1. BUNYI
Bunyi dibedakan menjadi tiga yaitu suara, bunyi dan nada.
1. Suara
Suara (Inggris : Voice) menunjuk kepada pengertian yang bersifat umum dan di dalam bahasa
digunakan juga untuk menunjuk “bunyi” manusia dan binatang.
2. Bunyi
Bunyi (Inggris : Sound) lebih menunjuk pada perhatian khusus yang diterapkan hanya dalam
hubungannya dengan benda dengan menunjuk pada kualitas tertentu.
Misalnya : peluit, bunyinya nyaring.
3. Nada
Nada (Inggris : tone) hanya digunakan dalam hubungannya dengan frekuensi pada ilmu
pengetahuan dan musik. Nada menunjuk pada adanya ketinggian tertentu dengan frekuensi
sudah pasti, di dalam musik adalah suara manusia (vokal) dan suara benda (intrumental).
Hal-hal penting dalam bunyi :
1. Volume dan intensitas bunyi
Dapat dibagi dalam dua golongan yaitu bunyi keras ( ) dan bunyi lemah ( ).
2. Dinamika dan vitalitas bunyi
Bunyi lemah dapat berkembang menjadi bunyi keras, demikian pula sebaliknya. Jarak di dalam
perkembangan lemah keras ini tak terhingga dan dalam variabel yang sangat berbeda-beda.
Misal : bunyi sirene semenjak dari yang paling lemah ke yang paling keras kembali ke yang
paling lemah lagi dapat sangat berbeda-beda grafisnya.
3. Durasi
Durasi (Inggris : Duration) adalah tempo atau waktu berlangsungnya bunyi. Durasi terbagi dua
golongan : nada panjang dan nada pendek.
La
panjang
La pendek
Bunyi panjang dan bunyi pendek di dalam ilmu geometri ibarat garis dan titik yang variasinya
tak terhingga.
dst
A
B
A
lemah keras
lemah
2. 4. Jangkauan atau interval
Jangkauan atau interval menunjuk pada posisi bunyi yang satu dengan bunyi yang lain. Maka
harus ada sedikitnya dua bunyi berbeda yaitu bunyi rendah dan bunyi tinggi dengan jarak tak
terhingga dan dapat ditangkap oleh indra manusia secara terbatas.
A – tinggi
a
c
b
B - rendah
A dan B = batas ketinggian kemanpuan dengar manusia.
a = bunyi tertinggi
b = bunyi rendah
c = variasi jarak (interval)
5. Kualitas bunyi
Kualitas bunyi menyangkut soal baik-buruk, indah jelek dan sebagainya. Kualitas ini terbagi
dalam dua golongan yaitu bunyi kasar dan bunyi halus atau bunyi sempurna (dominan) dan
tak sempurna (disonan).
6. Kuantitas bunyi
Bunyi dapat dihitung melalui indera pendengaran, sama dengan kita menghitung benda-benda
yang nampak melalui indera penglihatan. Bunyi dapat menampakkan gejalanya secara
tunggal, banyak maupun banyak. Namun kemampuan indera pendengaran manusia
menghitung banyaknya bunyi jauh lebih terbatas daripada kemampuan indera penglihatan
menghitung benda-benda yang nampak.
7. Gerak bunyi
Bunyi dapat bergerak menembus ruang dengan membutuhkan waktu untuk mencapai sasaran
tertentu.
A B C
Bunyi B membutuhkan waktu untuk mencapai sasaran pendengaran C ketika ia bergerak dari
sumbernya A.
Gerak bunyi dibagi dalam 2 golongan yaitu gerakan bunyi cepat dan gerakan bunyi lambat.
Maka muncul istilah tempo di dalam musik. Cepat lambat bunyi ditentukan pula oleh keras-
lemahnya bunyi, tinggi-rendahnya bunyi, jauh dekatnya sumber bunyi, intensitas bunyi dan
panjang-pendeknya bunyi.
8. Bentuk bunyi
Bentuk atau dimensi bunyi sangat dipengaruhi oleh bentuk sumbernya. Hal ini menyebabkan
suara setiap orang berbeda-beda dan dapat berubah-ubah, karena bentuk masing-masing
kerongkongan orang berbeda secara alamiah dan bentuk kontruksi mulut yang berbeda dapat
kita ubah-ubah.Orang membuat pengeras suara dengan bentuk bulat atau silinder yang
mengembang di ujungnya agar suarapun dapat kedengaran lebih bulat dan mengeras.
