SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 14
Proposal Penelitian

                      Meningkatkan Motivasi dalam membaca
         BUKU KETEKNIKAN PADA MATA PELAJARAN ELEKTRONIKA DIGITAL
                       Dengan Metode Pembelajaran ARIAS
                        Penelitian Tindakan Kelas di SMK




                                   Oleh:
                             SONY TRI BARATA
                                5215 07 0246




                        UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
                             FAKUTAS TEKNIK
                         JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
                                    2010
DAFTAR ISI


DAFTAR ISI.................................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................... 2
    1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................. 2
    1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................................. 3
    1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................................ 3


BAB II KAJIAN PUSTAKA

    2.1    Motivasi Membaca............................................................................................................... 4
    2.2    Model Pembelajaran ARIAS…………………………………………………………….. 5
    2.3    Komponen Model Pembelajaran ARIAS……………………………………………….. 6
    2.4    Buku...................................................................................................................................... 9
    2.5    Nilai Tanggung Jawab......................................................................................................... 9
    2.6    Penelitian yang Relevan..................................................................................................... 10
    2.7    Hipotesis Tindakan............................................................................................................. 10


BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    3.1    Tempat Penelitian............................................................................................................. 11
    3.2    Subyek Penelitian .............................................................................................................. 11
    3.3    Metode Penelitian............................................................................................................... 11
    3.4    Prosedur Penelitian............................................................................................................ 12
    3.5    Instrumen Penelitian.......................................................................................................... 12
    3.6    Analisis Data....................................................................................................................... 12
    3.7    Kolaborator........................................................................................................................ 12


DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................... 13




                                                                                                                                                          2
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
              Usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan secara konkrit dan
    signifikan. Dengan dikeluarkannya delapan standar nasional pendidikan, yaitu: standar (1) isi, (2)
    kompetensi lulusan, (3) pendidik, (4) proses, (5) pengelolaan, (6) sarana dan prasarana, (7) penilaian,
    dan (8) pembiayaan, kualitas pendidikan diharapkan berangsur-angsur menuju ke batas ambang
    tertentu, yang mendekati atau bahkan melewati standar nasional tersebut.

             Di bidang sarana pendidikan berbagai perbaikan telah dilakukan oleh pemerintah. Salah
    satunya adalah penyediaan buku paket yang sudah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
    (BSNP). Hanya buku-buku yang sudah lolos penilaian oleh BSNP saja yang boleh dipakai oleh para
    siswa di sekolah. Empat tahun terakhir, sekolah-sekolah disediakan dana BOS buku sebesar Rp 12.000
    per siswa untuk empat bidang studi, yaitu matematika, bahasa Indonesia, bahasaInggris, dan IPA.
    Akhi-akhir ini sudah dikeluarkan buku elektronik yang bisa diakses oleh semua orang secara gratis.
    Semua itu bertujuan untuk meningkatkan minat baca para siswa, sebagai prasyarat peningkatan mutu
    pendidikan.

            Di Jakarta, kesadaran siswa membaca buku paket masih kurang. Mereka membaca hanya
    pada saat diminta oleh guru dalam pembelajaran, pada bagian tertentu yang telah dipilihkan guru.
    Mereka jarang membaca dari keinginan sendiri di luar jam pelajaran.

            Guru berkesimpulan bahwa siswa tidak berminat membaca buku itu. Buktinya banyak buku
    yang tidak dibawa pulang untuk dibaca dan dipelajari. Hal ini sangat bertentangan dengan upaya
    pemerintah untuk mencerdaskan bangsanya.

             Guru sudah sering memberikan nasihat tentang pentingnya buku dalam perkembangan ilmu
    dan perlunya kerja keras dalam mencapai suatu cita-cita. Nasihat itu diberikan setiap kali guru
    memberikan tugas membaca dan pada akhir pelajaran. Tetapi lama-kelamaan nasihat itu dianggap
    sebagai hal yang rutin dan tidak menarik lagi.

             Kemungkinan hal itu akibat dari kurangnya motivasi membaca buku. Terhadap pelajaran
    ELEKTRONIKA DIGITAL pun siswa tidak tertarik. Hal itu terjadi pada hampir semua mata
    pelajaran. Motivasi membaca buku pelajaran secara umum rendah.

             Jika hal itu dibiarkan berlarut-larut anak akan terbiasa tidak membaca buku. Padahal buku
    adalah jendela ilmu. Dengan sendirinya ilmu siswa akan dangkal dan prestasi belajarnya menurun.




1.2 Rumusan Masalah
             Berdasarkan deskripsi masalah diatas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
    berikut:
             ”Apakah dengan menggunakan metode pembelajaran ARIAS, dapat meningkatkan motivasi
    siswa dalam membaca buku ?”

            Hipotesis tindakan:
        ”Metode pembelajaran ARIAS dapat meningkatkan motivasi siswa dalam membaca buku ”


                                                                                                         3
1.3 Tujuan Penelitian
                Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
        Secara khusus penelitian ini ingin meningkatkan motivasi siswa dalam membaca buku.


1.4 Manfaat Penelitian
            Manfaat penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

    a. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat meningkatkan motivasi siswa membaca buku, dan pada
        gilirannya meningkatkan hasil belajaranya.

    b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memecahkan masalah kemalasan siswa membaca buku.

    c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan buku.




                                                                                                4
BAB II KAJIAN PUSTAKA




2.1 Motivasi Membaca

            Definisi motivasi berikut ini dirangkum dari bermacam-macam buku teks psikologi dan
menggambarkan konsensus umum bahwa motivasi adalah sebuah keadaan atau kondisi internal (kadang-
kadang dideskripsikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau kemauan) yang mengaktifkan atau memberi
energi dan arah pada perilaku (Kleinginna and Kleinginna, 1981a). Bermacam-macam definisi itu
selengkapnya adalah sebagai berikut: (1) keadaan atau kondisi internal yang mengaktifkan perilaku dan
memberi arah; (2) kemauan atau keinginan yang memberi energi dan mengarahkan tujuan perilaku; dan (3)
pengaruh kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku. Franken (1994) memberikan
tambahan komponen dalam definisinya, yaitu semangat, arah, dan persistensi perilaku.

              Secara umum, penjelasan tentang sumber motivasi dapat dikategorikan sebagai ekstrinsik (di
luar diri) atau intrinsik (di dalam diri). Sumber-sumber intrinsik dan teori yang berhubungan dapat
dikategorikan lebih lanjut menjadi badan/fisik, pikiran/ mental (yaitu kognitif, afektif, dan konatif) atau
transpersonal/spiritual, Gambar 1.




                                   Gambar 1. Pengelompokan Motivasi

              Membaca dapat dikategorikan sebagai membaca cepat (scanning) yang ingin mengambil
artinya secara umum dan sepintas lalu untuk kemudian diulangi pada kesempatan lain untuk memperdalam
atas masing-masing arti itu; dan membaca cermat, yang ingin memperoleh pemahaman secara mendalam
(Sarwono, 2003). Yang pertama biasanya cocok untuk bahan bacaan dari bidang sosial: Sedangkan yang
kedua dari bidang eksakta dan teknik. Membaca buku         termasuk dalam kategori yang kedua, yang
memerlukan kecermatan untuk dapat menangkap artinya. Di samping itu, membaca buku               harus
memimilki pengetahuan konseptual prasyarat yang diperlukan untuk memahami konsep-konsep yang lebih
tinggi.




