1. 1. 2. Ciri- Ciri Air Limbah
Disamping kotoran yang biasanya terkandung dalam persediaan air bersih air limbah
mengandung tambahan kotoran akibat pemakaian untuk keperluan rumah tangga, komersial
dan industri. Beberapa analisis yang dipakai untuk penentuan ciri – ciri fisik, kimiawi, dan
biologis dari kotoran yang terdapat dari air limbah.
Ciri-ciri fisik
Ciri – ciri fisik utama air limbah adalah kandungan padat, warna, bau, dan suhunya.
Bahan padat total terdiri dari bahan padat tak terlarut atau bahan padat yang terapung serta
senyawa – senyawa yang larut dalam air. Kandungan bahan padat terlarut ditentukan dengan
mengeringkan serta menimbang residu yang didapat dari pengeringan.
Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji kondisi umum air limbah.
Jika warnanya coklat muda, maka umur air kurang dari 6 jam. Warna abu – abu muda sampai
setengah tua merupakan tanda bahwa air limbah sedang mengalami pembusukanatau telah
ada dalam sistem pengumpul untuk beberapa lama. Bila warnanya abu – abu tua atau hitam,
air limbah sudah membusuk setelah mengalami pembusukan oleh bakteri dengan kondisi
anaerobik.
Penentuan bau menjadi semakin penting bila masyarakat sangat mempunyai kepentingan
langsung atas terjadinya operasi yang baik pada sarana pengolahan air limbah. Senyawa
utama yang berbau adalah hidrogen sulfida, senyawa – senyawa lain seperti indol skatol,
cadaverin dan mercaptan yang terbentuk pada kondisi anaerobik dan menyebabkan bau yang
sangat merangsang dari pada bau hidrogen sulfida.
Suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari pada air bersih karena adanya tambahan air hangat
dari pemakaian perkotaan. Suhu air limbah biasanya bervariasi dari musim ke musim, dan
juga tergantung pada letak geografisnya.
Ciri-ciri kimia
Selain pengukuran BOD, COD dan TOC pengujian kimia yang utama adalah yang
bersangkutan dengan Amonia bebas, Nitrogen organik, Nitrit, Nitrat, Fosfor organik dan
Fosfor anorganik. Nitrogen dan fosfor sangat penting karena kedua nutrien ini telah sangat
umum diidentifikasikan sebagai bahan untuk pertumbuhan gulma air. Pengujian – pengujian
lain seperti Klorida, Sulfat, pH serta alkalinitas diperlukan untuk mengkaji dapat tidaknya air
limbah yang sudah diolah dipakai kembali serta untuk mengendalikan berbagai proses
pengolahan. (Linsley.K.R. 1995).
1. 3. Jenis Limbah
Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu :
1. Limbah cair
2. Limbah padat
2. 3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Limbah cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn
2001).
Limbah padat
Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya
berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran,
peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu,
kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll
Limbah gas dan partikel
Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah) yang
mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon
(asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau
beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak
atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk
limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan
lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan
penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki
salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif,
beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan
toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan
awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah
menguap.
Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi
Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan
lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil
proses tersebut.
Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested
aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan
banyak mengandung padatan organik.
Macam Limbah Beracun
3. Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak
lingkungan.
Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api,
gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah
menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.
Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau
menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia
dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke
dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.
Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi
penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh
manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau
mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang
bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
(http://educorolla8.blogspot.com)
1. 4. Volume Limbah
Semakin besar volume limbah, pada umumnya, bahan pencemarnya semakin banyak.
Hubungan ini biasanya terjadi secara linier. Oleh sebab itu dalam pengendalian limbah sering
juga diupayakan pengurangan volume limbah. Kaitan antara volume limbah dengan volume
badan penerima juga sering digunakan sebagai indikasi pencemaran. Perbandingan yang
mencolok jumlahnya antara volume limbah dan volume penerima limbah juga menjadi
ukuran tingkat pencemaran yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Misalnya limbah
sebanyak 100 m3 air per 8 jam mempunyai konsentrasi plumbum 4 mg/hari dialirkan ke
suatu sungai. Yang mempunyai debit 8.000 m3 perjam. (http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/).
1. 5. Pengolahan Limbah Cair
Secara umum penanganan air limbah dapat dikelompokkan menjadi
Pengolahan Awal/Pendahuluan (Preliminary Treatment)
Tujuan utama dari tahap ini adalah usaha untuk melindungi alat-alat yang ada pada instalasi
pengolahan air limbah. Pada tahap ini dilakukan penyaringan, penghancuran atau pemisahan
air dari partikel-partikel yang dapat merusak alat-alat pengolahan air limba, seperti pasir,
kayu, sampah, plastik dan lain-lain.
Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Tujuan pengolahan yang dilakukan pada tahap ini adalah menghilangkan partikel-artikel
padat organik dan organik melalui proses fisika, yakni sedimentasi dan flotasi. Sehingga
partikel padat akan mengendap (disebut sludge) sedangkan partikel lemak dan minyak akan
berada di atas / permukaan (disebut grease).
4. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Pada tahap ini air limbah diberi mikroorganisme dengan tujuan untuk menghancurkan atau
menghilangkan material organik yang masih ada pada air limbah. Tiga buah pendekatan yang
umum digunakan pada tahap ini adalah fixed film, suspended film dan lagoon system.
Pengolahan Akhir (Final Treatment)
Fokus dari pengolahan akhir (Final Treatment) adalah menghilangkan organisme penyebab
penyakit yang ada pada air. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan khlorin
ataupun dengan menggunakan sinar ultraviolet
Pengolahan Lanjutan (Advanced Treatment)
Pengolahan lanjutan diperlukan untuk membuat komposisi air limbah sesuai dengan yang
dikehendaki. Misalnya untuk menghilangkan kandungan fosfor ataupun amonia dari air
limbah. (http://aimyaya.com/)
Menurut Ehless dan Steel, air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga,
industry, dan tempat-tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat
yang dapat membehayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan.
Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain:
1. Rumah tangga
Contoh: air bekas cucian,air bekas memasak, air bekas mandi, dan sebagainya.
2. Perkotaan
Contoh: air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan dari tempat-tempat ibadah.
3. Industri
Contoh: air limbah dari pabrik baja, pabrik tinta, pabrik cat, dan pabrik karet.
