Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut membahas upaya meningkatkan kualitas layanan pendidikan melalui penerapan manajemen sekolah yang transparan, akuntabel, dan partisipatif sesuai prinsip-prinsip Manajemen Berbasis Sekolah.
2. Inisiatif "Sekolah MANTAP" diluncurkan untuk memperkuat praktik-praktik baik pengelolaan dana di sekolah, khususny
MEDIUM (Media Inovasi Perubahan Masyarakat) Edisi II
1. MEDIUMMedia Inovasi Perubahan Masyarakat
BULETIN
EDISI II /SEPTEMBER 2015
YAYASAN SATU
KARSA KARYA
(Manajemen Transparan Akuntabel Partisipatif)
2. 02 Salam Redaksi
03 Fokus Utama
Perempuan dalam Politik
Pembangunan Desa
07 Pendidikan PAUD
Integrasi Budaya Lokal
dalam Pendidikan Anak Usia
Dini
09 Pendidikan - CBM
BOS
Pengawasan Dana BOS oleh
Masyarakat
11 Ekonomi
Kerakyatan
Koperasi Perempuan:
Harapan Di Tengah
Keterbatasan
13 Jejak Program
14 Gagasan
Perempuan! Hadapi
Tantangan dan Raihlah
Kesempatan Berpolitik
15 Profil
Forum Srikandi Desa,
Strategi Mengefektifkan
Perjuangan Perempuan
17 Tips Sang Inovator
Kiat menjadi Fasilitator
Kelas yang Sukses
18 Kabar Program
20 Agenda Program
Pembaca yang Terhormat,
Keterbukaan informasi memberi peluang bagi rakyat
untuk berpartisipasi dalam berbagai kebijakan publik.
Kondisi ini sekaligus dapat mendorong terciptanya clean
and good governance karena pemerintah dan badan-badan
publik dituntut untuk menyediakan informasi yang
lengkap mengenai apa yang dikerjakannya secara terbuka,
transparan dan akuntabel.
Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik
merupakan suatu keniscayaan apabila seluruh asas-asas
penyelenggaraan negara dapat dilaksanakan secara
profesional dan proporsional. Keterbukaan informasi
publik sebagai wujud good governance harus dilaksanakan
sebagaimana mestinya, sehingga perjalanan demokrasi
sebagai amanat reformasi dapat mengantarkan demokrasi
semu menjadi demokrasi yang hakiki.
Lahirnya UU Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik merupakan jawaban adanya
perlindungan hukum terselenggaranya transparansi dan
akuntabilitas pemerintah maupun badan publik terhadap
masyarakat sebagai pengguna kebijakan publik.
Bersamaan dengan momentum Hari Hak untuk Tahu pada
28 September 2015 lalu, MEDIUM Edisi II akan mengupas
mengenai praktik transparansi di PAUD, koperasi,
pemerintahan desa dan sekolah.
Semoga tulisan-tulisan di buletin ini dapat memberikan
kontribusi terhadap pelaksanaan keterbukaan informasi
dalam berbagai sektor. Selamat membaca! Semoga
bermanfaat.
Salam Redaksi,
DAFTAR ISI
Tim Redaksi
Penanggungjawab : Kangsure SUROTO
Pemimpin Redaksi : Amy Supadmi
Dewan Redaksi : Ana Susi Yuniasri, Lusiningtias, Riyadh,
Dewangga Saputra, Muhammad Histiraludin, Antonia Satrianti,
Sri Wahyuni
Editor : Eko Bani
Layout : Amy S.
Distribusi : Divisi Pengelolaan Data & Informasi
Alamat Redaksi
Singopuran Rt.04/Rw.02 Kartasura Sukoharjo 57164 - Jawa
Tengah | Telp./Fax.: +62-271-784928
Email: office@yskk.org | Website: www.yskk.org
Buletin ini diterbitkan atas dukungan dari Kedutaan Besar Jepang di Indonesia. Isi buletin merupakan
tanggungjawab YSKK dan tidak mencerminkan pandangan Kedutaan Besar Jepang di Indonesia.
YAYASAN SATU
KARSA KARYA
Daftar Isi
02 Salam Redaksi
03 Fokus Utama
Sekolah MANTAP
07 PAUD
Membangun Keterbukaan,
Memperkuat Partisipasi
09 Kepemimpinan
Perempuan
Keterbukaan Informasi Harus
Dirancang Dalam RPJMDes
11 Ekonomi Kerakyatan
Mewujudkan Koperasi yang
Transparan
13 Jejak Program
14 Gagasan
Maknai Keterbukaan Informasi
dalam Konteks Luas
15 Profil
SMPN 16 Bandar Lampung
Komitmen Berikan Layanan
Berkualitas
17 Tips Sang Inovator
Tips Mengakses Informasi di
Sekolah
18 Kabar Program
20 Agenda Program
3. Dok.YSKK
MEDIUM Edisi II - September 2015
FOKUS UTAMA
3
Sekolah MANTAP
ekolah sebagai institusi
penyedia layanan publik
Sdalam sektor pendidikan
dituntut untuk mampu memenuhi
kebutuhan dan harapan
masyarakat—yang terus
berkembang ditengah situasi yang
sangat dinamis. Hal ini
membutuhkan kemampuan
manajemen sekolah yang baik,
mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengawasan agar layanan
yang diberikan oleh sekolah dapat
berkualitas dan berkeadilan
melalui manajemen yang efektif
dan efisien.
Hal ini sejalan dengan mandat UU
nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
tentang MBS (Manajemen
Berbasis Sekolah). Maksud dari
MBS adalah bentuk otonomi
manajemen pendidikan pada
satuan pendidikan, yang dalam
hal ini kepada sekolah/madrasah
Oleh: Kangsure SUROTO, Direktur YSKK
dalam mengelola kegiatan
pendidikan. Paradigma MBS
beranggapan bahwa, satu-satunya
jalan masuk yang terdekat menuju
peningkatan mutu dan relevansi
adalah demokratisasi dan
akuntabilitas pengelolaan dan
penyelenggaran pendidikan.
Seiring dengan semakin
berkembangnya iklim demokrasi
di Indonesia, gerakan reformasi
yang sudah dimulai sejak tahun
1998, pada saat ini bergeser pada
reformasi birokrasi. Reformasi
birokrasi pada hakikatnya
merupakan upaya untuk
melakukan pembaharuan dan
perubahan mendasar terhadap
sistem penyelenggaraan
pemerintahan terutama
menyangkut aspek-aspek
kelembagaan (organisasi),
ketatalaksanaan dan sumber daya
manusia aparatur”. Pada akhirnya
keberhasilan pelaksanaan
reformasi birokrasi akan sangat
mendukung dalam penciptaan
good governance, karena
reformasi birokrasi merupakan
inti dari upaya penciptaan good
governance, sehingga akan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan
public yang pada akhirnya akan
membawa kesejahteraan bagi
masyarakat.
Upaya untuk meningkatkan
kualitas pelayanan publik
tersebut dilakukan melalui
berbagai langkah kebijakan.
Kebijakan yang paling mendasar
adalah mengubah mindset para
birokrat dari bermental penguasa
menjadi birokrat yang bermental
pelayan masyarakat. Kebijakan
lainnya adalah penataan
kelembagaan pelayanan publik,
penyederhanaan prosedur
pelayanan, penerapan standar
pelayanan minimal, peningkatan
pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi dalam
manajemen pelayanan, serta
Dok. YSKK
4. MEDIUM Edisi II - September 2015
FOKUS UTAMA
4
penerapan sistem manajemen
mutu dalam pelayanan publik,
termasuk manajemen
penanganan pengaduan
masyarakat.
Untuk memperkuat landasan
dalam memberikan jaminan
pelayanan public yang berkualitas
Pemerintah telah menerbitkan
Undang-Undang No. 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik
dan Undang-Undang No. 37
Tahun 2008 tentang Ombudsman
RI. Selain itu, untuk memastikan
masyarakat dapat memperoleh
besar unit pelayanan publik
belum menerapkan standar
pelayanan, yang secara jelas dan
transparan memberitahukan hak
dan kewajiban masyarakat
sebagai penerima layanan publik.
