Sutera diperoleh dari serangga Lepidoptera seperti Bombyx mori. Proses produksinya terdiri dari pembibitan ulat, pembentukan kepompong, dan pengolahan kepompong menjadi benang sutera. Serat sutera terdiri atas fibroin yang membentuk filamen dan dilapisi serisin. Penghilangan serisin menghasilkan serat sutera yang halus dan berkilau. Sifat kuat dan daya tahan sutera membuatnya banyak dimanfaatkan
1. Sutera adalah serat yang diperoleh dari sejenis serangga yang disebut
Lepidoptera. Spesies utama yang dipelihara untuk menghasilkan sutera adalah
Bombix mori, Tusah dan Anaphe. Proses produksi sutera dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu pembibitan, yang berhubungan dengan produksi kepompong, dan
penggulungan sutera yang berhubungan dengan penguraian kepompong menjadi
benang.
Serat sutera adalah satu-satunya serat alam yang berbentuk filament
dihasilkan dari kepompong ulat sutera. Ulat sutera mengeluarkan zat sutera (fibroin)
dari mulutnya membentuk filament. Filament tersebut dibalut oleh zat perekat
(serisin). Bila terkena udara fibroin dan serisin akan mengeras. Keadaan tersebut
terjadi dari dalam dan menambah lapisan demi lapisan sehingga membentuk lapisan
pelindung yaitu kepompong. Pembentukan kepompong berlangsung selama 2 hari.
Proses pengolahan kepompong dilakukan dengan cara yaitu sejumlah kepompong
direndam
dalam
air
panas
supaya
serisinnya
melunak
untuk
memudahkan
melepaskan filament dari kepompong. Kepompong disikat untuk menemukan ujung
filament, kemudian diperoleh sutera mentah. Sutera mentah selanjutnya dimasak
dengan air sabun untuk menghilangkan serisinnya, sehingga sutera menjadi lunak,
berwarna putih, berkilau, dan mudah menyerap pewarna.
Sutera mentah tersusun oleh 76 % protein fibroin (serat), 22 % protein
serisin (perekat), 1,5 % lilin dan 0,5 % garam-garam mineral. Serisin adalah protein
albumin yang tidak larut dalam air dingin, tetapi menjadi lunak didalam air panas
dan larut dalam larutan alkali lemah atau sabun. Serisin menyebabkan serat sutera
mentah pegangannya kaku dan kasar, dan merupakan pelindung serat selama
pengerjaan mekanik. Serisin dapat melindungi serat dari kerusakan, namun pada
proses penyempurnaan serat sutera, protein ini dihilangkan dengan pemasakan.
Fibroin merupakan protein yang menjadi bagian utama dari serat, tida larut dalam
alkali lemah dan sabun. Fibroin terutama tersusun oleh asam – asam amino terdiri
atas 43.8% glisin dengan gugus samping –H, 26.4% Alanin dengan gugus samping –
CH3, 12.6% Serin dengan gugus samping –CH2OH, 10.6% Tirosin dengan gugus
samping –CH2C6H4OH, dan sisanya terdiri dari asam – asam amino lainnya. Filament
sutera mentah terdiri atas dua serat fibroin yang terbungkus di dalam serisin.
Setelah serisin dihilangkan, serat fibroin tembus cahaya, lebar serat rata
sepanjang serat (9- 12µ) dengan permukaan yang halus. Serat sutera tusah memiliki
penampang membujur bergaris-garis dengan lebar tidak merata, berwarna lebih
gelap, lebih kasar (rata-rata 28µ). Serat sutera anaphe mempunyai bentuk bergaris-
2. garis melintang pada jarak tertentu sepanjang serat. Penampang lintang serat sutera
tusah berbentuk pasak. Penampang lintang serat sutera anaphe berbentuk segitiga
yang melengkung. Penampang lintang serat sutera bombyx mori berbentuk segitiga
dengan sudut-sudut yang membulat
Dalam keadaan kering kekuatan serat sutera 4 – 4.5 g/denier dengan mulur
20 – 25 % dan dalam keadaan basah kekuatannya 3.5 – 4.0 g/denier dengan mulur
25 – 30 %. Serat sutera dapat kembali kepanjang semula setelah mulur 4%, tetapi
kalau mulurnya lebih dari 4 % pemulihannya lambat dan tidak kembali kepanjang
semula.
Moiture regain sutera mentah 11%, tetapi setelah dihilangkan serisinnya
menjadi 10%. Sifat khusus dari sutera adalah bunyi gemerisik (scroop) yang timbul
apabila serat saling bergeseran. Berat jenis sutera mentah 1.33 dan sutera yang
telah dihilangkan serisinnya 1.25 g/mL.
Seperti serat – serat protein lain sutera bersifat amfoter dan menyerap asam
dan basa dari larutan encer. Sutera mempunyai titik iso elektrik 3.6. Sutera tidak
mudah diserang oleh larutan asam encer hangat, tetapi larut dan rusak didalam
asam kuat. Sutera kurang tahan asam tetapi lebih tahan alkali meskipun dalam
konsentrasi rendah, pada suhu tinggi akan mengalami kemunduran kekuatan. Sutera
tahan terhadap semua pelarut organik, tetapi larut dalam kuproamonium hidroksida
dan kupri etilena diamina. Sutera kurang tahan terhadap zat – zat oksidator dan
sinar matahari. Sutera lebih tahan terhadap serangan secara biologi dibanding
dengan serat – serat alam lain.