Industri dan kegiatan lainnya yang mempunyai air buangan yang membentuk limbah cair
dalam skala besar harus melakukan penanganan agar tidak berdampak pada lingkungan
disekitarnya. Apabila limbah cair tersebut tidak dilakukan pengolahan dan dibuang langsung
ke lingkungan umum, sungai, danau, laut akan berdampak pada lingkungan karena jumlah
polutan di dalam air menjadi semakin tinggi. Pada dasarnya ada dua alternative penanganan
yaitu membawa limbah cair ke pusat pengolahan limbah atau memiliki sendiri instalasi
pengolahan air limbah (IPAL) proses pengolahan limbah cair pada dasarnya dikelompokkan
menjadi tiga tahap yaitu proses pengolahan primer, sekunder, dan tersier. ( Sunu.P., 2001)
Air limbah sebelum dilepas kepembuangan akhir harus menjalani pengolahan terlebih
dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah yang efektif diperlukan rencana
pengelolaan yang baik. Adapun tujuan dari pengelolaan air limbah itu sendiri, antara lain:
1. Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga.
5. 2. Melindungi hewan dan tanaman yang hidup dalam air.
3. Menghindari pencemaran tanah permukaan.
4. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vector penyakit.
Sementara itu, sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi persyaratan
berikut.
1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum.
2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.
3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air didalam
penggunaannya sehari-hari.
4. Tidak dihinggapi oleh vector atau serangga yang menyebabkan penyakit.
5. Tidak terbuka dan harus tertutup.
6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap. (Chandra.B.2007).
Pabrik yang secara kontiniu membuang limbah berbeda dengan pabrik yang membuang
limbah secara periodik walau konsentrasi pencemar sama, dan jumlah buangan nya pun sama.
Pengaruh terhadap lingkungan mengalami perbedaan.
Dalam hal sering tidaknya suatu pabrik membuang limbah tergantung terhadap proses
pengolahan dalam pabrik. Artinya volume air buangannya tergantung dari volume
produksinya. Semakin tinggi produksi semakin tinggi volume limbahnya. Ada pabrik yang
dalam periode tertentu jumlah airnya melebihi dari pada kondisi sehari-hari. Setiap lima hari
dalam sebulan volume limbahnya sangat berlebih, kecuali bila pabrik blow down. Atau ada
pabrik yang hanya membuang limbah sekali dalam seminggu sedangkan pada hari-hari
lainnya tidak. Semakin banyak frekuensi pembuangan limbah, semakin tinggi tingkat
pencemaran yang ditimbulkan.
Dampak pencemaran limbah terhadap lingkungan harus dilihat dari jenis parameter pencemar
dan konsentrasinya dalam air limbah. Dari satu sisi suatu limbah mempunyai parameter
tunggal dengan konsentrasi yang relatif tinggi. Disisi lain ada limbah dengan 10 parameter
tapi dengan konsentrasi yang juga melewati ambang batas. Persoalannya bukan yang mana
lebih baik dari pada yang terburuk, melainkan seharusnya lebih mendapat prioritas. (
Ginting.P.1992).
1. Karakter Limbah
Domestik
Limbah domestic adalah semua buangan yang berasal dari kamar mandi, kakus, dapur,
tempat cuci pakaian, cuci peralatan rumah tangga, apotek, rumah sakit, rumah makan dan
sebagainya yang secara kuantitatif limbah tadi terdiri dari zat organic baik berupa zat padat
6. ataupun cair, bahan berbahaya, dan beracun, garam terlarut, lemah dan bakteri terutama
golongan fekal coli, jasad pathogen, dan parasit.
Non domestik
Limbah domestic sangat bervariasi, terlebih lebih untuk limbah industri. Limbah pertanian
biasanya terdiri atas bahan padat bekas tanaman yang besifat organis, bahan pemberantas
hama dan penyakit ( peptisida bahan pupuk yang mengandung nitrogen, fosfor, sulfur,
mineral, dan sebagainya. (Sastrawijaya.T.A. 2001).
Dalam air buangan terdapat zat organic yang terdiri dari unsure karbon, hydrogen, dan
oksigen dengan unsure tambahan yang lain seperti nitrogen, belerang dan lain-lain yang
cenderung menyerap oksigen.
Bentuk lain untuk mengukur oksigen ini adalah COD. Pengukuran ini diperlukan untuk
mengukur kebutuhan oksigen terhadap zat organic yang sukar dihancurkan secara oksidasi.
Oleh karena itu dibutuhkan bantuan pereaksi oksidator yang kuat dalam suasana asam. Nilai
BOD selalu lebih kecil dari pada nilai COD diukur pada senyawa organic yang dapat
diuraikan maupun senyawa organic yang tidak dapat berurai. ( Agusnar.H.2008 )
Laju aliran dan keragaman laju aliran merupakan factor penting dalam rancangan proses.
Sejumlah unit dalam kebanyakan system penanganan harus dirancang berdasarkan puncak
laju aliran dan memberikan pertimbangan untuk meminimumkan keragaman laju aliran bila
mana mungkin. ( Jenie.L.S.1993 ).
1. 7. Logam Berat
Air sering tercemar oleh berbagai komponen anorganik, diantaranya berbagai jenis logam
berat yang berbahaya, yang beberapa diantaranya banyak digunakan dalam skala industri.
Industri – industri logam berat tersebut harus mendapatkan pengawasan yang ketat sehingga
tidak membahayakan bagi para pekerja maupun lingkungan sekitarnya.
Logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan, yang terutama adalah
Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Arsenik (As), Kadmium (Cd), Kromium (Cr), Nikel (Ni), dan
Zink (Zn). Logam-logam berat tersebut diketahui dapat mengumpul dalam tubuh suatu
organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang
terakumulasi. ( Kristanto.P. 2002 ).
1. Chemical Demand Oxygen (COD)
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organis yang terdapat dalam 1 ml sampel air, di mana pengoksidasi
K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen terlarut.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran oleh zat-zat organis yang secara alamiah
dapat dioksidasi melalui proses mukrobiologi dan mengakibatkan berkurangnya oksigen
terlarut di dalam air. (Alaerts.1984)
Uji COD adalah suatu pembakaran kimia secara basah dari bahan organik dalam sampel.
Larutan asam dikromat digunakan untuk mengoksidasi bahan organik pada suhu tinggi.