Di samping itu, sistem manajemen
pelayanan publik belum banyak
memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK)
untuk memberikan pelayanan
publik yang cepat, murah,
transparan, dan akuntabel. Sistem
evaluasi kinerja pelayanan publik
juga masih lemah dalam
mendorong kinerja pelayanan.
saat ini pelayanan publik bidang
pendidikan masih belum steril
dari pengaduan masyarakat. Pun
dalam akses informasi, hasil uji
akses (transparansi dan
akuntabilitas) terkait dengan
pengelolaan dana BOS yang
dilakukan YSKK dengan GEMA
PENA (Gerakan Masyarakat Peduli
Pendidikan) di 222 sekolah yang
ada di 8 provinsi (Jawa Tengah,
DIY, Jawa Barat, DKI Jakarta,
Lampung, Jawa Timur, Banten,
NAD), hanya ada 13% sekolah
yang bersedia membuka akses
informasinya. Dalam kajian
informasi mengenai
fungsi, peran, dan
bekerjanya badan public,
pemerintah juga
menerbitkan Undang-
Undang No. 14 Tahun
2008 tentang
Keterbukaan Informasi
Publik.
Potret Layanan
Pendidikan
Namun demikian,
meskipun telah banyak
dicapai dalam upaya
meningkatkan kualitas
pelayanan publik, juga
disadari bahwa
pemerintah belum dapat
menyediakan kualitas
pelayanan publik sesuai
dengan tantangan yang
dihadapi. Hasil survei
integritas yang dilakukan KPK
(Komisi Pemberantasan Korupsi)
menunjukkan bahwa kualitas
pelayanan publik Indonesia baru
mencapai skor 6,84 dari skala 10
untuk instansi pusat, dan 6,69
untuk unit pelayanan publik di
daerah. Skor integritas
menunjukkan karakteristik
kualitas dalam pelayanan publik,
seperti ada tidaknya suap, ada
tidaknya SOP, kesesuaian proses
pemberian pelayanan dengan SOP
yang ada, keterbukaan informasi,
keadilan dan kecepatan dalam
pemberian pelayanan serta
kemudahan pengaduan
masyarakat. Selain itu sebagian
Khusus di sector layanan
pendidikan, data dari KPK tahun
2004-2011 mencatat ada 321
pengaduan. Ombudsman Republik
Indonesia (ORI) perwakilan DIY
selama tahun 2013 juga mencatat
dari 180 pengaduan masyarakat
yang paling banyak adalah terkait
pelayanan pendidikan. Di Jawa
Tengah melalui layanan
pengaduan online 'Lapor Gub'
dalam 1 bulan terdapat 8
pengaduan terkait pelayanan
pendidikan, dan masih banyak
lagi data-data pengaduan
masyarakat terkait pelayanan
pendidikan. Data ini hanya ingin
mengkonfirmasi bahwa sampai
akuntabilitas yang
dilakukan, salah satunya
ditemukan RKAS dan LPj
penggunaan dana BOS
yang tidak sinkron.
Menjadi sebuah fakta
bahwa sampai saat ini
masih belum semua
sekolah dapat
menjalankan tata kelola
yang baik sesuai prinsip-
prinsip MBS yaitu
Transparan, Akuntabel
dan Partisipatif tersebut.
Misalnya saja terkait
dengan pengelolaan
program BOS yang masih
terjadi persoalan di
banyak daerah yang
diberitakan oleh media
masa maupun dari hasil
penelitian YSKK dan
GEMA PENA. Misalnya
saja di Kabupaten Bangka yang
belum mempertanggungjawabkan
Dana BOS tahun2013 sebesar 6 M
karena banyak sekolah yang
belum mempertanggungjawabkan
kepada Dinas Pendidikan
setempat. Kepala SDN 178223
Nadeak Bariba, Kecamatan
Ronggur Nihuta, Kabupaten
Samosir diberitakan melakukan
korupsi dana BOS periode Juli
2009-Desember 2010 senilai Rp
30,7 juta dan harus masuk
penjara.Korupsi dana BOS di SMP
Taman Budaya Kota Jambi 2009-
2012 yang dilakukan oleh Kepala
Sekolah dan Bendahara BOS,dan
masih banyak lagi kasus-kasus
5. Dok. YSKK
MEDIUM Edisi II - September 2015
FOKUS UTAMA
5
penyelewengan yang terjadi.
Inisiasi “Sekolah MANTAP”
Kasus-kasus tersebut tidak
kemudian serta merta menjadi
representasi dari wajah
pengelolaan dana pendidikan di
seluruh Indonesia. Masih cukup
banyak sekolah-sekolah yang
secara konsisten melakukan
praktek-praktek baik pengelolaan
dana BOS dan dana sekolah
lainnya sesuai dengan prinsip
Transparansi, Akuntabel dan
Partisipatif. Sayangnya tidak
banyak yang tertarik untuk
mengangkat dan
menyebarluaskan pengalaman
(praktek baik) ini, sebagian besar
lebih tertarik untuk mengangkat
sisi negatif (kekurangan) dari
praktek pengelolaan dana di
sekolah.
Hal itulah yang melatarbelakangi
YSKK bersama dengan tiga Dinas
Pendidikan kabupaten/kota (kota
Surakarta-Jawa Tengah,
kabupaten Gunungkidul-DIY, kota
Bandar Lampung-Lampung) dan
didukung oleh USAID/ProRep
menginisiasi Sekolah MANTAP.
Ada 6 sekolah yang dipilih sebagai
model, yaitu SDN Kleco 1, SMPN 8
Surakarta (Surakarta, Jawa
Tengah), SDN Wonosari 1, SMPN 1
Wonosari 1 (Gunungkidul, DIY),
SDN Rawa Laut, dan SMPN 16
Bandar Lampung (Bandar
Lampung, Lampung). Tujuan
utama dari insiasi tersebut adalah
untuk memperkuat dan
menyebarluaskan praktek-
praktek baik tata kelola sekolah.
Sekolah “MANTAP” secara harfiah
bermakna sekolah yang “tetap
hati, kukuh, kuat”. Sedangkan
secara bahasa sekolah “MANTAP”
merupakan kepanjangan dari
“Manejemen Transparan
Akuntabel Partisipatif”. Prinsip
transparansi yang ingin diperkuat
dalam sekolah MANTAP
mensyaratkan data dan informasi
sekolah bersifat terbuka, mudah
dan dapat diakses oleh semua
pihak yang membutuhkan dan
disediakan secara memadai serta
mudah dimengerti. Rencana
Pengembangan Sekolah (RPS),
Rencana Kerja dan Anggaran
Sekolah (RKAS), Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Sekolah (RAPBS), Laporan
pertanggungjawaban program
dan anggaran menjadi informasi
public yang bisa diakses oleh
public bahkan harus disediakan
secara serta merta.
Aspek akuntabilitas berarti semua
yang dilakukan sekolah dapat
dipertanggungjawabkan sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan
partisipatif, yaitu mendorong
peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan dan pengelolaan
sekolah dengan memperhatikan
aspirasi, kebutuhan dan harapan
masyarakat. Peran komite sekolah
harus mendapatkan ruang yang
cukup sebagai mitra strategis
sekolah sebagai representasi
orang tua/wali murid dan
stakeholder pendidikan.
Tantangan
Isu transparansi, akuntabilitas
dan partisipasi sebenarnya sudah
menjadi “adigum” yang jamak
dibahas diberbagai forum dan
bahan perbincangan masyarakat.
Tetapi implementasi di lapangan
masih banyak mengalami
tantangan yang luar biasa.
Pengalaman ini juga kita alami
selama pendampingan Sekolah
MANTAP tersebut. Tantangan
paling utama yang dihadapi
adalah “mengajak orang untuk
berubah” yang masih sulit.
Budaya patriarkhi yang masih
kuat dan pardigma pelayan
masyarakat yang masih belum
banyak dipahami menjadi factor
penghambat perubahan di
sekolah. Hal ini berdampak
terhambatnya bangunan relasi
dan komunikasi yang lebih baik
antara sekolah dengan orang tua
dan masyarakat.
Tantangan yang kedua adalah
membangun kepedulian orang tua
terhadap sekolah. Mayoritas
orang tua menganggap bahwa
bentuk kepeduliaan terhadap
sekolah adalah berwujud
material. Masih sangat jarang
sekali orang tua yang
mempertanyakan bagaimana
kurikulum sekolah, rencana
sekolah, capaian sekolah,
pengelolaan anggaran, dll.
Semestinya dengan adanya
kebijakan pendidikan dasar yang
biayanya ditanggung oleh negara,
Pelatihan optimalisasi media sosial yang diikuti perwakilan komite sekolah
dan pengelola media sosial 6 sekolah MANTAP.