                                                                                                         5
2.2 Model Pembelajaran ARIAS

            Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model ARCS (Attention,
Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987: 2-9) sebagai jawaban
pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil
belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory)
yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan
(expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan
menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance,
confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289-319).
            Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar dan
pengalaman nyata para instruktur (Bohlin, 1987: 11-14). Namun demikian, pada model pembelajaran ini
tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam
kegiatan pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi
perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sampai
sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa (DeCecco, 1968: 610).
Evaluasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran menurut Saunders et al. seperti yang dikutip Beard
dan Senior (1980: 72) dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat pentingnya evaluasi, maka
model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran
tersebut.
            Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan mengandung lima komponen
yaitu: attention (minat/perhatian); relevance (relevansi); confidence (percaya/yakin); satisfaction
(kepuasan/bangga), dan assessment (evaluasi). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama
confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest. Penggantian nama confidence (percaya diri)
menjadi assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence (Morris, 1981: 80). Dalam
kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil, melainkan juga
sangat penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil.
            Demikian juga penggantian kata attention menjadi interest, karena pada kata interest (minat) sudah
terkandung pengertian attention (perhatian). Dengan kata interest tidak hanya sekedar menarik
minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara minat/perhatian tersebut selama
kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka
urutannya pun dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan satisfaction. Makna dari
modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya
pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan
memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada
siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement). Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing
komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah
dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS.



                                                                                                            6
2.3 Komponen Model Pembelajaran ARIAS

         Seperti yang telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen
(assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima
komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Deskripsi
singkat masing-masing komponen dan beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan dan
meningkatkannya kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.

          Komponen pertama model pembelajaran ARIAS adalah assurance (percaya diri), yaitu
berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk
berhasil (Keller, 1987: 2-9). Menurut Bandura seperti dikutip oleh Gagne dan Driscoll (1988: 70) seseorang
yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia
miliki. Sikap di mana seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan
mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi
kinerja aktual seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja. Sikap
percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu
keberhasilan (Petri, 1986: 218).

          Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung
menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus (Prayitno, 1989: 42). Sikap percaya diri, yakin akan
berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna
mencapai keberhasilan yang optimal. Dengan sikap yakin, penuh percaya diri dan merasa mampu dapat
melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa terdorong untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan sebaik-
baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya atau dapat melebihi orang lain.

         Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri adalah:

    Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran
     diri positif terhadap diri sendiri. Menghadirkan seseorang yang terkenal dalam suatu bidang sebagai
     pembicara, memperlihatkan video tapes atau potret seseorang yang telah berhasil (sebagai model),
     misalnya merupakan salah satu cara menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri dan kepada
     siswa. Menurut Martin dan Briggs (1986: 427-433) penggunaan model seseorang yang berhasil dapat
     mengubah sikap dan tingkah laku individu mendapat dukungan luas dari para ahli. Menggunakan
     seseorang sebagai model untuk menanamkan sikap percaya diri menurut Bandura seperti dikutip
     Gagne dan Briggs (1979: 88) sudah dilakukan secara luas di sekolah-sekolah.

    Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan
     (misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa
     melihat buku).
    Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan/sesuai dengan kemampuan siswa
     (misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur sampai ke tugas yang
     sukar). Menyajikan materi secara bertahap sesuai dengan urutan dan tingkat kesukarannya menurut
     Keller dan Dodge seperti dikutip Reigeluth dan Curtis dalam Gagne (1987: 175-202) merupakan
     salah satu usaha menanamkan rasa percaya diri pada siswa.
    Memberi kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu
     keterampilan.

          Komponen kedua model pembelajaran ARIAS, relevance, yaitu berhubungan dengan kehidupan
 siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan
 kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang (Keller, 1987: 2-9). Siswa merasa kegiatan pembelajaran
 yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong
 mempelajari sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan
 memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada manfaat
 dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut.



                                                                                                           7
Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan
 pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang
 telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan
 dihilangkan sama sekali (Gagne dan Driscoll, 1988: 140).

        Dalam kegiatan pembelajaran, para guru perlu memperhatikan unsur relevansi ini. Beberapa cara
yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam pembelajaran adalah:

    Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas akan memberikan harapan yang
     jelas (konkrit) pada siswa dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut (DeCecco,1968:
     162). Hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
    Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang dan/atau untuk
     berbagai aktivitas di masa mendatang.
    Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman
     nyata atau nilai- nilai yang dimiliki siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa.
     Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung dialami siswa dapat menjembataninya ke hal-hal
     baru. Pengalaman selain memberi keasyikan bagi siswa, juga diperlukan secara esensial sebagai
     jembatan mengarah kepada titik tolak yang sama dalam melibatkan siswa secara mental, emosional,
     sosial dan fisik, sekaligus merupakan usaha melihat lingkup permasalahan yang sedang dibicarakan
     (Semiawan, 1991). (4) Menggunakan berbagai alternatif strategi dan media pembelajaran yang cocok
     untuk pencapaian tujuan. Dengan demikian dimungkinkan menggunakan bermacam-macam strategi
     dan/atau media pembelajaran pada setiap kegiatan pembelajaran.

          Komponen ketiga model pembelajaran ARIAS, interest, adalah yang berhubungan dengan
minat/perhatian siswa. Menurut Woodruff seperti dikutip oleh Callahan (1966: 23) bahwa sesungguhnya
belajar tidak terjadi tanpa ada minat/perhatian. Keller seperti dikutip Reigeluth (1987: 383-430)
menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan
melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus
memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran.
Herndon (1987:11-14) menunjukkan bahwa adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan
dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya.

        Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan minat/perhatian mereka.
Membangkitkan dan memelihara minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa
yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam
usaha mempengaruhi hasil belajar siswa.

          Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan menjaga minat/perhatian siswa
antara lain adalah:

    Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu yang lain/aneh yang berbeda
     dari biasa dalam pembelajaran.
    Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya
     para siswa diajak diskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau
     mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.
    Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya menurut Lesser seperti dikutip Gagne dan
     Driscoll (1988: 69) variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang
     sedang, dan mengubah gaya mengajar.
    Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti demonstrasi dan simulasi
     yang menurut Gagne dan Briggs (1979: 157) dapat dilakukan untuk menarik minat/perhatian siswa.




                                                                                                          8
Komponen keempat model pembelajaran ARIAS adalah assessment, yaitu yang berhubungan
 dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang
 memberikan keuntungan bagi guru dan murid (Lefrancois, 1982: 336). Bagi guru menurut Deale seperti
 dikutip Lefrancois (1982: 336) evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan
 sudah dipahami oleh siswa; untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai
 kelompok; untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar.

          Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki,
 dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi (Hopkins dan Antes, 1990:31).
 Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah mereka
 capai. Apakah siswa telah memiliki kemampuan seperti yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran
 (Gagne dan Briggs, 1979:157). Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk
 mengevaluasi diri mereka sendiri (self assessment) atau evaluasi diri.

          Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka.
 Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang
 maksimal. Mereka akan merasa malu kalau kelemahan dan kekurangan yang dimiliki diketahui oleh
 teman mereka sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar
 mengajar serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya (Soekamto, 1994). Hal ini sejalan dengan
 yang dikemukakan Martin dan Briggs seperti dikutip Bohlin (1987: 11-14) bahwa evaluasi diri secara luas
 sangat membantu dalam pengembangan belajar atas inisiatif sendiri.

         Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang ingin
 mereka capai. Ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan Morton dan Macbeth seperti dikutip Beard
 dan Senior (1980: 76) bahwa evaluasi diri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk
 mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa
 cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi antara lain adalah:

       Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.
       Memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera menginformasikan hasil evaluasi kepada
        siswa.
       Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.
       Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman.

         Komponen kelima model pembelajaran ARIAS adalah satisfaction yaitu yang berhubungan
dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement
(penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas
keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk
mencapai keberhasilan berikutnya (Gagne dan Driscoll, 1988: 70). Reinforcement atau penguatan yang
dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran
(Hilgard dan Bower, 1975:561).

