Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas visi, misi, dan profil SMA Negeri 1 Bontomarannu yang mencakup sejarah, sarana prasarana, tenaga pengajar, dan unit kegiatan siswa di sekolah tersebut.
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Laporan Kegiatan Magang 1
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Visi Misi Sekolah
1. Visi Sekolah
SMA Negeri 1 Bontomarannu memilih visi ini untuk tujuan jangka
pendek, menengah dan panjang. Visi ini menjiwai warga sekolah, untuk
selalu mewujudkannya setiap saat dan berkelanjutan dalam mencapai
tujuan sekolah. Adapun Visi dari SMA Negeri 1 Bontomarannu adalah
“Teladan dalam perilaku, cerdas dalam IPTEK, unggul dalam prestasi
berdasarkan iman dan takwa”.
Adapun indikator dari visi tersebut adalah :
1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
2. Ungggul dalam prestasi.
3. Berkembangnya kreatifitas, dedikasi, disiplin dan rasa tanggung
jawab.
4. Terciptanya rasa kekeluargaan yang harmonis.
5. Memiliki sarana dan prasarana lengkap dalam lingkungan sekolah
yang nyaman dan kondusif.
2. Misi Sekolah
Untuk mencapai visi tersebut diatas, diperlukakn suatu misi yang
merupakan kegiatan jangka pendek dengan arah yang jelas. Berikut ini
misi yang dirumuskan berdasarkan visi di atas :
1. Menumbuhkan penghayatan dan pengalaman terhadap ajaran
agama melalui penyelenggara bina rohani islam.
2. 2
2. Meningkatkan komitmen seluruh warga sekolah terhadap tugas
pokok masing-masing.
3. Mewujukan lingkungan seluruh warga sekolah yang bersih indah
dan hijau.
4. Melaksanakan pembelajaran secara intensif dan efisien berdasarkan
prinsip pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
(PAKEM).
5. Mendorong siswa mengembangkan potensinya di bidang teknologi,
informasi, dan komunikasi melalui pelatihan TIK.
6. Menumbuhkan semangat berkompetensi secara sehat terhadap
seluruh siswa dalam bidang akademik, olahraga, dan seni.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan, visi dan
misi tersebut diatas disusun berdasarkan hasil musyawarah demokratis oleh
kepala sekolah, komite sekolah dan pemangku kepentingan sekolah lainnya.
Walaupun visi & misi sekolah terpampang jelas di lorong masuk sekolah,
namun yang mengetahui garis besarnya hanya kepala sekolah, sebagian guru,
pemangku kepentingan sekolah dan hanya beberapa dan bahkan tidak ada
siswa yang mengetahui visi & misi sekolah tersebut.
B. Profil Sekolah
1. Sejarah Sekolah
Memasuki abad 21 yang penuh tantangan sekaligus peluang,
diperlukan kualitas sumber daya manusia yang mampu mengimplementasi
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi disertai dengan Iman dan Takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Selama ini, kenyataan menunjukkan bahwa mutu
3. 3
pendidikkan belum merata. Menyikapi kondisi tersebut, pada tanggal 13
Juni 2003, Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa melakukan pembangunan
sekolah yang peletakan batu pertama oleh Bupati Gowa dan Menteri
Otoda saat itu, kemudian dibuka secara resmi oleh bapak Syahrul Yasin
Limpo selaku Bupati Kabupaten gowa pada tahun 2005.
Sebenarnya, sejak tahun sebelumnya SMA Negeri 1 Bontomarannu
telah menerima siswa, tetapi masih dititipkan di SMA Negeri 1
Sungguminasa karena sarana untuk proses belajar mengajar belum
sepenuhnya selesai. Baru pada tahun itulah siswa mulai menempuh
pendidikan di SMA Negeri 1 Bontomarannu.
2. Data Sekolah
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Bontomarannu
Nomor Statistik Sekolah : 301190307001
Nomor Pokok Sekolah Nasional : 40301074
Status Sekolah : Negeri
Akreditasi Sekolah : B
Alamat Sekolah : Jalan Poros Malino KM.08
Kelurahan : Romanglompoa
Kabupaten : Gowa
Provinsi : Sulawesi-Selatan
Kode Pos : 92172
Nomor Telepon : (0411) 8210075
E-mail : sma1bontomarannu@yahoo.co.id
Nama Kepala Sekolah : Drs. Muh. Arsyad S., M.Pd
4. 4
NIP : 19630421 199103 1 015
Pendidikan Terakhir : Magister (S-2)
3. Sarana dan Prasarana Sekolah
Secara umum sarana fisik yang dimiliki SMA Negeri 1
Bontomarannu adalah sebagai berikut :
Bangunan sekolah/SMA
Lapangan sekolah
Perpustakaan.
Kantin Sekolah
WC/Toilet Sekolah
Tempat Pembuangan Sampah
Ruang Kelas
Ruang Guru
Tata Tertib
Mushallah
4. Laboratorium
Laboratorium SMA Negeri 1 Bontomarannu yaitu :
1. Laboratorium Komputer
Pengawas : Kasmawaty, S.Si
2. Laboratorium IPA
Pengawas : Dra. Hijrah S.
3. Laboratorium Fisika
Pengawas : Baharuddin Goccang, S.Pd
5. 5
5. Jumlah dan Kualifikasi Guru/Pegawai
Daftar nama guru di SMA Negeri 1 Bontomarannu adalah sebagai
berikut :
No NAMA DAN NIP JK PANGKAT
GOL./
RUANG
KET.
1
Drs. Muh. Arsyad S.,M.Pd
19630421 199103 1 015
L
Pembina
Tingkat 1
IV/b
PNS/
tersertifikasi
2
Dra. Hijrah S.
19600304 198703 2 004
P
Pembina
Tingkat 1
IV/b
PNS/
tersertifikasi
3
Drs. Muh. Haris Muslimin
19621005 198903 1 023
L Pembina IV/a
PNS/
tersertifikasi
4
Drs. H. Muadin
19661231 199203 1 075
L Pembina IV/a
PNS/
tersertifikasi
5
Dra. Hj. Rakhmawati
19670527 1992032 009
P Pembina IV/a
PNS/
tersertifikasi
6
Dra. Siti Kaksum
19620315 198403 2 008
P Pembina IV/a
PNS/
tersertifikasi
7
Abd. Rachman Herman, S.Pd
19580503 198103 1 022
L Pembina IV/a
PNS/
tersertifikasi
8
Dra. Haerani
19680609 199303 2 007
P Pembina IV/a
PNS/
tersertifikasi
9
Dra. Andi Azrini
19670324 199203 2 005
P Pembina IV/a
PNS/
tersertifikasi
10
Drs. Tajuddin Nur
19680512 199412 1 004
L Pembina IV/a
PNS/
tersertifikasi
11
Rahman, S.Pd.,M.Si
19680917 199203 1 013
L Pembina IV/a
PNS/
tersertifikasi
12
Siti Nurhayati, S.Pd
19620627 198903 2 007
P Pembina IV/a
PNS/
tersertifikasi
13
Alwi
19660202 199203 1 009
L Pembina IV/a
PNS/
tersertifikasi
7. 7
30
Emy Abd. Salam, S.Pd.,M.Pd
19760223 200604 2 015
P Penata III/c
PNS/
tersertifikasi
31
Andi Takhmi, S.Pd.,M.Pd
19820713 200701 2 010
P Penata III/c PNS
32
Hasnawiyah, S.Pd
19690906 200701 2 030
P
Penata
Muda Tk. 1
III/b
PNS/
tersertifikasi
33
Sitti Ramlah, S.S
19720705 200701 2 018
P
Penata
Muda Tk. 1
III/b
PNS/
tersertifikasi
34
Rahmatan Ras, S.Pd
19770217 200701 1 003
L
Penata
Muda Tk. 1
III/b PNS
35
Samrina Jayusman, S.Pd
19830406 200901 2 011
P
PenataMud
a Tk. 1
III/b PNS
36
Muliati, S.Pd
19780312201001 2 014
P
PenataMud
a
III/a PNS
37
Nursyamsi, S.Pd
19860519 201001 2 043
P
PenataMud
a
III/a PNS
38 Andri Rahayu, S.Pd P
Non PNS/
tersertifikasi
39 Dra. Hasnah P
Non PNS/
tersertifikasi
40 St. Rahmini, S.Ag P Non PNS
41 Rahman, S.Pd.I L Non PNS
42 Era Dachri, S.Si P Non PNS
43 Rahmawati, S.Pd P Non PNS
44 Natsrah Yunus, S.Pd P Non PNS
45 Indrayani, S.Pd P Non PNS
46 Sumamiati Bakri, S.Pd P Non PNS
47 Nasmirawati, S.Pd P Non PNS
48 Alqadri, S.Sos L Non PNS
8. 8
49 Marhama, S.Pd P Non PNS
50 Irfayanti, S.Pd P Non PNS
51 Ami Triwardiana, S.Pd P Non PNS
52 Reski, S.Pd P Non PNS
53 Suryani, S.Pd.,S.Or P Non PNS
54 Hardianti, S.Pd P Non PNS
55 A. Anggung Setyawati, S.pd P Non PNS
56 Emiwati Jalil, S.Si P Non PNS
57 Djusman Iring, S.Sos L
PNS/
Tambah Jam
6. Unit Kegiatan Siswa (UKS)
Unit Kegiatan Siswa (UKS) merupakan serangkaian kegiatan yang
didirikan oleh pihak sekolah itu sendiri dan dijalankan oleh siswa (i) yang
ada didalamnya. Unit kegiatan siswa ini bertujuan untuk melatih bakat
para siswa-siswi yang nantinya dapat diperlombakan, baik ditingkat
regional maupun nasional.
