SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 244
Baixar para ler offline
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
JARINGAN AKSES SISTEM KOMUNIKASI SERAT
OPTIK (SKSO) PADA AREA SUDIRMAN –
KUNINGAN – GATOT SUBROTO
PTTELEKOMUNIKASIINDONESIATBK
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
AZARYA N J SIAHAAN
062.05.074
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2009
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
JARINGAN AKSES SISTEM KOMUNIKASI SERAT
OPTIK (SKSO) PADA AREA SUDIRMAN –
KUNINGAN – GATOT SUBROTO
PTTELEKOMUNIKASIINDONESIATBK
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
AZARYA N J SIAHAAN
062.05.074
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2009
ANALYSIS CONFIGURATION AND ALTERNATIVE
ROUT E O PT I CAL AC CE S S NE T W OR K
COMMUNICATION SYSTEM AT SUDIRMAN –
KUNINGAN – GATOT SUBROTO AREA
PTTELEKOMUNIKASIINDONESIATBK
FINAL ASSIGNMENT
Written By :
AZARYA N J SIAHAAN
062.05.074
ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTEMENT
FACULTY OF INDUSTRIAL TECHNOLOGY
TRISAKTI UNIVERSITY
JAKARTA
2009
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
JARINGAN AKSES SISTEM KOMUNIKASI SERAT
OPTIK (SKSO) PADA AREA SUDIRMAN –
KUNINGAN – GATOT SUBROTO
PTTELEKOMUNIKASIINDONESIATBK
TUGAS AKHIR
Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Strata-1
Pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri
Universitas Trisakti
Disusun Oleh :
AZARYA N J SIAHAAN
062.05.074
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2009
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
JARINGAN AKSES SISTEM KOMUNIKASI SERAT
OPTIK (SKSO) PADA AREA SUDIRMAN –
KUNINGAN – GATOT SUBROTO
PTTELEKOMUNIKASIINDONESIATBK
TUGAS AKHIR
Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Strata-1
Pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri
Universitas Trisakti
Disusun Oleh :
AZARYA N J SIAHAAN
062.05.074
Jakarta, Juli 2011
MENYETUJUI,
Prof. Dr. Ir. Indra Surjati, MT.
Dosen Pembimbing Tugas Akhir
MENGETAHUI,
Dr. Ir. Suhartati Agoes, MT.
Ketua Jurusan Teknik Elektro
SURAT KETERANGAN
Nomor : 142 /PS520/HRC-13010000/2009
Sehubungan dengan pelaksanaan Kerja Praktek / Penelitian Siswa Sekolah
Perguruan Tinggi Universitas “TRISAKTI” Jakarta, Kami yang bertanda tangan di
bawah ini menerangkan bahwa :
No Nama / NIM Jurusan Tempat Praktek
1 Azarya N J Siahaan /
06205074
Teknik
Telekomunikasi
DIVA
Telah melaksanakan Kerja Praktek / Penelitian di PT. TELEKOMUNIKASI
INDONESIA, Tbk. HR Area-08 Jakarta, selama 01 (satu) bulan yaitu mulai tanggal
15 Maret sd 15 April 2009, dengan hasil baik.
Demikian Surat Keterangan ini kami buat dengan sebenarnya, dengan ucapan
terima kasih atas bantuan dan kerjasama yang telah terjalin selama ini.
Jakarta, 13 Mei 2009
AFRIZAL
OSM HR AREA VII JAKARTA
Nota Dinas
Nomor : C. Tel. 209/PD 000/HRC-12000000/2009
Kepada : Sdr. SM ACCESS PERFORMANCE DAN DATA MANAGEMENT
Dari : OSM HR AREA VIII JAKARTA NON DIVRE
Lampiran : -
Perihal : Permohonan Kerja Praktek/Penelitian Mahasiswa Trisakti Jakarta (1
orang)
1. Menunjuk Surat Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas
Trisakti Jakarta Nomor: 009/AK.1.02/FTI-Kajur.E/II/2009 tanggal 21
Februari 2009 perihal Permohonan Kerja Praktek / Penelitian, diberitahukan
bahwa 1 (satu) orang mahasiswa Universitas Trisakti dimaksud akan
melaksanakan Kerja Praktek/Penelitian di Unit Kerja Saudara pada tanggal 15
Maret sampai dengan 15 April 2009. atas nama :
No Nama NIM Jurusan Pelaks
1 Azarya N J Siahaan 06025074 Teknik Telekomunikasi 15 Maret sd 15 April 2009
2. Mohon bantuan Saudara untuk memberikan kesempatan mahasiswa
melaksanakan kerja praktek/penelitian sesuai hubungan kerjasama industri dan
untuk menjaga kerahasiaan dokumen perusahaan, kepada mahasiswa yang
bersangkutan diwajibkan menandatangani Surat Pernyataan Bermaterai Cukup
(Rp.6.000,-) yang telah kami sediakan dan selama melaksanakan PKL /
Penelitian tidak diberikan uang lelah atau uang transport.
3. Demikian, atas bantuan dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
Jakarta, 14 Maret 2009
Afrizal
NIK: 600238
Tembusan
1. Sdr. OM HR REPRESENTATIVE 8.2 (UNIT SERVICE)
2. Sdr. MGR GENERAL SUPPORT REGIONAL II
3. Sdr. Kajur FTI Usakti
printed by: Farida/601817 /Telkom
Dokumen ini dan informasi yang terkandung di dalamnya hanya dipergunakan untuk kepentingan internal TELKOM.
Setiap perbuatan atau tindakan, apapun cara dan bentuknya. yang mengakibatkan kandungan informasi tersebut diketahui
oleh pihak-pihak yang tidak berhak dapat dikenai sanksi indisipliner dan/atau sanksi hukum
ID : C3F7CO50BDD32EE44725785300189A38
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TUGAS AKHIR
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Azarya N J Siahaan
NIM : 062.05.074
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir dengan judul :
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF JARINGAN
AKSES SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK (SKSO) PADA
AREA SUDIRMAN – KUNINGAN – GATOT SUBROTO
PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK
yang saya buat ini adalah hasil karya saya sendiri, dan bukan merupakan
duplikasi, serta tidak mengutip sebagian atau seluruhnya karya orang lain, kecuali
yang telah disebutkan sumbernya dan sesuai dengan batasan serta tata cara
pengutipan. Apabila didapati pelanggaran atas pernyataan saya ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Universitas Trisakti.
Jakarta, Juli 2009
Azarya N J Siahaan
ABSTRAK
Perkembangan pesat dan persaingan penyedia jenis layanan di dunia
Telekomunikasi saat ini semakin ketat. Sehingga setiap penyedia jasa layanan
telekomunikasi dituntut untuk memberikan kinerja jasa dan pelayanan terbaik
kepada para pelanggannya. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebagai penyedia
jasa layanan jaringan akses komunikasi terbesar di Indonesia dituntut untuk
memberikan jasa dan kinerja pelayanan yang terbaik kepada para pelanggannya
khususnya pada area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto yang merupakan
sentra bisnis dan pusat perekonomian di Indonesia. Maka untuk memberikan
pelayanan yang terbaik terhadap para pelanggannya pada area tersebut, PT
Telekomunikasi Indonesia menerapkan konsep jaringan lokal akses fiber
(JARLOKAF) yang mampu memberikan pelayanan yang terbaik dan sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan pada area tersebut.
Pada tugas akhir ini akan dibahas tentang analisis konfigurasi jaringan
akses fiber (JARLOKAF) yang diimplementasikan oleh PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk pada area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto. Penerapan
JARLOKAF pada area tersebut adalah untuk memberikan pelayanan yang
maksimal kepada para pelanggannya serta memiliki sistem keamanan dan
kehandalan yang tinggi. Selain itu, juga akan dibahas tentang jalur utama dan jalur
alternatif pada area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto, perhitungan link
power budget pada jalur utama maupun jalur alternatif, dan pembuatan jalur
alternatif cadangan (tambahan) apabila terjadi gangguan (kerusakan total) pada
area tersebut.
Hasil analisis yang didapat dari konfigurasi jaringan menunjukkan bahwa
JARLOKAF yang diterapkan pada area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto
sangat cocok dan ideal serta sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Demikian juga
dengan perhitungan link power budget pada jalur utama dan jalur alternatif
menunjukkan bahwa nilai -10 dBm  -1 dBm pada daya perangkat power
transmitter (PT) sangat sesuai dengan nilai daya yang diterima pada perangkat
receiver (PR) yaitu sebesar -25 dBm  -16 dBm untuk jalur utama dan -24,6 dBm
 -15,6 dBm untuk jalur alternatif. Sistem proteksi 1+1 maupun sistem proteksi
1:1 sangat cocok dan ideal ditempatkan pada area Sudirman – Kuningan – Gatot
Subroto.
ABSTRACT
Rapid development and type of service provider competition in the
world today increasingly stringent Telecommunications. So thatevery provider of
telecommunications services required to deliver the performance and the best
service to its customers. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk as the provider of the
largest communications access network services in Indonesia are required
to provide service and performance the best service to its customers especially in
the area of Sudirman - Kuningan – Gatot Subroto, who is the center
of business and economic center in Indonesia. So to provide the best service to its
customers in the area, PT Telekomunikasi Indonesia applies the concept of local
access fiber networks (JARLOKAF) that is able to provide the best service and in
accordance with the wishes and needs of customersin these areas.
In this final assignment configuration will be discussed on the analysis
of fiber access networks (JARLOKAF) which is implemented by PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk in Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto area.
Application JARLOKAF in these areas is to provide maximum service to its
customers and has a security system and high reliability. In addition, it will
also be discussed on the main route and alternative routes in the area of
Sudirman - Kuningan – Gatot Subroto, the link power budget calculations on the
main and alternative pathways, and making a backup alternate path (extra) in case
of disruption (damage total) in the area.
The results obtained from the analysis showed that the network
configuration is applied to the JARLOKAF Sudirman - Kuningan -
Gatot Subroto area is perfect and ideal and in accordance with customer
needs. Likewise, the link power budget calculations on the main and
alternative pathways indicates that the value of -1 dBm  -10 dBm on the
power device transmitter power (PT) is in accordance with the received
power at the receiver (PR) that is equal to -25 dBm  -16 dBm for the main
line and -24.6 dBm -15.6 dBm  for alternative pathways. 1+1 protection
system and protection system is perfect 1:1 and ideally placed on the area of
Sudirman - Kuningan - Gatot Subroto.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas
berkat, rahmat, kasih karunia, dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan buku Tugas Akhir ini dengan judul :
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF JARINGAN
AKSES SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK (SKSO) PADA
AREA SUDIRMAN – KUNINGAN – GATOT SUBROTO
PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK
Tugas akhir ini dibuat untuk melengkapi salah satu persyaratan akhir
dalam menyelesaikan pendidikan strata satu pada jurusan Teknik Elektro Fakultas
Teknologi Industri Universitas Trisakti.
Dalam proses penyusunan dan pembuatan Tugas Akhir ini, penulis banyak
mendapatkan bantuan, dukungan, masukan dan saran dari berbagai pihak terkait.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Prof. DR. Ir. Indra Surjati, MT selaku Pembimbing Tugas Akhir dan juga
selaku Walik Dekan I Bidang Akademis yang telah memberikan bimbingan
dan motivasi kepada Penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
2. Ibu DR. Ir. Suhartati Agoes, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro,
Universitas Trisakti.
3. Ibu Ir. Rosalia Subrata, selaku Koordinator Tugas Akhir Jurusan Teknik
Elektro Universitas Trisakti.
4. Bapak Shelter Tobing, Bapak Riwayanto, Bapak Gatot, Bang Dikko yang
telah banyak memberikan bimbingan di PT Telekomunikasi Indonesia
sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
5. Ibu Ir. Cecilia Susilawati, MT selaku Penasehat Akademis yang telah
memberikan bimbingan dan saran yang sangat berharga kepada penulis untuk
menjalani kuliah dengan baik.
6. Papa dan Mama tercinta maupun kedua adikku tersayang yang selalu
memberikan dukungan doa dan semangat, serta motivasi kepada penulis
supaya dapat menyelesaikan Kerja Praktek maupun kuliah dengan baik.
7. Saudara-saudara dan keluarga besar khususnya Om Slamet, Om Gideon, Om
Carol, maupun Om Benny yang telah memberikan dukungan doa, dana, moril,
serta motivasi dan semangat kepada penulis.
8. Teman-teman Elektro Trisakti khususnya Angkatan 2005 yang telah banyak
membantu penulis dalam penyusunan buku Tugas Akhir.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan buku Tugas Akhir ini yang disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan
wawasan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan dan menghargai
berbagai masukan, kritik, dan saran yang membangun dari para pembaca.
Penulis juga berharap semoga buku Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
kita semua khususnya kepada para dosen dan teman-teman mahasiswa Jurusan
Teknik Elektro, Universitas Trisakti, Jakarta.
Akhir kata, semoga Tuhan YME senantiasa memberkati kita semua.Amin.
Jakarta, Juli 2009
Penulis
(062.05.074)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL (BERBAHASA INDONESIA)..................................... i
HALAMAN JUDUL (BERBAHASA INGGRIS) .......................................... ii
HALAMAN JUDUL........................................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ........................ v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
ABSTRACT..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xxi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................... 4
1.4 Batasan Masalah................................................................. 4
1.5 Metode Penelitian............................................................... 5
1.6 Sistematika Penulisan ........................................................ 5
BAB II TEORI DASAR SISTEM KOMUNIKASI
SERAT OPTIK ..................................................................... 7
2.1 Komponen Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik ........... 7
2.2 Konsep Perambatan Cahaya.............................................. 8
2.3 Karakteristik Serat Optik.......................................... 10
2.4 Struktur Serat Optik ........................................................... 13
2.5 Prinsip Dasar Perambatan Cahaya Pada Serat Optik ......... 14
2.6 Jenis Serat Optik ................................................................ 16
2.7 Karakteristik Transmisi Serat Optik .................................. 20
2.8 Pembengkokan Serat Optik (Fiber Bending)..................... 22
2.9 Komponen Utama Sistem Transmisi Serat Optik.............. 22
2.10 Prinsip Kerja Transmisi Pada Serat Optik ....................... 26
2.11 Konstruksi Kabel Optik ................................................... 27
2.11.1 Fungsi dan Bagian-Bagian Kabel Optik Jenis
Loose Tube............................................................ 28
2.11.2 Fungsi dan Bagian-Bagian Kabel Optik
Jenis Slot ............................................................... 29
2.11.3 Spesifikasi Kabel Serat Optik ............................... 33
2.12 Metode Penyambungan Serat Optik ................................ 33
2.13 Keuntungan dan Kerugian Serat Optik ............................ 37
2.14 Sumber Cahaya ................................................................ 38
2.15 Detektor Cahaya............................................................... 41
2.16 Sistem Komunikasi Menggunakan Serat Optik............... 43
2.17 Sistem Komunikasi Optik Koheren ................................. 49
2.18 Optical Multiplexing........................................................ 49
2.19 Repeater............................................................................ 50
2.20 Pengukuran Perlengkapan Serat Optik............................. 52
2.21 Link Power Budget .......................................................... 55
2.21.1 Rumus Perhitungan Link Power Budget............... 56
BAB III KONFIGURASI JARINGAN AKSES SISTEM
KOMUNIKASI SERAT OPTIK (SKSO) PADA AREA
SUDIRMAN – KUNINGAN – GATOT SUBROTO
PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK ................... 57
3.1 Konfigurasi Jaringan.......................................................... 57
3.2 Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF)
PT. Telekomunikasi Indonesia........................................... 58
3.2.1 Struktur JARLOKAF .............................................. 60
3.2.2 Standar Teknologi JARLOKAF
PT. Telekomunikasi Indonesia................................. 62
3.2.3 Digital Loop Carrier (DLC) ...................................... 62
3.2.3.1 Konfigurasi DLC.......................................... 63
3.2.4 Synchronous Digital Hierarchy (SDH) .................... 64
3.2.4.1. Struktur Frame SDH ................................... 66
3.2.5 Passive Optical Network (PON) .............................. 67
3.2.5.1. OLT (Optical Line Terminal)...................... 70
3.2.5.2. Optical Distribution Network (ODN) ......... 71
3.2.5.3. Optical Network Unit (ONU)...................... 73
3.2.6 Active Optical Network (AON)................................ 74
3.3 Sistem Transmisi JARLOKAF pada
PT. Telekomunikasi Indonesia........................................... 75
3.4 Aplikasi JARLOKAF Pada PT. Telekomunikasi
Indonesia ............................................................................ 80
3.5 Konfigurasi Sistem JARLOKAF STO Semanggi dan
STO Gatot Subroto pada area Sudirman – Gatot
Subroto – Kuningan ........................................................... 84
3.5.1 Kombinasi dengan Ring ........................................... 86
3.6 User (Pengguna)................................................................. 88
3.7 Prinsip Kerja JARLOKAF................................................. 92
3.7.1. Antarmuka (Interface) Jarlokaf V 5.1...................... 93
3.7.2. Antarmuka (Interface) Jarlokaf V 5.2 ...................... 93
3.8 Kapasitas dan Kualitas JARLOKAF.................................. 95
3.9 Sistem Proteksi Pada JARLOKAF .................................... 96
3.9.1 Sub Network Connection Protection (SNCP)........... 97
3.9.2 Multiplex Section Protection (MSP)......................... 97
3.9.3 Sistem Proteksi JARLOKAF Pada Topologi Ring... 99
BAB IV ANALISIS KONFIGURASI DAN
JALUR ALTERNATIF ........................................................ 101
4.1 Analisis Konfigurasi Jaringan dan Topologi Ring
STO Semanggi dan STO Gatot Subroto Pada Area
Sudirman –Kuningan – Gatot Subroto............................... 101
4.1.1 Analisis Konfigurasi Jaringan.................................. 101
4.1.1.1 Analisis Konfigurasi JARLOKAF
dengan Teknologi Akses DLC dan
Sistem Transmisi SDH................................. 102
4.1.1.2 Analisis Konfigurasi JARLOKAF dengan
Teknologi Akses PON dan Sistem
Transmisi SDH............................................. 104
4.1.2 Analisis Topologi Ring ............................................ 108
4.1.2.1 Analisis Topologi Ring Logic...................... 108
4.1.2.2 Analisis Topologi Ring Fisik....................... 110
4.2 Analisis dan Perhitungan Link Power Budget Jalur
Utama dan Jalur Alternatif Pada Area Sudirman –
Gatot Subroto – Kuningan ................................................. 111
4.2.1 Analisis Jalur Utama Pada Area Sudirman – Kuningan –
Gatot Subroto......................................................................... 111
4.2.2 Analisis Jalur Alternatif Pada Area Sudirman –
Kuningan – Gatot Subroto ....................................... 112
4.2.3 Perhitungan Link Power Budget Pada Jalur Utama
Area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto........... 114
4.2.4 Perhitungan Link Power Budget Pada Jalur
Alternatif Area Sudirman – Kuningan –
Gatot Subroto ........................................................... 119
4.2.5 Analisis Dari Perhitungan Link Power Budget
pada Jalur Utama dan Jalur Alternatif pada Area
Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto.................... 124
4.3 Analisis Sistem Proteksi Perangkat Pada STO
Semanggi dan STO Gatot Subroto..................................... 125
4.3.1 Analisis Sistem Proteksi Perangkat 1+1 pada
STO Semanggi dan STO Gatot Subroto .................. 126
4.3.2 Analisis Sistem Proteksi Perangkat 1 : 1 pada
STO Semanggi dan STO Gatot Subroto .................. 127
4.4 Pembuatan dan Analisis Jalur Alternatif Cadangan
(Tambahan) Dengan Topologi Ring .................................. 129
4.5 Implementasi JARLOKAF ................................................ 134
4.5.1 Penentuan Teknologi................................................ 135
4.5.2 Konfigurasi Jaringan JARLOKAF........................... 136
4.5.3 Penentuan Batas Daerah Pelayanan ......................... 137
4.5.4 Penyusunan Rancangan Dasar dan
Rancangan Rinci ...................................................... 138
4.5.5 Manajemen Proyek................................................... 140
4.5.6 Menyusun Jaringan Kerja Proyek............................ 141
4.5.7 Perubahan Jadwal Network Planning....................... 142
4.5.8 Pekerjaan Sipil ......................................................... 142
4.5.9 Penentuan Kapasitas Kabel Serat Optik................... 146
4.5.10 Jadwal Perencanaan/Time Frame............................ 147
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 148
5.1 Kesimpulan ........................................................................ 148
5.2 Saran .................................................................................. 149
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Data-data Single Mode Step Index Fiber........................................ 17
Tabel 2.2 Data-data Multi Mode Step Index Fiber......................................... 18
Tabel 2.3 Data-data Multi Mode Graded Index Fiber .................................... 20
Tabel 2.4 Spesifikasi Serat Optik.................................................................... 33
Tabel 2.5 Kelebihan dan Kekurangan LED dan LASER ............................... 40
Tabel 3.1 Standar Frame dan Kecepatan SDH .............................................. 66
Tabel 3.2 Redaman Passive Splitter................................................................ 73
Tabel 3.3 Perbandingan Teknis SDM, WDM, DDM, TCM, CDM, SCM..... 80
Tabel 3.4 User (Pengguna) ............................................................................. 89
Tabel 3.5 Perbandingan Antarmuka V 5.1 dan V 5.2..................................... 94
Tabel 3.6 Sistem Proteksi Topologi Ring....................................................... 100
Tabel 4.1 Parameter Link Power Budget Pada Jalur Utama........................... 117
Tabel 4.2 Perhitungan Link Power Budget Jalur Utama Pada Area
Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto........................................... 118
Tabel 4.3 Parameter Link Power Budget Pada Jalur Alternatif...................... 122
Tabel 4.4 Perhitungan Link Power Budget Jalur Alternatif Pada Area
Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto........................................... 123
Tabel 4.5 Jadwal Perencanaan / Time Frame ................................................. 147
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Komponen Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik.................. 8
Gambar 2.2. Hukum Snellius........................................................................ 9
Gambar 2.3. Numerical Aperture.................................................................. 10
Gambar 2.4. Struktur Serat Optik ................................................................. 14
Gambar 2.5. Lintasan Cahaya Dalam Serat Optik........................................ 15
Gambar 2.6. Single Mode Step-Index Fiber ................................................. 16
Gambar 2.7. Perambatan Cahaya dalam Single Mode Step-Index Fiber...... 16
Gambar 2.8. Multimode Step-Index Fiber.................................................... 17
Gambar 2.9. Perambatan Gelombang Cahaya Pada Multimode
Step-Index Fiber....................................................................... 18
Gambar 2.10. Multimode Graded Index ......................................................... 19
Gambar 2.11. Perambatan Gelombang Cahaya Pada Multimode
Graded Index............................................................................ 20
Gambar 2.12. Karakteristik Transmisi Serat Optik......................................... 21
Gambar 2.13. Pembengkokan Serat Optik...................................................... 22
Gambar 2.14. Elemen Utama Transmisi Serat Optik...................................... 23
Gambar 2.15. Prinsip Kerja Transmisi Pada Serat Optik ............................... 27
Gambar 2.16. Penampang Kabel Optik Jenis Loose Tube ............................. 29
Gambar 2.17. Penampang Kabel Optik Jenis Slot.......................................... 30
Gambar 2.18. Kabel Duct ............................................................................... 30
Gambar 2.19. Kabel Tanah ............................................................................. 31
Gambar 2.20. Kabel Atas Tanah (Udara) ....................................................... 31
Gambar 2.21. Kabel Indoor kapasitas 2-6 Fiber Optic ................................... 32
Gambar 2.22. Kabel Indoor Kapasitas 8-12 Fiber Optic ............................... 32
Gambar 2.23. Konektor.................................................................................... 34
Gambar 2.24. Metode Peleburan (Penyambungan) Serat Optik
(Fussion Splicing) .................................................................... 35
Gambar 2.25. Metode Mekanis (Penyambungan) Serat Optik
(V-groove Splicing).................................................................. 36
Gambar 2.26. Gambar LED ............................................................................ 39
Gambar 2.27. Gambar LASER ....................................................................... 40
Gambar 2.28. Detektor Cahaya....................................................................... 42
Gambar 2.29. Blok Diagram Sistem Komunikasi Serat Optik ....................... 43
Gambar 2.30. Sistem Komunikasi Serat Optik............................................... 48
Gambar 2.31. Wave Division Multiplexing.................................................... 50
Gambar 2.32. Frequency Division Multiplexing ............................................ 50
Gambar 2.33. Regenerative Repeater ............................................................. 51
Gambar 2.34. Optical Repeater....................................................................... 51
Gambar 2.35. OTDR....................................................................................... 52
Gambar 3.1. Struktur Konfigurasi JARLOKAF........................................... 61
Gambar 3.2. Konfigurasi DLC...................................................................... 63
Gambar 3.3. Multiplexing SDH..................................................................... 65
Gambar 3.4. Konfigurasi PON...................................................................... 68
Gambar 3.5. Arsitektur PON ........................................................................ 69
Gambar 3.6. Optical Line Terminal (OLT)................................................... 70
Gambar 3.7. ONU (Optical Network Unit)................................................... 73
Gambar 3.8. Konfigurasi AON..................................................................... 75
Gambar 3.9. Space Division Multiplexing ................................................... 76
Gambar 3.10. Direct Division Multiplexing (DDM)...................................... 76
Gambar 3.11. Wavelength Division Multiplexing (WDM)............................ 77
Gambar 3.12. Time Compression Multiplexing (TCM)................................. 78
Gambar 3.13. Code Division Multiplexing (CDM)........................................ 78
Gambar 3.14. Subcarrier Multiplexing (SCM)............................................... 79
Gambar 3.15. Konfigurasi Fiber To The Building.......................................... 82
Gambar 3.16. Konfigurasi Fiber To The Zone ............................................... 82
Gambar 3.17. Konfigurasi Fiber To The Curb................................................ 83
Gambar 3.18. Konfigurasi Fiber To The Home.............................................. 84
Gambar 3.19. Konfigurasi JARLOKAF STO Semanggi dan STO
Gatot Subroto .......................................................................... 85
Gambar 3.20. Konfigurasi Single Star............................................................ 86
Gambar 3.21. Konfigurasi Multiple Star ........................................................ 86
Gambar 3.22. Konfigurasi Ring Kabel ........................................................... 87
Gambar 3.23. Konfigurasi Ring SDH............................................................. 88
Gambar 3.24. Kombinasi Ring SDH dengan JARLOKAF ............................ 88
Gambar 3.25. Antarmuka V 5.1...................................................................... 93
Gambar 3.26. Antarmuka V 5.2...................................................................... 94
Gambar 3.27. Kapasitas Sistem Jarlokaf ........................................................ 96
Gambar 3.28. Sub Network Connection Protection (SNCP) Pada SDH ........ 97
Gambar 3.29. Multiplex Section Protection (MSP)........................................ 99
Gambar 4.1 Konfigurasi JARLOKAF dengan Teknologi Akses DLC
dan Sistem Transmisi SDH...................................................... 103
Gambar 4.2 Konfigurasi JARLOKAF dengan Teknologi Akses PON
dan Sistem Transmisi SDH...................................................... 107
Gambar 4.3 Topologi Ring Logic................................................................ 109
Gambar 4.4 Topologi Ring Fisik ................................................................. 110
Gambar 4.5 Jalur Utama Area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto.................. 111
Gambar 4.6 Jalur Alternatif Area Sudirman - Kuningan - Gatot Subroto... 112
Gambar 4.7 Jalur Alternatif Area Sudirman - Kuningan - Gatot Subroto... 113
Gambar 4.8 Jalur Alternatif Area Sudirman - Kuningan - Gatot Subroto... 113
Gambar 4.9 Proteksi perangkat 1+1 dan 1:1 pada saat aktif dan pasif ........ 125
Gambar 4.10 Sistem Proteksi Perangkat 1+1 pada
STO Semanggi dan STO Gatot Subroto .................................. 127
Gambar 4.11 Sistem Proteksi Perangkat 1:1 pada
STO Semanggi dan STO Gatot Subroto .................................. 129
Gambar 4.12 Konfigurasi Jalur Alternatif Cadangan dengan Topologi
Ring yang Menghubungkan STO Slipi – STO Gambir –
STO Jatinegara – STO Kebayoran Baru – STO
Gatot Subroto – STO Semanggi............................................... 132
Gambar 4.13 Prosedur Perencanaan Implementasi JARLOKAF.................. 134
Gambar 4.14 Contoh Konfigurasi JARLOKAF ............................................ 137
Gambar 4.15 Penjilidan Gambar Perencanaan JARLOKAF......................... 139
Gambar 4.16 Parameter Ukuran Perancangan Gambar JARLOKAF............ 140
Gambar 4.17 Diagram Panah......................................................................... 141
Gambar 4.18 Diagram Panah Network Waktu dan Biaya ............................. 142
Gambar 4.19 Pipa Subduct ............................................................................ 144
Gambar 4.20 Primary Network dan Secondary Network .............................. 145
DAFTAR SINGKATAN
ADC Analog to Digital Converter
ADM Add Drop Multiplex
ADSL Asymetric Digital Subscriber Line
AON Active Optical Network
APD Avalanche Photo Diode
APS Automatic Protection System
AS Active Splitter
ASE Active Splitting Equipment
ATM Asynchronous Transfer Mode
BER Bit Error Rate
BRA Basic Rate Access
CATV Cable TV
CCD Video cameras
CDM Code Division Multiplexing
CO Central Office
CRT Cathode Ray Tube
CT Central Terminal
CT Central Terminal
DAC Digital to Analog Converter
DAF Daerah Akses Fiber
dB deci-Bell
DDM Direction Division Multiplexing
DLC Digital Loop Carrier
DXC Digital Cross-Connect
EMS Elemen Management System
FTTA Fiber To The Apartment
FTTB Fiber To The Building
FTTC Fiber To The Curb
FTTD Fiber To The Desk
FTTH Fiber To The Home
FTTO Fiber To The Office
FTTZ Fiber To The Zone
HDPES High Density Polyethylene Sheath
HFC Hybrid Fiber Coax
HH Handhole
HOM High Orde Mux
IPTV Internet Protocol Television
ISDN Integrated Service Digital Network
JARLOKAF Jaringan Lokal Akses Fiber
KP Kotak Pembagi
LASER Light Amplification by Simulated Emission of Radiation
LCD Liquid Crystal Display
LD Laser Diode
LED Light Emitting Diode
MH Manhole
MRP Minimum Required Power
MSP Multipleks Section Protection
NA Numerical Aperture
NGN next generation network
ODN Optical Distribution Network
OLED Optical Light Emitting Diode
OLT Optical Line Termination
OLTE Optical Line Termination Equipment
ONU Optical Network Unit
OTDR Optical Time Domain Reflectometer
PBTP Polybutylene Terepthalete
PCM Pulse Code Modulation
PE Polyethylene
PIN Positive Intrinsic Negative
PON Passive Optical Network.
POTS Plain Old Telephone Service
POTS Plain Old Telephone Switch
PR Power received
PRA Primary Rate Access
PS Passive Splitter
PT Power transmitted
RK Rumah Kabel
RT Remote Terminal
SCM Subcarrier Multiplexing
SDH Synchronous Digital Hierarchy
SDM Space Division Multiplexing
SKSO Sistem Komunikasi Serat Optik
SNCP Sub Network Connection Protection
SNR Signal Noise Ratio
SST Satuan Sambungan Telepon
STM Synchronous Transport Module
STO Sentral Telepon Otomat
TCM Time Compression Multiplexing
TDM Time Division Multiplex
TKO Titik Konversi Optik
VDSL Very High Digital Subscriber Line
VOD Video On Demand
WDM Wavelength Division Multiplexing
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini, komunikasi menjadi suatu hal yang sangat
penting bagi kehidupan manusia dalam masyarakat. Dunia sudah banyak
berhubungan dengan berbagai jenis jaringan, baik itu jaringan tembaga, jaringan
radio, maupun jaringan serat optik.
Perkembangan sistem teknologi informasi dan komunikasi yang
sedemikian cepat pada masyarakat modern, sudah pasti membutuhkan sarana
komunikasi yang mampu memenuhi semua kebutuhan akan layanan informasi dan
komunikasi tersebut. untuk memenuhi kebutuhan akan layanan informasi dan
komunikasi tersebut, maka diperlukan suatu jaringan komunikasi yang mampu
diandalkan, memiliki bandwidth yang besar, kebal terhadap interferensi dan
crosstalk, tidak mudah disadap, memiliki rugi transmisi daya yang kecil, memiliki
fleksibilitas yang baik, serta mempunyai sistem keamanan dan kehandalan yang
tinggi. Hingga saat ini, dunia telekomunikasi menganggap bahwa jaringan
komunikasi berbasis serat optik merupakan jaringan yang dipercaya mampu
menangani masalah tersebut.
Perusahaan yang tergabung di dalam bidang penyedia layanan
telekomunikasi yang bersaing dalam memberikan fasilitas dan pelayanan guna
memudahkan dalam melakukan komunikasi, demi terwujudnya kepuasan bagi
pelanggan. Untuk mengimplementasikan itu semua, maka kualitas performansi
sarana telekomunikasi harus dijaga dan dipelihara dengan baik, begitu juga
dengan sistem transmisi dari sarana telekomunikasi tersebut juga harus dipelihara
dengan baik. Oleh karena itu, untuk menjaga agar pertukaran informasi berjalan
dengan baik melalui jaringan serat optik, performansi jaringan harus dijaga
dengan baik sehingga dapat mencapai kondisi ideal dalam proses komunikasi
yang sedang berlangsung.
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebagai penyedia utama layanan
jaringan komunikasi serat optik tentu saja berusaha untuk memberikan pelayanan
yang terbaik kepada para pelanggannya. Khususnya untuk area bisnis seperti
Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto, yang merupakan sentra bisnis di indonesia
PT Telekomunikasi Indonesia menerapkan konsep jaringan akses serat optik yang
mampu menangani semua kebutuhan para pelanggan yang berupa sentra bisnis,
gedung perkantoran maupun area perumahan residential.
Pada area Sudriman – Kuningan – Gatot Subroto, PT Telekomunikasi
Indonesia menerapkan konsep jaringan lokal akses fiber (JARLOKAF) yang
mampu menyediakan layanan dengan maksimal dan ideal kepada para
pelanggannya yang berupa sentra bisnis, gedung bertingkat, dan area perumahan
yang di catu oleh dua sentral telepon otomat (STO) milik PT Telekomunikasi
Indonesia yaitu STO Semanggi dan STO Gatot Subroto. Selain itu pada area
tersebut terdapat dua jalur operasional yaitu jalur utama dan jalur alternatif yang
mana fungsinya jalur alternatif pada area tersebut berfungsi menggantikan jalur
utama apabila terjadi gangguan ataupun kerusakan operasional. Selain itu
penggunan topologi ring pada area tersebut untuk meningkatkan kapasitas
kehandalan dan sistem proteksi pada JARLOKAF tersebut.
Pada tugas akhir ini akan dijelaskan tentang konsep JARLOKAF, struktur
JARLOKAF, standard teknologi yang digunakan pada JARLOKAF, sistem
transmisi JARLOKAF, aplikasi JARLOKAF, dan konfigurasi JARLOKAF pada
area sudarman – kuningan – Gatot Subroto yang juga mencakup prinsip kerja
kapasitas dan proteksi JARLOKAF pada area tersebut. juga akan di lakukan
analisis tentang konfigurasi JARLOKAF dan topologi ring, analisis jalur utama
dan jalur alternatif, analisis sistem proteksi, maupun pembuatan jalur alternatif
cadangan yang mampu memback-up jalur utama dan jalur alternatif pada area
tersebut, sehingga para pelanggannya tetap dapat bekerja seperti biasa dan tidak
merasakan terjadinya gangguan dan kerusakan pada jaringan akses serat optik.
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penulisan tugas akhir ini adalah menganalisis
konfigurasi jaringan lokal akses fiber (JARLOKAF) STO Semanggi dan STO
Gatot Subroto pada area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto dengan teknologi
transmisi SDH, DLC, dan PON, analisis topologi ring pada STO Semanggi dan
STO Gatot Subroto pada area tersebut, analisis jalur utama dan jalur alternatif,
perhitungan link power budget, analisis sistem proteksi perangkat, dan
implementasi jaringan yang dilakukan oleh PT Telekomunikasi Indonesia.
1.3. Tujuan Penulisan
Penyusunan tugas akhir ini dimaksudkan untuk mengetahui secara lebih
mendalam tentang konfigurasi jaringan lokal akses fiber (JARLOKAF) pada area
Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto, topologi ring pada area tersebut, jalur
utama dan jalur alternatif pada area tersebut.
1.4. Batasan Masalah
Batasan masalah yang akan dibahas dalam penyusunan tugas akhir ini
mencakup hal-hal sebagai berikut :
A. Menjelaskan tentang sistem komunikasi serat optik, struktur serat optik,
perambatan cahaya dalam serat optik, karakteristik serat optik, prinsip kerja
stransmisi serat optik, konstruksi kabel serat optik, metode penyambungan
serat optik, sumber cahaya, dan detektor cahaya.
B. Menjelaskan tentang konsep dasar JARLOKAF, struktur JARLOKAF, standar
teknologi JARLOKAF, sistem transmisi JARLOKAF, aplikasi JARLOKAF,
konfigurasi JARLOKAF pada area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto
serta sistem proteksi JARLOKAF pada area tersebut.
C. Melakukan analisis konfigurasi jaringan atau akses fiber (JARLOKAF),
analisis jalur utama dan jalur alternatif, analisis sistem proteksi perangkat,
analisis dan pembuatan jalur alternatif cadangan (tambahan), dan
implementasi jaringan yang dilakukan oleh PT Telekomunikasi Indonesia.
1.5. Metode Penelitian
Metode penelitian dilakukan dengan cara mempelajari hal-hal yang
berhubungan dengan konfigurasi jaringan dan analisis jaringan pada PT
Telekomunikasi Indonesia khususnya pada area Sudirman – Kuningan – Gatot
Subroto sebagai berikut :
A. Mempelajari buku-buku literatur dan buku-buku referensi yang berhubungan
dengan topik pembahasan.
B. Melakukan diskusi dan bimbingan kepada dosen pembimbing tugas akhir dan
juga melaksanakan bimbingan langsung kepada pembimbing lapangan untuk
lebih memahami dan mengetahui konfigurasi jaringan serta melakukan
analisis.
C. Mengambil data-data baik dari buku, internet, dan pengambilan langsung data
lapangan pada PT Telekomunikasi Indonesia.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada tugas akhir mencakup Bab I – Bab V yaitu :
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi mengenai latar belakang perumusan masalah,
tujuan penelitian, batasan masalah, metode penelitian, serta
sistematika penulisan.
Bab II Teori Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik
Pada bab ini berisikan seluruh teori dasar tentang sistem komunikasi
serat optik (SKSO).
Bab III Konfigurasi Jaringan Akses Sistem Komunikasi Serat Optik
(SKSO) pada Area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto
PT Telekomunikasi Indonesia
Pada bab ini berisikan tentang konfigurasi jaringan, struktur
JARLOKAF, standar teknologi JARLOKAF, sistem transmisi
JARLOKAF, aplikasi JARLOKAF, prinsip kerja JARLOKAF,
kapasitas JARLOKAF, dan sistem proteksi JARLOKAF.
Bab IV Analisis Konfigurasi Dan Jalur Alternatif
Pada bab ini berisi tentang analisis konfigurasi jaringan, analisis jalur
utama dan jalur alternatif, perhitungan dan analisis link power budget
pada jalur utama dan jalur alternatif, analisis pembuatan jalur
alternatif cadangan (tambahan) dengan topologi ring, serta
implementasi jaringan.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil analisis
tugas akhir yang telah dibuat.
BAB II
TEORI DASAR SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK
2.1. Komponen Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik
Sistem komunikasi pada prinsipnya terdiri dari pengirim, media
transmisi, dan penerima. Pada pengirim (Transmitter), pesan diubah ke
dalam bentuk yang sesuai untuk media transmisi yang digunakan, kemudian
pesan diterima oleh penerima (receiver).
Sistem komunikasi serat optik adalah suatu sistem komunikasi yang
menggunakan cahaya yang merambat di dalam serat optik sebagai pembawa
informasi yang akan dikirimkan kepada penerima. Sinyal informasi yang
akan dikirim terlebih dahulu dimodulasi dengan sinyal pembawa (carrier),
yang berupa sinyal optik untuk kemudian dikirimkan kepada penerima.
Sinyal informasi yang berupa sinyal listrik yang dimodulasi dengan output
dari LASER (Light Amplification by Simulated Emission of Radiation) atau
LED (Light Emitting Diode) sehingga menjadi sinyal optik dan kemudian
siap untuk ditransmisikan.
Sinyal transmisi yang masuk kedalam serat optik akan merambat
didalam core berdasarkan prinsip pemantulan total. Dalam perambatannya,
sinyal informasi yang melalui serat optik akan mengalami redaman, sehingga
semakin jauh jarak transmisinya maka sinyal tersebut akan semakin lemah.
Untuk mengatasi hal itu diperlukan repeater (penguat ulang) yang dipasang
pada jalur transmisi serat optik. Repeater berfungsi untuk menguatkan
kembali sinyal informasi yang ditransmisikan tersebut.
Sinyal informasi yang diterima oleh receiver kemudian akan dideteksi
oleh detector cahaya, untuk kemudian diubah lagi menjadi sinyal listrik oleh
PIN (Positive Intrinsic Negative) atau APD (Avalanche Photo Diode)
Gambar 2.1 Komponen Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik
2.2 Konsep Perambatan Cahaya
Konsep perambatan cahaya dalam serat optik dapat dibagi menjadi 2
bagian yaitu :
- Optika Geometris dilandaskan pada hukum Snellius yang menyatakan
bahwa sinar datang dari medium udara ke dalam medium air akan
mengalami pembiasan mendekati garis normal, demikian sebaliknya
apabila garis sinar datang dari medium air menuju medium udara akan
dibiaskan menjadi garis normal seperti pada gambar 2.2 di bawah ini.
Gambar 2.2. Hukum Snellius
Perumusan matematis hukum Snellius adalah :
1
2
2
1
2
1
n
n
V
V
Sin
Sin



