SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 9
Hj. ADE MUSLIMAT, S. Mn. M.Si. MM
DOSEN UNIVERSITAS SERANG RAYA
FAKULTAS EKONOMI
PENGURUS PUSAT STUDI WANITA PROVINSI BANTEN
BIDANG PENELITIAN
ABSTRAK
HOME SCHOOLING SEBAGAI PENDIDIKAN ALTERNATIF PROSES BELAJAR MENGAJAR
DALAM PENDIDIKAN
Sekolah Rumah atau juga disebut Homeschooling adalah metode pendidikan alternatif yang
dilakukan di rumah, di bawah pengarahan orang tua atau tutor pendamping dan tidak
dilaksanakan di tempat formal lainnya seperti di sekolah negeri, sekolah swasta atau di
institusi pendidikan lainnya dengan model kegiatan belajar terstruktur dan kolektif.
Para orang tua memiliki sejumlah alasan yang membuat mereka memilih model
pendidikan homeschooling untuk anak-anak mereka.
Tiga alasan yang kebanyakan dipilih orang tua adalah masalah mengenai lingkungan
sekolah, untuk lebih menekankan pengajaran agama atau moral dan ketidaksetujuan
dengan pengajaran akademik atau kurikulum di sekolah negeri atau swasta.
Saat ini homeschooling sudah populer di Indonesia masuk pada tahun 2002 anak-anak usia
5-17 tahun yang diberikan homeschooling meningkat pada tahun 2015.
Kata kunci: pendidikan alternatif, sekolah rumah, anak-anak
ABSTRACT
HOMESCHOOLING AS AN ALTERNATIVE EDUCATION TEACHING AND LEARNING
PROCESS IN EDUCATION
Homeschooling or Home School (also called home education or home based learning) is the
education of children at home, typically by parents or by tutors, rather than in other formal
settings of public or private school. Although prior to the introduction of compulsory
school attendance laws, most childhood education occurred within the family or
community, homeschooling in the modern sense is an alternative in developed countries to
attending public or private schools. Homeschooling is a legal option for parents in many
countries, allowing them to provide their children with a learning environment as an
alternative to public or private school outside the home.
Parents cite three main reasons for homeschooling their children dissatisfaction with the
local schools and the interests in increased involvement with their children’s learning and
development. To provide a specific religious or moral instruction and dissatisfaction with
available school environment the quality of academic instruction, the curriculum.
Recently, home school has increased popularity in Indonesia of children ages 5 through 17
who are homeschooled increased from 2002 to 2015.
Keyword: alternative education, homeschooling, children
HOME SCHOOLING SEBAGAI PENDIDIKAN ALTERNATIF PROSES BELAJAR MENGAJAR
DALAM PENDIDIKAN
Hj. ADE MUSLIMAT, S. Mn. M.Si. MM
DOSEN UNSERA
FAKULTAS EKONOMI
PENGURUS PUSAT STUDY WANITA PROVINSI BANTEN
BIDANG PENELITIAN
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang te;lah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga
Penulis dapat menyelesaikan Jurnal Ilmiah yang berjudul “Home Schooling Pendidikan
Alternatif Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan” Sholawat dan salam semoga
tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW.
Harapan Penulis karya tulisannya ini bermanfaat khususnya bagi Penulis dan umumnya
bagi semua yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang konstruktif demi perbaiakan
dan penyempurnaan tulisannya ini.
Cilegon, 11 Februari 2016
Penulis
Hj. ADE MUSLIMAT, S. Mn. M.Si. MM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berbicara mengenai Pendidikan tidak bisa lepas dari Landasan Hukum yang
digunakan, secara Yuridis formal UUD 1945 menyatakan bahwa Pendidikan
merupakan hak setiap warga negara yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa,
artinya Undang-Undang Dasar telah menjamin bahwa seluruh anak bangsa apapun
jenis kelaminnya laki-laki dan perempuan, anak-anak dan dewasa memiliki hak dan
kesempatan yang sama untuk memperoleh Pendidikan. selain itu, Pendidikan memiliki
peranan yang penting dalam mepersiapakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
Oleh karena itu, Pendidikan pula dikelola baik secara kuantitas maupun kualitas.
Dalam hal kuality Pemerintah terutama Dinas Pendidikan berusaha untuk memenuhi
kebutuhan bangunan sekolah bagi sekolah yang belum mempunyai gedung sekolah.
Sedangkan dalam hal peningkatan kualitas, selain dengan meningkatkan
profesionalisme tenaga pendidik melalui berbagai program pelatihan atau seminar,
pemerintah mencanangkan wajib belajar 9 tahun untuk anak usia sekolah.
Program wajib belajar 9 tahun yaitu, 6 tahun disekolah Dasar atau sederajat dan 3
tahun disekolah Menengah Pertama atau sederajat kini di Indonesiapun sudah muali
ada dan aktif dijalankan model program Home Schooling (Sekolah Rumah) sebagai
alternatif Pendidikan wajib belajar 9 tahun untuk anak usia sekolah ini.
Pendidikan dalam arti luas didefinisikan sebagai upaya sadar dan rencana untuk
membagikan kepribadian manusia seoptimal mungkin. Pendidikan merupakan
manifestasi kehidupan melalui Pendidikan seseorang dipastikan untuk dapat
menghadapi berbagai tantangan kehidupan dan mampu memecahkan masalah yang
dihadapinya. Pendidikan yang diperoleh disekolah merupakan salah satu jalur
Pendidikan yaitu pendidikan formal. Namun, ada beberapa kalangan atau Orang Tua
yang mengambil keputusan untuk Pendidikan anaknya dengan mengikuti program
Home Schooling (Pendidikan Internal).
Pilihan ini muncul karena adanya pandangan Orang Tua tentang kesesuaian minat
bakat anak-anaknya, alasan lain salah satu solusi bagi orang tua yang mungkin ingin
mengontrol sisi belajar sebagai anak setiap waktu. Sedangkan model Pendidikan
alternatif inilah yang dinilai tepat bagi sekolah anak-anaknya. Dengan tujuan agar
setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal.
Banyak tokoh-tokoh sejarah Indonesia yang sudah mempraktekan Home Schooling
seperti KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara dan Buya Hamka (Makalah Seto Mulyadi,
18 Juni 2006).
1.2.Rumusan Masalah
1. Apakah sekolah rumah (Home Schooling) merupakan Pendidikan alternatif yang
tepat bagi anak usia sekolah dalam memenuhi program Pemerintah wajib belajar 9
tahun ?
2. Bagaimana cara pelaksanaan Home Schooling ?
3. Apa saja klasifikasi format atau metode yang diterapkan di Home Schooling ?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sekolah rumah (Home Schooling) sebagai model Pendidkan
alternatif yang tepat bagi anak yang mempunyai kesibukan kegiatan diluar sekolah.
2. Untuk mengetahui cara pelaksanan model Home Schooling
