Pembelajaran sifat-sifat cahaya merupakan salah satu materi dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam. Sifat - sifat cahaya penting untuk dipahami oleh siswa karena berkaitan erat dengan kehidupan siswa yaitu cahaya menyebabkan manusia dapat melihat benda yang ada disekitarnya. Menurut Pendapat Al-Kindi (http://fisikaoptik.blogspot.com/2013/03/teori-cahaya-parti.html) mengemukakan bahwa “penglihatan ditimbulkan daya pencahayaan yang berjalan dari mata ke obyek dalam bentuk kerucut radiasi yang padat”. Benda yang menghasilkan cahaya disebut sumber cahaya dan terbagi menjadi sumber cahaya alami dan sumber cahaya buatan. Cahaya memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu cahaya dapat merambat lurus cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat dibiaskan dan cahaya dapat diuraikan. Banyak peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan sifat - sifat cahaya. Pembelajaran sifat-sifat cahaya hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan kemampuan berfikir pada siswa. Siswa SD lebih mudah mengingat apa yang pernah dialaminya dibandingkan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan penjelasan saja. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme yang di kemukakan oleh Jean Piaget (Trianto, 2014:72), ‘bahwa anak membangun skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Bab ii
1. BAB II
KAJIAN
PUSTKA, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A Kajian Pustaka
1 Pengertian Pembelajaran
Belajar merupakan proses mereaksi
terhadap semua situasi yang ada di sekitar
individu. Belajar adalah proses yang
dirancang dan diarahkan untuk mencapai
tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman. Hal ini sesuai dengan
pendapat Oemar Hamalik (2011;27) yang mengemukakan bahwa “Belajar adalah
modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined
as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”. Menurut
pengertian ini, belajar merupakan suatu proses suatu kegiatan dan bukan suatu
hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu,
yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
pengubahan kelakuan.
Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian
informasi atau pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Proses
17
2. 2
penyampaian itu sering juga dianggap sebagai proses mentransfer ilmu.
Istilah mengajar bergeser pada istilah pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik,
“Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling mempengaruhi
dalam mencapai tujuan pembelajaran” dikutip dari
www.academia.edu/7330523/Pengertian_Proses_Pembelajaran tanggal 12 Maret
2015.
Istilah "pembelajaran" merupakan terjemahan dari kata instruction, Menurut
Gagne, Briggs, dan vager (M. Sobry Sutikno, 2014;11) mengemukakan bahwa
‘pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan
terjadinya proses belajar pada siswa’. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran
psikologi kognitif holistik, yang menempatkan peserta didik sebagai sumber
dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah peserta didik mempelajari
segala sesuatu lewat berbagai macam media, seperti bahan-bahan cetak,
program televisi, gambar, audio, dan lain sebagainya, sehingga semua itu
mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar
mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator
dalam belajar mengajar. Peserta didik diposisikan sebagai subyek belajar yang
memegang peranan yang utama, sehingga dalam setting proses belajar
mengajar peserta didik dituntut beraktivitas secara penuh. Dengan demikian,
jika dalam istilah "mengajar" atau teaching menempatkan guru sebagai "pemeran
utama" dalam memberikan informasi, maka dalam instruction guru lebih
3. 3
banyak berperan sebagai fasilitator, mengatur berbagai sumber dan fasilitas
untuk dipelajari peserta didik.
2 Karakteristik Pembelajaran IPA
a Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip prinsip saja tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri
dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sain yang semula berasa dari
Bahasa Inggris ‘science’. Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa
latin ‘scientia’ yang berarti saya tahu. Wahyana (Trianto, 2014;136)
mengemukakan bahwa ‘IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara
sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala
4. 4
alam’. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi
oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur,
dan sebagainya. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada
dipermukaan bumi, didalam perut bumi dan diluar angkasa, baik yang dapat
diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. ‘IPA atau ilmu
kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati
yang diamati’, Kardi & Nur d (Tiranto, 2014;136).