Dok.YSKK
6. MEDIUM Edisi II - September 2015
FOKUS UTAMA
6
tentang sistem transparansi
akuntabilitas serta mekanisme
pertanggungjawabannya. Kedua,
sekolah perlu menyusun
pendidikan. Kedelapan,
memperbaharui rencana kinerja
sebagai kesepakatan komitmen
pedoman
tingkah laku dan sistem
pemantauan kinerja
penyelenggara sekolah dilengkapi
sistem pengawasan dengan sanksi
jelas dan tegas. Ketiga, sekolah
menyusun rencana
pengembangan sekolah dan
menyampaikan kepada
publik/stakeholders di awal setiap
tahun ajaran/anggaran. Keempat,
menyusun indikator yang jelas
tentang pengukuran kinerja
sekolah dan disampaikan kepada
stakeholders. Kelima, melakukan
pengukuran pencapaian kinerja
pelayanan pendidikan dan
menyampaikan hasilnya kepada
publik/stakeholders di akhir
tahun. Keenam, memberikan
tanggapan terhadap pertanyaan
dan pengaduan publik. Ketujuh,
menyediakan informasi kegiatan
sekolah kepada publik sebagai
penerima manfaat pelayanan
maka kewajiban orang tua tinggal
mengawasinya.
Tantangan berikutnya adalah
pemanfaatan tehnologi informasi
yang masih terbatas di sekolah.
Selain untuk mendukung
pembelajaran, tehnologi informasi
sebenarnya diciptakan untuk
mendukung system tata kelola
organisasi agar lebih baik
(transparan, akuntabel,
partisipatif) serta efektif dan
efisien. Sayangnya, meski sekolah
dan para gurunya seudah
memiliki fasilitas tehnologi
informasi yang memadai tetapi
belum dimanfaatkan dengan baik.
Sebagai sebuah upaya, maka
berbagai inisiatif untuk
memperkuat tata kelola sekolah
yang transparan, akuntabel dan
partisipatif harus terus didorong
dan didukung. Dinamika sosial
dan budaya yang sangat tinggi
membutuhkan institusi pelayanan
public yang otonom termasuk
meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas. Pertama, sekolah
perlu menyusun aturan main
Strategi peningkatan
baru.
Strategi di atas bertumpu pada
kemampuan, niat baik, dan
kemauan sekolah untuk
mewujudkannya. Sekolah perlu
melibatkan stakeholders
pendidkan dalam menyusun dan
memperbaharui sistem yang
dianggap tidak dapat menjamin
terwujudnya transparansi-
akuntabilitas sekolah. Komite
sekolah, orang tua siswa,
kelompok profesi, dan pemerintah
dapat dilibatkan untuk
melaksanakannya. Sehingga
stakeholders sekolah sejak awal
tahu dan merasa memiliki akan
sistem yang ada. Beberapa
indikator keberhasilan
transparansi dan akuntabilitas
sekolah antara lain, meningkatnya
kepercayaan dan kepuasan publik
terhadap sekolah, tumbuhnya
kesadaran publik tentang hak
untuk menilai penyelenggaraan
pendidikan di sekolah, dan
meningkatnya kesesuaian
kegiatan-kegiatan sekolah dengan
nilai dan norma yang berkembang
di masyarakat.
7. MEDIUM Edisi II - September 2015
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
7
Membangun Keterbukaan, Memperkuat Partisipasi
enomena menjamurnya
Lembaga PAUD saat ini
Fmenjadi angin segar bagi
stimulasi tumbuh kembang anak
usia dini. Namun tak banyak
lembaga PAUD tersebut yag
mampu bertahan dan
berkelanjutan. Hal ini
dimungkinkan karena masih
terlalu bergantungnya beberapa
Lembaga PAUD terhadap bantuan
dari pemerintah dan rendahnya
pertisipasi dari masyarakat.
Dukungan dari masyarakat
menjadi hal yang perlu dibangun
untuk menjaga kemanfaatan
sebuah Lembaga PAUD
berkelanjutan. Sehingga tidak
hanya bergantung pada dana dari
program-program pemerintah.
Ketika program bantuan habis
atau terhenti diharapkan
Lembaga PAUD tetap dapat
melayani anak-anak.
Dalam membangun partisipasi
masyarakat salah satu kuncinya
Oleh: Dewangga Saputra, Pelaksana Program Pendidikan YSKK
terletak pada keterbukaan. Hal ini
dirasakan betul oleh Taman Pintar
(TP) Candi Asri di Sukoharjo yang
sejak awal dikembangkan menjadi
sebuah Lembaga PAUD yang
Berbasis Masyarakat ini. PAUD
menerapkan keterbukaan kepada
masyarakat dalam proses
pendirian maupun
pengelolaannya. Sehingga
partisipasi masyarakat menjadi
bagian penting yang mengawal
perkembangan TP Candi Asri.
Partisipasi dari masyarakat untuk
mendukung Lembaga PAUD TP
Candi Asri tergolong cukup tinggi.
Hal ini terlihat dalam berbagai
hal, mulai dari terlibatnya
masyarakat sebagai pengurus
maupun pendidik PAUD. Tempat
pembelajaran pun menggunakan
bekas TK Desa dan direnovasi
bersama masyarakat.
Perlengkapan belajar semisal
meja dan kursi juga berasal dari
sumbangan. Tokoh Agama, Bidan
Desa, Tokoh Masyarakat maupun
orangtua secara sukarela menjadi
narasumber dalam program
Parenting Education. Dan
kepercayaan masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya di TP
Candi Asri pun cukup tinggi, total
ada 129 anak yang bergabung
sejak tahun 2010.
Partisipasi masyarakat terhadap
keberlanjutan Lembaga PAUD di
TP Candi Asri tentu tidak hadir
begitu saja. Ada beberapa hal yang
dapat dipelajari dari TP Candi
Asri untuk menggalang partisipasi
dari masyarakat.
Pelibatan masyarakat dalam
membidani lahirnya TP Candi Asri
tergambar dari ikut sertanya
tokoh masyarakat, tokoh agama,
kader-kader PKK dan Posyandu
Melibatkan Masyarakat
Sejak Awal Pendirian
Kegiatan Parenting Education yang difasilitasi oleh orangtua anak didik.
Dok.YSKK
8. Dok. YSKK
MEDIUM Edisi II - September 2015
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
8
serta pemerintah lokal setempat
terlibat sejak proses perencanaan.
Harapannya dengan pelibatan
sejak awal akan meningkatkan
pemahaman masyarakat
mengenai pentingnya sebuah
Lembaga PAUD untuk memenuhi
kebutuhan anak di usia emasnya.
Pelibatan masyarakat dalam
proses pendirian PAUD akan
mendorong masyarakat untuk
mengambil peran sesuai dengan
kapasitasnya .
Pada proses pendirian ini
partisipasi masyarakat antara lain
sebagai pengurus yang aktif
mempersiapkan pendirian PAUD.
Kader PKK atau Posyandu yang
potensial dan memiliki komitmen
dan kecintaan di dunia
pendidikan dan anak bergabung
melalui proses seleksi menjadi
pendidik.
Membangun komunikasi yang
intens dengan masyarakat perlu
dilakukan untuk membangun
partisipasi, termasuk pula dengan
orangtua. Dalam mendidik anak
tentu butuh komunikasi dan
kerjasama yang baik antara
orangtua dan pendidik.
Komunikasi antara pendidik dan
orangtua dapat terbangun dalam
berbagai cara. Mulai dari
komunikasi yang dijalin langsung
dengan orangtua. Berbincang
mengenai perkembangan anak hal
apa yang sudah berkembang baik
dan mana yang perlu mendapat
perhatian lebih.
Komunikasi dalam sebuah
pertemuan juga dilakukan,
dengan memanfaatkan Parenting
Education. Sebuah pertemuan
bulanan orangtua untuk
meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam mengasuh
anak, yang berkembang menjadi
sarana forum orangtua. Mulai dari
sosialisasi peraturan di TP Candi
Asri sampai menjadi sarana
diskusi orangtua untuk
menyampaikan pertanyaan, saran
Membangun Komunikasi
dengan Orang Tua
maupun kritik kepada PAUD. Dari
proses komunikasi inilah akan
timbul keterbukaan antara kedua
belah pihak sehingga jika ada
kendala yang dihadapi maka akan
dicari solusinya bersama-sama
untuk kemajuan Lembaga PAUD.
Selain komunikasi langsung dan
melalui forum pertemuan di TP
Candi Asri juga dapat dilakukan
melalui perwakilan orangtua.
Perwakilan Orangtua dipilih
melalui proses musyawarah di
setiap awal tahun ajaran.
