Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
kelebihan dan kekurangan sistem pendidikan islam.docx
1. 1
View publication stats
Nama : Ahmad sirojul alam
Nim : 2244012942
Dosen : Dr. Syarifahtul Marwiyah, Mpd.I.
Matkul : ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Prodi : PAI Ekstensi
Fakultas : Tarbiyah
INSTITUTE AGAMA ISLAM AS-FALAH AS-SUNNIYYAH
Tugas KD 8 kelebihan dan kekurangan sistem pendidikan Islam
A. Analisis Kelebihan
Berdasarkan paparan tersebut , maka Peraturan Menteri Agama No.2 Tahun
2008 tentang Kurikulum PAI pada Madrasah memiliki beberapa kelebihan sebagai
berikut.
Pertama, telah memenuhi kebutuhan kurikulum untuk tingkat Ibtidaiyah,
Tsanawiyah dan Aliyah, baik program IPA, IPS, Bahasa dan Agama. Dengan demikian
kurikulum tersebut dapat dikatakan sudah lengkap, dan digunakan sebagai acuan dalam
menyusun silabus yang berbasis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada
Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah, baik negeri maupun swasta, yakni
madrasah dalam pengertian sekolah umum yangberciri khasagamaIslam.
Kedua, standar kompetensi lulusan untuk seluruh mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI), untuk Madrasah sebagai sekolah umum yang berciri khas
keislaman, yakni memuat mata pelajaran Al-Qur’an-Hadis, Akidah-Akhlak, Fikih,
Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa Arab,dan Madrasah Aliyah Program Keagamaan,
yaitu Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam, BahasaArab, Tafsir, Hadis, Fikih dan Ilmu
Kalam sudah dirumuskan dengan cara cukup sistematis, saling berkaitan, sesuai dengan
tingkatannya.
Ketiga, terdapat perbedaan standar kompetensi yang (clear cut) dan jelas untuk
setiap tingkat atau jenjang pendidikan, yakni Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah. Yakni
bahwa ruang lingkup dan tingkat kesulitan mata pelajaran mengalami perbedaan sesuai
dengan tingkatan dan jenjang tersebut.
2. 2
View publication stats
Keempat, bahwa seluruh mata pelajaran agama Islam pada Madrasah tersebut
ditujukan selain untuk memberikan pemahaman, wawasan tentang ajaran Islam, juga
dalam rangka menghayati dan mengamalkan ajaran Islam tersebut, sehingga pendidikan
agama Islam tersebut akan Nampak dalam sikap, ucapan dan perbuatan peserta didik
sehari-hari.
Kelima, bahwa mata pelajaran al-Qur’an- Hadis, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah
Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab ada pada seluruh kelas pada tingkat Ibtidaiyah, dan
Tsanawiyah, dan Aliyah, dengan menggunakan pendekatan integrated. Sedangkan pada
Madrasah Aliyah Program Keagamaan terdiri dari mata pelajaran Akhlak, Sejarah
Kebudayaan Islam, Bahasa Arab, Tafsir, Hadis, Fikih, dan Ilmu Kalam, dengan
pendekatan separated, yakni diberikan per-bidang studi atau permata kuliah. Hal ini
dilakukan, karena pada Madrasah Aliyah Program Keagamaan, selain tujuannya untuk
membentuk manusia yang mengusai ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan
yang religious (berjiwa dan berkarakter agama) dan berakhlak mulia, sebagaimana pada
Madrasah Umum berciri khas agama, juga untuk menjadi seorang ahli ilmu agama Islam
yang kelak dapat memasuki fakultas-fakultas agama pada Perguruan Tinggi Agama,
seperti STAIN, IAIN dan UIN.
B. Analisa Kekurangan
Adapun kekurangan yang terdapat pada Peraturan Menteri Agama No. 2 Tahun
2008 tentang Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Madrasah tersebut antara
lain:
Pertama, belum memuat tentang prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, yaitu: 1)berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan,
dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; 2)beragam dan terpadu; 3)tanggap
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; 4)relevan dengan
kebutuhan kehidupan ;5)menyeluruh dan berkesinambungan; 6)belajar sepanjang hayat;
dan 7)seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.2
Prinsip ini belum
disebutkan secara ekspilis, namun dalam pelaksanaannya sudah tercermin dalam
kurikulum tersebut.
