Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Konsep dan Perkembangan Anak Berbakat (Gifted)
1. 29
Anak Berbakat
(Gifted)
A. Pengertian Anak Berbakat
Batasan anak berbakat secara umum adalah “mereka yang karena memiliki
kemampuan-kemampuan yang unggul mampu memberikan prestasi yang tinggi”.
Istilah yang sering digunakan bagi anak-anak yang memiliki kemampuan
kemampuan yang unggul atau anak yang tingkat kecerdasannya di atas rata-rata
anak normal, diantaranya adalah; cerdas, cemerlang, superior, supernormal,
berbakat, genius, gifted, gifted and talented, dan super.
a. Daniel P. Hallahan dan James M. Kauffman (1982; 376) mengemukakan
“Besides the word ‘gifted’ a variety of other terms have be en used to describ
individuals who are superior in some way : “talented, creative, genius, and
precocious, for example”. Precocity menunjukkan perkembangan yang sangat
cepat. Beberapa anak gifted memperlihatkan precocity dalam area
perkembangan sepert; bahasa, musik, atau kemampuan matematika.
b. Martison dalam SC. Utami Munandar (1982; 7)
“Anak berbakat ialah mereka yang diidentifikasi oleh orang-orang profesional
memiliki kemampuan yang sangat menonjol, sehingga memberikan prestasi
yang tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang
berdiferensiasi dan atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah yang
biasa, agar dapat mewujudkan sumbangannya terhadap diri sendiri maupun
terhadap masyarakat”.
c. David G. Amstrong and Tom V. Savage (1983; 324) mengutip dari Public
Law 91-230 (United States Statutes at Large 1971, p. 153) sebagai berikut :
“gifted andtalented children” mean, in accordance with objective criteria
prescribed by the commissioner, children who hav outstanding intelectual
ability or creative talent, the development of which requires special activities
or services not ordinarily provided by local educational agencies.
d. Coleman (1985) mengemukakan secara konvensional anak berbakat adalah
“mereka yang tingkat intellegensinya jauh di atas rata-rata anggota
kelompoknya, yaitu IQ = 120 ke atas”.
2. 30
e. Renzulli (1979) melalui teorinyayang disebut “Three Dimensional Model”
atau “Three-ring Conception” tentang keberbakatan. Keberbakatan mencakup
tiga dimensi yang saling berkaitan,yaitu :
(a) kecakapan di atas rata-rata,
(b) kreativitas, dan
(c) komitmen pada tugas.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak
berbakat itu disamping memiliki kemampuan intelektual tinggi, juga
menunjukkan penonjolan kecakapan khusus yang bidangnya berbeda-beda antara
anak yang satu dengan anak lainnya. Anak ini disebut juga “gifted and talented”
yang berarti berbakat intelektual. Di sini kita harus membedakan antara bakat
sebagai potensi bawaan dan bakat yang telah terwujud dalam prestasi yang tinggi.
Semua anak berbakat mempunyai potensi yang ungul, tetapi tidak semuanya telah
berhasil mewujudkan potensi unggul tersebut secara optimal.
Pengertian keberbakatan dalam pengembangannya telah mengalami berbagai
perubahan, dan kini pengertian keberbakatan selain mencakup kemampuan
intelektual tinggi, juga menunjuk kepada kemampuan kreatif., bahkan menurut
Clark (1986) dalam Conny Semiawan (1994), kreativitas adalah ekpresi tertinggi
keberbakatan. Keberbakatan dipengaruhi oleh berbagai unsur kebudayaan, bahkan
bagi sementara ahli sifat-sifat anak berbakat tersebut bercirikan “cultur bound”
(dibatasi oleh batasan kebudayaan). Dengan demikian ada dua petunjuk kunci
dalam mengamati dan mengerti keberbakatan tersebut yaitu :
1). Keberbakatan itu adalah ciri-ciri universal yang khusus dan luar biasa yang
dibawa sejak lahir maupun yang merupakan hasil interaksi dari pengaruh
lingkungannya.