3. Untuk mengetahui klasifikasi format dan Metode yang diterapakan di Home
Schooling
1.4. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pemerintah Provinsi Banten
Memberikan salah satu solusi atau pemecahan masalah yang ada di Provinsi
Banten terutama masalah Pendidikan.
2. Bagi perguruan tinggi
Menjadi salah satu bukti partisipasi Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan
dalam memberikan solusi atau pemecahan masalah Pendidikan di Banten. Selain
itu, Perguruan Tinggi pun menjadi lebih dikenal dikalangan masyarakat Banten
sebagai lembaga Pendidikan yang peduli pada masalah – masalah Provinsi Banten.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan solusi pada masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat .
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1. Pendidikan
Pendidikan dapat diartikan sebagai segala pengalaman belajar yang berlangsung
dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, atau secara garis besar pendidikan
adalah hidup. Dalam penelitian ini lingkungan pendidikan sudah jelas lingkungan
hidup baik yang khusus diciptakan untuk kepentingan pendidikan maupun yang ada
dengan sendirinya.
Definisi tersebut oleh Redja (2001 : 11) disebut sebagai definisi alternatif atau luas
terbatas yang memiliki beberapa karakteristik khusus antara lain:
1. Pendidikan berlangsung seumur hidup, yang kegiatan-kegiatannya tidak
berlangsung sembarangan, tapi pada saat-saat tertentu.
2. Pendidikan berlangsung dalam sebagian lingkungan hidup. Pendidikan hanya
berlangsung dalam lingkungan hidup kultural.
3. Pendidikan dapat berbentuk pendidikan formal, informal dan pendidikan non-
formal. Pendidikan merupakan usaha sadar yang tercakup didalamnya usaha
pengelolaan pendidikan, baik dalam yang terus belajar (Learning Society).
Jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, pendidikan informal dan
pendidikan non-formal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi. Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat dilangsungkan secara berstruktur dan berjenjang.
Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Pendidikan informal dapat juga disebut sebagai pendidikan alternatif yang
dilakukan dengan cara yang berbeda dan cara tradisional. Secara umum pendidikan
alternatif memiliki ciri yaitu pendekatannya bersifat individual, memberi pelatihan
besar kepada peserta didik, orang tua dan keluarga, serta peserta didik dan
dikembangkan berdasarkan minat dan pengalaman
Menurut Jery Mintz (1994 : X1) pendidikan alternatif dapat dikategorikan dalam
bentuk pengorganisasian, yaitu :
1. Sekolah publik pilihan (Public Choice), yaitu lembaga pendidikan dengan biaya
negara yang menyelenggarakan program belajar dan pembelajaran yang
berbeda dengan program reguler atau konvensional, namun mengikuti sejumlah
aturan baku yang telah ditentukan.
2. Sekolah atau lembaga pendidikan publik untuk siswa bermasalah (Student at
Risk) yaitu lembaga pendidikan dengan biaya negara yang menyelenggarakan
program belajar dan pembelajaran berbeda dengan program reguler, namun
tetap mengikuti sejumlah aturan baku yang telah ditentukan dan dibutuhkan
khusus bagi siswa yang bermasalah.
3. Sekolah atau lembaga pendidikan swasta atau independent mempunyai jenis,
bentuk dan program yang sangat beragam, termasuk program pendidikan
bercirikan agama seperti Pesantren, lembaga bercirikan keterampilan
fungsional seperti kursus, lembaga pendidikan dengan program pendidikan usia
dini seperti kelompok bermain dan taman kanak-kanak.
4. Pendidikan di rumah (Home Schooling) merupakan sistem pendidikan yang
dilakukan di rumah dan merupakan sebuah sekolah alternatif yang
menempatkan anak-anak sebagai subjek dengan pendekatan secara at home.
Pendidikan yang termasuk dalam kategori ini adalah pendidikan yang
diselenggarakan oleh keluarga sendiri terhadap anggota keluarga yang masih
dalam usia sekolah. Beberapa alasan orang tua memilih home schooling yaitu
menjaga anak-anak dari kontaminasi aliran atau falsafah hidup yang
bertentangan dengan tradisi keluarga, menjaga anak-anak agar aman dari
pengaruh negatif lingkungan juga bertujuan agar potensi bakat minat anaknya
dapat berkembang secara maksimal.
Tujuan pendidikan ialah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
2.2. Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi transaksional yang
bersifat timbal balik, baik antara guru dengan peserta didik maupun peserta didik
dengan peserta didik lainnya, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pembelajaran mengandung arti bahwa setiap kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang mempelajari sesuatu kemampuan dan atau nilai yang baru.
Sedangkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
mengatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pedidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dalam pengertian tersebut terdapat 3 poin utama yaitu Peserta didik, Pedidik dan
sumber belajar.
2.3. Mandiri
Membentuk pribadi yang mandiri merupakan salah satu tujuan pendidikan yang
tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Mandiri merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung kepada orang lain
serta atau bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
Penulisan jurnal ini menggunakan studi pustaka. Penulis mencari dan mengumpulkan
informasi yang berkaitan dengan rumusan masalah yakni pendidikan home schooling bagi
anak usia sekolah. Pustaka yang diperoleh dianalisis, disusun berdasarkan kerangka tulisan
yang telah ditentukan. Literatur-literatur yang berhubungan dengan pendidikan kemudian
dikaji lebih lanjut untuk menghasilkan solusi berdasarkan masalah yang dipaparkan oleh
Penulis. Dengan demikian diharapkan tulisan yang dihasilkan dapat dirasakan manfaatnya.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Trend Model Home Schooling
Dulu model Home Schooling ini memang tidak banyak yang tahu, hanya kalangan
tertentu saja. Home Schooling saat ini mulai menjadi salah satu model pilihan orang
tua dalam mengarahkan anak-anaknya dalam bidang pendidikan. Pilihan ini muncul
karena adanya pandangan para orang tua tentang kesesuaian minat bakat anak-
anaknya. Alasan lain sebagai solusi orang tua untuk mengontrol sisi belajar sang anak
setiap waktu. Mereka ingin waktu belajar anak lebih fleksibel dan tepat. Sekolah
rumah ini banyak dilakukan di kota-kota besar, terutama oleh mereka yang pernah