         Menurut Keller berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu
sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana individu merasa puas dan bangga telah berhasil
mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul karena
pengaruh dari luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik
(Keller dan Kopp, 1987: 2-9). Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan
dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau lingkungan.
Memberikan penghargaan (reward) menurut Thorndike seperti dikutip oleh Gagne dan Briggs (1979:
Model-Model Pembelajaran)




                                                                                                         9
2.4 Buku
              Hasilnya adalah prinsip-prinsip yang disebut sains (Coninghan, 2003). Berbagai prinsip yang
saling berkaitan secara koheren membentuk teori yang yang lebih besar. Prinsip dan teori itu harus tersusun
secara sistematis membentuk suatu bangunan ilmu yang utuh dan kuat, dituliskan dalam buku-buku sains
yang beredar secara bebas di masyarakat, terutama masyarakat akademis yang bergumul dengan sais dan
teknologi.


2.5 Nilai Tanggung Jawab

             Nilai merupakan suatu hal yang dianggap sangat penting dalam kahidupan seseorang sehingga
    pencapainya mendapat prioritas utama di antara kebutuhan hidup lainnya. Selanjutnya nilai yang
    dimiliki orang itu akan trercermin dalam perilaku sehari-hari, baik itu yang berwujud perilaku maupun
    kepribadian dirinya. Nilai juga akan mengarahkan individu untuk memenuhi dan memelihara sebaik
    mungkin untuk menunjukkan identitas diri (Wright, 2002).

             Salah satu nilai yang berkaitan dengan kehidupan sosial adalah respek, yang terbagi menjadi
    tiga dimensi, yaitu (1) rentangan social justice, community, openness, dan collaboration; (2) rentangan
    beneficence, inclusivity, learning, dan creativity; dan (3) rentangan celebration, diversity,
    responsibility, dan honesty dan integrity (Black, 1999), Gambar 2. Jika ingin mendapat respek dari
    masyarakat, seseorang harus menjunjung tinggi nilai-nilai itu.

             Tanggung jawab sebagai salah satu nilai yang berkaitan dengan respek mempunyai peranan
    penting dalam perkembangan hidup seseorang. Tanggung jawab menjadi indikator kedewasaan
    seseorang, yang akan membedakannya dengan anak-anak yang belum memperoleh pendidikan yang
    lengkap.




                           Gambar 2. Nilai-nilai yang Berkaitan dengan Respek

               Bagi peserta didik, tanggung jawab merupakan tugas perkembangan yang harus mereka
        emban sesuai dengan perkembangan kognisinya. Seorang anak yang bertanggung jawab sudah



                                                                                                        10
mengerti tugas-ugas yang dibebankan kepada mereka, termasuk risiko yang akan diterima kalau
         lai dari tanggung jawab itu. Makin dewasa seseorang, tanggung jawab menjadi sesuatu yang
         diinginkan, alih-alih dihindarkan. Seorang calon presiden misalnya, pada hakikatnya
         menginginkan tanggung jawab yang besar atas kesejahteraan bangsanya diletakkan dipundaknya,
         dan ia akan melaksanakannya sebaik mungkin. Hal-hal yang penting dari nilai tanggung jawab
         terdiri dari pemahaman tentang bidang yang menjadi tanggung jawab seseorang, kemauan yang
         tulus untuk melaksanakan, dan manfaat bagi orang lain akibat dari tanggung jawab yang diemban
         itu.



2.6 Penelitian yang Relevan (Jika ada)
             Badu (2006) dalam penelitiannya tentang nilai tanggung jawab yang dimiliki siswa dalam
    tugas sebagai pemimpinan, menyimpulkan bahwa kejelasan tentang cakupan tanggung jawab yang
    diterima sangat mempengaruhi kesungguhan siswa untuk mewudjukan tanggung jawab itu. Candra
    (2007) dalam penelitiannya tentang nilai tanggung jawab siswa terhadap tugas akademis
    menyimpulkan bahwa campur tangan guru diperlukan untuk menanamkan nilai itu di kalangan siswa.

2.7 Hipotesis Tindakan
         Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan kajian pustaka di atas, hipotesis tindakan
penelitian ini dikemukakan sebagai berikut.
    a. dalam diri siswa akan meningkatkan motivasi mereka membaca buku.
    b.   akan tumbuh melalui penjelasan tentang hal-hal yang harus dilakukan siswa dalam membaca dan
         mengerjakan, konsekuensi yang akan diterima atas, dan manfaat yang diperoleh orang lain.




                                                                                                   11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN




3.1 Tempat Penelitian
             Penelitian ini akan dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di
    wilayah Jakarta Timur. Mata pelajaran yang diteliti adalah Elektronika Digital, sedangkan subjek
    penelitian adalah siswa kelas X.

3.2 Subyek Penelitian
            Penelitian ini memfokuskan pada peningkatan motivasi siswa dalam membaca buku,
    konsekuensi yang akan diterima , dan manfaat yang akan diperoleh.


3.3 Metode Penelitian
       Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan model Kemmis &
    McTaggart (1988). Diagramnya disajikan dalam Gambar 3 sebagai berikut.




                 Gambar 3. Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan McTaggart




                                                                                                 12
3.4 Prosedur Penelitian
            Penelitian ini akan berlangsung sebanyak tiga siklus, masing-masing terdiri dari tiga tatap
    muka. Pada siklus pertama recana tindakan yang dilakukan guru adalah sebagai berikut.
    1) Pada pertemuan tatap muka yang pertama, dibuat kesepakatan antara guru dengan siswa
         berkenaan dengan tanggung jawab seputar pemanfaatan buku paket: (a) cara menyimpan dan
         merawat, (b) cara membaca isinya sesuai dengan tugas yang diberikan, (c) sangsi yang akan
         diterima apabila tanggung jawab itu dilepaskan, dan (d) manfaat yang akan diperoleh oleh orang
         lain jika nilai tanggung jawab itu dijunjung tinggi secara tulus.
    2) Kesepakatan itu ditulis dalam buku catatan siswa, dan juga di kertas ukuran A4 yang ditempel di
         dinding kelas. Setiap kali memberikan tugas membaca dan mengerjakan PR, guru selalu
         mengingatkan kesepakatan itu.
    3) Siswa yang melepaskan tanggung jawab akan dikenai hukuman, sedangkan yang melaksanakan
         dengan baik diberi imbalan.
    4) Guru memberikan penjelasan tentang manfaat yang diperoleh orang lain atas dijunjung tingginya
         nilai tanggung jawab itu.
    5) No 2 s.d. 4 dilakukan secara konsisten tiap pertemuan tatap muka.

3.5 Instrumen Penelitian
         Untuk mengukur variabel terikat yaitu motivasi membaca buku               digunakan kuesioner dan
    lembar observasi. Akan dilihat dua aspek dalam motivasi membaca itu, yaitu: (1) aspek ekstrinsik yang
    terdiri dari operant conditioning dan social cognition dan (2) aspek intrinsik yang terdiri dari kognitif,
    afektif, dan konatif.

3.6 Analisis Data
        Data skor motivasi membaca buku          dianalisis dengan statistik deskriptif yang terdiri dari rata-
    rata dan persentase, dari masing-masing instrumen yaitu kuesioner dan lembar observasi.
    Peningkatannya tiap akhir siklus dianalisis untuk melihat kecenderungannya, naik atau turun.

3.7 Kolaborator
              Kolaborator dalam penelitian ini adalah ..... guru ........ Pertemuan kolaborasi antara anggota
tim peneliti dilakukan pada saat penyusunan proposal penelitian. Tim peneliti juga berkolaborasi secara
periodik pada akhir minggu, untuk mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran yang telah berlangsung dan
merencanakan pembelajaran untuk minggu berikutnya. Di akhir tiap jam tatap muka antara guru dengan
kolaborator juga melakukan dikusi singkat untuk mengevaluasi pembelajaran yang baru dilakukan. Diskusi
itu diusahakan tidak lebih dari 10 menit karena guru harus mengajar pada jam elajaran berikutnya.