2). Keberbakatan itu ikut ditentukan oleh kebutuhan maupun kecenderungan
kebudayaan dimana seseorang yang berbakat itu hidup. (Conny semiawan; 1994 :
40).
B. Klasifikasi dan Karakteristik Anak Berbakat
3. 31
Anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok, seperti dikemukakan oleh Sutratinah Tirtonegoro (1984;
29) yaitu; Superior, Gifted dan Genius. Ketiga kelompok anak tersebut memiliki
peringkat ketinggian intellegnsi yang berbeda.
1. Genius :
Genius ialah anak yang memiliki kecerdasan luar biasa, sehingga dapat
menciptakan sesuatu yang sangat tinggi nilainya. Intelligence Quotien-nya (IQ)
berkisar antara 140 sampai 200. Anak genius memiliki sifat-sifat positif sebagai
berikut; daya abstraksinya baik sekali, mempunyai banyak ide, sangat kritis,
sangat kreatif, suka menganalisis, dan sebagainya. Di samping memiliki sifat-sifat
positif juga memiliki sifat negatif, diantaranya; cenderung hanya mementingkan
dirinya sendiri (egois), temperamennya tinggi sehingga cepat bereaksi
(emosional), tidak mudah bergaul, senang menyendiri karena sibuk melakukan
penelitian, dan tidak mudah menerima pendapat orang lain.
2. Gifted :
Anak ini disebut juga gifted and talented adalah anak yang tingkat
kecerdasannya (IQ) antara 125 sampai dengan 140. Di samping memiliki IQ
tinggi, juga bakatnya yang sangat menonjol, seperti ; bakat seni musik, drama,
dan ahli dalam memimpin masyarakat. Anak gifted diantaranya memiliki
karakteristik; mempunyai perhatian terhadap sains, serba ingin tahu, imajinasinya
kuat, senang membaca, dan senang akan koleksi.
3. Superior
Anak superior tingkat kecerdasannya berkisar antara 110 sampai dengan 125
sehingga prestasi belajarnya cukup tinggi. Anak superior memiliki karakteristik
sebagai berikut; dapat berbicara lebih dini, dapat membaca lebih awal, dapat
mengerjakan pekerjaan sekolah dengan mudah dan dapat perhatian dari teman-
temannya.
James H. Bryan and Tanis H. Bryan (1979; 302) mengemukakan bahwa
karakteristik anak berbakat itu (gifted) meliputi; physical, personal, and social
characteristics. Sedangkan David G. Amstrogn and Tom V. Savage (1983; 327)
mengemukakan; “Gifted and talented students are individuals who are
4. 32
characteristized by a blaned of (1) high intelligence, (2) high task comitment, and
(3) high creativity. Secara umum hampir semua pendapat itu sama, bahwa anak
berbakat memiliki kemampuan yang tinggi jika dibandingkan dengan anak-anak
pada umumnya. Hasil studi lain menemukan bahwa “Anak-anak berbakat
memiliki karakteristik belajar yang berbeda dengan anak-anak normal. Mereka
cenderung memiliki kelebihan menonjol dalam kosa kata dan menggunakannya
secara luwes, memiliki informasi yang kaya, cepat dalam menguasai bahan
pelajaran, cepat dalam memahami hubungan antar fakta, mudah memahami dalil-
dalil dan formula-formula, tajam kemampuan analisisnya, membaca banyak bahan
bacaan (gemar membaca), peka terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya,
kritis dan memiliki rasa ingin yang sangat besar” (Renzuli, 1979, Fahrle dkk.;
1985, Galagher, 1985, Maker; 1982) dalam Dedi Supriadi (1992; 9).
