Nama : Rimba Yudha Adipratama
NPM : 25315026
Tugas Epidemologi
DISENTRI
Faktor yang mempengaruhi kesehatan berasal dari lingkungan sekitar maupun
lingkungan sosial. Kesehatan lingkungan adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara
lingkungan dengan kesehatan manusia, tumbuhan, dan hewan dengan tujuan untuk
meningkatkan faktor lingkungan yang menguntungkan dan mengendalikan faktor yang
merugikan. Lingkungan sangat luas cakupannya, salah satunya yaitu sosiosfer atau
lingkungan sosial sekitar.
Lingkungan sekitar atau kita sebut sebagai sosiosfer adalah lingkungan yang
tercipta sebagai akibat dari interaksi antar manusia secara rasional yang
memungkinkan tersalurkannya budaya dari satu orang ke orang lain atau interaksi
antara satu generasi ke generasi generasi berikutnya berikutnya. Lingkungan sosial
erat kaitannnya kaitannnya dengan perilaku manusia pada umumnya. Proses yang
terjadi pada perubahan perilaku disebabkan oleh kesadaran akan kebutuhan terhadap
kesehatan yang terstimulasi sehingga timbul dorongan atau motif untuk berubah,
sehingga perlu dorongan untuk mengubah perilaku. Lingkungan sosial sekitar yang
buruk dapat menyebabkan penyakit disentri.
Penyebab Disentri
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit
perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur
lendir dan darah. Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa
kuman penyebab disentri tersebut menembus dinding kolon dan bersarang di
bawahnya. Disentri paling sering disebabkan oleh spesies Shigella, yang disebut
disentri basiler atau Entamoeba histolytica, yang disebut sebagai disentri amoeba.
Terdapat dua macam disentri berdasarkan penyebabnya, yakni disentri basiler yang
disebabkan oleh Shigella spp dan disentri amuba yang disebabkan oleh Entamoeba
histolytica. Penyakit infeksi saluran pencernaan dapat disebabkan oleh virus, bakteri
dan protozoa. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri dikenal sebagai disentri basiler yang
disebabkan oleh bakteri shigella, sedangkan infeksi yang disebabkan oleh protozoa
dikenal sebagai disentri amuba. Tapi sekarang telah diketahui banyak penyebab lain
berupa parasit dan bakteri, yaitu Shigella spp., Salmonella spp., Campylobacter spp.,
Vibrio parahaemolyticus, I'leisomonas shigelloides, EIEC (Enteriinnasive E. coil),
Aeromonus spp., Entamoeba histolytica atau Giardia lambha. Penyebab diare yang
terpenting dan tersering adalah Shigella, khususnya S. flexneri dan S. dysenteriae.
Entamoeba histolytica (E. histolytica) merupakan penyebab disentri pada anak yang
usianya di atas lima tahun dan jarang ditemukan pada balita. Disentri amuba adalah
penyakit infeksi saluran pencernaan akibat tertelannya kista E. histolytica yang
merupakan mikroorganisme an-aerob bersel tunggal dan bersifat pathogen.
Penyebaran
Kebanyakan kuman penyebab disentri basiler ditemukan di Negara berkembang
dengan kesehatan lingkungan yang kurang atau di tempat-tempat dimana sanitasi
lingkungan dan kebersihan perorangan yang buruk. Selain itu, penyebaran penyakit
disentri terutama lewat makanan dan minuman yang terkontaminasi. (WHO, 2014).
Penyebaranya bisa melalui vektor lalat, seperti air,susu,makanan yang terkontaminasi
oleh tinja penderita. Lalat merupakan serangga yang hidup di tempat yang kotor dan
bau, sehingga bakteri dengan mudah menempel di tubuhnya dan menyebar di setiap
tempat yang dihinggapi
Pencegahan
Kondisi higienis perorangan dan sanitasi lingkungan merupakan faktor utama
pencegahan disentri. Selain itu faktor perilaku dari individu dalam menjalani pola hidup
bersih dan sehat merupakan hal penting dalam menghindari infeksi. Pada prinsipnya
pencegahan penyebaran infeksi amebiasis adalah terputusnya rantai penularan dari
sumber infeksi (tinja) ke manusia. Ada dua aspek utama pencegahan yaitu dari aspek
higienis perorangan dan sanitasi lingkungan. Higienis perorangan lebih terfokus dalam
hal perilaku individu dalam upaya memutus rantai penularan. Sedangkan sanitasi
lingkungan fokus pencegahan terletak dalam hal rekayasa lingkungan dalam mengisolir
sumber infeksi. Pencegahan terhadap aspek higienis perorangan adalah:
1. Mencuci tangan dengan sabun setelah keluar dari kamar kecil dan sebelum
menjamah makanan.
2. Mengkonsumsi air minum yang sudah dimasak (mendidih). Jika minum air yang tidak
dimasak, dalam hal ini air minum kemasan hendaknya diperhatikan tutup botol atau
gelas yang masih tertutup rapi dan tersegel dengan baik.
