SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 33
LOGO
GALAT
(error)
Oleh:
Swasti Maharani
Galat
 Penyelesaian secara numerik dari suatu persamaan
matematis hanya memberikan nilai perkiraan yang
mendekati nilai eksak (yang benar) dari penyelesaian
analitis.
 Penyelesaian numerik akan memberikan kesalahan
terhadap nilai eksak
 Galat (kesalahan) didefinisikan sebagai selisih antara
nilai exact (sebenarnya) dan dan nilai perkiraan atau
pendekatan
Dalam metode numerik, galat berarti selisih antara nilai
hasil perhitungan analitik (nilai eksak = a) dengan nilai
hasil perhitungan numerik (nilai hampiran/perkiraan = â)
Galat
ε= a - â
Galat mutlak
εm= |a - â|
Galat relatif
εR = (εm/ a) x 100 %
Galat relatif
hampiran
εRA = (εm/ â) x 100 %
Contoh:
Misalkan nilai sebenarnya (a) = 10,45 dan
nilai hampiran (â) = 10,5,
maka galat mutlaknya adalah:
εm = |a - â|
= |10,45 – 10,5|
= 0,05
Dengan galat mutlak kita tidak mengetahui seberapa dekat
(teliti) hasil hampiran yang kita peroleh terhadap nilai
eksak nya, jadi galat mutlak tidak menunjukkan besarnya
tingkat kesalahan
Contoh 2:
Hasil pengukuran sebuah jembatan = 9.999 cm
Hasil pengukuran sebuah paku = 9 cm
Jika nilai pengukuran sebenarnya berturut-turut adalah
10.000 cm dan 10 cm,
Hitung galat mutlak dan galat relatif (persen ) dari kedua
hasil pengukuran di atas.
Manakah yg memberikan hasil pengukuran yang lebih
baik?
Jawab:
Galat Mutlak:
Jembatan : εm = | 10.000 – 9.999 | = 1 cm
Paku : εm = | 10 – 9 | = 1 cm
Galat relatif:
Jembatan : εR = 1/10.000 * 100%= 0,01%
Paku : εR = 1/10 * 100% = 10%
Kesimpulan :
“Hasil Pengukuran Jembatan lebih baik dari hasil
pengukuran paku”
Diketahui : a= 10/3; â = 3,333
Hitung : (a). Galat mutlak !
(b). Galat relatif !
(c). Galat relatif hampiran !
Di dalam metode numerik sering dilakukan pendekatan
secara iteratif. Pada pendekatan tsb perkiraan sekarang
dibuat berdasarkan perkiraan sebelumnya. Dalam hal ini,
galat adalah perbedaan antara perkiraan sebelumnya dan
perkiraan sekarang dan galat relatif diberikan oleh bentuk
berikut:
dimana :
: nilai perkiraan pada iterasi ke n
: nilai perkiraan pada iterasi ke n+1
%100
ˆ
ˆˆ
1
1
x
a
aa
n
nn
RA

 

naˆ
1
ˆ na
Hitung kesalahan yang terjadi dari nilai dengan
x = 0,5, apabila hanya diperhitungkan 6 suku pertama.
Nilai sebenarnya dari = 1,648721271
x
e
x
e
...
!4
4
!3
3
!2
2
1  xxxxxe
Diperhitungkan satu suku pertama
1xe %35,39%100*
648721271,1
1648721271,1 
R

Jawab:
Diperhitungkan dua suku pertama
xxe 1
5,15,015,0 e
%02,9%100*
648721271,1
5,1648721271,1 
R

%33,33%100*
5,1
15,1 
RA

Perhitungan sampai suku ke enam dilanjutkan sendiri!!!
Suku Hasil εR(%) εRA(%)
1 1 39,3 -
2 1,5 9,02 33,3
3 1,625 1,44 7,69
4 1,645833333 0,175 1,27
5 1,648437500 0,0172 0,158
6 1,648697917 0,00142 0,0158
Hasil perhitungan galat
Hitung kesalahan yang terjadi dari nilai cos(x) dengan
x =1 apabila hanya diperhitungkan 5 suku pertama. Nilai
sebenarnya dari cos (1) = 0,540302306.
...
!8
8
!6
6
!4
4
!2
2
1)cos(  xxxxx
SOAL
Definisi :
Andai f dan semua turunannya, f’,f’’,f’’’,… di dalam selang
[a,b]. Misalkan : xoє[a,b], maka nilai-nilai x di sekitar xo
dan xє[a,b], f(x) dapat diperluas (diekspansi) ke dalam deret
Taylor :
...)(
!
)(
....)(
!2
)(
)(
!1
)(
)()( )(''
2
0
'