C. Terminologi yang digunakan
Dibawah ini terminology yang digunakan bagi anak berbakat :
1. Child Prodigy
2. Precocious
3. Gifted
4. Highly Talented
5. Creative
6. Superior
7. Talented
8. Supernormal Child
9. Bright
10. Genius
11. Ambitious
12. Diknas : Cerdas Istimewa Bakat Istimewa
D. Perkembangan Anak Berbakat
1. Perkembangan Kognitif
5. 33
Anak berbakat menurut konsep dari Renzulli ialah anak yang memiliki
kecerdasan diatas rata-rata, kreatifitas dan task commitment yang tinggi.
Kecerdasan berhubungan erat dengan kognitif. Namun ada perbedaan antara
proses konitif dan inteligensi, yaitu proses kognitif adalah proses terbentuknya
pengertian melalui pengalaman/belajar dengan melibatkan pengindraan dan
persepsi visual, auditori, kinestetik dan taktual. Sedangkan Inteligensi adalah
emampuan yang bersifat potensial dalam memcahkan masalah (primary mental
abilities). Anak berbakat memiliki intelektual diatas rata-rata dan berdampak pada
kognitifnya yang lebih cepat dari pada teman-teman sebayanya.
Dibawah ini merupakan Human Primary Mental Abilities (Luis L Thurstone
1887-1955) :
1. Verbal Comprehension
2. Verbal Fluency
3. Number or Arithmetic Ability
4. Memory (Short Term Memory and Long Term Memory)
5. Perceptual Speed
6. Spatial Visualisation
Dari enam kemampuan itu, anak berbakat memiliki kemampuan lebih cepat
dari anak-anak seusianya. Berikut karakteristik kognitif anak berbakat.
1. Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak
lazim, pikiran-pikiran kreatif.
2. Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu
konsep yang utuh.
3. Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.
4. Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang
sederhana dan mudah dipahami.
5. Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.
6. Menunjukkan daya imajinasi yang luar bisaa.
6. 34
7. Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu
mengartikulasikannya dengan baik.
8. Bisaanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai
kata-kata.
9. Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.
10. Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.
11. Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.
12. Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.
13. Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.
14. Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.
15. Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu
yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.
2. Perkembangan Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru,
sebagai kemampuan memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan
dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat
hubunganhubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Telah
diketahui bahwa salah satu aspek dalam konsep keberbakatan menurut Renzulli
adalah kreatifitas. Renzulli yang memandang keberbakatan dengan multi-dimensi
mencetuskan konsep awal yang dikenal dengan the three ring theory, dimana
aspek kreatifitas bersinergi secara langsung dengan kecerdasan dan task
commitment. Jelas, kretifitas merupakan salah satu kriteria utama anak dengan
keberbakatan.
Dimensi Kreatif dalam Konsep Keberbakatan. Sumber : Clark, B, 1986,
Growing up Gifted
7. 35
Guilford (1950) : “Creativity refers the abilities that are characteristics of
creative people”.
Lebih diperinci, kriteria pada aspek kreatifitas sendiri mencakup:
1. Fluency (banyak gagasan)
2. flexibility (banyak pemecahan masalah/pendekatan)
3. originality (asli)
4. elaboration (mengurai secara rinci)
5. redefinition (perspektif berbeda)
b. Ciri-ciri Kreatifitas
1. Memiliki rasa ingin tahu yg mendalam
2. Sering mengajukan pertanyaan yg berbobot
3. Memberikan banyak usul/gagasan terhadap suatu masalah
4. Mampu menyatakan pendapat secara spontan
5. Menghargai rasa keindahan
6. Menonjol dalam satu atau lebih bidang studi
7. Dapat mencari pemecaha masalah dari berbagai segi
8. Memiliki rasa humor
9. Mempunyai daya inajinasi
Krreativitas
Intuisi
Perasaan
Talen
cipta
(bakat)
Rasio
8. 36
10. Mampu mengajukan pemikiran, gagasan, pemecahan masalah yg berbeda dari
oranglain (orisinil)
11. Kelancaran dalam menghasilkan gagasan
12. Mampu menghadapi masalah dari berbagai sudut pandang
Setiap anak dilahirkan dengan kreatifitas yang beragam. Umunya seiring
berjalan waktu kreatifitas ini menjadi semakin tumpul. Metode belajar yang kaku
misalnya, membuat anak terbatas untuk menuangkan ide-ide mereka dan akhirnya
menhambat perkembangan kreatifitas anak. Begitu pula anak berbakat, meski
memang mereka memiliki kreatifitas lebih tinggi jika dibanding anak
lainnya.Karena itu, salah satu kebutuhan khusus anak dengan keberbakatan adalah
program yang mampu memicu perkembangan kratifitas mereka.