7. Berbagai prosedur COD yang menggunakan waktu reaksi dari menit sampai 2 jam dapat
digunakan.
Penggunaan dua katalis perak sulfat dan merkuri sulfat diperlukan masing-masing untuk
mengatasi gangguan klorida dan untuk menjamin oksidasi senyawa-senyawa organik kuat
menjadi teroksidasi.
Analisis BOD dan COD dari suatu limbah akan menghasilkan nilai-nilai yang berbeda karena
kedua uji mengukur bahan yang berbeda. Nilai-nilai COD selalu lebih tinggi dari nilai BOD.
Perbedaan di antara kedua nilai disebabkan oleh banyak faktor seperti bahan kimia yang
tahan terhadap oksidasi kimia, seperti lignin ; bahan kimia yang dapat dioksidasi secara kimia
dan peka terhadap oksidasi biokimia tetapi tidak dalam uji BOD 5 hari seperti selulosa, lemak
berantai panjang atau sel-sel mikroba dan adanya bahan toksik dalam limbah yang akan
menggangu uji BOD tetapi tidak uj COD.
Walaupun metode COD tidak mampu mengukur limbah yang dioksidasi secara biologik,
metode COD mempunyai nilai praktis. Untuk limbah spesifik dan pada fasilitas penanganan
limbah spesifik, adalah mungkin untuk memperoleh korelasi yang baik antara nilai COD dan
BOD.
Perubahan nilai-nilai BOD dan COD suatu limbah akan terjadi selama penanganan. Bahan
yang teroksidasi secara biologik akan turun selam penanganan, sedangkan bahan yang tidak
teroksidasi secara biologik tetapi teroksidasi secara kimia tidak turun. Bahan yang tidak
teroksidasi secara biologik akan terdapat dalam limbah yang belum diberi penanganan dan
akan meningkat karena residu massa sel dari respirasi endogenes. Nisbah COD dan BOD
akan meningkat dengan stabilnya bahan yang teroksidasi secara biologik.(Jenie.L.S.1993.).
Terdapat 2 macam limbah yaitu :
Limbah rumah tangga yaitu limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah
bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia.
Limbah industri yaitu limbah yang berasal dari industri berupa bahan-bahan kimia berbahaya.
Berdasarkan bentuknya, limbah dibagi menjadi 2 macam yaitu :
Limbah Padat
Limbah Cair (terdiri atas limbah organik dan anorganik)
Sesuai dengan sumber asalnya, air limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari
setiap tempat dan setiap saat. Akan tetapi, secara garis besar zat yang terdapat di dalam air
limbah dikelompokkan seperti skema berikut :
Pengetahuan mengenai karakteristik air buangan baik kuantitas maupun
kualitasnya adalah suatu hal yang perlu dipahami dalam merencanakan suatu unit pengolahan
limbah air buangan. Kualitas air buangan dibedakan atas tiga karakteristik, yaitu :
1. 1. Karakteristik fisik.
8. Parameter yang termasuk dalam kategori ini adalah solid ( zat padat ), temperatur, warna,
bau.
1. 2. Karakteristik kimia
terbagi dalam tiga kategori : zat organik, zat anorganik dan gas – gas. Polusi zat organik
biasanya dinyatakan dalam BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen
Demand ).
1. 3. Karakteristik Biologi
Merupakan banyaknya mikroorganisme yang terdapat dalam air limbah tersebut, seperti :
bakteri, algae, virus, fungi. Sifat biologis ini perlu diketahui dalam kaitannya untuk
mengetahui tingkat pencemar air limbah sebelum dibuang ke badan air penerima.
Bahan polutan yang terkandung di dalam air buangan secara umum dapat diklasifikasikan
dalam tiga kategori, yaitu bahan terapung, bahan tersuspensi dan bahan terlarut. Selain dari
tiga kategori tersebut, masih ada lainnya yaitu panas, warna, rasa, bau dan radioaktif.
Menurut sifatnya tiga kategori bahan polutan tersebut dapat dibedakan sebagai yang mudah
terurai secara biologi (biodegradable) dan tidak mudah terurai secara biologi (non
biodegradable).
Dampak terhadap badan air, limbah industri dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Suhu
Setiap organisme mempunyai suhu minimum, optimum dan maksimum untuk hidupnya dan
mempunyai kemempuan menyesuaikan diri sampai batas tertentu. Suhu air mempunyai
pengaruh yang besar dalam proses pertukaran zat atau metabolisme dari makhluk hidup.
Selain itu suhu juga berpengaruh terhadap kadar oksigen terlarut dalam air. Semakin tinggi
temperatur suatu perairan, semakin cepat pula perairan tersebut mengalami kejenuhan. Suhu
air untuk budidaya ikan berkisar antara 25 – 300C.
pH
Efek polutan bersifat asam terhadap kehidupan ikan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangbiakan. Batas minimum air tawar pada umumnya adalah pada pH 4 dan batas
maksimum pada pH11.
Oksigen terlarut (DO)
Kadar DO merupakan salah satu parameter kualitas air yang penting bagi kelangsungan hidup
dan pertumbuhan ikan. Ikan memerlukan oksigen dalam bentuk oksigen terlarut. Oksigen
terlarut dipengaruhi oleh suhu, pH dan karbondioksida. Air kolam yang mengandung
konsentrasi oksigen terlaut yang rendah akan mempengaruhi kesehatan ikan, karena ikan
lebih mudah terserang penyakit atau parasit. Bila konsentrasi oksigen terlarut dibawah 4 – 5
mg/l maka ikan tidak mau makan dan tidak berkembang dengan baik. Bila konsentrasi
oksigen terlarut tetap sebesar 3 atau 4 mg/l untuk jangka waktu yang lama maka ikan akan
9. menghentikan makan dan pertumbuhannya terhenti. Kadar oksigen 0,2 – 0,8 mg/l merupakan
konsentrasi yang dapat mematikan ikan gurameh.
Zat organik terlarut (BOD)
Zat organik terlarut menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut di badan air, sehingga
badan air tersebut mengalami kekurangan oksigen yang sangat diperlukan oleh kehidupan air
dan menyebabkan menurunnya kualitas badan air tersebut.
COD (Chemical Oxygen Demand)
COD diperlukan untuk menentukan kekuatan pencemaran suatu limbah dengan mengukur
jumlah oksigen untuk mengoksidasi zat – zat organik yang terdapat pada air limbah tersebut.