 o
m
m
o
o
oo
o xf
m
xx
xf
xx
xf
xx
xfxf
Deret Taylor
Jika (x-xo)=h, maka :
...)(
!
....)(
!2
)(
!1
)()( )(''
2
0
'
 o
m
m
oo xf
m
h
xf
h
xf
h
xfxf
Contoh :
Hampiri fungsi f(x)=sin(x) ke dalam deret Taylor di sekitar
xo=1.
Penyelesaian :
f(x) = sin(x) f ’’’(x) = - cos(x)
f ’(x) = cos(x) f(4)(x) = sin(x)
f ’’(x) = - sin(x) dst.
maka :
...)1sin(
24
)1cos(
6
)1sin(
2
)1cos()1sin()sin()(
432

hhh
hxxf
...0351,00901,04208,05403,08415,0)( 432
 hhhhxf
Kasus khusus adalah bila fungsi diperluas di sekitar xo=0,
maka deretnya dinamakan deret Maclaurin yang
merupakan deret Taylor baku.
Contoh:
Hampiri fungsi f(x)= sin(x) ke dalam deret Maclaurin disekitar xo = 0
...)0sin(
!4
)0cos(
!3
)0sin(
!2
)0cos()0sin()sin()(
432

xxx
xxxf
...
!5!3
)sin()(
53

xx
xxxf
Penyelesaian:
Deret Maclaurin
SOAL
Gunakan deret Maclaurin orde 6 untuk mendekati nilai-nilai
berikut. Bandingkan hasilnya dengan hasil kalkulator.
1. ln(1,12)
2. Cos(0,12)
3. Sin(3)
4. 1/0,88
5. e0,24
6. . 12,1
Angka Signifikan (AS)
Untuk mengetahui besar galat suatu hampiran untuk suatu nilai
eksak dapat digunakan banyaknya angka signifikan.
Angka signifikan (banyaknya) dihitung dari angka pertama yang
bukan nol, lalu ke kanan
Misalkan suatu hampiran untuk nilai eksak a dinyatakan Sebagai
â =
Contoh:
1. Hampiran â = 0,0320 mempunyai 3 angka signifikan
2. Hampiran â = 0,032 mempunyai 2 angka signifikan
Note: kalau sbg nilai eksak 0,0320 dgn 0,032 sama, tetapi
kalau sebagai hampiran itu berbeda
3. Hampiran â=130,0320 mempunyai 7 angka signifikan
Latihan
Carilah banyaknya angka signifikan
dari hampiran berikut ini!
1. 0,000123
2. 0,00123
3. 1,23 x 10-2
4. 1,230 x 103
5. 1,2300 x 104
Nilai â dikatakan menghampiri nilai eksak a sampai k
angka signifikan apabila galat relatifnya tidak melebihi
dengan k adalah bilangan bulat positif terbesar
yang memenuhi εRA ≤
2
10
ˆ
ˆ k
RA
a
aa 



Contoh:
1. a = 3,141592; â = 3,142
2
10
0001299,0
142,3
142,3141592,3 3


RA
â mendekati a teliti sampai tiga angka signifikan
Secara umum terdapat tiga sumber utama penyebab
galat dlm perhitungan numerik, yaitu :
1. Galat bawaan (Inheren)
2. Galat pemotongan (truncation error)
3. Galat pembulatan (round-off error)
Galat Bawaan
Galat bawaan merupakan galat dari nilai data
• Terjadi akibat kekeliruan dalam menyalin data, salah membaca
skala atau kesalahan karena kurangnya pengertian mengenai
hukum-hukum fisik dari data yang diukur.
Contoh :
 Misal dalam pengukuran seharusnya panjangnya 4.05 ditulis
dengan 4
Galat Pembulatan
Galat pembulatan: galat yang timbul akibat keterbatasan
komputer atau pada kalkulator dalam merepresentasikan
bilangan riil.
Contoh:
Kalkulator/komputer dalam menyajikan bilangan
1/3 = 0.3333…yang tidak pernah tepat 1/3.
• Untuk perhitungan tiga desimal, 1/3 = 0.333
Terdapat galat pembulatan = 0.000333…
• Untuk perhitungan 6 desimal, 1/3 = 0.333333
Terdapat galat pembulatan = 0.000000333…
Galat Pembulatan
Galat pembulatan timbul akibat penggunaan alat hitung
(misalnya, kalkulator, komputer) yang kemampuannya
terbatas
Terjadi pada komputer yg disediakan beberapa angka
tertentu misal; 5 angka :
Penjumlahan 9,2654 + 7,1625 =
hasilnya 16,4279 ini terdiri 6 angka signifikan maka
pembulatannya menjadi 16,428
Galat Pemotongan
Galat pemotongan biasanya merujuk pada galat yang
disebabkan oleh penggantian ekspresi matematika yang
rumit dengan rumus yang lebih sederhana. Istilah ini
berawal dari kebiasaan mengganti suatu fungsi rumit
dengan deret Taylor terpotong (hanya diambil berhingga
suku).
Galat Pemotongan
Salah satu contoh fungsi dalam matematika yang dapat
direpresentasikan dalam bentuk deret tak terhingga
yaitu:
..........
!4!3!2
1
432