3. Perkembangan Motivasi (Task Commitment)
Definisi anak berbakat tidak terikat hanya dengan kecerdasan saja,
ternyata terdapat faktor bukan kognitif yang tidak kalah penting. Karena
menurut Renzulli (1981) dalam teori The Three Ring Conception
mendefiniskan anak yang dikatakan berbakat apabila seorang anak memiliki
kecakapan dalam mengembangkan tiga gabungan sifat dasar manusia yaitu
kognitif, kreativitas dan task commitment lalu mengaplikasikannya dalam
tindakan yang bernilai. Banyak anak-anak dengan taraf kecerdasan yang
tinggi, yang sebenarnya berpotensi untuk berprestasi bagus, namun justru
memiliki prestasi rendah, karena beberapa faktor yang mendukung untuk
berprestasi yang tidak dimilikinya, seperti task commitment (Urhahne, 2011).
Komitmen terhadap tugas (task commitment) secara awam dapat dipahami
sebagai motivasi dari dalam diri atau moti-vasi internal yang dapat menjadi
daya dorong amat kuat untuk memunculkan potensi yang dimiliki.
Rendahnya keterikatan terhadap tu- gas dapat memunculkan kesenjangan
antara potensi yang dimilikinya dengan prestasi yang ditunjukkannya
(Hawadi, 2002).
9. 37
Siswa yang memiliki task commitment tinggi menunjukkan prilaku
yang positif terhadap semua tugas-tugasnya sebagai pelajar (Urhahne, 2011).
Siswa tidak merasa terbebani dengan tugas yang diberikan, berusaha dengan
keras, ulet dan kontinu untuk menghasilkan pekerjaan yang sebaik-baiknya.
Selain itu siswa yang memiliki task commitment tinggi tidak mudah puas
dengan pekerjaan yang apa adanya, harapannya tinggi untuk menyelesaikan
tugas dengan cepat, tepat waktu serta hasil yang maksimal. Menurut Hawadi
(2002) berkurangnya komitmen anak terhadap tugas akan berakibat
berkurang pula kesempatan bagi guru untuk mengembangkan potensi anak.
Karena komitmen terhadap tugas (task commitment) merupakan motivasi
internal yang dapat menjadi daya dorong amat kuat untuk memunculkan
potensi yang dimiliki.
Komitmen terhadap tugas (task commitment) secara awam dapat
dipahami sebagai motivasi dari dalam diri atau motivasi internal yang dapat
menjadi daya dorong amat kuat untuk memunculkan potensi yang dimiliki.
Rendahnya keterikatan terhadap tugas dapat me- munculkan kesenjangan
antara potensi yang dimilikinya dengan prestasi yang ditunjukkan- nya
(Hawadi, 2002; Urhahne, 2011). Task Commitment atau pengikatan diri
terhadap tugas adalah kemauan yang berasal dari dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk tekun dan ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan
dan hambatan dalam melakukan dan menyelesaikan tugas yang telah menjadi
tang- gung jawabnya (Munandar, 2002).
Task commitment atau pengikatan diri terhadap tugas atau tanggung
jawab terhadap tugas adalah suatu bentuk halus dari motivasi. Hawadi (2002)
menyatakan bahwa “motivasi biasanya didefinisikan sebagai suatu proses
energi umum yang merupakan faktor pemicu pada organisme, tanggung
jawab energi tersebut ditampilkan pada tugas yang spesifik”. Motivasi
tersebut menjadi factor penting pada siswa untuk membangun prilaku positif
dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi (Abd-el-fattah, & Patrick, 2011).