Adapun jenis Unit Kegiatan Siswa di SMA Negeri 1
Bontomarannu, yaitu sebagai berikut.
1. OSIS (Organisasi Intra Sekolah)
Pembina : Rahmatan Ras, S.Pd
OSIS adalah salah satu wadah organisasi siswa yang sah di
sekolah, dimana sekumpulan siswa mengadakan koordinasi dalam
upaya menciptakan suatu organisasi yang mampu mencapai tujuan
yang memiliki suatu sistem pokok yaitu berorientasi pada tujuan,
9. 9
memiliki susunan kehidupan berkelompok, memiliki sejumlah
peranan, terkoordinasi, dan berkelanjutan dalam waktu tertentu .
Awal terbentuknya OSIS SMA Negeri 1 Bontomarannu
yaitu pada tahun ajaran 2005/2006 dan diketuai oleh Agus Salim
dan setiap tahunnya diganti melalui proses pemilihan umum
sekolah. Rahmatan Ras, S.Pd.
2. Pramuka
Pembina : Rahman Herman, S.Pd.
Pramuka (Praja Muda Karana) adalah sebuah organisasi
atau gerakan kepanduan yang berproses pada pendidikan
kepramukaan yang dilaksanakan di Indonesia.
3. PMR (Palang Merah Remaja)
Pembina : Rahman, S.Pd.I
PMR (Palang Merah Remaja) adalah suatu organisasi
kepemudaan binaan dari palang merah indonesia yang berpusat
pada sekolah-sekolah atau kelompok-kelompok masyarakat dan
bertujuan memberitahukan pengetahuan dasar kepada siswa
sekolah dalam bidang yang berhubungan dengan kegiatan
kemanusiaan. Palang Merah Remaja SMA Negeri 1 Bontomarannu
ini terbentuk dan dibina oleh Rahman, S. Pd. I.
4. Paskibraka
Pembina : Drs. Tajuddin Nur
Paskibraka (Pasukan Pengibar bendera Pusaka) memiliki
tugas utama yaitu mengibarkan duplikat bendera pusaka dalam
10. 10
peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Para siswa dipilih
dan dilatih langsung oleh anggota TNI dan Polri yang nantinya
akan melaksanakan pengibaran bendera di Kecamatan
Bontomarannu dan di Kabupaten Gowa setiap tanggal 17 Agustus.
11. 11
BAB II
PROSEDUR PELAKSANAAN
A. Jumlah Siswa, Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang 1
1. Jumlah Siswa
NO KELAS
MIPA IPS
TOTAL
L P JUMLAH L P JUMLAH
1 X 112 143 255 86 82 168 423
2 XI 132 151 283 88 80 169 452
3 XII 71 96 167 63 77 140 307
4 TOTAL 315 390 705 273 239 512 1182
2. Tempat Pelaksanaan Magang
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Bontomarannu
Alamat Sekolah : Jalan Poros Malino Km. 08, Kelurahan
Romanglompoa, Kecamatan Bontomarannu,
Kabupaten Gowa, Sulawesi-Selatan
3. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan magang 1 ini dilaksanakan saat libur semester
dengan durasi waktu 4 (empat) minggu terhitung dari tanggal 04-30
Agustus 2014.
B. Langkah-Langkah Melakukan Pengamatan
Observasi/pengamatan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
tahap-tahap pengamatan yang terdiri dari :
12. 12
1. Tahap persiapan yaitu : pengamatan awal, menyusun rencana
pengamatan, perizinan dan persiapan pengumpulan data,
2. Proses di lapangan yaitu : eksplorasi awal, eksplorasi mendalam, dan
mengecek serta mengonfirmasi hasil penelitian.
Pengamatan ini dilakukan di SMA Negeri 1 Bontomarannu Kabupaten
Gowa. Subyek pengamatan ini adalah terdiri dari dua unsur, yaitu :
Pertama, Pihak institusi sekolah yang meliputi kepala sekolah, para
dewan guru, siswa, serta data-data sekolah yang dapat dijadikan
referensi.
Kedua, Pihak Komite sekolah yang meliputi ketua komite beserta
struktur kepengurusan yang terllibat dalam kegiatan Komite sekolah.
Adapun langkah-langkah pengamatan adalah sebagai berikut :
1. Mengajukan surat permohonan izin magang kepada kepala Dinas
Pendidikan dan Olahraga Kab. Gowa dan kepala SMA Negeri 1
Bontomarannu.
2. Melakukan pengamatan langsung tentang kultur sekolah.
3. Wawancara bersama guru.
4. Memilih salah satu guru mata pelajaran bahasa inggris yang ada di
sekolah untuk diikuti nantinya dan melihat secara langsung proses
pembelajaran yang dilakukan didalam kelas bersama dengan guru
tersebut.
5. Melakukan pengamatan untuk membangun kompetensi dasar
pedagogik, kepribadian dan sosial.
13. 13
6. Melakukan pengamatan untuk memperkuat pemahaman peserta
didik.
7. Melakukan pengamatan langsung proses pembelajaran di kelas.
8. Melakukan refleksi hasil pengamatan proses pembelajaran.
14. 14
BAB III
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PELAKSANAAN
A.1. Deskripsi Hasil Pengamatan Lansung Kultur Sekolah
SMA Negeri 1 Bontomarannu memiliki Rencana Kegiatan
Sekolah (RKS) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
yang kerangkanya tersusun secara sistematis olehn kepala sekolah
beserta pemangku kepentingan sekolah sesuai dengan filosofi, arah, dan
tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam UUD 1945
(yang diamandemen) dan dalam UUSPN NO. 20 TAHUN 2003, PP
Nomor 19 Tahun 2005 dan peraturan perundangan lainnya yang
relevan. RKS dan RKAS ini selalu diperbaharui setiap tahun sesuai
dengan bagaimana ketercapaian dan kondisi sekolah, serta rutin
dilaporkan kepada pemangku kepentingan sekolah. RKS memuat
rencana pemeliharaan sekolah dengan anggaran dan kegiatan
pemeliharaan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah yang
ketercapaiannya telah mencapai 75% - 100%.
Selain Rencana Kegiatan Skolah (RKS) dan Rencana Kegiatan
dan Anggara Seklah (RKAS) SMA Negeri 1 Bontomarannu juga
memiliki data inventaris, data ketenagaan dan siswa sekolah yang
diperbaharui secara regular dan sistematis.
Kepala sekolah selalu secara rutin terlibat dalam kegiatan
Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) dan selalu membagi
pengalamannya di sekolah dalam rangka pembinaan guru. Guru juga
15. 15
selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya karena semua guru
terlibat aktif dalam kegiatan rutin Kelompok Kerja Guru
(KKG)/Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) serta melaksanakan
semua hasilnya untuk peningkatan PAKEM.
a. Program Kerja Sekolah
SMA Negeri 1 Bontomarannu sebagai salah satu instansi yang
terkait langsung dengan sistem pendidikan nasional memandang perlu
untuk melakukan perencanaan program kerja sekolah secara terencana,
terarah dan berkesinambungan sesuai dengan visi dan misi yang telah
disepakati bersama. Penyusunan program kerja ini melibatkan kepala
sekoah, komite dan sejumlah pemangku kepentingan sekolah lainnya,
yang tertuang dalam rencana kerja jangka panjang, jangka menengah
dan jangka pendek.
Maksud penyusunan program kerja ini adalah : 1) memberikan
gambaran yang jelas tentang hasil-hasil yang telah dicapai, program-
program yang akan dilaksanakan serta masalah-masalah yang dihadapi
sekolah untuk waktu 8 tahun (jangka panjang), 4 tahun (jangka
menengah), dan tahun pelajaran 2014/2015 (jangka pendek), dan 2)
sebagai pedoman kerja semua personil sekolah dalam melaksanakan
tugas mengajar, mengelola dan membina kegiatan pembelajaran tahun
pelajaran 2014/2015.
Tujuan dari penyusunan program kerja SMA Negeri 1
Bontomarannu adalah : 1) memberikan landasan dan arah yang jelas
dalam melaksanakan tugas selama kegiatan pendidikan berlangsung, 2)
16. 16
sebagai alat kontrol pelaksanaan kegiatan sekolah, 3) sebagai tolak ukur
dalam menilai hasil kerja, dan 4) sebagai sumber data dan informasi
bagi penentuan kebijakan dan keputusan pimpinan.
Adapun program kerja SMA Negeri 1 Bontomarannu adalah
sebagai berikut :
1) Program Jangka Pendek (Tahun Ajaran 2014/2015)
Program jangka pendek merupakan bagian yang harus
dilaksanakan tahun pertama oleh sekolah pada Tahun Ajaran
2014/2015. Adapun program jangka pendek SMA Negeri 1
Bontomarannu adalah sebagai berikut :
a) Bidang Kurikulum
Bidang Kurikulum SMA Negeri 1 Bontomarannu
memiliki fungsi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
kegiatan belajar mengajar (PBM) dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Meningkatkan pemehaman dan penguasaan guru
terhadap adanya perubahan kurikulum dari Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan menjadi Kurikulum 2013.
