SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 38
REFLEKSI KASUS:
Gagal induksi persalinan
Oleh :
Ahmad Jaladani Husen, NIM 14715
Andika Ilham Rahmatullah, NIM 14653
Ahmad Musthafa, NIM 14598
Kelompok 15111
IDENTITAS
 Nama : Ny. SA
 Usia : 40 tahun
 Alamat : Tumiyang, Kebasen, Banyumas
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Agama : Islam
 Tgl masuk RS : 9 – 12 - 2015
 No. RM : 76.08.63
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
 Pasien merupakan rujukan dari Puskesmas dengan keterangan G1P0A0 hamil preterm 35
minggu dengan KPD tgl 8/12/2015 jam 18.30 tes lakmus (+) b.d.p.
 Pasien merasa hamil 8 bulan lebih, anak pertama, pasien mengeluhkan air ketuban telah
merembes sejak 1 hari yang lalu (tgl 9/12/2015 jam 18.30), kenceng – kenceng (-), lendir
(-), darah per vaginam (-), gerakan janin (+). Di puskesmas pasien diperiksa tes lakmus
dan hasil (+). Kemudian pasien dirujuk ke RSUD dengan keterangan Ketuban Pecah Dini
(KPD).
 Riwayat Penyakit Dahulu :
 Riwayat Hipertensi (-), Riwayat DM (-), Riwayat penyakit jantung (-)
 Riwayat Penyakit Keluarga :
 Riwayat Hipertensi (-), Riwayat DM (-), Riwayat penyakit jantung (-)
 Riwayat Obstetri :
G1P0A0
I = Hamil ini
 Riwayat Menikah : 1x, 1 tahun
 Riwayat KB : belum pernah
 Riwayat ANC : 9 x di bidan
 HPMT : 06 – 04 - 2015
 HPL : 13 – 01 – 2016
 Usia Kehamilan : 35 minggu 1 hari
 Kenaikan BB selama hamil: 9 kg
PEMERIKSAAN FISIK
Umum : baik, compos mentis
Status Gizi : cukup
Berat Badan : 57 kg
Tinggi Badan : 145 cm
IMT : 27.1 kg/m2
Vital Sign
TD : 120/80 mmHg HR : 82 x/menit
RR : 20 x/menit Suhu : 36ºC
Skala Nyeri : 0
PEMERIKSAAN FISIK
 Leopold 1 : TFU = 26 cm, pada fundus teraba bokong
 Leopold 2 : punggung kanan
 Leopold 3 : presentasi kepala
 Leopold 4 : divergen
 Letak Janin : memanjang
 His : (-)
 DJJ : 147 x / menit, teratur
 Pemeriksaan dalam : vulva uretra tenang, dinding vagina licin, porsio
serviks tebal, tidak mendatar, arah ke depan, pembukaan (-), tes lakmus
(+), kepala turun Hodge I.
Pemeriksaan Hasil
DARAH LENGKAP
Eritrosit 4,36 x 106 / µL
Hemoglobin 12,8 g / dL
Hematokrit 35,9%
MCH 29,4 pg
MCV 82,3 fl
MCHC 35,7 pg
Platelet 336 x 103 / µL
Leukosit 10,3 x 103 / µL
Segmen 67,2 %
Limfosit 2,35 %
Monosit 8,39 %
Eosinofil 1.0 %
Basofil 0,6 %
PEMERIKSAAN PENUNJANG (9/12/2015)
Pemeriksaan Hasil
PPT 12,7
APTT 29,5
PEMERIKSAAN PENUNJANG (10/12/2015)
EKG
NST
09 / 12 / 2015
FHR baseline : 140 x / menit
Variability : > 5
Akselerasi : (+)
Deselerasi : (-)
Kesan NST : Reaktif
DIAGNOSIS
G1P0A0 Hamil preterm 35 minggu 1 hari dengan KPD b.d.p.
PENATALAKSANAAN
Farmakologis:
Misoprostol 25 mcg 1 seri per oral
Inj. Cefotaxime 1 A / 12 jam IV
Non-farmakologis :
1. Monitor KU / VS / DJJ / His
2. Observasi tanda – tanda persalinan
3. Bed rest
Rencana Tindakan : Terminasi kehamilan
PROGNOSIS
Dubia
9 / 12 / 2015
Jam 12.00
9 / 12 / 2015
Jam 18.00
10 / 12 / 2015
Jam 00.00
10 / 12 / 2015
Jam 06.00
10 / 12 / 2015
jam 12.00
S: kenceng – kenceng (-) , AK
(+), PPV (-)
S: kenceng – kenceng (+)
tidak teratur, AK (+), PPV (+)
S: kenceng – kenceng (+)
tidak teratur, AK (+), PPV (+)
S: kenceng – kenceng (+)
tidak teratur, AK (+), PPV (+)
S: kenceng – kenceng (+)
tidak teratur, AK (+), PPV (+)
O: 120 / 80 mmHg, 82 kpm,
24 kpm, 36oC, DJJ (+) 140
kpm, His (-)
PD: v/u tenang, dinding
vagina licin, serviks lunak, Ø
(-) porsio tebal, selaput
ketuban (-), kepala turun H I
AK (+), LD (-), Bishop score: 3
/ 13
O: 120 / 70 mmHg, 84 kpm,
20 kpm, 36,4oC, DJJ (+) 160
kpm, His (+) tidak teratur
PD: v/u tenang, dinding
vagina licin, serviks lunak, Ø
(-) porsio tebal, selaput
ketuban (-), kepala turun H I,
AK (+), LD (+), Bishop score:
4 / 13
O: 110 / 60 mmHg, 76 kpm,
20 kpm, 36,2oC, DJJ (+) 147
kpm, His (+) tidak teratur
PD: v/u tenang, dinding
vagina licin, serviks lunak, Ø
(-) porsio tebal, selaput
ketuban (-), kepala turun H I
- II, AK (+), LD (+), Bishop
score: 4 / 13
O: 110 / 70 mmHg, 84 kpm,
22 kpm, 36,3oC, DJJ (+) 146
kpm, His (+) tidak teratur
PD: v/u tenang, dinding
vagina licin, serviks lunak, Ø
(-) porsio tebal, selaput
ketuban (-), kepala turun H I
- II, AK (+), LD (+), Bishop
score: 4 / 13
O: 120 / 70 mmHg, 70 kpm,
20 kpm, 36,1oC, DJJ (+) 150
kpm, His (+) tidak teratur
PD: v/u tenang, dinding
vagina licin, serviks lunak, Ø
1 jari porsio tipis, selaput