3. Suara-suara dapat dilukiskan sebagai berikut :
bulat - panjang ooo
bulat pendek Lho !
lurus - panjang Yaaa
datar alaa
berat - besar Hemmm
tajam Ting !
Tumpul Plog !
Melemah Wah
Mengeras Lha
Cembung Jagung
Cekung Ech
Melengkung O ………ya = kuat
Bergelombang Aua
Vertikal Hei !
Menaik Halo !
Menurun Tiba
Getaran gelombang Dor !!
9. Warna bunyi
Warna bunyi dipengaruhi oleh sumber bunyinya : bahan yang digunakan, bentuk dan cara
seseorang atau benda membunyikannya. Misalnya bunyi kentongan, gong atau lonceng.
10. Bobot dan karakter bunyi
Dipengaruhi oleh faktor volume, frekuensi, warna dan sebagainya. Misal bunyi gong adalah
berat dan bunyi peluit adalah ringan.
11. Bunyi
Bunyinya bunyi, yaitu bunyi yang pertama adalah obyek dan bunyi yang kedua adalah subyek.
Misalnya bunyinya gong.
4. 12. Bentuk dan isi bunyi.
Bunyi tanpa bentuk belum dapat disebut musik. Bentuk ibarat kerangka atau jasmani dan
bunyi ibarat isi atau roh. Bunyi sebagai isi meliputi bentuk ritme, melodi harmoni dan vitalis
musik lainnya. Ritme menjadi yang pertama karena bersifat alamiah, universal dan mutlak.
Bunyi telah terjadi didalam benak kita, didalam khayalan atau imajinasi jauh sebelum secara riil
kita kita menyatakan dalam bentuk suara atau bunyi. Maka dari itu istirahat (Inggris : break);
Jerman : pause) di dalam musik (partitur) harus kita mengerti sebagai bunyi yang tak riil
( dalam imajunasi) bukan hanya sekedar “tanda” berhenti. Pause atau hening yang dinyatakan
dalam tanda istirahat di dalam musik adalah “bunyi yang bersuara” yang sangat penting
maknanya.
13. Melodi dan harmoni
Melodi yang membuat bunyi menjadi sangat menarik dan terus menerus berubah, misalnya
naik-turun. Bunyi yang menampilkan dirinya dalam bentuk melodi pada musik ibarat figur
seorang gadis. Ia dapat terlihat sangat indah, sangat menggiurkan, sangat mempesona, tetapi
tidak jarang juga menjadi sangat menyebalkan. Manusia yang membuat melodi berdasarkan
instink, inspirasi dan keterampilan. Harmoni bunyi di dalam musik disusun atas dasar hukum-
hukum keseimbangan alam yang sifatnya universal. Perimbangan tersebut terjadi antara awal
dan akhir, sempurna dan tak sempurna, antara terbuka dan tertutup, tinggi-rendah, keras-lemah,
tebal-tipis dan seterusnya. Harmoni sebagai salah satu bagian dari terminal bunyi di dalam
musik sangat menentukan watak dan temperamen maupun kerapian musik dengan segala
keindahannya. Bunyi sebagai isi betolak dari alam dan bentuk adalah hasil karya manusia.
Pertemuan antara alam dan manusia (bentuk dan isi) akan menghasilkan karya seni musik yang
melahirkan indahnya keindahan.
MANUSIA DAN SUGESTI BUNYI
1. Bunyi sebagai lambang
Lambang yang dibuat manusia berwujud bunyi. Misalnya sebuah gong dipukul pertanda dimulainya
suatu upacara. Gelegar gunturpertanda hujan adalah lambang. Sejauh mana bunyi di dalam musik
itu sangat sugestif terhadap manusia. Musik sebagai karya manusia, sehingga pengubahan alam atau
bunyi yang dilakukan manusia ini dapat disebut sebagai hasil seni.
2. Budaya bunyi
Bunyi asli yang bersumber dari alam dapat dbuat atau diolah menjadi bunyi buatan yang
mengandung nilai artistik. Baik bunyi asli maupun buatan manusai menjadi bahasa seni di dalam
suatu usaha manusia untuk menciptakan musik. (bunyi alam dan bunyi buatan adalah bahasa
musik). Sugesti bunyi mengakibatkan adanya relativitas terhadap apa yang dianggap cocok dan baik
menurut ukuran estetika maupun perasaan artistik masing-masning orang. Misalnya suara lokomotif
yang sebagian orang menganggap sebagai gangguan karena “bising”.