Task commitment sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai komitmen
10. 38
pada tugas. Prilaku aktual dari task commitment adalah sebagai bentuk
ketekunan, keuletan kerja keras, latihan yang terus-menerus, percaya diri dan
suatu keyakinan dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan
pekerjaan penting (Renzulli, 1978:4) menurut Fakhrudin (2010:12) bahwa
ciri-ciri siswa yang memiliki komitmen terhadap tugas (task commitment)
yang tinggi adalah (a) tangguh dan ulet (tidak mudah menyerah), (b) mandiri
dan bertanggung jawab, (c) menetapkan tujuan aspirasi yang realistis dengan
resiko sedang, (d) suka belajar dan mempunyai orientasi pada tugas yang
tinggi, (e) konsentrasi baik, (f ) mempunyai hasrat untuk meningkatkan
diri, (g) mempunyai hasrat untuk bekerja sebaik-baiknya, (h) mempunyai
hasrat untuk berhasil dalam bidang akademis.
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komitmen Terhadap Tugas
Komitmen terhadap tugas merupakan suatu bentuk individu yang dapat
dipengaruhi faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor yang mampu
mempengaruhi komitmen siswa dalam mengerjakan tugas menurut
Dimyanti, dkk (dalam Widayanti, 2005:14-15) sebagai berikut :
1) Cita-cita atau aspirasi siswa. Cita-cita akan memotivasi memperkuat
motivasi belajar, baik intrinsik maupun ekstinsik. Sebab dengan
tercapainya cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.
2) Kemampuan siswa. Kemampuan akan memperkuat tanggung
jawab anak untuk melaksanakan tugas-tugas yang diberikan dari
sekolah. Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan
perkembangan atau kecapakan untuk mencapainya.
3) Kondisi siswa. Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan
rohani mempengaruhi kemampuan siswa dalam mengerjakan
tugas. Sisw yang sedang marah, lapar sakit akan mengganggu
perhatian belajar begitupun sebaliknya.
4) Kondisi lingkungan. Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam,
lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan
masyarakat.oleh karena itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat,
11. 39
kerukunan hidup, ketertiban pergaulan dan hubungan antara anak
orang tua perlu untuk ditingkatkan mutunya.
5) Unsur- unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran. Setiap siswa
memiliki perasan, kemmpuan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran
yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidupnya. Dengan
demikian maka unsur-unsur yang bersifat labil ersebut sangatlah
mudah untuk dipengaruhi.
6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa. Guru adalah pendidik
profesional yang selalu bergaul dengan siswa. Intensitas dalam
pergaulan dan bimbingan guru tersebut mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan jiwa siswa. Sehingga sebagai seorang profsional,
guru harus mampu membelajarkan siswa secara bijaksana.
Salah satu faktor terbesar yang dapat mempengaruhi kemempuan siswa
dalam mengerjakan tugas adalah lingkungan sosial. Lingkungan sosial
merupakan lingkungan dimana siswa bergaul dan melakukan berbagai
aktivitas sosial, seperti berinteraksi dengan teman sebaya maupun dengan
orang tua atau keluarga.
4. Perkembangan Sosial Emosi Anak Berbakat
Kita harus mengetahui terlebih dahulu konsep perkembangan sosial dan
emosi. Dalam modul yang disusun Pudji Asri, Hurlock (1999) menyatakan bahwa
perkembangan sosial adalah suatu proses yang dijalani individu yang sejak lahir
sudah memiliki bermacam-macam potensi yang diarahkan untuk mengembangkan
tingkah laku sosial yang sesuai dengan kebiasaan yang dapat diterima sesuai
dengan standar yang berlaku dalam kelompok tertentu.
Masih dalam modul yang sama Pudji Asri menyatakan emosi adalah suatu
keadaan gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hampir
keseluruhan diri individu. Ada juga yang mengatakan merupakan suatu warna
rasa yang muncul pada setiap individu, yang ditimbulkan oleh suatu stimulus baik
dari dalam diri maupun dari luar diri.