Perwakilan orangtua ini berperan
untuk mengkomunikasikan
informasi dari orangtua ke PAUD
atau sebaliknya dan berperan
dalam mengkoordinir peran dari
orangtua ketika berpartisipasi
dalam kegiatan anak.
Menempatkan orangtua sebagai
patner dalam menstimulus
tumbuh kembang anak dapat
membawa dampak positif.
Orangtua anak didik yang berasal
dari berbagai latar belakang
pekerjaan maupun pendidikan
merupakan potensi bagi PAUD.
Khususnya untuk dilibatkan
dalam mendukung kegiatan untuk
anak.
Orang tua sejak awal dapat
dilibatkan secara aktif dan
terbuka dalam merancang
kegiatan untuk anak. Mulai dari
pembahasan tujuan kegiatan
untuk anak sampai masalah
teknis kegiatan, pembagian peran
dan kebutuhan dana yang
diperlukan.
Kegiatan yang dirancang bersama
orangtua antara lain yaitu Praktek
Menyiapkan Makanan Sehat
untuk Anak. Kegiatan ini
pelatih/kokinya dari orangtua dan
pendidik, peralatan dan bahan-
bahannya yang dipersiapkan
bersama. Atau kegiatan lain
seperti Outing class, yang rencana
awalnya hanya jalan-jalan untuk
Melibatkan Orang tua
dalam kegiatan anak
pengenalan lingkungan, namun
setelah dibahas bersama dengan
orangtua disepakati menjadi
kegiatan out bond.
Dalam sebuah kegiatan,
pengelolaan dana adalah salah
satu pertenggung jawaban dan
perlu dilakukan secara terbuka.
Hal ini tercermin dikala di TP
Candi Asri, orangtua dilibatkan
dalam pembahasan kebutuhan
dana dan setelah kegiatanpun
diinformasikan kepada orang tua.
Berkat pengelolaan yang terbuka
dan komunikasi yang aktif kepada
orangtua. Kepercayaan dan
partisipasi orangtua kepada
Lembaga PAUD mengalir dengan
sukarela. Seperti adanya Donasi
Beras dimana setiap orangtua
dengan sukarela mendonaturkan
segelas beras ke Taman Pintar
Candi Asri.
Ketika partisipasi masyarakat
telah terbangun maka harus
diiringi dengan pengelolaan yang
baik dan terbuka. Kualitas
pembelajaran di Lembaga PAUD
dan perhatian kepada anak pun
menjadi hal yang perlu untuk
senantiasa di tingkatkan. Hal ini
menjadi bentuk tanggung jawab
atas kepercayaan yang diberikan
oleh masyarakat dan orangtua.
“Setelah diskusi dengan
orangtua disepakati
bersama kegiatannya
outbond. Namun karena
alokasi dana dan peralatan
bertambah, sedangkan dana
di Kas TP mepet,
orangtuapun secara
sukarela menggalang iuran
dan berbagi peran
membawa peralatan yang
dibutuhkan secara
sukarela.” Rida Panca –
Pendidik TP Candi Asri
Pengelolaan Dana yang
Terbuka
9. MEDIUM Edisi II - September 2015
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
9
umpan balik yang memadai
adalah kondisi ideal yang butuh
kita tuju bersama, sebagai
jaminan minimum negara
terhadap komunitas
(perempuan), dan ini berdimensi
perlakuan khusus (affirmative
action) bagi perempuan.
Secara etimologi, kata “informasi”
berasal dari bahasa Perancis kuno
yaitu informacion (tahun 1387)
yang diserap dari bahasa Latin
yaitu informationem yang berarti
“konsep, ide atau garis besar,”.
Informasi merupakan kata benda
dari informare yang berarti
aktivitas-aktifitas dalam
“pengetahuan yang
dikomunikasikan”.
Dalam tulisan ini, informasi kita
definisikan sebagai gagasan,
konsep, atau ide yang lahir dari
pengalaman-pengalaman individu
Kita Butuh Konsep Ideal
dan kolektif sebagai bahan
perumusan kebijakan dan aturan
menuju peningkatan kualitas
hidup bersama.
Konsep ideal sangat kita butuhkan
saat ini, sebab kecenderungan
yang terjadi selama ini adalah
masyarakat (khususnya
perempuan) hanya diberikan
informasi yang berupa kebijakan-
kebijakan satu arah.
Desa memiliki kewenangan
mengelola rumah tangganya
sendiri berdasarkan asas
rekognisi (otonomi asli) dan
subsidiaritas (kewenangan lokal
berskala desa) yang disertai
anggaran rata-rata Rp 1,3 miliar
(di Kabupaten Gunungkidul, D.I.Y.)
Kewenangan yang besar ini harus
diikuti dengan tata kelola
pemerintahan yang transparan,
akuntabel dan partisipatif.
Keterbukaan informasi publik
(KIP) menjadi salah satu upaya
dalam mewujudkannya.
Terbukanya informasi publik
adalah salah satu bentuk
terpenuhinya hak warga negara
(masyarakat). Masyarakat berhak
untuk mengetahui rencana
perumusan kebijakan di desa,
program kebijakan, dan proses
pengambilan keputusan. Desa
menjadi ujung pelayanan bagi
masyarakat, sehingga KIP
merupakan satu kesatuan dalam
pelayanan oleh pemerintah desa
kepada masyarakatnya.
KIP menuntut kesiapan dan
kesediaan pemerintahan desa
sebagai badan publik untuk
membuka informasi seluas-
luasnya bagi masyarakat sebab
Desa mengelola uang negara. UU
KIP sudah disahkan sejak 7 tahun
Perihal Keterbukaan
Informasi Publik di Desa
“Masyarakat Desa berhak
meminta dan mendapatkan
informasi dari Pemerintah Desa
serta mengawasi kegiatan
penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, pelaksanaan Pembangunan
Desa, pembinaan kemasyarakatan
Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa.”
(Pasal 68, UU No.6 Tahun 2014
Tentang Desa)
agi pemerintah
desa—atau unit-unit
Bpemerintahan lainnya,
lebih luas lagi penyelenggara
negara—menyediakan dan
memberikan informasi perihal
perencanaan dan penganggaran
desa secara umum adalah perkara
gampang, namun menjamin
semua elemen masyarakat desa
(khususnya perempuan) memiliki
kapasitas untuk mengolah
informasi serta memberikan
Oleh: Ana Susi Yuniasri, Kepala Divisi Program YSKK
Dok.YSKK
Keterbukaan Informasi Harus
Dirancang Dalam RPJMDes
10. Saya datang ke desa dan
matur (berbicara) kepada
kepala desa. Kemudian
saya matur (berbicara)
kepada kepala desa untuk
meminta APBDes,
RPJMDes, RKP Desa.
Kepala desa
menyampaikan semua
dokumen yang njenengan
(anda) minta kami saya
punya. Saya juga
mengatakan kegunaan
dokumen tersebut untuk
kebutuhan PKK.
Pemerintah Desa
menanggapinya dengan
baik dan salut dengan
upaya kami.
Murtini
Kader Desa Kalitekuk
MEDIUM Edisi II - September 2015
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
10
lalu, namun disamping
pengetahuan Pemerintah Desa
tentang KI masih minim, rata-rata
desa di Kabupaten Gunungkidul
belum memiliki rencana strategis
implementasi KIP dalam dokumen
perencanaan dan
penganggarannya. Hal ini menjadi
tantangan bagi terwujudnya KIP
di Desa.
Untuk memiliki kapasitas
mengolah informasi dan
memberikan umpan balik
terhadap informasi yang diterima,
maka minimal ada tiga prakondisi
yang harus diciptakan oleh Desa,
yaitu program penguatan
kapasitas yang tersistematis dan
berkelanjutan bagi perempuan,
tersedianya media-media
alternatif, serta pembangunan
Sistem Informasi Desa (SID).
Pertama, program penguatan
kapasitas yang tersistematis dan
berkelanjutan bagi perempuan.
Hambatan paling besar dialami
oleh perempuan tidak memiliki
keberanian dan kepercayaan diri
terhadap para pemegang otoritas
desa untuk meminta informasi.
Pemahaman yang masih minim
mengenai manfaat mendapatkan
informasi desa dan pengetahuan
tentang mekanisme permohonan
informasi menjadi salah dua dari
tantangan yang dihadapi oleh
perempuan. Respon yang
diperoleh bisa saja pemerintah
desa menolak memberikan
informasi, menghindar
memberikan informasi dengan
berbagai alasan.