xxx
xex
Nilai eksak dari diperoleh apabila semua suku dari
deret tersebut diperhitungkan. Apabila hanya
diperhitungkan beberapa suku pertama saja, maka
hasilnya tidak sama dengan nilai eksak.
x
e
Contoh:
......
!10!8!6!4!2
1)cos()(
108642

xxxxx
xxf
Nilai hampiran Galat pemotongan
Galat Pemotongan
Galat Pemotongan pada Deret Taylor
dimana :
= fungsi di titik x
= fungsi di titik x i + 1
= turunan pertama, kedua, …. ke n dari fungsi
= jarak antara xi dan xi + 1
= kesalahan pemotongan
! = operator faktorial, misal 2! = 1 x 2
n
n
i
n
iiiii R
n
x
xf
x
xf
x
xf
x
xfxfxf 








!
)(.....
!3
)("'
!2
)("
!1
)(')()(
32
1
)x(f i
)x(f 1i
n
f.....,"f,'f
x
nR
Kesalahan pemotongan Rn :
1. Order nol (Memperhitungkan satu suku pertama)
Perkiraan akan benar bila fungsi yg diperkirakan adalah konstan
2. Order 1 (Memperhitungkan dua suku pertama)
Berupa garis lurus ( naik/turun )
.....
)!2n(
x
)x(f
)!1n(
x
)x(fR
2n
i
2n
1n
i
1n
n 










)x(f)x(f i1i 
!1
x
)x('f)x(f)x(f ii1i


Galat Pemotongan pada Deret Taylor
Gb. Perkiraan suatu fungsi dgn deret Taylor.
!2
x
)x("f
!1
x
)x('f)x(f)x(f
2
iii1i




f(x)
Order 2
Order 1
Order 0
xxi+1i
y
3. Order 2 (Memperhitungkan tiga suku pertama)
Galat Pemotongan pada Deret Taylor
Contoh:
Cos x = 1 – x2/2! + x4 /4! + …  X(2n) /(2n)! + Rn(x)
= 1 – x2/2! +R3(x)
= 1 – x2/2! + x4 /4! + R5(x)
= 1 – x2/2! + x4 /4! – x6/6! + R7(x)
= 1 – ½! x2 + ¼! x4 – x6/6! + x8/8! + R9(x)
R3(x) = Galat pemotongan untuk pendekatan orde -3
R5(x) = Galat pemotongan untuk pendekatan orde -5
R7(x) = Galat pemotongan untuk pendekatan orde -7
R9(x) = Galat pemotongan untuk pendekatan orde -9
1. Diketahui suatu fungsi f(x) = 0,25x3 + 0,5x2 + 0,25x + 0,5.
Perkirakan fungsi tersebut dengan menggunakan deret Taylor
order nol, satu, dua dan tiga pada titik xi+1=1, berdasar nilai fungsi
pada titik xi=0. Titik xi+1 berada pada jarak Δx =1 dari titik xi=0.
2. Diketahui suatu fungsi f(x) = -2x3 + 12x2 - 20x + 8,5. Dengan
menggunakan deret Taylor order nol, satu, dua dan tiga, perkirakan
fungsi tersebut pada titik xi+1=0,5, berdasar nilai fungsi pada titik
xi=0.
3. Diketahui suatu fungsi f(x) = -0,2x3 + 1,2x2 – 0,21x + 1,5. Dengan
menggunakan deret Taylor order nol, satu, dua dan tiga, perkirakan
fungsi tersebut pada titik xi+1=1, berdasar nilai fungsi pada titik
xi=0.
LATIHAN
LOGO