Kedua,belum mencantumkan tentang acuan operasional penyusunan Kurikulum
3. 3
View publication stats
Tingkat Satuan Pendidikan, yaitu: 1)peningkatan iman dan takwa dan akhlak mulia;
2)peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kemampuan peserta didik; 3)keragaman potensi dan karakteristik daerah dan
lingkungan; 4)tuntutan pembangunan daerah dan nasional; 5)tuntutan dunia kerja;
6)perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; 7)agama; 8)dinamika
perkembangan global; 9)persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan; 10)kondisi
social budaya masyarakat setempat; 11)kesetaraan gender, dan 12)karakteristik satuan
pendidikan.
Ketiga, telah terjadi pergeseran dalam penggunaan konsep kurikulum dari yang
semula menggunakan pendekatan subject mater kepada pendekatan yang berbasis
sistem dan proses yang berbasis pada peserta didik. Pasal 1 ayat (19) Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang kurikulum dinyatakan sebagai rencana pengajaran yang memuat
tentang tujuan, isi, bahan ajar, cara/metode pembelajaran.4
Namun dalam prakteknya
dalam Permenag Nomor 2 Tahun 2008 yang dilakukan adalah menetapkan standar
kompetensi lulusan dan stanfar isi, komponen mata pelajaran, kelas dan alokasi
waktunya, standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), dan Silabus yang
memuat: 1)lembaran identitas nama mata pelajaran; 2)standar kompetensidan
kompetensi dasar; 3)merumuskan indikator pencapaian kompetensi; 4)mengidentifikasi
materi pokok/pembelajaran; 5)mengembangkan kegiatan pembelajaran; 6)penentuan
jenis penilaian, 7)menentukan alokasi waktu; dan 8)menentukan sumber belajar.
Dengan demikian, saat ini telah terjadi pengembangan tentang konsep kurikulum. Di
masa sekarang kurikulum adalah kumpulan dari: 1)standar kompetensi lulusan;
2)standar isi, 3)komponen mata pelajaran; 4)standar kompetensi dan kompetensi dasar;
dan 5)Silabus yang selain memiliki 8 komponen sebagaimana tersebut diatas.
Keempat, kurikulum tersebut belum sepenuhnya mengemban misi pendidikan
agama Islam, yaitu: 1) menjaga akidah peserta didik; 2)menjaga dan memelihara nilai-
nilai ajaran Islam sebagaimana terkandung dalam al-Qur’an dan al-Sunnah;
3)menyatukan kesatuan iman, ilmu dan amal dalam kehidupan; 4)membentuk kesalihan
individual dan kesalihan sosial; 5)menjadi landasan moral dan etika dalam
pembangunan Iptrk dan budaya, serta aspek kehidupan lainnya; 6)mengandung entitas-
4. 4
View publication stats
entitas yang bersifat rasional dan supra rasional; 7)berusaha menggali, mengembangkan
dan mengambil ibrah dari sejarah dan kebudayaan (peradaban) Islam dan
(8)mengandung pemaknaan dan penafsiran yang beragam, sehingga menimbulkan sikap
terbuka dan toleran atau semangat ukhuwah Islamiyah.6
Kelima, Pendidikan Agama Islam belum sepenuhnya dapat mencegah timbulnya
tanda-tanda zaman yang dapat membawa pada kehancuran, yaitu: 1)meningkatnya
kekerasan dikalangan remaja; 2)penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk;
3)pengaruh peer-groupyang kuat dalam kekerasan; 4)meningkatnya perilaku merusak
diri penyalah-gunaan narkoba, al-kohol dan seks bebas; 5)semakin kaburnya pedoman
moral baik buruk; 6)menurunnya etos kerja; 7)semakin rendahnya rasa hormat kepada
orang tua dan guru; 8)rendahnya rasa tanggungjawab individu dan warga negara;
9)membudanya ketidak-jujuran, dan 10)adanya rasa saling curiga dan kebencian
diantara sesama.
Keenam, Pendidikan Agama Islam belum sepenuhnya dapat mengatasi penyakit
mental (mental block), antara lain: 1)suka mengeluh; 2)memiliki virus mersusak;
3)konflik batin; 4)tidak ada perubahan dalam kehidupan, dan 5)tidak berani mengambil
resiko. Hal ini disebabkan karena: 1)bad image (pandangan yang buruk), 2)bad
experience (pengalaman yang buruk); 3)bad environment (lingkungan yang buruk);
4)bad reference (rujukan yang buruk), dan 5)badeducation (pendidikan yang buruk).
