1. PSIKOLINGUISTIK
(TEORI STIMULUS-RESPONS)
TEORI-TEORI STIMULUS - RESPONS
Ada beberapa teori stimulus-respons yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, dalam
kesempatan ini penulis akan menjelaskan tiga teori dari beberapa teori stimulus respons yang
ada, diantaranya:
1. Teori Pembiasaan Klasik dari Pavlov
Teori pembiasaan klasik ini ditemukan oleh Ivan Petrovich Pavlov (1848 - 1936),
seorang ahli fisiologi bangsa Rusia. Dalam teori ini, Pavlov melakukan eksperimen pada seekor
anjing. Ia mendapati bahwa air liur anjing telah lebih dahulu keluar sebelum seekor anjing mulai
memakan makanan. Eksperimen ini dilakukan dengan cara; Pertama, ia membunyikan lonceng
sebelum anjing diberi makanan, tanpa diikuti pemberian makanan. Cara tersebut tidak pernah
membuat anjing mengeluarkan air liurnya. Setelah itu, ia memberikan makanan, dan membuat
anjing itu mengeluarkan air liurnya. Dengan cara yang sama dan diberlakukan secara berulang-ulang
terhadap anjing tersebut, maka disini anjing telah “mempelajari” bahwa bunyi lonceng
bermakna bahwa makanan akan muncul dan segera anjing tersebut mengeluarkan air liurnya.
Dari eksperimen Pavlov tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menimbulkan atau
memunculkan reaksi yang diinginkan yang disebut respon, maka perlu adanya stimulus yang
dilakukan secara berulang-ulang sehingga disebut dengan pembiasaan. Dengan pemberian
stimulus yang dibiasakan, maka akan menimbulkan respons yang dibiasakan. Teori ini merujuk
pada suatu kebiasaan yang dilakukan.
Contoh yang dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya yaitu kebiasaan
makan makanan yang pedas. Seseorang tidak terbiasa untuk makan makanan yang memiliki rasa
pedas. Namun dengan membiasakan diri untuk makan makanan pedas sedikit demi sedikit dan
berulang-ulang maka kini orang tersebut telah terbiasa memakan makanan yang memiliki rasa
pedas.
2. Teori Penghubungan dari Thorndike
Teori penghubungan diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike (1874 – 1919), seorang
ahli psikologi berkebangsaan Amerika. Thorndike melakukan eksperimen pada seekor kucing. Ia
2. menempatkan seekor kucong dalam sebuah sangkar. Di dalam sangkar tersebut terdapat engsel,
yang mana bila engsel tersebut ditekan maka dapat terbuka dari dalam. Kucing itu berusaha
untuk mencari jalan keluar dengan mencakar-cakar kesana-kemari. Secara kebetulan kaki kucing
tersebut menginjak engsel sehingga pintu sangkar terbuka dan kucing tersebut dapat keluar.
Eksperimen ini dilakukan beberapa kali oleh Thorndike. Dalam eksperimen tersebut awalnya
kucing itu masih berperangai yang sama seperti eksperimen sebelumnya. Eksperimen tersebut
terus dilakukan dan kucing tersebut membutuhkan waktu yang semakin sedikit untuk dapat
membuka sangkar itu. Akhirnya, kucing itu dpat membuka sangkar dengan segera tanpa harus
mencakar dulu kesana kemari.
Dari eksperimen Thorndike tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh hasil
yang baik maka kita memerlukan latihan. Latihan yang dimaksud ialah latihan yang dilakukan
secara berulang-ulang dengan urutan yang benar dan secara teratur. Teori ini merujuk kepada
system “coba-coba”, yaitu suatu kegiatan yang bila kita gagal dalam melakukannya, maka kita
harus terus mencoba hingga akhirnya berhasil.
Contoh yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari salah satunya yaitu belajar
naik sepeda. Pertama kali, seseorang belum dapat menaiki atau mengendarai sepeda. Orang
tersebut belajar untuk mengayuh sepedanya. Meskipun awalnya ia terjatuh, namun ia tetap
mencoba untuk berusaha berlatih naik sepeda. Dan hasilnya, orang tersebut kini telah dapat
mengayuh sepedanya dan tidak terjatuh lagi. Contoh ini merupakan salah satu contoh dari teori
penghubungan yang dikemukakan olehThorndike, yaitu bahwa hubungan stimulus dan respons
dapat diperkuat melalui latihan-latihan.