COD adalah ukuran dari jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi kimia bahan –
bahan organik perairan. COD juga dikatakan sebagai jumlah oksigen yang dikonsumsi.
Mengingat sifat – sifat limbah sedemikian kompleksnya maka cara pengolahannya harus
disesuaikan dengan sifat – sifat limbah yang bersangkutan, harus dilakukan survei, analisis
contoh limbah dan yang paling penting adalah dilakukan percobaan dalam skala laboratorium
untuk menentukan parameter yang akan digunakan sebagai kriteria perencanaan. Proses
pengolahan air limbah merupakan proses tiruan dari proses self purification, yaitu proses
pemurnian kembali pada badan air yang terkena buangan limbah tanpa pengolahan/bantuan
manusia, dimana selama prosesnya meliputi tahapan – tahapan perbaikan kualitas air yang
terdiri dari empat zone, yaitu dimulai dari zone degradasi, zone pengurai aktif, zone
perbaikan dan zone normal yang waktunya dipersingkat.
Penyingkatan waktu tersebut dapat dilakukan dengan cara melalui pengolahan limbah. Unsur
– unsur yang tidak dikehendaki kehadirannya dalam air limbah dapat dihilangkan dengan
cara fisik, kimia, dan biologi. Cara pengolahan secara fisik disebut unit operasi. Sedangkan
pengolahan dengan mempergunakan zat – zat kimia atau aktivitas biologi disebut unit proses.
Pengolahan fisik sering disebut pengolahan primer dengan maksud untuk mereduksi zat padat
tersusupensi dan tergantung dari waktu tinggal dalam bak pengendapan. Pengolahan kimia
sering disebut pengolahan sekunder yang bertujuan untuk mengendapkan partikel yang
mudah mengendap. Pengolahan biologi sering pula disebut pengolahan sekunder dengan
tujuan untuk mengurangi kandungan bahan organik dalam limbah cair (BOD).
B. Pengolahan air limbah
Pengolahan Fisik
Pada umumnya sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan diinginkan agar
bahan – bahan tersusupensi berukuran besar dan ang mudah mengendap atau bahan – bahan
yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Metode – metode pengolahan secara fisik meliputi
penyaringan, pengendapan, pengapungan, pengadukan dan pengeringan lumpur.
1. Screen (Penyaringan)
10. Fungsinya adalah untuk menahan benda- benda kasar seperti sampah dan benda- benda
terapung lainnya.
2. Equalisasi
Karakteristik air buangan dari industri seringkali tidak konstan, misalnya unsur – unsur pH,
warna, BOD dan sebagainya. Hal ini akan menyulitkan dalam pengoperasian suatu instalasi
pengolahan air limbah, sehingga dibuat suatu sistem equalisasi sebelum air limbah tersebut
diolah.
3. Sedimentasi (Pengendapan)
Proses Pengendapan adalah pengambilan partikel – partikel tersuspensi yang terjadi bila air
diam atau mengalir secara lambat melalui bak. Partikel – partikel ini akan terkumpul pada
dasar kolam, membentuk suatu lapisan lumpur. Air yang mencapai outlet tangki akan berada
dalam kondisi yang jernih. Proses pengendapan yang terjadi dalam suatu bak pengendapan
merupakan unit utama pada pengolahan fisik. Ada dua macam bak pengendapan yaitu bak
pengendapan dengan arah aliran horizontal dan aliran vertikal.
4. Mixing dan Stiring (Pencampuran dan pengadukan)
Mixing adalah pencampuran dua zat atau lebih membentuk campuran yang homogen. Stiring
adalah pengadukan campuran homogen hasil mixing sehingga terjadi proses penggumpalan
dari zat – zat yang ingin dipisahkan dari air.
5. Pengeringan lumpur
Penurunan kadar lumpur yang dilakukan dengan pengolahan fisik yang terdiri dari salah satu
atau kombinasi unit – unit berikut :
1. Pengentalan lumpur (Sludge Thickener)
2. Pengeringan lumpur (Sludge Drying Bed)
Pengolahan Kimia
Pengolahan kimia untuk air yang dapat dilakukan pada pengolahan air buangan industri
adalah koagulasi – flokulasi, netralisasi, adsorbsi, dan desinfeksi. Pengolahan ini
menggunakan zat – zat kimia sebagai pembantu yang bertujuan untuk menghilangkan
partikel – partikel yang tidah mudah mengendap (koloid), logam berat dan zat organik
beracun.
Pengolahan Biologi
Pengolahan biologi adalah pengolahan air limbah dengan memanfaatkan aktivitas biologi
(aktivitas mikroorganisme) dengan tujuan menyisihkan bahan pencemar dalam air limbah.
Proses pengolahan biologi adalah penurunan bahan organik terlarut dan koloid dalam air
limbah menjadi serat – serat sel biologi (berupa endapan lumpur), kemudian diendapkan pada
bak sedimentasi. Proses ini dapat berlangsung secara aerob (dengan bantuan oksigen)
maupun anaerob (tidak dengan bantuan oksigen).
11. Ada 3 macam pengolahan biologi yang banyak diterapkan saat ini, yaitu:
1. Lumpur aktif.
2. Trickling filter.
3. Kolam oksidasi.
Diantara sistem pengolahan limbah secara biologi tesebut tricling filter dapat menurunkan
nilai BOD 80 – 90 %. Pada proses pengolahan biologi dengan menggunakan jenis trickling
filter dengan cara melewatkan air limbah ke dalam media filter yang terdiri dari materi yang
kasar dan keras. Zat organik yang terdapat di dalam air limbah diuraikan oleh bakteri dari
mikroorganisme baru, sehingga populasi mikroorganisme pada permukaan media filter
semakin banyak dan membentuk lapisan seperti lendir (slyme).
1. C. Unit IPAL
Unit IPAL dirancang sedemikan rupa agar cara operasinya mudah dan biaya operasionalnya
murah. Unit ini terdiri dari perangkat utama dan perangkat penunjang. Perangkat utama
dalam system pengolahan terdiri dari unit pencampur statis (static mixer), bak antara, bak
koagulasi-flokulasi, saringan multimedia/ kerikil, pasir, karbon, mangan zeolit (multimedia
filter), saringan karbon aktif (activated carbon filter), dan saringan penukar ion (ion exchange
filter). Perangkat penunjang dalam sistem pengolahan ini dipasang untuk mendukung operasi
treatment yang terdiri dari pompa air baku untuk intake (raw water pump), pompa dosing
(dosing pump), tangki bahan kimia (chemical tank), pompa filter untuk mempompa air dari
bak koagulasi-flokulasi ke saringan/filter, dan perpipaan serta kelengkapan lainnya.