………….. ……………(2.1)
atau
n1 sin 1 = n2 sin 2
atau
v1 sin 2 = v2 sin 1
Dimana :
n1 = Indeks bias medium 1 atau udara
n2 = Indeks bias medium 2 atau air
v1 = Kecepatan rambat medium 1 atau udara
v2 = Kecepatan rambat medium 2 atau air
1 = Sudut datang
2 = Sudut pantul
- Optika Fisis adalah cahaya didefinisikan sebagai gelombang
elektromagnetik yang merambat dalam medium udara dan hampa udara
dengan kecepatan 3 x 108
m/s yang dipengaruhi oleh frekuensi tetapi
tidak dipengaruhi oleh medan gravitasi.
Dimana perumusan Optika Fisis adalah :
c =  . f ……………………… (2.2)
Dimana :
c = Cepat rambat cahaya dalam ruang hampa udara (3 x 108
m/s)
 = Panjang gelombang (m)
f = Frekuensi (Hertz)
2.3 Karakteristik Serat Optik
Karakteristik serat optik dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu :
a) Numerical Aperture
Numerical Aperture merupakan parameter yang mempresentasikan
sudut penerimaan maksimum dimana berkas cahaya masih bisa diterima dan
merambat didalam inti serat. Sudut penerimaan ini dapat beraneka macam
tergantung kepada karakteristik indeks bias inti dan selubung serat optik.
Gambar 2.3. Numerical Aperture
Jika sudut datang berkas cahaya lebih besar dan NA atau sudut kritis
maka berkas tidak akan dipantulkan kembali ke dalam serat melainkan akan
menembus cladding dan akan keluar dan serat. Semakin besar NA maka
semakin banyak jumlah cahaya yang diterima oleh serat. Akan tetapi
sebanding dengan kenaikan NA menyebabkan lebar pita berkurang, dan mgi
penyebaran serta penyerapan akan bertambah. Oleh karena itu, nilai NA besar
hanya baik untuk aplikasi jarak-pendek dengan kecepatan rendah. Besarnya
Numerical Aperture (NA) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut:
  2ΔnnnsinθNA 1
2
2
2
1maks  ………….…… (2.3)
Dimana :
n1 = Indeks bias inti
n2 = Indeks bias cladding
 = beda indeks bias relatif
b) Redaman (Attenuation)
Redaman (attenuasi) serat optik merupakan karakteristik penting yang
hams diperhatikan mengingat kaitannya dalam menentukan jarak pengulang
(repeater), jenis pemancar dan penerima optik yang hams digunakan.
Besarnya redaman (attenuasi) atau rugi-rugi daya dinyatakan oleh persamaan
berikut:
dB/km
P
P
log
L
10
α
out
in