2. Meningkatkan keterampilan guru dalam Proses Belajar
Mengajar (PBM) di kelas
3. Menyusun pelaksanaan ekstra/UAS/UAN.
4. Menyusun jadwal evaluasi belajar, jadwal pembelajaran
dan pembagian tugas guru.
17. 17
5. Melengkapi buku-buku sumber pelajaran baik untuk
pegangan guru maupun untuk pegangan siswa.
6. Meningkatkan kegiatan supervisi kelas baik secara
kualitas maupun kuantitas.
b) Bidang Kesiswaa
Bidang Kesiswaan mempunyai tugas membantu
Kepala Sekolah dalam kegiatan – kegiatan sebagai berikut :
1. Menyusun program pembinaan kesiswaan / OSIS.
2. Melaksanakan bimbingan, pengarahan, dan
pengendalian kegiatan siswa / OSIS dalam rangka
penegakan disiplin dan tata tertib.
3. Membina dan mengadakan koordinasi keamanan,
kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan,
kerindangan dan kesehatan.
4. Memberikan pengarahan dalam pemilihan pengurus
OSIS.
5. Melakukan pembinaan pengurus OSIS dalam
keorganisasian.
6. Menyusun program jadwal dan pembinaan siswa
secara berkala dan isidental.
7. Melakukan pemilihan calon siswa, pemilihan siswa
penerima beasiswa.
8. Mengadakan pemilihan siswa untuk mewakili kegiatan
di luar sekolah.
18. 18
c) Bidang Humas
Bidang Humas mempunyai tugas membantu Kepala
Sekolah dalam kegiatan – kegiatan sebagai berikut :
1. Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah
dengan orang tua / wali siswa.
2. Membina hubungan yang harmonis antara sekolah
dengan komite sekolah.
3. Membina pengembangan hubungan antara sekolah
dengan lembaga sosial lainnya.
4. Membina pengembangan hubungan antara sekolah
dengan instansi pemerintah, baik instansi vertikal
maupun horisontal.
5. Membina pengembangan hubungan dalam rangka
menjalani kerjasama dengan alumni.
6. Membuat catatan tentang pengaduan, keluhan,
masukkan, kritik dan saran dari orang tua / wali siswa
dan masyarakat.
7. Menyusun program dan membuat laporan pelaksanaan
hubungan masyarakat secara berkala maupun insidentil
kepada kepala sekolah.
8. Mensosialisasikan visi, misi, tujuan dan program
sekolah kepada masyarakat atau kepala sekolah
d) Bidang Sarana dan Prasarana
19. 19
Bidang Sarana dan Prasarana mempunyai tugas
membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan – kegiatan
sebagai berikut :
1. Mendata sarana dan prasarana.
2. Memelihara dan mengawasi sarana dan prasarana
sekolah.
3. Merencanakan pengadaan dan perawatan sarana
prasarana.
4. Membuat dan mengisi buku yang diperlukan untuk
inventaris / perlengkapan.
5. Mengawasi dan mengecek sarana dan prasarana yang
mengalami kerusakan dan segera mengadakan
perbaikan / koordinasi sebagaimana mestinya.
6. Menyediakan / menyimpan alat-alat / bahan untuk
meengganti / memperbaiki saran dan prasarana yang
rusak / memerlukan perbaikan.
7. Membuat dan menyusun laporan keadaan sarana
prasarana sekolah setiap semester / tahunan kepada
Kepala Sekolah.
8. Tidak diperkenankan meminjamkan sarana dan
prasarana sekolah tanpa seijin dari Kepala Sekolah /
ketua Komite.
20. 20
e) Bidang Keuangan
Bidang keuangan SMA Negeri 1 Bontomarannu,
dalam perannya untuk meningkatkan kelanncaran
pengelolaan keuangan operasional sekolah sehingga
pendistribusiannya dapat memperlancar kegiatan
pendidikan di sekolah dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Pembenahan petugas pengelola keuangan, dan
2. Mengusahakan penambahan dan perbaikan sarana dan
prasarana sekolah.
f) Bidang Ketatausahaan
Bidang Ketatausahaan berfungsi meningkatkan
pelayanan terhadap stakcholder dan pendokumentasian
kegiatan pendidikan melalui peningkatan kegiatan
pengadministrasian meliputi langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Penyusunan program Tata Usaha sekolah,
2. Menyusun administrasi keuangan sekolah,
3. Pembinaan dan pengembangan karir Tata Usaha
sekolah,
4. Menyusun administrasi sekolah,
5. Penyajian data/statistik sekolah, dan
6. Menyususn laporan dan pelaksanaan kegiatan pengurus
ketata usahaan sekolah secara berkala.
21. 21
g) Wali Kelas
Wali kelas mempunyai tugas membantu Kepala
Sekolah dalam kegiatan – kegiatan sebagai berikut :
1. Pengelolaan kelas.
2. Penyelenggaraan administrasi kelas meliputi :
Denah temoat duduk siswa
Papan Absensi siswa
Daftar pelajaran Siswa
Daftar piket kelas
Buku absensi siswa
Buku kegiatan belajar mengajar
3. Pembuatan catatan khusus tentang siswa.
4. Pengisian buku laporan pendidikan (raport).
5. Pembagian buku pendidikan (raport).
6. Mengadakan pengawasan dan pembinaan siswa.
7. Melakukan pengawasan dan bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan 7K di kelas dan di lingkungannya.
8. Membuat laporan secara berkala tentang perkembangan
kelasnya (jurnal kelas dan daftar hadir siswa) kepada
Kepala Urusan Kurikulum / kesiswaan.
9. Melakukan kunjungan rumah atau mengadakan
pemanggilan orang tua / wali terhadap siswa yang
mengalami masalah.
22. 22
h) Bimbingan Konseling (BK)
Koordinator BK mempunyai tugas membantu
Kepala Sekolah dalam kegiatan – kegiatan sebagai berikut :
1. Menyusun program dan pelaksanaan BK.
2. Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tentang
kesulitan belajar.
3. Memberikan layanan bimbingan kepada siswa agar
lebih berprestasi dalam kegiatan belajar.
4. Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa
dalam memperoleh gambaran tentang lanjutan
pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sesuai.
5. Menyusun statistik hasil penilaian BK.
6. Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi.
7. Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut
BK.
8. Menyusun laporan pelaksanaan BK
2) Program Kerja Jangka Menengah dan Panjang
Prioritas progra kegiatan jangka menengah dan panjang SMA
Negeri 1 Bontomarannu pada tahun 2014/2014 dititik beratkan
pada peningkatan mutu, meliputi :
a. Menyusun strategi pelaksanaan pengembangan profesional
guru dan tata usaha melalui penataran, diklat, seminar
maupun pendidikan jalur strata,
23. 23
b. Melengkapi dokumen serta melaksanakan kurikulum 2013
secara lengkap dan menyeluruh,
c. Mengembangkan model pembelajaran dalam kelas,
d. Merencanakan dan melaksanakan Ujian Nasional (UN) dan
dapat mengatasi permasalahan yang timbul pada tahap
proses kelulusan,
e. Mengembangkan sistem evaluasi terhadap pelaksanaan
manajemen sekolah dan melakukan evaluasi diri,
f. Mengembangkan kultur sekolah yang kondusif dan
memotifasi belajar siswa serta mengembangkan hubungan
yang sinergis dengan orang tua siswa dan masyarakat
sekitar,
g. Pemberantasan program inovasi dan kreativitas siswa serta
program pemberantasan narkoba dan seks bebas,
h. Melengkapi dan menata ruangan sekolah, dan
i. Mengembangkan administrasi sekolah melalui
komputerisasi data.
b. Sitem Pengelolaan Keuangan Sekolah
Pengelolaan keuangan sekolah adalah keseluruhan kegiatan
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggung jawaban, dan pengawasan keuangan sekolah. Adapun azas
pengelolaan keuangan sekolah dapat diuraikan sebagai berikut :
Keuangan sekolah dikelola secara tertib taat pada aturan
perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan
24. 24
bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan kepatutan dan
manfaat untuk masyarakat. Yang dimaksud dengan secara tertib adalah
bahwa keuangan sekolah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna
yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Adapun yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan
keuangan di SMA Negeri 1 Bontomarannu adalah Tasim SE sebagai
kepala urusan keuangan, dengan proses pengelolaan keuangan adalah
sebagai berikut :
1. Perancangan Anggaran
Perancangan Anggaran dilakukan secara bermusyawarah
antara kepala sekolah, komite sekolah, dan pemangku
kepentingan sekolah lainnya, yang dilaksanakan dan
diperbaharui setiap triwulan tahun.
2. Sumber Dana Sekolah
Sumber dana SMA Negeri 1 Bontomarannu adalah dari
Bantuan Operasional Sekolah (Pusat/APBN) dan dari dana
Pendidikan Gratis (APBD).