melakukannya ketika berada diluar negeri. Home Schooling memungkinkan anak
untuk menemukan dan mengekspresikan apa yang mereka senangi. Home Schooling
menjawab tantangan global.
Menurut Direktur Pendidikan kesetaraan Dinas Pendidikan nasional, Ella Yulaelawati
model pengembangan sistem pendidikan Sekolah Rumah ini adalah proses layanan
Pendidikan secara sadar / teratur dan terarah dilakukan Orang Tua / Keluarga dan
proses kegiatan belajar mengajarpun berlangsung dalam suasana yang kondusif.
Tujuannya agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal.
Ada beberapa alasan mengapa Orang Tua di Indonesia yang lebih memilih Sekolah
Rumah. Kecenderungannya antara lain, bisa menekankan pendidikan moral kearah
lebih baik dan nyaman. Selain memberikan pembelajaran langsung yang kontekstual,
tematik, nonskolastik, yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu. Pandangan ini
memberikan hak kepada setiap anak untuk lebih mengekspresikan keinginan dan
kemampuan dalam menimba ilmu, tidak hanya dilingkungan yang dinamakan sekolah.
Bahkan kesempatan mendapatkan ilmu yang lebih, juga memiliki peluang besar
sejalan dengan perkembangan Pendidikan. Selain itu juga anak-anak lebih terkontrol
karena waktunya tidak banyak berada diluar rumah, sehingga dapat terhindar dari
hal-hal yang negatif, seperti tawuran antar pelajar, pergaulan bebas dikalangan
remaja serta terhindar dari bahaya narkoba dan kekerasan anak termasuk pelecehan
seksual.
Hal ini kemudian membuat Home Schooling dipilih sebagai salah satu alternatif
proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan di Indonesia. Hingga kemudian
model Home Schooling dimasukan dalam revisi Undang-Undang Pendidikan No. 20
Tahun 2003 (Sisdiknas) Pasal 1 Ayat (1), serta Pasal 27 Sisdiknas tentang Pendidikan
Internasional.
4.2. Home Schooling sebagai solusi tepat Pendidikan alternatif bagi anak
Penerapan Home Schooling menurut Seto Mulyadi, Ketua Komnas Anak, kemunculan
sekolah rumah sebagai salah satu alternatif memang perlu dibuktikan
keberhasilannya sebagai suatu keputusan proses menimba ilmu melalui sistem non
formal.
Secara etimologi, Home Schooling adalah Sekolah yang diadakan dirumah. Meski
disebut Home Schooling tidak berarti anak-anak terus menerus belajar dirumah,
tetapi anak-anak bisa belajar dimana saja, kapan saja asal situasi & kondisinya benar-
benar nyaman dan menyenangkan seperti layaknya berada dirumah.
Keunggulan secara individual inilah yang memberi makna dan terintegrasinya mata
pelajaran kepada peserta didik. Seto mengatakan perlunya dukungan penuh dari
orang tua untuk belajar, menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan
dan memelihara minat serta antusias belajar anak, karena dibalik kemudahan, Home
Schooling juga memerlukan kesabaran orang tua, kerjasama antar anggota keluarga
dan konsisten dalam penanaman kebiasaan. Seto menampik sejumlah mitos yang
dinilainya keliru tentang Home Schooling selama ini. Misalnya anak kurang
bersosialisasi, orang tua tidak bisa menjadi guru, tidak bisa mendapat ijazah, anak
kurang pintar, tidak mampu berkompetisi dan mahal “itu keliru”.
4.3. Penerapan Metode Home Schooling
Ada beberapa klasifikasi format Home Schooling yaitu:
1. Home Schooling Tunggal, dilaksanakan Orang Tua dalam satu keluarga tanpa
bergabung dengan lainnya karena hal tertentu atau karena lokasi yang berjauhan.
2. Home Schooling Majemuk, dilaksanakan oleh 2 (dua) atau lebih keluarga untuk
kegiatan tetentu, sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua
masing-masing. Alasannya terdapat kebutuhan/kegiatan yang dapat dilakukan
bersama-sama, contohnya kurikulum dari konsorsiom, kegiatan olah raga,
keahlian musik atau seni, kegiatan sosial dan kegiatan agama.
3. Komunitas Home Schooling Gabungan, beberapa Home Schooling Majemuk yang
menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olah raga,
seni/musik dan bahasa), sarana /prasarana dan jadwal pembelajaran.
Penyelenggaraan pembelajaran anatara 50 : 50 (Fifty : Fifty).
Di Indonesia memang belum banyak peserta yang ikut Home Schooling, baru terdapat
sekitar 800-an peserta Home Schooling, 600 diantaranya mengikuti Home Schooling
Majemuk dan Komunitas, 200 lainnya mengikuti Home Schooling Tunggal. Pemerintah
mengakui terhadap keberadaan Home Schooling, namun pihak yang melaksanakan Home
Schoolinglah yang harus proaktif melapor ke Diknas setempat agar nantinya dicatat, diakui
dan bisa mendapat Ijazah dengan mengikuti ujian kesetaraan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Model Sekolah Rumah ini adalah proses layanan Pendidikan secara sadar/teratur
dan terarah dilakukan orang tua/keluarga dan proses belajar mengajarpun
berlangsung dengan secara kondusif. Tujuannya agar setiap potensi anak yang
unik dapat berkembang secara maksimal.
2. Model Home Schooling dipilih sebagai salah satu alternatif/proses belajar
mengajar didalam dunia pendidika, di Indonesia dan telah dimasukan dalam revisi
Undang-Undang Pendidikan No. 20 Tahun 2003 (Sisdiknas) Pasal 1 ayat (1) serta
pasal 27 Sisdiknas tentang pendidikan informal dan telah diatur di Permendikbud
No. 129/2014. Jadi jelas sekali keberadaan Home Schooling telah diakui oleh
Pemerintah, Sekolah Rumah bukan Sekolah liar.
5.2. Saran
1. Dalam menyelenggarakan Home Schooling adalah Orang Tua harus menjadikan
anak sebagai teman belajar dan menempatkan diri sebagai fasilitator, serta
berupaya untuk terus menambah pengetahuannya.
2. Pembelajaran Home Schooling sebaiknya menyesuaikan dengan standar
kompetensi yang telah ditentukan oleh Kemendiknas. Ini agar sejalan dengan
pertumbuhan dan kemampuan anak, sehingga saat ujian kesetaraan anak-anak
mampu menguasai pelajaran yang diselenggrakan secara Nasional. Standar
kompetensi menjadi panduan yang harus dimiliki seorang anak pada kelas
tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Midyahardjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar
Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Rajawali PERS : Jakarta
Miarso, Yusuf Hadi. 12 September 2006. Pendidikan Alternatif di Indonesia. Edisi : Online :
http : //Teknologi Pendidikan. Wordpress.com / 2006 / 09 / 12 Pendidikan Alternatif – di
– Indonesia / Diakses pada tanggal 10 Februari 2016.
Desyanti, Wenny. Definisi Mandiri Kajian Psikologis. Edisi Online : http / Wenny Desyanti .
Multiply / Journal / 239 / Definisi _ Mandiri _ Kajian _ Psikologis. Diakses pada tanggal 10
Februari 2016.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