12. 40
Pada umumnya anak berbakat tampak cenderung bahagia, disukai teman
sebaya dan menjadi pemimpin social, tetapi ada juga yang mengalami ketidak
stabilan mental, tidak dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial dan
emosional. Sedangkan perkembangan emosinya cenderung menunjukkan
kekukuhan dalam pendirian yang berarti adanya kepercayaan diri yang kuat, peka
terhadap keadaan sekitar dan sering terhadap hal-hal baru, disamping itu juga
mudah tersinggung, sikap egois, sulit dalam penyesuaian diri.
Beberapa permasalahan yang dapat terjadi pada anak berbakat adalah:
a. Kemampuan berpikir kritis dapat mengarah ke arah sikap meragukan
(skeptis),baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
b. Pemberian label/ sebutan pada anak berbakat bahwa dirinya berbakat dapat
menimbulkan harapan terhadap kemampuan anak dan dapat menimbulkan
beban mental pada dirinya dan kadang mengakibatkan frustasi.
c. Resiko dan tekanan yang menyertai potensi intelegensi tinggi dan sering
mengarahkan anak yang berpotensi tinggi untuk menjadi anak yang bersikap
defensif.
d. Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru, bisa
menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas bosan terhadap tugas-tugas
rutin.
e. Perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus ke keinginan untuk
memaksakan atau mempertahankan pendapatnya
f. Kepekaan yang tinggi, dapat membuat mereka menjadi mudah tersinggung
atau peka terhadap kritik
g. Semangat, kesiagaan mental, dan inisiatifnya yang tinggi, dapat membuat
kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada kegiatan atau jika
kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung
h. Dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, mereka
membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki dan
mengembangkan minatnya
i. Keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta
kebutuhannya akan kebebasan, dapat menimbulkan konflik karena tidak
13. 41
mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap tekanan dari orang tua,
sekolah, atau temantemannya. Ia juga bisa merasa ditolak atau kurang
dimengerti oleh lingkungannya.
j. Sikap acuh tak acuh dan malas, dapat timbul karena pengajaran yang
diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan baginya.
Zikrayati dan Putri dalam penelitiannya mengungkapkan kemampuan
bersosialisasi pada anak berbakat berada pada posisi rata-rata. Hal ini sesuai
dengan pendapat Whitmore (dalam Munandar, 2002) yang mengatakan bahwa ada
anak berbakat yang sulit menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosialnya.
Mereka lebih banyak menyendiri dan dapat dihinggapi rasa kesendirian dan
kesunyian. Di pihak lain ada pula anak berbakat yang ingin populer dan menjadi
pemimpin, hal ini dapat mengarah ke kecendrungan untuk mendominasi
kelompoknya.
Anak-anak berbakat ini secara sosial kemampuan dalam mengorganisasikan
kelompok atau kemampuan untuk bekerjasama dalam kelompok cenderung
kurang. Apabila dilihat dari deskripsi subjek berdasarkan organisasi juga terlihat
bahwa anak-anak berbakat yang masuk organisasi adalah anak-anak yang
cenderung tidak terampil dalam sosialisasi jika dibandingkan dengan anak-anak
yang tidak masuk organisasi. Dari data diketahui bahwa anak-anak berakat ini
lebih banyak yang tidak berminat mengikuti organisasi jika dibandingkan dengan
mereka yang mau ikut organisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Munadar (2002)
yang mengatakan bahwa anak berbakat memiliki kerentanan terhadap masalah
yang dapat menganggu kesehatan mental mereka. Kerentanan ini tampak pada
semua anak-anak berbakat, tetapi sebagian dari mereka mampu menggunakan
kekuatan intelektualnya yang unggul dalam menyesuaikan diri secara efektif. Hal
lain yang juga mungkin cukup berpengaruh dari kemampuan anak dalam
menyelesaikan masalah adalah adanya faktor dukungan dari orang tua, sekolah
dan lingkungan sehingga membuat mereka dapat berfungsi secara efektif
(Munandar, 2002).