3. Penggunaan Keuangan Sekolah
Penggunaan keuangan SMA Negeri 1 Bontomarannu
adalah untuk keperluan pengadaan dan pemeliharaan
opersional dan sarana dan prasarana penunjang proses belajar
mengajar serta intensif guru.
25. 25
4. Pengawasan dan Evaluasi Anggaran
Pengawasan dan evaluasi anggaran dititik beratkan kepada
kepala sekolah dan ketua komite SMA Negeri 1
Bontomarannu.
5. Pertanggung Jawaban
Pertanggung jawaban anggaran dan penggunaan keuangan
sekolah dilakukan setiap akhir semester didepan para guru.
c. Sistem Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di SMA Negeri 1 Bontomarannu
dilakukan secara in door (kelas) Melalui berbagai metode belajar yang
mengajak siswa untuk lebih aktif, partisipatif, dan belajar secara
menyenangkan. Aktivitas belajar in-door ini didukung oleh teknik
“mind mapping” untuk menulis, mencatat, dan meringkas, serta media
dan fasilitas belajar.
SMA Negeri 1 Bontomarannu menempatkan siswa sebagai
subyek utama dalam proses belajar mengajar. Siswa diajak menjadi
pembelajar yang mandiri, aktif, dan kooperatif yang mengetahui untuk
apa mereka belajar dan untuk apa ilmu pengetahuan dipelajari
(kemampuan reflektif). Sejatinya tidak ada murid atau peserta didik
yang bodoh. Justru fenomena yang mengemuka pada proses kegiatan
mengajar adalah kemampuan daya tangkap murid yang berbeda-beda
dalam menerima mata pelajaran dari guru. Kemampuan daya tangkap
murid, ada yang lemah, sedang dan kuat. Bagi murid yang memiliki
kemampuan daya tangkap lemah dan sedang menjadi tugas ekstra guru
26. 26
untuk melakukan pengayaan dan remedial pada mata pelajaran tertentu
lebih intens lagi. Pandangan tersebut yang menginspirasi SMA Negeri 1
Bontomarannu untuk menjalankan program SKTB (Sistem Kelas
Tuntas Berkelanjutan) yang dicanangkan oleh Bupati Kab. Gowa
Ichsan Yasin Limpo, SH., MH. Pada tahun 2011.
Dalam proses belajarnya, siswa diajak untuk mengamati,
bertanya, mencoba, menalar, mengolah, menganalisa, menyimpulkan,
mengapplikasikan dan menyajikannya dalam bentuk karya yang dapat
dipertanggungjawabkan secara logis dan estetis. Sekalipun penting,
penguasaan materi bukanlah menjadi tujuan dari proses pembelajaran,
melainkan sebagai media untuk mencapai tujuan. Siswa dibimbing
untuk membangun pengetahuan dan keterampilannya sebagai bentuk
tanggung jawabnya terhadap Pencipta, diri dan lingkungannya (alam
dan masyarakat).
Siswa yang belum tuntas akan dibekali dengan program
remedial, sementara siswa yang sudah tuntas akan memperoleh
program pengayaan. Di samping itu, sekolah ini juga mengadakan
program peminatan/penjurusan di kelas X semester I atau II melalui
kegiatan tes potensi akademik, minat dan bakat. Program jurusan yang
ada adalah program MIPA dan IPS. Sekolah inipun memfasilitasi
kebutuhan siswa-siswi kelas XII yang akan melanjutkan studinya ke
perguruan tinggi negeri dengan meningkatkan kuantitas dan intensitas
pembelajaran siswa yang dianggap mampu untuk bersaing . Singkatnya,
pendidikan di SMA kami menitikberatkan aspek proses belajar, tidak
27. 27
hanya pada aspek hasil akhir yang menuntut siswa untuk menguasai
(menghafal) materi pelajaran dan lulus ujian.
d. Partisipasi Masysrakat terhadap Sekolah (Komite)
Partisipasi masyarakat terhadap pendidikan adalah suatu bentuk
kerja sama yang erat antara perencana dan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan
pendidikan. Untuk menampung dan menyalurkan partisipassi
masyarakat dalam pendidikan maka perlu dibentuk suatu wadah yang
diberi nama Komite Sekolah.
Komite Sekolah merupakan badan mandiri yang mewadahi
peran serta masyarakat dalam meningkatkan mutu, pemerataan dan
efisiensi pengelolaan pendidikan si satuan pendidikan, baik pada
pendidikan pra-sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur
pendidikan luar sekolah.
Komite Sekolah SMA Negeri 1 Bontomarannu dibentuk
berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh kepala sekolah, guru-
guru bersama perwakilan tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh
penndidik, tokoh agama, pers, usahawan dan perwakilan dari
pemerintah, dan diperbaharui setiap empat tahun masa jabatan.
Adapun Ketua Komite SMA Negeri 1 Bontomarannu dari
beberapa periode adalah sebagai berikut :
1. Tajuddin Pawallang : 2003-2008 (SK:049/DPN-GB/SMAN1.
BTN/2004)
28. 28
2. Tajuddin Pawallang : 2008-2012 (107/DPN-GB/SMAN1.
BTN/2008)
3. Tajuddin Pawallang : 2012-2016 (196/DPN-GB/SMAN1.
BTN/2012)
Komite SMA Negeri 1 Bontomarannu telah menjalankan fungsi-
fungsi pokok sebagai komite sekolah seperti :
1. Advisor/pemberi pertimbangan, yaitu memberikan masukan
atau saran dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan
ekstrakurikuler serta dalam sarana dan prasarana sekolah.
2. Supporting/pendukung, yaitu berupa tindakan nyata dari
persatuan orangtua untuk memberikan dukungan terhadap
program-program sekolah. Dukungan ini berupa dana, tenaga,
keamanan, dan non dana seperti ide dan pemikiran.
3. Controlling/pengontrol, yaitu dengan melakukan pengawasan
sejauh mana pelaksanaan program, kurikulum, proses belajar
mengajar dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dilaksanakan di
sekolah.
4. Mediator, yakni komite sekolah berperan sebagai mediator
antara orang tua dengan guru. Semua kritik, saran dan
masukan yang diterima oleh komite sekolah disampaikan
kembali kepada pihak sekolah.
Dalam menjalankan tugasnya, komite SMA Negeri 1
Bontomarannu menyusun sebuah program kerja hasil musyawarah
bersama oleh para pemangku kepentingan di sekolah. Adapun
29. 29
persentase keterlaksanaan program komite sekolah adalah sekita 75%
hingga 100%”kata ketua komite SMA Negeri 1 Bontomarannu,
Tajuddin Pawallang.
Pada setiap periode kepengurusan, komite sekolah menyusun
laporan secara tertuis kepada sekolah terkait kegiatan sekolah serta
sudah seberapa terealisasinya semua program yang telah dijalankan.
Saat ini SMA Negeri 1 Bontomarannu telah menjalankan
Program Pendidikan Gratis dari Pemerintah Daerah (pemda) Kabupaten
Gowa, yang keberadaannya telah menurunkan kualitas keterlibatan
langsung dari komite sekolah. Tetapi komite sekolah masih tetap
menjalankan peran dan tugasnya walaupun sudah tidak terlalu aktif
dulu pada saat pertama pembangunan hingga adanya Perda Gowa
tentang Pendidikan Gratis.
A.2. Deskripsi Hasil Pengamatan untuk Membangun Kompetensi Dasar
Pedagogik , Kepribadian, Sosial dan Profesional
Untuk dapat menjalankan tugasnya sebagai pendidik, seorang
seharusnya memiliki empat kompetensi guru seperti yang tercantum pada
permendiknas RI nomor 16 tahun 2007. Didalamnya termaktub standar
kompetensi yang seyogyanya dimiliki oleh setiap guru, baik guru
TK/PAUD/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, maupun guru SMK/MAK.
Kompetensi tersebut adlah kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Keempat
kompetensi tersebut merupakan seperangkat kecerdasan yang dapat
dimanfaatkan guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik.
30. 30
a. Kompetensi Dasar Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran peserta didiknya. Kompetensi seorang
guru dalam mengelola pembelajaran sangatlah penting, karena
ditangan merekalah murid atau peserta didik mendapatkan transfer
ilmu pengetahuan dan keterampilan, sebagai bekal kehidupannya
pada masa yang akan datang. Tentu saja dalam melakukan
pembelajaran, sebaiknya hubungan guru dengan murid dapat
berjalan dengan baik serta menggunajan beberapa metode/stretegi
pembelajaran yang efektif. Kompetensi paedagogik meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi dan hasil belajar dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Secara lebih rinci, Marsigit (2008) menjelaskan bahwa kompetensi
paedagogik guru meliputi:
1) Penguasaan karakteristik peserta didik dan aspek fisik, moral,
spiritual, social, kultural, emosional dan intelektual;
2) Penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik;
3) Pengembangan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
yang diampu;
4) Menyelenggarakan pembelejaran yang mendidik;
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran;
31. 31
6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktulisasikan berbagai potensi yang dimiliki;
7) Berkomunikasi secara efektif, empiric dan santun kepada
peserta didik;
8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi, proses dan hasil
belajar;
9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran;
10) Melakukan tindakan reflektif untuk kepentingan kualitas
pembelajaran.
Berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap guru dalam
melaksana-kan pembelajaran di SMA Negeri 1 Bontomarannu,
hasilnya menunjukkan bahwa guru telah memahami dan
menguasai keempat kompetensi seperti yang telah disebutkan di
atas. Misalnya pada kompetensi pedadogik, guru telah memahami
dan menghayati peran pedagogiknya. Guru telah bijaksana ketika
menyampaikan materi pelajaran, sesuai dengan tingkat
perkembangan jiwa siswa yang dididik. Kompetensi pedagogik ini
merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan usia
dini,sekolah dasar dan bahkan sekolah menengah. Karena pada
level pendidikan dasar dan menengah, seorang anak sangat
membutuhkan bimbingan, contoh, keteladanan dan perhatian dari
pendidiknya baik orang tua di rumah maupun guru di sekolah.
32. 32
b. Kompetensi Dasar Kepribadian
Dalam standar pendidikan nasioanal Indonesia, setiap guru
atau dosen harus memiliki kompetensi kepribadian yang baik,
karena merekalah yang membimbing generasi muda bangsa dalam
mengasah pengetahuan dan keterampilannya untuk kemudian dapat
terjun ke masyarakat. Yang dimaksud dengan kompetensi
kepribadian adalah kemempuan kepribadian yang mantap, stabil,
arif, dewasa, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didiknya, serta berakhlak mulia. Guru dan dosen memang harus
memberikan contoh yang baik dan sesuai dengan kepribadian
bangsa karena ada pepatah mengatakan “Guru kencing berdiri,
murid kencing berlari”. Kalau kepribadian guru kurang baik,
bagaimana dengan anak didiknya?
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap siswa,
berkenaan dengan hal-hal yang menyenangkan dari seorang guru
adalah diantaranya, guru tersebut ramah, murah senyum, tidak
cepat marah, bijaksana, perhatian, adil terhadap semua siswa, baik
sikapnya dan tidak pilih kasih.seorang anak didik atau siswa yang
pada kesan pertama sudah nyaman bersama gurunya, biasanya
relatif senang belajar dan mudah mengikuti pelajaran berikutnya.
Melalui kompetensi personal atau kepribadiannya, seorang guru
dapat berkontribusi bagi peningkatan mutu pendidikan dan
pembelajaran dengan menciptakan suasana pembelajaran yang
33. 33
menyenangkan, saling menghargai santun dan nyaman. Terlebih
jika dilandasi aspek spiritualistas berupa ketulusan dan keikhlasan.
c. Kompetensi Dasar Sosial
Yang dimaksud dengan kompetensi sosial bagi seorang guru
adalah kemempuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali siswa, dan
masyarakat sekitar.
Ada lima kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh seorang
guru, yaitu : (a) Berkomunikasi lisa, tulisan, dan/atau isyarat, (b)
Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, (c)
Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik
(d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan (e)
Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat
kebersamaan.
Sebagai seorang makhluk sosial, tentu saja guru tidak pernah
terlepas dari kehidupan sosial yang ada di masyarakat dan lingkungan
sekitar. Kompetensi sosial tersebut dangat berguna untuk bertanggung
jawab, berdisiplin, berwibawa dan mandiri.
Berdasarkan pengamatan terhadap guru di SMA Negeri 1
Bontomarannu, hasilnya Guru tersebut telah mantap dan lebih
sabar dalam menghadapi kondisi kelasnya dengan sangat kondusif,
aktif dan kreatif, walaupun maksimal. Dengan adanya kompetensi
34. 34
sosial ini yang dimiliki oleh guru maka dengan mudah melakukan
interaksi dan komunikasi yang timbal balik antar guru dan
siswanya.
d. Kompetensi Dasar Profesional
Bagi seorang guru atau dosen, kompetensi profesional
mengacu pada kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam. Ruang lingkup kompetensi profesional bagi
seorang guru meliputi penerapan landasan kependidikan yang baik,
baik secara filosofis, psikologis dan lain-lainnya. Disamping hal
tersebut, berkaitan dengan perkembangan teknologi, para guru juga
diharapkan mampu menguasainya. Penguasaan terhadap TIK
terutama komputer dan internet diharapkan mampu digunakan
sebagai sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran.
Dengan proses pembelajaran yang ditunjang oleh kemajuan TIK
maka diharapkan siswa dapat lebih mengerti dan memahami
bidang studi yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil pengamatan kami terhadap guru, kami
belum melihat guru telah menguasai dan menguasai kompetensi
ini. Terutama pada penguasaan terhadap teknologi dan informasi.
Padahal dengan kemampuan profesional, seorang guru akan
mampu membangun susana pembelajaran yang menyenangkan
bagi murid-muridnya sekaligus memberdayakan potensi dan
talentanya. Melalui kemampuan profesional pula seorang guru
akan mampu menyusun bahan ajar, memilih metode pembelajran
35. 35
yang sesuai dan mengendalikan suasana kelas yang nyaman serta
menyenangkan.
A.3. Deskripsi Hasil Pengamatan untuk Memperkuat Pemahaman Peserta
Didik
Setiap peserta didik memiliki karakter dan gaya belajar yang berbeda-
beda. Sebagian dari peserta didik memiliki otak yang mampu menyerap
banyak informasi sekaligus, namun ada juga yang hanya mampu menyerap
dan memproses info sedikit demi sedikit. Ada yang mampu menyimpan
dan mengeluarkan kembali informasi dalam otak dengan cepat sementara ada
yang melakukan hal tersebut dengan lambat. Disadari atau tidak, banyak
peserta didik yang merasa “terluka” secara emosional . merasa gagal,
dan tidak berarti ketika harus menghadapi kenyataan bahwa mereka tidak
bisa memenuhi harapan orang- orang yang ada disekelilingnya. Atau bahkan
tidak mampu memenuhi harapan dan tuntutan orang tua terutama dibidang
akademis. Dalam hal ini, guru sebagai fasilitator harus dapat memahami
karakter dan gaya belajar peserta didik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru Pembimbing di SMA Negeri 1
Bontomarannu, bahwa banyak cara untuk memperkuat pemahaman peserta
didik yang diterapkan pada saat proses belajar mengajar, seperti yang dijelaskan
di bawah ini :
1. Pendekatan Tanya Jawab
Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa,
tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Guru selalu melakukan
metode ini ketika akan memulai pembelajaran dengan memberikan
36. 36
pertanyaan-pertanyaan tentang materi aynag akan diajarkan, lalu
membiarkan peserta didik untuk mencari sendiri solusi/jawaban
dari pertanyaan tersebut. Metode ini dapat menarik dan
memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika itu siswa sedang
ribut, yang mengantuk kembali tegar dan hilang kantuknya;
merangsang siswa untuk melatih dan mengebangkan daya piker,
termasuk daya ingatan serta mengembangkan keberanian dan
keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
2. Hubungkan apa yang siswa pelajari dengan kehidupan sehari-hari
Pada beberapa mata pelajaran, cara ini jelas lebih mudah
dilakukan dari yang lain. Siswa perlu mengetahui “mengapa”
mereka belajar sesuatu. Dengan menghubungkan apa yang
dipelajari dengan kehidupan nyata akan membuat pembelajaran
akan lebih bermakna. Siswa akan lebih tertarik dan akan
menyimpan apa yang dipelajarinya dalam jangka waktu yang lama.
A.4. Deskripsi Hasil Pengamatan Langsung Proses Pembelajaran di Kelas
Guru yang diammati : Dra. Siti Kalsum
Kelas : X MIPA 1
Jumlah Siswa : X MIPA 1 = 40 Orang
Waktu : Kamis dan Sabtu
a) Poses Belajar Mengajar (PBM)
Berdasarkan pengamatan langsung Proses Belajar Mengajar (PBM)
yang dilakukan oleh guru di dalam kelas dalam lima kali pengamatan,
hasilnya adalah sebagai berikut :
37. 37
1. Pertemuan I ( Kamis, 07 Agustus 2014)
Pendahuluan
Mempersiapkan kelas dalam pembelajaran (absensi,
kebersihan kelas, dan lain-lain)
Memberi motivasi kepada peserta didik guna dalam proses
belajar mengajar selama 1 semester berjalan dengan lancar
dan baik.
Kegiatan Inti
Karena pertemuan pertama guru dengan peserta didik, guru
hanya memperkenalkan diri dan menjelaskan sistem penilaian
yang akan dilakukan selama satu semester.
Guru menjelaskan poin-poin materi yang akan diajarkan
dalam satu semester kedepan,
Menyuruh peserta didik untuk mencari informasi yang luas
dan dalam, tentang topik/tema materi yang akan dipelajari
selama satu semester dari berbagai sumber pembelajaran.
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, yang dilakukan guru adalah :
Guru memberikan tugas kepada siswa terkait materi yang
akan dipelajari pada pertemuan berikutnya,
Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
38. 38
2. Pertemuan II (Sabtu, 09 Agustus 2014)
Pendahuluan
Mempersiapkan kelas dalam pembelajaran (absensi,
kebersihan kelas, dan lain-lain),
Melakukan penjajakan kesiapan belajar siswa dengan
memberikan pertanyaan/masalah tentang materi yang akan
diajarkan,
Menginformasikan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai.
Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, yang dilakukan guru adalah adalah:
Terlebih dahulu, guru menjelaskan tentang materi yang
diajarkan dalam pertemuan ini,
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran baik dengan bertanya maupun dengan
menjawab tugas yang diberikan oleh guru,
Menjelaskan penjelasan konsep secara umum tentang
materi/topik yang diajarkan.
Guru memberikan tugas individu kepada peserta didik untuk
lebih memperdalam materi yang telah diajarkan,
Membantu peserta didik dalam menyelesaikan tugas yang
telah diberikan,
39. 39
Peserta didik tampil di depan kelas untuk menyajikan hasil
kerjanya di papan tulis lalu menjelaskannya kepada teman-
teman kelasnya yang lain.
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, yang dilakukan guru adalah :
Guru memberikan tugas/pekerjaan rumah kepada peserta
didik untuk lebih memperdalam materi yang telah diajarkan.
3. Pertemuan III (Kamis, 14 Agustus 2014)
Pendahuluan
Mempersiapkan kelas dalam pembelajaran (absensi, kebersihan
kelas, dan lain-lain)
Apersepsi
Pemeriksaan tugas yang telah diberikan pada pertemuan
sebelumnya,
Melakukan penjajakan kesiapan belajar siswa dengan
memberikan pertanyaan/masalah tentang materi yang
diajarkan pada pertemuan sebelumnya, lalu mengaitkannya
dengan materi yang akan diajarkan pada pertemuan ini,
Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, yang dilakukan guru adalah adalah:
Guru menjelaskan tentang materi yang diajarkan dalam
pertemuan ini, yang belum dijelaskan pada pertemuan
sebelumnya,
40. 40
Guru memberi kesempatan kepada muri untuk bertanya jika
ada penjelasan yanng belum dipahami dengan baik,
Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok,
Masing-masing kelompok diberi tugas terkait dengan materi
yang telah diajarkan,
Peserta didik tampil di depan kelas untuk mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya.
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, yang dilakukan guru adalah :
Menyampaikan materi baru yang akan diajarkan pada
pertemuan berikutnya.
4. Pertemuan IV (Sabtu, 16 Agustus 2014)
Pendahuluan
Mempersiapkan kelas dalam pembelajaran (absensi,
kebersihan kelas, dan lain-lain),
Melakukan penjajakan kesiapan belajar siswa dengan
memberikan pertanyaan/masalah tentang materi yang
diajarkan,
Menginformasikan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, yang dilakukan guru adalah adalah:
Guru menjelaskan materi sampai jam pembelajaran selesai.
41. 41
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, yang dilakukan guru adalah :
Guru selesai menjelaskan dan menyampaikan kepada peserta
didik untuk terus mengingat pelajaran yang telah diberikan.
5. Pertemuan V (Kamis, 21 Agustus 2014)
Pendahuluan
Guru mempersiapkan kelas dalam pembelajaran (absensi,
kebersihan kelas, dan lain-lain)
Apersepsi
Melakukan penjajakan kesiapan belajar siswa dengan
memberikan pertanyaan/masalah tentang materi yang
diajarkan pada pertemuan sebelumnya, lalu mengaitkan
dengan pengetahuan materi yang akan diajarkan,
Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, yang dilakukan guru adalah adalah :
Guru menjelaskan tentang materi yang diajarkan dalam
pertemuan ini, yang belum disampaikan pada pertemuan
sebelumnya,
Guru memberi kesempatan kepada muri untuk bertanya jika
ada penjelasan yanng belum dipahami dengan baik,
Peserta didik diberi tugas terkait dengan materi yang telah
diajarkan,
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, yang dilakukan guru adalah :
42. 42
Tugas yang belum selesai dijadikan pekerjaan rumah,
Menyampaikan pion-poin materi yang akan diajarkan pada
pertemuan berikutnya.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara mengenai proses
pembelajaran, hasilnya adalah guru mengawali mengawali materi
pelajaran dengan memberikan sebuah masalah/soal baik itu tentang
materi yang telah diajarkan maupun materi yang akan diajarkan. Hal itu
dilakukan untuk memancing siswa berpikir lebih aktif dan
mengeluarkan sebuah ide baru. Kemudian setelah itu, guru menjelaskan
materi dengan metode ceramah yang diselingi proses tanya jawab
kepada siswa yang berkaitan pada materi sehingga menghasilkan
interaksi multiarah antara guru dengan siswa maupun antara siswa
dengann siswa. Proses tanya jawab ini memancing siswa untuk
mengajukan pertanyaan. Hal ini membuat siswa sebagian besar aktif
terutama siswa perempuan yang cenderung lebih aktif dibanding siswa
laki-laki.
Setelah guru menjelaskan dan semua siswa telah paham secara
keseluruhan, guru lalu memberi tugas kepada siswa untuk lebih
memperdalam konsep tentang materi yang telah diajarkan, dan jika
masih ada siswa yang belum dapat memahami dan menyelesaikan tugas
yang diberikan, guru terus mengajarnya hingga paham. Seharusnya
dalam proses pembelajaran guru menggunakan Lembar Kerja Siswa
(LKS), namun guru terkait belum menggunakan LKS karena belum
dibuat.
43. 43
Berdasarkan pengamatan, proses pengeloaan siswa yang
dilakukan oleh guru bervariasi, kadang berkelompok, berpasangan
dengan teman sebangku, maupun individu, sesuai dengan materi
pelajarang dan tingkat kesulitannya. Hal ini dapat memancing para
siswa untuk lebih aktif lagi.
Pada akhir pelajaran, guru meminta siswa untuk melakukan
refleksi setelah mempelajari suatu materi/konsep yang telah diberikan.
Dan hasilnya akan dijadikan pedoman dalam pembelajaran selanjutnya.
b) Penilaian
Berdasarkan hasil wawancara, penilaian dilakukan dengan
melihat berbagai instrumen seperti tes tetulis (MID dan UAS), penilan
kineraj/keaktifan dari siswa, hasil kerja siswa (tugas/PR) dan penilaian
diri/sikap. Guru menggunakan penilaian proses dan hasil, serta
memanfaatkannya untuk kegiatan tindak lanjut. Guru juga
menggunakan penilaian proses dan hasil untuk memantau kemajuan
belajar siswa, seberapa besar pemahaman siswa terhadap materi.
Menurut hasil wawancara selain tugas dan keaktifan siswa
dikelas, guru juga memantau kemajuan belajar siswa dengan
mengadakan ulangan harian setiap selesai pembelajaran terhadap 1
materi/bab. Dari ulangan harian inilah, guru dapat melihat
perkembangan pengetahuan siswa terhadap materi tersebut, dan
seberapa persen keberhasilan guru dalam mendidik siswa. Siswa yang
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (75 untuk mata pelajaran
Matematika) maka guru mengadakan remedial.
44. 44
A.5. Refleksi Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran
a. Proses Pembelajaran
Pendidikan merupakan proses yang sistematik, setiap komponen
berada di dalamnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkandan
saling berkaitan (interdenpensi). Tetapi inti dari proses pendidikan
adalah bagaimana terjadinya proses pembelajaran yang efektif, baik di
dalam kelas maupun di luar kelas. Terciptanya susana yang
menyenangkan dan memberdayakan peserta didik adalah merupakan
hal yang sangat mendasar. Ketika siswa senang dan nyaman belajar
serta tergali seluruh potensinya, maka pribadinya akan teraktualisasikan
dengan optimal. Masalahnya adalah, bagaimana menciptakan susana
pembelajaran yang menyenangkan dan mampu menggali potensi serta
memberdayakannya.
Hal yang paling mendasar yang harus ada dalam proses
pembelajaran adalah pesertadidik atau siswa, guru atau pendidik, bahan
pelajaran, media pembelajaran dan lain-lain. Kehadiran seorang gurulah
yang paling mendasar dalam menciptakan suasana menciptakan
suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
(PAKEM).
Peran seorang guru saat ini tidaklah sekedar menyampaikan ilmu,
tetapi lebih pada membangun kesadaran peserta didik akan pentingnya
mengembangkan potensi diri melalui pengembangan ilmu pengetahuan.
Peran lain seorang guru yang harus lebih dikedepankan saat ini adalah
sebagai fasilitator, mediator, motivator, eksplorator dan trsansformator.
45. 45
Seharusnya sosok seorang guru harus menguasai empat
kompetensi dasar guru yang meliputi 1) pengenalan peserta didik secara
utuh dan mendalam, 2) penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu
maupun bahan ajar dalam kurikulum sekolah 3) penyelenggaraan
pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta
tindak lanjut untuk perbaikan dan pengayaan, dan 4) pengembangan
kepribadian dan profesionalitas secara berkelanjutan. Guru yang
memiliki kompetensi seperti yang disebutkan diatas, akan dapat
melaksanakan tugasnya secara profesional.