 ………………….. (2.4)
Dimana :
L = Panjang serat optik (km)
Pin = Daya yang masuk kedalam serat
Pout = Daya yang keluar dari serat
Redaman serat biasanya disebabkan oleh penyerapan (absorpsi) energi
sinyal oleh bahan serat optik, efek scattering (penghamburan) dan pengaruh
radiasi (pembengkakan). Semakin besar redaman, berarti semakin sedikit
cahaya yang dapat mencapai detektor. Dengan demikian semakin pendek
kemungkinan jarak sepanjang antar pengulangan.
c) Dispersi
Dispersi dalam komunikasi serat optik adalah proses penyebaran pulsa
optik ketika mereka berjalan melewati serat optik. Penyebaran ini terjadi
karena kecepatan pulsa optik tidak sama. Ketidaksamaan ini disebabkan oleh
indeks bias yang berbeda.
- Dispersi Modal
Dispersi Modal terjadi karena tiap mode dalam fiber optik memiliki jarak
dan jalur perambatan yang berbeda, sehingga ketika sampai di
photodetector, mereka tidak berbarengan. Modal dispersion hanya terjadi
pada multi mode fiber. Dengan single mode fiber, hal ini dapat diatasi.
Karena single mode hanya memiliki satu jalur perambatan.
- Dispersi Intermodal
Dispersi intermodal berasal dari fakta bahwa indeks bias fiber optik
berubah sesuai dengan panjang gelombangnya. Ketika indeks refraksi
berbeda, kecepatan perambatan juga berbeda. Karena sebuah transmitter
tidak mungkin menghasilkan satu panjang gelombang saja (pasti memiliki
lebar spektrum), maka sinyal optik pasti akan terdispersi ketika melewati
fiber optik.
- Dispersi Gelombang
Prinsipnya sama seperti material dispersion. Ada sinyal optik yang masuk
ke cladding. Karena indeks bias cladding berbeda dengan indeks bias
core, maka kecepatannya akan berbeda. Sehingga tidak sampai ke
photodetector secara berbarengan. Dispersi ini hanya signifikan pada
single mode fiber.
d) Polarisasi
Polarisasi terjadi karena sinyal optik yang memiliki polarisasi berbeda
akan memiliki kecepatan perambatan yang sedikit berbeda. Namun
polarization mode dispersion biasanya kecil. Dispersi ini hanya signifikan
apabila dispersi yang lain sangat kecil.
2.4 Struktur Serat Optik
Serat optik terbuat dan bahan dielektrik berbentuk seperti kaca (glass).
Di dalam serat inilah energi cahaya yang dibangkitkan oleh sumber cahaya
disalurkan (ditransmisikan) sehingga dapat diterima di ujung unit penerima
(receiver).
Struktur Serat Optik pada umumnya terdiri dan 3 bagian yaitu:
1. Bagian yang paling utama dinamakan bagian inti (core), dimana
gelombang cahaya yang dikirimkan akan merambat dan mempunyai
indeks bias lebih besar dan lapisan kedua. Terbuat dan kaca (glass) yang
berdiameter antara 2 ~ 125 m, dalam hal ini tergantung dan jenis serat
optiknya.
2. Bagian yang kedua dinamakan lapisan selimut (Cladding), dimana bagian
ini mengelilingi bagian inti dan mempunyai indeks bias lebih kecil
dibandingkan dengan bagian inti. Terbuat dan kaca yang berdiameter
antara 5 ~ 250 m, juga tergantung dan jenis serat optiknya.
3. Bagian yang ketiga dinamakan lapisan jaket (Coating), dimana bagian ini
merupakan pelindung lapisan inti dan selimut yang terbuat dan bahan
plastik yang elastis.
Gambar 2.4. Struktur Serat Optik
2.5 Prinsip Dasar Perambatan Cahaya Pada Serat Optik
Cahaya yang merambat di dalam serat optik akan bergerak sesuai
dengan alur dari serat optik berdasarkan besarnya sudut datang. Cahaya akan
tetap berada di dalam core karena cahaya tersebut akan dipantulkan
berdasarkan prinsip pemantulan total terhadap dinding cladding. Persyaratan
agar cahaya tetap merambat di dalam fiber optik adalah indeks bias inti harus
lebih besar dari indeks bias cladding (n1>n2) dan sudut datang sinar harus
lebih besar daripada sudut kritis, gambar 2.5 merupakan lintasan-lintasan yang
ada pada serat optik :
Gambar 2.5. Lintasan Cahaya Dalam Serat Optik
Dari gambar di atas dapat diuraikan bahwa lintasan cahaya yang merambat
di dalam serat adalah sebagai berikut :
a. Sinar merambat lurus sepanjang sumbu serat tanpa mengalami pemantulan.
b. Sinar mengalami refleksi, karena memiliki sudut datang yang lebih besar dari
sudut kritis dan akan merambat sepanjang serat melalui pantulan-pantulan.
c. Sinar akan mengalami refleksi keluar dan tidak akan dirambatkan sepanjang
serat karena memiliki sudut datang yang lebih kecil dari sudut kritis.
2.6 Jenis Serat Optik
Menurut jenisnya, kabel serat optik dibedakan menjadi 3 macam:
a. Single Mode Fiber
Gambar 2.6. Single Mode Step-Index Fiber
Dalam single mode fiber seperti terlihat pada gambar 2.5 di atas
hanya terjadi satu jenis mode perambatan berkas cahaya saja, sehingga
tidak akan terjadi pelebaran pulsa di tingkat outputnya. Karena
diameternya terlalu kecil (9 m) maka akan sedikit menyulitkan dalam
proses penyambungan. Di samping itu diperlukan sumber optik yang
mempunyai spectrum yang sangat sempit untuk mengusahakan efisiensi
kopling yang tinggi dari sumber optik ke inti fiber optik tersebut. Karena
tidak terjadi disperse (pelebaran) pulsa maka fiber optik jenis ini akan
mampu mentransmisikan informasi dengan bandwidth yang besar. Profil
indeks bias fiber optik jenis ini terlihat seperti gambar 2.7 di bawah ini :
Gambar 2.7. Perambatan Gelombang Cahaya Pada Single
Mode Step Index Fiber
Data-data dari single mode step index fiber dapat dilihat pada tabel
2.1 di bawah ini :
Tabel 2.1
Data-data Single Mode Step Index Fiber
Diameter core 5 – 10 m
Diameter cladding 125 m
Diameter coating 250 – 1000 m
Numerical aperture 0,08 – 0,15
Attenuasi 2 – 5 dB / km pada panjang gelombang 0,85 m
0,35 dB / km pada panjang gelombang 1,3 m
0,21 dB / km pada panjang gelombang 1,55 m
Bandwidth 10 GHz / km
b. Multimode Step Index Fiber
Fiber ini disebut step index karena indeks bias berubah secara
drastis dari kulit ke inti fiber. Pada selubung fiber mempunyai indeks
bias yang lebih rendah daripada indeks bias inti fiber, akibatnya semua
sinar yang memiliki sudut datang lebih besar dari sudut krisis akan
dipantulkan oleh lapisan kulit fiber. Pada fiber optik jenis ini dapat
memuat beberapa sinar dengan panjang gelombang () yang berbeda
sehingga dapat memuat lebih banyak sinyal informasi seperti pada
gambar 2.8 di bawah ini :
Gambar 2.8. Multimode Step Index Fiber
Cahaya yang merambat pada step index fiber tergantung pada
sudut relatif dari sumbu, karena itu mode dengan pulsa yang berbeda
akan datang pada ujung fiber pada waktu yang berbeda dari peleburan
pulsa dimana sinyal digital dengan bit rate terbatas akan
ditransmisikan. Fiber optik jenis ini mempunyai diameter inti sebesar
50 m dan diameter selubung sebesar 125 m. Indeks bias inti
besarnya tetap / sama pada seluruh inti sebesar n1 sehingga perbedaan
indeks bias antara inti dan selubungnya selalu tetap. Profil perambatan
cahaya dan indeks bias fiber optik jenis ini terlihat seperti gambar 2.9
di bawah ini :
Gambar 2.9. Perambatan Gelombang Cahaya Pada Multi
Mode Step Index Fiber
Data-data dari multi mode step indeks fiber dapat dilihat pada tabel
2.2 di bawah ini :
Tabel 2.2
Data-data Multi Mode Step Index Fiber
Diameter core 50 – 400 m
Diameter cladding 125 – 500 m
Diameter coating 250 – 1000 m
Numerical aperture 0,16 – 0,5
Attenuasi 2,6 – 50 dB / km pada panjang gelombang 0,85 m
0,4 dB / km pada panjang gelombang 1,3 m
0,25 dB / km pada panjang gelombang 1,550 m
Bandwidth 6 – 50 MHz / km
c. Multimode Graded Index
Fiber ini disebut Graded index karena terdapat perubahan dalam indeks
bias, dimana besarnya indeks bias inti mengecil ke arah perbatasan inti
dengan selubungnya. Dengan menurunnya indeks bias inti ke arah batas
inti dengan selubung menyebabkan terjadinya pembiasan pada inti
sehingga perambatan berkas cahayanya akan melengkung sedangkan
kecepatan propagasi antara berkas cahaya yang datang dengan sudut
datang yang lebih besar akan lebih cepat dibandingkan dengan berkas
cahaya yang datang dengan sudut datang yang lebih kecil.
Gambar 2.10. Multimode Graded Index
Jadi walaupun lintasan yang ditempuh mempunyai jarak yang
berlainan maka berkas-berkas cahaya yang merambat pada jenis serat optik
ini akan mencapai output dalam waktu yang relatif sama sehingga pulsa di
output hanya mengalami peleburan pulsa (disperse) yang lebih kecil bila
dibandingkan dengan pelebaran pulsa output yang terjadi pada serat optik
jenis multi mode step index. Profil dan perambatan cahaya pada multi mode
graded index fiber seperti terlihat pada gambar 2.11 di bawah ini :
Gambar 2.11. Perambatan Gelombang Cahaya Pada
Multi Mode Graded Index
Data-data dari multi mode graded indeks fiber dapat dilihat pada
tabel 2.3 di bawah ini :
Tabel 2.3
Data-data Multi Mode Graded Index Fiber
Diameter core 30 – 100 m
Diameter cladding 100 – 150 m
Diameter coating 250 – 1000 m
Numerical aperture 0,2 – 0,3
Attenuasi 2 – 10 dB / km pada panjang gelombang 0,85 m
0,4 dB / km pada panjang gelombang 1,3 m
0,25 dB / km pada panjang gelombang 1,55 m
Bandwidth 300 MHz / km – 3 GHz / km
2.7 Karakteristik Transmisi Serat Optik
Pada Transmisi Serat Optik gelombang cahayalah yang bertugas
membawa sinyal informasi. Pertama-tama microphone merubah sinyal suara
menjadi sinyal listrik. Kemudian sinyal listrik ini dibawa oleh gelombang
pembawa cahaya melalui serat optik dan pengirim (transmitter) menuju alat
penerima (receiver) yang terletak pada ujung lainnya dan serat. Modulasi
gelombang cahaya ini dapat dilakukan dengan merubah sinyal listrik
termodulasi menjadi gelombang cahaya pada transmitter dan kemudian
merubahnya kembali menjadi sinyal listrik pada receiver. Pada receiver sinyal
listrik dapat dirubah kembali menjadi gelombang suara.
Tugas untuk merubah sinyal listrik ke gelombang cahaya atau
kebalikannya dapat dilakukan oleh komponen elektronik yang dikenal dengan
nama komponen optoelectronic pada setiap ujung serat optik.
Dalam perjalanannya dan transmitter menuju ke receiver akan terjadi
redaman cahaya di sepanjang kabel serat optik dan konektor-konektornya
(sambungan). Karena itu bila jarak ini terlalu jauh akan diperlukan sebuah
atau beberapa repeater yang bertugas untuk memperkuat gelombang cahaya
yang telah mengalami redaman
.
Gambar 2.12. Karakteristik Transmisi Serat Optik
2.8 Pembengkokan Serat Optik (Fiber Bending)
Pembengkokan serat optik dapat menyebabkan munculnya radiation
loss. Pembengkokan yang terjadi pada serat optik dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu pembengkokan makroskopis (macrobending) dan
pembengkokan mikroskopis (microbending). Timbulnya redaman akibat
pembengkokan dapat menyebabkan kecepatan gelombang cahaya berkurang
pada dinding cladding, sehingga energi yang ditransmisikan mengalami
radiasi pada serat optik, yang akhirnya akan mempengaruhi keandalan dan
serat optik tersebut.
Gambar 2.13. Pembengkokan Serat Optik
2.9 Komponen Utama Sistem Transmisi Serat Optik
Sistem komunikasi serat optik adalah suatu sistem komunikasi yang
menggunakan kabel serat optik sebagai saluran transmisinya yang dapat
menyalurkan informasi dengan kapasitas besar dan tingkat keandalan yang tinggi.
Komponen utama dari sistem pentransmisian dengan media fiber optik
dapat dilihat pada blok diagram berikut:
Gambar 2.14. Elemen Utama Transmisi Serat Optik
Gambar 2.14 adalah komponen dalam sistem transmisi serat optik.
Dalam pentransmisian melalui serat optik ada beberapa hal yang menjadi
karakteristik atau komponennya,yaitu sambungan (Connection), Coupler,
MRP Spesification (Minimum Required Power).
Terdapat dua tipe sambungan yaitu menggunakan Connector dan
menggunakan Splice. Connector diperlukan apabila fiber dalam
pentransmisiannya harus disambung/diputus. Sedangkan Splice diperlukan
pada sistem fiber optik bila ada dua fiber yang akan dihubungkan secara
permanen.
Coupler diperlukan bila daya optik harus dihubungkan ke banyak
saluran. Sedangkan MRP Specification (Minimum Required Power) digunakan
sebagai analisis link power budget dalam mendesain photonic layer. MRP
merupakan pengukur sensitivitas receiver untuk SNR atau BER yang spesifik
dan bandwidth atau bit rate pada output receiver.
Serat
optic
Sinyal
output
elektrik
Untuk aplikasi jarak dekat dan lebar pita yang ditangani relatif kecil,
transmisi elektrik lebih dipilih daripada transmisi serat optik. Ada beberapa
faktor yang menyebabkan kabel elektrik lebih dipilih dbandingkan serat optik
yaitu:
1. Ketika tidak dibutuhkan sistem pengkabelan yang kompleks.
2. Bahan material yang murah.
3. Biaya alat untuk mengirim dan menerima sinyalnya murah.
4. Kemudahan untuk menyambungkan hubungan kabel (splicing).
5. Kemampuannya untuk membawa daya listrik maupun sinyal.
Komponen transmisi diatas terdiri dari :
1. Komponen Pasif
a. Kabel Fiber optik
- Loss kabel
Sistem 1300 nm; loss kabel = 0,5 dB / km
Sistem 1550 nm; loss kabel = 0,25 dB / km
- Dispersi
Modal dispertion (multi mode) 0,25 ns / km
Material dispersion (single mode)
~ 0 (sistem 1300 nm)
~ 0,14 pslkm.Gbz (sistem 1550 nm)
b. Konektor  Loss ~ 0,5 – 1,0 dB
c. Splice  Loss ~ 0,1 – 0,2dB
d. Kopler / Splitter  Loss ~ 1,0 – 5,0 dB
2. Komponen Aktif
a. Transmitter
- LED (Light Emiting Diode)
B < 200 Mb / s
Umumnya untuk sistem multimode
- LD (Laser Diode)
B > 200 Mb / s
Umumnya untuk sistem singlemode
b. Receiver
- p-n Photodiode
- p-i-n Photodiode
- Avalance Photodiode (APD)
c. Karakteristik
- Responsitivitas (R = n .  / 1,24 A W)
- Sensitifitas (minimum detectable power)
d. Optical switch / modulator
- Crosstalk < -20 dB
- Switching Voltage < 10 Volt
- Loss ~ 1 – 5 dB
- Bandwidth > 1 GHz
e. Optical Amplifier
- Gain – 20 – 30 dB
2.10 Prinsip Kerja Transmisi Pada Serat Optik
Berlainan dengan sistem komunikasi yang mempergunakan gelombang
elektromagnetik, maka pada serat optik, gelombang cahayalah yang bertugas
membawa sinyal informasi. Pertama-tama microphone merubah sinyal suara
menjadi sinyal listrik. Kemudian sinyal listrik ini dibawa oleh gelombang
pembawa cahaya melalui serat optik dari pengirim (transmitter) menuju alat
penerima (receiver) yang terletak pada ujung lainnya dari serat. Modulasi
gelombang cahaya ini dapat dilakukan dengan merubah sinyal listrik
termodulasi menjadi gelombang cahaya pada transmitter dan kemudian
merubahnya kembali menjadi sinyal listrik pada receiver. Pada receiver sinyal
listrik dapat dirubah kembali menjadi gelombang suara.
Tugas untuk merubah sinyal listrik ke gelombang cahaya atau
kebalikannya dapat dilakukan oleh komponen elektronik yang dikenal dengan
nama komponen optoelectronic pada setiap ujung serat optik.
Dalam perjalanannya dari transmitter menuju ke receiver akan terjadi
redaman cahaya di sepanjang kabel serat optik dan konektor-konektornya
(sambungan). Karena itu bila jarak ini terlalu jauh akan diperlukan sebuah
atau beberapa repeater yang bertugas untuk memperkuat gelombang cahaya
yang telah mengalami redaman
Gambar 2.15. Prinsip Kerja Transmisi Pada Serat Optik
2.11 Konstruksi Kabel Optik
Ada beberapa persyaratan harus dipenuhi oleh serat optik untuk dapat
digunakan. Pertama, tidak putus saat gaya rentang (tensile force) bekerja
pada serat optik. Tidak mengalami perubahan kualitas perambatan cahaya
akibat tekanan dan samping seperti misalnya microbending. Serat optik
ditempatkan secara khusus didalam kabel optik dan pada sambungan serat
optik harus diberi penguat. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, kabel
optik mempunyai beberapa konstruksi yang berbeda sesuai dengan kondisi
kabel diletakkan.
Ada dua jenis kabel optik yaitu jenis loose tube (pipa longgar) dan
slot (alur). Pada jenis loose tube, serat optik ditempatkan di dalam pipa
longgar yang terbuat dan bahan PBTP (Polybutylene Terepthalete) dan berisi
jelly. Pada jenis slot, serat optik ditempatkan pada alur (slot) di dalam
silinder yang terbuat dan bahan PE (Polyethylene).
2.11.1 Fungsi dan Bagian-Bagian Kabel Optik Jenis Loose Tube
a) Loose tube berbentuk pipa longgar yang terbuat dan bahan PBTP
(Polybutylene Terepthalete) yang berisi thixotropic gel dan serat optik
ditempatkan di dalamnya. Konstruksi loose tube yang berbentuk longgar
tersebut mempunyai tujuan agar serat optik bebas begerak, tidak
langsung mengalami tekanan atau gesekan yang dapat merusak serat
pada saat instalasi kabel optik. Thixotropic gel adalah semacam jelly
yang berfungsi melindungi serat dan pengaruh mekanis dan juga untuk
menahan air.
b) HDPE Sheath atau High Density Polyethylene Sheath yaitu bahan sejenis
polyethylene keras yang digunakan sebagai kulit kabel optik berfungsi
sebagai bantalan untuk melindungi serat optik dan pengaruh mekanis
pada saat instalasi.
c) Alumunium tape atau lapisan alumunium ditempatkan diantara kulit kabel
dan water blocking berfungsi sebagai konduktivitas elektris dan
melindungi kabel dan pengaruh mekanis.
d) Flooding gel adalah bahan campuran petroleum, synthetic dan silicon
yang mempunyai sifat anti air. Flooding gel merupakan bahan pengisi
yang digunakan pada kabel optik agar kabel menjadi padat.
e) PE Sheath adalah bahan polyethylene yang menutupi bagian central
strength member.
f) Central strength member adalah bagian penguat yang terletak di tengah-
tengah kabel optik. Central Strength Member dapat berupa pilinan baja, atau
Solid Steel Core atau Glass Reinforced Plastic. Central Strength Member
mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi yang diperlukan saat instalasi.
g) Peripeal Strain Elements terbuat dan bahan polyramid yang merupakan
elemen pelengkap optik yang diperlukan untuk menambah kekuatan
kabel optik. Polyramid mempunyai kekuatan tank tinggi.
Gambar 2.16. Penampang Kabel Optik Jenis Loose Tube
2.11.2 Fungsi dan Bagian-Bagian Kabel Optik Jenis Slot
a) Kulit kabel, terbuat dari bahan sejenis polyethylene keras, berfungsi
sebagai bantalan untuk melindungi serat optik dan pengaruh mekanis saat
instalasi.
b) Aluran (slot) terbuat dan bahan polyethylene berfungsi untuk
menempatkan sejumlah serat. Untuk kabel optik jenis slot dengan
kapasitas 1000 serat, diperlukan 13 aluran (slot) dan satu slot berisi 10
fiber ribbons. Satu fiber ribbons berisi 8 serat.
c) Central Strength Member adalah bagian penguat yang terletak di tengah-
tengah kabel optik. Central strength member terbuat dari pilihan kawat
baja yang mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi yang diperlukan saat
instalasi.
Gambar 2.17. Penampang Kabel Optik Jenis Slot
Sesuai dengan konstruksinya kabel optik terdiri dari:
1. Kabel Duct
Gambar 2.18. Kabel Duct
2. Kabel Tanah
Gambar 2.19. Kabel Tanah
3. Kabel Atas Tanah (Udara)
Gambar 2.20. Kabel Atas Tanah (Udara)
4. Kabel Indoor (Kabel dalam gedung/rumah) kapasitas 2-6 Fiber
Optic
Gambar 2.21. Kabel Indoor kapasitas 2-6 Fiber Optic
5. Kabel Indoor (Kabel dalam gedung/rumah) kapasitas 8-12
Fiber Optic
Gambar 2.22. Kabel Indoor Kapasitas 8-12 Fiber Optic
2.11.3 Spesifikasi Kabel Serat Optik
Karakteristik Mekanis :
 Fibre Bending (tekukan Serat) Tekukan serat yang berlebihan (terlalu
kecil) dapat mengakibatkan bertambahnya optical loss.
 Cable Bending (tekukan Kabel) Tekukan kabel pada saat instalasi harus
di jaga agar tidak terlalu kecil, karena hal ini dapat memerusak serat
sehingga menambah optical loss.
 Tensile strength yang berlebihan dapat merusakan kabel atau serat.
 Crush atau tekanan yang berlebihan dapat mengakibatkan serat retak /
patah, sehingga dapat menaikkan optical loss.
 Impact adalah beban dengan berat tertentu yang dijatuhkan dan mengenai
kabel optik. Berat beban yang berlebihan dapat mengakibatkan serat
retak / patah, sehingga dapat menaikkan optical loss.
 Cable Torsion Torsi yang diberikan kepada kabel dapat merusak
selubung kabel dan serat.
Tabel 2.4. Spesifikasi Serat Optik
Tabel 2.5 Jumlah Fiber Pada 6 Loose Tube
Tabel 2.6 Jumlah Fiber Pada 8 Loose Tube
Tabel 2.7 Copper Conductor Pada Fiber Optik
Kode Warna Serat Pada Fiber Optik
Kode Warna Tabung Pada Serat Optik.
2.12 Tanda Pengenal Pada Serat Optik
Kabel optic harus diber tanda pengenal yang tidak mudah hilang yang
tertera pada kulit kabel disepanjang kabel. Adapun tanda pengenal tersebut
meliputi nama pabrik pembuat serta tahun pembuatan.
Tipe serat optik :
SM : Single Mode
GI : Graded Index Mode
SI : Step Index Mode.
Pemakaian Kabel Optik :
D = Duct/Kabel Atas Tanah
A = Aerial/Kabel Udara.
B = Buried/Kabel Bawah Tanah
S = Submarine/Kabel Laut
I = Indoor/Kabel Dalam Ruangan.
Jenis Kabel Optik :
LT = Loose Tube.
SC = Slotted Core.
TB = Tight Buffered.
Struktur Penguat :
SS = Solid Steel Core.
WS = Stranded Wire Steel.
GRP = Glass Reinforced Plastic.
2.13 Metode Penyambungan Serat Optik
Penyambungan serat optik atau fiber splicing adalah sebuah
sambungan permanen yang dibentuk antara dua serat optik. Penyambungan
serat optik ini berfungsi untuk menyambung rangkaian serat optik agar dapat
mencapai jarak yang jauh. Dalam proses penyambungan ini tidak diharuskan
untuk menambahkan penguat ulang (repeater) diantara dua serat optik
tersebut. Penyambungan serat optik harus memenuhi dua kriteria, yaitu:
1. Sambungan harus dapat dibuat dengan mudah.
2. Sambungan harus memberikan rugi yang seminimum mungkin, karena
ketika serat optik disambungkan, pasti akan menimbulkan penambahan
redaman transmisi.
Berdasarkan teknik penyambungan serat optik ini dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a. Teknik penyambungan serat optik dengan menggunakan konektor.
Penyambungan dengan menggunakan konektor tidak bersifat
permanen sehingga dapat dilepas sewaktu-waktu. Beberapa syarat untuk
mendapatkan konektor yang baik adalah sebagai berikut :
- Memiliki coupling loss yang rendah
- Tidak sensitif terhadap lingkungan
- Mudah dipasang dan dilepas
- Mudah dalam pengoperasiannya
Gambar 2.21 di bawah memperlihatkan bentuk dari konektor.
Gambar 2.23. Konektor
b. Teknik penyambungan serat optik dengan menggunakan metode
peleburan (fusion splicing).
Teknik penyambungan serat optik dengan menggunakan metode
ini dilakukan dengan memanaskan kedua ujung serat optik yang akan
disambungkan. Sebelum dilakukan penyambungan, kedua ujung serat
optik ini terlebih dahulu diposisikan dengan menggunakan inspection
microscope untuk memastikan kedua ujung core berhadapan dengan
tepat. Kemudian setelah itu, serat optik ini dipanaskan dengan
menggunakan micro plasma lorches (argon dan hidrogen) dan oxhydric
microburnes (oksigen, hidrogen dan alkohol). Teknik penyambungan
serat optic dengan menggunakan metode peleburan ini dapat
diilustrasikan pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.24. Metode Peleburan (Penyambungan) Serat Optik
(Fussion Splicing)
c. Teknik penyambungan serat optik dengan menggunakan metode mekanis
(V-groove splicing).
Teknik penyambungan serat optik ini dilakukan dengan cara
mempertemukan dan menjepit kedua ujung serat yang akan
disambungkan dalam satu lekukan bentuk V. kemudian kedua ujung serat
optik ini disambungkan dengan menggunakan sejenis bahan Perekat yang
transparan (lem epoxy). Teknik penyambungan serat optik permanen
dengan menggunakan metode peleburan mengakibatkan penambahan
redaman transmisi sebesar 0,09 dB. Sedangkan teknik penyambungan
dengan menggunakan metode mekanis mengakibatkan penambahan
redaman transmisi sebesar 0,1 dB (jika menggunakan serat optik tipe
multi mode graded index dan single mode step index). Teknik
penyambungan serat optik dengan menggunakan metode mekanis ini
dapat diilustrasikan pada gambar berikut ini.
Gambar 2.25. Metode Mekanis (Penyambungan) Serat Optik
(V-groove Splicing)
2.13 Keuntungan dan Kerugian Serat Optik
a) Keuntungan Serat Optik
1. Mempunyai lebar pita frekuensi (bandwith yang lebar).
Frekuensi pembawa optik bekerja pada daerah frekuensi yang tinggi
yaitu sekitar 1013
Hz sampai dengan 1016
Hz, sehingga informasi
yang dibawa akan menjadi banyak.
2. Redaman sangat rendah dibandingkan dengan kabel yang terbuat dan
tembaga, terutama pada frekuensi yang mempunyai panjang
gelombang sekitar 1300 nm yaitu 0,2 dB/km.
3. Kebal terhadap gangguan gelombang elektromagnet. Fiber optik
terbuat dan kaca atau plastik yang merupakan isolator, berarti bebas
dan interferensi medan magnet, frekuensi radio dan gangguan listrik.
4. Dapat menyalurkan informasi digital dengan kecepatan tinggi.
Kemampuan fiber optik dalam menyalurkan sinyal frekuensi tinggi,
sangat cocok untuk pengiriman sinyal digital pada sistem multipleks
digital dengan kecepatan beberapa Mbit/s hingga Gbit/s.
5. Ukuran dan berat fiber optik kecil dan ringan.
Diameter inti fiber optik berukuruan micro sehingga pemakaian
ruangan lebih ekonomis.
6. Tidak mengalirkan arus listrik
Terbuat dari kaca atau plastik sehingga tidak dapat dialiri arus listrik
(terhindar dan terjadinya hubungan pendek)
7. Sistem dapat diandalkan (20-30 tahun) dan mudah pemeliharaannya.
b) Kerugian Serat Optik
1. Konstruksi fiber optik lemah sehingga dalam pemakaiannya
diperlukan lapisan penguat sebagai proteksi.
2. Karakteristik transmisi dapat berubah bila terjadi tekanan dari luar
yang berlebihan.
3. Tidak dapat dialiri arus listrik, sehingga tidak dapat memberikan
catuan pada pemasangan repeater.
4. Biaya yang cenderung mahal.
5. Sulit untuk membuat terminal pada kabel serat optik.
6. Penyambungan pada serat optik cukup rumit dan harus menggunakan
teknik splicing yang memerlukan ketelitian yang tinggi.
2.14 Sumber Cahaya
Sumber cahaya pada serat optik dapat diartikan sebagai sebuah
komponen yang dapat memancarkan cahaya untuk mentransmisikan sinyal
informasi. Sumber cahaya bekerja dengan cara mengubah sinyal informasi
yang berupa besaran listrik menjadi besaran cahaya, dimana terdapat dua
pilihan sumber optik yaitu LED atau diode LASER. Pemilihan dari sumber
cahaya yang akan digunakan bergantung pada bit rate yang akan
ditransmisikan dan pertimbangan ekonomi (harga dari sumber cahaya).
Karakteristik umum dari cahaya adalah sebagai berikut :
a. Emisi cahaya terjadi pada daerah  850 nm – 1.550 nm
b. Kopling daya radiasi ke serat optik maksimal
c. Dapat dimodulasi langsung pada frekuensi sempit
d. Mempunyai lebar spektrum yang sempit
e. Ukuran atau dimensi kecil
f. Mempunyai umur kerja dengan jangka waktu relatif lama
Secara umum syarat suatu sumber cahaya yang baik untuk
diaplikasikan ke dalam sistem komunikasi serat optik dapat dinyatakan
sebagai berikut :
a. Cahaya bersifat monochromatis (berfrekuensi tunggal)
b. Mempunyai output cahaya dengan intensitas tinggi
c. Dapat dimodulasi dengan mudah
d. Dapat menghasilkan power yang stabil, tidak tergantung pada temperatur
dan kondisi lingkungan lainnya
Terdapat dua jenis sumber cahaya pada Sistem Komunikasi Serat Optik yaitu