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Pertemuan 02 teori dasar himpunan
Pertemuan 02   teori dasar himpunanPertemuan 02   teori dasar himpunan
Pertemuan 02 teori dasar himpunanFajar Istiqomah
 
Kelompok 3 integrasi numerik fix
Kelompok 3 integrasi numerik fixKelompok 3 integrasi numerik fix
Kelompok 3 integrasi numerik fixliabika
 
Bab 2 perhitungan galat
Bab 2  perhitungan galatBab 2  perhitungan galat
Bab 2 perhitungan galatKelinci Coklat
 
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)Albara I Arizona
 
Teorema green dalam bidang
Teorema green dalam bidangTeorema green dalam bidang
Teorema green dalam bidangokti agung
 
03 limit dan kekontinuan
03 limit dan kekontinuan03 limit dan kekontinuan
03 limit dan kekontinuanRudi Wicaksana
 
Materi kalkulus 1
Materi kalkulus 1Materi kalkulus 1
Materi kalkulus 1pt.ccc
 
Bilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapBilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapagus_budiarto
 
Persamaandifferensial
PersamaandifferensialPersamaandifferensial
PersamaandifferensialMeiky Ayah
 
Peubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuPeubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuAnderzend Awuy
 
metode euler
metode eulermetode euler
metode eulerRuth Dian
 
Iterasi gauss seidel
Iterasi gauss seidelIterasi gauss seidel
Iterasi gauss seidelNur Fadzri
 
4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab
4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab
4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan MatlabSimon Patabang
 

Mais procurados (20)

Pertemuan 02 teori dasar himpunan
Pertemuan 02   teori dasar himpunanPertemuan 02   teori dasar himpunan
Pertemuan 02 teori dasar himpunan
 
Kelompok 3 integrasi numerik fix
Kelompok 3 integrasi numerik fixKelompok 3 integrasi numerik fix
Kelompok 3 integrasi numerik fix
 
Regula falsi
Regula falsiRegula falsi
Regula falsi
 
Bab 2 perhitungan galat
Bab 2  perhitungan galatBab 2  perhitungan galat
Bab 2 perhitungan galat
 
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)
 
Teorema green dalam bidang
Teorema green dalam bidangTeorema green dalam bidang
Teorema green dalam bidang
 
03 limit dan kekontinuan
03 limit dan kekontinuan03 limit dan kekontinuan
03 limit dan kekontinuan
 
VARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANG
VARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANGVARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANG
VARIABEL RANDOM & DISTRIBUSI PELUANG
 
Materi kalkulus 1
Materi kalkulus 1Materi kalkulus 1
Materi kalkulus 1
 
Bilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapBilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkap
 
Persamaandifferensial
PersamaandifferensialPersamaandifferensial
Persamaandifferensial
 
Peubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinuPeubah acak diskrit dan kontinu
Peubah acak diskrit dan kontinu
 
Bilangan kompleks
Bilangan kompleksBilangan kompleks
Bilangan kompleks
 
metode euler
metode eulermetode euler
metode euler
 
Iterasi gauss seidel
Iterasi gauss seidelIterasi gauss seidel
Iterasi gauss seidel
 
Turunan numerik
Turunan numerikTurunan numerik
Turunan numerik
 
6 Divergensi dan CURL
6 Divergensi dan CURL6 Divergensi dan CURL
6 Divergensi dan CURL
 
4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab
4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab
4 Menggambar Grafik Fungsi Dengan Matlab
 
Metode newton
Metode newtonMetode newton
Metode newton
 
Turunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksTurunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi Kompleks
 

Semelhante a 2. galat

Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)ratnawijayanti31
 
MetNum2-Deret_Taylor+Analisis_Galat.ppt
MetNum2-Deret_Taylor+Analisis_Galat.pptMetNum2-Deret_Taylor+Analisis_Galat.ppt
MetNum2-Deret_Taylor+Analisis_Galat.pptfitri120554
 
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Ajir Aja
 
Materi kalkulus i ti
Materi kalkulus i tiMateri kalkulus i ti
Materi kalkulus i tipt.ccc
 
Operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah copy
Operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah   copyOperasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah   copy
Operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah copyEddy Cla
 
Materi Bilangan Kelas 7 Semester Ganjil.pptx
Materi Bilangan Kelas 7 Semester Ganjil.pptxMateri Bilangan Kelas 7 Semester Ganjil.pptx
Materi Bilangan Kelas 7 Semester Ganjil.pptxIrwanIrwan785824
 