Menciptakan susana menyenangkan sekaligus memberdayakan
potensi siswa adalah sesuatu yang harus terjaddidalam membangun
pendidikan yang bermutu. Karena mutu pendidikan akan sangat
ditentukan pada tataran yang lebih kesil di lingkungan sekolah yaitu
proses pembelajran. Dan untuk membangun proses pembelajaran yang
bermutu, maka peran dan fungsi seorang guru tidak mungkin diabaikan.
b. Partisipasi Masyarakat terhadap Pendidikan (Komite)
Partisipasi masyarakat merupakan bentuk keterlibatan dan
keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena alasan
dari dalam dirinya (intrinsik) maupun dari luar dirinya (ekstrinsik)
dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan. Bentuk
partisipasi tersebut dapat berupa kontribusi material maupun
nonmaterial, keikutsertaan secara aktif maupun pasif. Partisipasi
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan
46. 46
pendidikan perlu ditampung dan disalurkan melalui sebuah badan
mandiri yang disebut Komite Sekolah. Peran yang dijalankan Komite
Sekolah harus bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat dalam
meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di sekolah.
Penghambat timbulnya partisipasi masyarakat terhadap
peningkatan kualitas pendidikan di sekolah adalah terjadinya jurang
pemisah antara pihak sekolah dengan orang tua murid atau masyarakat.
Hendaknya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
pihak sekolah dengan masyarakat yang melakukan aktivitas bersama
dalam mewujudkan perbaikan kualitas pendidikan.
Akhir-akhir ini pendidikan nasional menunjukkan banyaknya
terjadi problematika yang harus diselesaikan, dan hal tersebut sangat
memerlukan partisipasi masyarakat dalam upaya penyelesaian masalah-
masalah tersebut. Hal ini terbukti dalam hasil pengamatan di SMA
Negeri 1 Bontomarannu bahwa partisipasi masyarakat dapat
meningkatkan kualitas pendidikan, baik itu dari hal-hal yang bersifat
kebijakan dan program hingga yang bersifat fisik seperti bangunan, alat
peraga, dan semua bahan penunjang pendidikan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disarankan kepada
masyarakat Kecamatan Bontomarannu pada umumnya, terkhusus
masyarakat kelurahan Romanglompoa agar berpartisipasinya dalam
penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 1 Bontomarannu perlu
ditingkatkan lagi, walaupun telah diberlakukannya program pendidikan
gratis oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Gowa. Karena
47. 47
partisipasi masyarakat sangat berperan penting dalam meningkatkan
kualitas pendidikan. Dan kepada Komite Sekolah hendaknya lebih
menampung aspirasi masyarakat dan menyalurkannya untuk
peningkatan kualitas pendidikan di SMA Negeri 1 Bontomarannu.
Selain itu, Komite Sekolah seharusnya memberikan motivasi dan
penghargaan kepada tenaga pendidik atau kepada seseorang yang
berjasa pada sekoah secara profesional sesuai dengan kaidah
profesional guru atau tenaga administrasi sekolah.
48. 48
B. PEMBAHASAN
I. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
1. Sejarah MBS
Secara teoritis, MBS merupakan sistem pengelolaan persekolahan
yang memberikan kewenangan dan kekuasaan kepada institusi sekolah
untuk mengatur kehidupan sekolah sesuai dengan potensi, tuntutan, dan
kebutuhan sekolah yang bersangkutan. Dalam MBS, sekolah
merupakan institusi yang memiliki “full authority and responsibility”
untuk secara mandiri menetapkan program-program pendidikan
(kurikulum) dan berbagai kebijakan lokal sekolah sesuai dengan visi,
misi, dan tujuan pendidikan yang hendak dicapai oleh sekolah
(Mohrman and Wohlsettter, 1994; Calwell and Spinks, 1988).
Berdasarkan visi, misi, dan tujuan pendidikan tersebut, sekolah
menetapkan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan
dengan memanfaatkan berbagai potensi yang tersedia dan dapat digali
di sekolah dan masyarakat sekitar sekolah. Dalam sistem MBS, semua
kebijakan diprogram sekolah ditetapkan oleh suatu dewan sekolah yang
disebut “Scholl Board atau School Council”. Badan ini merupakan
lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari para anggota
yang terdiri dari pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, guru-guru,
perwakilan orang tua siswa, tokoh masyarakat, dan pejabat daerah
dimana sekolah itu berada. Dewan sekolah inilah yang menetapkan
segala kebijakan sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang
pendidikan yang berlaku di negara bagian atau daerah dimana sekolah
49. 49
itu berada. Selanjutnya, dewan sekolah ini merumuskan dan
menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan berbagai
impliksainya terhadap program-program kegiatan operasional untuk
mencapai tujuan sekolah.
Secara praktis, pelaksanaan MBS di negara-negara maju bervariasi
dari satu sekolah dengan sekolah lainnya. Hal ini tergantung dari
kebijakan negara dalam pengelolaan sistem pendidikan yang diterapkan
di negara masing-masing. Di Quesland, Australia, misalnya, MBS
dikembangkan dengan mempadukan kebijakan pendidikan negara
bagian dengan aspirasi dan partisipasi masyarakat setempat. Upaya
mempadukan kedua unsur tersebut dihimpun dan dibicarakan secara
terbuka melalui wahana yang disebut “School Council” dan “Parent and
Community Association”. Dengan konsep-konsep yang dicobakan ini
harapan akhir yang selama ini selalu menjadi pembicaran banyak orang,
bahwa pendidikan kita pada masa yang akan datang akan setara dengan
pendidikan yang diselenggarakan oleh negara lain, dan memberikan
sumbangan yang berarti bagi peningkatan kehidupan kebangsaan
Indonesia.
2. SBM (School Based Management) for High Performance School
Manajemen mengandung arti optimalisasi sumber-sumber daya
atau pengelolaan dan pengendalian. Persoalannya adalah pengelolaan
dan pengendalian seperti apa yang kini dibutuhkan oleh sekolah ?
Beberapa alasan pokok yang menuntut terjadinya perubahan kebijakan
dalam pengelolaan sekolah, antara lain ; tuntutan kebutuhan masyarakat
50. 50
terhadap hasil pendidikan yang disebabkan adanya perubahan
perkembangan kebijakan sosial politik, ekonomi, dan budaya.
Semakin tingginya kehidupan sosial masyarakat sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah semakin
meningkatkan tuntutan kebutuhan kehidupan sosial masyarakat. Pada
akhirnya tuntutan tersebut bermuara kepada pndidikan, karena
masyarakat meyakini bahwa pendidikan mampu menjawab dan
mengantisipasi berbagai tantangan tersebut. Pendidikan merupakan
salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah sebagai institusi
tempat masyarakat berharap tentang kehidupan yang lebih baik di masa
yang akan datang. Pendidikan perlu perubahan yang dapat dilakukan
melalui perubahan dan peningkatan dalam pengelolaan atau manajemen
pendidikan di sekolah.
Perubahan suasana politik di Indonesia yang muncul dari adanya
krisis ekonomi kemudian berkembang menjadi krisis sosial politik
berimplikasi kepada perubahan dalam berbagai bidang antara lain
bidang pendidikan. Isu sentralisasi menjadi desentralisasi yang
sebelumnya telah dimunculkan sebagai upaya pemberdayaan daerah
telah terjadi. Terdorong oleh suasana perubahan politik kenegaraan,
semakin diyakini bahwa salah satu upaya penting yang harus dilakukan
dalam peningkatan kualitas pendidikan, adalah dengan pemberdayaan
sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), yang intinya
memberikan kewenangan dan pendelegasian kewenangan (delegation of
51. 51
authority) kepada sekolah untuk melakukan perbaikan dan peningkatan
kualitas secara berkelanjutan (quality continuous improvement).
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai terjemahan dari
School Based Management , adalah suatu pendekatan politik yang
bertujuan untuk me-redisain pengelolaan sekolah dengan memberikan
kekuasaan kepada kepala sekolah dan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam upaya perbaikan kinerja sekolah yang mencakup
guru, siswa, kepala sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat.
Manajemen Berbasis Sekolah merubah sistem pengambilan keputusan
dengan memindahkan otoritas dalam pengambilan keputusan dan
manajemen ke setiap yang berkepntingan di tingkat lokal (local
staholders ). (Chapman, J, 1990). Dengan mengalihkan wewenang
dalam keputusan dari pemerintah tingkat Pusat ke tingkat Sekolah,
diharapkan sekolah akan lebih mandiri dan mampu menentukan arah
pengembangan yang sesuai dengan kondisi dan tuntutan lingkungan
masyarakatnya. Pada pelaksanannya disadari bahwa
mengimplementasikan pemberian kewenangan kepala sekolah melalui
pendekatan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memerlukan proses
dan waktu.
Persoalannya adalah untuk Local Stakeholders yang menggunakan
kekuasaan untuk memperbaiki pendidikan di sekolah, disain organisasi
harus berubah dan pengembangan program yang relevan dengan
kebutuhan masyarakat. Berbagai cara untuk mengimplementasikan
konsep ini diperlukan persyaratan-persyaratan yang mendukung ke arah
52. 52
perubahan yang fundamental, dimana sekolah mempunyai ruang gerak
yang lebih leluasa. Dengan demikian sekolah secara kreatif dan
bertanggung jawab dapat melakukan kegiatan untuk mengelola
program-programnya secara efektif dan efisien (Improving School
Efficiency ). Model MBS telah dicoba di Amerika, berasal dari karya
Edward E. Lawler dan kawan-kawan (dalam Susan Albert Mohrman,
dkk) ternyata telah membawa dampak terhadap peningkatan kualitas
belajar mengajar. Hal tersebut disebabkan oleh adanya mekanisme yang
lebih efektif, yaitu pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan
cepat, sekaligus memberikan dorongan semangat kinerja baru sebagai
motivasi berprestasi kepada kepala sekolah dalam melakukan tugasnya
sebagai manajer sekolah. Dalam banyak kasus disebutkan bahwa
Manajemen Berbasis Sekolah telah membawa dampak positif seperti
yang dialami oleh sekolah-sekolah di beberapa negara antara lain di
Selandia Baru, dan Chile. Bagi sekolah-sekolah di Indonesia, ide dan
pemahaman tentang MBS pada saat ini, merupakan momen yang tepat,
pada saat munculnya perubahan politik pemerintah.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memahami konsep
MBS:
1. Pengkajian konsep MBS terutama yang menyangkut kekuatan
desentralisasi , kekuasaan atau kewenangan di tingkat sekolah.