3. Sugesti bunyi karena pengalaman
Sugesti bunyi adalah bunyi yang dianggap baik atau cocok untuk diterima oleh masing-masing
orang, suatu kelompok atau masyarakat tertentu. Misalnya dalam lomba menyanyi, juri memberikan
penilaian berdasarkan pengalaman pendengaran tentang suara yang dianggap baik, bagus dan
berkualitas pada masanya.
5. 4. Sugesti karena pendidikan.
Sugesti ini dapat terbentuk karena faktor lingkungan tempat seseorrang menerima pendidikan.
Misalnya orang jawa dididik untuk selalu berbicara lemah-lembut atau dalam pelajaran menyanyi,
suara yang dianggap baik adalah suara yang diajarkan pada waktu latihan di kelas. Contoh lain
misalnya suara instrumen musik , terompet, dapat dianggap sebagai suara yang baik, apabila bunyi
yang dihasilkan “bulat, bersih dan lantang”. Seseorang mungkin tidak akan dapat menghasilkan
suara seperti ini bila tidak mengalami “pendidikan”.
5. Sugesti karena kebiasaan
Kebiasaan membentuk persepsi pendengaran kita. Tidak jarang kita terganggu oleh suara atau bunyi
tertentu. Misalnya kita terbiasa mendengarkan musik barat yang dimainkan oleh sekelompok orang
yang tergabung dalam orkestra. Karena kebiasaan kita menganggap bunyi yang dihasilkan indah.
Namun bila kita mendengar lagu dari negeri Cina, mungkin akan dianggap bunyi yang dihasilkan
sangat aneh.
6. Sugesti karena khayalan.
Khayalan atau imajinasi membentuk kesadaran kita tentang bunyi indah. Hal ini dapat terjadi
karena pengalaman pendengaran dan keinginan untuk melakukan pengulangan. Sebagai contoh,
pada saat kita memainkan atau mengkombinasikan beberapa nada secara serempak (disebut akord),
dengan pengalaman indera pendengaran kita dapat merasakan mana bunyi yang enak dan mana
yang tidak enak saat digabungkan ke dalam melodi. Kegiatan ini kemudian dilakukan berulang-
ulang untuk mendapatkan kepastian. Dengan demikian munculah istilah harmoni yang menjadi
dasar hukum bagi musik.
MUSIK DAN MANUSIA
Musik dengan penciptanya.
Orang yang menciptakan musik karena faktor kepandaian (intelegensi), keterampilan (skill), dan
seluruh aktivitas serta perhatian hidupnya tercurah untuk pekerjaan mencipta. Antara lain komponis
dan aranger. Latar belakang penciptaan dipengaruhi juga karan aliran musik yang dianut misalnya
musik timur, musik barat, musik jaman barok, musik jaman klasik, musik jaman romantik dan
musik jaman modern. Adanya aliran-aliran ini membuat musik setiap aliran diciptakan berdasarkan
ciri-ciri tersendiri.
Musik dan pemainnya
Pemain musik merupakan ujung tombak dari hasil karya cipta komponis. Para pemainlah yang
menterjemahkan seluruh lambang dan simbol yang tertulis. Dengan demikian semua pesan, arti dan
makna yang diinginkan komponis dapat tersampaikan. Melalui para pemain nilai estetik musik
dapat terlihat dan setiap pendengar dapat memberikan pendapatnya tentang musik yang dihasilkan,
namun tergantung dari sudut mana seorang pendengar memandang dan mengamati musik tersebut.
Didalam memainkan musik, ada dua cara yang biasa dilakukan pemain yaitu bermain dengan
partitur/naskah atau tidak dengan partiur atau naskah.
Musik dan pendengarnya.
Hasil akhir sebuah karya cipta dapat diberikan penilaian setelah ada seseorang atau audiens yang
mendengarkan. Dari sinilah nilai estetika sebuah karya cipta dapat terlihat. Meskipun kebanyakan
orang hanya sebagai pendengar pasif, tetapi berdasarkan teori awal bahwa bunyi akan menjadi
musik setelah diberi ritme, melodi dan harmoni dan hal itu telah dirasakan oleh para pendengar
diluar pencipta. Pendengarlah yang akan menentukan indah tidaknya karya musik yang dihasilkan.
6. BAGIAN AKHIR
Estetika dan estetika musik sebagai salah satu disiplin pengetahuan manusia di bidang
keindahan musik dan keindahan alam hanya membahas oyeknya, yaitu indah dan keindahan.