ketuban (-), kepala turun H II,
AK (+), LD (+), Bishop score:
6 / 13
A: G1P0A0 hamil 35 minggu
1 hari dengan KPD, riwayat
misoprostol tab III seri 1
A: G1P0A0 hamil 35 minggu
1 hari dengan KPD, riwayat
misoprostol tab I seri 1
A: G1P0A0 hamil 35 minggu
1 hari dengan KPD, riwayat
misoprostol tab II seri 1
A: G1P0A0 hamil 35 minggu
1 hari dengan KPD, riwayat
misoprostol tab III seri 1
A: G1P0A0 hamil 35 minggu
1 hari dengan KPD, riwayat
misoprostol 1 seri,
P: Masuk misoprostol tab I
seri I, evaluasi 6 jam (jam
18.00)
P: Monitor KU / VS / His /
DJJ, Masuk misoprostol tab II
seri I, evaluasi 6 jam (jam
00.00)
P: Masuk misoprostol tab III
seri I, evaluasi 6 jam (jam
06.00)
P: Masuk misoprostol tab IV
seri I, evaluasi 6 jam (jam
12.00)
P: SC CITO
FOLLOW UP
LAPORAN
OPERASI
Tgl 10 / 12 / 2015 Jam 15.18
Bayi lahir per abdominal JK ♂ , BBL
2280 gram, AS 4 / 6, distress
respirasi, dilakukan resusitasi
neonatus.
DISKUSI:
INDUKSI PERSALINAN
DEFINISI
 Induksi adalah upaya melakukan inisiasi persalinan per vaginam sebelum timbul
secara spontan untuk melahirkan janin dan plasenta.
 Cervical ripening adalah suatu proses untuk membuat serviks menjadi lebih lembut
dan terbuka yang umumnya menggunakan prostaglandin.
 Augmentasi adalah penguatan kontraksi spontan yang dianggap kurang adekuat
oleh karena gagalnya dilatasi serviks dan penurunan fetus (descent).
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
SUKSESNYA INDUKSI
 Multiparitas
 Body mass index (BMI) < 30
 Favorable cervix
 Berat bayi lahir < 3500 g
INDIKASI & KONTRAINDIKASI
INDIKASI
INDIKASI OBSTETRI INDIKASI MEDIS
• Insufisiensi uteroplacenta
• Prolonged pragnancy (41 – 42 minggu) :
mengurangi mortalitas perinatal dan sindrom
aspirasi mekonium,
• IUGR,
• Oligo atau anhidramnion,
• Doppler arteri umbilikalis atau uterus yang
abnormal,
• Ketuban pecah dini sebelum persalinan dan
cukup bulan (> 37 minggu) (PROM),
• Preeklampsia berat atau eklampsia,
• IUFD,
• Pendarahan antepartum pada kehamilan
aterm yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya,
• Chorioamnionitis.
• Hipertensi yang berat, HT kronis, HT
gestasional
• DM tidak terkontrol,
• Penyakit ginjal dengan fungsi ginjal yang
semakin buruk,
KONTRAINDIKASI
• Plasentia previa totalis, vasa previa,
• Letak lintang,
• Makrosomia,
• Prolaps tali pusat,
• Riwayat operasi SC sebelumnya,
miomektomi (hingga ke endometrium)
atau menembus cavum atau
miomektomi luas,
• Infeksi genital aktif (herpes) atau Ca
Cervix
Table. Simplified Bishop’s score: to assess the favorability for induction of labour. A total score of > 5 indicates an
favorable cervix (range 0 – 9).
Score 0 1 2 3
Effacement of cervix
(%)
0 - 30 40 - 50 60 - 70 ≥ 80
Dilatation of cervix
(cm)
Closed 1 - 2 3 - 4 ≥ 5
Station of the
presenting part
(distance in cm in
relation to the ischial
spines)
- 3 - 2 -1 +1, +2
METODE INDUKSI
METODE CONTOH
Secara mekanik • Membrane sweeping
• Higroskopik dan dilator mekanik
(dilator higroskopik, kateter foley dan
balloon devices)
• Infus dengan salin di ekstra amnion
• Amniotomi
Medikamentosa • Oksitosin
• Prostaglandin
• PGE1 (misoprostol)
• Estrogen, relaxin, dan
antiprogrestogen (mifepristone)
Tradisional • Castor oil
• Akupuntur
• Pengobatan herbal (ergot)
• Stimulasi puting susu dan payudara
• Hubungan seksual
MEMBRANE SWEEPING
 Caranya adalah dengan memasukkan jari melalui os serviks, lalu menyapunya
(sweeping) mengelilingi permukaan interna serviks dan secara lembut mendorong
permukaan membran menjauh.
 Metode ini dapat menyebabkan persalinan spontan dalam 48 jam, mengurangi
insidensi persalinan ≥ 41 minggu. Namun, dapat menyebabkan sedikit perdarahan
vagina, perasaan tidak nyaman saat prosedur dilakukan, dan kontraksi uterus
irreguler.
HIGROSKOPIK DAN DILATOR MEKANIK
 Induksi ini dilakukan jika skor bishop < 6
(unfavorable cervix). Tujuannya adalah
pematangan serviks sehingga serviks lebih
lunak, tipis, dan berdilatasi.
 Dilator higroskopik: bekerja dengan
menyerap air melalui osmosis sehingga
terjadi perubahan bentuk dan ukuran. Jika
diletakkan di kanalis servikal dalam waktu
> 12 jam, dapat memberikan efek dilatasi
mekanik dan amniotomi pun dapat
dilakukan.
HIGROSKOPIK DAN DILATOR MEKANIK
 Kateter foley dan balloon devices: diletakkan di dalam kanalis servikalis sehingga