3. Teori Behaviorisme dari Watson
Teori bahaviorisme diperkenalkan oleh John B. Watson ( 1878-1958) seorang ahli
psikologi berkebangsaan Amerika. Di Amerika Serikat, Watson dikenal sebagai Bapak
Behaviorisme. Menurut Watson, dalam pembelajaran tidak ada perbedaan antara manusia dan
hewan. Untuk membuktikan teori ini, Watson melakukan eksperimen terhadap Albert seorang
bayi berumur 11bulan. Awalnya Albert adalah seorang bayi yang gembira. Ia tidak takut
terhadap binatang seperti tikus putih berbulu halus. Dalam eksperimen ini Watson memulai
percobaannya dengan memukul sebatang besi dengan sebuah palu. Setiap kali Albert mendekat
untuk memegang tikus itu, Watso melakukan perlakuan yang sama seperti memukul besi
tersebut. Dan akibatnya, Albert menjadi takut terhadap tikus putih itu, dan hewan ataupun benda
lainnya yang berwarna putih,seperti kelinci putih ataupun jaket yang berwarna putih. Eksperimen
3. yang telah dilakukan oleh Watson ini membuktikan bahwa pelaziman dapat mengubah perilaku
seseorang secara nyata.
Dari eksperimen Watson tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran
sebagian perilaku yang terjadi adalah akibat pengaruh dari lingkungan sekitar. Dengan kata lain
bahwa karakter atau kepribadian seseorang individu dapat terbentuk oleh karena dipengaruhi
lingkungan sekitar atau lingkungan dimana ia berada.
Contoh yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari yaitu ada seorang pria yang
bersuku bugis. Ia menikah dengan seorang wanita yang kini menjadi istrinya yang bersuku
sunda. Setelah mereka tinggal bersama sekian tahun di lingkungan keluarga istrinya, maka sang
suami yang awalnya tidak tahu berbahasa sunda kini telah dapat berbahasa sunda dan memiliki
dialek sunda dalam berbicara. Sang suami pun telah dapat memahami bahasa daerah istrinya. Ini
merupakan salah satu contoh teori yang dikemukakan oleh Watson, dimana kepribadian atau
tingkah laku seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
•
Otak manusia telah mengalami evolusi dari yang paling rumit seperti yangkita miliki sekarang.
•
Hemisfir kiri mengenda likan semua anggota badan yang ada disebelahkanan, termasuk
muka bagian kanan. Sebaliknya, hemisfir kanan mengontrolanggota badan dan wajah sebelah
kiri. Mata dan telinga diatur agar berbeda.Pada tiap mata dan telinga terdapat sambungan syaraf ke
hemisfir kiri maupunkanan, meskipun jumlahnya berbeda.
•
Lateralisas i merupakan proses pengkhususan fungsi dari dua belah otak yang terjadi
karena penyebelahan menjadi dua bagian, yakni hemisfer
kanandan hemis fe r kir i. Pe rkembangan te r sebut bia sa muncul pada dir i ana
k menginjak usia dua tahun sampai menjelang masa pubertas yang terjadi secara perlahan-lahan (
H.D.Brown ).
•
Teori lokalisasi atau lazim juga disebut pandangan lokalisasi
(localizationview) berpendapat bahwa pusat-pusat
bahasa dan ucapan berada di daerahBroca dan daerah Wernicke.
•
Otak memegang peran yang sangat penting dalam bahasa. Apabila inputyang masuk adalah
dalam bentuk lisan, maka bunyi-bunyi itu ditanggapi dilobe temporal, khususnya oleh korteks
primer pendengaran. Di sini input tadidiolah secara rinci sekali. Tetapi jika input yang masuk
bukan dalam bentuk lisan, tetapi dalam bentuk tulisan, maka masukan tidak ditanggapi oleh korteks primer
pendengaran, tetapi oleh korteks visual di lobe osipital