Tentang rahasia indah” itu sendiri dari waktu ke waktu tidak mampu dijawab oleh olmu
pengetahuan yang lain.
Karena obyek estetika adalah gejala-gejala persoalan indah dan tidak indah, maka obyek
persoalannya adalah alam, karya manusai dan manuasia itu sendiri. Dalam hal ini pengamatan kita
pengamatan kita harus mampu menarik garis pemisah antara kehidupan alam dan keindahan hasil
karya manusia dalam bentuk karya seni. Keindahan alam terbentuk sebagai prosesnya sendiri.
Dalam karya seni manusia mengerahkan segala potensinya untuk menciptakan nilai-nilai artistik.
Perbedaan dasar ini sangat mempengaruhi kenyataan nilai-nilai estetis keindahan alam yang bersifat
alami dan keindahan hasil karya manusia yang bersifat dinamis. Keindahan seni kreatif hasil karya
manusia sangat tergantung dari seluruh potensi budaya manusia baik yang melibatkan kondisi
mental, spirit, lingkungan hidup, pengalaman-pengalaman batin dan reaksi-reaksinya. Upaya
kreatif manusia di dalam dunia seni ini menghasilkan ide-ide, konsep-konsep, wawasan, fantasi,
imajinasi, gagasan-gagasanyang melatarbelakangi keyakinannya. Sifat-sifat kemajemukan manusia
itu sendiri telah menimbulkan keberbagian di dalam dunia pengetahuan estetika. Timbulnya
perbedaan pandangandan konsepkonsep tentang prinsip keindahan melahirkan wawasan dalam
dunia pengetahuan estetika.
Estetika musik tidak dapat melepaskan dirinya dari pengetahuan estetika secara umum dan
pengetahuan lainnya yang berkaitan dengan masalah-masalah musik. Akan tetapiu karena sifat-
sifatnya yang non-visual dan non-verbal, manusia sering mendapatkan kesulitan dalam membahas
nilai-nilai estetisnya. Kita sering lebih mampu merasakan kehadiran musik daripada menagkap
maknanya. Di lain pihak kekeuatan daya penetrasi musik yang tidak terikat ruang dan waktu sering
mempengaruhi sikap dan aktivitas manusia sehari-hari. Pengaruh-pengaruh inilah yang
menimbulkan berbagai persoalan dalam dunia estetika musik. Tergantung dari sudut dan
kepentingan musik dapat dipandang dari sudut kesenian sebagai hasil karya seni manusia atau
sebagai obyek kenikmatan saja, atau juga untuk tujuan-tujuan diluar musik sendiri. Misalnya
pengaruh kekuatan musikyang dihubungkan dengan tujuan-tujuan dan masalah-masalah sosial,
agama, politik, pendidikan dan sebagainya. Dilihat dari sudut ini kadar nilai-nilai artistik yang
berada didalamnya tentu sangat berbeda. Akan tetapi dilihat dari sudut nilai estetisnya apapun
tujuan, kepentingan dan jenisnya, masalah nilai-nilai estetisnya harus dikembalikan kepada
persoalan pokoknya yaitu musik. Dan musik tidak dapat dibahas di luar diri musik itu sendiri.
Manusia dapat membahas persoalan-persoalan dan gejala-gejalanya akan tetapi tentang hahaekat
dari pada keindahan musik, ia akan menjelaskan dirinya sendiri oleh karena musik pada akhirnya
adalah bahasa ekspresif yang tidak memerlukan penjelasan dan penterjemahan. Walaupun begitu
dilihat dari sudut estetika musik sangat perlu ditinjau persoalan-persoalan keindahanya utnuk
difahami dan dimengerti latar belakangnya. Latar belakang tersebut adalh ide-ide, pikiran-pikiran,
keyakinan dan seluruh pengalam hidup manusai sebagai penciptanya. Dan membahas hasil karya
manusia di bidang apapun tentu akan menarik, karena dengan begitu berarti membahas diri kita
sendiri. Disamping itu persoalan-persoalan hasil karya manusia selalu berkembang dan berubah-
ubah sepanjang waktu. Demikian juga tentang estetika musik. Estetika dan estetika musik akan
terus berkembang selama manusia masih bergulat dengan misteri dunia keindahan yang menjadi
cermin hidupnya.
(Suka Harjana, Estetika Musik, 1983)
7. BAGIAN AKHIR
Estetika dan estetika musik sebagai salah satu disiplin pengetahuan manusia di bidang
keindahan musik dan keindahan alam hanya membahas oyeknya, yaitu indah dan keindahan.