dapat mendilatasi serviks, menggunakan ukuran 24 – 36 F, pastikan ujung kateter
melewati ostium uteri internum, serta dikembangkan 30 – 80 cc (sumber lain: 10
cc). Gulung sisa kateter dan letakkan di dalam vagina sampai timbul kontraksi atau
selama 12 jam.
 Jika sudah terjadi dilatasi serviks menggunakan kedua teknik di atas, induksi dapat
dilanjutkan dengan amniotomi dan / atau pemberian oksitosin.
 Efek samping yang dapat terjadi adalah infeksi. Lakukan pengawasan pada fetus
dan ibu.
INFUS DENGAN SALIN DI EKSTRA
AMNION
 Infus NaCl 0,9% ke dalam ruang ekstra
amnion melalui kateter foley (kecepatan 30 –
40 cc / jam).
 Teknik ini seefektif induksi dengan
prostaglandin topikal, tidak ada perbedaan
insidensi morbiditas infeksi pada fetus dan
ibu.
AMNIOTOMI
 Keberhasilan amniotomi ditentukan dari kondisi serviks (dilatasi dan effacement;
favorable cervix), paritas ibu hamil, dan penurunan presentasi.
 Efek samping yang dapat terjadi adalah prolaps / kompresi tali pusat,
korioamnionitis.
 Kontraindikasi: infeksi HIV
 Pada ibu dengan serviks yang sesuai, dalam 24 jam setelah amniotomi, dapat
terjadi persalinan,
 Amniotomi + infus oksitosin: lebih sedikit jumlah ibu yang tidak melahirkan
dalam 24 jam (lebih cepat terjadi persalinan).
OKSITOSIN
 Dosis efektif oksitosin bervariasi. Infus oksitosin dalam dextrose atau NaCl 0,9%
dengan tetesan dinaikkan secara gradual sampai his adekuat.
 Pantau denyut nadi, tekanan darah, his, dan DJJ.
 1 ml ampul berisi 10 unit oksitosin,
 Berikan 2,5 – 5 unit oksitosin diencerkan dalam 500 ml cairan kristaloid (10mU /
ml), lalu mulai infus dengan 8 tetes / menit. Setiap 30 menit, tambahkan 4 tetes /
menit hingga dosis optimal untuk his adekuat tercapai. Dosis maksimum oksitosin
adalah 20 mU / menit (40 tetes / menit).
OKSITOSIN
 Keberhasilan induksi ini dipengaruhi oleh BMI rendah, dilatasi serviks, paritas, serta
usia gestasi.
 Efek sampingnya takisistol uterus (kontraksi uterus > 5 kali dalam 10 menit dalam
beberapa kali interval 10 menit), deselerasi DJJ, ruptur uterus, dan solusio plasenta.
 Namun, pemberian dosis tinggi dan frekuensi peningkatan dosis lebih sering, akan
mempercepat persalinan dan korioamnionitis lebih rendah.
PROSTAGLANDIN
 Dapat terjadi perubahan pada serviks, meningkatkan komplians, stimulasi kontraksi
uterus, dan induksi persalinan.
 Biasanya digunakan pada induksi persalinan dimana serviks unfavorable.
 Prostaglandin yang digunakan E2, F2α, dan E1 analog (misoprostol).
 Dapat diberikan secara oral, intravagina, intraservikal, atau intravena. Intraservikal
dan intravagina, efek sistemik lebih sedikit.
PGE1 (MISOPROSTOL)
 Pemberiannya dapat intravaginal, peroral, atau sublingual. Tidak boleh pada bekas
SC atau ada parut uterus (miomektomi).
 Saat ini, digunakan untuk membantu kontraksi uterus (induksi persalinan), cervical
ripening, dan dapat pula bersifat menggugurkan.
 Misoprostol lebih murah dan sangat mudah didapatkan daripada prostaglandin
lainnya.
PGE1 (MISOPROSTOL)
 Dosis awal pemberian misoprostol untuk induksi dan cervical ripening adalah 25
µg, frekuensi pemberian per 6 jam. Oksitosin boleh diberikan dengan selang waktu
> 4 jam dari pemberian terakhir dosis misoprostol.
 Efek samping: hipertonus uterus, deselerasi DJJ, pendarahan post – partum, cairan
amnion tercampur mekonium, ruptur uterus (jika diberikan pada ibu dengan
riwayat SC atau operasi uterus).
GAGAL INDUKSI
Berdasarkan NICE guideline, gagal induksi didefinisikan :
 Jika setelah pemberian 1 siklus (pemberian 2 kali dengan PGE2 tab (3 mg) atau gel
(1 – 2 mg) dengan interval 6 jam) tidak terjadi persalinan,
 Atau 1 siklus pemberian PGE2 controlled – released pessary (10 mg) selama 24 jam,
 Atau dilatasi serviks tidak menigkat dari 3 cm setelah pemberian oksitosin adekuat
(6 jam setelah rate infus maks).
Berdasarkan Barcelona Center for Maternal – Fetal and Neonatal Medicine (Banos et al,
2015), gagal induksi didefinisikan:
 Tidak masuk fase aktif persalinan setelah 24 jam pemberian prostaglandin, atau ±
12 jam setelah infus oksitosin.
TATALAKSANA GAGAL INDUKSI
Rekomendasi NICE, jika induksi gagal, tatalaksana selanjutnya:
 Metode induksi lain (tergantung dari situasi klinik dan kondisi ibu)
 Operasi sesar
 Jika dalam 2 jam tidak ada perubahan, harus langsung sesar.
TERIMA KASIH 