sebagai berikut :
a) LED
LED adalah suatu alat semikonduktor yang memancarkan cahaya
monokromatis yang tidak Koheren ketika diberi tegangan maju. Warna
yang dihasilkan bergantung kepada semikonduktor yang digunakan dan
bisa juga ultraviolet dekat atau infra merah dekat. LED mengubah
besaran arus menjadi besaran intensitas cahaya dan karakteristik arus /
daya pancaran optik memiliki fungsi yang linier.
Gambar 2.26. Gambar LED
b) LASER
LASER (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation) suatu
alat yang memancarkan radiasi elektromagnetik dalam bentuk cahaya
yang dapat dilihat maupun tidak dilihat dengan mata normal, melalui
proses pancaran terstimulasi, pancaran LASER biasanya tunggal dan
memancarkan foton dalam bentuk pancaran Koheren. LASER diterapkan
untuk transmisi data dengan bit rate tinggi. Daya keluaran optik dari
LASER adalah -12  +3 dBm.
Gambar 2.27. Gambar LASER
Tabel 2.5
Kelebihan dan Kekurangan LED dan LASER
Optical Source Kelebihan Kekurangan
LASER
Intensitas besar Konstruksi rumit
Line Width kecil Sensitif terhadap
temperatur
Bersifat koheren Karakteristik tidak linier
Divergensi kecil Keandalan rendah
LED
Konstruksi sederhana Intensitas kecil
Tidak sensitif terhadap
temperatur
Line Width besar
Karakteristik Linier Tidak koheren
Keandalan tinggi Divergensi besar
2.15 Detektor Cahaya
Detektor cahaya adalah suatu alat yang digunakan untuk mengubah
besaran cahaya menjadi besaran listrik, yang kemudian akan diperkuat
terlebih dahulu sebelum dilakukan proses selanjutnya. Prinsip kerja alat ini
adalah mengubah energi foton menjadi elektron. Idealnya satu foton dapat
membangkitkan satu elektron.
Detektor cahaya memiliki keunggulan karakteristik seperti:
Sensitifitas tinggi, lebar pita yang memadai dan derau tambahan minimum
dan stabil terhadap temperatur. Persyaratan kinerja yang harus dipenuhi oleh
detektor cahaya meliputi :
a. Sensitivitas tinggi pada panjang gelombang
b. High fidelity
c. Mempunyai kepekaan yang tinggi dalam menangkap sinyal optik
d. Kepekaan yang tinggi dalam mencegah bandwidth yang cocok
e. Mempunyai noise yang kecil
f. Mempunyai performansi yang stabil
g. Ukurannya kecil
h. Low bias voltage
i. Kehandalan tinggi
j. Murah (relatif)
Pada sistem transmisi komunikasi serat optik dikenal dua jenis photodetector
yang biasa digunakan, yaitu :
a. APD (Avalanche Photo-Diode)
b. PIN (Positive Intrinsic Negative)
Dari dua jenis tipe detector optik ini, APD maupun PIN memiliki
karakteristiknya masing-masing, memiliki keunggulan dan kekurangan, hal
ini menjadi alasan para engineer untuk memilih jenis detector cahaya ini
pada saat dan kondisi yang tepat. Berikut adalah penggunaan antara APD dan
PIN.
Gambar 2.28. Detektor Cahaya
1. Diode PIN (Positive Intrinsic Negative), merupakan diode semikonduktor
yang sensitif terhadap cahaya. Sinyal yang dihasilkan masih sangat lemah
sehingga harus dikuatkan dengan FET. Kombinasi PIN-FET ini
menghasilkan sensitifitas - 25 sampai - 35 dBm. PIN biasanya digunakan
untuk komunikasi jarak pendek karena PIN memiliki bit rate yang rendah
seperti LED sehingga sangat cocok digunakan untuk komunikasi jarak
pendek. PIN sangat sederhana dan lebih stabil terhadap perubahan
temperatur, harganya lebih ekonomis dan akan lebih baik jika digunakan
pada sistem komunikasi serat optik jarak pendek.
2. Avalanche Photo Diode (APD) : Bersifat sensitifitas tinggi dan tidak
memerlukan FET karena adanya penguatan dalam. APD membutuhkan
akses yang besar dan cocok digunakan pada sistem komunikasi serat
optik jarak jauh. APD mempunyai kelebihan dibandingkan dengan PIN
yaitu dapat mendeteksi cahaya yang sangat kecil, akan tetapi APD
memiliki struktur yang lebih kompleks sehingga sulit dalam
pembuatannya dan menyebabkan harga menjadi mahal.
2.16 Sistem Komunikasi Menggunakan Serat Optik
Sistem komunikasi ini terdiri dan sebuah transmitter, sebuah
receiver, dan sebuah information channel. Pada transmitter informasi
dihasilkan dan mengolahnya menjadi bentuk yang sesuai untuk di kirimkan
sepanjang Jalur Informasi, informasi ini berjalan dan transmitter ke receiver
melalui information channel ini. Information channels dapat dibagi menjadi
dua kategori: Unguided channel dan Guided channel. Atmosphere adalah
sebuah contoh Unguided channel, sistem yang menggunakan atmospheric
channel adalah radio, televisi dan microwave relay links. Guided channels
mencakup berbagai variasi struktur transmisi konduksi, seperti two-wire line,
coaxial cable, twisted-pair.
Gambar 2.29. Blok Diagram Sistem Komunikasi Serat Optik
Gambar diatas merupakan blok diagram sistem komunikasi serat optik secara
umum, dimana fungsi-fungsi dan setiap bagian adalah sebagai berikut:
 Message Origin
- Message origin bisa berupa besaran fisik non-listrik (suara atau
gambar), sehingga diperlukan transducer (sensor) yang merubah
message dan bentuk non-listrik ke bentuk listrik.
- Contoh yang umum adalah microphone merubah gelombang suara
menjadi arus listrik dan Video cameras merubah gambar menjadi arus
listrik.
 Modulator dan Carrier Source
- Memiliki 2 fungsi utama, pertama merubah message elektrik ke
dalam bentuk yang sesuai, kedua menumpangkan sinyal ini pada
gelombang yang dibangkitkan oleh carrier source.
- Format modulasi dapat dibedakan menjadi modulasi analog dan
digital.
- Pada modulasi digital untuk menumpangkan sinyal data digital pada
gelombang carrier, modulator cukup hanya meng-on kan atau meng-
off kan carrier source sesuai dengan sinyal data-nya.
- Carrier source membangkitkan gelombang cahaya dimana padanya
informasi ditransmisikan, yang umum digunakan Laser Diode (LD)
atau Light Emitting Diode (LED).
 Channel Coupler
- Untuk menyalurkan power gelombang cahaya yang telah
termodulasi dan carrier source ke information channel (serat optik).
- Merupakan bagian penting dan desain sistem komunikasi serat optic
sebab kemungkinan loss yang tinggi.
 Information Channel (Serat Optik)
- Karakteristik yang diinginkan dan serat optik adalah atenuasi yang
rendah dan sudut light-acceptance-cone yang besar.
- Amplifier dibutuhkan pada sambungan yang sangat panjang (ratusan atau
ribuan kilometer) agar didapatkan power yang cukup pada receiver.
- Repeater hanya dapat digunakan untuk sistem digital, dimana
berfungsi merubah sinyal optik yang lemah ke bentuk listrik
kemudian dikuatkan dan dikembalikan ke bentuk sinyal optik untuk
transmisi berikutnya.
- Waktu perambatan cahaya di dalam serat optik bergantung pada
frekuensi cahaya dan path lintasan yang dilalui, sinyal cahaya yang
merambat di dalam serat optik memiliki frekuensi berbeda-beda
dalam rentang tertentu (lebar spektrum frekuensi) dan powernya
terbagi-bagi sepanjang lintasan yang berbeda-berbeda, hal ini
menyebabkan distorsi pada sinyal.
- Pada sistem digital distorsi ini berupa pelebaran (dispersi) pulsa
digital yang merambat di dalam serat optik, pelebaran ini makin
bertambah dengan bertambahnya jarak yang ditempuh dan
pelebaran ini akan tumpang tindih dengan pulsa-pulsa yang lainnya,
hal ini akan menyebabkan kesalahan pada deteksi sinyal. Adanya
dispersi membatasi kecepatan informasi (pada sistem digital
kecepatan informasi disebut data rate diukur dalam satuan bit per
second (bps) yang dapat dikirimkan.
- Pada fenomena optical soliton, efek dispersi ini diimbangi dengan
efek non-linier dan serat optik sehingga pulsa sinyal dapat
merambat tanpa mengalami perubahan bentuk (tidak melebar).
 Detector dan Amplifier
- Digunakan foto-detektor (photo-diode, photo transistor dan
sebagainya) yang berfungsi merubah sinyal optik yang diterima
menjadi sinyal listrik.
 Signal Processor
- Untuk transmisi analog, sinyal prosesor terdiri dari penguatan dan
filtering sinyal. Filtering bertujuan untuk memaksimalkan rasio dan
daya sinyal terhadap power sinyal yang tidak diinginkan. Fluktuasi
acak yang ada pada sinyal yang diterima disebut sebagai noise.
Bagaimana pengaruh noise ini terhadap sistem komunikasi
ditentukan oleh besaran SNR (Signal to Noise Ratio), yaitu
perbandingan daya sinyal dengan daya noise, biasanya dinyatakan
dalam deci-Bell (dB), makin besar SNR maka makin baik kualitas
sistem komunikasi tersebut terhadap gangguan noise.
- Untuk sistem digital, sinyal prosesor terdiri dan penguatan dan
filtering sinyal serta rangkaian pengambil keputusan.
- Rangkaian pengambil keputusan ini memutuskan apakah sebuah
bilangan biner 0 atau 1 yang diterima selama slot waktu dan setiap
individual bit. Karena adanya noise yang tak dapat dihilangkan
maka selalu ada kemungkinan kesalahan dan proses pengambilan
keputusan ini, dinyatakan dalam besaran Bit Error Rate (BER) yang
nilai-nya harus kecil pada komunikasi.
- Jika data yang dikirim adalah analog (misalnya suara), namun
ditransmisikan melalui serat optik secara digital (pada transmitter
dibutuhkan Analog to Digital Converter (ADC) sebelum sinyal
masuk modulator, maka dibutuhkan juga Digital to Analog
Converter (DAC) pada sinyal prosesor, untuk merubah data digital
menjadi analog, sebelum dikeluarkan ke output (misalnya speaker).
 Message Output
- Jika output yang dihasilkan di presentasikan langsung ke manusia,
yang mendengar atau melihat informasi tersebut, maka output yang
masih dalam bentuk sinyal listrik harus dirubah menjadi gelombang
suara atau visual image. Transduser (actuator) untuk hal ini adalah
speaker untuk audio message dan tabung sinar katoda (CRT) (atau
yang lainnya seperti LCD, OLED dan sebagainya) untuk visual
image.
- Pada beberapa situasi misalnya pada sistem dimana komputer-
komputer atau mesin-mesin lainnya dihubungkan bersama-sama
melalui sebuah sistem serat optik, maka output dalam bentuk sinyal
listrik langsung dapat digunakan. Hal ini juga jika sistem serat optik
hanya bagian dan jaringan yang lebih besar, seperti pada sebuah
fiber link antara telephone exchange atau sebuah fiber trunk line
membawa sejumlah program televisi, pada kasus ini processing
mencakup distribusi dan sinyal listrik ke tujuan-tujuan tertentu yang
diinginkan.
Peralatan pada message output secara sederhana hanya berupa sebuah
konektor elektrik dan processor sinyal ke sistem berikutnya. Penjelasan
sistem komunikasi diatas dapat dijelaskan pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.30. Sistem Komunikasi Serat Optik
2.17 Sistem Komunikasi Optik Koheren
Sistem Komunikasi Optik Koheren adalah suatu sistem komunikasi
yang menggunakan cahaya yang merambat di dalam serat optik sebagai
pembawa informasi yang akan dikirimkan kepada penerima, tetapi dengan
tingkat intensitas tinggi serta menggunakan detektor cahaya dan sumber
optik sebagai sumber penguatan sinyal informasi yang sedang merambat
melalui serat optik yang terhubung dengan sistem jaringannya.
2.18 Optical Multiplexing
Optical Multiplexing adalah penggabungan beberapa kanal sinyal
informasi serat optik ke dalam satu kanal serat optik dengan tujuan agar
sinyal-sinyal informasi tersebut dapat dikirimkan secara simultan dalam satu
kanal. Beberapa jenis metoda optical multiplexing, sebagai berikut:
a) Wave Division Multiplexing
Wave Division Multiplexing adalah salah satu teknologi multiplexing
dalam komunikasi serat optik yang bekerja dengan membawa sinyal
informasi yang berbeda pada satu serat optik dengan menggunakan
panjang gelombang cahaya laser yang berbeda. Hal ini dapat
meningkatkan kapasitas dan memungkinkan komunikasi dua arah pada
satu serat optik.
Gambar 2.31. Wave Division Multiplexing
b) Frequency Division Multiplexing
Frequency Division Multiplexing adalah teknik menggabungkan banyak
saluran input komunikasi serat optik menjadi sebuah saluran output
berdasarkan frekuensi serat optik.
Gambar 2.32. Frequency Division Multiplexing
2.19 Repeater
Repeater pada jaringan komunikasi serat optik berfungsi sebagai
penguat gelombang cahaya yang melemah di tengah jalan dalam mencapai
tujuannya.
a) Regenerative Repeater
Regenerative repeater pada serat optik berfungsi untuk menguatkan,
membersihkan, memperbaiki, serta mentransmisikan ulang sinyal
informasi kepada tujuannya.
Gambar 2.33. Regenerative Repeater
b) Optical Repeater
Optical Repeater adalah suatu perangkat yang digunakan dalam sistem
komunikasi serat optik untuk mempertinggi kekuatan sinyal optik dengan
cara merubahnya menjadi sinyal listrik dan memproses sinyal listrik
tersebut, kemudian mentrasmisikannya kembali kedalam bentuk sinyal
optik.
Gambar 2.34. Optical Repeater
2.20 Pengukuran Perlengkapan Serat Optik
Pengukuran perlengkapan serat optik sangat dibutuhkan untuk
mengukur dan mengetahui parameter seperti pelemahan (attenuation),
panjang, kehilangan pencerai dan penyambung, dalam sistem telekomunikasi
serat optik. Pada dasarnya pengukuran perlengkapan serat optik dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
a) Pengukuran Redaman Kabel
OTDR (Optical Time Domain Reflectometer) merupakan alat yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi suatu serat optik pada domain waktu.
OTDR dapat menganalisis setiap dan jarak akan insertion loss, reflection,
dan loss yang muncul pada setiap titik, serta dapat menampilkan
informasi pada layer tampilan.
Gambar 2.35. OTDR
Mekanisme Kerja OTDR
Umumnya mekanisme kerja OTDR adalah sebagai berikut:
1. Sinyal-sinyal cahaya dimasukkan ke dalam serat optik.
2. Sebagian sinyal dipantulkan kembali dan diterima oleh penerima.
3. Sinyal balik yang diterima akan dinyatakan sebagai loss.
4. Waktu tempuh sinyal digunakan untuk menghitung jarak.
Berdasarkan mekanisme kerja di atas dapat ditentukan beberapa
parameter yang dapat diukur pada OTDR salah satunya yaitu:
1. Jarak Dalam hal mi titik lokasi dalam suatu link, ujung link atau
patahan.
2. Loss-loss untuk masing splice atau total loss dan ujung ke ujung
dalam suatu link.
3. Atenuasi-atenuasi dan serat dalam suatu link.
4. Refleksi Besar refleksi (return loss) dan suatu event.
Fungsi OTDR
Beberapa fungsi yang dapat dilakukan oleh OTDR yaitu:
1. Mengukur Loss per satuan panjang. Loss pada saat instalasi serat
optik mengasumsikan redaman serat optik tertentu dalam loss per
satuan panjang. OTDR dapat mengukur redaman sebelum dan setelah
instalasi sehingga dapat memeriksa adanya ketidaknormalan seperti
bengkokan (bend) atau beban yang tidak diinginkan. Hal mi dapat
dilakukan dengan cara:
X [dBW] = A [dB] -  . L [dB]
X = Besarnya daya untuk jarak
L A = Daya awal yang diberikan OTDR ke serat optik untuk OTDR
mini,
Amax adalah 31
dBW  = Redaman (dB/km)
L = Panjang Sehingga dengan membaca grafik X dan L, akan didapat
 (redaman), dan dengan membandingkannya dengan loss budget
akan dapat disimpulkan apakah telah terjadi ketidak normalan.
2. Mengevaluasi sambungan dan konektor Pada saat instalasi OTDR
dapat memastikan apakah redaman sambungan dan konektor masih
berada dalam batas yang diperbolehkan.
3. Fault Location Fault seperti letaknya serat optik atau sambungan
dapat terjadi pada saat atau instalasi atau setelah instalasi, OTDR
dapat menunjukkan lokasi faultnya atau ketidak normalan tersebut.
Hal ini dapat dilakukan dengan melihat jarak terjadinya end of fiber
pada OTDR, jika kurang dan jarak sebenarnya maka pada jarak
tersebut terjadi kebocoran/kerekatan (asumsi set OTDR benar). End
of fiber pada OTDR ditandai dengan adanya daya < 3 dB (dapat
disesuaikan dengan menset) yang berfluktuasi. OTDR, pulse width,
disperse, rise time merupakan domain waktu, sedangkan bandwidth,
merupakan domain frekuensi.
b) Pengukuran Garis Terminal (Terminal Line)
Pengukuran garis terminal pada prinsipnya hampir sama dengan
pengukuran pada redaman kabel tetapi dengan memperhatikan indikasi
daya keluaran optik, daya yang diterima oleh serat optik, gelombang
cahaya serat optik, BER (Bit Error Rate), gelombang keluaran cahaya,
indikasi alarm dan sistem keamanan perangkat (jaringan).
2.21 Link Power Budget
Pengertian Link Power Budget adalah estimasi kebutuhan daya yang
dibutuhkan untuk memastikan level daya penerima lebih besar atau sama
dengan level daya threshold (daya minimum). Perhitungan power budget
merupakan aspek penting dalam melakukan analisis sistem komunikasi serat
optik. Tujuan utama perhitungan link power adalah menentukan jarak
maksimum yang dapat dicapai oleh sistem transmisi, perbandingan antara
daya keluaran sumber optik dan kepekaan daya minimum detektor optik,
redaman serat optik, redaman penyambungan (splice) dan konektor yang
digunakan.
Margin sistem ditambahkan untuk memberikan tambahan toleransi
cadangan redaman terhadap penurunan kemampuan kerja komponen yang
dipergunakan akibat pengaruh radiasi yang ditimbulkan karena
pembengkakan serat optik serta pengaruh rugi-rugi yang terjadi pada saat
penyambungan serat optik.
Daya yang ada dipenerima harus selalu lebih besar atau sama dengan
tingkat daya ambang yang telah dipersyaratkan. Perhitungan Link Power
Budget berkaitan dengan tingkat dan perangkat sistem yang digunakan. Jika
perhitungan link power budget tidak diperhatikan maka akan menyebabkan
perangkat tidak bekerja secara optimal.
2.21.1 Rumus Perhitungan Link Power Budget
Link Power Budget untuk sistem komunikasi serat optik identik dengan
Link Power Budget pada sistem komunikasi lainnya. Jika karakteristik
transmitter, losses, kabel serat optik dan sensitivitas receiver diketahui, maka
dengan proses power budgeting yang sederhana dapat ditentukan besarnya
daya yang disampaikan ke receiver.
Total redaman pada sistem serat optik harus tidak boleh lebih besar
dan kemampuan transmitter ke receiver. Rumus Link Power Budget adalah:
PR  PT – (f x L) – (Lc x m) – (Lsp x n) – m ………………. (2.5)
Dimana:
PT : Power yang dipancarkan dan Tx ke serat optik
f : Redaman persatuan panjang (db/Km)
L : Panjang saluran serat optik (Km)
Lc : Redaman tiap konektor (buah)
M : Jumlah konektor (buah)
Lsp : Redaman Splice (Splice)
M : Sistem margin (cadangan)
PR : Power yang diterima pada ujung serat optik (dbm)
BAB III
KONFIGURASI JARINGAN AKSES SISTEM KOMUNIKASI SERAT
OPTIK (SKSO) PADA AREA SUDIRMAN – KUNINGAN – GATOT
SUBROTO PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK
3.1. Konfigurasi Jaringan
Konfigurasi jaringan akses yang diterapkan oleh PT. Telekomunikasi
Indonesia dalam sistem komunikasi serat optik (SKSO) pada area Sudirman
– Gatot Subroto – Kuningan adalah jaringan lokal akses fiber (JARLOKAF).
Hal ini dapat dilihat dari wilayah operasionalnya yang berupa gedung
perkantoran dan gedung-gedung bertingkat (High Rise Building), sentra
bisnis dan area perumahan (residential) yang memerlukan penggelaran
konsep jaringan akses yang mampu menyediakan layanan terhadap user
tersebut dengan baik serta memiliki kualitas sistem keamanan dan
kehandalan yang tinggi. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan PT.
Telekomunikasi Indonesia menerapkan JARLOKAF pada area Sudirman –
Gatot Subroto – Kuningan adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kemampuan dan performansi jaringan akses yang
meliputi jenis jasa, kapasitas, kualitas pelayanan, fleksibilitas, dan
keandalan.
2. Mengurangi biaya investasi dan pengoperasian pada sistem jaringan
akses.
3. Menanggulangi keterbatasan infrastruktur bawah tanah yaitu dengan
lebih mengutamakan penerapan jaringan kabel duct.
4. Mengefektifkan sistem operasi dan pemeliharaan jaringan akses.
5. Mempersiapkan infrastruktur telekomunikasi untuk era multimedia dan
next generation network (NGN).
Selain itu dalam penerapannya JARLOKAF yang ada pada jalur
Sudirman – Gatot Subroto – Kuningan dioperasikan oleh dua Sentral
Telepon Otomat (STO) milik PT. Telekomunikasi Indonesia yang ada pada
daerah tersebut yaitu STO Semanggi dan STO Gatot Subroto.
Gambar 3.1 Topologi JARLOKAF Telkom Semanggi Gatot Subroto
3.2. Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF) PT. Telekomunikasi
Indonesia
JARLOKAF adalah sistem jaringan transmisi yang menghubungkan
sentral lokal ke arah terminal pelanggan dengan menggunakan media
transmisi serat optik.
Sistem JARLOKAF setidaknya memiliki 2 (dua) buah perangkat
opto-elektronik yaitu 1 (satu) perangkat opto-elektronik di sisi sentral dan 1
(satu) perangkat opto-elektronik di sisi pelanggan dan lokasi perangkat opto-
elektronik di sisi pelanggan disebut juga Titik Konversi Optik (TKO). Secara
praktis TKO berarti batas terakhir kabel optic ke arah pelanggan yang
berfungsi sebagai lokasi konversi sinyal optic ke sinyal elektronik. Terminal
pelanggan biasanya dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga.
Daerah dimana para pelanggan terhubung ke suatu TKO disebut
Daerah Akses Fiber (DAF). Sebagai perbandingannya, pada jaringan lokal
kabel tembaga dikenal 3 (tiga) buah daerah cakupan sentral, daerah Rumah
Kabel (RK) dan daerah cakupan Kotak Pembagi (KP). DAF dapat sebanding
dengan daerah cakupan RK atau daerah cakupan KP pada lokasi yang sudah
ada jaringan kabel tembaganya. Berikut ini kelebihan dan kekurangan
JARLOKAF.
Kelebihan dan kekurangan JARLOKAF :
1. Kelebihan JARLOKAF :
a. Tidak dapat disadap
b. Bebas interferensi
c. Kapasitas besar sehingga sangat cocok untuk digunakan di kota-kota
besar (daerah bisnis) dan yang membutuhkan jenis layanan yang
beragam
d. Ukuran kecil
2. Kelemahan JARLOKAF :
a. Mudah putus
b. Penyambungan sulit
c. Rentan terhadap gangguan fisik
Pemilihan teknologi JARLOKAF harus memperhatikan beberapa kriteria
antara lain :
 Jenis jasa dan kapasitas.
 Kemudahan Operational & Maintenance.
 Konfigurasi dan kehandalan sistem (reliability).
 Kompatibilitas antarmuka dan sesuai standard (compatibility).
 Tidak mudah usang dan dijamin produksinya.
 Biaya efektif.
 Tahapan pembangunan dan pengembangan dari teknologi JARLOKAF.
Selain itu JARLOKAF pada PT. Telekomunikasi Indonesia dapat
melayani beragam jenis layanan kepada para penggunanya. Berikut dibawah
ini jenis layanan yang dapat dilayani oleh JARLOKAF :
1. POTS (Plain Old Telephone Service)
2. ISDN Basic Rate Access (BRA)
3. ISDN Primary Rate Access (PRA)
4. 2.048 Mbps Digital Leased Line
5. 64 Kbps Digital Leased Line
6. n x 64 Kbps Digital Leased Line
7. 2 w / 4 w Analog Leased Line
8. CATV (Cable TV)
9. VOD (Video On Demand)
10. IPTV (Internet Protocol Television)
11. Dll
3.2.1. Struktur JARLOKAF
JARLOKAF terdiri dari 3 bagian :
1. Perangkat di sisi sentral
Perangkat di sisi sentral pada JARLOKAF berfungsi sebagai :
a. Interface (titik penghubung) dengan sentral lokal
b. Multiplexing dan Demultiplexing
c. Merubah sinyal listrik menjadi sinyal optik atau sebaliknya
merubah sinyal optik menjadi sinyal listrik
d. Pusat operasi dan pemeliharaan
2. Jaringan kabel optik
Jaringan kabel optik pada JARLOKAF berfungsi sebagai
pemandu gelombang cahaya (saluran transmisi)
3. Perangkat di sisi pelanggan
Perangkat di sisi pelanggan pada JARLOKAF berfungsi sebagai :
a. Interface (titik penghubung) dengan perangkat terminal pelanggan
b. Multiplexing dan demultiplexing
c. Merubah sinyal listrik menjadi sinyal optik atau sebaliknya
merubah sinyal listrik menjadi sinyal optik
Gambar 3.1. Struktur Konfigurasi JARLOKAF
3.2.2. Standar Teknologi JARLOKAF PT. Telekomunikasi Indonesia
Standar JARLOKAF dapat diklasifikasikan menjadi dua
kelompok yaitu standar sistem JARLOKAF dan standar pendukung
JARLOKAF. Standar sistem JARLOKAF meliputi :
a. Digital Loop Carrier (DLC).
b. Dense Wavelength Digital Multiplexing (DWDM).
c. Optical Transport Network (OTN).
d. Synchronous Digital Hierarchy (SDH).
e. Passive Optical Network (PON).
f. Active Optical Network (AON).
Standar pendukung JARLOKAF meliputi :
a. Single Mode Jelly Filled Loose Tube Optical Fibre Cable for
Duct, Aerial, Direct Buried Application.
b. Single Mode Tight buffered Optical Fibre for Indoor Application.
Sebagian dari standar tersebut sudah mempunyai Rekomendasi
ITU-T.
3.2.3. Digital Loop Carrier (DLC)
Teknologi ini merupakan hasil penerapan dari teknologi
PCM-30 pada sistem jaringan pelanggan. Teknologi ini memiliki dua
perangkat utama yaitu di sisi sentral (Central Terminal - CT) dan di
sisi pelanggan (Remote Terminal - RT). Keseluruhan fungsi
perangkat dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu :
a. Channel Bank yaitu perangkat yang melakasanakan pengkodean
sinyal suara (analog) menjadi sinyal digital 64 kpbs serta me-
multiplex menjadi 2 MBps dan sebaliknya.
b. HOM (High Orde Mux) yaitu hasil me-multiplex beberapa
Multiplex tingkat tinggi dengan sebuah OLTE yang bersesuaian.
Pada umumnya teknologi ini menggunakan dua serat optik. Bila
dibandingkan dengan sistem PCM, secara keseluruhan sistem DLC
memiliki jumlah perangkat yang semakin sedikit serta ukurannya dan
daya yang diperlukan pun menjadi lebih kecil.
3.2.3.1. Konfigurasi DLC
Seperti halnya PCM-30, DLC memiliki hubungan kabel serat
optik dari sisi sentral ke sisi pelanggan sebagai hubungan titik ke titik
(poin to point). Namun DLC juga dapat memiliki konfigurasi ring
baik single node ring maupun multi node ring.
Bila hubungan ke sentral dapat menggunakan antar muka 2
Mbit/s maka sistem ini akan semakin efisien dan sederhana. Bila
digunakan antarmuka tersebut (2 Mbit/s) maka sistem Channel Bank
pada sentral tidak digunakan (kecuali untuk 64 kbit/s Leased Line).
Gambar 3.2 di bawah ini memperlihatkan konfigurasi DLC.
Gambar 3.2. Konfigurasi DLC
3.2.4 Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM)
Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM)
merupakan teknik multiplexing dimana sejumlah sinyal optik
dengan panjang gelombang yang berbeda-beda ditransmisikan
secara simultan melalui sebuah serat optik tunggal. Tiap
panjang gelombang merepresentasikan sebuah kanal informasi.
Pada dasarnya, konfigurasi sistem DWDM terdiri dari
sekumpulan transmitter sebagai sumber optik yang
memancarkan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-
beda.
Sinyal cahaya tersebut kemudian mengalami proses
multiplexing dan ditransmisikan secara simultan melalui
medium serat optik yang sama. Di sisi receiver, sinyal tersebut
kemudian didemultiplikasi kembali dan dipisahkan berdasarkan
panjang gelombangnya masing-masing. Gambar 3.3
menunjukkan DWDM.
Gambar 3.3 DWDM
3.2.4.1 DWDM Laser
Sistem DWDM menggunakan resolusi tinggi, atau narrowband,
laser transmisi di 1550nm panjang gelombang Band. Operasi di
kisaran 1550nm memberikan dua manfaat: Ini meminimalkan
kerugian daya optik sebagai sinyal merambat sepanjang serat
memungkinkan jarak transmisi yang jauh lebih besar dengan
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF
ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF

Mais conteúdo relacionado

Semelhante a ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF

Aa komdat04 medium-transmisi_1
Aa komdat04 medium-transmisi_1Aa komdat04 medium-transmisi_1
Aa komdat04 medium-transmisi_1
Irmha Surya
 
Studi backbone telekomunikasi 2006
Studi backbone telekomunikasi 2006Studi backbone telekomunikasi 2006
Studi backbone telekomunikasi 2006
fsfarisya
 
Analisis Kuat Hantar Arus-Sekararum & S.Abduh.pdf
Analisis Kuat Hantar Arus-Sekararum & S.Abduh.pdfAnalisis Kuat Hantar Arus-Sekararum & S.Abduh.pdf
Analisis Kuat Hantar Arus-Sekararum & S.Abduh.pdf
SyamsirAbduh2
 
Presentasi Kelompok 2 AK3 Listrik 2022.pptx
Presentasi Kelompok 2 AK3 Listrik 2022.pptxPresentasi Kelompok 2 AK3 Listrik 2022.pptx
Presentasi Kelompok 2 AK3 Listrik 2022.pptx
DalvinPratama
 
Company Profile OSRAM - MAT
Company Profile OSRAM - MATCompany Profile OSRAM - MAT
Company Profile OSRAM - MAT
Abraham A E
 

Semelhante a ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF (20)

15
1515
15
 
Aa komdat04 medium-transmisi_1
Aa komdat04 medium-transmisi_1Aa komdat04 medium-transmisi_1
Aa komdat04 medium-transmisi_1
 
TIK KELAS IX BAB 4
TIK KELAS IX BAB 4TIK KELAS IX BAB 4
TIK KELAS IX BAB 4
 
Chapter3 Sistem Komunikasi Telepon
Chapter3 Sistem Komunikasi TeleponChapter3 Sistem Komunikasi Telepon
Chapter3 Sistem Komunikasi Telepon
 
Chapter2 Dasar Sistem Telekomunikasi
Chapter2 Dasar Sistem TelekomunikasiChapter2 Dasar Sistem Telekomunikasi
Chapter2 Dasar Sistem Telekomunikasi
 
Laporan Magang Jaringan Distribusi
Laporan Magang Jaringan DistribusiLaporan Magang Jaringan Distribusi
Laporan Magang Jaringan Distribusi
 
Studi backbone telekomunikasi 2006
Studi backbone telekomunikasi 2006Studi backbone telekomunikasi 2006
Studi backbone telekomunikasi 2006
 
Analisis Kuat Hantar Arus-Sekararum & S.Abduh.pdf
Analisis Kuat Hantar Arus-Sekararum & S.Abduh.pdfAnalisis Kuat Hantar Arus-Sekararum & S.Abduh.pdf
Analisis Kuat Hantar Arus-Sekararum & S.Abduh.pdf
 
Analisis kuat hantar arus-Sekararum & Syamsir Abduh
Analisis kuat hantar arus-Sekararum & Syamsir AbduhAnalisis kuat hantar arus-Sekararum & Syamsir Abduh
Analisis kuat hantar arus-Sekararum & Syamsir Abduh
 
Rf 3 g
Rf 3 gRf 3 g
Rf 3 g
 
DOKUMEN Tim B Penilaian Asesi Peraga.docx
DOKUMEN Tim B Penilaian Asesi Peraga.docxDOKUMEN Tim B Penilaian Asesi Peraga.docx
DOKUMEN Tim B Penilaian Asesi Peraga.docx
 
Jurnal kelompok
Jurnal kelompokJurnal kelompok
Jurnal kelompok
 
7.1.4.09.04
7.1.4.09.047.1.4.09.04
7.1.4.09.04
 
Chapter4 Pengantar Jaringan Telekomunikasi
Chapter4 Pengantar Jaringan TelekomunikasiChapter4 Pengantar Jaringan Telekomunikasi
Chapter4 Pengantar Jaringan Telekomunikasi
 
Presentasi Kelompok 2 AK3 Listrik 2022.pptx
Presentasi Kelompok 2 AK3 Listrik 2022.pptxPresentasi Kelompok 2 AK3 Listrik 2022.pptx
Presentasi Kelompok 2 AK3 Listrik 2022.pptx
 
pert - 3 Jaringan dasar
pert - 3 Jaringan dasarpert - 3 Jaringan dasar
pert - 3 Jaringan dasar
 
Contoh Proposal Tugas Akhir D3
Contoh Proposal Tugas Akhir D3Contoh Proposal Tugas Akhir D3
Contoh Proposal Tugas Akhir D3
 
Company Profile OSRAM - MAT
Company Profile OSRAM - MATCompany Profile OSRAM - MAT
Company Profile OSRAM - MAT
 
Cara memasang listrik; AKBP H. DADANG DJOKO KARYANTO,AMd Mar,SH,SIP,MH.
Cara memasang listrik; AKBP H. DADANG DJOKO KARYANTO,AMd Mar,SH,SIP,MH.Cara memasang listrik; AKBP H. DADANG DJOKO KARYANTO,AMd Mar,SH,SIP,MH.
Cara memasang listrik; AKBP H. DADANG DJOKO KARYANTO,AMd Mar,SH,SIP,MH.
 