Proses pengolahan diawali dengan memompa air baku dari bak penampungan kemudian
diinjeksi dengan bahan kimia ferrosulfat dan PAC (Poly Allumunium Chloride), kemudian
dicampur melalui static mixer supaya bercampur dengan baik. Kemudian air baku yang
teroksidasi dialirkan ke bak koagulasiflokulasi dengan waktu tinggal sekitar 2 jam. Setelah
itu air dari bak dipompa ke saringan multimedia, saringan karbon aktif dan saringan penukar
ion. Hasil air olahan di masukkan ke bak penampungan untuk digunakan kembali sebagai air
pencucian. Diagram proses IPAL industri pelapisan logam dapat dilihat
Gambar 3.6. Proses Pengolahan Limbah Industri Kecil
D. Cara Kerja IPAL
a. Pompa Air Baku (Raw water pump)
Pompa air baku yang digunakan jenis setrifugal dengan kapasitas maksimum yang
dibutuhkan untuk unit pengolahan (daya tarik minimal 9 meter dan daya dorong 40 meter).
Air baku yang dipompa berasal dari bak akhir dari proses pengendapan pada hasil buangan
limbah industri pelapisan logam.
b. Pompa Dosing (Dosing pump)
12. Merupakan peralatan untuk mengijeksi bahan kimia (ferrosulfat dan PAC) dengan pengaturan
laju alir dan konsentrasi tertentu untuk mengatur dosis bahan kimia tersebut. Tujuan dari
pemberian bahan kimia ini adalah sebagai oksidator.
c. Pencampur Statik (Static mixer)
Dalam peralatan ini bahan-bahan kimia dicampur sampai homogen dengan kecepatan
pengadukan tertentu untuk menghindari pecah flok.
d. Bak Koagulasi-Flokulasi
Dalam unit ini terjadi pemisahan padatan tersuspensi yang terkumpul dalam bentuk-bentuk
flok dan mengendap, sedangkan air mengalir overflow menuju proses berikutnya.
e. Pompa Filter
Pompa yang digunakan mirip dengan pompa air baku. Pompa ini harus dapat melalui
saringan multimedia, saringan karbon aktif, dan saringan penukar ion.
f. Saringan Multimedia
Air dari bak koagulasi-flokulasi dipompa masuk ke unit penyaringan multimedia dengan
tekanan maksimum sekitar 4 Bar. Unit ini berfungsi menyaring partikel kasar yang berasal
dari air olahan. Unit filter berbentuk silinder dan terbuat dari bahan fiberglas. Unit ini
dilengkapi dengan keran multi purpose (multiport), sehingga untuk proses pencucian balik
dapat dilakukan dengan sangat sederhana, yaitu dengan hanya memutar keran tersebut sesuai
dengan petunjuknya. Tinggi filter ini mencapai 120 cm dan berdiameter 30 cm. Media
penyaring yang digunakan berupa pasir silika dan mangan zeolit. Unit filter ini juga didisain
secara khusus, sehingga memudahkan dalam hal pengoperasiannya dan pemeliharaannya.
Dengan menggunakan unit ini, maka kadar besi dan mangan, serta beberapa logam-logam
lain yang masih terlarut dalam air dapat dikurangi sampai sesuai dengan kandungan yang
diperbolehkan untuk air minum.
g. Saringan Karbon Aktif
Unit ini khusus digunakan untuk penghilang bau, warna, logam berat dan pengotor-pengotor
organik lainnya. Ukuran dan bentuk unit ini sama dengan unit penyaring lainnya. Media
penyaring yang digunakan adalah karbon aktif granular atau butiran dengan ukuran 1 – 2,5
mm atau resin sintetis, serta menggunakan juga media pendukung berupa pasir silika pada
bagian dasar.
h. Saringan Penukar Ion
Pada proses pertukaran ion, kalsium dan magnesium ditukardengan sodium. Pertukaran ini
berlangsung dengan cara melewatkan air sadah ke dalam unggun butiran yang terbuat dari
bahan yang mempunyai kemampuan menukarkan ion. Bahan penukar ion pada awalnya
menggunakan bahan yang berasal dari alam yaitu greensand yang biasa disebut zeolit, Agar
lebih efektif Bahan greensand diproses terlebih dahulu. Disamping itu digunakan zeolit
sintetis yang terbuat dari sulphonated coals dan condentation polymer. Pada saat ini bahan-
bahan tersebut sudah diganti dengan bahan yang lebih efektif yang disebut resin penukar ion.
13. Resin penukar ion umumnya terbuat dari partikel cross-linked polystyrene. Apabila resin
telah jenuh maka resin tersebut perlu diregenerasi. Proses regenerasi dilakukan dengan cara
melewatkan larutan garam dapur pekat ke dalam unggun resin yang telah jenuh. Pada proses
regenerasi terjadi reaksi sebaliknya yaitu kalsium dan magnesium dilepaskan dari resin,
digantikan dengan sodium dari larutan garam.
i. Sistem Jaringan Perpipaan
Sistem jaringan perpipaan terdiri dari empat bagian, yaitu jaringan inlet (air masuk), jaringan
outlet (air hasil olahan), jaringan bahan kimia dari pompa dosing dan jaringan pipa
pembuangan air pencucian. Sistem jaringan ini dilengkapi dengan keran-keran sesuai dengan
ukuran perpipaan. Diameter yang dipakai sebagian besar adalah 1” dan pembuangan dari bak
koagulasi-flokulasi sebesar 2“. Bahan pipa PVC tahan tekan, seperti rucika. Sedangkan keran
(ball valve) yang dipakai adalah keran tahan karat terbuat dari plastik.
j. Tangki Bahan-Bahan Kimia
Tangki bahan kimia terdiri dari 2 buah tangki fiberglas dengan volume masing-masing 30
liter. Bahan-bahan kimia adalah ferrosulfat dan PAC. Bahan kimia berfungsi sebagai
oksidator.