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Presentasi kasus klinis
Presentasi kasus klinisPresentasi kasus klinis
Presentasi kasus klinis
Agus Maulana
 
Anamnesis & pemeriksan fisik
Anamnesis & pemeriksan fisikAnamnesis & pemeriksan fisik
Anamnesis & pemeriksan fisik
taikucingloh
 
Ketuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini pptKetuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini ppt
Taufik Tias
 
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
Pemeriksaan fisik bayi baru lahirPemeriksaan fisik bayi baru lahir
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
Chaicha Ceria
 

Mais procurados (20)

266199956 laporan-kasus-abortus-imminens
266199956 laporan-kasus-abortus-imminens266199956 laporan-kasus-abortus-imminens
266199956 laporan-kasus-abortus-imminens
 
Laporan kasus
Laporan kasusLaporan kasus
Laporan kasus
 
Ppt plasenta previa
Ppt plasenta previaPpt plasenta previa
Ppt plasenta previa
 
Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan NormalMekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan Normal
 
Rumus Johnson Toshack Converted
Rumus Johnson Toshack ConvertedRumus Johnson Toshack Converted
Rumus Johnson Toshack Converted
 
Jalan lahir normal &amp; kala 3 &amp; 4
Jalan lahir normal &amp; kala  3 &amp; 4Jalan lahir normal &amp; kala  3 &amp; 4
Jalan lahir normal &amp; kala 3 &amp; 4
 
Konsep dasar anatomi dan fisiologis f
Konsep dasar anatomi dan fisiologis fKonsep dasar anatomi dan fisiologis f
Konsep dasar anatomi dan fisiologis f
 
Hipospadia
HipospadiaHipospadia
Hipospadia
 
Partus Lama final
Partus Lama finalPartus Lama final
Partus Lama final
 
Presentasi kasus klinis
Presentasi kasus klinisPresentasi kasus klinis
Presentasi kasus klinis
 
Anamnesis & pemeriksan fisik
Anamnesis & pemeriksan fisikAnamnesis & pemeriksan fisik
Anamnesis & pemeriksan fisik
 
Rbd ileus fix
Rbd ileus fix Rbd ileus fix
Rbd ileus fix
 
Ketuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini pptKetuban pecah dini ppt
Ketuban pecah dini ppt
 
PPT Hernia Diafragmatika
PPT Hernia DiafragmatikaPPT Hernia Diafragmatika
PPT Hernia Diafragmatika
 
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
Pemeriksaan fisik bayi baru lahirPemeriksaan fisik bayi baru lahir
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
 
Rupture uteri
Rupture uteriRupture uteri
Rupture uteri
 
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
HIPERTENSI DALAM KEHAMILANHIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
 
Partus lama
Partus lamaPartus lama
Partus lama
 
MENINGOKEL DAN ANSEFALOKEL
MENINGOKEL DAN ANSEFALOKEL MENINGOKEL DAN ANSEFALOKEL
MENINGOKEL DAN ANSEFALOKEL
 
Perdarahan pada kehamilan muda
Perdarahan pada kehamilan mudaPerdarahan pada kehamilan muda
Perdarahan pada kehamilan muda
 

Semelhante a Refkas banyumas 1 gagal induksi

366350342-LAPORAN-KASUS-OBGYN-PPT-pptx.pptx
366350342-LAPORAN-KASUS-OBGYN-PPT-pptx.pptx366350342-LAPORAN-KASUS-OBGYN-PPT-pptx.pptx
366350342-LAPORAN-KASUS-OBGYN-PPT-pptx.pptx
TommyArean
 
