SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 2
Baixar para ler offline
Kata ‘longgar’ mungkin kurang pas untuk Islam. Pasalnya Islam punya landasan yang sudah ditetapkan
yaitu al-qur’an dan ql-hadist. Mungkin lebih tepatnya, walaupun berlandaskan al-qur’an dan al-hadist
namun dalam prakteknya Islam mengikuti perkembangan jaman, kecuali dalam hal ibadah yang tidak
berubah setelah Nabi Muhammad wafat.
Maksudnya, ketika berhadapan dengan suatu hal yang tidak ada pada jaman Nabi Muhammad, kita
diperbolehkan untuk mengikuti ijtihad para ulama salaf dengan dasar ilmu. Artinya tidak mengikuti
dengan taqlid.
Dalam hal teknologi pun begitu, walau pada kenyataannya ada saja beberapa ulama yang berpendapat
bahwa sebaiknya tidak menggunakan teknologi. Hal ini kurang pas, selama tidak melalaikan dalam
ibadah mengapa tidak kita manfaatkan untuk hal yang lebih baik, khususnya hal-hal berbau dakwah.
Mungkin respon terhadap artikel tidak banyak dijelaskan dalam tulisan ini. Tulisan ini hanya mencoba
menuliskan kembali tentang Islam itu tidak sulit, dengan bahasa yang lebih sederhana.
Dalam Shahih Bukhari hadits ke-39;
- -
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya agama itu mudah. Tidaklah
seseorang mempersulit (berlebih-lebihan) dalam agama melainkan ia akan dikalahkan. Oleh karena itu
kerjakanlah dengan semestinya, atau mendekati semestinya dan bergembiralah (dengan pahala Allah)
dan mohonlah pertolongan di waktu pagi, petang dan sebagian malam"
Dalam hadist tersebut, dikatakan bahwa kita-lah yang membuatnya menjadi terasa susah. Karena nafsu
dan keinginan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah yang tanpa kontrol, sehingga membuat-buat
cara sendiri tanpa melihat hadist dan qur’an kembali.
Tentang masalahah (lihat artikel paragraph ke-5), penulis sendiri kurang sependapat dengan perkataan
Najmuddin Al-Thufi.
“legislasi Islam mestinya justru berporos pada kepentingan publik”.
Tentang maslahah sendiri, kenyataannya banyak dari hukum-hukum syaria’at yang mempunyai unsur
kemaslahatan bagi kita. Namun bukan berarti jika suatu syaria’at berdasarkan akal tidak mempunyai
kemaslahatan atau bertentangan dengan kemaslahatan, hukum tersebut menjadi batal. Contoh
sederhana,
Babi haram. Berdasarkan penelitian didapat bahwa daging babi mengandung cacing pita yang bisa
membahayakan si pemakan. Jika suatu saat diciptakan alat yang dapat menghilangkan cacing tersebut
dari daging babi, bukan berarti kita boleh memakannya.
Hal ini harus dikembalikan pada hukum dasar Islam yaitu al-qur’an dan al-hadist. Bagianmana dari kita
yang mampu mengetahui mengapa Allah membuat hukum ini dan itu? Bahkan akal manusia saja tidak
bisa menerima kenapa jika kita batal wudhu karena buang angin harus diulang kembali dari tangan,
bukan membersihkan si pelaku?
Islam tidak sepenuhnya rasional, mungkin lebih tepatnya ada sebagian darinya yang bisa diterima secara
akal dan sebagian besarnya harus diterima dengan keimanan. Seseorang beriman sendiri, artinya dia
menerima segala konsekuensinya (menjauhi hal-hal yang bisa menggoyahkan iman walaupun itu
menyenangkan) tanpa memandangnya sebagai beban.
Lalu siapa yang bisa menilai Islam kaffah itu seperti apa?
Selama kita mengamalkan al-qur’an dan al-hadist, selama amalan yang kita lakukan tidak dilebih-
lebihkan, selama ibadah yang kita lakukan tidak dibuat-buat semoga saja Islam yang kita sandang adalah
Islam yang kaffah.
Wallahualam.