                                                                                                           13
DAFTAR PUSTAKA




Badu. (2006). Nilai tanggung jawab yang menyertai kepemimpinan siswa dalam organisasi intrasekolah.
      Yogyakarta: P. T. Pradnya Prada.

Coninghan, James. (2003). Scientific method as an epistemlogy to discover scientific principles. London:
      John Welly & Son.

Franken, R. (1994). Human motivation. Pacific Grove, CA: Brooks/Cole.

Franken, R. (2001). Human motivation (5th ed.).. Pacific Grove, CA: Brooks/Cole.

Huitt, W. (2001). Motivation to learn: An overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA:
       Valdosta             State          University.           Retrieved      [date],          from
       http://chiron.valdosta.edu/whuitt/col/motivation/motivate.html

Johnatan Black. (1999). Values among social worker in a modern society. New Delhi: Candranagar
      Publisher Ltd.

Kemmis & McTaggart. (1988). Classroom action research for student teacher. London: Kogan Page Ltd.

Kleinginna, P., Jr., & Kleinginna A. (1981a). A categorized list of motivation definitions, with suggestions
      for a consensual definition. Motivation and Emotion, 5, 263-291.

Kleinginna, P., Jr., & Kleinginna A. (1981b). A categorized list of emotion definitions, with suggestions for
      a consensual definition. Motivation and Emotion, 5, 345-379.

Sarwono Wardoyo. (2003). Terampil membaca bahasa Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta: Ganeca Group.

Wright, Joseph. (2002). Values and norm of individual living in information era. New York: Wilburg
      Publisher Limited.




                                                                                                          14

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0
Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0
Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0hasansanung
 
6 materi analisis buku kur'13 edit syahril 290914
6 materi analisis buku kur'13  edit syahril 2909146 materi analisis buku kur'13  edit syahril 290914
6 materi analisis buku kur'13 edit syahril 290914EKO SUPRIYADI
 
Statistik
StatistikStatistik
Statistikistimaz
 
Profesionalisme gurumelaluipembelajaraninovatif
Profesionalisme gurumelaluipembelajaraninovatifProfesionalisme gurumelaluipembelajaraninovatif
Profesionalisme gurumelaluipembelajaraninovatifiwayanredhana
 
Hbmt 4103 matematik form 3 final
Hbmt 4103 matematik form 3 finalHbmt 4103 matematik form 3 final
Hbmt 4103 matematik form 3 finalAzzean Syah
 
4. artikel jurnal (karunia eka lestari matematika)
4. artikel jurnal (karunia eka lestari matematika)4. artikel jurnal (karunia eka lestari matematika)
4. artikel jurnal (karunia eka lestari matematika)ulfah Nasution
 
Aplikasi teori-belajar
Aplikasi teori-belajarAplikasi teori-belajar
Aplikasi teori-belajarawalp awalp
 
1.4 hots penulisan soal hots
1.4 hots penulisan soal hots1.4 hots penulisan soal hots
1.4 hots penulisan soal hotsDrs. HM. Yunus
 
Memahami konsep-matematika1
Memahami konsep-matematika1Memahami konsep-matematika1
Memahami konsep-matematika1Rudy Krabay
 
Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...
Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...
Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...Ghaniy Bahtiar
 
Makalah dppm
Makalah dppmMakalah dppm
Makalah dppmaditin
 
Contoh Skenario Pembelajaran
Contoh Skenario PembelajaranContoh Skenario Pembelajaran
Contoh Skenario Pembelajaranmatematikauntirta
 
Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikanPsikologi pendidikan
Psikologi pendidikanmuhammad
 
Buku pelajaran sma kelas 12 matematika aplikasi program ipa jilid 3
Buku pelajaran sma kelas 12   matematika aplikasi program ipa jilid 3Buku pelajaran sma kelas 12   matematika aplikasi program ipa jilid 3
Buku pelajaran sma kelas 12 matematika aplikasi program ipa jilid 3Andrias Eka
 

Mais procurados (20)

Lapenel2
Lapenel2Lapenel2
Lapenel2
 
Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0
Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0
Makalah pengembangan rpp berbasis kontekstual 0
 
6 materi analisis buku kur'13 edit syahril 290914
6 materi analisis buku kur'13  edit syahril 2909146 materi analisis buku kur'13  edit syahril 290914
6 materi analisis buku kur'13 edit syahril 290914
 
Matematika SMP 9
Matematika SMP 9Matematika SMP 9
Matematika SMP 9
 
Statistik
StatistikStatistik
Statistik
 
Judul usulan penelitian
Judul usulan penelitianJudul usulan penelitian
Judul usulan penelitian
 
Profesionalisme gurumelaluipembelajaraninovatif
Profesionalisme gurumelaluipembelajaraninovatifProfesionalisme gurumelaluipembelajaraninovatif
Profesionalisme gurumelaluipembelajaraninovatif
 
Hbmt 4103 matematik form 3 final
Hbmt 4103 matematik form 3 finalHbmt 4103 matematik form 3 final
Hbmt 4103 matematik form 3 final
 
Pembelajaran Osborn
Pembelajaran OsbornPembelajaran Osborn
Pembelajaran Osborn
 
4. artikel jurnal (karunia eka lestari matematika)
4. artikel jurnal (karunia eka lestari matematika)4. artikel jurnal (karunia eka lestari matematika)
4. artikel jurnal (karunia eka lestari matematika)
 
Aplikasi teori-belajar
Aplikasi teori-belajarAplikasi teori-belajar
Aplikasi teori-belajar
 
1.4 hots penulisan soal hots
1.4 hots penulisan soal hots1.4 hots penulisan soal hots
1.4 hots penulisan soal hots
 
yg baru
yg baruyg baru
yg baru
 
Memahami konsep-matematika1
Memahami konsep-matematika1Memahami konsep-matematika1
Memahami konsep-matematika1
 
Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...
Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...
Jurnal Peningkatan Hasil Belajar Matematika siswa melalui penerapan pembelaja...
 
Makalah dppm
Makalah dppmMakalah dppm
Makalah dppm
 
Contoh Skenario Pembelajaran
Contoh Skenario PembelajaranContoh Skenario Pembelajaran
Contoh Skenario Pembelajaran
 
Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikanPsikologi pendidikan
Psikologi pendidikan
 
Buku pelajaran sma kelas 12 matematika aplikasi program ipa jilid 3
Buku pelajaran sma kelas 12   matematika aplikasi program ipa jilid 3Buku pelajaran sma kelas 12   matematika aplikasi program ipa jilid 3
Buku pelajaran sma kelas 12 matematika aplikasi program ipa jilid 3
 
RPP - Mean
RPP - MeanRPP - Mean
RPP - Mean
 

Destaque

Duncan Payne Presentation
Duncan Payne PresentationDuncan Payne Presentation
Duncan Payne Presentationduncanpayne
 
Quincy Chamber of Commerce, PR & Social Media Basics
Quincy Chamber of Commerce, PR & Social Media BasicsQuincy Chamber of Commerce, PR & Social Media Basics
Quincy Chamber of Commerce, PR & Social Media BasicsMessage & Medium, LLC
 
Scrib scrip vocab ppt
Scrib scrip vocab pptScrib scrip vocab ppt
Scrib scrip vocab pptIsaac Creech
 
Developing Early Customer Engagement, Which Way to the Beachhead?
Developing Early Customer Engagement, Which Way to the Beachhead?Developing Early Customer Engagement, Which Way to the Beachhead?
Developing Early Customer Engagement, Which Way to the Beachhead?Message & Medium, LLC
 
Quincy Chamber of Commerce Small Business Launch: Identify, Reach, Convert Yo...
Quincy Chamber of Commerce Small Business Launch: Identify, Reach, Convert Yo...Quincy Chamber of Commerce Small Business Launch: Identify, Reach, Convert Yo...
Quincy Chamber of Commerce Small Business Launch: Identify, Reach, Convert Yo...Message & Medium, LLC
 
