0,44
3
Memiliki sumberdaya yang besar dan
terlatih. 0,08 3 0,24
4
Pelayanan terhadap konsumen dan
pelanggan. 0,08 3 0,24
5 Memiliki kepedulian terhadap lingkungan. 0,08 3 0,24
12. ‘18
12
STRATEGIC MANAGEMENT
Internal Environment Analysis from Value Chain Management
6
Perkembangan inovasi secara terus-
menerus. 0,08 3 0,24
7 Strategi pemasaran yang baik. 0,11 4 0,44
8 Sistem informasi yang memadai. 0,08 3 0,24
9
Kemasan produk yang menarik dan harga
yang kompetitif. 0,08 3 0,24
Weakness (Kelemahan)
1
The Coca Cola Company tidak memiliki
produk organik. 0,05 2 0,10
2
Sebagian perusahaan beverage lainnya
mempunyai kontrak ekslusif seperti dengan
Pepsi Company. 0,03 1 0,03
3 Soft drink tidak baik bagi kesehatan. 0,05 2 0,10
4 Ketersediaan bahan baku. 0,03 1 0,03
5 Kebijakan pemerintah. 0,05 2 0,10
Jumlah 1,0 3,39
Berdasarkan analisis tabel IFE diketahui bahwa perusahaan dinilai baik
secara internal karena mempunyai lebih banyak keunggulan dibandingkan
kelemahannya.
ANALISIS SWOT
SWOT adalah singkatan dari Strenght, Weakness, Opportunity, Threat (Kekuatan
Kelemahan Peluang Ancaman). Analisis SWOT adalah teknik yang banyak digunakan dalam
berbagai manajemen umum dan skenario pemasaran. SWOT dilakukan dengan menganalisa
kegiatan organisasi dimulai dari kekuatan dan kelemahan dan kemudian menggunakan ini
dan data penelitian eksternal untuk menetapkan peluang dan ancaman yang ada.
A. SWOT
1. Kekuatan (Strength)
Kekuatan (Strength) yang dimiliki oleh Coca-Cola Company meliputi Brand
Image dan Brand Loyality yang sudah melekat kuat di masyarakat dan terbukti hingga saat
ini masih menjadi pemimpin di pasar atau market leader. Formula rahasia produknya juga
tidak mudah ditiru oleh para pesaing yang menjadikan produk ini tetap memiliki keunikan
tersendiri. Selain itu sistem distribusinya yang telah merambah hampir keseluruh dunia tidak
akan mudah untuk dikejar oleh competitor. Produk-produk baru yang terus menerus
diluncurkan serta promosi yang gencar semakin memperkokoh posisi The Coca Cola
13. ‘18
13
STRATEGIC MANAGEMENT
Internal Environment Analysis from Value Chain Management
2. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan untuk setiap bisnis harus baik diminimalkan dan dipantau agar dapat
secara efektif mencapai produktivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha mereka. Isu
kesehatan mungkin salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh produk Coca-Cola.
Masalah kandungan kalori berlebih yang diantisipasi dengan cara meluncurkan produk sugar
free ternyata juga masih mendapat hambatan dari adanya isu kesehatan mengenai pemanis
buatan yang digunakan sebagai pengganti. Selain itu produk ini juga belum mulai beralih ke
produk ramah lingkungan, sementara mulai banyak minuman ringan yang memakai isu
keseahatan dan lingkungan dalam kampanye produk mereka.
3. Peluang (Opportunity)
Pertumbuhan sebesar 7,5% yang terjadi pada pasar minuman ringan non soda dan
8,5% pada air mineral kemasan merupakan peluang yang tidak bisa dipandang sebelah mata
oleh Coca-Cola. Hal ini sudah dilakukan dengan produknya yaitu Air mineral Ades dan
produk minuman Isotonik. Selain itu menurut data masih banyak pasar di wilayah Asia
Tengah dan Afrika yang tingkat konsumsi minuman ringan bersodanya masih rendah. Ini
merupakan Blue Ocean bagi pemasaran Coca Cola dimasa depan.
4. Ancaman (Threat)
Kompetitor baik tingkat domestic maupun level International seperti Pepsi dan
Cadbury merupakan ancaman yang patut diwaspadai. Selain itu perubahan paradigma
konsumen yang lebih health conscious serta meningkatnya harga gula, packaging dan
material lainnya merupakan ancaman yang perlu ditanggulangi sedini mungkin.
14. ‘18
14
STRATEGIC MANAGEMENT
Internal Environment Analysis from Value Chain Management
DAFTAR PUSTAKA
Anonim https://id.wikipedia.org/wiki/Coca-Cola
David, Fred R. Strategic Management Manajemen Strategis Konsep buku 1 edisi 12.
2011. Salemba Empat: Jakarta.
Hitt, Michael A,R. Duane Ireland, and Robert E. Hoskisson, 2005, Strategic
Management Competitiveness and Globalization, USA: Thomson International
Student Edition.
Human Capital Journal, 2015 http://humancapitaljournal.com/ciptakan-keunggulan-
bisnis-lewat-value-chain-analysis/
Netha, 2015 http://ekanetaputri.blogspot.co.id/2015/10/mstrategi-coca-cola-
company.html
Pearce, J.A. & Robinson, R.B, Strategic Management: Formulasi, Implementasi, dan
Pengendalian, Salemba Empat, Jakarta, 2008
Porter, Michael E. 1985. Competitive Advantage – Creating a Sustaining Superior
Performance, New York: The Free Press