3. Tidak memakan sayuran, ikan dan daging mentah atau setengah matang.
4. Mencuci sayuran dengan bersih sebelum dimasak.
5. Mencuci dengan bersih buah-buahan yang akan dikonsumsi.
6. Selalu menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan secara teratur dan
menggunting kuku.
7. Mencuci alat makan (piring, sendok, garpu) dan alat minum (gelas, cangkir) dengan
menggunakan sabun dan dikeringkan dengan udara. Jika menggunakan kain lap,
hendaknya menggunakan kain lap yang bersih dan kering.
8. Mencuci dengan bersih alat makan-minum bayi/anak-anak dan merendam dalam air
mendidih sebelum digunakan.
9. Bagi para pengusaha makanan (restoran, katering) menerapkan aturan yang ketat
dalam penerimaan terhadap calon penjamah makanan (food handler) yang akan
bekerja dengan mensyaratkan pemeriksaan tinja terhadap kemungkinan adanya
carrier atau penderita asimptomatik pada para calon penjamah makanan. Selama
para penjamah makanan tersebut bekerja, minimal 6 bulan sekali dilakukan
pemeriksaan tinja.
10. Membuang kotoran, air kotor dan sampah organik secara baik dengan tidak
membuangnya secara sembarangan.
11. Segera berobat ke petugas kesehatan jika frekuensi buang air meningkat, sakit pada
bagian abdomen dan kondisi tinja encer, berlendir dan terdapat darah. Sebelum
berobat atau minum obat, minum cairan elektrolit guna mencegah timbulnya
kekurangan cairan tubuh.
Sedangkan pencegahan terhadap aspek sanitasi lingkungan adalah:
1. Pembuangan kotoran manusia yang memenuhi syarat. Prinsip pembuangan
kotoran manusia yang memenuhi syarat adalah tinja yang dibuang terisolir dengan
baik sehingga tidak dihinggapi serangga (lalat, kecoa), tidak mengeluarkan bau,
dan tidak mencemari sumber air.
2. Menggunakan air minum dari sumber air yang bersih (air ledeng, pompa sumur
dangkal atau dalam, penampungan air hujan).
3. Menghindari pemupukan tanaman dengan kotoran manusia dan hewan. Jika
menggunakan pupuk kandang dan kompos, pastikan bahwa kondisi pupuk kandang
atau kompos tersebut benar-benar kering.
4. Menutup dengan baik makanan dan minuman dari kemungkinan kontaminasi
serangga (lalat, kecoa), hewan pengerat (tikus), hewan peliharaan (anjing, kucing)
dan debu.
Undang-undang yang Berkaitan
Di dalam Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992 pasal 22 disebutkan
bahwa kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat, yang dapat dilakukan dengan melalui peningkatan sanitasi lingkungan, baik
yang menyangkut tempat maupun terhadap bentuk atau wujud substantifnya yang
berupa fisik, kimia, atau biologis termasuk perubahan perilaku. Kualitas lingkungan
yang sehat adalah keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang membahayakan
kesehatan dan keselamatan hidup manusia, melalui pemukiman antara lain rumah
tinggal dan asrama atau yang sejenisnya, melalui lingkungan kerja antra perkantoran
dan kawasan industri atau sejenis. Sedangkan upaya yang harus dilakukan dalam
menjaga dan memelihara kesehatan lingkungan adalah objek sanitasi meliputi seluruh
tempat kita tinggal/bekerja seperti: dapur, restoran, taman, publik area, ruang kantor,
rumah. Pada undang-undang tersebut sudah diatur bagaimana mengelola lingkungan
yang baik, dengan pengelolaan lingkungan yang baik maka penyakit disentri yang
disebabkan oleh vektor-vektor pembawa penyakit dapat diminimalisir atau dihilangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, t. 2012. Penyakit Disentri. Available at http://tiwiaditia.blogspot.co.id/2012/05/penyakit-
disentri.html (Diakses pada tanggal 20 September 2015).
Andayasari, L. 2011. Kajian Epidemiologi Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan yang
Disebabkan oleh Amuba Di Indonesia. Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 1
Tahun 2011
Dhawan, Vinod K., 2014. Available at http://emedicine.medscape.com/article /212029. (Diakses
pada tanggal 20 September 2015).
Nathania, D. available at https://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/devi-nathania-
0781141271.pdf (Diakses pada tanggal 20 September 2015).
Prasetywati, I. T. P. S. available at http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Indah%20
Prasetyawati%20Tri%20Purnama%20Sari,%20M.Or/Kesehatan%20Lingkungan.pdf
(Diakses pada tanggal 20 September 2015)
Sya’roni A., Hoesadha Y., 2006. Disentri Basiler.Buku Ajar Penyakit Dalam.FKUI:Jakarta