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Adeline Dlin
 
LAPORAN KASUS AB INKOMPLIT.pptx
LAPORAN KASUS AB INKOMPLIT.pptxLAPORAN KASUS AB INKOMPLIT.pptx
LAPORAN KASUS AB INKOMPLIT.pptx
OliviaMahulette
 
Template audit Nearmiss neonatus dan maternal
Template audit Nearmiss neonatus dan maternalTemplate audit Nearmiss neonatus dan maternal
Template audit Nearmiss neonatus dan maternal
Miyunz99
 
PERSALINAN POSTTERM kehamilan dari udayana
PERSALINAN POSTTERM kehamilan dari udayanaPERSALINAN POSTTERM kehamilan dari udayana
PERSALINAN POSTTERM kehamilan dari udayana
andyyusrizal2
 

Semelhante a Refkas banyumas 1 gagal induksi (20)

MATERNAL.pptx
MATERNAL.pptxMATERNAL.pptx
MATERNAL.pptx
 
BST OBGYN.pptx
BST OBGYN.pptxBST OBGYN.pptx
BST OBGYN.pptx
 
366350342-LAPORAN-KASUS-OBGYN-PPT-pptx.pptx
366350342-LAPORAN-KASUS-OBGYN-PPT-pptx.pptx366350342-LAPORAN-KASUS-OBGYN-PPT-pptx.pptx
366350342-LAPORAN-KASUS-OBGYN-PPT-pptx.pptx
 
Oligohydramnion (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Oligohydramnion  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Oligohydramnion  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Oligohydramnion (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
 
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
 
1.AB APN (SARINI).pptx
1.AB APN (SARINI).pptx1.AB APN (SARINI).pptx
1.AB APN (SARINI).pptx
 
Kista Ovarium
Kista OvariumKista Ovarium
Kista Ovarium
 
lapsus kpd.pptx
lapsus kpd.pptxlapsus kpd.pptx
lapsus kpd.pptx
 
Pp lapkas obgyn
Pp lapkas obgynPp lapkas obgyn
Pp lapkas obgyn
 
260270809 ppt-obsgin
260270809 ppt-obsgin260270809 ppt-obsgin
260270809 ppt-obsgin
 
LAPORAN KASUS AB INKOMPLIT.pptx
LAPORAN KASUS AB INKOMPLIT.pptxLAPORAN KASUS AB INKOMPLIT.pptx
LAPORAN KASUS AB INKOMPLIT.pptx
 
Template audit Nearmiss neonatus dan maternal
Template audit Nearmiss neonatus dan maternalTemplate audit Nearmiss neonatus dan maternal
Template audit Nearmiss neonatus dan maternal
 
Cr kista ovarium fixxx
Cr kista ovarium fixxxCr kista ovarium fixxx
Cr kista ovarium fixxx
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptx
 
CASE CELIN OBGYN.pptx
CASE CELIN OBGYN.pptxCASE CELIN OBGYN.pptx
CASE CELIN OBGYN.pptx
 
Laporan Kasus-PERFORASI GASTER.ppt
Laporan Kasus-PERFORASI GASTER.pptLaporan Kasus-PERFORASI GASTER.ppt
Laporan Kasus-PERFORASI GASTER.ppt
 
Laporan Kasus Plasenta previa
Laporan Kasus Plasenta previaLaporan Kasus Plasenta previa
Laporan Kasus Plasenta previa
 
PERSALINAN POSTTERM kehamilan dari udayana
PERSALINAN POSTTERM kehamilan dari udayanaPERSALINAN POSTTERM kehamilan dari udayana
PERSALINAN POSTTERM kehamilan dari udayana
 
PER Puskes Tercinta-FINAL.pptx
PER Puskes Tercinta-FINAL.pptxPER Puskes Tercinta-FINAL.pptx
PER Puskes Tercinta-FINAL.pptx
 