1. E. IPAL Skala Rumah Tangga
Cara yang lebih efektif adalah membuat instalasi pengolahan yang sering disebut dengan
sistem pengolahan air limbah (SPAL). Caranya gampang; bahan yang dibutuhkan adalah
bahan yang murah meriah sehingga rasanya tak sulit diterapkan di rumah Anda. Instalasi
SPAL terdiri dari dua bagian, yaitu bak pengumpul dan tangki resapan. Di dalam bak
pengumpul terdapat ruang untuk menangkap sampah yang dilengkapi dengan kasa 1 cm
persegi, ruang untuk penangkap lemak, dan ruang untuk menangkap pasir.Tangki resapan
dibuat lebih rendah dari bak pengumpul agar air dapat mengalir lancar. Di dalam tangki
resapan ini terdapat arang dan batu koral yang berfungsi untuk menyaring zat-zat pencemar
yang ada dalam greywater.
Cara kerja ipal skala rumah tangga, air bekas cucian atau bekas mandi dialirkan ke ruang
penangkap sampah yang telah dilengkapi dengan saringan di bagian dasarnya. Sampah akan
tersaring dan air akan mengalir masuk ke ruang di bawahnya. Jika air mengandung pasir,
pasir akan mengendap di dasar ruang ini, sedangkan lapisan minyak karena berat jenisnya
lebih ringan akan mengambang di ruang penangkap lemak.
Air yang telah bebas dari pasir, sampah, dan lemak akan mengalir ke pipa yang berada di
tengah-tengah tangki resapan. Bagian bawah pipa tersebut diberi lubang sehingga air akan
keluar dari bagian bawah. Sebelum air menuju ke saluran pembuangan, air akan melewati
penyaring berupa batu koral dan batok kelapa.
Beberapa kompleks perumahan seperti Lippo Karawaci dan hampir semua apartemen telah
memiliki instalasi pengolah limbah greywater yang canggih dan modern. Greywater yang
telah diolah akan digunakan lagi untuk menyiram tanaman, mengguyur kloset, dan untuk
mencuci mobil. Di Singapura dan negara-negara maju, greywater bahkan diolah lagi menjadi
air minum.
14. Berdasarkan pemaparan tersebut maka sistem pengolahan limbah (SPAL) yang menghasilkan
greywater seperti ini akan sangat bagus ubtuk diterapkan di lingkungan perumahan dosen
Universitas Haluoleo karena selain biayanya yang murah dan bahan yang digunakan mudah
didapatkan, juga air hasil olahannya ramah lingkungan bahkan dapat digunakan kembali atau
diolah lebih lanjut menjadi air minum.
Dampak dari IPAL Rumah Tangga yaitu terjadi pencemaran air
Cara Mengatasi Pencemaran IPAL Rumah Tangga
Salah satu alternative untuk mengatasi masalah pencemaran oleh air limbah rumah tangga
adalah dengan cara mengolah air limbah rumah tangga tersebut secara individual (on site
treatment) sebelum di buang ke saluran umum.
“Prses Pengolahan Air Limbah dengan system Kombinasi Biofilter Anaerob – Aerob”
Air limbah rumah tangga di alirkan melalui saringan kasar (bar screen) untuk menyaring
sampah berukuran besar seperti daun, kertas, plastic dan lain-lain. Stelah melaui screen air
limbah di alirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan
kotoran lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi sebagai bak pengontrol
aliran, bak pengurai senyawa organic yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai
lumpur) dan penampung lumpur.
Air limpasan dari bak pengendap awal dialirkan ke bak kontaktor bak anaerob (dapat
dipasang lebih dari satu sesuai dengan kualitas dari jumlah air baku yang akan di olah) yang
diisi dengan media dari bahan plastik atau kerikil/batu split dengan arah aliran dari atas ke
bawah dan bawah ke atas.
Efesiensi penyaringan akan sangat besar karena dengan adanya biofilter up flow yakni
penyaringan dengan sistem aliran dari bawah keatas akan mengurangi kecepatan partikel
yang terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran ke atas akan
mengendapkan di dasar bak filter. Sistem biofilter anaerb-aerob ini sangat sederhana,
operasinya mudah dan tanpa memakai bahan kimia serta sedikit membutuhkan energi. Proses
ini cocok digunakan untuk mengolah air limbah rumah tangga dengan kapasitas yang tidak
terlalu besar.
Skema proses pengolahan air limbah rumah tangga dengan dengan system biofilter anaerob-
aerob:
IPAL SKALA LABORATORIUM KIMIA UNIVERSITAS HALUOLEO
Limbah menurut Recycling and Waste Management Act (krW-/AbfG) didefinisikan sebagai
benda bergerak yang diinginkan oleh pemiliknya untuk dibuang atau pembuangannya dengan
cara yang sesuai, yang aman untuk kesejahteraan umum dan untuk melindungi lingkungan.
Adanya bahan kimia di universitas di mulai dari pemberian bahan yang diperlukan dari
gudang bahan kimia kepada pekerja atau mahasiswa yang mengambil mata kuliah praktek di
laboratorium. Bahan tersebut digunakan untuk sintesis maupun analisis. Karena tujuan
penggunaannya maka terbentuk bahan awal, produk samping, pelarut yang digunakan dan
bahan kimia yang terkontaminasi, dimana bahan ini harus diurai atau dibuang jika daur
ulangnya tidak mungkin dilakukan. Berlawanan dengan limbah industri, limbah kimia dari
laboraotrium di universitas yang terbentuk biasanya dalam jumlah kecil dari campuran yang
15. sangat kompleks. Intinya, hal ini menyatakan jumlah limbah yang berarti, yang harus dibuang
dari universitas dengan menggunakan dananya sendiri. Untuk membuang limbah
laboratorium, yang mungkin berbeda pada tempat yang berbeda pula, cara yang sesuai
bergantung pada tipe percobaan yang dilakukan dan bahan kimia yang digunakan. Tetapi
beberapa tipe limbah berbahaya yang dihasilkan tidak dapat dibuang dalam bentuk aslinya
dan harus diolah terlebih dahulu. Dengan bantuan proses yang sesuai, limbah tersebut dapat
dihilangkan sifat racunnya di tempat bahan tersebut dihasilkan. Keuntungan dari
penghilangan sifat racun juga mengurangi resiko kontaminasi pada pekerja yang tidak
berpengalaman dalam menanganinya bila terjadi kecelakaan dengan limbah ini, oleh karena
itu hal ini juga untuk menghindari resiko terhadap kontaminasi lingkungan.