Environmental consumeralwarnesstecnologies
Environmental consumeralwarnesstecnologiesEnvironmental consumeralwarnesstecnologies
Environmental consumeralwarnesstecnologiesAndrew Demos
 
Presentation
PresentationPresentation
Presentationshy2x
 
Pevote irfan
Pevote  irfanPevote  irfan
Pevote irfanbarata89
 
Presentation2
Presentation2Presentation2
Presentation2shy2x
 
Imitation culture
Imitation cultureImitation culture
Imitation culturepopulio
 
Pevote mufti ma’sum
Pevote  mufti ma’sumPevote  mufti ma’sum
Pevote mufti ma’sumbarata89
 

Destaque (20)

Duncan Payne Presentation
Duncan Payne PresentationDuncan Payne Presentation
Duncan Payne Presentation
 
Presentasi standar 15 menit
Presentasi standar 15 menitPresentasi standar 15 menit
Presentasi standar 15 menit
 
ACCESS Autumn Magazine
ACCESS Autumn MagazineACCESS Autumn Magazine
ACCESS Autumn Magazine
 
*485postmortem
*485postmortem*485postmortem
*485postmortem
 
Project portolio
Project portolioProject portolio
Project portolio
 
Quincy Chamber of Commerce, PR & Social Media Basics
Quincy Chamber of Commerce, PR & Social Media BasicsQuincy Chamber of Commerce, PR & Social Media Basics
Quincy Chamber of Commerce, PR & Social Media Basics
 
Scrib scrip vocab ppt
Scrib scrip vocab pptScrib scrip vocab ppt
Scrib scrip vocab ppt
 
PR and Social Media For Start Ups
PR and Social Media For Start UpsPR and Social Media For Start Ups
PR and Social Media For Start Ups
 
*Final project
*Final project*Final project
*Final project
 
Developing Early Customer Engagement, Which Way to the Beachhead?
Developing Early Customer Engagement, Which Way to the Beachhead?Developing Early Customer Engagement, Which Way to the Beachhead?
Developing Early Customer Engagement, Which Way to the Beachhead?
 
Quincy Chamber of Commerce Small Business Launch: Identify, Reach, Convert Yo...
Quincy Chamber of Commerce Small Business Launch: Identify, Reach, Convert Yo...Quincy Chamber of Commerce Small Business Launch: Identify, Reach, Convert Yo...
Quincy Chamber of Commerce Small Business Launch: Identify, Reach, Convert Yo...
 
Environmental consumeralwarnesstecnologies
Environmental consumeralwarnesstecnologiesEnvironmental consumeralwarnesstecnologies
Environmental consumeralwarnesstecnologies
 
Danmork
DanmorkDanmork
Danmork
 
Centrumwijzer pp2012
Centrumwijzer pp2012Centrumwijzer pp2012
Centrumwijzer pp2012
 
Presentation
PresentationPresentation
Presentation
 
Pevote irfan
Pevote  irfanPevote  irfan
Pevote irfan
 
ACCESS Winter Magazine
ACCESS Winter MagazineACCESS Winter Magazine
ACCESS Winter Magazine
 
Presentation2
Presentation2Presentation2
Presentation2
 
Imitation culture
Imitation cultureImitation culture
Imitation culture
 
Pevote mufti ma’sum
Pevote  mufti ma’sumPevote  mufti ma’sum
Pevote mufti ma’sum
 

Semelhante a Meningkatkan Motivasi

Proposal s2
Proposal s2Proposal s2
Proposal s2Ikus Imc
 
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5Antonius Lela Nihamaking
 
64 hesty, s.si implementasi model pembelajaran tematik
64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik
64 hesty, s.si implementasi model pembelajaran tematikUNIMED
 
Proposal calon skripsi
Proposal calon skripsiProposal calon skripsi
Proposal calon skripsiSayid Barca
 
makalah penelitian kualitatif
makalah penelitian kualitatifmakalah penelitian kualitatif
makalah penelitian kualitatifYoski Haryono
 
Metopen kelompok 1_semt_4[2]
Metopen kelompok 1_semt_4[2]Metopen kelompok 1_semt_4[2]
Metopen kelompok 1_semt_4[2]syaifulSaif
 
Ptk eri-marlina-lengkap
Ptk eri-marlina-lengkapPtk eri-marlina-lengkap
Ptk eri-marlina-lengkapnasrun gayo
 
Tugas individu Kurikulum dan Pembelajaran
Tugas individu Kurikulum dan PembelajaranTugas individu Kurikulum dan Pembelajaran
Tugas individu Kurikulum dan PembelajaranSaniMicita
 
Proposal PTK Dina Amalia
Proposal PTK Dina AmaliaProposal PTK Dina Amalia
Proposal PTK Dina Amaliarichimaryadi
 
Pembelajaran terpadu-dan-tematik
Pembelajaran terpadu-dan-tematikPembelajaran terpadu-dan-tematik
Pembelajaran terpadu-dan-tematiktsamarul_hizbi
 
Pendampingan Kurikulum 2013
Pendampingan Kurikulum 2013Pendampingan Kurikulum 2013
Pendampingan Kurikulum 2013Wayan Sumertha
 
IPA Modul 1 KB 1 Rev
IPA Modul 1 KB 1 RevIPA Modul 1 KB 1 Rev
IPA Modul 1 KB 1 RevPPGhybrid3
 
IPA Modul 1 KB 2 Rev
IPA Modul 1 KB 2 RevIPA Modul 1 KB 2 Rev
IPA Modul 1 KB 2 RevPPGhybrid3
 
Makalah Pendekatan Pembelajaran dan RPP
Makalah Pendekatan Pembelajaran dan RPPMakalah Pendekatan Pembelajaran dan RPP
Makalah Pendekatan Pembelajaran dan RPPaditin
 
Penerapan Sistem Informasi Business Intelligence Untuk Memudahkan Para Orang ...
Penerapan Sistem Informasi Business Intelligence Untuk Memudahkan Para Orang ...Penerapan Sistem Informasi Business Intelligence Untuk Memudahkan Para Orang ...
Penerapan Sistem Informasi Business Intelligence Untuk Memudahkan Para Orang ...ITS
 

Semelhante a Meningkatkan Motivasi (20)

Proposal s2
Proposal s2Proposal s2
Proposal s2
 
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
Implementasi strategi pembelajaran inkuiri kelompok 5
 
64 hesty, s.si implementasi model pembelajaran tematik
64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik
64 hesty, s.si implementasi model pembelajaran tematik
 
Proposal calon skripsi
Proposal calon skripsiProposal calon skripsi
Proposal calon skripsi
 
makalah penelitian kualitatif
makalah penelitian kualitatifmakalah penelitian kualitatif
makalah penelitian kualitatif
 
Metopen kelompok 1_semt_4[2]
Metopen kelompok 1_semt_4[2]Metopen kelompok 1_semt_4[2]
Metopen kelompok 1_semt_4[2]
 
Proposal nonny
Proposal nonnyProposal nonny
Proposal nonny
 
Ptk eri-marlina-lengkap
Ptk eri-marlina-lengkapPtk eri-marlina-lengkap
Ptk eri-marlina-lengkap
 
makalah Ctl dan paikem
makalah Ctl dan paikem makalah Ctl dan paikem
makalah Ctl dan paikem
 
Tugas individu Kurikulum dan Pembelajaran
Tugas individu Kurikulum dan PembelajaranTugas individu Kurikulum dan Pembelajaran
Tugas individu Kurikulum dan Pembelajaran
 
Proposal PTK Dina Amalia
Proposal PTK Dina AmaliaProposal PTK Dina Amalia
Proposal PTK Dina Amalia
 