Serotinus
SerotinusSerotinus
Serotinus
 

Refkas banyumas 1 gagal induksi

  • 1. REFLEKSI KASUS: Gagal induksi persalinan Oleh : Ahmad Jaladani Husen, NIM 14715 Andika Ilham Rahmatullah, NIM 14653 Ahmad Musthafa, NIM 14598 Kelompok 15111
  • 2. IDENTITAS  Nama : Ny. SA  Usia : 40 tahun  Alamat : Tumiyang, Kebasen, Banyumas  Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga  Agama : Islam  Tgl masuk RS : 9 – 12 - 2015  No. RM : 76.08.63
  • 3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG  Pasien merupakan rujukan dari Puskesmas dengan keterangan G1P0A0 hamil preterm 35 minggu dengan KPD tgl 8/12/2015 jam 18.30 tes lakmus (+) b.d.p.  Pasien merasa hamil 8 bulan lebih, anak pertama, pasien mengeluhkan air ketuban telah merembes sejak 1 hari yang lalu (tgl 9/12/2015 jam 18.30), kenceng – kenceng (-), lendir (-), darah per vaginam (-), gerakan janin (+). Di puskesmas pasien diperiksa tes lakmus dan hasil (+). Kemudian pasien dirujuk ke RSUD dengan keterangan Ketuban Pecah Dini (KPD).
  • 4.  Riwayat Penyakit Dahulu :  Riwayat Hipertensi (-), Riwayat DM (-), Riwayat penyakit jantung (-)  Riwayat Penyakit Keluarga :  Riwayat Hipertensi (-), Riwayat DM (-), Riwayat penyakit jantung (-)  Riwayat Obstetri : G1P0A0 I = Hamil ini
  • 5.  Riwayat Menikah : 1x, 1 tahun  Riwayat KB : belum pernah  Riwayat ANC : 9 x di bidan  HPMT : 06 – 04 - 2015  HPL : 13 – 01 – 2016  Usia Kehamilan : 35 minggu 1 hari  Kenaikan BB selama hamil: 9 kg
  • 6. PEMERIKSAAN FISIK Umum : baik, compos mentis Status Gizi : cukup Berat Badan : 57 kg Tinggi Badan : 145 cm IMT : 27.1 kg/m2 Vital Sign TD : 120/80 mmHg HR : 82 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36ºC Skala Nyeri : 0
  • 7. PEMERIKSAAN FISIK  Leopold 1 : TFU = 26 cm, pada fundus teraba bokong  Leopold 2 : punggung kanan  Leopold 3 : presentasi kepala  Leopold 4 : divergen  Letak Janin : memanjang  His : (-)  DJJ : 147 x / menit, teratur  Pemeriksaan dalam : vulva uretra tenang, dinding vagina licin, porsio serviks tebal, tidak mendatar, arah ke depan, pembukaan (-), tes lakmus (+), kepala turun Hodge I.
  • 8. Pemeriksaan Hasil DARAH LENGKAP Eritrosit 4,36 x 106 / µL Hemoglobin 12,8 g / dL Hematokrit 35,9% MCH 29,4 pg MCV 82,3 fl MCHC 35,7 pg Platelet 336 x 103 / µL Leukosit 10,3 x 103 / µL Segmen 67,2 % Limfosit 2,35 % Monosit 8,39 % Eosinofil 1.0 % Basofil 0,6 % PEMERIKSAAN PENUNJANG (9/12/2015)
  • 9. Pemeriksaan Hasil PPT 12,7 APTT 29,5 PEMERIKSAAN PENUNJANG (10/12/2015)
  • 10. EKG
  • 11. NST 09 / 12 / 2015 FHR baseline : 140 x / menit Variability : > 5 Akselerasi : (+) Deselerasi : (-) Kesan NST : Reaktif
  • 12. DIAGNOSIS G1P0A0 Hamil preterm 35 minggu 1 hari dengan KPD b.d.p.
  • 13. PENATALAKSANAAN Farmakologis: Misoprostol 25 mcg 1 seri per oral Inj. Cefotaxime 1 A / 12 jam IV Non-farmakologis : 1. Monitor KU / VS / DJJ / His 2. Observasi tanda – tanda persalinan 3. Bed rest Rencana Tindakan : Terminasi kehamilan
  • 15. 9 / 12 / 2015 Jam 12.00 9 / 12 / 2015 Jam 18.00 10 / 12 / 2015 Jam 00.00 10 / 12 / 2015 Jam 06.00 10 / 12 / 2015 jam 12.00 S: kenceng – kenceng (-) , AK (+), PPV (-) S: kenceng – kenceng (+) tidak teratur, AK (+), PPV (+) S: kenceng – kenceng (+) tidak teratur, AK (+), PPV (+) S: kenceng – kenceng (+) tidak teratur, AK (+), PPV (+) S: kenceng – kenceng (+) tidak teratur, AK (+), PPV (+) O: 120 / 80 mmHg, 82 kpm, 24 kpm, 36oC, DJJ (+) 140 kpm, His (-) PD: v/u tenang, dinding vagina licin, serviks lunak, Ø (-) porsio tebal, selaput ketuban (-), kepala turun H I AK (+), LD (-), Bishop score: 3 / 13 O: 120 / 70 mmHg, 84 kpm, 20 kpm, 36,4oC, DJJ (+) 160 kpm, His (+) tidak teratur PD: v/u tenang, dinding vagina licin, serviks lunak, Ø (-) porsio tebal, selaput ketuban (-), kepala turun H I, AK (+), LD (+), Bishop score: 4 / 13 O: 110 / 60 mmHg, 76 kpm, 20 kpm, 36,2oC, DJJ (+) 147 kpm, His (+) tidak teratur PD: v/u tenang, dinding vagina licin, serviks lunak, Ø (-) porsio tebal, selaput ketuban (-), kepala turun H I - II, AK (+), LD (+), Bishop score: 4 / 13 O: 110 / 70 mmHg, 84 kpm, 22 kpm, 36,3oC, DJJ (+) 146 kpm, His (+) tidak teratur PD: v/u tenang, dinding vagina licin, serviks lunak, Ø (-) porsio tebal, selaput ketuban (-), kepala turun H I - II, AK (+), LD (+), Bishop score: 4 / 13 O: 120 / 70 mmHg, 70 kpm, 20 kpm, 36,1oC, DJJ (+) 150 kpm, His (+) tidak teratur PD: v/u tenang, dinding vagina