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa IPA atau sains
merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan dalam bentuk
fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenaranya melalui suatu rangkaian
kegiatan dalam metode ilmiah seperti observasi, eksperimen serta menuntu sikap
ilmiah yaitu rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.
b Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan
sikap ilmiah. Selain itu, ‘IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan
seagai prosedur’. Marsetia Donosepoetro (Trianto, 2014;137) mengemukakan
bahwa:
Sebagai proses diartikan semua kegiata ilmiah untuk menyempurnakan
pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru,
sebagai produk diartikan sebagai hasil proses berupa pengetahuan yang
diajarkan di sekolah atau diluar sekolah, sebagai prosedur dimaksudkan
metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada
umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method).
c Tujuan Pembelajaran IPA
5. 5
Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum
sebagaimana termaktu dalam taksonomi Bloom (dalam Trianto 2014;142) bahwa :
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang
merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang
dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang
bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara garis besar
tentang fakta yang ada dialam untuk dapat memahami dan memperdalam
lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta keteraturannya. Disamping
hal itu Pembelajaran sains diharapkan pula memberikan keterampilan
(psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan
dan apresiasi. Didalam mencari jawaban terhadap suatu permasalahan.
Karena ciri-ciri tersebut yang membedakan dengan pembelajaran lainnya.
Pelaksanaan pembelajaran IPA seperti diatas dipengaruhi oleh tujuan apa
yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran IPA di SD
dalam Kurikulum KTSP menurut Depdiknas, 2006 (dalam Mulyasa, 2010;111)
secara terperinci adalah:
1 Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya.
2 Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3 Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
4 Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan,
5 Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah
satu ciptaan Tuhan, dan
6. 6
6 Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
Dengan demikian semakin jelaslah bahwa proses belajar mengajar IPA lebih
ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan
fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu
sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses
pendidikan maupun produk pendidikan. Selama ini proses belajar mengajar IPA
hanya menghafalkan fakta, prinsip atau teori saja. Untuk itu perlu dikembangkan
suatu model pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya. Guru hanya
memberi tangga yang membantu siswa untuk mencapai tingkat pemahaman yang
lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa dapat menaiki tangga tersebut.
Nur dan Wikandari (dalam Trianto, 2014;143)
d Fungsi Pembelajaran IPA SD
Menurut Depdiknas (Nurohmah, 2005: 54) mata pelajaran sains di Sekolah
Dasar berfungsi untuk memahami konsep dan manfaat sains dalam kehidupan
sehari-hari serta untuk melanjutkan pendidikan ke SMP. Kurikulum Pendidikan
Dasar Depdikbud 1993/1994 (dalam Heni Rahmawati, 2011: 27-28), mata
pelajaran IPA berfungsi untuk:
1 Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai lingkungan
alam dan lingkungan buatan yang berkaitan dengan pemanfaatannya bagi
kehidupan sehari-hari.
2 Mengembangkan keterampilan proses.
7. 7
3 Mengembangkan wawasan,sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk
meningkatkan kualitas kehidupansehari-hari.
4 Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang
saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan
lingkungan di sekitarnya dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
5 Mengembangkan kemajuanuntuk menerapkan ilmu pengetahuan dan
6 teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan
sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat pendidikan
yang lebih tinggi.
Fungsi IPA dalam penelitian ini adalah mengembangkan kemajuan untuk
menerapkan ilmupengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang
berguna dalam kehidupan sehari-hari dan masa depan.
e Ruang Lingkup dan Standar Kompetensi mata pelajaran IPA SD
Berdasarkan Kurikulum 2006 (Standar Isi) ruang lingkup bahan kajian IPA
untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:
1 Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
2 tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
3 Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaanyameliputi: cair, padat, dan gas.
4 Energy dan perubahannya, yang meliputi: gaya , bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
5 Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.
8. 8
Standar kompetensi mata pelajaran IPA untuk satuan pendidikan dasar
SD/MI/SDLB/Paket A yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006
adalah sebagai berikut:
1 Melakukan pengamatan terhadap gejala alam dan menceritakan hasil
pengamatannya secara lisan dan tertulis.
2 Memahami penggolongan hewan dan tumbuhan, serta manfaat hewan
dan tumbuhan bagi manusia, upaya pelestariannya, dan interaksi antara
makhluk hidup dengan lingkungannya.
3 Memahami bagian-bagian tubuh padamanusia, hewan,dan tumbuhan, serta
fungsinya dan perubahan pada makhluk hidup.
4 Memahami beragam sifat benda hubunganya denganpenyusunnya, perubahan
wujud benda, dan kegunaannya.