Mtk Modul 3.2.pptx
Mtk Modul 3.2.pptxMtk Modul 3.2.pptx
Mtk Modul 3.2.pptxnamfyoid
 
Noer Materi Bilangan
Noer  Materi BilanganNoer  Materi Bilangan
Noer Materi Bilangannurmalia17
 
barisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleksbarisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleksNurmini RuddiaNa
 
Kelompok5 3ia18
Kelompok5 3ia18Kelompok5 3ia18
Kelompok5 3ia18kasega
 
Limit Trigonometri.ppt
Limit Trigonometri.pptLimit Trigonometri.ppt
Limit Trigonometri.pptLukas Sirat
 
bilangan bulat (Meidytha puti sabrina)
bilangan bulat (Meidytha puti sabrina)bilangan bulat (Meidytha puti sabrina)
bilangan bulat (Meidytha puti sabrina)MuhammadAgusridho
 
Sinau-Thewe.com BAB 1 BILANGAN BULAT.pptx
Sinau-Thewe.com BAB 1 BILANGAN BULAT.pptxSinau-Thewe.com BAB 1 BILANGAN BULAT.pptx
Sinau-Thewe.com BAB 1 BILANGAN BULAT.pptxSiskaHidayati1
 
Sinau-Thewe.com BAB 1 BILANGAN.pptx
Sinau-Thewe.com BAB 1 BILANGAN.pptxSinau-Thewe.com BAB 1 BILANGAN.pptx
Sinau-Thewe.com BAB 1 BILANGAN.pptxAndiFauziah11
 
1-BARISAN-DAN-DERET-pptx.pptx
1-BARISAN-DAN-DERET-pptx.pptx1-BARISAN-DAN-DERET-pptx.pptx
1-BARISAN-DAN-DERET-pptx.pptxErnawatiArifah3
 

Semelhante a 2. galat (20)

6A_Kelompok 1_PPT.pptx
6A_Kelompok 1_PPT.pptx6A_Kelompok 1_PPT.pptx
6A_Kelompok 1_PPT.pptx
 
Met num 2
Met num 2Met num 2
Met num 2
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
 
MetNum2-Deret_Taylor+Analisis_Galat.ppt
MetNum2-Deret_Taylor+Analisis_Galat.pptMetNum2-Deret_Taylor+Analisis_Galat.ppt
MetNum2-Deret_Taylor+Analisis_Galat.ppt
 
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
 
Materi kalkulus i ti
Materi kalkulus i tiMateri kalkulus i ti
Materi kalkulus i ti
 
Operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah copy
Operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah   copyOperasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah   copy
Operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah copy
 
Materi Bilangan Kelas 7 Semester Ganjil.pptx
Materi Bilangan Kelas 7 Semester Ganjil.pptxMateri Bilangan Kelas 7 Semester Ganjil.pptx
Materi Bilangan Kelas 7 Semester Ganjil.pptx
 
Pecahan
PecahanPecahan
Pecahan
 
Mtk Modul 3.2.pptx
Mtk Modul 3.2.pptxMtk Modul 3.2.pptx
Mtk Modul 3.2.pptx
 
Bilangan bulat
Bilangan bulatBilangan bulat
Bilangan bulat
 
Modul belajar integral tentu
Modul  belajar integral tentuModul  belajar integral tentu
Modul belajar integral tentu
 
Noer Materi Bilangan
Noer  Materi BilanganNoer  Materi Bilangan
Noer Materi Bilangan
 
barisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleksbarisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleks
 
Kelompok5 3ia18
Kelompok5 3ia18Kelompok5 3ia18
Kelompok5 3ia18
 
Limit Trigonometri.ppt
Limit Trigonometri.pptLimit Trigonometri.ppt
Limit Trigonometri.ppt
 
bilangan bulat (Meidytha puti sabrina)
bilangan bulat (Meidytha puti sabrina)bilangan bulat (Meidytha puti sabrina)
bilangan bulat (Meidytha puti sabrina)
 
Sinau-Thewe.com BAB 1 BILANGAN BULAT.pptx
Sinau-Thewe.com BAB 1 BILANGAN BULAT.pptxSinau-Thewe.com BAB 1 BILANGAN BULAT.pptx
Sinau-Thewe.com BAB 1 BILANGAN BULAT.pptx
 