Konsep manajemen limbah
Menghindari, mengurangi dan membuang limbah laboratorium
Akan lebih baik untuk menghindari pembentukan limbah pada langkah yang sangat awal. Hal
ini juga merupakan tujuan utama dari Recycling and Waste Management Act (krW-/AbfG)
yang dikemukakan pada tahun 1996. (Nama lengkapnya: Undang-undang untuk manajemen
daur ulang dan menyelamatkan limbah buangan yang aman terhadap lingkungan). Setelah
aturan tersebut, setiap orang yang mengembangkan, menghasilkan, mengolah dan memproses
atau menyebarkan bahan mempunyai komitmen untuk menghindari limbah. Jika tidak
mungkin untuk dihindari maka jumlah limbah harus dikurangi dengan pengumpulan terpisah
dan pengukuran daur ulang. Akhirnya, setelah semua usaha ini dilakukan, jumlah limbah
yang masih tersisa harus dibuang sebagai ”tanpa resiko” terhadap kesehatan dan lingkungan.
Penggunaan kembali limbah laboratorium dapat dilakukan, misalnya: untuk bahan kimia
yang telah digunakan setelah melalui prosedur daur ulang yang sesuai. Sebagai contoh, hal
ini paling sesuai untuk pelarut yang telah digunakan. Pelarut organik seperti etanol, aseton,
kloroform dan dietil eter dikumpulkan di dalam laboratorium secara terpisah dan
diperlakukan dengan distilasi.
Selama semua pengerjaan (dalam hal ini: percobaan kimia) dimana terbentuk sejumlah besar
limbah harus diperiksa dengan hati-hati, apakah mungkin untuk mengurangi jumlah limbah
dengan penggunaan pengukuran yang sesuai (misal: kondisi reaksi lainnya, penurunan skala
volume reaksi). Hanya dalam kasus dimana pengurangan jumlah limbah lebih lanjut tidak
mungkin secara prophylaxis dan pengukuran daur ulang, maka cara lama untuk pembuangan
limbah harus dilakukan.
Limbah Berbahaya di Laboratorium
Kelompok penting dari limbah adalah bahan kimia sisa/residu yang biasanya dikelompokkan
sebagai limbah berbahaya. Senyawa ini dilarang untuk dibuang melalui pengumpulan limbah
publik atau melalui saluran air limbah yang umum. Tipe limbah yang digolongkan sebagai
limbah berbahaya harus dikumpulkan secara terpisah dan dikirimkan oleh penghasilnya
kepada perusahaan pembuangan yang telah disetujui. Penghasil limbah juga harus
mengirimkan data yang sesuai tentang tipe limbah berbahaya tersebut. Berdasarkan tipe
limbahnya, nilai ambang batas tertentu untuk kandungan dan sifat bahan kimia harus
dipatuhi. Senyawa yang hanya bisa dibuang dengan biaya tinggi harus dihindari, jika
dimungkinkan diganti dengan bahan pengganti yang sesuai, yang dapat dibuang dengan biaya
yang lebih efektif dan dengan cara yang ramah terhadap lingkungan.
16. Pengumpulan Limbah Berbahaya
Limbah berbahaya dikumpulkan dalam wadah khusus, mematuhi aturan yang
berlaku(misalnya: ”Ordinance on the Hazardous Substances, juga lihat: “Legal Conditions
for the Handling of Hazardous Substances” and ”Technical Guidelines on Safety in
Chemical Laboratory Courses”). Tipe limbah yang berbeda sebaiknya tidak dicampur
menjadi satu. Untuk setiap tipe limbah digunakan wadah khusus, yang telah diberikan oleh
universitas untuk pengumpulan. Wadah ini akan dikembalikan ke gudang penyimpanan
limbah. Wadah tersebut tidak boleh diisi lebih dari 90% (untuk menghindari tumpahan
selama pengangkutan) dan harus ditutup rapat serta diberi label dengan benar. Jika tidak,
perusahaan penanganan limbah tidak diijinkan untuk menerimanya. Wadah yang rusak, bocor
atau terkontaminasi dengan senyawa berbahaya juga tidak dapat diterima. Aturan umum
untuk penanganan limbah berbahaya adalah menghindari resiko yang membahayakan
terhadap manusia dan lingkungan baik selama penyimpanan, pengangkutan dan pembuangan
bahan-bahan tersebut.
Air Limbah yang Terbentuk Di Laboratorium
Air limbah laboratorium adalah cairan apa saja yang berasal dari tempat pencucian. Pada
kasus yang ideal biasanya mengandung sedikit air. Pada praktek sehari-hari, limbah ini
biasanya mengandung larutan berair yang telah terlebih dahulu dinetralkan menjadi pH 6
sampai 8 dan tidak mengandung logam-logam berat. Selama pembuangan air limbah,
ambang batasnya harus sesuai dan biasanya nilai ini diberikan oleh pejabat pengurus air
limbah yang berwenang. Harus dipatuhi bahwa dilarang mengencerkan air limbah dalam
usaha untuk mencapai nilai ambang batas ini. Sebagai contoh Tabel 1-3 menyajikan nilai
ambang batas untuk polutan yang berbeda di Technical University of Braunschweig. Bila
hasilnya melebihi nilai tersebut maka biaya perlakuan air limbah akan membengkak.
Senyawa yang diijinkan untuk dibuang ke dalam air limbah adalah senyawa yang tidak
terdapat dalam tabel berikut, tidak digolongkan sebagai senyawa berbahaya, dan jika bahan
tersebut tidak berbahaya untuk lingkungan dan untuk pengoperasian instalasi pengolahan air
limbah.
Parameter Dasar yang Penting Untuk Kualitas Air Limbah
• Nilai pH dari air limbah harus berkisar antara 6,0 sampai 10,5
• Temperatur tidak melebihi 35oC
• Toksisitas air limbah harus lebih kecil dari nilai yang dapat mempengaruhi proses biologi
pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), pembuangan lumpur atau penggunaan lumpur.
• Konsentrasi zat warna dalam air limbah harus kurang dari nilai yang dapat menyebabkan
perubahan warna pada IPAL umum.
• Nilai ambang batas untuk fenol dibuat rendah (0,025 mg/L air limbah) karena senyawa ini
dapat menyebabkan rasa-sakit yang sangat susah dihilangkan selama pemurnian air.