4. Access and Equity
4.	Access and Equity4.	Access and Equity
4. Access and Equity
mohdfidaiy
 
Model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus i
Model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus iModel layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus i
Model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus i
Nur Faiza
 
Penulisan jurnal
Penulisan jurnalPenulisan jurnal
Penulisan jurnal
Mohd Hilmi
 
Pendidikan inklusi
Pendidikan inklusiPendidikan inklusi
Pendidikan inklusi
Agus Candra
 
Isi asgmt pemulihan dan pengayaan
Isi asgmt pemulihan dan pengayaanIsi asgmt pemulihan dan pengayaan
Isi asgmt pemulihan dan pengayaan
Ulin Zuliha Baharom
 
Peranan pelbagai pihak dalam pendidikan inklusif
Peranan pelbagai pihak dalam pendidikan inklusifPeranan pelbagai pihak dalam pendidikan inklusif
Peranan pelbagai pihak dalam pendidikan inklusif
Rekha Mariappan
 
12 perbedaan sistem pendidikan indonesia
12 perbedaan sistem pendidikan indonesia12 perbedaan sistem pendidikan indonesia
12 perbedaan sistem pendidikan indonesia
Farion Dusun
 
Masalah disiplin dalam kalangan pelajar
Masalah disiplin dalam kalangan pelajarMasalah disiplin dalam kalangan pelajar
Masalah disiplin dalam kalangan pelajar
suria su
 
Ulasan jurnal komitmen guru terhadap pendidikan inklusif suziana
Ulasan jurnal komitmen guru terhadap pendidikan inklusif suzianaUlasan jurnal komitmen guru terhadap pendidikan inklusif suziana
Ulasan jurnal komitmen guru terhadap pendidikan inklusif suziana
Suziana Kamaruddin
 

Mais procurados (19)

Templet hbef3503 t1 a4 faudzi
Templet hbef3503 t1 a4 faudziTemplet hbef3503 t1 a4 faudzi
Templet hbef3503 t1 a4 faudzi
 
4. Access and Equity
4.	Access and Equity4.	Access and Equity
4. Access and Equity
 
Model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus i
Model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus iModel layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus i
Model layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus i
 
Penulisan jurnal
Penulisan jurnalPenulisan jurnal
Penulisan jurnal
 
Kes buli
Kes buliKes buli
Kes buli
 
Pendidikan inklusi
Pendidikan inklusiPendidikan inklusi
Pendidikan inklusi
 
Isi asgmt pemulihan dan pengayaan
Isi asgmt pemulihan dan pengayaanIsi asgmt pemulihan dan pengayaan
Isi asgmt pemulihan dan pengayaan
 
Peranan pelbagai pihak dalam pendidikan inklusif
Peranan pelbagai pihak dalam pendidikan inklusifPeranan pelbagai pihak dalam pendidikan inklusif
Peranan pelbagai pihak dalam pendidikan inklusif
 
Baldwine Honest in Tugas Issue Kritis
Baldwine Honest in Tugas Issue KritisBaldwine Honest in Tugas Issue Kritis
Baldwine Honest in Tugas Issue Kritis
 
Keciciran
KeciciranKeciciran
Keciciran
 
12 perbedaan sistem pendidikan indonesia
12 perbedaan sistem pendidikan indonesia12 perbedaan sistem pendidikan indonesia
12 perbedaan sistem pendidikan indonesia
 
Pemulihan dan pengayaan
Pemulihan dan pengayaanPemulihan dan pengayaan
Pemulihan dan pengayaan
 
Sistem pendidikan finlandia
Sistem pendidikan finlandiaSistem pendidikan finlandia
Sistem pendidikan finlandia
 
6 selandia baru kurikulum pendidikan new zealand
6 selandia baru kurikulum pendidikan new zealand6 selandia baru kurikulum pendidikan new zealand
6 selandia baru kurikulum pendidikan new zealand
 
Sekolah cuma 5 jam
Sekolah cuma 5 jamSekolah cuma 5 jam
Sekolah cuma 5 jam
 
Buli
BuliBuli
Buli
 
Masalah disiplin dalam kalangan pelajar
Masalah disiplin dalam kalangan pelajarMasalah disiplin dalam kalangan pelajar
Masalah disiplin dalam kalangan pelajar
 