Wcdma
WcdmaWcdma
Wcdma
 

ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF

  • 1. ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF JARINGAN AKSES SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK (SKSO) PADA AREA SUDIRMAN – KUNINGAN – GATOT SUBROTO PTTELEKOMUNIKASIINDONESIATBK TUGAS AKHIR Disusun Oleh : AZARYA N J SIAHAAN 062.05.074 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 2009
  • 2. ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF JARINGAN AKSES SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK (SKSO) PADA AREA SUDIRMAN – KUNINGAN – GATOT SUBROTO PTTELEKOMUNIKASIINDONESIATBK TUGAS AKHIR Disusun Oleh : AZARYA N J SIAHAAN 062.05.074 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 2009
  • 3. ANALYSIS CONFIGURATION AND ALTERNATIVE ROUT E O PT I CAL AC CE S S NE T W OR K COMMUNICATION SYSTEM AT SUDIRMAN – KUNINGAN – GATOT SUBROTO AREA PTTELEKOMUNIKASIINDONESIATBK FINAL ASSIGNMENT Written By : AZARYA N J SIAHAAN 062.05.074 ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTEMENT FACULTY OF INDUSTRIAL TECHNOLOGY TRISAKTI UNIVERSITY JAKARTA 2009
  • 4. ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF JARINGAN AKSES SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK (SKSO) PADA AREA SUDIRMAN – KUNINGAN – GATOT SUBROTO PTTELEKOMUNIKASIINDONESIATBK TUGAS AKHIR Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Strata-1 Pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti Disusun Oleh : AZARYA N J SIAHAAN 062.05.074 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 2009
  • 5. ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF JARINGAN AKSES SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK (SKSO) PADA AREA SUDIRMAN – KUNINGAN – GATOT SUBROTO PTTELEKOMUNIKASIINDONESIATBK TUGAS AKHIR Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Strata-1 Pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti Disusun Oleh : AZARYA N J SIAHAAN 062.05.074 Jakarta, Juli 2011 MENYETUJUI, Prof. Dr. Ir. Indra Surjati, MT. Dosen Pembimbing Tugas Akhir MENGETAHUI, Dr. Ir. Suhartati Agoes, MT. Ketua Jurusan Teknik Elektro
  • 6. SURAT KETERANGAN Nomor : 142 /PS520/HRC-13010000/2009 Sehubungan dengan pelaksanaan Kerja Praktek / Penelitian Siswa Sekolah Perguruan Tinggi Universitas “TRISAKTI” Jakarta, Kami yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa : No Nama / NIM Jurusan Tempat Praktek 1 Azarya N J Siahaan / 06205074 Teknik Telekomunikasi DIVA Telah melaksanakan Kerja Praktek / Penelitian di PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. HR Area-08 Jakarta, selama 01 (satu) bulan yaitu mulai tanggal 15 Maret sd 15 April 2009, dengan hasil baik. Demikian Surat Keterangan ini kami buat dengan sebenarnya, dengan ucapan terima kasih atas bantuan dan kerjasama yang telah terjalin selama ini. Jakarta, 13 Mei 2009 AFRIZAL OSM HR AREA VII JAKARTA
  • 7. Nota Dinas Nomor : C. Tel. 209/PD 000/HRC-12000000/2009 Kepada : Sdr. SM ACCESS PERFORMANCE DAN DATA MANAGEMENT Dari : OSM HR AREA VIII JAKARTA NON DIVRE Lampiran : - Perihal : Permohonan Kerja Praktek/Penelitian Mahasiswa Trisakti Jakarta (1 orang) 1. Menunjuk Surat Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Trisakti Jakarta Nomor: 009/AK.1.02/FTI-Kajur.E/II/2009 tanggal 21 Februari 2009 perihal Permohonan Kerja Praktek / Penelitian, diberitahukan bahwa 1 (satu) orang mahasiswa Universitas Trisakti dimaksud akan melaksanakan Kerja Praktek/Penelitian di Unit Kerja Saudara pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 April 2009. atas nama : No Nama NIM Jurusan Pelaks 1 Azarya N J Siahaan 06025074 Teknik Telekomunikasi 15 Maret sd 15 April 2009 2. Mohon bantuan Saudara untuk memberikan kesempatan mahasiswa melaksanakan kerja praktek/penelitian sesuai hubungan kerjasama industri dan untuk menjaga kerahasiaan dokumen perusahaan, kepada mahasiswa yang bersangkutan diwajibkan menandatangani Surat Pernyataan Bermaterai Cukup (Rp.6.000,-) yang telah kami sediakan dan selama melaksanakan PKL / Penelitian tidak diberikan uang lelah atau uang transport. 3. Demikian, atas bantuan dan kerjasamanya diucapkan terima kasih. Jakarta, 14 Maret 2009 Afrizal NIK: 600238 Tembusan 1. Sdr. OM HR REPRESENTATIVE 8.2 (UNIT SERVICE) 2. Sdr. MGR GENERAL SUPPORT REGIONAL II 3. Sdr. Kajur FTI Usakti printed by: Farida/601817 /Telkom Dokumen ini dan informasi yang terkandung di dalamnya hanya dipergunakan untuk kepentingan internal TELKOM. Setiap perbuatan atau tindakan, apapun cara dan bentuknya. yang mengakibatkan kandungan informasi tersebut diketahui oleh pihak-pihak yang tidak berhak dapat dikenai sanksi indisipliner dan/atau sanksi hukum ID : C3F7CO50BDD32EE44725785300189A38
  • 8. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TUGAS AKHIR Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Azarya N J Siahaan NIM : 062.05.074 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir dengan judul : ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF JARINGAN AKSES SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK (SKSO) PADA AREA SUDIRMAN – KUNINGAN – GATOT SUBROTO PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK yang saya buat ini adalah hasil karya saya sendiri, dan bukan merupakan duplikasi, serta tidak mengutip sebagian atau seluruhnya karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan sumbernya dan sesuai dengan batasan serta tata cara pengutipan. Apabila didapati pelanggaran atas pernyataan saya ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Universitas Trisakti. Jakarta, Juli 2009 Azarya N J Siahaan
  • 9. ABSTRAK Perkembangan pesat dan persaingan penyedia jenis layanan di dunia Telekomunikasi saat ini semakin ketat. Sehingga setiap penyedia jasa layanan telekomunikasi dituntut untuk memberikan kinerja jasa dan pelayanan terbaik kepada para pelanggannya. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebagai penyedia jasa layanan jaringan akses komunikasi terbesar di Indonesia dituntut untuk memberikan jasa dan kinerja pelayanan yang terbaik kepada para pelanggannya khususnya pada area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto yang merupakan sentra bisnis dan pusat perekonomian di Indonesia. Maka untuk memberikan pelayanan yang terbaik terhadap para pelanggannya pada area tersebut, PT Telekomunikasi Indonesia menerapkan konsep jaringan lokal akses fiber (JARLOKAF) yang mampu memberikan pelayanan yang terbaik dan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan pada area tersebut. Pada tugas akhir ini akan dibahas tentang analisis konfigurasi jaringan akses fiber (JARLOKAF) yang diimplementasikan oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk pada area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto. Penerapan JARLOKAF pada area tersebut adalah untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada para pelanggannya serta memiliki sistem keamanan dan kehandalan yang tinggi. Selain itu, juga akan dibahas tentang jalur utama dan jalur alternatif pada area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto, perhitungan link power budget pada jalur utama maupun jalur alternatif, dan pembuatan jalur alternatif cadangan (tambahan) apabila terjadi gangguan (kerusakan total) pada area tersebut. Hasil analisis yang didapat dari konfigurasi jaringan menunjukkan bahwa JARLOKAF yang diterapkan pada area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto sangat cocok dan ideal serta sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Demikian juga dengan perhitungan link power budget pada jalur utama dan jalur alternatif menunjukkan bahwa nilai -10 dBm  -1 dBm pada daya perangkat power transmitter (PT) sangat sesuai dengan nilai daya yang diterima pada perangkat receiver (PR) yaitu sebesar -25 dBm  -16 dBm untuk jalur utama dan -24,6 dBm  -15,6 dBm untuk jalur alternatif. Sistem proteksi 1+1 maupun sistem proteksi 1:1 sangat cocok dan ideal ditempatkan pada area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto.
  • 10. ABSTRACT Rapid development and type of service provider competition in the world today increasingly stringent Telecommunications. So thatevery provider of telecommunications services required to deliver the performance and the best service to its customers. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk as the provider of the largest communications access network services in Indonesia are required to provide service and performance the best service to its customers especially in the area of Sudirman - Kuningan – Gatot Subroto, who is the center of business and economic center in Indonesia. So to provide the best service to its customers in the area, PT Telekomunikasi Indonesia applies the concept of local access fiber networks (JARLOKAF) that is able to provide the best service and in accordance with the wishes and needs of customersin these areas. In this final assignment configuration will be discussed on the analysis of fiber access networks (JARLOKAF) which is implemented by PT Telekomunikasi Indonesia Tbk in Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto area. Application JARLOKAF in these areas is to provide maximum service to its customers and has a security system and high reliability. In addition, it will also be discussed on the main route and alternative routes in the area of Sudirman - Kuningan – Gatot Subroto, the link power budget calculations on the main and alternative pathways, and making a backup alternate path (extra) in case of disruption (damage total) in the area. The results obtained from the analysis showed that the network configuration is applied to the JARLOKAF Sudirman - Kuningan - Gatot Subroto area is perfect and ideal and in accordance with customer needs. Likewise, the link power budget calculations on the main and alternative pathways indicates that the value of -1 dBm  -10 dBm on the power device transmitter power (PT) is in accordance with the received power at the receiver (PR) that is equal to -25 dBm  -16 dBm for the main line and -24.6 dBm -15.6 dBm  for alternative pathways. 1+1 protection system and protection system is perfect 1:1 and ideally placed on the area of Sudirman - Kuningan - Gatot Subroto.
  • 11. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas berkat, rahmat, kasih karunia, dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku Tugas Akhir ini dengan judul : ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF JARINGAN AKSES SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK (SKSO) PADA AREA SUDIRMAN – KUNINGAN – GATOT SUBROTO PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK Tugas akhir ini dibuat untuk melengkapi salah satu persyaratan akhir dalam menyelesaikan pendidikan strata satu pada jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti. Dalam proses penyusunan dan pembuatan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, dukungan, masukan dan saran dari berbagai pihak terkait. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Ibu Prof. DR. Ir. Indra Surjati, MT selaku Pembimbing Tugas Akhir dan juga selaku Walik Dekan I Bidang Akademis yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada Penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini. 2. Ibu DR. Ir. Suhartati Agoes, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro, Universitas Trisakti. 3. Ibu Ir. Rosalia Subrata, selaku Koordinator Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro Universitas Trisakti. 4. Bapak Shelter Tobing, Bapak Riwayanto, Bapak Gatot, Bang Dikko yang telah banyak memberikan bimbingan di PT Telekomunikasi Indonesia sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
  • 12. 5. Ibu Ir. Cecilia Susilawati, MT selaku Penasehat Akademis yang telah memberikan bimbingan dan saran yang sangat berharga kepada penulis untuk menjalani kuliah dengan baik. 6. Papa dan Mama tercinta maupun kedua adikku tersayang yang selalu memberikan dukungan doa dan semangat, serta motivasi kepada penulis supaya dapat menyelesaikan Kerja Praktek maupun kuliah dengan baik. 7. Saudara-saudara dan keluarga besar khususnya Om Slamet, Om Gideon, Om Carol, maupun Om Benny yang telah memberikan dukungan doa, dana, moril, serta motivasi dan semangat kepada penulis. 8. Teman-teman Elektro Trisakti khususnya Angkatan 2005 yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan buku Tugas Akhir. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan buku Tugas Akhir ini yang disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan wawasan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan dan menghargai berbagai masukan, kritik, dan saran yang membangun dari para pembaca. Penulis juga berharap semoga buku Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya kepada para dosen dan teman-teman mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Universitas Trisakti, Jakarta. Akhir kata, semoga Tuhan YME senantiasa memberkati kita semua.Amin. Jakarta, Juli 2009 Penulis (062.05.074)
  • 13. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL (BERBAHASA INDONESIA)..................................... i HALAMAN JUDUL (BERBAHASA INGGRIS) .......................................... ii HALAMAN JUDUL........................................................................................ iii HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ........................ v ABSTRAK ...................................................................................................... vi ABSTRACT..................................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... x DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xxi BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah .......................................................... 3 1.3 Tujuan Penulisan ............................................................... 4 1.4 Batasan Masalah................................................................. 4 1.5 Metode Penelitian............................................................... 5 1.6 Sistematika Penulisan ........................................................ 5
  • 14. BAB II TEORI DASAR SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK ..................................................................... 7 2.1 Komponen Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik ........... 7 2.2 Konsep Perambatan Cahaya.............................................. 8 2.3 Karakteristik Serat Optik.......................................... 10 2.4 Struktur Serat Optik ........................................................... 13 2.5 Prinsip Dasar Perambatan Cahaya Pada Serat Optik ......... 14 2.6 Jenis Serat Optik ................................................................ 16 2.7 Karakteristik Transmisi Serat Optik .................................. 20 2.8 Pembengkokan Serat Optik (Fiber Bending)..................... 22 2.9 Komponen Utama Sistem Transmisi Serat Optik.............. 22 2.10 Prinsip Kerja Transmisi Pada Serat Optik ....................... 26 2.11 Konstruksi Kabel Optik ................................................... 27 2.11.1 Fungsi dan Bagian-Bagian Kabel Optik Jenis Loose Tube............................................................ 28 2.11.2 Fungsi dan Bagian-Bagian Kabel Optik Jenis Slot ............................................................... 29 2.11.3 Spesifikasi Kabel Serat Optik ............................... 33 2.12 Metode Penyambungan Serat Optik ................................ 33 2.13 Keuntungan dan Kerugian Serat Optik ............................ 37 2.14 Sumber Cahaya ................................................................ 38 2.15 Detektor Cahaya............................................................... 41 2.16 Sistem Komunikasi Menggunakan Serat Optik............... 43
  • 15. 2.17 Sistem Komunikasi Optik Koheren ................................. 49 2.18 Optical Multiplexing........................................................ 49 2.19 Repeater............................................................................ 50 2.20 Pengukuran Perlengkapan Serat Optik............................. 52 2.21 Link Power Budget .......................................................... 55 2.21.1 Rumus Perhitungan Link Power Budget............... 56 BAB III KONFIGURASI JARINGAN AKSES SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK (SKSO) PADA AREA SUDIRMAN – KUNINGAN – GATOT SUBROTO PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK ................... 57 3.1 Konfigurasi Jaringan.......................................................... 57 3.2 Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF) PT. Telekomunikasi Indonesia........................................... 58 3.2.1 Struktur JARLOKAF .............................................. 60 3.2.2 Standar Teknologi JARLOKAF PT. Telekomunikasi Indonesia................................. 62 3.2.3 Digital Loop Carrier (DLC) ...................................... 62 3.2.3.1 Konfigurasi DLC.......................................... 63 3.2.4 Synchronous Digital Hierarchy (SDH) .................... 64 3.2.4.1. Struktur Frame SDH ................................... 66 3.2.5 Passive Optical Network (PON) .............................. 67 3.2.5.1. OLT (Optical Line Terminal)...................... 70 3.2.5.2. Optical Distribution Network (ODN) ......... 71
  • 16. 3.2.5.3. Optical Network Unit (ONU)...................... 73 3.2.6 Active Optical Network (AON)................................ 74 3.3 Sistem Transmisi JARLOKAF pada PT. Telekomunikasi Indonesia........................................... 75 3.4 Aplikasi JARLOKAF Pada PT. Telekomunikasi Indonesia ............................................................................ 80 3.5 Konfigurasi Sistem JARLOKAF STO Semanggi dan STO Gatot Subroto pada area Sudirman – Gatot Subroto – Kuningan ........................................................... 84 3.5.1 Kombinasi dengan Ring ........................................... 86 3.6 User (Pengguna)................................................................. 88 3.7 Prinsip Kerja JARLOKAF................................................. 92 3.7.1. Antarmuka (Interface) Jarlokaf V 5.1...................... 93 3.7.2. Antarmuka (Interface) Jarlokaf V 5.2 ...................... 93 3.8 Kapasitas dan Kualitas JARLOKAF.................................. 95 3.9 Sistem Proteksi Pada JARLOKAF .................................... 96 3.9.1 Sub Network Connection Protection (SNCP)........... 97 3.9.2 Multiplex Section Protection (MSP)......................... 97 3.9.3 Sistem Proteksi JARLOKAF Pada Topologi Ring... 99 BAB IV ANALISIS KONFIGURASI DAN JALUR ALTERNATIF ........................................................ 101 4.1 Analisis Konfigurasi Jaringan dan Topologi Ring STO Semanggi dan STO Gatot Subroto Pada Area Sudirman –Kuningan – Gatot Subroto............................... 101
  • 17. 4.1.1 Analisis Konfigurasi Jaringan.................................. 101 4.1.1.1 Analisis Konfigurasi JARLOKAF dengan Teknologi Akses DLC dan Sistem Transmisi SDH................................. 102 4.1.1.2 Analisis Konfigurasi JARLOKAF dengan Teknologi Akses PON dan Sistem Transmisi SDH............................................. 104 4.1.2 Analisis Topologi Ring ............................................ 108 4.1.2.1 Analisis Topologi Ring Logic...................... 108 4.1.2.2 Analisis Topologi Ring Fisik....................... 110 4.2 Analisis dan Perhitungan Link Power Budget Jalur Utama dan Jalur Alternatif Pada Area Sudirman – Gatot Subroto – Kuningan ................................................. 111 4.2.1 Analisis Jalur Utama Pada Area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto......................................................................... 111 4.2.2 Analisis Jalur Alternatif Pada Area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto ....................................... 112 4.2.3 Perhitungan Link Power Budget Pada Jalur Utama Area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto........... 114 4.2.4 Perhitungan Link Power Budget Pada Jalur Alternatif Area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto ........................................................... 119
  • 18. 4.2.5 Analisis Dari Perhitungan Link Power Budget pada Jalur Utama dan Jalur Alternatif pada Area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto.................... 124 4.3 Analisis Sistem Proteksi Perangkat Pada STO Semanggi dan STO Gatot Subroto..................................... 125 4.3.1 Analisis Sistem Proteksi Perangkat 1+1 pada STO Semanggi dan STO Gatot Subroto .................. 126 4.3.2 Analisis Sistem Proteksi Perangkat 1 : 1 pada STO Semanggi dan STO Gatot Subroto .................. 127 4.4 Pembuatan dan Analisis Jalur Alternatif Cadangan (Tambahan) Dengan Topologi Ring .................................. 129 4.5 Implementasi JARLOKAF ................................................ 134 4.5.1 Penentuan Teknologi................................................ 135 4.5.2 Konfigurasi Jaringan JARLOKAF........................... 136 4.5.3 Penentuan Batas Daerah Pelayanan ......................... 137 4.5.4 Penyusunan Rancangan Dasar dan Rancangan Rinci ...................................................... 138 4.5.5 Manajemen Proyek................................................... 140 4.5.6 Menyusun Jaringan Kerja Proyek............................ 141 4.5.7 Perubahan Jadwal Network Planning....................... 142 4.5.8 Pekerjaan Sipil ......................................................... 142 4.5.9 Penentuan Kapasitas Kabel Serat Optik................... 146 4.5.10 Jadwal Perencanaan/Time Frame............................ 147
  • 19. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 148 5.1 Kesimpulan ........................................................................ 148 5.2 Saran .................................................................................. 149 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
  • 20. DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Data-data Single Mode Step Index Fiber........................................ 17 Tabel 2.2 Data-data Multi Mode Step Index Fiber......................................... 18 Tabel 2.3 Data-data Multi Mode Graded Index Fiber .................................... 20 Tabel 2.4 Spesifikasi Serat Optik.................................................................... 33 Tabel 2.5 Kelebihan dan Kekurangan LED dan LASER ............................... 40 Tabel 3.1 Standar Frame dan Kecepatan SDH .............................................. 66 Tabel 3.2 Redaman Passive Splitter................................................................ 73 Tabel 3.3 Perbandingan Teknis SDM, WDM, DDM, TCM, CDM, SCM..... 80 Tabel 3.4 User (Pengguna) ............................................................................. 89 Tabel 3.5 Perbandingan Antarmuka V 5.1 dan V 5.2..................................... 94 Tabel 3.6 Sistem Proteksi Topologi Ring....................................................... 100 Tabel 4.1 Parameter Link Power Budget Pada Jalur Utama........................... 117 Tabel 4.2 Perhitungan Link Power Budget Jalur Utama Pada Area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto........................................... 118 Tabel 4.3 Parameter Link Power Budget Pada Jalur Alternatif...................... 122 Tabel 4.4 Perhitungan Link Power Budget Jalur Alternatif Pada Area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto........................................... 123 Tabel 4.5 Jadwal Perencanaan / Time Frame ................................................. 147
  • 21. DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Komponen Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik.................. 8 Gambar 2.2. Hukum Snellius........................................................................ 9 Gambar 2.3. Numerical Aperture.................................................................. 10 Gambar 2.4. Struktur Serat Optik ................................................................. 14 Gambar 2.5. Lintasan Cahaya Dalam Serat Optik........................................ 15 Gambar 2.6. Single Mode Step-Index Fiber ................................................. 16 Gambar 2.7. Perambatan Cahaya dalam Single Mode Step-Index Fiber...... 16 Gambar 2.8. Multimode Step-Index Fiber.................................................... 17 Gambar 2.9. Perambatan Gelombang Cahaya Pada Multimode Step-Index Fiber....................................................................... 18 Gambar 2.10. Multimode Graded Index ......................................................... 19 Gambar 2.11. Perambatan Gelombang Cahaya Pada Multimode Graded Index............................................................................ 20 Gambar 2.12. Karakteristik Transmisi Serat Optik......................................... 21 Gambar 2.13. Pembengkokan Serat Optik...................................................... 22 Gambar 2.14. Elemen Utama Transmisi Serat Optik...................................... 23 Gambar 2.15. Prinsip Kerja Transmisi Pada Serat Optik ............................... 27 Gambar 2.16. Penampang Kabel Optik Jenis Loose Tube ............................. 29 Gambar 2.17. Penampang Kabel Optik Jenis Slot.......................................... 30 Gambar 2.18. Kabel Duct ............................................................................... 30 Gambar 2.19. Kabel Tanah ............................................................................. 31 Gambar 2.20. Kabel Atas Tanah (Udara) ....................................................... 31
  • 22. Gambar 2.21. Kabel Indoor kapasitas 2-6 Fiber Optic ................................... 32 Gambar 2.22. Kabel Indoor Kapasitas 8-12 Fiber Optic ............................... 32 Gambar 2.23. Konektor.................................................................................... 34 Gambar 2.24. Metode Peleburan (Penyambungan) Serat Optik (Fussion Splicing) .................................................................... 35 Gambar 2.25. Metode Mekanis (Penyambungan) Serat Optik (V-groove Splicing).................................................................. 36 Gambar 2.26. Gambar LED ............................................................................ 39 Gambar 2.27. Gambar LASER ....................................................................... 40 Gambar 2.28. Detektor Cahaya....................................................................... 42 Gambar 2.29. Blok Diagram Sistem Komunikasi Serat Optik ....................... 43 Gambar 2.30. Sistem Komunikasi Serat Optik............................................... 48 Gambar 2.31. Wave Division Multiplexing.................................................... 50 Gambar 2.32. Frequency Division Multiplexing ............................................ 50 Gambar 2.33. Regenerative Repeater ............................................................. 51 Gambar 2.34. Optical Repeater....................................................................... 51 Gambar 2.35. OTDR....................................................................................... 52 Gambar 3.1. Struktur Konfigurasi JARLOKAF........................................... 61 Gambar 3.2. Konfigurasi DLC...................................................................... 63 Gambar 3.3. Multiplexing SDH..................................................................... 65 Gambar 3.4. Konfigurasi PON...................................................................... 68 Gambar 3.5. Arsitektur PON ........................................................................ 69 Gambar 3.6. Optical Line Terminal (OLT)................................................... 70 Gambar 3.7. ONU (Optical Network Unit)................................................... 73
  • 23. Gambar 3.8. Konfigurasi AON..................................................................... 75 Gambar 3.9. Space Division Multiplexing ................................................... 76 Gambar 3.10. Direct Division Multiplexing (DDM)...................................... 76 Gambar 3.11. Wavelength Division Multiplexing (WDM)............................ 77 Gambar 3.12. Time Compression Multiplexing (TCM)................................. 78 Gambar 3.13. Code Division Multiplexing (CDM)........................................ 78 Gambar 3.14. Subcarrier Multiplexing (SCM)............................................... 79 Gambar 3.15. Konfigurasi Fiber To The Building.......................................... 82 Gambar 3.16. Konfigurasi Fiber To The Zone ............................................... 82 Gambar 3.17. Konfigurasi Fiber To The Curb................................................ 83 Gambar 3.18. Konfigurasi Fiber To The Home.............................................. 84 Gambar 3.19. Konfigurasi JARLOKAF STO Semanggi dan STO Gatot Subroto .......................................................................... 85 Gambar 3.20. Konfigurasi Single Star............................................................ 86 Gambar 3.21. Konfigurasi Multiple Star ........................................................ 86 Gambar 3.22. Konfigurasi Ring Kabel ........................................................... 87 Gambar 3.23. Konfigurasi Ring SDH............................................................. 88 Gambar 3.24. Kombinasi Ring SDH dengan JARLOKAF ............................ 88 Gambar 3.25. Antarmuka V 5.1...................................................................... 93 Gambar 3.26. Antarmuka V 5.2...................................................................... 94 Gambar 3.27. Kapasitas Sistem Jarlokaf ........................................................ 96 Gambar 3.28. Sub Network Connection Protection (SNCP) Pada SDH ........ 97 Gambar 3.29. Multiplex Section Protection (MSP)........................................ 99
  • 24. Gambar 4.1 Konfigurasi JARLOKAF dengan Teknologi Akses DLC dan Sistem Transmisi SDH...................................................... 103 Gambar 4.2 Konfigurasi JARLOKAF dengan Teknologi Akses PON dan Sistem Transmisi SDH...................................................... 107 Gambar 4.3 Topologi Ring Logic................................................................ 109 Gambar 4.4 Topologi Ring Fisik ................................................................. 110 Gambar 4.5 Jalur Utama Area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto.................. 111 Gambar 4.6 Jalur Alternatif Area Sudirman - Kuningan - Gatot Subroto... 112 Gambar 4.7 Jalur Alternatif Area Sudirman - Kuningan - Gatot Subroto... 113 Gambar 4.8 Jalur Alternatif Area Sudirman - Kuningan - Gatot Subroto... 113 Gambar 4.9 Proteksi perangkat 1+1 dan 1:1 pada saat aktif dan pasif ........ 125 Gambar 4.10 Sistem Proteksi Perangkat 1+1 pada STO Semanggi dan STO Gatot Subroto .................................. 127 Gambar 4.11 Sistem Proteksi Perangkat 1:1 pada STO Semanggi dan STO Gatot Subroto .................................. 129 Gambar 4.12 Konfigurasi Jalur Alternatif Cadangan dengan Topologi Ring yang Menghubungkan STO Slipi – STO Gambir – STO Jatinegara – STO Kebayoran Baru – STO Gatot Subroto – STO Semanggi............................................... 132 Gambar 4.13 Prosedur Perencanaan Implementasi JARLOKAF.................. 134 Gambar 4.14 Contoh Konfigurasi JARLOKAF ............................................ 137 Gambar 4.15 Penjilidan Gambar Perencanaan JARLOKAF......................... 139 Gambar 4.16 Parameter Ukuran Perancangan Gambar JARLOKAF............ 140 Gambar 4.17 Diagram Panah......................................................................... 141
  • 25. Gambar 4.18 Diagram Panah Network Waktu dan Biaya ............................. 142 Gambar 4.19 Pipa Subduct ............................................................................ 144 Gambar 4.20 Primary Network dan Secondary Network .............................. 145
  • 26. DAFTAR SINGKATAN ADC Analog to Digital Converter ADM Add Drop Multiplex ADSL Asymetric Digital Subscriber Line AON Active Optical Network APD Avalanche Photo Diode APS Automatic Protection System AS Active Splitter ASE Active Splitting Equipment ATM Asynchronous Transfer Mode BER Bit Error Rate BRA Basic Rate Access CATV Cable TV CCD Video cameras CDM Code Division Multiplexing CO Central Office CRT Cathode Ray Tube CT Central Terminal CT Central Terminal DAC Digital to Analog Converter DAF Daerah Akses Fiber dB deci-Bell
  • 27. DDM Direction Division Multiplexing DLC Digital Loop Carrier DXC Digital Cross-Connect EMS Elemen Management System FTTA Fiber To The Apartment FTTB Fiber To The Building FTTC Fiber To The Curb FTTD Fiber To The Desk FTTH Fiber To The Home FTTO Fiber To The Office FTTZ Fiber To The Zone HDPES High Density Polyethylene Sheath HFC Hybrid Fiber Coax HH Handhole HOM High Orde Mux IPTV Internet Protocol Television ISDN Integrated Service Digital Network JARLOKAF Jaringan Lokal Akses Fiber KP Kotak Pembagi LASER Light Amplification by Simulated Emission of Radiation LCD Liquid Crystal Display LD Laser Diode LED Light Emitting Diode