Pembelajaran terpadu-dan-tematik
Pembelajaran terpadu-dan-tematikPembelajaran terpadu-dan-tematik
Pembelajaran terpadu-dan-tematik
 
Pendampingan Kurikulum 2013
Pendampingan Kurikulum 2013Pendampingan Kurikulum 2013
Pendampingan Kurikulum 2013
 
IPA Modul 1 KB 1 Rev
IPA Modul 1 KB 1 RevIPA Modul 1 KB 1 Rev
IPA Modul 1 KB 1 Rev
 
Proses Belajar Mengajar
Proses Belajar MengajarProses Belajar Mengajar
Proses Belajar Mengajar
 
IPA Modul 1 KB 2 Rev
IPA Modul 1 KB 2 RevIPA Modul 1 KB 2 Rev
IPA Modul 1 KB 2 Rev
 
Makalah Pendekatan Pembelajaran dan RPP
Makalah Pendekatan Pembelajaran dan RPPMakalah Pendekatan Pembelajaran dan RPP
Makalah Pendekatan Pembelajaran dan RPP
 
Penerapan Sistem Informasi Business Intelligence Untuk Memudahkan Para Orang ...
Penerapan Sistem Informasi Business Intelligence Untuk Memudahkan Para Orang ...Penerapan Sistem Informasi Business Intelligence Untuk Memudahkan Para Orang ...
Penerapan Sistem Informasi Business Intelligence Untuk Memudahkan Para Orang ...
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Bahan media
Bahan mediaBahan media
Bahan media
 