Ulasan jurnal komitmen guru terhadap pendidikan inklusif suziana
Ulasan jurnal komitmen guru terhadap pendidikan inklusif suzianaUlasan jurnal komitmen guru terhadap pendidikan inklusif suziana
Ulasan jurnal komitmen guru terhadap pendidikan inklusif suziana
 
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJARPERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
 

Destaque (7)

Robótica
RobóticaRobótica
Robótica
 
Descubrimiento del señor de sipan
Descubrimiento del señor de sipanDescubrimiento del señor de sipan
Descubrimiento del señor de sipan
 
My CV
My CVMy CV
My CV
 
Nebula Menestystarina - Basso Radio
Nebula Menestystarina - Basso RadioNebula Menestystarina - Basso Radio
Nebula Menestystarina - Basso Radio
 
REMEMBER THE MILK
REMEMBER THE MILKREMEMBER THE MILK
REMEMBER THE MILK
 
Cecilia escribe cartas
Cecilia escribe cartasCecilia escribe cartas
Cecilia escribe cartas
 
Analysis of local affine model v2
Analysis of  local affine model v2Analysis of  local affine model v2
Analysis of local affine model v2
 

Semelhante a Jurnal Homeschooling hj. Ade Muslimat

Manajemen sekolah efektif dan unggul
Manajemen sekolah efektif dan unggulManajemen sekolah efektif dan unggul
Manajemen sekolah efektif dan unggul
Komar Hotim
 
Laporan ulasan jurnal
Laporan ulasan jurnalLaporan ulasan jurnal
Laporan ulasan jurnal
Nur Kareena
 
EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)
EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)
EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)
Stephanie Unsil
 
Manajemensekolahefektifdanunggul 120115092945-phpapp01
Manajemensekolahefektifdanunggul 120115092945-phpapp01Manajemensekolahefektifdanunggul 120115092945-phpapp01
Manajemensekolahefektifdanunggul 120115092945-phpapp01
Muhamad Putraauliansyah
 

Semelhante a Jurnal Homeschooling hj. Ade Muslimat (20)

Peranan bimbel
Peranan bimbelPeranan bimbel
Peranan bimbel
 
Kak seto home scooling seri 2
Kak  seto  home  scooling  seri  2Kak  seto  home  scooling  seri  2
Kak seto home scooling seri 2
 
pendidikan
pendidikanpendidikan
pendidikan
 
Teguh cs. AFI PARNAWI. STAI IBNU SINA
Teguh cs. AFI PARNAWI. STAI IBNU SINATeguh cs. AFI PARNAWI. STAI IBNU SINA
Teguh cs. AFI PARNAWI. STAI IBNU SINA
 
Pendidikan Inklusi.pptx
Pendidikan Inklusi.pptxPendidikan Inklusi.pptx
Pendidikan Inklusi.pptx
 
Manajemen sekolah efektif dan unggul
Manajemen sekolah efektif dan unggulManajemen sekolah efektif dan unggul
Manajemen sekolah efektif dan unggul
 
Makalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas Khusus
Makalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas KhususMakalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas Khusus
Makalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas Khusus
 
Makalah manajemen berbasis sekolah
Makalah manajemen berbasis sekolahMakalah manajemen berbasis sekolah
Makalah manajemen berbasis sekolah
 
Pp bab 6
Pp bab 6Pp bab 6
Pp bab 6
 
Laporan ulasan jurnal
Laporan ulasan jurnalLaporan ulasan jurnal
Laporan ulasan jurnal
 
Inovasi pendidikan di Indonesia
Inovasi pendidikan di IndonesiaInovasi pendidikan di Indonesia
Inovasi pendidikan di Indonesia
 
Contoh ulasan jurnal
Contoh ulasan jurnalContoh ulasan jurnal
Contoh ulasan jurnal
 
Reformasi pendidikan dan greening kurikulum
Reformasi pendidikan dan greening kurikulumReformasi pendidikan dan greening kurikulum
Reformasi pendidikan dan greening kurikulum
 
Pengertian, Fungsi dan Jenis Lingkungan Pendidikan
Pengertian, Fungsi dan Jenis Lingkungan PendidikanPengertian, Fungsi dan Jenis Lingkungan Pendidikan
Pengertian, Fungsi dan Jenis Lingkungan Pendidikan
 
EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)
EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)
EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)
 
Lembaga pendidikan dan fungsinya ppt
Lembaga pendidikan dan fungsinya pptLembaga pendidikan dan fungsinya ppt
Lembaga pendidikan dan fungsinya ppt
 
Education for all
Education for allEducation for all
Education for all
 
Manajemensekolahefektifdanunggul 120115092945-phpapp01
Manajemensekolahefektifdanunggul 120115092945-phpapp01Manajemensekolahefektifdanunggul 120115092945-phpapp01
Manajemensekolahefektifdanunggul 120115092945-phpapp01
 
Homeschooling
HomeschoolingHomeschooling
Homeschooling
 
Homeschooling
HomeschoolingHomeschooling
Homeschooling
 

Último

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Último (20)

Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 

Jurnal Homeschooling hj. Ade Muslimat

  • 1. Hj. ADE MUSLIMAT, S. Mn. M.Si. MM DOSEN UNIVERSITAS SERANG RAYA FAKULTAS EKONOMI PENGURUS PUSAT STUDI WANITA PROVINSI BANTEN BIDANG PENELITIAN ABSTRAK HOME SCHOOLING SEBAGAI PENDIDIKAN ALTERNATIF PROSES BELAJAR MENGAJAR DALAM PENDIDIKAN Sekolah Rumah atau juga disebut Homeschooling adalah metode pendidikan alternatif yang dilakukan di rumah, di bawah pengarahan orang tua atau tutor pendamping dan tidak dilaksanakan di tempat formal lainnya seperti di sekolah negeri, sekolah swasta atau di institusi pendidikan lainnya dengan model kegiatan belajar terstruktur dan kolektif. Para orang tua memiliki sejumlah alasan yang membuat mereka memilih model pendidikan homeschooling untuk anak-anak mereka. Tiga alasan yang kebanyakan dipilih orang tua adalah masalah mengenai lingkungan sekolah, untuk lebih menekankan pengajaran agama atau moral dan ketidaksetujuan dengan pengajaran akademik atau kurikulum di sekolah negeri atau swasta. Saat ini homeschooling sudah populer di Indonesia masuk pada tahun 2002 anak-anak usia 5-17 tahun yang diberikan homeschooling meningkat pada tahun 2015. Kata kunci: pendidikan alternatif, sekolah rumah, anak-anak
  • 2. ABSTRACT HOMESCHOOLING AS AN ALTERNATIVE EDUCATION TEACHING AND LEARNING PROCESS IN EDUCATION Homeschooling or Home School (also called home education or home based learning) is the education of children at home, typically by parents or by tutors, rather than in other formal settings of public or private school. Although prior to the introduction of compulsory school attendance laws, most childhood education occurred within the family or community, homeschooling in the modern sense is an alternative in developed countries to attending public or private schools. Homeschooling is a legal option for parents in many countries, allowing them to provide their children with a learning environment as an alternative to public or private school outside the home. Parents cite three main reasons for homeschooling their children dissatisfaction with the local schools and the interests in increased involvement with their children’s learning and development. To provide a specific religious or moral instruction and dissatisfaction with available school environment the quality of academic instruction, the curriculum. Recently, home school has increased popularity in Indonesia of children ages 5 through 17 who are homeschooled increased from 2002 to 2015. Keyword: alternative education, homeschooling, children
  • 3. HOME SCHOOLING SEBAGAI PENDIDIKAN ALTERNATIF PROSES BELAJAR MENGAJAR DALAM PENDIDIKAN Hj. ADE MUSLIMAT, S. Mn. M.Si. MM DOSEN UNSERA FAKULTAS EKONOMI PENGURUS PUSAT STUDY WANITA PROVINSI BANTEN BIDANG PENELITIAN KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang te;lah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Jurnal Ilmiah yang berjudul “Home Schooling Pendidikan Alternatif Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan” Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW. Harapan Penulis karya tulisannya ini bermanfaat khususnya bagi Penulis dan umumnya bagi semua yang membacanya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang konstruktif demi perbaiakan dan penyempurnaan tulisannya ini. Cilegon, 11 Februari 2016 Penulis Hj. ADE MUSLIMAT, S. Mn. M.Si. MM
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai Pendidikan tidak bisa lepas dari Landasan Hukum yang digunakan, secara Yuridis formal UUD 1945 menyatakan bahwa Pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, artinya Undang-Undang Dasar telah menjamin bahwa seluruh anak bangsa apapun jenis kelaminnya laki-laki dan perempuan, anak-anak dan dewasa memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh Pendidikan. selain itu, Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam mepersiapakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, Pendidikan pula dikelola baik secara kuantitas maupun kualitas. Dalam hal kuality Pemerintah terutama Dinas Pendidikan berusaha untuk memenuhi kebutuhan bangunan sekolah bagi sekolah yang belum mempunyai gedung sekolah. Sedangkan dalam hal peningkatan kualitas, selain dengan meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik melalui berbagai program pelatihan atau seminar, pemerintah mencanangkan wajib belajar 9 tahun untuk anak usia sekolah. Program wajib belajar 9 tahun yaitu, 6 tahun disekolah Dasar atau sederajat dan 3 tahun disekolah Menengah Pertama atau sederajat kini di Indonesiapun sudah muali ada dan aktif dijalankan model program Home Schooling (Sekolah Rumah) sebagai alternatif Pendidikan wajib belajar 9 tahun untuk anak usia sekolah ini. Pendidikan dalam arti luas didefinisikan sebagai upaya sadar dan rencana untuk membagikan kepribadian manusia seoptimal mungkin. Pendidikan merupakan manifestasi kehidupan melalui Pendidikan seseorang dipastikan untuk dapat menghadapi berbagai tantangan kehidupan dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. Pendidikan yang diperoleh disekolah merupakan salah satu jalur Pendidikan yaitu pendidikan formal. Namun, ada beberapa kalangan atau Orang Tua yang mengambil keputusan untuk Pendidikan anaknya dengan mengikuti program Home Schooling (Pendidikan Internal). Pilihan ini muncul karena adanya pandangan Orang Tua tentang kesesuaian minat bakat anak-anaknya, alasan lain salah satu solusi bagi orang tua yang mungkin ingin mengontrol sisi belajar sebagai anak setiap waktu. Sedangkan model Pendidikan alternatif inilah yang dinilai tepat bagi sekolah anak-anaknya. Dengan tujuan agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal. Banyak tokoh-tokoh sejarah Indonesia yang sudah mempraktekan Home Schooling seperti KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara dan Buya Hamka (Makalah Seto Mulyadi, 18 Juni 2006). 1.2.Rumusan Masalah 1. Apakah sekolah rumah (Home Schooling) merupakan Pendidikan alternatif yang tepat bagi anak usia sekolah dalam memenuhi program Pemerintah wajib belajar 9 tahun ? 2. Bagaimana cara pelaksanaan Home Schooling ? 3. Apa saja klasifikasi format atau metode yang diterapkan di Home Schooling ? 1.3. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui sekolah rumah (Home Schooling) sebagai model Pendidkan alternatif yang tepat bagi anak yang mempunyai kesibukan kegiatan diluar sekolah.