• Nilai ambang batas untuk senyawa yang menggunakan oksigen seperti natrium sulfit, garam
besi (II) dan tiosulfat ditetapkan 50 mg/L air limbah.
17. Tabel 1: Senyawa anorganik – Nilai ambang batas (TLV) untuk kation
Kation TLV (mg/L)
Antimoni 0,25
Arsen 0,05
Barium 1,0
Timbal 0,5
Kadmium 0,5
Kromium 0,5
Kromium (VI) 0,1
Kobalt 1,0
Tembaga 0,5
Nikel 0,5
Merkuri 0,025
Perak 0,25
Zinc 2,5
Tin 0,5
Tabel 2: Senyawa anorganik – Nilai ambang batas (TLV) untuk anion
Anion TLV (mg/L)
Sianida 10
Fluorida 25
Sulfat 300
Sulfida 1,0
Catatan : larutan berair yang tersisa setelah ekstraksi dengan diklorometana atau
kloroform harus dibuang sebagai limbah berbahaya (mengandung hidrokarbon
terklorinasi, VOX) atau harus dibuat tidak volatil dengan menggunakan metoda yang
sesuai (misalnya: purging).
Catatan Khusus Pada Pembuangan Limbah Kimia Dari Laboratorium
Dianjurkan untuk mendetoksifikasi sejumlah kecil limbah bahan kimia berbahaya di
laboratorium oleh staff yang berkompeten. Keterangan lebih rinci tentang prosedur yang
dapat digunakan terdapat pada cara pengerjaannya. Tipe limbah berbahaya berikut selalu
terjadi pada pekerjaan di laboratorium. Oleh karena itu, berikut ini diberikan beberapa
informasi untuk mengolah dan membuangnya.
Bahan kimia sisa:
Sebagai bahan kimia sisa, hanya bahan berikut yang dapat dibuang yaitu jika
• penyusunnya telah diketahui
18. • tidak digolongkan sebagai bahan yang mudah meledak, dan
• tidak bersifat radioaktif
Semuanya harus tidak mengandung penyusun yang sangat beracun seperti dibenzodioksin
dan furan terpoliklorinasi (PCDD/F), bifenil terpoliklorinasi (PCB) atau bahan untuk perang.
Wadah limbah harus diberi label dengan benar meskipun pada wadah yang kecil. Bejana
kecil dan vial yang digunakan untuk produk reaksi dari pekerjaan lab dapat dikumpulkan
dalam wadah untuk bahan padataan dan diberi keterangan, contohnya: sebagai “produk
sintesis dari pekerjaan lab kimia anorganik dalam vial). Jika bahan kimia tidak diketahui
(misal : dalam bejana tanpa label), dianjurkan untuk mengelusidasi tipe dari senyawa yang
tersebut. Bahan kimia yang telah digolongkan pada golongan limbah tertentu harus dibuang
sesuai dengan golongan tersebut. Sebagai contoh adalah asam klorida. Bahan ini dimasukkan
ke dalam kelompok limbah “asam anorganik, campuran asam dan mordants. Artinya, HCl
harus tidak dibuang sebagai bahan kimia sisa/residu. Bahan kimia lama yang disimpan di
dalam bejana tertutup sebaiknya ditawarkan kepada kelompok atau institusi lain untuk
kepentingan yang lain. Bahan ini dapat dibuang hanya jika tidak ada seorangpun yang tertarik
untuk memilikinya dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Terdapat pula pengambilan
kembali bahan kimia dan pelarut dalam jumlah besar oleh pembuat bahan kimia tersebut.
Sebagai contoh, Perusahaan Merck menawarkan suatu layanan dengan nama Retrologistics.
Bahan kimia yang dikirimkan akan diuji kondisinya dan tipe serta jumlahnya
didokumentasikan. Kandungan dari bejana kecil dengan bahan kimia yang diketahui akan
digabungkan menjadi jumlah yang lebih besar. Setelah analisis dan kontrol kualitas, senyawa
tersebut akan digunakan dalam produksi dan sintesis. Jika penggunaan kembali tidak
dimungkinkan, bahan kimia tersebut akan dibuang menurut aturan yang telah ditetapkan.
Asam Anorganik, Campuran Asam dan Mordant
Nilai pH dari larutan ini harus di bawah 6. Larutan asam berair ini harus bebas dari
• sianida (jika tidak, maka akan terbentuk hidrogen sianida !)
• ion amonium (maks. 0,1 mol/L diijinkan), dan
• tipe senyawa organik lainnya (misal : pelarut, lemak dan minyak)
Asam yang telah digunakan yang mengandung asam nitrat (misalnya campuran asam nitrat)
harus dinetralkan dan kemudian dibuang sebagai ”dibersihkan dan dicuci dengan air)”
Larutan asam yang tidak mengandung logam berat atau bahan berbahaya lainnya dapat
dinetralkan dengan natirum hidroksida atau natrium hidrogen karbonat dalam jumlah molar
yang sama dan kemudian dibuang ke dalam air limbah laboratorium.
Basa, Campuran Basa dan Mordant
Limbah golongan ini merupakan limbah cair dengan pH di atas 8. Larutan basa hidroksida
berair ini harus bebas dari
• sianida
• ion amonium (maks. 0,1 mol/L, jika tidak akan terjadi pelepasan amonia !), dan
19. • tipe senyawa organik lainnya (misal : pelarut, lemak dan minyak)
Larutan basa yang tidak mengandung logam berat atau bahan berbahaya lainnya dapat
dinetralkan dengan asam klorida dengan jumlah molar yang sama dan kemudian dibuang ke
dalam air limbah laboratorium.
Air Dari Pembersihan Dan Pencucian yang mengandung garam logam
Limbah golongan ini mengandung larutan berair dari garam logam yang harus bebas dari
• sianida
• ion amonium (maks. 0,1 mol/L diijinkan), dan
• tipe senyawa organik lainnya (misal : pelarut, lemak dan minyak)
Untuk larutan berair ini dimungkinkan terjadinya pengurangan volume yang nyata dengan
menggunakan pengukuran konsentrasi.
Berdasarkan pemaparan tersebut maka sistem pengolahan limbah (SPAL) untuk skala
laboratorium seperti di atas akan sangat bagus untuk diterapkan pada lingkungan
laboratorium kimia Universitas Haluole