Meningkatkan Motivasi

  • 1. Proposal Penelitian Meningkatkan Motivasi dalam membaca BUKU KETEKNIKAN PADA MATA PELAJARAN ELEKTRONIKA DIGITAL Dengan Metode Pembelajaran ARIAS Penelitian Tindakan Kelas di SMK Oleh: SONY TRI BARATA 5215 07 0246 UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA FAKUTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO 2010
  • 2. DAFTAR ISI DAFTAR ISI.................................................................................................................................... 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................... 2 1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................. 2 1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................................. 3 1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................................ 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Membaca............................................................................................................... 4 2.2 Model Pembelajaran ARIAS…………………………………………………………….. 5 2.3 Komponen Model Pembelajaran ARIAS……………………………………………….. 6 2.4 Buku...................................................................................................................................... 9 2.5 Nilai Tanggung Jawab......................................................................................................... 9 2.6 Penelitian yang Relevan..................................................................................................... 10 2.7 Hipotesis Tindakan............................................................................................................. 10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian............................................................................................................. 11 3.2 Subyek Penelitian .............................................................................................................. 11 3.3 Metode Penelitian............................................................................................................... 11 3.4 Prosedur Penelitian............................................................................................................ 12 3.5 Instrumen Penelitian.......................................................................................................... 12 3.6 Analisis Data....................................................................................................................... 12 3.7 Kolaborator........................................................................................................................ 12 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................... 13 2
  • 3. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan secara konkrit dan signifikan. Dengan dikeluarkannya delapan standar nasional pendidikan, yaitu: standar (1) isi, (2) kompetensi lulusan, (3) pendidik, (4) proses, (5) pengelolaan, (6) sarana dan prasarana, (7) penilaian, dan (8) pembiayaan, kualitas pendidikan diharapkan berangsur-angsur menuju ke batas ambang tertentu, yang mendekati atau bahkan melewati standar nasional tersebut. Di bidang sarana pendidikan berbagai perbaikan telah dilakukan oleh pemerintah. Salah satunya adalah penyediaan buku paket yang sudah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Hanya buku-buku yang sudah lolos penilaian oleh BSNP saja yang boleh dipakai oleh para siswa di sekolah. Empat tahun terakhir, sekolah-sekolah disediakan dana BOS buku sebesar Rp 12.000 per siswa untuk empat bidang studi, yaitu matematika, bahasa Indonesia, bahasaInggris, dan IPA. Akhi-akhir ini sudah dikeluarkan buku elektronik yang bisa diakses oleh semua orang secara gratis. Semua itu bertujuan untuk meningkatkan minat baca para siswa, sebagai prasyarat peningkatan mutu pendidikan. Di Jakarta, kesadaran siswa membaca buku paket masih kurang. Mereka membaca hanya pada saat diminta oleh guru dalam pembelajaran, pada bagian tertentu yang telah dipilihkan guru. Mereka jarang membaca dari keinginan sendiri di luar jam pelajaran. Guru berkesimpulan bahwa siswa tidak berminat membaca buku itu. Buktinya banyak buku yang tidak dibawa pulang untuk dibaca dan dipelajari. Hal ini sangat bertentangan dengan upaya pemerintah untuk mencerdaskan bangsanya. Guru sudah sering memberikan nasihat tentang pentingnya buku dalam perkembangan ilmu dan perlunya kerja keras dalam mencapai suatu cita-cita. Nasihat itu diberikan setiap kali guru memberikan tugas membaca dan pada akhir pelajaran. Tetapi lama-kelamaan nasihat itu dianggap sebagai hal yang rutin dan tidak menarik lagi. Kemungkinan hal itu akibat dari kurangnya motivasi membaca buku. Terhadap pelajaran ELEKTRONIKA DIGITAL pun siswa tidak tertarik. Hal itu terjadi pada hampir semua mata pelajaran. Motivasi membaca buku pelajaran secara umum rendah. Jika hal itu dibiarkan berlarut-larut anak akan terbiasa tidak membaca buku. Padahal buku adalah jendela ilmu. Dengan sendirinya ilmu siswa akan dangkal dan prestasi belajarnya menurun. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan deskripsi masalah diatas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ”Apakah dengan menggunakan metode pembelajaran ARIAS, dapat meningkatkan motivasi siswa dalam membaca buku ?” Hipotesis tindakan: ”Metode pembelajaran ARIAS dapat meningkatkan motivasi siswa dalam membaca buku ” 3
  • 4. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Secara khusus penelitian ini ingin meningkatkan motivasi siswa dalam membaca buku. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut : a. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat meningkatkan motivasi siswa membaca buku, dan pada gilirannya meningkatkan hasil belajaranya. b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memecahkan masalah kemalasan siswa membaca buku. c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan buku. 4
  • 5. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Membaca Definisi motivasi berikut ini dirangkum dari bermacam-macam buku teks psikologi dan menggambarkan konsensus umum bahwa motivasi adalah sebuah keadaan atau kondisi internal (kadang- kadang dideskripsikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau kemauan) yang mengaktifkan atau memberi energi dan arah pada perilaku (Kleinginna and Kleinginna, 1981a). Bermacam-macam definisi itu selengkapnya adalah sebagai berikut: (1) keadaan atau kondisi internal yang mengaktifkan perilaku dan memberi arah; (2) kemauan atau keinginan yang memberi energi dan mengarahkan tujuan perilaku; dan (3) pengaruh kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku. Franken (1994) memberikan tambahan komponen dalam definisinya, yaitu semangat, arah, dan persistensi perilaku. Secara umum, penjelasan tentang sumber motivasi dapat dikategorikan sebagai ekstrinsik (di luar diri) atau intrinsik (di dalam diri). Sumber-sumber intrinsik dan teori yang berhubungan dapat dikategorikan lebih lanjut menjadi badan/fisik, pikiran/ mental (yaitu kognitif, afektif, dan konatif) atau transpersonal/spiritual, Gambar 1. Gambar 1. Pengelompokan Motivasi Membaca dapat dikategorikan sebagai membaca cepat (scanning) yang ingin mengambil artinya secara umum dan sepintas lalu untuk kemudian diulangi pada kesempatan lain untuk memperdalam atas masing-masing arti itu; dan membaca cermat, yang ingin memperoleh pemahaman secara mendalam (Sarwono, 2003). Yang pertama biasanya cocok untuk bahan bacaan dari bidang sosial: Sedangkan yang kedua dari bidang eksakta dan teknik. Membaca buku termasuk dalam kategori yang kedua, yang memerlukan kecermatan untuk dapat menangkap artinya. Di samping itu, membaca buku harus memimilki pengetahuan konseptual prasyarat yang diperlukan untuk memahami konsep-konsep yang lebih tinggi. 5
  • 6. 2.2 Model Pembelajaran ARIAS Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987: 2-9) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289-319). Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar dan pengalaman nyata para instruktur (Bohlin, 1987: 11-14). Namun demikian, pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa (DeCecco, 1968: 610). Evaluasi yang dilaksanakan selama proses pembelajaran menurut Saunders et al. seperti yang dikutip Beard dan Senior (1980: 72) dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut. Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan mengandung lima komponen yaitu: attention (minat/perhatian); relevance (relevansi); confidence (percaya/yakin); satisfaction (kepuasan/bangga), dan assessment (evaluasi). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest. Penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence (Morris, 1981: 80). Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil, melainkan juga sangat penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil. Demikian juga penggantian kata attention menjadi interest, karena pada kata interest (minat) sudah terkandung pengertian attention (perhatian). Dengan kata interest tidak hanya sekedar menarik minat/perhatian siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara minat/perhatian tersebut selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka urutannya pun dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan satisfaction. Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement). Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS. 6
  • 7. 2.3 Komponen Model Pembelajaran ARIAS Seperti yang telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen (assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Deskripsi singkat masing-masing komponen dan beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan dan meningkatkannya kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut. Komponen pertama model pembelajaran ARIAS adalah assurance (percaya diri), yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil (Keller, 1987: 2-9). Menurut Bandura seperti dikutip oleh Gagne dan Driscoll (1988: 70) seseorang yang memiliki sikap percaya diri tinggi cenderung akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia miliki. Sikap di mana seseorang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja. Sikap percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan (Petri, 1986: 218). Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus (Prayitno, 1989: 42). Sikap percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal. Dengan sikap yakin, penuh percaya diri dan merasa mampu dapat melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa terdorong untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan sebaik- baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya atau dapat melebihi orang lain. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri adalah:  Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Menghadirkan seseorang yang terkenal dalam suatu bidang sebagai pembicara, memperlihatkan video tapes atau potret seseorang yang telah berhasil (sebagai model), misalnya merupakan salah satu cara menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri dan kepada siswa. Menurut Martin dan Briggs (1986: 427-433) penggunaan model seseorang yang berhasil dapat mengubah sikap dan tingkah laku individu mendapat dukungan luas dari para ahli. Menggunakan seseorang sebagai model untuk menanamkan sikap percaya diri menurut Bandura seperti dikutip Gagne dan Briggs (1979: 88) sudah dilakukan secara luas di sekolah-sekolah.  Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan (misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku).  Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan/sesuai dengan kemampuan siswa (misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur sampai ke tugas yang sukar). Menyajikan materi secara bertahap sesuai dengan urutan dan tingkat kesukarannya menurut Keller dan Dodge seperti dikutip Reigeluth dan Curtis dalam Gagne (1987: 175-202) merupakan salah satu usaha menanamkan rasa percaya diri pada siswa.  Memberi kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu keterampilan. Komponen kedua model pembelajaran ARIAS, relevance, yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang (Keller, 1987: 2-9). Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu kalau apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. 7