Dalam sistem keputusan, hal ini dikaitkan dengan program dan
kemampuannya dalam meningkatkan kinerja sekolah.
53. 53
2. Penelitian tentang program MBS berkenaan dengan
desentralisasi kekuasaan dan program peningkatan partisipasi
Local Stakeholders . Pendelegasian otoritas pengambilan
keputusan dalam kaitannya dengan pemberdayaan sekolah, perlu
dihubungkan dengan efektivitas program.
3. Strategi MBS harus lebih menekankan kepada elemen
manajemen partisipatif. Pengalaman dalam implementasi strategi
MBS yang menekankan pada kekuasaan daripada kemampuan
profesional (pengetahuan dan keahlian) menyebabkan kegagalan
dalam menerapkan konsep MBS. Menurut Mohrman (1992),
menyebutkan bahwa aspek kemampuan, informasi, dan imbalan
yang memadai merupakan elemenelemen yang sangat
menentukan efektivitas program MBS dalam meningkatkan
kinerja sekolah.
Berdasarkan pelaksanaan MBS di negara maju, maka secara
konseptual dan praktis, indikator keberhasilan MBS didukung oleh
karakteristik-karakteristik dasar sebagai berikut :
1. Pemberian otonomi yang luas kepada sekolah.
Dalam MBS, sekolah sebagai institusi pendidikan anak
diberi kewenangan dan kekuasaan yang luas unuk
mengembangkan program-program kurikulum dan pembelajaran
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa serta tuntutan
masyarakat setempat. Untuk mendukung keberhasilan program-
program ini, sekolah memiliki kekuasaan dan kewenangan
54. 54
mengelola dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang
tersedia di masyarakat dan lingkungan sekitar sekolah. Selain itu,
sekolah juga diberikan kewenangan untuk menggali dan
mengelola sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan
sekolah. Dengan adanya otonomi yang luas ini, sekolah dapat
meningkatkan kinerja staf dengan menawarkan partisipasi aktif
mereka dalam pengambilan keputusan bersama daan
bertangungjawab bersama dalam pelaksanaan keputusan yang
diambil sesuai dengan posisi masing-masing (Patterson, 1993).
2. Partisipasi masyarakat dan orang tua siswa yang tinggi.
Dalam MBS, pelaksanaan program-program sekolah
didukung oleh adanya partisipasi masyarakat dan orang tua siswa
yang tinggi. Orang tua siswa dan masyarakat tidak hanya
mendukung sekolah melalui bantuan keuangan, tetapi bersama
atau melalui “school council” merumuskan dan mengembangkan
program-program yang dapat meningkatkan kualitas sekolah
secara umum. Masyarakat dan orang tua menyediakan diri untuk
membantu sekolah sebagai nara sumber atau organisator kegiatan
sekolah yang dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan
prestise sekolah secara keseluruhan. Orang tua dan masyarakat
juga secara aktif terlibat dalam proses kontrol kualitas hasil
belajar siswa dan pengelolaan sekolah secara umum.
3. Kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional.
55. 55
Dalam MBS, pelaksanaan program-program sekolah
didukung oleh adanya kepemimpinan sekolah yang demokratis
dan profesional. Kepala Sekolah dan guru-guru sebagai tenaga
pelaksana inti program sekolah adalah orang-orang yang
memiliki kemampuan dan integrits profesional. Kepala Sekolah
adalah manajer pendidikan profesional yang direkrut dewan
sekolah untuk mengelola segala kegiatan sekolah berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan dewan sekolah. Guru-guru yang
direkrut oleh sekolah adalah guru-guru profesional dalam
bidangnya masing-masing, sehingga mereka bekerja berdasarkan
pola kinerja profesional yang disepakati bersama untuk
mendukung keberhasilan pembelajaran siswa. Dalam proses
“bottom-up” secara demokratis, sehingga semua pihak memiliki
tanggungjawab terhadap keputusan yang diambil dan proses
pelaksanaan keputusan tersebut.
4. Adanya “team-work” yang tinggi dan profesional.
Dalam MBS, keberhasilan program-program sekolah
didukung oleh adanya kinerja “team-work” yang tinggi dan
profesional dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan di
sekolah. Dalam dewan sekolah, misalnya pihak-pihak yang
terlibat berkerja sama secara harmonis sesuai dengan posisinya
masing-masing untuk mewujudkan suaatu “sekolah yang dapat
dibanggakan” oleh semua pihak yang terlibat. Mereka tidak
saling menunjukan kuasa atau paling bejasa, tetapi masing-
56. 56
masing berkontribusi terhadap upaya peningkatan mutu kinerja
sekolah secara keseluruhan. Pada pelaksanaan program sekolah,
misalnya, pihak-pihak yang terlibat dalam program sekolah
bekerjasama secara profesional untuk mencapai tujuan-tujuan
atau target dari adanya “team-work” yang tinggi dan profesional
dari berbagai pihak yang terlibat dalam proses pendidikan anak.
57. 57
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
SMA Negeri 1 Bontomarannu terletak di jalan Poros Malino,
Kelurahan Romanglompoa, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa.
Adapun visi sekolah adalah “Teladan dalam perilaku, cerdas dalam IPTEK,
unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan takwa”. SMA Negeri 1
Bontomarannu memiliki Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) dan Rencana
Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) yang kerangkanya tersusun secara
sistematis olehn kepala sekolah beserta pemangku kepentingan sekolah sesuai
dengan filosofi, arah, dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum
dalam UUD 1945 (yang diamandemen) dan dalam UUSPN NO. 20 TAHUN
2003, PP Nomor 19 Tahun 2005 dan peraturan perundangan lainnya yang
relevan.
Komite Sekolah SMA Negeri 1 Bontomarannu dibentuk berdasarkan
musyawarah yang demokratis oleh kepala sekolah dan pemangku kepentingan
sekolah lainnya. Komite sekolah ini masih aktif tetapi tidak seaktif pada saat
awal pembentukan. Hal ini dikarenakan SMA Negeri 1 Bontomarannu telah
menjalankan program pendidikan gratis dari pemerintah.
Kegiatan pembelajaran di SMA Negeri 1 Bontomarannu dilakukan
secara in door (kelas) Melalui berbagai metode belajar yang mengajak siswa
untuk lebih aktif, partisipatif, dan belajar secara menyenangkan. Aktivitas
belajar in-door ini didukung oleh teknik “mind mapping” untuk menulis,
mencatat, dan meringkas, serta media dan fasilitas belajar.
58. 58
SMA Negeri 1 Bontomarannu menempatkan siswa sebagai subyek
utama dalam proses belajar mengajar. Siswa diajak menjadi pembelajar yang
mandiri, aktif, dan kooperatif yang mengetahui untuk apa mereka belajar dan
untuk apa ilmu pengetahuan dipelajari (kemampuan reflektif). Di samping itu,
sekolah ini juga mengadakan program peminatan/penjurusan di kelas X
semester I atau II melalui kegiatan tes potensi akademik, minat dan bakat.
Program jurusan yang ada adalah program MIPA dan IPS.
B. SARAN
1. Bagi Guru
Peran seorang guru saat ini tidaklah sekedar menyampaikan ilmu,
tetapi lebih pada membangun kesadaran peserta didik akan pentingnya
mengembangkan potensi diri melalui pengembangan ilmu pengetahuan.
Peran lain seorang guru yang harus lebih dikedepankan saat ini adalah
sebagai fasilitator, mediator, motivator, eksplorator dan trsansformator.
2. Bagi Komite Sekolah
Dapat disarankan kepada masyarakat kelurahan Romanglompoa
agar berpartisipasinya dalam penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri
1 Bontomarannu perlu ditingkatkan lagi, walaupun telah diberlakukannya
program pendidikan gratis oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten
Gowa. Karena partisipasi masyarakat sangat berperan penting dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Dan kepada Komite Sekolah
hendaknya lebih menampung aspirasi masyarakat dan menyalurkannya
untuk peningkatan kualitas pendidikan di SMA Negeri 1 Bontomarannu.
59. 59
3. Bagi Mahasiswa
Kepada seluruh masasiswa calon pendidik terus belajar. dunia
pendidikan terus berubah dari waktu kewaktu. agar dapat menjalankan
tugas dengan baik, para mahasiswa perlu bernegosiasi dengan perubahan
tersebut. selain itu kepada mahasiswa agar lebih memperdalam
pengetahuan akan kompetensi-kompetensi yang wajib dimiliki oleh
seorang guru.