  • 28. MH Manhole MRP Minimum Required Power MSP Multipleks Section Protection NA Numerical Aperture NGN next generation network ODN Optical Distribution Network OLED Optical Light Emitting Diode OLT Optical Line Termination OLTE Optical Line Termination Equipment ONU Optical Network Unit OTDR Optical Time Domain Reflectometer PBTP Polybutylene Terepthalete PCM Pulse Code Modulation PE Polyethylene PIN Positive Intrinsic Negative PON Passive Optical Network. POTS Plain Old Telephone Service POTS Plain Old Telephone Switch PR Power received PRA Primary Rate Access PS Passive Splitter PT Power transmitted RK Rumah Kabel
  • 29. RT Remote Terminal SCM Subcarrier Multiplexing SDH Synchronous Digital Hierarchy SDM Space Division Multiplexing SKSO Sistem Komunikasi Serat Optik SNCP Sub Network Connection Protection SNR Signal Noise Ratio SST Satuan Sambungan Telepon STM Synchronous Transport Module STO Sentral Telepon Otomat TCM Time Compression Multiplexing TDM Time Division Multiplex TKO Titik Konversi Optik VDSL Very High Digital Subscriber Line VOD Video On Demand WDM Wavelength Division Multiplexing
  • 30. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, komunikasi menjadi suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam masyarakat. Dunia sudah banyak berhubungan dengan berbagai jenis jaringan, baik itu jaringan tembaga, jaringan radio, maupun jaringan serat optik. Perkembangan sistem teknologi informasi dan komunikasi yang sedemikian cepat pada masyarakat modern, sudah pasti membutuhkan sarana komunikasi yang mampu memenuhi semua kebutuhan akan layanan informasi dan komunikasi tersebut. untuk memenuhi kebutuhan akan layanan informasi dan komunikasi tersebut, maka diperlukan suatu jaringan komunikasi yang mampu diandalkan, memiliki bandwidth yang besar, kebal terhadap interferensi dan crosstalk, tidak mudah disadap, memiliki rugi transmisi daya yang kecil, memiliki fleksibilitas yang baik, serta mempunyai sistem keamanan dan kehandalan yang tinggi. Hingga saat ini, dunia telekomunikasi menganggap bahwa jaringan komunikasi berbasis serat optik merupakan jaringan yang dipercaya mampu menangani masalah tersebut. Perusahaan yang tergabung di dalam bidang penyedia layanan telekomunikasi yang bersaing dalam memberikan fasilitas dan pelayanan guna memudahkan dalam melakukan komunikasi, demi terwujudnya kepuasan bagi pelanggan. Untuk mengimplementasikan itu semua, maka kualitas performansi
  • 31. sarana telekomunikasi harus dijaga dan dipelihara dengan baik, begitu juga dengan sistem transmisi dari sarana telekomunikasi tersebut juga harus dipelihara dengan baik. Oleh karena itu, untuk menjaga agar pertukaran informasi berjalan dengan baik melalui jaringan serat optik, performansi jaringan harus dijaga dengan baik sehingga dapat mencapai kondisi ideal dalam proses komunikasi yang sedang berlangsung. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebagai penyedia utama layanan jaringan komunikasi serat optik tentu saja berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggannya. Khususnya untuk area bisnis seperti Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto, yang merupakan sentra bisnis di indonesia PT Telekomunikasi Indonesia menerapkan konsep jaringan akses serat optik yang mampu menangani semua kebutuhan para pelanggan yang berupa sentra bisnis, gedung perkantoran maupun area perumahan residential. Pada area Sudriman – Kuningan – Gatot Subroto, PT Telekomunikasi Indonesia menerapkan konsep jaringan lokal akses fiber (JARLOKAF) yang mampu menyediakan layanan dengan maksimal dan ideal kepada para pelanggannya yang berupa sentra bisnis, gedung bertingkat, dan area perumahan yang di catu oleh dua sentral telepon otomat (STO) milik PT Telekomunikasi Indonesia yaitu STO Semanggi dan STO Gatot Subroto. Selain itu pada area tersebut terdapat dua jalur operasional yaitu jalur utama dan jalur alternatif yang mana fungsinya jalur alternatif pada area tersebut berfungsi menggantikan jalur utama apabila terjadi gangguan ataupun kerusakan operasional. Selain itu
  • 32. penggunan topologi ring pada area tersebut untuk meningkatkan kapasitas kehandalan dan sistem proteksi pada JARLOKAF tersebut. Pada tugas akhir ini akan dijelaskan tentang konsep JARLOKAF, struktur JARLOKAF, standard teknologi yang digunakan pada JARLOKAF, sistem transmisi JARLOKAF, aplikasi JARLOKAF, dan konfigurasi JARLOKAF pada area sudarman – kuningan – Gatot Subroto yang juga mencakup prinsip kerja kapasitas dan proteksi JARLOKAF pada area tersebut. juga akan di lakukan analisis tentang konfigurasi JARLOKAF dan topologi ring, analisis jalur utama dan jalur alternatif, analisis sistem proteksi, maupun pembuatan jalur alternatif cadangan yang mampu memback-up jalur utama dan jalur alternatif pada area tersebut, sehingga para pelanggannya tetap dapat bekerja seperti biasa dan tidak merasakan terjadinya gangguan dan kerusakan pada jaringan akses serat optik. 1.2. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penulisan tugas akhir ini adalah menganalisis konfigurasi jaringan lokal akses fiber (JARLOKAF) STO Semanggi dan STO Gatot Subroto pada area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto dengan teknologi transmisi SDH, DLC, dan PON, analisis topologi ring pada STO Semanggi dan STO Gatot Subroto pada area tersebut, analisis jalur utama dan jalur alternatif, perhitungan link power budget, analisis sistem proteksi perangkat, dan implementasi jaringan yang dilakukan oleh PT Telekomunikasi Indonesia.
  • 33. 1.3. Tujuan Penulisan Penyusunan tugas akhir ini dimaksudkan untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang konfigurasi jaringan lokal akses fiber (JARLOKAF) pada area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto, topologi ring pada area tersebut, jalur utama dan jalur alternatif pada area tersebut. 1.4. Batasan Masalah Batasan masalah yang akan dibahas dalam penyusunan tugas akhir ini mencakup hal-hal sebagai berikut : A. Menjelaskan tentang sistem komunikasi serat optik, struktur serat optik, perambatan cahaya dalam serat optik, karakteristik serat optik, prinsip kerja stransmisi serat optik, konstruksi kabel serat optik, metode penyambungan serat optik, sumber cahaya, dan detektor cahaya. B. Menjelaskan tentang konsep dasar JARLOKAF, struktur JARLOKAF, standar teknologi JARLOKAF, sistem transmisi JARLOKAF, aplikasi JARLOKAF, konfigurasi JARLOKAF pada area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto serta sistem proteksi JARLOKAF pada area tersebut. C. Melakukan analisis konfigurasi jaringan atau akses fiber (JARLOKAF), analisis jalur utama dan jalur alternatif, analisis sistem proteksi perangkat, analisis dan pembuatan jalur alternatif cadangan (tambahan), dan implementasi jaringan yang dilakukan oleh PT Telekomunikasi Indonesia.
  • 34. 1.5. Metode Penelitian Metode penelitian dilakukan dengan cara mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan konfigurasi jaringan dan analisis jaringan pada PT Telekomunikasi Indonesia khususnya pada area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto sebagai berikut : A. Mempelajari buku-buku literatur dan buku-buku referensi yang berhubungan dengan topik pembahasan. B. Melakukan diskusi dan bimbingan kepada dosen pembimbing tugas akhir dan juga melaksanakan bimbingan langsung kepada pembimbing lapangan untuk lebih memahami dan mengetahui konfigurasi jaringan serta melakukan analisis. C. Mengambil data-data baik dari buku, internet, dan pengambilan langsung data lapangan pada PT Telekomunikasi Indonesia. 1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada tugas akhir mencakup Bab I – Bab V yaitu : Bab I Pendahuluan Pada bab ini berisi mengenai latar belakang perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, metode penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II Teori Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik Pada bab ini berisikan seluruh teori dasar tentang sistem komunikasi serat optik (SKSO).
  • 35. Bab III Konfigurasi Jaringan Akses Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO) pada Area Sudirman – Kuningan – Gatot Subroto PT Telekomunikasi Indonesia Pada bab ini berisikan tentang konfigurasi jaringan, struktur JARLOKAF, standar teknologi JARLOKAF, sistem transmisi JARLOKAF, aplikasi JARLOKAF, prinsip kerja JARLOKAF, kapasitas JARLOKAF, dan sistem proteksi JARLOKAF. Bab IV Analisis Konfigurasi Dan Jalur Alternatif Pada bab ini berisi tentang analisis konfigurasi jaringan, analisis jalur utama dan jalur alternatif, perhitungan dan analisis link power budget pada jalur utama dan jalur alternatif, analisis pembuatan jalur alternatif cadangan (tambahan) dengan topologi ring, serta implementasi jaringan. Bab V Kesimpulan dan Saran Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil analisis tugas akhir yang telah dibuat.
  • 36. BAB II TEORI DASAR SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1. Komponen Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik Sistem komunikasi pada prinsipnya terdiri dari pengirim, media transmisi, dan penerima. Pada pengirim (Transmitter), pesan diubah ke dalam bentuk yang sesuai untuk media transmisi yang digunakan, kemudian pesan diterima oleh penerima (receiver). Sistem komunikasi serat optik adalah suatu sistem komunikasi yang menggunakan cahaya yang merambat di dalam serat optik sebagai pembawa informasi yang akan dikirimkan kepada penerima. Sinyal informasi yang akan dikirim terlebih dahulu dimodulasi dengan sinyal pembawa (carrier), yang berupa sinyal optik untuk kemudian dikirimkan kepada penerima. Sinyal informasi yang berupa sinyal listrik yang dimodulasi dengan output dari LASER (Light Amplification by Simulated Emission of Radiation) atau LED (Light Emitting Diode) sehingga menjadi sinyal optik dan kemudian siap untuk ditransmisikan. Sinyal transmisi yang masuk kedalam serat optik akan merambat didalam core berdasarkan prinsip pemantulan total. Dalam perambatannya, sinyal informasi yang melalui serat optik akan mengalami redaman, sehingga semakin jauh jarak transmisinya maka sinyal tersebut akan semakin lemah. Untuk mengatasi hal itu diperlukan repeater (penguat ulang) yang dipasang
  • 37. pada jalur transmisi serat optik. Repeater berfungsi untuk menguatkan kembali sinyal informasi yang ditransmisikan tersebut. Sinyal informasi yang diterima oleh receiver kemudian akan dideteksi oleh detector cahaya, untuk kemudian diubah lagi menjadi sinyal listrik oleh PIN (Positive Intrinsic Negative) atau APD (Avalanche Photo Diode) Gambar 2.1 Komponen Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik 2.2 Konsep Perambatan Cahaya Konsep perambatan cahaya dalam serat optik dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu : - Optika Geometris dilandaskan pada hukum Snellius yang menyatakan bahwa sinar datang dari medium udara ke dalam medium air akan mengalami pembiasan mendekati garis normal, demikian sebaliknya apabila garis sinar datang dari medium air menuju medium udara akan dibiaskan menjadi garis normal seperti pada gambar 2.2 di bawah ini.
  • 38. Gambar 2.2. Hukum Snellius Perumusan matematis hukum Snellius adalah : 1 2 2 1 2 1 n n V V Sin Sin    ………….. ……………(2.1) atau n1 sin 1 = n2 sin 2 atau v1 sin 2 = v2 sin 1 Dimana : n1 = Indeks bias medium 1 atau udara n2 = Indeks bias medium 2 atau air v1 = Kecepatan rambat medium 1 atau udara v2 = Kecepatan rambat medium 2 atau air 1 = Sudut datang 2 = Sudut pantul
  • 39. - Optika Fisis adalah cahaya didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik yang merambat dalam medium udara dan hampa udara dengan kecepatan 3 x 108 m/s yang dipengaruhi oleh frekuensi tetapi tidak dipengaruhi oleh medan gravitasi. Dimana perumusan Optika Fisis adalah : c =  . f ……………………… (2.2) Dimana : c = Cepat rambat cahaya dalam ruang hampa udara (3 x 108 m/s)  = Panjang gelombang (m) f = Frekuensi (Hertz) 2.3 Karakteristik Serat Optik Karakteristik serat optik dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu : a) Numerical Aperture Numerical Aperture merupakan parameter yang mempresentasikan sudut penerimaan maksimum dimana berkas cahaya masih bisa diterima dan merambat didalam inti serat. Sudut penerimaan ini dapat beraneka macam tergantung kepada karakteristik indeks bias inti dan selubung serat optik. Gambar 2.3. Numerical Aperture
  • 40. Jika sudut datang berkas cahaya lebih besar dan NA atau sudut kritis maka berkas tidak akan dipantulkan kembali ke dalam serat melainkan akan menembus cladding dan akan keluar dan serat. Semakin besar NA maka semakin banyak jumlah cahaya yang diterima oleh serat. Akan tetapi sebanding dengan kenaikan NA menyebabkan lebar pita berkurang, dan mgi penyebaran serta penyerapan akan bertambah. Oleh karena itu, nilai NA besar hanya baik untuk aplikasi jarak-pendek dengan kecepatan rendah. Besarnya Numerical Aperture (NA) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:   2ΔnnnsinθNA 1 2 2 2 1maks  ………….…… (2.3) Dimana : n1 = Indeks bias inti n2 = Indeks bias cladding  = beda indeks bias relatif b) Redaman (Attenuation) Redaman (attenuasi) serat optik merupakan karakteristik penting yang hams diperhatikan mengingat kaitannya dalam menentukan jarak pengulang (repeater), jenis pemancar dan penerima optik yang hams digunakan. Besarnya redaman (attenuasi) atau rugi-rugi daya dinyatakan oleh persamaan berikut: dB/km P P log L 10 α out in        ………………….. (2.4)
  • 41. Dimana : L = Panjang serat optik (km) Pin = Daya yang masuk kedalam serat Pout = Daya yang keluar dari serat Redaman serat biasanya disebabkan oleh penyerapan (absorpsi) energi sinyal oleh bahan serat optik, efek scattering (penghamburan) dan pengaruh radiasi (pembengkakan). Semakin besar redaman, berarti semakin sedikit cahaya yang dapat mencapai detektor. Dengan demikian semakin pendek kemungkinan jarak sepanjang antar pengulangan. c) Dispersi Dispersi dalam komunikasi serat optik adalah proses penyebaran pulsa optik ketika mereka berjalan melewati serat optik. Penyebaran ini terjadi karena kecepatan pulsa optik tidak sama. Ketidaksamaan ini disebabkan oleh indeks bias yang berbeda. - Dispersi Modal Dispersi Modal terjadi karena tiap mode dalam fiber optik memiliki jarak dan jalur perambatan yang berbeda, sehingga ketika sampai di photodetector, mereka tidak berbarengan. Modal dispersion hanya terjadi pada multi mode fiber. Dengan single mode fiber, hal ini dapat diatasi. Karena single mode hanya memiliki satu jalur perambatan. - Dispersi Intermodal Dispersi intermodal berasal dari fakta bahwa indeks bias fiber optik berubah sesuai dengan panjang gelombangnya. Ketika indeks refraksi
  • 42. berbeda, kecepatan perambatan juga berbeda. Karena sebuah transmitter tidak mungkin menghasilkan satu panjang gelombang saja (pasti memiliki lebar spektrum), maka sinyal optik pasti akan terdispersi ketika melewati fiber optik. - Dispersi Gelombang Prinsipnya sama seperti material dispersion. Ada sinyal optik yang masuk ke cladding. Karena indeks bias cladding berbeda dengan indeks bias core, maka kecepatannya akan berbeda. Sehingga tidak sampai ke photodetector secara berbarengan. Dispersi ini hanya signifikan pada single mode fiber. d) Polarisasi Polarisasi terjadi karena sinyal optik yang memiliki polarisasi berbeda akan memiliki kecepatan perambatan yang sedikit berbeda. Namun polarization mode dispersion biasanya kecil. Dispersi ini hanya signifikan apabila dispersi yang lain sangat kecil. 2.4 Struktur Serat Optik Serat optik terbuat dan bahan dielektrik berbentuk seperti kaca (glass). Di dalam serat inilah energi cahaya yang dibangkitkan oleh sumber cahaya disalurkan (ditransmisikan) sehingga dapat diterima di ujung unit penerima (receiver).
  • 43. Struktur Serat Optik pada umumnya terdiri dan 3 bagian yaitu: 1. Bagian yang paling utama dinamakan bagian inti (core), dimana gelombang cahaya yang dikirimkan akan merambat dan mempunyai indeks bias lebih besar dan lapisan kedua. Terbuat dan kaca (glass) yang berdiameter antara 2 ~ 125 m, dalam hal ini tergantung dan jenis serat optiknya. 2. Bagian yang kedua dinamakan lapisan selimut (Cladding), dimana bagian ini mengelilingi bagian inti dan mempunyai indeks bias lebih kecil dibandingkan dengan bagian inti. Terbuat dan kaca yang berdiameter antara 5 ~ 250 m, juga tergantung dan jenis serat optiknya. 3. Bagian yang ketiga dinamakan lapisan jaket (Coating), dimana bagian ini merupakan pelindung lapisan inti dan selimut yang terbuat dan bahan plastik yang elastis. Gambar 2.4. Struktur Serat Optik
  • 44. 2.5 Prinsip Dasar Perambatan Cahaya Pada Serat Optik Cahaya yang merambat di dalam serat optik akan bergerak sesuai dengan alur dari serat optik berdasarkan besarnya sudut datang. Cahaya akan tetap berada di dalam core karena cahaya tersebut akan dipantulkan berdasarkan prinsip pemantulan total terhadap dinding cladding. Persyaratan agar cahaya tetap merambat di dalam fiber optik adalah indeks bias inti harus lebih besar dari indeks bias cladding (n1>n2) dan sudut datang sinar harus lebih besar daripada sudut kritis, gambar 2.5 merupakan lintasan-lintasan yang ada pada serat optik : Gambar 2.5. Lintasan Cahaya Dalam Serat Optik Dari gambar di atas dapat diuraikan bahwa lintasan cahaya yang merambat di dalam serat adalah sebagai berikut : a. Sinar merambat lurus sepanjang sumbu serat tanpa mengalami pemantulan. b. Sinar mengalami refleksi, karena memiliki sudut datang yang lebih besar dari sudut kritis dan akan merambat sepanjang serat melalui pantulan-pantulan. c. Sinar akan mengalami refleksi keluar dan tidak akan dirambatkan sepanjang serat karena memiliki sudut datang yang lebih kecil dari sudut kritis.
  • 45. 2.6 Jenis Serat Optik Menurut jenisnya, kabel serat optik dibedakan menjadi 3 macam: a. Single Mode Fiber Gambar 2.6. Single Mode Step-Index Fiber Dalam single mode fiber seperti terlihat pada gambar 2.5 di atas hanya terjadi satu jenis mode perambatan berkas cahaya saja, sehingga tidak akan terjadi pelebaran pulsa di tingkat outputnya. Karena diameternya terlalu kecil (9 m) maka akan sedikit menyulitkan dalam proses penyambungan. Di samping itu diperlukan sumber optik yang mempunyai spectrum yang sangat sempit untuk mengusahakan efisiensi kopling yang tinggi dari sumber optik ke inti fiber optik tersebut. Karena tidak terjadi disperse (pelebaran) pulsa maka fiber optik jenis ini akan mampu mentransmisikan informasi dengan bandwidth yang besar. Profil indeks bias fiber optik jenis ini terlihat seperti gambar 2.7 di bawah ini : Gambar 2.7. Perambatan Gelombang Cahaya Pada Single Mode Step Index Fiber Data-data dari single mode step index fiber dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini :
  • 46. Tabel 2.1 Data-data Single Mode Step Index Fiber Diameter core 5 – 10 m Diameter cladding 125 m Diameter coating 250 – 1000 m Numerical aperture 0,08 – 0,15 Attenuasi 2 – 5 dB / km pada panjang gelombang 0,85 m 0,35 dB / km pada panjang gelombang 1,3 m 0,21 dB / km pada panjang gelombang 1,55 m Bandwidth 10 GHz / km b. Multimode Step Index Fiber Fiber ini disebut step index karena indeks bias berubah secara drastis dari kulit ke inti fiber. Pada selubung fiber mempunyai indeks bias yang lebih rendah daripada indeks bias inti fiber, akibatnya semua sinar yang memiliki sudut datang lebih besar dari sudut krisis akan dipantulkan oleh lapisan kulit fiber. Pada fiber optik jenis ini dapat memuat beberapa sinar dengan panjang gelombang () yang berbeda sehingga dapat memuat lebih banyak sinyal informasi seperti pada gambar 2.8 di bawah ini : Gambar 2.8. Multimode Step Index Fiber
  • 47. Cahaya yang merambat pada step index fiber tergantung pada sudut relatif dari sumbu, karena itu mode dengan pulsa yang berbeda akan datang pada ujung fiber pada waktu yang berbeda dari peleburan pulsa dimana sinyal digital dengan bit rate terbatas akan ditransmisikan. Fiber optik jenis ini mempunyai diameter inti sebesar 50 m dan diameter selubung sebesar 125 m. Indeks bias inti besarnya tetap / sama pada seluruh inti sebesar n1 sehingga perbedaan indeks bias antara inti dan selubungnya selalu tetap. Profil perambatan cahaya dan indeks bias fiber optik jenis ini terlihat seperti gambar 2.9 di bawah ini : Gambar 2.9. Perambatan Gelombang Cahaya Pada Multi Mode Step Index Fiber Data-data dari multi mode step indeks fiber dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini : Tabel 2.2 Data-data Multi Mode Step Index Fiber Diameter core 50 – 400 m Diameter cladding 125 – 500 m Diameter coating 250 – 1000 m Numerical aperture 0,16 – 0,5 Attenuasi 2,6 – 50 dB / km pada panjang gelombang 0,85 m 0,4 dB / km pada panjang gelombang 1,3 m 0,25 dB / km pada panjang gelombang 1,550 m Bandwidth 6 – 50 MHz / km
  • 48. c. Multimode Graded Index Fiber ini disebut Graded index karena terdapat perubahan dalam indeks bias, dimana besarnya indeks bias inti mengecil ke arah perbatasan inti dengan selubungnya. Dengan menurunnya indeks bias inti ke arah batas inti dengan selubung menyebabkan terjadinya pembiasan pada inti sehingga perambatan berkas cahayanya akan melengkung sedangkan kecepatan propagasi antara berkas cahaya yang datang dengan sudut datang yang lebih besar akan lebih cepat dibandingkan dengan berkas cahaya yang datang dengan sudut datang yang lebih kecil. Gambar 2.10. Multimode Graded Index Jadi walaupun lintasan yang ditempuh mempunyai jarak yang berlainan maka berkas-berkas cahaya yang merambat pada jenis serat optik ini akan mencapai output dalam waktu yang relatif sama sehingga pulsa di output hanya mengalami peleburan pulsa (disperse) yang lebih kecil bila dibandingkan dengan pelebaran pulsa output yang terjadi pada serat optik jenis multi mode step index. Profil dan perambatan cahaya pada multi mode graded index fiber seperti terlihat pada gambar 2.11 di bawah ini :
  • 49. Gambar 2.11. Perambatan Gelombang Cahaya Pada Multi Mode Graded Index Data-data dari multi mode graded indeks fiber dapat dilihat pada tabel 2.3 di bawah ini : Tabel 2.3 Data-data Multi Mode Graded Index Fiber Diameter core 30 – 100 m Diameter cladding 100 – 150 m Diameter coating 250 – 1000 m Numerical aperture 0,2 – 0,3 Attenuasi 2 – 10 dB / km pada panjang gelombang 0,85 m 0,4 dB / km pada panjang gelombang 1,3 m 0,25 dB / km pada panjang gelombang 1,55 m Bandwidth 300 MHz / km – 3 GHz / km 2.7 Karakteristik Transmisi Serat Optik Pada Transmisi Serat Optik gelombang cahayalah yang bertugas membawa sinyal informasi. Pertama-tama microphone merubah sinyal suara menjadi sinyal listrik. Kemudian sinyal listrik ini dibawa oleh gelombang
  • 50. pembawa cahaya melalui serat optik dan pengirim (transmitter) menuju alat penerima (receiver) yang terletak pada ujung lainnya dan serat. Modulasi gelombang cahaya ini dapat dilakukan dengan merubah sinyal listrik termodulasi menjadi gelombang cahaya pada transmitter dan kemudian merubahnya kembali menjadi sinyal listrik pada receiver. Pada receiver sinyal listrik dapat dirubah kembali menjadi gelombang suara. Tugas untuk merubah sinyal listrik ke gelombang cahaya atau kebalikannya dapat dilakukan oleh komponen elektronik yang dikenal dengan nama komponen optoelectronic pada setiap ujung serat optik. Dalam perjalanannya dan transmitter menuju ke receiver akan terjadi redaman cahaya di sepanjang kabel serat optik dan konektor-konektornya (sambungan). Karena itu bila jarak ini terlalu jauh akan diperlukan sebuah atau beberapa repeater yang bertugas untuk memperkuat gelombang cahaya yang telah mengalami redaman . Gambar 2.12. Karakteristik Transmisi Serat Optik
  • 51. 2.8 Pembengkokan Serat Optik (Fiber Bending) Pembengkokan serat optik dapat menyebabkan munculnya radiation loss. Pembengkokan yang terjadi pada serat optik dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu pembengkokan makroskopis (macrobending) dan pembengkokan mikroskopis (microbending). Timbulnya redaman akibat pembengkokan dapat menyebabkan kecepatan gelombang cahaya berkurang pada dinding cladding, sehingga energi yang ditransmisikan mengalami radiasi pada serat optik, yang akhirnya akan mempengaruhi keandalan dan serat optik tersebut. Gambar 2.13. Pembengkokan Serat Optik 2.9 Komponen Utama Sistem Transmisi Serat Optik Sistem komunikasi serat optik adalah suatu sistem komunikasi yang menggunakan kabel serat optik sebagai saluran transmisinya yang dapat menyalurkan informasi dengan kapasitas besar dan tingkat keandalan yang tinggi. Komponen utama dari sistem pentransmisian dengan media fiber optik dapat dilihat pada blok diagram berikut:
  • 52. Gambar 2.14. Elemen Utama Transmisi Serat Optik Gambar 2.14 adalah komponen dalam sistem transmisi serat optik. Dalam pentransmisian melalui serat optik ada beberapa hal yang menjadi karakteristik atau komponennya,yaitu sambungan (Connection), Coupler, MRP Spesification (Minimum Required Power). Terdapat dua tipe sambungan yaitu menggunakan Connector dan menggunakan Splice. Connector diperlukan apabila fiber dalam pentransmisiannya harus disambung/diputus. Sedangkan Splice diperlukan pada sistem fiber optik bila ada dua fiber yang akan dihubungkan secara permanen. Coupler diperlukan bila daya optik harus dihubungkan ke banyak saluran. Sedangkan MRP Specification (Minimum Required Power) digunakan sebagai analisis link power budget dalam mendesain photonic layer. MRP merupakan pengukur sensitivitas receiver untuk SNR atau BER yang spesifik dan bandwidth atau bit rate pada output receiver. Serat optic Sinyal output elektrik
  • 53. Untuk aplikasi jarak dekat dan lebar pita yang ditangani relatif kecil, transmisi elektrik lebih dipilih daripada transmisi serat optik. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kabel elektrik lebih dipilih dbandingkan serat optik yaitu: 1. Ketika tidak dibutuhkan sistem pengkabelan yang kompleks. 2. Bahan material yang murah. 3. Biaya alat untuk mengirim dan menerima sinyalnya murah. 4. Kemudahan untuk menyambungkan hubungan kabel (splicing). 5. Kemampuannya untuk membawa daya listrik maupun sinyal. Komponen transmisi diatas terdiri dari : 1. Komponen Pasif a. Kabel Fiber optik - Loss kabel Sistem 1300 nm; loss kabel = 0,5 dB / km Sistem 1550 nm; loss kabel = 0,25 dB / km - Dispersi Modal dispertion (multi mode) 0,25 ns / km Material dispersion (single mode) ~ 0 (sistem 1300 nm) ~ 0,14 pslkm.Gbz (sistem 1550 nm) b. Konektor  Loss ~ 0,5 – 1,0 dB c. Splice  Loss ~ 0,1 – 0,2dB d. Kopler / Splitter  Loss ~ 1,0 – 5,0 dB
  • 54. 2. Komponen Aktif a. Transmitter - LED (Light Emiting Diode) B < 200 Mb / s Umumnya untuk sistem multimode - LD (Laser Diode) B > 200 Mb / s Umumnya untuk sistem singlemode b. Receiver - p-n Photodiode - p-i-n Photodiode - Avalance Photodiode (APD) c. Karakteristik - Responsitivitas (R = n .  / 1,24 A W) - Sensitifitas (minimum detectable power) d. Optical switch / modulator - Crosstalk < -20 dB - Switching Voltage < 10 Volt - Loss ~ 1 – 5 dB - Bandwidth > 1 GHz e. Optical Amplifier - Gain – 20 – 30 dB
  • 55. 2.10 Prinsip Kerja Transmisi Pada Serat Optik Berlainan dengan sistem komunikasi yang mempergunakan gelombang elektromagnetik, maka pada serat optik, gelombang cahayalah yang bertugas membawa sinyal informasi. Pertama-tama microphone merubah sinyal suara menjadi sinyal listrik. Kemudian sinyal listrik ini dibawa oleh gelombang pembawa cahaya melalui serat optik dari pengirim (transmitter) menuju alat penerima (receiver) yang terletak pada ujung lainnya dari serat. Modulasi gelombang cahaya ini dapat dilakukan dengan merubah sinyal listrik termodulasi menjadi gelombang cahaya pada transmitter dan kemudian merubahnya kembali menjadi sinyal listrik pada receiver. Pada receiver sinyal listrik dapat dirubah kembali menjadi gelombang suara. Tugas untuk merubah sinyal listrik ke gelombang cahaya atau kebalikannya dapat dilakukan oleh komponen elektronik yang dikenal dengan nama komponen optoelectronic pada setiap ujung serat optik. Dalam perjalanannya dari transmitter menuju ke receiver akan terjadi redaman cahaya di sepanjang kabel serat optik dan konektor-konektornya (sambungan). Karena itu bila jarak ini terlalu jauh akan diperlukan sebuah atau beberapa repeater yang bertugas untuk memperkuat gelombang cahaya yang telah mengalami redaman
  • 56. Gambar 2.15. Prinsip Kerja Transmisi Pada Serat Optik 2.11 Konstruksi Kabel Optik Ada beberapa persyaratan harus dipenuhi oleh serat optik untuk dapat digunakan. Pertama, tidak putus saat gaya rentang (tensile force) bekerja pada serat optik. Tidak mengalami perubahan kualitas perambatan cahaya akibat tekanan dan samping seperti misalnya microbending. Serat optik ditempatkan secara khusus didalam kabel optik dan pada sambungan serat optik harus diberi penguat. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, kabel optik mempunyai beberapa konstruksi yang berbeda sesuai dengan kondisi kabel diletakkan. Ada dua jenis kabel optik yaitu jenis loose tube (pipa longgar) dan slot (alur). Pada jenis loose tube, serat optik ditempatkan di dalam pipa longgar yang terbuat dan bahan PBTP (Polybutylene Terepthalete) dan berisi jelly. Pada jenis slot, serat optik ditempatkan pada alur (slot) di dalam silinder yang terbuat dan bahan PE (Polyethylene).
  • 57. 2.11.1 Fungsi dan Bagian-Bagian Kabel Optik Jenis Loose Tube a) Loose tube berbentuk pipa longgar yang terbuat dan bahan PBTP (Polybutylene Terepthalete) yang berisi thixotropic gel dan serat optik ditempatkan di dalamnya. Konstruksi loose tube yang berbentuk longgar tersebut mempunyai tujuan agar serat optik bebas begerak, tidak langsung mengalami tekanan atau gesekan yang dapat merusak serat pada saat instalasi kabel optik. Thixotropic gel adalah semacam jelly yang berfungsi melindungi serat dan pengaruh mekanis dan juga untuk menahan air. b) HDPE Sheath atau High Density Polyethylene Sheath yaitu bahan sejenis polyethylene keras yang digunakan sebagai kulit kabel optik berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi serat optik dan pengaruh mekanis pada saat instalasi. c) Alumunium tape atau lapisan alumunium ditempatkan diantara kulit kabel dan water blocking berfungsi sebagai konduktivitas elektris dan melindungi kabel dan pengaruh mekanis. d) Flooding gel adalah bahan campuran petroleum, synthetic dan silicon yang mempunyai sifat anti air. Flooding gel merupakan bahan pengisi yang digunakan pada kabel optik agar kabel menjadi padat. e) PE Sheath adalah bahan polyethylene yang menutupi bagian central strength member. f) Central strength member adalah bagian penguat yang terletak di tengah- tengah kabel optik. Central Strength Member dapat berupa pilinan baja, atau Solid Steel Core atau Glass Reinforced Plastic. Central Strength Member mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi yang diperlukan saat instalasi.
  • 58. g) Peripeal Strain Elements terbuat dan bahan polyramid yang merupakan elemen pelengkap optik yang diperlukan untuk menambah kekuatan kabel optik. Polyramid mempunyai kekuatan tank tinggi. Gambar 2.16. Penampang Kabel Optik Jenis Loose Tube 2.11.2 Fungsi dan Bagian-Bagian Kabel Optik Jenis Slot a) Kulit kabel, terbuat dari bahan sejenis polyethylene keras, berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi serat optik dan pengaruh mekanis saat instalasi. b) Aluran (slot) terbuat dan bahan polyethylene berfungsi untuk menempatkan sejumlah serat. Untuk kabel optik jenis slot dengan kapasitas 1000 serat, diperlukan 13 aluran (slot) dan satu slot berisi 10 fiber ribbons. Satu fiber ribbons berisi 8 serat. c) Central Strength Member adalah bagian penguat yang terletak di tengah- tengah kabel optik. Central strength member terbuat dari pilihan kawat baja yang mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi yang diperlukan saat instalasi.
  • 59. Gambar 2.17. Penampang Kabel Optik Jenis Slot Sesuai dengan konstruksinya kabel optik terdiri dari: 1. Kabel Duct Gambar 2.18. Kabel Duct
  • 60. 2. Kabel Tanah Gambar 2.19. Kabel Tanah 3. Kabel Atas Tanah (Udara) Gambar 2.20. Kabel Atas Tanah (Udara)
  • 61. 4. Kabel Indoor (Kabel dalam gedung/rumah) kapasitas 2-6 Fiber Optic Gambar 2.21. Kabel Indoor kapasitas 2-6 Fiber Optic 5. Kabel Indoor (Kabel dalam gedung/rumah) kapasitas 8-12 Fiber Optic Gambar 2.22. Kabel Indoor Kapasitas 8-12 Fiber Optic
  • 62. 2.11.3 Spesifikasi Kabel Serat Optik Karakteristik Mekanis :  Fibre Bending (tekukan Serat) Tekukan serat yang berlebihan (terlalu kecil) dapat mengakibatkan bertambahnya optical loss.  Cable Bending (tekukan Kabel) Tekukan kabel pada saat instalasi harus di jaga agar tidak terlalu kecil, karena hal ini dapat memerusak serat sehingga menambah optical loss.  Tensile strength yang berlebihan dapat merusakan kabel atau serat.  Crush atau tekanan yang berlebihan dapat mengakibatkan serat retak / patah, sehingga dapat menaikkan optical loss.  Impact adalah beban dengan berat tertentu yang dijatuhkan dan mengenai kabel optik. Berat beban yang berlebihan dapat mengakibatkan serat retak / patah, sehingga dapat menaikkan optical loss.  Cable Torsion Torsi yang diberikan kepada kabel dapat merusak selubung kabel dan serat. Tabel 2.4. Spesifikasi Serat Optik