Butuh penguatan kapasitas bagi
perempuan untuk melakukan
pengawalan terhadap
pemerintahan dan pembangunan
desa melalui akses terhadap
informasi publik. Hal inilah yang
dilakukan oleh kader perempuan
di delapan desa di Kabupaten
Gunungkidul. Memperkuat
pengetahuan bagimana cara
mengakses informasi publik,
informasi desa apa saja yang
Prakondisi Minimum
boleh diakses, dan bagaimana
memanfaatkan informasi publik
yang sudah diperoleh.
Salah satu aksi yang dilakukan
adalah “studi kasus” permintaan
informasi ke pemerintah desa
masing-masing. Terdapat
pembelajaran positif yang diambil
sperti dalam proses permintaan
informasi publik dibutuhkan
komunikasi yang baik, ini akan
membantu pemahaman yang
sama antara masyarakat dengan
pemerintah desa.
tahu, seperti melalui musyawarah
desa dengan memperhatikan
keterwakilan “kepentingan” yang
ada desa, menempelkan
pengumuman laporan
pertanggungjawaban kepala desa
– laporan pembangunan di papan
informasi yang terjangkau oleh
masyarakat, serta
menyemarakkan forum-forum
warga. Pemerintah desa juga bisa
memanfaatkan website sebagai
keterbukaan informasi penting
desa.
Ketiga, pembangunan sistem
Informasi Desa (SID). sistem
informasi desa (SID) yang
diamanatkan UU Desa membantu
implementasi UU Desa sebagai
momen yang tepat untuk memulai
KI di tingkat desa sehingga
pemerintahan desa semakin
transparan, akuntabel dan
partisipatif.
Kemudahan masyarakat
mengakses informasi mendorong
partisipasi, karena ditempatkan
sebagai subyek yang menjadi
agenda penting dalam proses
pembangunan sehingga
pembangunan berbasis data yang
dibangun secara kolektif dalam
SID.
Dan juga sangat penting adalah
peningkatan kapasitas perempuan
desa tentang teknologi informasi
serta berbagai fasilitas yang
memungkinkan bagi perempuan
untuk terus belajar, seperti
internet gratis di desa dan
perangkat komputer untuk umum.
Kedua, tersedianya media-media
alternatif. Guna mewujudkan KI,
pemerintah desa dapat
memulainya dengan menyediakan
media yang efektif menjembatani
kewajiban pemerintah desa
dengan hak masyarakat untuk
“ Dok. YSKK
11. MEDIUM Edisi II - September 2015
EKONOMI KERAKYATAN
11
leh, dari dan untuk
anggota. Ungkapan
Osederhana tersebut sangat
pas untuk menggambarkan
kegiatan koperasi. Karena seperti
yang kita ketahui, koperasi
dihidupkan dari iuran anggotanya,
dan pada akhirnya akan
menghidupkan anggotanya.
Dalam istilah politik kita kenal
dengan sebutan demokrasi.
Pencatatan dan pembukuan keuangan secara rutin
dilakukan tiga koperasi perempuan di Kabupaten
Gunungkidul.
dimana orang-orang berkumpul
tidak untuk menyatukan modal
atau uang, melainkan sebagai
akibat adanya kesamaan
kebutuhan dan kepentingan
ekonomi; dan koperasi adalah
perusahaan yang harus memberi
pelayanan ekonomi kepada
anggota. Selain itu Koperasi juga
merupakan badan usaha yang
beranggotakan orang atau badan
akuntabel, pertanggungjawaban,
kemandirian dan adil, dalam
rangka mencapai tujuan
organisasi.
Manfaat koperasi menerapkan
tata kelola yang baik antara lain
meningkatkan nilai koperasi
terutama kepentingan dan
perlindungan shareholders
(anggota koperasi sebagai pemilik
koperasi), sehingga terbangun
kepercayaan dan kredibilitas
koperasi di mata anggota, mitra
dan pihak berkepentingan
lainnya. Kedua, sumber daya
koperasi termanfaatkan secara
baik, tepat sasaran, tepat waktu,
tepat ukuran, minimalisasi
pemborosan dan penyimpangan
sehingga terwujud efisiensi dan
efektivitas organisasi.
Tuntutan untuk menjadi
organisasi koperasi yang
transparan, responsibel, mandiri
dan adil, maka perlu kelengkapan
aturan, ketentuan dan berbagai
hal yang mengatur internal
koperasi selengkap mungkin.
untuk itu, tidak menutup
kemungkinan banyak dilakukan
penataan kondisi internal
organisasi koperasi. Perubahan ini
hanya berjalan mulus jika ada
komitmen kuat para pengambil
keputusan di koperasi.
Tiga koperasi perempuan di
Kabupaten Gunungkidul yakni
Kopwan Mitra Usaha Perempuan,
Kopwan Sekar Arum, dan Kopwan
Karya Perempuan Mandiri
melakukan berbagai upaya agar
menjadi koperasi yang
transparan. Upaya yang dilakukan
koperasi antara lain pertama,
memperkuat kapasitas SDM
melalui berbagai pelatihan agar
mampu mengelola sistem
hukum yang berlandaskan pada
asas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi.
Koperasi sebagai organisasi dari
dan untuk anggota, wajib
menerapkan tata kelola yang baik.
Menurut Syakhoza (2008) tata
kelola perusahaan yang baik
adalah suatu mekanisme tata
kelola organisasi yang secara baik
mengelola sumber daya
organisasi secara efisien, efektif,
ekonomis dan produktif, memakai
prinsip-prinsip terbuka,
Koperasi berasal dari kata
cooperative, yang berarti usaha
bersama. Dari berbagai definisi
yang ada mengenai koperasi,
terdapat hal-hal yang menyatukan
pengertian koperasi, yaitu:
koperasi adalah perkumpulan
orang-orang yang mempunyai
kebutuhan dan kepentingan
ekonomi sama, yang ingin
dipenuhi secara bersama melalui
pembentukan perusahaan
bersama yang dikelola dan
diawasi secara demokratis;
koperasi adalah perusahaan,
Mewujudkan Koperasi yang Transparan
Oleh: Amy Supadmi
Dok. YSKK
12. MEDIUM Edisi II - September 2015
EKONOMI KERAKYATAN
12
Dok. YSKK
bulan dan menempelkan laporan
keuangan setiap bulannya. Selain
itu untuk menjamin akuntabilitas,
pengurus selalu memberikan
kesempatan pada anggota dan
pihak lain yang berkepentingan
untuk mengakses catatan
keuangan.
Tantangan atau kendala yang
dihadapi antara lain pertama,
penguasaan teknologi informasi
masih rendah terlebih para
anggota sehingga pemanfaatan
teknologi informasi yang
mendukung efektivitas dan
kinerja koperasi belum optimal.
Publikasi secara tidak terbatas
belum bisa dilakukan. Selain itu
baik anggota maupun pihak luar
yang ingin mengetahui koperasi
harus datang secara langsung ke
sekretariat koperasi. Kalau
mengacu pada pilar good
governance maka dukungan
teknologi informasi menjadi pilar
dasar selain transarapan,
akuntabel dan partisipatif dalam
mewujudkan tata kelola koperasi
yang baik.
Kedua, kesadaran anggota dalam
memanfaatkan informasi
administrasi dan keuangan.
Targetnya mereka mampu
mendokumentasikan setiap
kejadian baik terkait keuangan
maupun non keuangan, khusus
keuangan mereka harus mampu
menyusun laporan neraca rugi
laba dengan baik karena basis
koperasi adalah keuangan.
Kedua, disiplin melakukan
pencatatan dan penyusunan
laporan setiap bulan dalam
bentuk laporan neraca dan
keuangan. Pencatatan ini
dilakukan baik secara manual
maupun melalui komputerisasi.
Karena koperasi perempuan
mendapat dampingan dari
Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK)
maka mereka difasilitasi sistem
pencatatan akuntansi yang
terintegrasi dalam komputer. Hal
ini dirasa sangat membantu para
pengurus dalam melaksanakan
tugasnya. Sistem pencatatan
manual cukup melelahkan.
Ketiga, selalu melaporkan terkait
perkembangan organisasi dan
keuangan kepada seluruh anggota
dengan cara yang mereka
gunakan pertemuan rutin setiap
koperasi masih kurang. Sebagian
masih cenderung berpikiran
pragmatis pada informasi yang
berhubungan dengan diri sendiri
misalnya sisa hutang, jumlah
pinjaman dan SHU. Sementara
informasi lainnya yang
sebenarnya penting sebagai dasar
pengambilan kebijakan di
koperasi masih minim
memanfaatkan data dan informasi
tersebut.