licin, serviks lunak, Ø 1 jari porsio tipis, selaput ketuban (-), kepala turun H II, AK (+), LD (+), Bishop score: 6 / 13 A: G1P0A0 hamil 35 minggu 1 hari dengan KPD, riwayat misoprostol tab III seri 1 A: G1P0A0 hamil 35 minggu 1 hari dengan KPD, riwayat misoprostol tab I seri 1 A: G1P0A0 hamil 35 minggu 1 hari dengan KPD, riwayat misoprostol tab II seri 1 A: G1P0A0 hamil 35 minggu 1 hari dengan KPD, riwayat misoprostol tab III seri 1 A: G1P0A0 hamil 35 minggu 1 hari dengan KPD, riwayat misoprostol 1 seri, P: Masuk misoprostol tab I seri I, evaluasi 6 jam (jam 18.00) P: Monitor KU / VS / His / DJJ, Masuk misoprostol tab II seri I, evaluasi 6 jam (jam 00.00) P: Masuk misoprostol tab III seri I, evaluasi 6 jam (jam 06.00) P: Masuk misoprostol tab IV seri I, evaluasi 6 jam (jam 12.00) P: SC CITO FOLLOW UP
  • 16. LAPORAN OPERASI Tgl 10 / 12 / 2015 Jam 15.18 Bayi lahir per abdominal JK ♂ , BBL 2280 gram, AS 4 / 6, distress respirasi, dilakukan resusitasi neonatus.
  • 18. DEFINISI  Induksi adalah upaya melakukan inisiasi persalinan per vaginam sebelum timbul secara spontan untuk melahirkan janin dan plasenta.  Cervical ripening adalah suatu proses untuk membuat serviks menjadi lebih lembut dan terbuka yang umumnya menggunakan prostaglandin.  Augmentasi adalah penguatan kontraksi spontan yang dianggap kurang adekuat oleh karena gagalnya dilatasi serviks dan penurunan fetus (descent).
  • 19. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKSESNYA INDUKSI  Multiparitas  Body mass index (BMI) < 30  Favorable cervix  Berat bayi lahir < 3500 g
  • 20. INDIKASI & KONTRAINDIKASI INDIKASI INDIKASI OBSTETRI INDIKASI MEDIS • Insufisiensi uteroplacenta • Prolonged pragnancy (41 – 42 minggu) : mengurangi mortalitas perinatal dan sindrom aspirasi mekonium, • IUGR, • Oligo atau anhidramnion, • Doppler arteri umbilikalis atau uterus yang abnormal, • Ketuban pecah dini sebelum persalinan dan cukup bulan (> 37 minggu) (PROM), • Preeklampsia berat atau eklampsia, • IUFD, • Pendarahan antepartum pada kehamilan aterm yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, • Chorioamnionitis. • Hipertensi yang berat, HT kronis, HT gestasional • DM tidak terkontrol, • Penyakit ginjal dengan fungsi ginjal yang semakin buruk, KONTRAINDIKASI • Plasentia previa totalis, vasa previa, • Letak lintang, • Makrosomia, • Prolaps tali pusat, • Riwayat operasi SC sebelumnya, miomektomi (hingga ke endometrium) atau menembus cavum atau miomektomi luas, • Infeksi genital aktif (herpes) atau Ca Cervix
  • 21. Table. Simplified Bishop’s score: to assess the favorability for induction of labour. A total score of > 5 indicates an favorable cervix (range 0 – 9). Score 0 1 2 3 Effacement of cervix (%) 0 - 30 40 - 50 60 - 70 ≥ 80 Dilatation of cervix (cm) Closed 1 - 2 3 - 4 ≥ 5 Station of the presenting part (distance in cm in relation to the ischial spines) - 3 - 2 -1 +1, +2
  • 22. METODE INDUKSI METODE CONTOH Secara mekanik • Membrane sweeping • Higroskopik dan dilator mekanik (dilator higroskopik, kateter foley dan balloon devices) • Infus dengan salin di ekstra amnion • Amniotomi Medikamentosa • Oksitosin • Prostaglandin • PGE1 (misoprostol) • Estrogen, relaxin, dan antiprogrestogen (mifepristone) Tradisional • Castor oil • Akupuntur • Pengobatan herbal (ergot) • Stimulasi puting susu dan payudara • Hubungan seksual
  • 23. MEMBRANE SWEEPING  Caranya adalah dengan memasukkan jari melalui os serviks, lalu menyapunya (sweeping) mengelilingi permukaan interna serviks dan secara lembut mendorong permukaan membran menjauh.  Metode ini dapat menyebabkan persalinan spontan dalam 48 jam, mengurangi insidensi persalinan ≥ 41 minggu. Namun, dapat menyebabkan sedikit perdarahan vagina, perasaan tidak nyaman saat prosedur dilakukan, dan kontraksi uterus irreguler.
  • 24.
  • 25. HIGROSKOPIK DAN DILATOR MEKANIK  Induksi ini dilakukan jika skor bishop < 6 (unfavorable cervix). Tujuannya adalah pematangan serviks sehingga serviks lebih lunak, tipis, dan berdilatasi.  Dilator higroskopik: bekerja dengan menyerap air melalui osmosis sehingga terjadi perubahan bentuk dan ukuran. Jika diletakkan di kanalis servikal dalam waktu > 12 jam, dapat memberikan efek dilatasi mekanik dan amniotomi pun dapat dilakukan.