5 Memahami berbagai bentuk energy, perubahan dan manfaatnya.
6 Memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan perubahan
permukaan bumi dan hubungan peristiwa alam dengan kegiatan manusia.
f Sifat – Sifat Cahaya
Menurut fisikawan Skotlandia, James Clerk Maxwell (1831 – 1879) dalam
Ita Syuri dan Nurhasanah (2011;167) “Cahaya adalah rambatan gelombang yang
dihasilkan oleh gabungan medan listrik dan medan magnet. Gelombang yang
dihasilkan dari gabungan medan listrik dan medan magnet disebut gelombang
elektrromagnetik. Cahaya adalah energi berbentuk gelombang electromagnet
dengan panjang gelombang sekitar 380-750 nanometer. Benda-benda yang dapat
menghasilkan cahaya disebut sumber cahaya. Cahaya dapat dibedakan menjadi
9. 9
dua jenis, yaitu cahaya tampak dan cahaya tidak tampak. Cahaya tampak adalah
cahaya yang dapat ditangkap oleh mata, cahaya tidak tampak aalah cahaya yang
tidak dapat ditangkap oleh mata, misalnya sinar-X sinar ultraviolet, sinar gamma,
dan sinar inframerah. Cahaya mempunyai sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat cahaya
banyak manfaatnya bagi kehidupan.
1 Cahaya Merambat Lurus
Cahaya dari lampu senter arah rambatannya menurut garis lurus. Atau
ketika kita melihat cahaya matahari yang menerobos masuk melalui genting.
Kedua hal tersebut membuktikan bahwa cahaya merambat lurus.
2 Cahaya Dapat Menembus Benda Bening
Berdasarkan dapat tidaknya memancarkan cahaya, benda
dikelompokkan menjadi benda sumber cahaya dan benda gelap. Benda
sumber cahaya dapat memancarkan cahaya. Contohnya; Matahari, lampu,
dan nyala api. Sedangkan benda gelap tidak dapat memancarkan cahaya
contohnya; batu, kayu, dan kertas.Berdasarkan dapat tidaknya meneruskan
cahaya, benda dibedakan menjadi dua, yaitu benda tembus cahaya dan
benda tidak tembus cahaya. Benda tembus cahaya dapat meneruskan yang
mengenainya. Contoh benda tembus cahaya yaitu kaca dan gelas bening.
Benda tidak tembus cahaya tidak dapat meneruskan cahaya yang
mengenainya. Apabila dikenai cahaya, benda ini akan membentuk
bayangan. Contoh benda tidak tembus cahaya, yaitu Koran, kertas, kayu,
batu, dan hewan
10. 10
3 Cahaya dapat dipantulkan
Perubahan arah rambatan cahaya disebut pemantulan cahaya. Cahaya
yang mengenai permukaan mengkilap akan dipantulkan. Hukum
pemantulan cahaya menyatakan sudut sinar datang sama dengan sudut sinar
pantul. Sinar datang, sinar pantul, dar garis normal terletak pada sebuah
bidang datar.
Pemantulan cahaya ada dua jenis, yaitu pemantulan baur (difus) dan
pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi jika cahaya mengenai benda
yang permukaannya tidak rata atau bergelombang. Pada pemantulan ini,
arah sinar pantul tidak beraturan. Cahaya yang dipantulkan oleh permukaan
air yang bergelombang merupakan salah satu contoh pemantulan baur.
Pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai benda yang permukaannya
sangat rata, licin, dan mengilap. Pada pemantulan ini, sinar pantul memiliki
arah yang teratur. Cahaya yang dipantulkan oleh cermin merupakan salah
satu contoh pemantulan teratur.
Berdasarkan bentuk permukaannya, cermin dibedakan menjadi cermin
datar dan cermin lengkung. Cermin lengkung dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu cermin cekung dan cermin cembung.
a Cermin datar
Bayangan pada cermin datar memiliki sifat-sifat berikut.
; Ukuran (besar dan tinggi) bayangan sama dengan ukuran benda.
; Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin.
11. 11
; Kenampakan bayangan berlawanan dengan benda. Misalnya tangan
kirimu akan menjadi tangan kanan bayanganmu.
; Bayangan tegak seperti bendanya.
; Bayangan bersifat semu atau maya. Artinya, bayangan dapat dilihat
dalam cermin, tetapi tidak dapat ditangkap oleh layar.
b Cermin cekung
Cermin cekung merupakan cermin yang baagian mengilapnya berupa
cekungan. Salah satu contoh cermin cekung yaitu bagian depan sendok
makan, lampu mobil, dan lampu senter. Sifat bayangan pada cermin cekung
bergantung dari letak benda. Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin
cekung adalah sebagai berikut :
1 Jika benda berada dekat dengan cermin cekung, bayangan benda
bersifat tegak, diperbesar, dan semu (maya)
2 Jika benda berada jauh dengan cermin cekung, bayangan benda
bersifat nyata (sejati), terbalik dan diperkecil.
c Cermin cembung
Cermin cembung merupakan cermin yang baagian mengilapnya
berbentuk cembung. Contoh cermin cembung yaitu bagian belakang sendok
makanan dan spion. Sifat bayangan pada cermin cembung adalah semu
(maya), tegak dan diperkecil dari benda yang sesungguhnya.