Sinau-Thewe.com BAB 1 BILANGAN.pptx
Sinau-Thewe.com BAB 1 BILANGAN.pptxSinau-Thewe.com BAB 1 BILANGAN.pptx
Sinau-Thewe.com BAB 1 BILANGAN.pptx
 
1-BARISAN-DAN-DERET-pptx.pptx
1-BARISAN-DAN-DERET-pptx.pptx1-BARISAN-DAN-DERET-pptx.pptx
1-BARISAN-DAN-DERET-pptx.pptx
 

Último

PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 

Último (20)

PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 

2. galat

  • 2. Galat  Penyelesaian secara numerik dari suatu persamaan matematis hanya memberikan nilai perkiraan yang mendekati nilai eksak (yang benar) dari penyelesaian analitis.  Penyelesaian numerik akan memberikan kesalahan terhadap nilai eksak  Galat (kesalahan) didefinisikan sebagai selisih antara nilai exact (sebenarnya) dan dan nilai perkiraan atau pendekatan
  • 3. Dalam metode numerik, galat berarti selisih antara nilai hasil perhitungan analitik (nilai eksak = a) dengan nilai hasil perhitungan numerik (nilai hampiran/perkiraan = â) Galat ε= a - â Galat mutlak εm= |a - â| Galat relatif εR = (εm/ a) x 100 % Galat relatif hampiran εRA = (εm/ â) x 100 %
  • 4. Contoh: Misalkan nilai sebenarnya (a) = 10,45 dan nilai hampiran (â) = 10,5, maka galat mutlaknya adalah: εm = |a - â| = |10,45 – 10,5| = 0,05 Dengan galat mutlak kita tidak mengetahui seberapa dekat (teliti) hasil hampiran yang kita peroleh terhadap nilai eksak nya, jadi galat mutlak tidak menunjukkan besarnya tingkat kesalahan
  • 5. Contoh 2: Hasil pengukuran sebuah jembatan = 9.999 cm Hasil pengukuran sebuah paku = 9 cm Jika nilai pengukuran sebenarnya berturut-turut adalah 10.000 cm dan 10 cm, Hitung galat mutlak dan galat relatif (persen ) dari kedua hasil pengukuran di atas. Manakah yg memberikan hasil pengukuran yang lebih baik?
  • 6. Jawab: Galat Mutlak: Jembatan : εm = | 10.000 – 9.999 | = 1 cm Paku : εm = | 10 – 9 | = 1 cm Galat relatif: Jembatan : εR = 1/10.000 * 100%= 0,01% Paku : εR = 1/10 * 100% = 10% Kesimpulan : “Hasil Pengukuran Jembatan lebih baik dari hasil pengukuran paku”
  • 7. Diketahui : a= 10/3; â = 3,333 Hitung : (a). Galat mutlak ! (b). Galat relatif ! (c). Galat relatif hampiran !
  • 8. Di dalam metode numerik sering dilakukan pendekatan secara iteratif. Pada pendekatan tsb perkiraan sekarang dibuat berdasarkan perkiraan sebelumnya. Dalam hal ini, galat adalah perbedaan antara perkiraan sebelumnya dan perkiraan sekarang dan galat relatif diberikan oleh bentuk berikut: dimana : : nilai perkiraan pada iterasi ke n : nilai perkiraan pada iterasi ke n+1 %100 ˆ ˆˆ 1 1 x a aa n nn RA     naˆ 1 ˆ na
  • 9. Hitung kesalahan yang terjadi dari nilai dengan x = 0,5, apabila hanya diperhitungkan 6 suku pertama. Nilai sebenarnya dari = 1,648721271 x e x e ... !4 4 !3 3 !2 2 1  xxxxxe Diperhitungkan satu suku pertama 1xe %35,39%100* 648721271,1 1648721271,1  R  Jawab: Diperhitungkan dua suku pertama xxe 1 5,15,015,0 e %02,9%100* 648721271,1 5,1648721271,1  R  %33,33%100* 5,1 15,1  RA 
  • 10. Perhitungan sampai suku ke enam dilanjutkan sendiri!!! Suku Hasil εR(%) εRA(%) 1 1 39,3 - 2 1,5 9,02 33,3 3 1,625 1,44 7,69 4 1,645833333 0,175 1,27 5 1,648437500 0,0172 0,158 6 1,648697917 0,00142 0,0158 Hasil perhitungan galat