  • 5. 2. Untuk mengetahui cara pelaksanan model Home Schooling 3. Untuk mengetahui klasifikasi format dan Metode yang diterapakan di Home Schooling 1.4. Manfaat Penulisan 1. Bagi Pemerintah Provinsi Banten Memberikan salah satu solusi atau pemecahan masalah yang ada di Provinsi Banten terutama masalah Pendidikan. 2. Bagi perguruan tinggi Menjadi salah satu bukti partisipasi Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan dalam memberikan solusi atau pemecahan masalah Pendidikan di Banten. Selain itu, Perguruan Tinggi pun menjadi lebih dikenal dikalangan masyarakat Banten sebagai lembaga Pendidikan yang peduli pada masalah – masalah Provinsi Banten. 3. Bagi Masyarakat Memberikan solusi pada masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat . BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Pendidikan Pendidikan dapat diartikan sebagai segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, atau secara garis besar pendidikan adalah hidup. Dalam penelitian ini lingkungan pendidikan sudah jelas lingkungan hidup baik yang khusus diciptakan untuk kepentingan pendidikan maupun yang ada dengan sendirinya. Definisi tersebut oleh Redja (2001 : 11) disebut sebagai definisi alternatif atau luas terbatas yang memiliki beberapa karakteristik khusus antara lain: 1. Pendidikan berlangsung seumur hidup, yang kegiatan-kegiatannya tidak berlangsung sembarangan, tapi pada saat-saat tertentu. 2. Pendidikan berlangsung dalam sebagian lingkungan hidup. Pendidikan hanya berlangsung dalam lingkungan hidup kultural. 3. Pendidikan dapat berbentuk pendidikan formal, informal dan pendidikan non- formal. Pendidikan merupakan usaha sadar yang tercakup didalamnya usaha pengelolaan pendidikan, baik dalam yang terus belajar (Learning Society). Jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non-formal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilangsungkan secara berstruktur dan berjenjang. Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
  • 6. Pendidikan informal dapat juga disebut sebagai pendidikan alternatif yang dilakukan dengan cara yang berbeda dan cara tradisional. Secara umum pendidikan alternatif memiliki ciri yaitu pendekatannya bersifat individual, memberi pelatihan besar kepada peserta didik, orang tua dan keluarga, serta peserta didik dan dikembangkan berdasarkan minat dan pengalaman Menurut Jery Mintz (1994 : X1) pendidikan alternatif dapat dikategorikan dalam bentuk pengorganisasian, yaitu : 1. Sekolah publik pilihan (Public Choice), yaitu lembaga pendidikan dengan biaya negara yang menyelenggarakan program belajar dan pembelajaran yang berbeda dengan program reguler atau konvensional, namun mengikuti sejumlah aturan baku yang telah ditentukan. 2. Sekolah atau lembaga pendidikan publik untuk siswa bermasalah (Student at Risk) yaitu lembaga pendidikan dengan biaya negara yang menyelenggarakan program belajar dan pembelajaran berbeda dengan program reguler, namun tetap mengikuti sejumlah aturan baku yang telah ditentukan dan dibutuhkan khusus bagi siswa yang bermasalah. 3. Sekolah atau lembaga pendidikan swasta atau independent mempunyai jenis, bentuk dan program yang sangat beragam, termasuk program pendidikan bercirikan agama seperti Pesantren, lembaga bercirikan keterampilan fungsional seperti kursus, lembaga pendidikan dengan program pendidikan usia dini seperti kelompok bermain dan taman kanak-kanak. 4. Pendidikan di rumah (Home Schooling) merupakan sistem pendidikan yang dilakukan di rumah dan merupakan sebuah sekolah alternatif yang menempatkan anak-anak sebagai subjek dengan pendekatan secara at home. Pendidikan yang termasuk dalam kategori ini adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga sendiri terhadap anggota keluarga yang masih dalam usia sekolah. Beberapa alasan orang tua memilih home schooling yaitu menjaga anak-anak dari kontaminasi aliran atau falsafah hidup yang bertentangan dengan tradisi keluarga, menjaga anak-anak agar aman dari pengaruh negatif lingkungan juga bertujuan agar potensi bakat minat anaknya dapat berkembang secara maksimal. Tujuan pendidikan ialah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2.2. Pembelajaran Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan peserta didik maupun peserta didik dengan peserta didik lainnya, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran mengandung arti bahwa setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari sesuatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Sedangkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pedidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pengertian tersebut terdapat 3 poin utama yaitu Peserta didik, Pedidik dan sumber belajar.
  • 7. 2.3. Mandiri Membentuk pribadi yang mandiri merupakan salah satu tujuan pendidikan yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Mandiri merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung kepada orang lain serta atau bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. BAB III METODOLOGI PENULISAN Penulisan jurnal ini menggunakan studi pustaka. Penulis mencari dan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan rumusan masalah yakni pendidikan home schooling bagi anak usia sekolah. Pustaka yang diperoleh dianalisis, disusun berdasarkan kerangka tulisan yang telah ditentukan. Literatur-literatur yang berhubungan dengan pendidikan kemudian dikaji lebih lanjut untuk menghasilkan solusi berdasarkan masalah yang dipaparkan oleh Penulis. Dengan demikian diharapkan tulisan yang dihasilkan dapat dirasakan manfaatnya. BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Trend Model Home Schooling Dulu model Home Schooling ini memang tidak banyak yang tahu, hanya kalangan tertentu saja. Home Schooling saat ini mulai menjadi salah satu model pilihan orang tua dalam mengarahkan anak-anaknya dalam bidang pendidikan. Pilihan ini muncul karena adanya pandangan para orang tua tentang kesesuaian minat bakat anak- anaknya. Alasan lain sebagai solusi orang tua untuk mengontrol sisi belajar sang anak setiap waktu. Mereka ingin waktu belajar anak lebih fleksibel dan tepat. Sekolah rumah ini banyak dilakukan di kota-kota besar, terutama oleh mereka yang pernah melakukannya ketika