4 Cahaya Dapat Dibiaskan
12. 12
Pembiasan adalah pembelokan arah rambat cahaya, saat melewati dua
medium yang berbeda kerapatannya. Pembiasan cahaya dimanfaatkan
manusia dalam pembuatan berbagai alat optik. Apabila cahaya merambat
dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat, cahaya akan
dibiaskan mendekati garis normal.
3 Model Discovery Learning
Model Discovery Learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang
terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi
diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner dalam
Kemendikbud (2014;30) “Discovery Learning can be defined as the learning that
take place when the student is not presented with subject matter in the final form,
but rather is required to organize it him self. Bruner menganggap bahwa belajar
penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan
dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk
mencari pemecahan masalah sera pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan
pengetahuan yang benar-benar bermakna “Model Discovery Learning adalah
memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya
sampai kepada suatu kesimpulan” Budiningsih dalam Kemendikbud (2014;30).
Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry).
Tidak ada perbedaan yang principal pada kedua istilah ini, pada Discovery
Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang
sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada
13. 13
discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang
direkayasa oleh guru, sedangakan inkuiry masalahnya bukan hasil rekayasa,
sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk
mendapatkan temuan-temuan didalam masalah itu melalui proses penelitian. Dari
teori belajar Bruner, intinya perolehan pengetahuan merupakan suatu proses
interaksi, dan orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan
informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan atau diperoleh
sebelumnya. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif
oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Model Discovery
Learning (Penemuan Terbimbing) adalah model pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik agar secara aktif mengolah dan menemukan
data atau informasi yang telah direkayasa oleh guru sehingga menghasilkan
pengetahuan yang benar-benar bermakna.
1$ Kelebihan model Discovery Learning
Dalam penggunaan model Discovery Learning ini guru berusaha
meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Maka model ini
memiliki kelebihan sebagai berikut:
a$ Model ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan,
memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses
kognitif/pengenalan siswa.
b$ Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual
sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
14. 14
c$ Dapat membangkitkan kegairahan belajar mengajar para siswa.
d$ Model ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkembang dan maju sesuai dengankemampuannya masing-masing.
e$ Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi
yang kuat untuk belajar lebih giat.
f$ Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri
sendiri dengan proses penemuan sendiri.
2$ Kelemahan penerapan discovery learning
a$ Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa
yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir
mengungkapkan hubungan Antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan,
sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi
b$ Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar
berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara
belajara lama.
c$ Kurang efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau
pemecahan masalah.
d$ Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan
ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru
3$ Langkah-langkah operasional
15. 15
Menurut Syah dalam Kemendikbud (2014;32) ‘dalam mengaplikasikan
Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan
dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut.
1$ Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan). Pertama-tama pada tahap
ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan tanda tanya,
kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul
keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai
kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, dan aktivitas belajar
lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
2$ Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah). Setelah dilakukan
stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah
yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah). Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan
menganalisis permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang
berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan
suatu masalah.
3$ Data collection (pengumpulan data). Ketika eksplorasi berlangsung guru
juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab
pertanyaan atau membuktikan benar tidak hipotesis, dengan demikian anak
16. 16
didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai
informasi yang relevan, membaca literature, mengamati objek, wawancara
dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
4$ Data processing (pengolahan data). Data processing merupakan kegiatan
mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Data processing
disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi
sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut
siswa akan mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif jawaban/
penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
5$ Verification (pentahkikan/pembuktian). Bertujuan agar proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
6$ Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi). Tahap generalitation/
menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat
dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah
yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Atau tahap dimana
berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan
atau generalisasi tertentu. Akhirnya dirumuskannya dengan kata-kata
prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.
