2. JUDUL DAN KODE PUBLIKASI
• Statistik Daerah Kabupaten/kota………, 2013
• Statistik Daerah kecamatan……….., 2011
• Katalog BPS
FREKUENSI TERBIT
• Tahunan
SUBSTANSI PUBLIKASI
• Sekitar 20 bab
• Struktur penyajian setiap bab: tabel, grafik, narasi, key-word, tahukah anda?
• Indikator terpilih dari setiap bab, termasuk indikator yang local spesific
• Indikator yang disajikan harus konsisten secara bertingkat (penjumlahan
angka kecamatan merupakan angka kabupaten, dst)
• Lebih fokus pada analisis
3. Tampilan cover depan dan belakang
Tampilan/format halaman isi
Uraian/analisis ; Grafik ; Hal-hal lain
9. Terkait publikasi:
Foto/Gambar pada cover depan
Dijumpai cover yang
menyajikan “Commercial
Advertisement”
Contoh:Toko Buku
Gramedia, Café, dll
Pencantuman sumber foto
pada cover/halaman
isi, pemotretan sendiri
11/22/2013
9
11. Beberapa temuan:
Tidak mencantumkan sumber data pada
tabel/grafik
Pemilihan latar belakang warna pada
highlight kurang pas (teks tidak terbaca)
Isi highlight berulang (ganti halaman ganti
isi highlight sesuai tema pada halaman ybs)
12.
13. Tabel
• Standarisasi HURUF
untuk judul tabel
• Size/ukuran HURUF
• Jenis HURUF
• Periksa penulisan
(editing)
Grafik
• Beberapa hal yang
perlu diperhatikan
dalam penyajian
grafik:
• aspek tampilan
• jenis grafik
• aspek kemudahan
(dipahami dan
dibaca)
• satuan
• Judul grafik
• Keterangan
grafik/legend
Grafik
• Semua aspek harap
dipertimbangkan
agar grafik yang
disajikan dapat
langsung dipahami
pembaca.
15. Berakhirnya perang di
kawasan Teluk pada bulan
Fe-bruari 1991 segera diikuti
oleh harga minyak bumi yang
merosot cukup tajam
menjadi sekitar US$ 17 per
barel pada bulan Maret
1991.
16. Koefisien Gini Indonesia
masih relatif
rendah, tetapi telah
mengalami peningkatan
secara tetap, dari 0,334
pada tahun 1993
menjadi 0,364 pada
tahun 2007.
17. IPM Lampung selama
tiga tahun terakhir
cenderung mengalami
peningkatan. dimana
pada tahun 2010
sebesar 71,42 menjadi
72,45 tahun 2012.
18. HINDARI PENGGUNAAN BENTUK "DI MANA"
Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat, bahasa Indonesia TIDAK
mengenal bentuk "di mana" (padanan dalam bahasa Inggris adalah
"who", "whom", "which", atau "where")
Penggunaan "di mana" sebagai kata penghubung sangat sering terjadi pada
penerjemahan naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa Indonesia.
Pada dasarnya, bahasa Indonesia hanya mengenal kata "yang" sebagai kata
penghubung untuk kepentingan itu dan penggunaannya pun terbatas.
Contoh-contoh:
kantine adalah sebuah ruangan dalam sebuah gedung umum di mana para
pengunjung dapat makan ... .
Usul perbaikan:
kantine adalah sebuah ruangan di dalam sebuah gedung umum yang dapat
digunakan (oleh) pengunjungnya untuk makan ... .
19. SEDANGKAN TIDAK DIGUNAKAN DIAWAL KALIMAT
Sedangkan" adalah kata penghubung dua klausa berderajat sama, sama
seperti "dan", "atau", serta "sementara". Dengan demikian secara tata bahasa
ia TIDAK PERNAH bisa mengawali suatu kalimat (tentu saja lain halnya dalam
susastra!).
Namun justru di sini sering terjadi kesalahan dalam penggunaannya.
"Sedangkan" digunakan untuk mengawali kalimat, padahal untuk posisi itu
dapat dipakai kata "sementara itu".