berada diluar negeri. Home Schooling memungkinkan anak untuk menemukan dan mengekspresikan apa yang mereka senangi. Home Schooling menjawab tantangan global. Menurut Direktur Pendidikan kesetaraan Dinas Pendidikan nasional, Ella Yulaelawati model pengembangan sistem pendidikan Sekolah Rumah ini adalah proses layanan Pendidikan secara sadar / teratur dan terarah dilakukan Orang Tua / Keluarga dan proses kegiatan belajar mengajarpun berlangsung dalam suasana yang kondusif. Tujuannya agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal. Ada beberapa alasan mengapa Orang Tua di Indonesia yang lebih memilih Sekolah Rumah. Kecenderungannya antara lain, bisa menekankan pendidikan moral kearah lebih baik dan nyaman. Selain memberikan pembelajaran langsung yang kontekstual, tematik, nonskolastik, yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu. Pandangan ini memberikan hak kepada setiap anak untuk lebih mengekspresikan keinginan dan kemampuan dalam menimba ilmu, tidak hanya dilingkungan yang dinamakan sekolah. Bahkan kesempatan mendapatkan ilmu yang lebih, juga memiliki peluang besar sejalan dengan perkembangan Pendidikan. Selain itu juga anak-anak lebih terkontrol karena waktunya tidak banyak berada diluar rumah, sehingga dapat terhindar dari
  • 8. hal-hal yang negatif, seperti tawuran antar pelajar, pergaulan bebas dikalangan remaja serta terhindar dari bahaya narkoba dan kekerasan anak termasuk pelecehan seksual. Hal ini kemudian membuat Home Schooling dipilih sebagai salah satu alternatif proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan di Indonesia. Hingga kemudian model Home Schooling dimasukan dalam revisi Undang-Undang Pendidikan No. 20 Tahun 2003 (Sisdiknas) Pasal 1 Ayat (1), serta Pasal 27 Sisdiknas tentang Pendidikan Internasional. 4.2. Home Schooling sebagai solusi tepat Pendidikan alternatif bagi anak Penerapan Home Schooling menurut Seto Mulyadi, Ketua Komnas Anak, kemunculan sekolah rumah sebagai salah satu alternatif memang perlu dibuktikan keberhasilannya sebagai suatu keputusan proses menimba ilmu melalui sistem non formal. Secara etimologi, Home Schooling adalah Sekolah yang diadakan dirumah. Meski disebut Home Schooling tidak berarti anak-anak terus menerus belajar dirumah, tetapi anak-anak bisa belajar dimana saja, kapan saja asal situasi & kondisinya benar- benar nyaman dan menyenangkan seperti layaknya berada dirumah. Keunggulan secara individual inilah yang memberi makna dan terintegrasinya mata pelajaran kepada peserta didik. Seto mengatakan perlunya dukungan penuh dari orang tua untuk belajar, menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan dan memelihara minat serta antusias belajar anak, karena dibalik kemudahan, Home Schooling juga memerlukan kesabaran orang tua, kerjasama antar anggota keluarga dan konsisten dalam penanaman kebiasaan. Seto menampik sejumlah mitos yang dinilainya keliru tentang Home Schooling selama ini. Misalnya anak kurang bersosialisasi, orang tua tidak bisa menjadi guru, tidak bisa mendapat ijazah, anak kurang pintar, tidak mampu berkompetisi dan mahal “itu keliru”. 4.3. Penerapan Metode Home Schooling Ada beberapa klasifikasi format Home Schooling yaitu: 1. Home Schooling Tunggal, dilaksanakan Orang Tua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya karena hal tertentu atau karena lokasi yang berjauhan. 2. Home Schooling Majemuk, dilaksanakan oleh 2 (dua) atau lebih keluarga untuk kegiatan tetentu, sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing-masing. Alasannya terdapat kebutuhan/kegiatan yang dapat dilakukan bersama-sama, contohnya kurikulum dari konsorsiom, kegiatan olah raga, keahlian musik atau seni, kegiatan sosial dan kegiatan agama. 3. Komunitas Home Schooling Gabungan, beberapa Home Schooling Majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olah raga, seni/musik dan bahasa), sarana /prasarana dan jadwal pembelajaran. Penyelenggaraan pembelajaran anatara 50 : 50 (Fifty : Fifty). Di Indonesia memang belum banyak peserta yang ikut Home Schooling, baru terdapat sekitar 800-an peserta Home Schooling, 600 diantaranya mengikuti Home Schooling Majemuk dan Komunitas, 200 lainnya mengikuti Home Schooling Tunggal. Pemerintah mengakui terhadap keberadaan Home Schooling, namun pihak yang melaksanakan Home Schoolinglah yang harus proaktif melapor ke Diknas setempat agar nantinya dicatat, diakui dan bisa mendapat Ijazah dengan mengikuti ujian kesetaraan.
  • 9. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Model Sekolah Rumah ini adalah proses layanan Pendidikan secara sadar/teratur dan terarah dilakukan orang tua/keluarga dan proses belajar mengajarpun berlangsung dengan secara kondusif. Tujuannya agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal. 2. Model Home Schooling dipilih sebagai salah satu alternatif/proses belajar mengajar didalam dunia pendidika, di Indonesia dan telah dimasukan dalam revisi Undang-Undang Pendidikan No. 20 Tahun 2003 (Sisdiknas) Pasal 1 ayat (1) serta pasal 27 Sisdiknas tentang pendidikan informal dan telah diatur di Permendikbud No. 129/2014. Jadi jelas sekali keberadaan Home Schooling telah diakui oleh Pemerintah, Sekolah Rumah bukan Sekolah liar. 5.2. Saran 1. Dalam menyelenggarakan Home Schooling adalah Orang Tua harus menjadikan anak sebagai teman belajar dan menempatkan diri sebagai fasilitator, serta berupaya untuk terus menambah pengetahuannya. 2. Pembelajaran Home Schooling sebaiknya menyesuaikan dengan standar kompetensi yang telah ditentukan oleh Kemendiknas. Ini agar sejalan dengan pertumbuhan dan kemampuan anak, sehingga saat ujian kesetaraan anak-anak mampu menguasai pelajaran yang diselenggrakan secara Nasional. Standar kompetensi menjadi panduan yang harus dimiliki seorang anak pada kelas tertentu. DAFTAR PUSTAKA Midyahardjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Rajawali PERS : Jakarta Miarso, Yusuf Hadi. 12 September 2006. Pendidikan Alternatif di Indonesia. Edisi : Online : http : //Teknologi Pendidikan. Wordpress.com / 2006 / 09 / 12 Pendidikan Alternatif – di – Indonesia / Diakses pada tanggal 10 Februari 2016. Desyanti, Wenny. Definisi Mandiri Kajian Psikologis. Edisi Online : http / Wenny Desyanti . Multiply / Journal / 239 / Definisi _ Mandiri _ Kajian _ Psikologis. Diakses pada tanggal 10 Februari 2016.