Basis utama kegiatan koperasi
adalah simpan pinjam. Produk
jasa yang selalu mengandalkan
dengan demikian kepercayaan
masyarakat dan anggota menjadi
keharusan. Transparansi menjadi
jaminan kepercayaan mereka.
Kepercayaan ini menjadi penting
karena dengan kepercayaan
penuh anggota semakin banyak
orang yang bergabung dan
memanfaatkan akan menjadi
indikasi tingkat kepercayaan
masyarakat dan hal ini akan
berkontribusi terhadap
kemanfaatan yang akan diterima
oleh anggotanya. Selain itu akan
berkontribusi pada jumlah SHU
yang dihimpun koperasi.
Dok. YSKK
Dok.YSKK
13. MEDIUM Edisi II - September 2015
JEJAK LANGKAH
13
Peserta Pelatihan Optimalisasi Media Sosial untuk
Transparansi & Akuntabilitas sekolah sedang
melakukan praktek akvitas blog, 28 - 30 Oktober
2014 di Hotel Grand Sae, Solo.
Awak media sedang mengikuti
konferensi pers dalam Workshop
Revitalisasi Komite Sekolah, di Hotel
Lampion, 26 November 2014.
Inisiasi Sekolah MANTAP
(Manajemen Transparan Akuntabel Partisipatif)
Peserta berdiskusi merumuskan komite sekolah
impian dalam Lokalatih Optimalisasi Peran Komite
Sekolah, 15 - 17 Juli 2014 di Hotel Aziza, Surakarta.
ekolah MANTAP (Manajemen
Transparan Akuntabel Partisipatif)
Sdiinisiasi Yayasan Satu Karsa Karya
(YSKK) bersama dengan 3 Dinas
Pendidikan 3 kabupaten/kota. Ada 6
sekolah yang menjadi model sekolah
MANTAP yakni SDN Kleco 1 & SMPN 8
Surakarta (Jawa Tengah), SDN 1 Wonosari
& SMPN 1 Wonosari (D.I. Yogyakarta)
serta SDN 1 Rawa Laut & SMPN 16
Bandar Lampung (Lampung).
Pendampingan yang dilakukan YSKK
untuk memperkuat 6 sekolah model
tersebut diantaranya: Penyusunan
perencanaan dan penganggaran sekolah
yang partisipatif, memperkuat
kelembgaan dan fungsi komite sekolah,
optimalisasi media sosial, pengembangan
standar pelayanan informasi dan
pengaduan sekolah, kampanye sekolah
MANTAP melalui media massa dan media
sosial.
Peserta Pelatihan Perencanaan &
Penganggaran Sekolah yang Partisipatif
terlibat dalam diskusi kelompok, 26 - 28
Agustus 2014 di Hotel Aziza, Solo.
14. MEDIUM Edisi II - September 2015
GAGASAN
14
Maknai Keterbukaan Informasi dalam Konteks Luas
ndang-Undang Nomor 14
Tahun 2008 tentang
UKeterbukaan Informasi
Publik merupakan bentuk
transparansi dan tanggungjawab
badan publik terhadap
masyarakat sebagai pengguna
informasi publik dalam
mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik.
Menurut Sekretaris Dinas
Pendidikan Kota Surakarta, Aryo
Widyandoko, transparansi harus
dimaknai dalam konteks yang
luas. “Transparan kan artinya
keterbukaan. Transparansi di
pengelolaan pendidikan berarti
adanya keterbukaan dalam
mengelola suatu kegiatan baik
yang bersifat keuangan maupun
non keuangan,” terangnya.
Ia mencontohkan transparansi
secara umum adalah
mensosialisasikan setiap
program yang ada di Dinas
Pendidikan ke masyarakat.
Di lembaga pendidikan, bidang
pengelolaan keuangan yang
transparan berarti adanya
keterbukaan dalam pengelolaan
keuangan lembaga pendidikan,
yaitu keterbukaan sumber
keuangan dan jumlahnya, rincian
penggunaan, dan pertanggung
jawabannya harus jelas sehingga
bisa memudahkan pihak-pihak
yang berkepentingan untuk
mengetahuinya.
Pengelolaan dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS),
misalnya dalam juknisnya sudah
diatur bahwa setiap informasi
terkait penggunaan BOS harus
ditempel di papan informasi
sekolah. “Tujuannya agar orang
tua dapat melakukan
pengawasan apakah dana BOS
digunakan tepat sasaran atau
tidak,” ujar Aryo.
Transparansi keuangan sangat
diperlukan dalam rangka
meningkatkan dukungan
orangtua, masyarakat dan
pemerintah dalam
penyelenggaraan seluruh
program pendidikan di sekolah.
Disamping itu transparansi
dapat menciptakan kepercayaan
timbal balik antara pemerintah,
masyarakat, orang tua siswa dan
warga sekolah melalui
penyediaan informasi dan
menjamin kemudahan di dalam
memperoleh informasi yang
akurat dan memadai.
“Akan tetapi yang perlu
diperhatikan adalah ada
informasi yang memang tidak
dapat diakses oleh publik.
Sekolah perlu mengelompokkan
informasi mana yang dapat
diakses oleh orang tua dan mana
mana yang dapat diakses oleh
publik,” terangnya. Pemilahan ini
untuk meminimalisir
penyalahgunaan informasi oleh
oknum yang tidak
bertanggungjawab.
Beberapa informasi keuangan
yang bebas diketahui oleh semua
warga sekolah dan orang tua
siswa misalnya rencana
anggaran pendapatan dan
belanja sekolah (RAPBS) bisa
ditempel di papan pengumuman
di ruang guru atau di depan
ruang tata usaha sehingga bagi
siapa saja yang membutuhkan
informasi itu dapat dengan
mudah mendapatkannya.
Orang tua siswa bisa mengetahui
berapa jumlah uang yang
diterima sekolah dari orang tua
siswa dan digunakan untuk apa
saja uang itu. Perolehan
informasi ini menambah
kepercayaan orang tua siswa
terhadap sekolah.
Bagaimana sekolah harus menerapkan keterbukaan informasi? Simak hasil wawancara MEDIUM dengan Aryo
Widyandoko, Sekretaris Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta di ruang kerjanya berikut:
15. MEDIUM Edisi II - September 2015
PROFIL
15
SMPN 16 Bandar Lampung
Komitmen Berikan Layanan Berkualitas
eterbukaan informasi
melalui media sosial,
Kmengapa tidak?
Mengoptimalkan penggunaan
media sosial untuk mendukung
keterbukaan informasi di
sekolah merupakan salah satu
inisiatif yang dilakukan SMPN 16
Bandar Lampung.
Salah satu sekolah model
MANTAP (Manajemen
Transparan Akuntabel
Partitisipatif) ini memiliki
komitmen dalam memberikan
pelayanan yang berkualitas baik
kepada anak didik maupun
masyarakat luas. Perkembangan
teknologi informasi yang
ditandai dengan munculnya
berbagai jenis media sosial
membawa warna baru terhadap
bentuk pelayanan informasi yang
diberikan sekolah.
Menurut pengelola website
SMPN 16 Bandar Lampung,
Estiko, era media sosial ini
membuat akses masyarakat
terhadap sebuah informasi
menjadi tidak terbatas dan dapat
dilakukan dimana dan kapan
saja. “Keterbukaan informasi
perlu memanfaatkan media
sosial ini,” tuturnya.
Maka sejak tahun 2012, SMPN
16 Bandar Lampung
menggunakan blog untuk
mempublikasikan nilai anak
didik, kegiatan belajar mengajar,
materi pembelajaran, dan
informasi lainnya.
Sekolah sebagai badan publik
wajib memberikan jaminan
pelayanan publik yang
berkualitas sebagaimana
diamanatkan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik. Pelayanan
publik yang berkualitas memiliki
karakteristik antara lain adanya
SOP, kesesuaian proses
pemberian pelayanan SOP yang
ada, keterbukaan informasi,
keadilan dan kecepatan dalam
memberikan pelayanan,
kemudahan pengaduan
masyarakat, menerapkan
standar pelayanan yang jelas dan
transparan, memberitahukan
hak dan kewajiban masyarakat
sebagai penerima layanan
publik, memanfaatkan TIK
(teknologi informasi dan
komunikasi) dalam sistem
sosialisasi tentang layanan
informasi dan pengaduan
kepada komite sekolah, orang
tua murid, dan masyarakat
umum, sekolah membuat skema
layanan infomasi dan pengaduan
sekolah.