Tentang rahasia indah” itu sendiri dari waktu ke waktu tidak mampu dijawab oleh olmu
pengetahuan yang lain.
Karena obyek estetika adalah gejala-gejala persoalan indah dan tidak indah, maka obyek
persoalannya adalah alam, karya manusai dan manuasia itu sendiri. Dalam hal ini pengamatan kita
pengamatan kita harus mampu menarik garis pemisah antara kehidupan alam dan keindahan hasil
karya manusia dalam bentuk karya seni. Keindahan alam terbentuk sebagai prosesnya sendiri.
Dalam karya seni manusia mengerahkan segala potensinya untuk menciptakan nilai-nilai artistik.
Perbedaan dasar ini sangat mempengaruhi kenyataan nilai-nilai estetis keindahan alam yang bersifat
alami dan keindahan hasil karya manusia yang bersifat dinamis. Keindahan seni kreatif hasil karya
manusia sangat tergantung dari seluruh potensi budaya manusia baik yang melibatkan kondisi
mental, spirit, lingkungan hidup, pengalaman-pengalaman batin dan reaksi-reaksinya. Upaya
kreatif manusia di dalam dunia seni ini menghasilkan ide-ide, konsep-konsep, wawasan, fantasi,
imajinasi, gagasan-gagasanyang melatarbelakangi keyakinannya. Sifat-sifat kemajemukan manusia
itu sendiri telah menimbulkan keberbagian di dalam dunia pengetahuan estetika. Timbulnya
perbedaan pandangandan konsepkonsep tentang prinsip keindahan melahirkan wawasan dalam
dunia pengetahuan estetika.
Estetika musik tidak dapat melepaskan dirinya dari pengetahuan estetika secara umum dan
pengetahuan lainnya yang berkaitan dengan masalah-masalah musik. Akan tetapiu karena sifat-
sifatnya yang non-visual dan non-verbal, manusia sering mendapatkan kesulitan dalam membahas
nilai-nilai estetisnya. Kita sering lebih mampu merasakan kehadiran musik daripada menagkap
maknanya. Di lain pihak kekeuatan daya penetrasi musik yang tidak terikat ruang dan waktu sering
mempengaruhi sikap dan aktivitas manusia sehari-hari. Pengaruh-pengaruh inilah yang
menimbulkan berbagai persoalan dalam dunia estetika musik. Tergantung dari sudut dan
kepentingan musik dapat dipandang dari sudut kesenian sebagai hasil karya seni manusia atau
sebagai obyek kenikmatan saja, atau juga untuk tujuan-tujuan diluar musik sendiri. Misalnya
pengaruh kekuatan musikyang dihubungkan dengan tujuan-tujuan dan masalah-masalah sosial,
agama, politik, pendidikan dan sebagainya. Dilihat dari sudut ini kadar nilai-nilai artistik yang
berada didalamnya tentu sangat berbeda. Akan tetapi dilihat dari sudut nilai estetisnya apapun
tujuan, kepentingan dan jenisnya, masalah nilai-nilai estetisnya harus dikembalikan kepada
persoalan pokoknya yaitu musik. Dan musik tidak dapat dibahas di luar diri musik itu sendiri.
Manusia dapat membahas persoalan-persoalan dan gejala-gejalanya akan tetapi tentang hahaekat
dari pada keindahan musik, ia akan menjelaskan dirinya sendiri oleh karena musik pada akhirnya
adalah bahasa ekspresif yang tidak memerlukan penjelasan dan penterjemahan. Walaupun begitu
dilihat dari sudut estetika musik sangat perlu ditinjau persoalan-persoalan keindahanya utnuk
difahami dan dimengerti latar belakangnya. Latar belakang tersebut adalh ide-ide, pikiran-pikiran,
keyakinan dan seluruh pengalam hidup manusai sebagai penciptanya. Dan membahas hasil karya
manusia di bidang apapun tentu akan menarik, karena dengan begitu berarti membahas diri kita
sendiri. Disamping itu persoalan-persoalan hasil karya manusia selalu berkembang dan berubah-
ubah sepanjang waktu. Demikian juga tentang estetika musik. Estetika dan estetika musik akan
terus berkembang selama manusia masih bergulat dengan misteri dunia keindahan yang menjadi
cermin hidupnya.
(Suka Harjana, Estetika Musik, 1983)