20. Dari harian Jawa Pos:
"Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini, 6.208.951 pemilih
terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sedangkan jumlah total TPS seBanten ada 12.849.«
Usulan perbaikan 1:
"Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih
terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap) sedangkan jumlah total TPS seBanten ada 12.849.«
Usulan perbaikan 2:
"Sebelumnya disebutkan, dalam pilgub Banten kali ini ada 6.208.951 pemilih
terdaftar dalam DPT (daftar pemilih tetap). Sementara itu, jumlah total TPS
se-Banten ada 12.849."
21. ANALISIS PERKEMBANGAN
Seiring dengan perkembangan produksi dunia, laju
pertumbuhan perdagangan internasional juga
mengalami penurunan dari 7,1% tahun 1989 menjadi
3,9% tahun 1990.
Kemiskinan mengalami penurunan dari 20,6%
penduduk Indonesia yang hidup dengan kurang dari $1
PPP / hari pada tahun 1990 menjadi 5,9% pada tahun
2008 (BAPPENAS 2010:17)
22. ANALISIS PERKEMBANGAN
Volume ekspor dan impor negara-negara industri dalam tahun
1990 meningkat dengan cukup pesat, yaitu sebesar masingma-sing 5,4% dan 5,1%. Sebaliknya, volume ekspor dan impor
ne-gara-negara berkembang hanya mengalami kenaikan sebesar
masing-masing 3,7% dan 3,0%.
Sementara itu, krisis di wilayah Teluk Persia telah menyebabkan
kenaikan dalam harga minyak bumi sebesar rata-rata 28,3%
dalam tahun 1990. Berlawanan dengan perkembangan di
pasaran minyak bumi internasional, harga komoditi primer
seperti kopi, karet, dan hasil-hasil tambang justru merosot
dengan rata-rata 7,2% selama tahun tersebut.
23. ANALISIS PERKEMBANGAN
Penduduk miskin di Provinsi Lampung pada periode
Maret 2011 dan Maret 2013 mengalami penurunan.
Persentase penduduk miskin Lampung tahun 2011
tercatat sebesar 16,93 persen turun menjadi 14,86
persen pada 2013. Jumlah penduduk miskin di
Provinsi Lampung Maret 2013 tercatat sebesar
1.163,06 ribu orang. Sementara itu garis kemiskinan
pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar
18,24 persen dibanding tahun 2011. (Rusita, Statda
2013)
Hingga september 2012, jumlah penduduk miskin di
Lampung berjumlah 1.218.990 jiwa atau jika
dipersentasekan sebesar 15,65. Sementara pada
september 2011, jumlah penduduk miskin saat itu
mencapai 1.269.100 jiwa atau 16,58 persen.
(Lampost, 2013-05-14)
24. ANALISIS PERBANDINGAN
Indonesia berada pada arah yang tepat
untuk mencapai MDG 4.1 yang berkaitan
dengan Angka Kematian Bayi, dimana
terdapat 34 kelahiran hidup per 1.000
kelahiran, tetapi ada 27 dari 33 provinsi
memiliki angka kematian yang lebih tinggi
dari rata-rata nasional.
Sulawesi Barat, provinsi termiskin memiliki
AKB sebesar 74 per 1.000 kelahiran hidup
dibandingkan dengan 34 per 1.000 untuk
rata-rata nasional dan 19 per 1.000 di DI
Yogyakarta.
25. ANALISIS URUTAN POSISI
Diantara negara-negara ASEAN, setelah
Singapura, negara yang tertinggi peringkat
daya saing tahun 2012 adalah Malaysia (ke
25), disusul Brunei Darussalam (28), Thailand
(38). Indonesia berada di urutan ke empat
dengan posisi ke 50.
Negara tetangga Timor-Leste menempati
urutan terakhir (ke 136). Negara-negara
ASEAN yang mengalami kenaikan indeks daya
saing terbesar sejak 2008 adalah Kambodia
(24 tingkat), Brunei Darussalam (11), Filipina
(6), Indonesia (5) dan Singapura (3).
Sedangkan Malaysia, Thailand, Vietnam dan
Timor Leste mengalami penurunan peringkat
daya saing selama 2008-2012.