4$ Penelitian yang relevan
17. 17
Kajian penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1$ Titin Oktaviani Pamungkas. (2009) “Penerapan discovery learning pada mata
pelajaran akuntansi untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa
akuntansi keuangan (studi kasus pada siswa kelas X AK SMK Shalahuddin
Malang)”.http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=39957
diakses pada tanggal 14 Maret 2015.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I motivasi belajar siswa
sebesar 47% dengan kategori kurang dan mengalami peningkatkan menjadi
sebesar 96% dengan kategori baik pada siklus II. Sedangkan pada prestasi
belajar juga mengalami peningkatkan, sebelum diberikan tindakan skor rata-
rata hasil belajar sebesar 51,87% dengan ketuntasan belajar 74,56% pada
siklus II meningkat lagi dengan skor rata-rata 81,28% dengan ketuntasan
belajar sebesar 93,53%.
2$ Rismayani (2013) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Discovery
Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKN Siswa”.
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP/article/view/405 diakses pada
tanggal 12 Maret 2015.
Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan rata-rata hasil belajar siklus I
ke siklus II sebesar 9,2%. Peningkatan ketuntasan klasikal siklus I ke siklus II
sebesar 33,4%.
B$ Kerangka Pikir Penelitian
18. 18
Dalam pembelajaran materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN
Balandongan 1 masih terdapat banyak permasalahan pembelajaran yang perlu
dicarikan jalan keluarnya sehingga usaha perbaikan hasil belajar dapat mencapai
hasil yang diharapkan (mencapai ketuntasan yang di tetapkan). Salah satunya
adalah dengan penerapan model Discovery Learning. Model Discovery Learning
diprediksi akan meningkatkan pembelajaran konsep Sifat-Sifat Cahaya pada mata
pelajaran IPA dengan alasan-alasan berikut :
Gambar 2.1
Kerangka pemikiran penelitian
Materi Pembelajaran IPA
Pokok bahasan : Sifat-sifat Cahaya
a$ Standar Kompetensi:
6$ Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu
karya/model
b$ Kompetensi Dasar:
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
Pembelajaran Konsep
Proses pembelajaran:
19. 19
1 Perolehan informasi
2 Mentransformasikan informasi yang diterima
3 Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan
Kelebihan model pembelajaran Discovery Learning:
; Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak
kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif.
; Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi individual
sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
; Dapat membangkitkan kegairahan belajar mengajar para siswa.
; Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang
dan maju sesuai dengankemampuannya masing-masing.
; Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi
yang kuat untuk belajar lebih giat.
; Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri
sendiri dengan proses penemuan sendiri.
Peningkatan Pembelajaran
Meliputi beberapa aspek
1 Kognitif
2 Afektif
3 Psikomotor
20. 20
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, kelebihan dari Model Discovery
Learning diprediksi dapat meningkatkan pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya
pada mata pelajaran IPA yang nantinya akan berpengaruh pula pada hasil
pembelajaran peserta didik yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Karena pada Model Discovery Learning, menekankan agar peserta didik terlibat
langsung dalam pembelajaran sehingga peserta didik dapat mengalami dan
menemukan sendiri konsep-konsep yang harus ia kuasai. Dengan demikian materi
pembelajaran yang disampaikan dapat diproses dengan baik oleh peserta didik.
Kemudian pada pembelajaran dengan penerapan model discovery learning
dapat memberi pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah. Dalam model ini
pembelajaran IPA dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti pengamatan,
pengujian atau penelitian, diskusi, penggalian informasi melalui tugas baca,
disamping itu juga pendekatan ini dapat memberi peluang pada peserta didik agar
dapat belajar lebih bermakna
Keberhasilan penggunaan model discoveri learning dalam pembelajaran
konsep sifat-sifat cahaya dengan sendirinya akan dapat meningkatkan hasil belajar
(kognitif, psikomotor), terutama pada pemahaman konsep. Untuk dapat mencapai
tujuan perbaikan kualitas pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya pada kelas V di
SDN Balandongan 1, peneliti menyusun pembelajaran dengan penerapan model
21. 21
discovery learning melalui pelaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. PTK akan dilaksanakan dengan 3 siklus.
Siklus I menekankan kompetensi mediskripsikan, siklus II menekankan
kompetensi menguji sifat-sifat cahaya, siklus III menekankan kompetensi
relevansi materi dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari .
C Hipotesis Penelitian
Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono dalam
https://gultomhans.wordpress.com/2013/06/10/hipotesis-penelitian-2/, diakses
pada tanggal 02 April 2015 "bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan”. Dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka
pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.
Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan dapat dirumuskan yaitu “Ada
peningkatan proses dan hasil pembelajaran sifat-sifat cahaya melalui model
discovery learning pada siswa kelas V SDN Balandongan 1”.