  • 63. Tabel 2.5 Jumlah Fiber Pada 6 Loose Tube Tabel 2.6 Jumlah Fiber Pada 8 Loose Tube
  • 64. Tabel 2.7 Copper Conductor Pada Fiber Optik Kode Warna Serat Pada Fiber Optik Kode Warna Tabung Pada Serat Optik.
  • 65. 2.12 Tanda Pengenal Pada Serat Optik Kabel optic harus diber tanda pengenal yang tidak mudah hilang yang tertera pada kulit kabel disepanjang kabel. Adapun tanda pengenal tersebut meliputi nama pabrik pembuat serta tahun pembuatan. Tipe serat optik : SM : Single Mode GI : Graded Index Mode SI : Step Index Mode. Pemakaian Kabel Optik : D = Duct/Kabel Atas Tanah A = Aerial/Kabel Udara. B = Buried/Kabel Bawah Tanah S = Submarine/Kabel Laut I = Indoor/Kabel Dalam Ruangan. Jenis Kabel Optik : LT = Loose Tube. SC = Slotted Core. TB = Tight Buffered. Struktur Penguat : SS = Solid Steel Core. WS = Stranded Wire Steel. GRP = Glass Reinforced Plastic.
  • 66. 2.13 Metode Penyambungan Serat Optik Penyambungan serat optik atau fiber splicing adalah sebuah sambungan permanen yang dibentuk antara dua serat optik. Penyambungan serat optik ini berfungsi untuk menyambung rangkaian serat optik agar dapat mencapai jarak yang jauh. Dalam proses penyambungan ini tidak diharuskan untuk menambahkan penguat ulang (repeater) diantara dua serat optik tersebut. Penyambungan serat optik harus memenuhi dua kriteria, yaitu: 1. Sambungan harus dapat dibuat dengan mudah. 2. Sambungan harus memberikan rugi yang seminimum mungkin, karena ketika serat optik disambungkan, pasti akan menimbulkan penambahan redaman transmisi. Berdasarkan teknik penyambungan serat optik ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Teknik penyambungan serat optik dengan menggunakan konektor. Penyambungan dengan menggunakan konektor tidak bersifat permanen sehingga dapat dilepas sewaktu-waktu. Beberapa syarat untuk mendapatkan konektor yang baik adalah sebagai berikut : - Memiliki coupling loss yang rendah - Tidak sensitif terhadap lingkungan - Mudah dipasang dan dilepas - Mudah dalam pengoperasiannya Gambar 2.21 di bawah memperlihatkan bentuk dari konektor.
  • 67. Gambar 2.23. Konektor b. Teknik penyambungan serat optik dengan menggunakan metode peleburan (fusion splicing). Teknik penyambungan serat optik dengan menggunakan metode ini dilakukan dengan memanaskan kedua ujung serat optik yang akan disambungkan. Sebelum dilakukan penyambungan, kedua ujung serat optik ini terlebih dahulu diposisikan dengan menggunakan inspection microscope untuk memastikan kedua ujung core berhadapan dengan tepat. Kemudian setelah itu, serat optik ini dipanaskan dengan menggunakan micro plasma lorches (argon dan hidrogen) dan oxhydric microburnes (oksigen, hidrogen dan alkohol). Teknik penyambungan serat optic dengan menggunakan metode peleburan ini dapat diilustrasikan pada gambar dibawah ini.
  • 68. Gambar 2.24. Metode Peleburan (Penyambungan) Serat Optik (Fussion Splicing) c. Teknik penyambungan serat optik dengan menggunakan metode mekanis (V-groove splicing). Teknik penyambungan serat optik ini dilakukan dengan cara mempertemukan dan menjepit kedua ujung serat yang akan disambungkan dalam satu lekukan bentuk V. kemudian kedua ujung serat optik ini disambungkan dengan menggunakan sejenis bahan Perekat yang transparan (lem epoxy). Teknik penyambungan serat optik permanen dengan menggunakan metode peleburan mengakibatkan penambahan redaman transmisi sebesar 0,09 dB. Sedangkan teknik penyambungan dengan menggunakan metode mekanis mengakibatkan penambahan redaman transmisi sebesar 0,1 dB (jika menggunakan serat optik tipe multi mode graded index dan single mode step index). Teknik penyambungan serat optik dengan menggunakan metode mekanis ini dapat diilustrasikan pada gambar berikut ini.
  • 69. Gambar 2.25. Metode Mekanis (Penyambungan) Serat Optik (V-groove Splicing) 2.13 Keuntungan dan Kerugian Serat Optik a) Keuntungan Serat Optik 1. Mempunyai lebar pita frekuensi (bandwith yang lebar). Frekuensi pembawa optik bekerja pada daerah frekuensi yang tinggi yaitu sekitar 1013 Hz sampai dengan 1016 Hz, sehingga informasi yang dibawa akan menjadi banyak. 2. Redaman sangat rendah dibandingkan dengan kabel yang terbuat dan tembaga, terutama pada frekuensi yang mempunyai panjang gelombang sekitar 1300 nm yaitu 0,2 dB/km. 3. Kebal terhadap gangguan gelombang elektromagnet. Fiber optik terbuat dan kaca atau plastik yang merupakan isolator, berarti bebas dan interferensi medan magnet, frekuensi radio dan gangguan listrik. 4. Dapat menyalurkan informasi digital dengan kecepatan tinggi. Kemampuan fiber optik dalam menyalurkan sinyal frekuensi tinggi, sangat cocok untuk pengiriman sinyal digital pada sistem multipleks digital dengan kecepatan beberapa Mbit/s hingga Gbit/s. 5. Ukuran dan berat fiber optik kecil dan ringan.
  • 70. Diameter inti fiber optik berukuruan micro sehingga pemakaian ruangan lebih ekonomis. 6. Tidak mengalirkan arus listrik Terbuat dari kaca atau plastik sehingga tidak dapat dialiri arus listrik (terhindar dan terjadinya hubungan pendek) 7. Sistem dapat diandalkan (20-30 tahun) dan mudah pemeliharaannya. b) Kerugian Serat Optik 1. Konstruksi fiber optik lemah sehingga dalam pemakaiannya diperlukan lapisan penguat sebagai proteksi. 2. Karakteristik transmisi dapat berubah bila terjadi tekanan dari luar yang berlebihan. 3. Tidak dapat dialiri arus listrik, sehingga tidak dapat memberikan catuan pada pemasangan repeater. 4. Biaya yang cenderung mahal. 5. Sulit untuk membuat terminal pada kabel serat optik. 6. Penyambungan pada serat optik cukup rumit dan harus menggunakan teknik splicing yang memerlukan ketelitian yang tinggi. 2.14 Sumber Cahaya Sumber cahaya pada serat optik dapat diartikan sebagai sebuah komponen yang dapat memancarkan cahaya untuk mentransmisikan sinyal informasi. Sumber cahaya bekerja dengan cara mengubah sinyal informasi yang berupa besaran listrik menjadi besaran cahaya, dimana terdapat dua pilihan sumber optik yaitu LED atau diode LASER. Pemilihan dari sumber cahaya yang akan digunakan bergantung pada bit rate yang akan ditransmisikan dan pertimbangan ekonomi (harga dari sumber cahaya). Karakteristik umum dari cahaya adalah sebagai berikut :
  • 71. a. Emisi cahaya terjadi pada daerah  850 nm – 1.550 nm b. Kopling daya radiasi ke serat optik maksimal c. Dapat dimodulasi langsung pada frekuensi sempit d. Mempunyai lebar spektrum yang sempit e. Ukuran atau dimensi kecil f. Mempunyai umur kerja dengan jangka waktu relatif lama Secara umum syarat suatu sumber cahaya yang baik untuk diaplikasikan ke dalam sistem komunikasi serat optik dapat dinyatakan sebagai berikut : a. Cahaya bersifat monochromatis (berfrekuensi tunggal) b. Mempunyai output cahaya dengan intensitas tinggi c. Dapat dimodulasi dengan mudah d. Dapat menghasilkan power yang stabil, tidak tergantung pada temperatur dan kondisi lingkungan lainnya
  • 72. Terdapat dua jenis sumber cahaya pada Sistem Komunikasi Serat Optik yaitu sebagai berikut : a) LED LED adalah suatu alat semikonduktor yang memancarkan cahaya monokromatis yang tidak Koheren ketika diberi tegangan maju. Warna yang dihasilkan bergantung kepada semikonduktor yang digunakan dan bisa juga ultraviolet dekat atau infra merah dekat. LED mengubah besaran arus menjadi besaran intensitas cahaya dan karakteristik arus / daya pancaran optik memiliki fungsi yang linier. Gambar 2.26. Gambar LED
  • 73. b) LASER LASER (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation) suatu alat yang memancarkan radiasi elektromagnetik dalam bentuk cahaya yang dapat dilihat maupun tidak dilihat dengan mata normal, melalui proses pancaran terstimulasi, pancaran LASER biasanya tunggal dan memancarkan foton dalam bentuk pancaran Koheren. LASER diterapkan untuk transmisi data dengan bit rate tinggi. Daya keluaran optik dari LASER adalah -12  +3 dBm. Gambar 2.27. Gambar LASER
  • 74. Tabel 2.5 Kelebihan dan Kekurangan LED dan LASER Optical Source Kelebihan Kekurangan LASER Intensitas besar Konstruksi rumit Line Width kecil Sensitif terhadap temperatur Bersifat koheren Karakteristik tidak linier Divergensi kecil Keandalan rendah LED Konstruksi sederhana Intensitas kecil Tidak sensitif terhadap temperatur Line Width besar Karakteristik Linier Tidak koheren Keandalan tinggi Divergensi besar 2.15 Detektor Cahaya Detektor cahaya adalah suatu alat yang digunakan untuk mengubah besaran cahaya menjadi besaran listrik, yang kemudian akan diperkuat terlebih dahulu sebelum dilakukan proses selanjutnya. Prinsip kerja alat ini adalah mengubah energi foton menjadi elektron. Idealnya satu foton dapat membangkitkan satu elektron. Detektor cahaya memiliki keunggulan karakteristik seperti: Sensitifitas tinggi, lebar pita yang memadai dan derau tambahan minimum dan stabil terhadap temperatur. Persyaratan kinerja yang harus dipenuhi oleh detektor cahaya meliputi :
  • 75. a. Sensitivitas tinggi pada panjang gelombang b. High fidelity c. Mempunyai kepekaan yang tinggi dalam menangkap sinyal optik d. Kepekaan yang tinggi dalam mencegah bandwidth yang cocok e. Mempunyai noise yang kecil f. Mempunyai performansi yang stabil g. Ukurannya kecil h. Low bias voltage i. Kehandalan tinggi j. Murah (relatif) Pada sistem transmisi komunikasi serat optik dikenal dua jenis photodetector yang biasa digunakan, yaitu : a. APD (Avalanche Photo-Diode) b. PIN (Positive Intrinsic Negative)
  • 76. Dari dua jenis tipe detector optik ini, APD maupun PIN memiliki karakteristiknya masing-masing, memiliki keunggulan dan kekurangan, hal ini menjadi alasan para engineer untuk memilih jenis detector cahaya ini pada saat dan kondisi yang tepat. Berikut adalah penggunaan antara APD dan PIN. Gambar 2.28. Detektor Cahaya 1. Diode PIN (Positive Intrinsic Negative), merupakan diode semikonduktor yang sensitif terhadap cahaya. Sinyal yang dihasilkan masih sangat lemah sehingga harus dikuatkan dengan FET. Kombinasi PIN-FET ini menghasilkan sensitifitas - 25 sampai - 35 dBm. PIN biasanya digunakan untuk komunikasi jarak pendek karena PIN memiliki bit rate yang rendah seperti LED sehingga sangat cocok digunakan untuk komunikasi jarak pendek. PIN sangat sederhana dan lebih stabil terhadap perubahan temperatur, harganya lebih ekonomis dan akan lebih baik jika digunakan pada sistem komunikasi serat optik jarak pendek. 2. Avalanche Photo Diode (APD) : Bersifat sensitifitas tinggi dan tidak memerlukan FET karena adanya penguatan dalam. APD membutuhkan akses yang besar dan cocok digunakan pada sistem komunikasi serat
  • 77. optik jarak jauh. APD mempunyai kelebihan dibandingkan dengan PIN yaitu dapat mendeteksi cahaya yang sangat kecil, akan tetapi APD memiliki struktur yang lebih kompleks sehingga sulit dalam pembuatannya dan menyebabkan harga menjadi mahal. 2.16 Sistem Komunikasi Menggunakan Serat Optik Sistem komunikasi ini terdiri dan sebuah transmitter, sebuah receiver, dan sebuah information channel. Pada transmitter informasi dihasilkan dan mengolahnya menjadi bentuk yang sesuai untuk di kirimkan sepanjang Jalur Informasi, informasi ini berjalan dan transmitter ke receiver melalui information channel ini. Information channels dapat dibagi menjadi dua kategori: Unguided channel dan Guided channel. Atmosphere adalah sebuah contoh Unguided channel, sistem yang menggunakan atmospheric channel adalah radio, televisi dan microwave relay links. Guided channels mencakup berbagai variasi struktur transmisi konduksi, seperti two-wire line, coaxial cable, twisted-pair. Gambar 2.29. Blok Diagram Sistem Komunikasi Serat Optik Gambar diatas merupakan blok diagram sistem komunikasi serat optik secara umum, dimana fungsi-fungsi dan setiap bagian adalah sebagai berikut:
  • 78.  Message Origin - Message origin bisa berupa besaran fisik non-listrik (suara atau gambar), sehingga diperlukan transducer (sensor) yang merubah message dan bentuk non-listrik ke bentuk listrik. - Contoh yang umum adalah microphone merubah gelombang suara menjadi arus listrik dan Video cameras merubah gambar menjadi arus listrik.  Modulator dan Carrier Source - Memiliki 2 fungsi utama, pertama merubah message elektrik ke dalam bentuk yang sesuai, kedua menumpangkan sinyal ini pada gelombang yang dibangkitkan oleh carrier source. - Format modulasi dapat dibedakan menjadi modulasi analog dan digital. - Pada modulasi digital untuk menumpangkan sinyal data digital pada gelombang carrier, modulator cukup hanya meng-on kan atau meng- off kan carrier source sesuai dengan sinyal data-nya. - Carrier source membangkitkan gelombang cahaya dimana padanya informasi ditransmisikan, yang umum digunakan Laser Diode (LD) atau Light Emitting Diode (LED).
  • 79.  Channel Coupler - Untuk menyalurkan power gelombang cahaya yang telah termodulasi dan carrier source ke information channel (serat optik). - Merupakan bagian penting dan desain sistem komunikasi serat optic sebab kemungkinan loss yang tinggi.  Information Channel (Serat Optik) - Karakteristik yang diinginkan dan serat optik adalah atenuasi yang rendah dan sudut light-acceptance-cone yang besar. - Amplifier dibutuhkan pada sambungan yang sangat panjang (ratusan atau ribuan kilometer) agar didapatkan power yang cukup pada receiver. - Repeater hanya dapat digunakan untuk sistem digital, dimana berfungsi merubah sinyal optik yang lemah ke bentuk listrik kemudian dikuatkan dan dikembalikan ke bentuk sinyal optik untuk transmisi berikutnya. - Waktu perambatan cahaya di dalam serat optik bergantung pada frekuensi cahaya dan path lintasan yang dilalui, sinyal cahaya yang merambat di dalam serat optik memiliki frekuensi berbeda-beda dalam rentang tertentu (lebar spektrum frekuensi) dan powernya terbagi-bagi sepanjang lintasan yang berbeda-berbeda, hal ini menyebabkan distorsi pada sinyal. - Pada sistem digital distorsi ini berupa pelebaran (dispersi) pulsa digital yang merambat di dalam serat optik, pelebaran ini makin bertambah dengan bertambahnya jarak yang ditempuh dan
  • 80. pelebaran ini akan tumpang tindih dengan pulsa-pulsa yang lainnya, hal ini akan menyebabkan kesalahan pada deteksi sinyal. Adanya dispersi membatasi kecepatan informasi (pada sistem digital kecepatan informasi disebut data rate diukur dalam satuan bit per second (bps) yang dapat dikirimkan. - Pada fenomena optical soliton, efek dispersi ini diimbangi dengan efek non-linier dan serat optik sehingga pulsa sinyal dapat merambat tanpa mengalami perubahan bentuk (tidak melebar).  Detector dan Amplifier - Digunakan foto-detektor (photo-diode, photo transistor dan sebagainya) yang berfungsi merubah sinyal optik yang diterima menjadi sinyal listrik.  Signal Processor - Untuk transmisi analog, sinyal prosesor terdiri dari penguatan dan filtering sinyal. Filtering bertujuan untuk memaksimalkan rasio dan daya sinyal terhadap power sinyal yang tidak diinginkan. Fluktuasi acak yang ada pada sinyal yang diterima disebut sebagai noise. Bagaimana pengaruh noise ini terhadap sistem komunikasi ditentukan oleh besaran SNR (Signal to Noise Ratio), yaitu perbandingan daya sinyal dengan daya noise, biasanya dinyatakan dalam deci-Bell (dB), makin besar SNR maka makin baik kualitas sistem komunikasi tersebut terhadap gangguan noise.
  • 81. - Untuk sistem digital, sinyal prosesor terdiri dan penguatan dan filtering sinyal serta rangkaian pengambil keputusan. - Rangkaian pengambil keputusan ini memutuskan apakah sebuah bilangan biner 0 atau 1 yang diterima selama slot waktu dan setiap individual bit. Karena adanya noise yang tak dapat dihilangkan maka selalu ada kemungkinan kesalahan dan proses pengambilan keputusan ini, dinyatakan dalam besaran Bit Error Rate (BER) yang nilai-nya harus kecil pada komunikasi. - Jika data yang dikirim adalah analog (misalnya suara), namun ditransmisikan melalui serat optik secara digital (pada transmitter dibutuhkan Analog to Digital Converter (ADC) sebelum sinyal masuk modulator, maka dibutuhkan juga Digital to Analog Converter (DAC) pada sinyal prosesor, untuk merubah data digital menjadi analog, sebelum dikeluarkan ke output (misalnya speaker).  Message Output - Jika output yang dihasilkan di presentasikan langsung ke manusia, yang mendengar atau melihat informasi tersebut, maka output yang masih dalam bentuk sinyal listrik harus dirubah menjadi gelombang suara atau visual image. Transduser (actuator) untuk hal ini adalah speaker untuk audio message dan tabung sinar katoda (CRT) (atau yang lainnya seperti LCD, OLED dan sebagainya) untuk visual image.
  • 82. - Pada beberapa situasi misalnya pada sistem dimana komputer- komputer atau mesin-mesin lainnya dihubungkan bersama-sama melalui sebuah sistem serat optik, maka output dalam bentuk sinyal listrik langsung dapat digunakan. Hal ini juga jika sistem serat optik hanya bagian dan jaringan yang lebih besar, seperti pada sebuah fiber link antara telephone exchange atau sebuah fiber trunk line membawa sejumlah program televisi, pada kasus ini processing mencakup distribusi dan sinyal listrik ke tujuan-tujuan tertentu yang diinginkan. Peralatan pada message output secara sederhana hanya berupa sebuah konektor elektrik dan processor sinyal ke sistem berikutnya. Penjelasan sistem komunikasi diatas dapat dijelaskan pada gambar dibawah ini: Gambar 2.30. Sistem Komunikasi Serat Optik
  • 83. 2.17 Sistem Komunikasi Optik Koheren Sistem Komunikasi Optik Koheren adalah suatu sistem komunikasi yang menggunakan cahaya yang merambat di dalam serat optik sebagai pembawa informasi yang akan dikirimkan kepada penerima, tetapi dengan tingkat intensitas tinggi serta menggunakan detektor cahaya dan sumber optik sebagai sumber penguatan sinyal informasi yang sedang merambat melalui serat optik yang terhubung dengan sistem jaringannya. 2.18 Optical Multiplexing Optical Multiplexing adalah penggabungan beberapa kanal sinyal informasi serat optik ke dalam satu kanal serat optik dengan tujuan agar sinyal-sinyal informasi tersebut dapat dikirimkan secara simultan dalam satu kanal. Beberapa jenis metoda optical multiplexing, sebagai berikut: a) Wave Division Multiplexing Wave Division Multiplexing adalah salah satu teknologi multiplexing dalam komunikasi serat optik yang bekerja dengan membawa sinyal informasi yang berbeda pada satu serat optik dengan menggunakan panjang gelombang cahaya laser yang berbeda. Hal ini dapat meningkatkan kapasitas dan memungkinkan komunikasi dua arah pada satu serat optik.
  • 84. Gambar 2.31. Wave Division Multiplexing b) Frequency Division Multiplexing Frequency Division Multiplexing adalah teknik menggabungkan banyak saluran input komunikasi serat optik menjadi sebuah saluran output berdasarkan frekuensi serat optik. Gambar 2.32. Frequency Division Multiplexing 2.19 Repeater Repeater pada jaringan komunikasi serat optik berfungsi sebagai penguat gelombang cahaya yang melemah di tengah jalan dalam mencapai tujuannya.
  • 85. a) Regenerative Repeater Regenerative repeater pada serat optik berfungsi untuk menguatkan, membersihkan, memperbaiki, serta mentransmisikan ulang sinyal informasi kepada tujuannya. Gambar 2.33. Regenerative Repeater b) Optical Repeater Optical Repeater adalah suatu perangkat yang digunakan dalam sistem komunikasi serat optik untuk mempertinggi kekuatan sinyal optik dengan cara merubahnya menjadi sinyal listrik dan memproses sinyal listrik tersebut, kemudian mentrasmisikannya kembali kedalam bentuk sinyal optik. Gambar 2.34. Optical Repeater
  • 86. 2.20 Pengukuran Perlengkapan Serat Optik Pengukuran perlengkapan serat optik sangat dibutuhkan untuk mengukur dan mengetahui parameter seperti pelemahan (attenuation), panjang, kehilangan pencerai dan penyambung, dalam sistem telekomunikasi serat optik. Pada dasarnya pengukuran perlengkapan serat optik dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: a) Pengukuran Redaman Kabel OTDR (Optical Time Domain Reflectometer) merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu serat optik pada domain waktu. OTDR dapat menganalisis setiap dan jarak akan insertion loss, reflection, dan loss yang muncul pada setiap titik, serta dapat menampilkan informasi pada layer tampilan. Gambar 2.35. OTDR Mekanisme Kerja OTDR Umumnya mekanisme kerja OTDR adalah sebagai berikut: 1. Sinyal-sinyal cahaya dimasukkan ke dalam serat optik. 2. Sebagian sinyal dipantulkan kembali dan diterima oleh penerima.
  • 87. 3. Sinyal balik yang diterima akan dinyatakan sebagai loss. 4. Waktu tempuh sinyal digunakan untuk menghitung jarak. Berdasarkan mekanisme kerja di atas dapat ditentukan beberapa parameter yang dapat diukur pada OTDR salah satunya yaitu: 1. Jarak Dalam hal mi titik lokasi dalam suatu link, ujung link atau patahan. 2. Loss-loss untuk masing splice atau total loss dan ujung ke ujung dalam suatu link. 3. Atenuasi-atenuasi dan serat dalam suatu link. 4. Refleksi Besar refleksi (return loss) dan suatu event. Fungsi OTDR Beberapa fungsi yang dapat dilakukan oleh OTDR yaitu: 1. Mengukur Loss per satuan panjang. Loss pada saat instalasi serat optik mengasumsikan redaman serat optik tertentu dalam loss per satuan panjang. OTDR dapat mengukur redaman sebelum dan setelah instalasi sehingga dapat memeriksa adanya ketidaknormalan seperti bengkokan (bend) atau beban yang tidak diinginkan. Hal mi dapat dilakukan dengan cara: X [dBW] = A [dB] -  . L [dB] X = Besarnya daya untuk jarak L A = Daya awal yang diberikan OTDR ke serat optik untuk OTDR mini,
  • 88. Amax adalah 31 dBW  = Redaman (dB/km) L = Panjang Sehingga dengan membaca grafik X dan L, akan didapat  (redaman), dan dengan membandingkannya dengan loss budget akan dapat disimpulkan apakah telah terjadi ketidak normalan. 2. Mengevaluasi sambungan dan konektor Pada saat instalasi OTDR dapat memastikan apakah redaman sambungan dan konektor masih berada dalam batas yang diperbolehkan. 3. Fault Location Fault seperti letaknya serat optik atau sambungan dapat terjadi pada saat atau instalasi atau setelah instalasi, OTDR dapat menunjukkan lokasi faultnya atau ketidak normalan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat jarak terjadinya end of fiber pada OTDR, jika kurang dan jarak sebenarnya maka pada jarak tersebut terjadi kebocoran/kerekatan (asumsi set OTDR benar). End of fiber pada OTDR ditandai dengan adanya daya < 3 dB (dapat disesuaikan dengan menset) yang berfluktuasi. OTDR, pulse width, disperse, rise time merupakan domain waktu, sedangkan bandwidth, merupakan domain frekuensi. b) Pengukuran Garis Terminal (Terminal Line) Pengukuran garis terminal pada prinsipnya hampir sama dengan pengukuran pada redaman kabel tetapi dengan memperhatikan indikasi daya keluaran optik, daya yang diterima oleh serat optik, gelombang
  • 89. cahaya serat optik, BER (Bit Error Rate), gelombang keluaran cahaya, indikasi alarm dan sistem keamanan perangkat (jaringan). 2.21 Link Power Budget Pengertian Link Power Budget adalah estimasi kebutuhan daya yang dibutuhkan untuk memastikan level daya penerima lebih besar atau sama dengan level daya threshold (daya minimum). Perhitungan power budget merupakan aspek penting dalam melakukan analisis sistem komunikasi serat optik. Tujuan utama perhitungan link power adalah menentukan jarak maksimum yang dapat dicapai oleh sistem transmisi, perbandingan antara daya keluaran sumber optik dan kepekaan daya minimum detektor optik, redaman serat optik, redaman penyambungan (splice) dan konektor yang digunakan. Margin sistem ditambahkan untuk memberikan tambahan toleransi cadangan redaman terhadap penurunan kemampuan kerja komponen yang dipergunakan akibat pengaruh radiasi yang ditimbulkan karena pembengkakan serat optik serta pengaruh rugi-rugi yang terjadi pada saat penyambungan serat optik. Daya yang ada dipenerima harus selalu lebih besar atau sama dengan tingkat daya ambang yang telah dipersyaratkan. Perhitungan Link Power Budget berkaitan dengan tingkat dan perangkat sistem yang digunakan. Jika perhitungan link power budget tidak diperhatikan maka akan menyebabkan perangkat tidak bekerja secara optimal.
  • 90. 2.21.1 Rumus Perhitungan Link Power Budget Link Power Budget untuk sistem komunikasi serat optik identik dengan Link Power Budget pada sistem komunikasi lainnya. Jika karakteristik transmitter, losses, kabel serat optik dan sensitivitas receiver diketahui, maka dengan proses power budgeting yang sederhana dapat ditentukan besarnya daya yang disampaikan ke receiver. Total redaman pada sistem serat optik harus tidak boleh lebih besar dan kemampuan transmitter ke receiver. Rumus Link Power Budget adalah: PR  PT – (f x L) – (Lc x m) – (Lsp x n) – m ………………. (2.5) Dimana: PT : Power yang dipancarkan dan Tx ke serat optik f : Redaman persatuan panjang (db/Km) L : Panjang saluran serat optik (Km) Lc : Redaman tiap konektor (buah) M : Jumlah konektor (buah) Lsp : Redaman Splice (Splice) M : Sistem margin (cadangan) PR : Power yang diterima pada ujung serat optik (dbm)
  • 91. BAB III KONFIGURASI JARINGAN AKSES SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK (SKSO) PADA AREA SUDIRMAN – KUNINGAN – GATOT SUBROTO PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK 3.1. Konfigurasi Jaringan Konfigurasi jaringan akses yang diterapkan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia dalam sistem komunikasi serat optik (SKSO) pada area Sudirman – Gatot Subroto – Kuningan adalah jaringan lokal akses fiber (JARLOKAF). Hal ini dapat dilihat dari wilayah operasionalnya yang berupa gedung perkantoran dan gedung-gedung bertingkat (High Rise Building), sentra bisnis dan area perumahan (residential) yang memerlukan penggelaran konsep jaringan akses yang mampu menyediakan layanan terhadap user tersebut dengan baik serta memiliki kualitas sistem keamanan dan kehandalan yang tinggi. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan PT. Telekomunikasi Indonesia menerapkan JARLOKAF pada area Sudirman – Gatot Subroto – Kuningan adalah sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan kemampuan dan performansi jaringan akses yang meliputi jenis jasa, kapasitas, kualitas pelayanan, fleksibilitas, dan keandalan. 2. Mengurangi biaya investasi dan pengoperasian pada sistem jaringan akses.
  • 92. 3. Menanggulangi keterbatasan infrastruktur bawah tanah yaitu dengan lebih mengutamakan penerapan jaringan kabel duct. 4. Mengefektifkan sistem operasi dan pemeliharaan jaringan akses. 5. Mempersiapkan infrastruktur telekomunikasi untuk era multimedia dan next generation network (NGN). Selain itu dalam penerapannya JARLOKAF yang ada pada jalur Sudirman – Gatot Subroto – Kuningan dioperasikan oleh dua Sentral Telepon Otomat (STO) milik PT. Telekomunikasi Indonesia yang ada pada daerah tersebut yaitu STO Semanggi dan STO Gatot Subroto. Gambar 3.1 Topologi JARLOKAF Telkom Semanggi Gatot Subroto
  • 93. 3.2. Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF) PT. Telekomunikasi Indonesia JARLOKAF adalah sistem jaringan transmisi yang menghubungkan sentral lokal ke arah terminal pelanggan dengan menggunakan media transmisi serat optik. Sistem JARLOKAF setidaknya memiliki 2 (dua) buah perangkat opto-elektronik yaitu 1 (satu) perangkat opto-elektronik di sisi sentral dan 1 (satu) perangkat opto-elektronik di sisi pelanggan dan lokasi perangkat opto- elektronik di sisi pelanggan disebut juga Titik Konversi Optik (TKO). Secara praktis TKO berarti batas terakhir kabel optic ke arah pelanggan yang berfungsi sebagai lokasi konversi sinyal optic ke sinyal elektronik. Terminal pelanggan biasanya dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga. Daerah dimana para pelanggan terhubung ke suatu TKO disebut Daerah Akses Fiber (DAF). Sebagai perbandingannya, pada jaringan lokal kabel tembaga dikenal 3 (tiga) buah daerah cakupan sentral, daerah Rumah Kabel (RK) dan daerah cakupan Kotak Pembagi (KP). DAF dapat sebanding dengan daerah cakupan RK atau daerah cakupan KP pada lokasi yang sudah ada jaringan kabel tembaganya. Berikut ini kelebihan dan kekurangan JARLOKAF. Kelebihan dan kekurangan JARLOKAF : 1. Kelebihan JARLOKAF : a. Tidak dapat disadap b. Bebas interferensi
  • 94. c. Kapasitas besar sehingga sangat cocok untuk digunakan di kota-kota besar (daerah bisnis) dan yang membutuhkan jenis layanan yang beragam d. Ukuran kecil 2. Kelemahan JARLOKAF : a. Mudah putus b. Penyambungan sulit c. Rentan terhadap gangguan fisik Pemilihan teknologi JARLOKAF harus memperhatikan beberapa kriteria antara lain :  Jenis jasa dan kapasitas.  Kemudahan Operational & Maintenance.  Konfigurasi dan kehandalan sistem (reliability).  Kompatibilitas antarmuka dan sesuai standard (compatibility).  Tidak mudah usang dan dijamin produksinya.  Biaya efektif.  Tahapan pembangunan dan pengembangan dari teknologi JARLOKAF. Selain itu JARLOKAF pada PT. Telekomunikasi Indonesia dapat melayani beragam jenis layanan kepada para penggunanya. Berikut dibawah ini jenis layanan yang dapat dilayani oleh JARLOKAF : 1. POTS (Plain Old Telephone Service) 2. ISDN Basic Rate Access (BRA) 3. ISDN Primary Rate Access (PRA)
  • 95. 4. 2.048 Mbps Digital Leased Line 5. 64 Kbps Digital Leased Line 6. n x 64 Kbps Digital Leased Line 7. 2 w / 4 w Analog Leased Line 8. CATV (Cable TV) 9. VOD (Video On Demand) 10. IPTV (Internet Protocol Television) 11. Dll 3.2.1. Struktur JARLOKAF JARLOKAF terdiri dari 3 bagian : 1. Perangkat di sisi sentral Perangkat di sisi sentral pada JARLOKAF berfungsi sebagai : a. Interface (titik penghubung) dengan sentral lokal b. Multiplexing dan Demultiplexing c. Merubah sinyal listrik menjadi sinyal optik atau sebaliknya merubah sinyal optik menjadi sinyal listrik d. Pusat operasi dan pemeliharaan 2. Jaringan kabel optik Jaringan kabel optik pada JARLOKAF berfungsi sebagai pemandu gelombang cahaya (saluran transmisi) 3. Perangkat di sisi pelanggan Perangkat di sisi pelanggan pada JARLOKAF berfungsi sebagai : a. Interface (titik penghubung) dengan perangkat terminal pelanggan
  • 96. b. Multiplexing dan demultiplexing c. Merubah sinyal listrik menjadi sinyal optik atau sebaliknya merubah sinyal listrik menjadi sinyal optik Gambar 3.1. Struktur Konfigurasi JARLOKAF 3.2.2. Standar Teknologi JARLOKAF PT. Telekomunikasi Indonesia Standar JARLOKAF dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu standar sistem JARLOKAF dan standar pendukung JARLOKAF. Standar sistem JARLOKAF meliputi : a. Digital Loop Carrier (DLC). b. Dense Wavelength Digital Multiplexing (DWDM). c. Optical Transport Network (OTN). d. Synchronous Digital Hierarchy (SDH). e. Passive Optical Network (PON). f. Active Optical Network (AON).
  • 97. Standar pendukung JARLOKAF meliputi : a. Single Mode Jelly Filled Loose Tube Optical Fibre Cable for Duct, Aerial, Direct Buried Application. b. Single Mode Tight buffered Optical Fibre for Indoor Application. Sebagian dari standar tersebut sudah mempunyai Rekomendasi ITU-T. 3.2.3. Digital Loop Carrier (DLC) Teknologi ini merupakan hasil penerapan dari teknologi PCM-30 pada sistem jaringan pelanggan. Teknologi ini memiliki dua perangkat utama yaitu di sisi sentral (Central Terminal - CT) dan di sisi pelanggan (Remote Terminal - RT). Keseluruhan fungsi perangkat dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu : a. Channel Bank yaitu perangkat yang melakasanakan pengkodean sinyal suara (analog) menjadi sinyal digital 64 kpbs serta me- multiplex menjadi 2 MBps dan sebaliknya. b. HOM (High Orde Mux) yaitu hasil me-multiplex beberapa Multiplex tingkat tinggi dengan sebuah OLTE yang bersesuaian. Pada umumnya teknologi ini menggunakan dua serat optik. Bila dibandingkan dengan sistem PCM, secara keseluruhan sistem DLC memiliki jumlah perangkat yang semakin sedikit serta ukurannya dan daya yang diperlukan pun menjadi lebih kecil.
  • 98. 3.2.3.1. Konfigurasi DLC Seperti halnya PCM-30, DLC memiliki hubungan kabel serat optik dari sisi sentral ke sisi pelanggan sebagai hubungan titik ke titik (poin to point). Namun DLC juga dapat memiliki konfigurasi ring baik single node ring maupun multi node ring. Bila hubungan ke sentral dapat menggunakan antar muka 2 Mbit/s maka sistem ini akan semakin efisien dan sederhana. Bila digunakan antarmuka tersebut (2 Mbit/s) maka sistem Channel Bank pada sentral tidak digunakan (kecuali untuk 64 kbit/s Leased Line). Gambar 3.2 di bawah ini memperlihatkan konfigurasi DLC. Gambar 3.2. Konfigurasi DLC 3.2.4 Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) merupakan teknik multiplexing dimana sejumlah sinyal optik dengan panjang gelombang yang berbeda-beda ditransmisikan secara simultan melalui sebuah serat optik tunggal. Tiap panjang gelombang merepresentasikan sebuah kanal informasi. Pada dasarnya, konfigurasi sistem DWDM terdiri dari
  • 99. sekumpulan transmitter sebagai sumber optik yang memancarkan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda- beda. Sinyal cahaya tersebut kemudian mengalami proses multiplexing dan ditransmisikan secara simultan melalui medium serat optik yang sama. Di sisi receiver, sinyal tersebut kemudian didemultiplikasi kembali dan dipisahkan berdasarkan panjang gelombangnya masing-masing. Gambar 3.3 menunjukkan DWDM. Gambar 3.3 DWDM 3.2.4.1 DWDM Laser Sistem DWDM menggunakan resolusi tinggi, atau narrowband, laser transmisi di 1550nm panjang gelombang Band. Operasi di kisaran 1550nm memberikan dua manfaat: Ini meminimalkan kerugian daya optik sebagai sinyal merambat sepanjang serat memungkinkan jarak transmisi yang jauh lebih besar dengan