14. 42
Selain itu, ternyata rata-rata stres paling tinggi terdapat pada subjek berjenis
kelamin wanita dari pada pria. Hasil ini mungkin disebabkan karena karakteristik
pada wanita yang sering dianggap manja, tergantung, lemah, penuh kasih sayang,
kelembutan, sensitif danmalu-malu, sedangkan pria dianggap memiliki
karakteristik seperti agresif, ambisius, kemampuan memimpin, mandiri, dan keras
(Munandar, 2002).
Karakteristik Emosi
a. Sangat peka perasaannya.
b. Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran
dalam menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan
orang lain).
c. Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan
sesuatu yang tidak dirasakan oleh orang-orang lain).
d. Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu.
e. Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma,
cahaya).
f. Pada umumnya introvert.
g. Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.
h. Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru
i. Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.
j. Karakteristik Motivasi dan Nilai-Nilai Hidup
k. Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).
1. Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan
orang lain.
m. Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.
n. Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak
terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self
driven).
o. Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna
hidup.
15. 43
p. Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami
orang lain.
q. Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang
dianggap “nyerempet-nyerempet bahaya” .
r. Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.
s. Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.
5. Perkembangan Belajar Anak Berbakat
Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan
kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku
yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2007). Dalam kegiatan
belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai
(Sardiman, 2000).
Sejalan dengan pernyataan Santrock di atas, Brophy (2004) menyatakan
bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan
siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat
mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Siswa yang
memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan,
membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi
belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa juga memiliki keterlibatan
yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari
bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung
pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang
menyenangkan. Intinya, motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan
strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut (Brophy, 2004).
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
16. 44
Menurut Brophy (2004), terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi
motivasi belajar siwa, yaitu:
1) Harapan guru
2) Instruksi langsung
3) Umpanbalik (feedback) yang tepat
4) Penguatan dan hadiah
5) Hukuman
Sebagai pendukung kelima faktor di atas, Sardiman (2000) menyatakan bahwa
bentuk dan cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi dalam
kegiatan belajar adalah:
Pemberian angka, hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar dengan
tujuan utama yaitu untuk mencapai angka/nilai yang baik.
1) Persaingan/kompetisi.
2) Ego-involvement, yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar
merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga
bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri.
3) Memberi ulangan, hal ini disebabkan karena para siswa akan menjadi giat
belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.
4) Memberitahukan hasil, hal ini akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar,
terutama kalau terjadi kemajuan.
5) Pujian, jika ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, hal ini
merupakan bentuk penguatan positif.
b. Motivasi Belajar pada Anak Berbakat
Menurut Heward (1996), karakteristik perilaku belajar dengan motivasi tinggi
yang dimiliki oleh anak berbakat, yaitu:
1) Konsisten dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi minatnya.
2) Senang mengerjakan tugas secara independen dimana mereka hanya
memerlukan sedikit pengarahan.
17. 45
3) Ingin belajar, menyelidiki, dan mencari lebih banyak informasi.
4) Memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam hal pembelajaran, seperti mudah
menangkap pelajaran, memiliki ketajaman daya nalar, daya konsentrasi baik,
dan lain sebagainya.
c. Ciri-ciri Belajar
1) Mudah menangkap pelajaran
2) Mudah mengingat kembali pelajaran
3) Memiliki perbendaharaan kata yang luas
4) Penalaran tajam
5) Daya konsentrasi baik
6) Memiliki pengetahuan umum yg luas
7) Gemar membaca
8) Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan secara lisan/tertulis
9) Mampu mengamati dengan cermat
10) Mempunyai rasa ingin tahu yg besar terhadap hal-hal intelektual
11) Mampu mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesa, menguji gagasan
dan mencapai kesimpulan sahih