  • 11. Hitung kesalahan yang terjadi dari nilai cos(x) dengan x =1 apabila hanya diperhitungkan 5 suku pertama. Nilai sebenarnya dari cos (1) = 0,540302306. ... !8 8 !6 6 !4 4 !2 2 1)cos(  xxxxx SOAL
  • 12. Definisi : Andai f dan semua turunannya, f’,f’’,f’’’,… di dalam selang [a,b]. Misalkan : xoє[a,b], maka nilai-nilai x di sekitar xo dan xє[a,b], f(x) dapat diperluas (diekspansi) ke dalam deret Taylor : ...)( ! )( ....)( !2 )( )( !1 )( )()( )('' 2 0 '        o m m o o oo o xf m xx xf xx xf xx xfxf Deret Taylor Jika (x-xo)=h, maka : ...)( ! ....)( !2 )( !1 )()( )('' 2 0 '  o m m oo xf m h xf h xf h xfxf
  • 13. Contoh : Hampiri fungsi f(x)=sin(x) ke dalam deret Taylor di sekitar xo=1. Penyelesaian : f(x) = sin(x) f ’’’(x) = - cos(x) f ’(x) = cos(x) f(4)(x) = sin(x) f ’’(x) = - sin(x) dst. maka : ...)1sin( 24 )1cos( 6 )1sin( 2 )1cos()1sin()sin()( 432  hhh hxxf ...0351,00901,04208,05403,08415,0)( 432  hhhhxf
  • 14. Kasus khusus adalah bila fungsi diperluas di sekitar xo=0, maka deretnya dinamakan deret Maclaurin yang merupakan deret Taylor baku. Contoh: Hampiri fungsi f(x)= sin(x) ke dalam deret Maclaurin disekitar xo = 0 ...)0sin( !4 )0cos( !3 )0sin( !2 )0cos()0sin()sin()( 432  xxx xxxf ... !5!3 )sin()( 53  xx xxxf Penyelesaian: Deret Maclaurin
  • 15. SOAL Gunakan deret Maclaurin orde 6 untuk mendekati nilai-nilai berikut. Bandingkan hasilnya dengan hasil kalkulator. 1. ln(1,12) 2. Cos(0,12) 3. Sin(3) 4. 1/0,88 5. e0,24 6. . 12,1
  • 16. Angka Signifikan (AS) Untuk mengetahui besar galat suatu hampiran untuk suatu nilai eksak dapat digunakan banyaknya angka signifikan. Angka signifikan (banyaknya) dihitung dari angka pertama yang bukan nol, lalu ke kanan Misalkan suatu hampiran untuk nilai eksak a dinyatakan Sebagai â =
  • 17. Contoh: 1. Hampiran â = 0,0320 mempunyai 3 angka signifikan 2. Hampiran â = 0,032 mempunyai 2 angka signifikan Note: kalau sbg nilai eksak 0,0320 dgn 0,032 sama, tetapi kalau sebagai hampiran itu berbeda 3. Hampiran â=130,0320 mempunyai 7 angka signifikan
  • 18. Latihan Carilah banyaknya angka signifikan dari hampiran berikut ini! 1. 0,000123 2. 0,00123 3. 1,23 x 10-2 4. 1,230 x 103 5. 1,2300 x 104
  • 19. Nilai â dikatakan menghampiri nilai eksak a sampai k angka signifikan apabila galat relatifnya tidak melebihi dengan k adalah bilangan bulat positif terbesar yang memenuhi εRA ≤ 2 10 ˆ ˆ k RA a aa    
  • 20. Contoh: 1. a = 3,141592; â = 3,142 2 10 0001299,0 142,3 142,3141592,3 3   RA â mendekati a teliti sampai tiga angka signifikan
  • 21. Secara umum terdapat tiga sumber utama penyebab galat dlm perhitungan numerik, yaitu : 1. Galat bawaan (Inheren) 2. Galat pemotongan (truncation error) 3. Galat pembulatan (round-off error)
  • 22. Galat Bawaan Galat bawaan merupakan galat dari nilai data • Terjadi akibat kekeliruan dalam menyalin data, salah membaca skala atau kesalahan karena kurangnya pengertian mengenai hukum-hukum fisik dari data yang diukur. Contoh :  Misal dalam pengukuran seharusnya panjangnya 4.05 ditulis dengan 4
  • 23. Galat Pembulatan Galat pembulatan: galat yang timbul akibat keterbatasan komputer atau pada kalkulator dalam merepresentasikan bilangan riil. Contoh: Kalkulator/komputer dalam menyajikan bilangan 1/3 = 0.3333…yang tidak pernah tepat 1/3. • Untuk perhitungan tiga desimal, 1/3 = 0.333 Terdapat galat pembulatan = 0.000333… • Untuk perhitungan 6 desimal, 1/3 = 0.333333 Terdapat galat pembulatan = 0.000000333…