  • 8. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali (Gagne dan Driscoll, 1988: 140). Dalam kegiatan pembelajaran, para guru perlu memperhatikan unsur relevansi ini. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam pembelajaran adalah:  Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas akan memberikan harapan yang jelas (konkrit) pada siswa dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan tersebut (DeCecco,1968: 162). Hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.  Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang dan/atau untuk berbagai aktivitas di masa mendatang.  Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai- nilai yang dimiliki siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa. Pengalaman nyata atau pengalaman yang langsung dialami siswa dapat menjembataninya ke hal-hal baru. Pengalaman selain memberi keasyikan bagi siswa, juga diperlukan secara esensial sebagai jembatan mengarah kepada titik tolak yang sama dalam melibatkan siswa secara mental, emosional, sosial dan fisik, sekaligus merupakan usaha melihat lingkup permasalahan yang sedang dibicarakan (Semiawan, 1991). (4) Menggunakan berbagai alternatif strategi dan media pembelajaran yang cocok untuk pencapaian tujuan. Dengan demikian dimungkinkan menggunakan bermacam-macam strategi dan/atau media pembelajaran pada setiap kegiatan pembelajaran. Komponen ketiga model pembelajaran ARIAS, interest, adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Menurut Woodruff seperti dikutip oleh Callahan (1966: 23) bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada minat/perhatian. Keller seperti dikutip Reigeluth (1987: 383-430) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Herndon (1987:11-14) menunjukkan bahwa adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan minat/perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan menjaga minat/perhatian siswa antara lain adalah:  Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu yang lain/aneh yang berbeda dari biasa dalam pembelajaran.  Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak diskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.  Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya menurut Lesser seperti dikutip Gagne dan Driscoll (1988: 69) variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang sedang, dan mengubah gaya mengajar.  Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti demonstrasi dan simulasi yang menurut Gagne dan Briggs (1979: 157) dapat dilakukan untuk menarik minat/perhatian siswa. 8
  • 9. Komponen keempat model pembelajaran ARIAS adalah assessment, yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid (Lefrancois, 1982: 336). Bagi guru menurut Deale seperti dikutip Lefrancois (1982: 336) evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa; untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok; untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi (Hopkins dan Antes, 1990:31). Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai. Apakah siswa telah memiliki kemampuan seperti yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran (Gagne dan Briggs, 1979:157). Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assessment) atau evaluasi diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang maksimal. Mereka akan merasa malu kalau kelemahan dan kekurangan yang dimiliki diketahui oleh teman mereka sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya (Soekamto, 1994). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Martin dan Briggs seperti dikutip Bohlin (1987: 11-14) bahwa evaluasi diri secara luas sangat membantu dalam pengembangan belajar atas inisiatif sendiri. Dengan demikian, evaluasi diri dapat mendorong siswa untuk meningkatkan apa yang ingin mereka capai. Ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan Morton dan Macbeth seperti dikutip Beard dan Senior (1980: 76) bahwa evaluasi diri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi antara lain adalah:  Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.  Memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera menginformasikan hasil evaluasi kepada siswa.  Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.  Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman. Komponen kelima model pembelajaran ARIAS adalah satisfaction yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya (Gagne dan Driscoll, 1988: 70). Reinforcement atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran (Hilgard dan Bower, 1975:561). Menurut Keller berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik di mana individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik (Keller dan Kopp, 1987: 2-9). Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau lingkungan. Memberikan penghargaan (reward) menurut Thorndike seperti dikutip oleh Gagne dan Briggs (1979: Model-Model Pembelajaran) 9
  • 10. 2.4 Buku Hasilnya adalah prinsip-prinsip yang disebut sains (Coninghan, 2003). Berbagai prinsip yang saling berkaitan secara koheren membentuk teori yang yang lebih besar. Prinsip dan teori itu harus tersusun secara sistematis membentuk suatu bangunan ilmu yang utuh dan kuat, dituliskan dalam buku-buku sains yang beredar secara bebas di masyarakat, terutama masyarakat akademis yang bergumul dengan sais dan teknologi. 2.5 Nilai Tanggung Jawab Nilai merupakan suatu hal yang dianggap sangat penting dalam kahidupan seseorang sehingga pencapainya mendapat prioritas utama di antara kebutuhan hidup lainnya. Selanjutnya nilai yang dimiliki orang itu akan trercermin dalam perilaku sehari-hari, baik itu yang berwujud perilaku maupun kepribadian dirinya. Nilai juga akan mengarahkan individu untuk memenuhi dan memelihara sebaik mungkin untuk menunjukkan identitas diri (Wright, 2002). Salah satu nilai yang berkaitan dengan kehidupan sosial adalah respek, yang terbagi menjadi tiga dimensi, yaitu (1) rentangan social justice, community, openness, dan collaboration; (2) rentangan beneficence, inclusivity, learning, dan creativity; dan (3) rentangan celebration, diversity, responsibility, dan honesty dan integrity (Black, 1999), Gambar 2. Jika ingin mendapat respek dari masyarakat, seseorang harus menjunjung tinggi nilai-nilai itu. Tanggung jawab sebagai salah satu nilai yang berkaitan dengan respek mempunyai peranan penting dalam perkembangan hidup seseorang. Tanggung jawab menjadi indikator kedewasaan seseorang, yang akan membedakannya dengan anak-anak yang belum memperoleh pendidikan yang lengkap. Gambar 2. Nilai-nilai yang Berkaitan dengan Respek Bagi peserta didik, tanggung jawab merupakan tugas perkembangan yang harus mereka emban sesuai dengan perkembangan kognisinya. Seorang anak yang bertanggung jawab sudah 10
  • 11. mengerti tugas-ugas yang dibebankan kepada mereka, termasuk risiko yang akan diterima kalau lai dari tanggung jawab itu. Makin dewasa seseorang, tanggung jawab menjadi sesuatu yang diinginkan, alih-alih dihindarkan. Seorang calon presiden misalnya, pada hakikatnya menginginkan tanggung jawab yang besar atas kesejahteraan bangsanya diletakkan dipundaknya, dan ia akan melaksanakannya sebaik mungkin. Hal-hal yang penting dari nilai tanggung jawab terdiri dari pemahaman tentang bidang yang menjadi tanggung jawab seseorang, kemauan yang tulus untuk melaksanakan, dan manfaat bagi orang lain akibat dari tanggung jawab yang diemban itu. 2.6 Penelitian yang Relevan (Jika ada) Badu (2006) dalam penelitiannya tentang nilai tanggung jawab yang dimiliki siswa dalam tugas sebagai pemimpinan, menyimpulkan bahwa kejelasan tentang cakupan tanggung jawab yang diterima sangat mempengaruhi kesungguhan siswa untuk mewudjukan tanggung jawab itu. Candra (2007) dalam penelitiannya tentang nilai tanggung jawab siswa terhadap tugas akademis menyimpulkan bahwa campur tangan guru diperlukan untuk menanamkan nilai itu di kalangan siswa. 2.7 Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan kajian pustaka di atas, hipotesis tindakan penelitian ini dikemukakan sebagai berikut. a. dalam diri siswa akan meningkatkan motivasi mereka membaca buku. b. akan tumbuh melalui penjelasan tentang hal-hal yang harus dilakukan siswa dalam membaca dan mengerjakan, konsekuensi yang akan diterima atas, dan manfaat yang diperoleh orang lain. 11
  • 12. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di wilayah Jakarta Timur. Mata pelajaran yang diteliti adalah Elektronika Digital, sedangkan subjek penelitian adalah siswa kelas X. 3.2 Subyek Penelitian Penelitian ini memfokuskan pada peningkatan motivasi siswa dalam membaca buku, konsekuensi yang akan diterima , dan manfaat yang akan diperoleh. 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan model Kemmis & McTaggart (1988). Diagramnya disajikan dalam Gambar 3 sebagai berikut. Gambar 3. Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan McTaggart 12
  • 13. 3.4 Prosedur Penelitian Penelitian ini akan berlangsung sebanyak tiga siklus, masing-masing terdiri dari tiga tatap muka. Pada siklus pertama recana tindakan yang dilakukan guru adalah sebagai berikut. 1) Pada pertemuan tatap muka yang pertama, dibuat kesepakatan antara guru dengan siswa berkenaan dengan tanggung jawab seputar pemanfaatan buku paket: (a) cara menyimpan dan merawat, (b) cara membaca isinya sesuai dengan tugas yang diberikan, (c) sangsi yang akan diterima apabila tanggung jawab itu dilepaskan, dan (d) manfaat yang akan diperoleh oleh orang lain jika nilai tanggung jawab itu dijunjung tinggi secara tulus. 2) Kesepakatan itu ditulis dalam buku catatan siswa, dan juga di kertas ukuran A4 yang ditempel di dinding kelas. Setiap kali memberikan tugas membaca dan mengerjakan PR, guru selalu mengingatkan kesepakatan itu. 3) Siswa yang melepaskan tanggung jawab akan dikenai hukuman, sedangkan yang melaksanakan dengan baik diberi imbalan. 4) Guru memberikan penjelasan tentang manfaat yang diperoleh orang lain atas dijunjung tingginya nilai tanggung jawab itu. 5) No 2 s.d. 4 dilakukan secara konsisten tiap pertemuan tatap muka. 3.5 Instrumen Penelitian Untuk mengukur variabel terikat yaitu motivasi membaca buku digunakan kuesioner dan lembar observasi. Akan dilihat dua aspek dalam motivasi membaca itu, yaitu: (1) aspek ekstrinsik yang terdiri dari operant conditioning dan social cognition dan (2) aspek intrinsik yang terdiri dari kognitif, afektif, dan konatif. 3.6 Analisis Data Data skor motivasi membaca buku dianalisis dengan statistik deskriptif yang terdiri dari rata- rata dan persentase, dari masing-masing instrumen yaitu kuesioner dan lembar observasi. Peningkatannya tiap akhir siklus dianalisis untuk melihat kecenderungannya, naik atau turun. 3.7 Kolaborator Kolaborator dalam penelitian ini adalah ..... guru ........ Pertemuan kolaborasi antara anggota tim peneliti dilakukan pada saat penyusunan proposal penelitian. Tim peneliti juga berkolaborasi secara periodik pada akhir minggu, untuk mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran yang telah berlangsung dan merencanakan pembelajaran untuk minggu berikutnya. Di akhir tiap jam tatap muka antara guru dengan kolaborator juga melakukan dikusi singkat untuk mengevaluasi pembelajaran yang baru dilakukan. Diskusi itu diusahakan tidak lebih dari 10 menit karena guru harus mengajar pada jam elajaran berikutnya. 13
  • 14. DAFTAR PUSTAKA Badu. (2006). Nilai tanggung jawab yang menyertai kepemimpinan siswa dalam organisasi intrasekolah. Yogyakarta: P. T. Pradnya Prada. Coninghan, James. (2003). Scientific method as an epistemlogy to discover scientific principles. London: John Welly & Son. Franken, R. (1994). Human motivation. Pacific Grove, CA: Brooks/Cole. Franken, R. (2001). Human motivation (5th ed.).. Pacific Grove, CA: Brooks/Cole. Huitt, W. (2001). Motivation to learn: An overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta, GA: Valdosta State University. Retrieved [date], from http://chiron.valdosta.edu/whuitt/col/motivation/motivate.html Johnatan Black. (1999). Values among social worker in a modern society. New Delhi: Candranagar Publisher Ltd. Kemmis & McTaggart. (1988). Classroom action research for student teacher. London: Kogan Page Ltd. Kleinginna, P., Jr., & Kleinginna A. (1981a). A categorized list of motivation definitions, with suggestions for a consensual definition. Motivation and Emotion, 5, 263-291. Kleinginna, P., Jr., & Kleinginna A. (1981b). A categorized list of emotion definitions, with suggestions for a consensual definition. Motivation and Emotion, 5, 345-379. Sarwono Wardoyo. (2003). Terampil membaca bahasa Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta: Ganeca Group. Wright, Joseph. (2002). Values and norm of individual living in information era. New York: Wilburg Publisher Limited. 14