Sedangkan virus-virus perusak: 1)blame (menyalahkan diri); 2)exuce (mencari-cari
kesalahan); 3)justified (mencari-cari pembenaran); 4)prestige (menjagaimaje);
5)lazy(malas); 6)afraid (takutmengambilresiko); 7)waiting (banyakmenunggu);
8)unconfident (tidakpercaya diri).8
Ketujuh, Pendidikan Agama Islam belum menjadi fondasi yang paling kokoh
dan kemantapan yang paling luhur, kekayaan yang paling tinggi, sumber kesempurnaan
manusia yang paling tinggi, yaitu manusia yang mempersatukan dirinya dengan realitas
terakhir, Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Pendidikan Agama Islam sekarang
cenderung mengutamakan formalitas, ritualistik, simbolistik, logo yang kaku, kulit luar,
kosong. Yaitu keberagamaan yang ekstrinsik yang digunakan manusia untuk menutup-
nutupi keburukannya, harga diri, status dan kebutuhan sesaat lainnya. It is just something
5. 5
View publication stats
to use, but not t olife. Yaitu agama yang intrinsik, inpiratif, transformatif, substantif dan
efektif, memadukan antara dimensi fikih, filsafat dan tasawuf, agama yang dapat
menunjang kesehatan jiwa dan kedamaian masyarakat, agam yang dianggap sebagai
comprhehensive commitment, dan driving integrating motive, yang mengatur seluruh
hidup seseorang. Agama yang diterima sebagai faktor pemandu (unifying factor). Cara
beragama seperti ini terhunjam kedalam diri penganutnya.9
Kedelapan, Pendidikan Agama Islam (PAI) yang terdapat dalam kurikulum
tersebut masih mencerminkan sebagai Ulum al-Din (Ilmu-ilmu Agama) yang antara satu
dan lainnya cenderung tidak harmonis, bahkan saling bertentangan, dan kurang
responsive terhadap dinamika kehidupan masyarakat. Pendidikan Agama Islam (PAI)
sekarang sudah bergerak kepada al-Fikral-Islamiy (PemikiranIslam), yang selain
berupaya mempertemukan, mendialogkan, dan mengharmoniskan antara satu dan
lainnya, juga berupa memahami filosofi dan tujuan dari masing-masing mata pelajaran
agama Islam tersebut, serta menghubungkan dan mendialogkannya dengan berbagai
problema yang terdapat dalam ruang publik; dan juga telah bergerak ke arah Islamic
Studi (Kajian Islam), yang selain membangun hubungan di antara ilmu agama dengan
ilmu agama, dan ilmu agama dengan ilmu umum sehingga tidak ada lagi dikhotomi, juga
sudah langsung berani mengakses pada sumber utama ajaran Islam,al-Qur’an Sunnah,
menjawab berbagai isu kontemporer, dan melakukan reformulasi, revitalisasi dan
rekontruksi.
Kesembilan, Pendidikan Agama Islam yang diajarkan sekarang belum dapat
menjadi sumber nilai, sumber etika, dan pandangan hidup. Agama belum dapat menjadi
1)faktor kreatif yang mendorong manusia melakukan kerja produktif, 2)faktor inovatif
yang mendasari cita-cita dan amal perbuatan manusia dalam seluruh aspek
kehidupannya; 3)faktor sublimatif, yang dapat meningkatkan dan mengkuduskan
fenomena kegiatan manusia tidak hanya sebagai hak keagamaan, tetapi juga yang
berdimensi keduniaan; dan 4)faktorintegratif, yang dapat mempersatukan sikap dan
pandangan manusia serta aktivitasnya baik secara individual maupun kolektif dalam
menghadapi berbagai tantangan hidup.
6. 6
View publication stats
DaftarPustaka
Ahmad, Ziauddin, Influence of Islam on World Civilization, (Delhi: Adam
Publishers&Distributors, 1996), FirstEdition.
Albantani, Azkia Muharom, “Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Bahasa
Arab diMadrasah Ibtidaiyah”, Arabiyat : Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan
Kebahasa araban,Vol. 2,No.2,2015.
Anwar, Kasful dan Hendra Harmi, Perencanaan Sistem Pembelajaran Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,2011), cet.II.
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Depdiknas,2003).
Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta:Depdiknas,2005), cet.I.
Departemen Agama, Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2008, tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama
Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, (Jakarta: Depag, 2008),cet.I.
Hawa, Said, Al-Islam, (terj.), Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, dari judul asli al-Islam,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2004), cet.I.
Rahmat, Jalaluddin, Islam Alternatif, (Bandung: Mizan,1991), cet.I.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1997),cet.I.
Pulungan, J. Suyuthi, Universalisme Islam, (Jakarta:Moyo Segoro Agung, 2002), cet.