  • 24. Galat Pembulatan Galat pembulatan timbul akibat penggunaan alat hitung (misalnya, kalkulator, komputer) yang kemampuannya terbatas Terjadi pada komputer yg disediakan beberapa angka tertentu misal; 5 angka : Penjumlahan 9,2654 + 7,1625 = hasilnya 16,4279 ini terdiri 6 angka signifikan maka pembulatannya menjadi 16,428
  • 25. Galat Pemotongan Galat pemotongan biasanya merujuk pada galat yang disebabkan oleh penggantian ekspresi matematika yang rumit dengan rumus yang lebih sederhana. Istilah ini berawal dari kebiasaan mengganti suatu fungsi rumit dengan deret Taylor terpotong (hanya diambil berhingga suku).
  • 26. Galat Pemotongan Salah satu contoh fungsi dalam matematika yang dapat direpresentasikan dalam bentuk deret tak terhingga yaitu: .......... !4!3!2 1 432  xxx xex Nilai eksak dari diperoleh apabila semua suku dari deret tersebut diperhitungkan. Apabila hanya diperhitungkan beberapa suku pertama saja, maka hasilnya tidak sama dengan nilai eksak. x e
  • 28. Galat Pemotongan pada Deret Taylor dimana : = fungsi di titik x = fungsi di titik x i + 1 = turunan pertama, kedua, …. ke n dari fungsi = jarak antara xi dan xi + 1 = kesalahan pemotongan ! = operator faktorial, misal 2! = 1 x 2 n n i n iiiii R n x xf x xf x xf x xfxfxf          ! )(..... !3 )("' !2 )(" !1 )(')()( 32 1 )x(f i )x(f 1i n f.....,"f,'f x nR
  • 29. Kesalahan pemotongan Rn : 1. Order nol (Memperhitungkan satu suku pertama) Perkiraan akan benar bila fungsi yg diperkirakan adalah konstan 2. Order 1 (Memperhitungkan dua suku pertama) Berupa garis lurus ( naik/turun ) ..... )!2n( x )x(f )!1n( x )x(fR 2n i 2n 1n i 1n n            )x(f)x(f i1i  !1 x )x('f)x(f)x(f ii1i   Galat Pemotongan pada Deret Taylor
  • 30. Gb. Perkiraan suatu fungsi dgn deret Taylor. !2 x )x("f !1 x )x('f)x(f)x(f 2 iii1i     f(x) Order 2 Order 1 Order 0 xxi+1i y 3. Order 2 (Memperhitungkan tiga suku pertama) Galat Pemotongan pada Deret Taylor
  • 31. Contoh: Cos x = 1 – x2/2! + x4 /4! + …  X(2n) /(2n)! + Rn(x) = 1 – x2/2! +R3(x) = 1 – x2/2! + x4 /4! + R5(x) = 1 – x2/2! + x4 /4! – x6/6! + R7(x) = 1 – ½! x2 + ¼! x4 – x6/6! + x8/8! + R9(x) R3(x) = Galat pemotongan untuk pendekatan orde -3 R5(x) = Galat pemotongan untuk pendekatan orde -5 R7(x) = Galat pemotongan untuk pendekatan orde -7 R9(x) = Galat pemotongan untuk pendekatan orde -9
  • 32. 1. Diketahui suatu fungsi f(x) = 0,25x3 + 0,5x2 + 0,25x + 0,5. Perkirakan fungsi tersebut dengan menggunakan deret Taylor order nol, satu, dua dan tiga pada titik xi+1=1, berdasar nilai fungsi pada titik xi=0. Titik xi+1 berada pada jarak Δx =1 dari titik xi=0. 2. Diketahui suatu fungsi f(x) = -2x3 + 12x2 - 20x + 8,5. Dengan menggunakan deret Taylor order nol, satu, dua dan tiga, perkirakan fungsi tersebut pada titik xi+1=0,5, berdasar nilai fungsi pada titik xi=0. 3. Diketahui suatu fungsi f(x) = -0,2x3 + 1,2x2 – 0,21x + 1,5. Dengan menggunakan deret Taylor order nol, satu, dua dan tiga, perkirakan fungsi tersebut pada titik xi+1=1, berdasar nilai fungsi pada titik xi=0. LATIHAN
  • 33. LOGO