SMPN 16 Bandar Lampung
sudah memiliki dokumen
Standart Operasional Prosedur
(SOP) pelayanan informasi
pejabat pengelola informasi dan
dokumentasi (PPID). Di
dalamnya dijelaskan mengenai
latar belakang, landasan hukum,
Mekanisme Standar Layanan Informasi Publik melalui Permohonan
yang dipajang di salah satu sudut SMPN 16 Bandar Lampung.
Dok.YSKK
maksud dan tujuan, hakekat
pelayanan informasi publik, azas
pelayanan informasi publik,
lingkup pelayanan informasi
publik, standart operasional
pelayanan informasi publik
mengenai sistem pelayanan,
waktu kerja pelayanan informasi,
mekanisme permohonan
informasi publik, jangka waktu
penyelesaian, biaya atau tarif,
konsultasi dan laporan, jenis
evaluasi kinerja pelayanan
publik dalam mendorong kinerja
pelayanan.
Selain memanfaatkan media
sosial, SMPN 16 Bandar
Lampung juga mengembangkan
pelayanan informasi dan
pengaduan yaitu membentuk
PPID di tingkat sekolah sesuai
dengan ketentuan yang ada
dalam PPID, sekolah melakukan
Oleh: Antonia Satrianti, Staf Program Pendidikan YSKK
16. MEDIUM Edisi II - September 2015
PROFIL
18
keberatan pemohon atas
pemberian informasi publik,
kedudukan PPID SMPN 16
Bandar Lampung, tugas dan
fungsi PPID SMPN 16 Bandar
Lampung, pengumpulan
informasi, mengklasifikasikan
informasi yaitu informasi yang
wajib dan informasi yang
dikecualikan, serta penyelesaian
sengketa informasi.
Sedangkan prosedur pelayanan
permintaan informasi di SMPN
16 Bandar Lampung, yaitu
sebagai berikut :
1. Pemohon informasi
mengajukan permintaan
tertulis untuk mendapatkan
pelayanan informasi data
kepada petugas layanan
informasi.
2. Petugas layanan informasi
menerima, mencatat, dan
menyampaikan surat
permintaan data kepada
PPID.
3. Petugas Humas di bawah
PPID membuat memo kepada
petugas Data dan Sarana
Informasi, Arsip dan
Dokumentasi, Pengelola
Perpustakaan, atau
atau Koordinator Tim
Penjamin Mutu Sekolah yang
memiliki informasi.
4. Petugas layanan informasi
menyampaikan surat
permintaan data dan memo
kepada unit kerja yang
ditunjuk.
5. Pemberian keterangan
tertulis yang ditandatangani
PPID disampaikan kepada
pemohon informasi apabila
informasi belum dimiliki.
6. Petugas layanan informasi
memantau penyiapan data
sesuai dengan memo yang
telah diajukan.
7. Petugas layanan informasi
menerima data/informasi
yang telah dipersiapkan unit
kerja.
8. Petugas layanan informasi
membuat tanda bukti
pelayan informasi yang
ditandatangani oleh PPID
yang menyatakan bahwa
permintaan data telah selesai
dikerjakan.
9. Pemohon Informasi
mengambil data/informasi
dan menandatangani
persetujuan penggunaan
informasi yang telah
disiapkan oleh petugas
layanan informasi.
Pihak SMPN 16 Bandar Lampung
juga menyediakan form tanda
bukti penerimaan permintaan
informasi publik, tanda bukti
penyerahan informasi publik,
dan surat keterangan PPID SMPN
16 Bandar Lampung tentang
penolakan permohonan
informasi untuk informasi yang
dikecualikan.
Selain itu, SMPN 16 Bandar
Lampung juga berinisiatif untuk
menyediakan 1 unit computer
yang khusus digunakan untuk
pelayanan informasi dan
pengaduan sekolah, dan dapat
diakses oleh siapa pun baik
pihak sekolah maupun
masyarakat termasuk orang tua
murid.
Pengembangan standar ini
sebagaimana telah dilakukan
sebelumnya, selain karena
tuntutan regulasi dan kebijakan,
juga telah menjadi keniscayaan
dalam sistem good governance
dan open governance yang
sedang dibangun di Indonesia.
Papan informasi keuangan yang berisikan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana BOS.
17. Secara prinsip, undang-undang ini
mengakui beberapa hal terkait
dengan keterbukaan informasi,
yaitu antara lain:
1. Bahwa informasi adalah
kebutuhan pokok manusia;
2. Hak masyarakat untuk
memperoleh informasi
merupakan bagian dari Hak
Asasi Manusia;
3. Keterbukaan informasi
merupakan prasyarat bagi
negara demokrasi;
4. Keterbukaan informasi
merupakan sarana untuk
mengoptimalkan pengawasan
publik terhadap
penyelenggaraan
pemerintahan (termasuk
badan publik) yang
demokratis; dan
5. Informasi harus dikelola
untuk mewujudkan
masyarakat informasi yang
demokratis.
Munculnya regulasi tersebut bisa
dimaknai bahwa informasi adalah
kebutuhan bagi pengembangan
pribadi dan lingkungan sosialnya
serta merupakan bagian penting
bagi ketahanan nasional. Meski
demikian, tentu apabila kita ingin
mengakses informasi seputar
kebijakan pendidikan atau hal-hal
yang berkaitan pendidikan di
sekolah tetap haruslah memegang
kaidah-kaidah umum. Tidak
mentang-mentang kita punya atau
tahu tentang UU KIP, kita kemudian
bebas menggunakannya. Disisi lain,
sekolah relative “sulit” memberikan
data dikarenakan data yang ada
disalahgunakan. Misalnya tidak
digunakan sebagai mana mestinya
(memeras, memfitnah, menuduh
dsb).
Lantas bagaimana trik untuk
mendapatkan informasi sekolah
terutama soal anggaran (BOS,
RAPBS, RKAS dll)?
1. Pastikan tujuan kita untuk apa
mengakses anggaran. Tentu
mengetahui perencanaan
kegiatan merupakan hak
apalagi bila anak kita
bersekolah disitu. Jangan
sampai sekolah memungut
atau mengalokasikan belanja
diluar yang dibutuhkan.
2. Informasi yang dibutuhkan
juga harus jelas tidak berupa
besaran. Misalnya mengenai
data keluarga guru, tentu
tidak relevan dengan kita
sebagai orang tua murid. Beda
dengan informasi rencana
induk pengembangan sekolah,
daftar guru pengajar, visi misi
sekolah dan hal lainnya.
3. Bicara atau buat surat dengan
tujuan dan data diri yang jelas.
Bila perlu dengan penjelasan
lisan sehingga pihak sekolah
yang menerima maksud kita
akan terbuka memberikan
data yang dibutuhkan.Bila
sejak awal ada kecurigaan
karena rencana anggaran
tidak sesuai dengan yang akan
dialokasikan, atur strategi
supaya akses informasi tetap
dialokasikan, atur strategi
supaya akses informasi tetap
terbuka bagi kita.
4. Ajak orang tua siswa lain
untuk bersama-sama meminta
informasi itu. Agar tidak
dikesankan kita sendiri punya
motif yang tidak baik. Atur
juga siapa yang membuka
bicara, memperkenalkan diri
maupun menyatakan maksud
kedatangan. Pembicaraan
tidak boleh dimonopoli
seseorang supaya pihak
sekolah tahu bahwa informasi
yang dibutuhkan adalah
kebutuhan bersama.
5. Jaga komunikasi dengan pihak
sekolah, baik pada saat kita
butuh atau tidak. Karena
barangkali saat ini kita belum
butuh namun lain waktu bisa
jadi kita membutuhkannya.
Apa konsekuensinya apabila pihak
sekolah tidak melakukan sharing
informasi kepada publik?
Jawabnya ada pada pasal 52
undang-undang KIP yang
menyatakan badan publik yang
tidak memberikan informasi
dapat dikenakan pidana kurungan
paling lama 1 (satu) tahun dan/
atau pidana denda paling banyak
Rp 5.000.000,00 ( lima juta
rupiah).
Tips Mengakses Informasi di Sekolah
Muhammad Histiraludin - Koordinator Program Pendidikan YSKK
ransparansi dalam dunia pendidikan merupakan sebuah
keniscayaan sebab pendidikan di Indonesia telah menjadi
Tlayanan wajib bagi pemerintah. Indonesia sendiri telah
memiliki Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik (KIP).