  • 26. HIGROSKOPIK DAN DILATOR MEKANIK  Kateter foley dan balloon devices: diletakkan di dalam kanalis servikalis sehingga dapat mendilatasi serviks, menggunakan ukuran 24 – 36 F, pastikan ujung kateter melewati ostium uteri internum, serta dikembangkan 30 – 80 cc (sumber lain: 10 cc). Gulung sisa kateter dan letakkan di dalam vagina sampai timbul kontraksi atau selama 12 jam.  Jika sudah terjadi dilatasi serviks menggunakan kedua teknik di atas, induksi dapat dilanjutkan dengan amniotomi dan / atau pemberian oksitosin.  Efek samping yang dapat terjadi adalah infeksi. Lakukan pengawasan pada fetus dan ibu.
  • 27. INFUS DENGAN SALIN DI EKSTRA AMNION  Infus NaCl 0,9% ke dalam ruang ekstra amnion melalui kateter foley (kecepatan 30 – 40 cc / jam).  Teknik ini seefektif induksi dengan prostaglandin topikal, tidak ada perbedaan insidensi morbiditas infeksi pada fetus dan ibu.
  • 28. AMNIOTOMI  Keberhasilan amniotomi ditentukan dari kondisi serviks (dilatasi dan effacement; favorable cervix), paritas ibu hamil, dan penurunan presentasi.  Efek samping yang dapat terjadi adalah prolaps / kompresi tali pusat, korioamnionitis.  Kontraindikasi: infeksi HIV  Pada ibu dengan serviks yang sesuai, dalam 24 jam setelah amniotomi, dapat terjadi persalinan,  Amniotomi + infus oksitosin: lebih sedikit jumlah ibu yang tidak melahirkan dalam 24 jam (lebih cepat terjadi persalinan).
  • 29.
  • 30. OKSITOSIN  Dosis efektif oksitosin bervariasi. Infus oksitosin dalam dextrose atau NaCl 0,9% dengan tetesan dinaikkan secara gradual sampai his adekuat.  Pantau denyut nadi, tekanan darah, his, dan DJJ.  1 ml ampul berisi 10 unit oksitosin,  Berikan 2,5 – 5 unit oksitosin diencerkan dalam 500 ml cairan kristaloid (10mU / ml), lalu mulai infus dengan 8 tetes / menit. Setiap 30 menit, tambahkan 4 tetes / menit hingga dosis optimal untuk his adekuat tercapai. Dosis maksimum oksitosin adalah 20 mU / menit (40 tetes / menit).
  • 31. OKSITOSIN  Keberhasilan induksi ini dipengaruhi oleh BMI rendah, dilatasi serviks, paritas, serta usia gestasi.  Efek sampingnya takisistol uterus (kontraksi uterus > 5 kali dalam 10 menit dalam beberapa kali interval 10 menit), deselerasi DJJ, ruptur uterus, dan solusio plasenta.  Namun, pemberian dosis tinggi dan frekuensi peningkatan dosis lebih sering, akan mempercepat persalinan dan korioamnionitis lebih rendah.
  • 32. PROSTAGLANDIN  Dapat terjadi perubahan pada serviks, meningkatkan komplians, stimulasi kontraksi uterus, dan induksi persalinan.  Biasanya digunakan pada induksi persalinan dimana serviks unfavorable.  Prostaglandin yang digunakan E2, F2α, dan E1 analog (misoprostol).  Dapat diberikan secara oral, intravagina, intraservikal, atau intravena. Intraservikal dan intravagina, efek sistemik lebih sedikit.
  • 33. PGE1 (MISOPROSTOL)  Pemberiannya dapat intravaginal, peroral, atau sublingual. Tidak boleh pada bekas SC atau ada parut uterus (miomektomi).  Saat ini, digunakan untuk membantu kontraksi uterus (induksi persalinan), cervical ripening, dan dapat pula bersifat menggugurkan.  Misoprostol lebih murah dan sangat mudah didapatkan daripada prostaglandin lainnya.
  • 34. PGE1 (MISOPROSTOL)  Dosis awal pemberian misoprostol untuk induksi dan cervical ripening adalah 25 µg, frekuensi pemberian per 6 jam. Oksitosin boleh diberikan dengan selang waktu > 4 jam dari pemberian terakhir dosis misoprostol.  Efek samping: hipertonus uterus, deselerasi DJJ, pendarahan post – partum, cairan amnion tercampur mekonium, ruptur uterus (jika diberikan pada ibu dengan riwayat SC atau operasi uterus).
  • 35.
  • 36. GAGAL INDUKSI Berdasarkan NICE guideline, gagal induksi didefinisikan :  Jika setelah pemberian 1 siklus (pemberian 2 kali dengan PGE2 tab (3 mg) atau gel (1 – 2 mg) dengan interval 6 jam) tidak terjadi persalinan,  Atau 1 siklus pemberian PGE2 controlled – released pessary (10 mg) selama 24 jam,  Atau dilatasi serviks tidak menigkat dari 3 cm setelah pemberian oksitosin adekuat (6 jam setelah rate infus maks). Berdasarkan Barcelona Center for Maternal – Fetal and Neonatal Medicine (Banos et al, 2015), gagal induksi didefinisikan:  Tidak masuk fase aktif persalinan setelah 24 jam pemberian prostaglandin, atau ± 12 jam setelah infus oksitosin.
  • 37. TATALAKSANA GAGAL INDUKSI Rekomendasi NICE, jika induksi gagal, tatalaksana selanjutnya:  Metode induksi lain (tergantung dari situasi klinik dan kondisi ibu)  Operasi sesar  Jika dalam 2 jam tidak ada perubahan, harus langsung sesar.