MEDIUM Edisi II - September 2015
TIPS SANG INOVATOR
17
18. Penguatan Komite Sekolah Perlu Sinergi Berbagai Pihak
inergitas antara pihak
sangat penting untuk
Smenguatkan Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah
sebagai wadah partisipasi
masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan. Hal
tersebut diungkapkan, Staf Ahli
DPRD Kabupaten Gunungkidul
Fransisca Andriyani, pada diskusi
tentang Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah di Hotel Dwangsa
HAP Solo, Senin (24/8).
“Pemerintah dan masyarakat sipil
harus bersinergi dalam
merumuskan kebijakan yang
menjawab kebutuhan penguatan
Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah,” ujar Fransisca. “Agar
tanggungjawab terhadap
pendidikan menjadi milik
pemerintah, orangtua dan
masyarakat,” imbuhnya.
Terkait tidak optimalnya bahkan
tidak berjalannya peran dan
fungsi Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah, Konsultan
Kemdikbud Suparlan, mengatakan
semua pihak harus hati-hati
dalam menyimpulkan persoalan
terkait regulasi kedua badan
mandiri tersebut.
“Persoalan ini harus dinilai
dengan jernih, apakah
persoalannya ada pada substansi
regulasi, baik dalam PP 17/2010
maupun regulasi daerah, atau
persoalannya hanya pada teknis
implementasi, sehingga rumusan
kita dapat menjawab persoalan,”
terang Suparlan.
Desa Perlu Fasilitasi Penyelenggaraan PAUD
atu tahun pelaksanaan UU
Nomor 6 Tahun 2014
Stentang Desa, berbagai
pengalaman komunitas, lembaga,
dan pemerintah desa menorehkan
catatan. Tak terkecuali lembaga
PAUD di Kecamatan Weru,
Sukoharjo menemukan jalan
untuk membangun generasi.
“Terkait PAUD, kedepan perlu
dikawal bersama dengan BPD dan
seluruh elemen masyarakat agar
tahun-tahun yang akan datang
Desa dapat memfasilitasi
peningkatan kualitas
penyelenggaraan PAUD,” ungkap
Kepala Desa Alasombo Suwardi,
saat berdialog dengan perwakilan
Taman Pintar (TP) Nurul Ilmi,
Kamis (3/9) di Balai Desa
setempat.
Menanggapi hal itu, pendidik TP
Nurul Ilmu Winarsih, menyatakan
jika TP dan Pos PAUD bisa
menjadi prakarsa masyarakat di
bidang PAUD, maka akan dapat
membantu meningkatkan kualitas
penyelenggaraannya.
“Lembaga PAUD butuh dukungan
dari berbagai pihak, khususnya
masyarakat dan pemerintah desa
dengan adanya UU Desa ini kami
berharap bisa lebih serius
menyelenggarakan PAUD,” terang
Winarsih. “Sejauh ini sudah ada
program dan dana desa yang
mendukung kami,” imbuhnya.
MEDIUM Edisi II - September 2015
KABAR PROGRAM
18
19. Perempuan Desa Tolak Politik Uang
erempuan Gunungkidul
menolak politik uang yang
Pmarak jelang pemilihan
kepala daerah (pilkada).
Perhelatan lima tahunan yang
diharapkan membawa perubahan
pada kesejahteraan rakyat ini
seringkali ternodai dengan adanya
politik uang.
Menurut kader PKK, Yohana,
politik uang bukan hanya
menodai demokrasi. “Money
politic itu seperti menggadaikan
lima tahun kepemimpinan
seorang kepala daerah dengan
uang yang besarnya tidak
seberapa,” terangnya saat diskusi
di Homestay Joglo Jawa,
Gunungkidul, Sabtu, (11/9).
Lebih lanjut ia menjelaskan, perlu
upaya serius agar masyarakat
tidak terjebak. “Perlu
memanfaatkan forum-forum yang
yang ada di desa misal arisan dan
pertemuan PKK untuk mengajak
masyarakat agar tidak terjebak
politik uang,” katanya.
Menurut Koordinator Program
Kepemimpinan Perempuan YSKK,
Lusiningtias, upaya
mengkampanyekan demokrasi
yang sehat harus dilakukan secara
bertahap dan terus-menerus.
“Kampanye seperti ini tidak bisa
instan, butuh proses. Tapi bisa
dimulai dari orang terdekat dulu,”
tuturnya.
Pengelola Koperasi Harus Melek Teknologi Informasi
emanfaatan teknologi
informasi mutlak menjadi
Pkebutuhan pengelola
koperasi perempuan untuk
meningkatkan kinerja pencatatan
keuangan dan media
komunikasinya. Hal ini
diungkapkan pendamping
koperasi, Ana Susi Yuniasri, saat
memfasilitasi pelatiha inputing
data dan keuangan, Senin (31/8)
di Sekretariat Kopwan Karya
Perempuan Mandiri.
“Pemanfatan teknologi informasi
oleh koperasi bisa meningkatkan
kualitas pencatatan transaksi
keuangannya,” ujar Susi. “Inputing
data tidak lagi dilakukan secara
manual sehingga lebih efisien,”
imbuhnya.
Ia menambahkan, pemberlakuan
Pasar Bebas ASEAN pada tahun
2015 ini membuka arus
persaingan bebas yang semakin
tajam antar pelaku ekonomi
termasuk koperasi. “Koperasi
diharapkan menjadi pendorong
sektor UMKM harus mampu
bersaing dengan pelaku ekonomi
lainnya, dan penguasaan teknologi
informasi menjadi sebuah
keharusan,” terangnya.
Menurut bendahara koperasi,
Jumikem, pembukuan
menggunakan komputer
memudahkannya mengecek
kesalahan. “Selain itu inventaris
laptop koperasi juga
termanfaatkan” ujarnya.
MEDIUM Edisi II - September 2015
KABAR PROGRAM
19
20. MEDIUM Edisi II - September 2015
AGENDA PROGRAM
20
Program
Sekolah MANTAP
1) Pekan Suara Warga - Oktober 2015
Kegiatan ini bertujuan mengukur pendapat masyarakat terkait tata
kelola layanan pendidikan tingkat dasar dan menengah.
2) Diskusi Publik Mengenai Usulan Kebijakan Pendidikan -
November 2015
Kegiatan ini bertujuan menguji dan mendapatkan masukan dari
publik terkait naskah kebijakan untuk revisi PP nomor 17 tahun
2010, Perda pendidikan Kota Surakarta, dan Raperda pendidikan
Kabupaten Gunungkidul, bagian/bab Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah.
3. Konsolidasi Masyarakat Sipil Peduli Pendidikan Gunungkidul -
Oktober 2015
Tujuan mengidentifikasi aset jaringan masyarakat sipil dan
merumuskan strategi untuk mengoptimalkan aset pada proses
advokasi kebijakan pendidikan di Kabupaten Gunungkidul.
Agenda Kegiatan:
Program
Kepemimpinan Perempuan
Program
Pendidikan Anak Usia Dini
Program
Ekonomi Kerakyatan
Agenda Kegiatan:
Agenda Kegiatan:
Agenda Kegiatan:
1) FGD Kajian Integrasi PUG dalam Politik, Pemerintahan dan
Pembangunan Desa - November 2015
Tujuannya mengkaji sejauh mana konsep PUG sudah dan bisa
terintegrasi dalam regulasi dan kebijakan politik pemerintahan
dan pembangunan desa.
2) Pelatihan PUG (Pengarusutamaan Gender) dalam politik dan
pembangunan desa - November 2015
Tujuannya Meningkatkan Pengetahuan,Ketrampilan dan sikap
para pihak terkait dengan integrasi PUG dalam politik dan
pembangunan desa.
1) Workshop Perencanaan Strategis Taman Pintar dan Pos
PAUD - Oktober 2015
Kegiatan ini bertujuan untuk memfasilitasi pengembangan
rencana strategis Taman Pintar dan Pos PAUD tahun
2016/2018.
2) Talkshow Radio Pentingnya Budaya Lokal Anak di
Zaman Global - November 2015
Tujuan dari kegiatan ini menyebarluaskan pengalaman
pengintegrasi budaya lokal di dalam kegiatan PAUD dan
manfaatnya bagi anak usia dini.
1) Diskusi tentang Kebijakan Pengembangan UMKM
Kabupaten Gunungkidul - November 2015
Kegiatan ini bertujuan mendiskusikan arah
kebijakan pembangunan UMKM di kabupaten
Gunungkidul tahun 2016/2019.
2) Pendampingan Tehnis - Oktober 2015
Tujuannya untuk memberikan pendampingan
kepada 3 koperasi perempuan di Kabupaten
Gunungkidul dalam pengelolaan organisasi dan
usahanya.