Mais conteúdo relacionado

Destaque (8)

Poema Borges Canta Callas
Poema Borges Canta CallasPoema Borges Canta Callas
Poema Borges Canta Callas
 
Community and bm presentation 1
Community and bm presentation 1Community and bm presentation 1
Community and bm presentation 1
 
Lec2
Lec2Lec2
Lec2
 
Ter inveja da_mulher
Ter inveja da_mulherTer inveja da_mulher
Ter inveja da_mulher
 
Anciennes boutiques1
Anciennes boutiques1Anciennes boutiques1
Anciennes boutiques1
 
Madureira Centro Empresarial Gafisa
Madureira Centro Empresarial  GafisaMadureira Centro Empresarial  Gafisa
Madureira Centro Empresarial Gafisa
 
Traumurlaub
TraumurlaubTraumurlaub
Traumurlaub
 
An alternative model to the open-economy 'new consensus'
An alternative model to the open-economy 'new consensus'An alternative model to the open-economy 'new consensus'
An alternative model to the open-economy 'new consensus'
 

Semelhante a Tugas i wangkatanii

Semelhante a Tugas i wangkatanii (20)

3 urgensi belajar ilmu fiqih
3 urgensi belajar ilmu fiqih3 urgensi belajar ilmu fiqih
3 urgensi belajar ilmu fiqih
 
Akhlak
Akhlak Akhlak
Akhlak
 
Hukum makan katak
Hukum makan katakHukum makan katak
Hukum makan katak
 
ema mita apriani C1G021082 agribisnis, UAS agama islam Dr.Taufik Ramdani S.Th...
ema mita apriani C1G021082 agribisnis, UAS agama islam Dr.Taufik Ramdani S.Th...ema mita apriani C1G021082 agribisnis, UAS agama islam Dr.Taufik Ramdani S.Th...
ema mita apriani C1G021082 agribisnis, UAS agama islam Dr.Taufik Ramdani S.Th...
 
Makalah agama islam 3 materi pertama kelompok.3
Makalah agama islam 3 materi pertama kelompok.3Makalah agama islam 3 materi pertama kelompok.3
Makalah agama islam 3 materi pertama kelompok.3
 
Makalah agama islam 3 kelompok 5
Makalah agama islam 3 kelompok 5Makalah agama islam 3 kelompok 5
Makalah agama islam 3 kelompok 5
 
Makalah usul fiqih
Makalah usul fiqihMakalah usul fiqih
Makalah usul fiqih
 
Makna dan tujuan puasa ramadhan
Makna dan tujuan puasa ramadhanMakna dan tujuan puasa ramadhan
Makna dan tujuan puasa ramadhan
 
Makalah khitan adat muna
Makalah  khitan adat munaMakalah  khitan adat muna
Makalah khitan adat muna
 
Makalah khitan adat muna
Makalah  khitan adat munaMakalah  khitan adat muna
Makalah khitan adat muna
 
Makalah khitan adat muna
Makalah  khitan adat munaMakalah  khitan adat muna
Makalah khitan adat muna
 
Makalah katoba suku muna
Makalah katoba suku munaMakalah katoba suku muna
Makalah katoba suku muna
 
Makalah katoba adat muna
Makalah  katoba  adat munaMakalah  katoba  adat muna
Makalah katoba adat muna
 
Makalah katoba adat muna
Makalah  katoba  adat munaMakalah  katoba  adat muna
Makalah katoba adat muna
 
Makalah katoba adat muna
Makalah  katoba  adat munaMakalah  katoba  adat muna
Makalah katoba adat muna
 
BAB 1: AQIDAH ISLAM
BAB 1: AQIDAH ISLAMBAB 1: AQIDAH ISLAM
BAB 1: AQIDAH ISLAM
 
Jimat
JimatJimat
Jimat
 
Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul
Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz GaulHadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul
Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul
 
Amalan perbomohan atau jampi dalam masyarakat
Amalan perbomohan atau jampi dalam masyarakatAmalan perbomohan atau jampi dalam masyarakat
Amalan perbomohan atau jampi dalam masyarakat
 
Buletin 5
Buletin 5Buletin 5
Buletin 5
 

Tugas i wangkatanii

  • 1. Kata ‘longgar’ mungkin kurang pas untuk Islam. Pasalnya Islam punya landasan yang sudah ditetapkan yaitu al-qur’an dan ql-hadist. Mungkin lebih tepatnya, walaupun berlandaskan al-qur’an dan al-hadist namun dalam prakteknya Islam mengikuti perkembangan jaman, kecuali dalam hal ibadah yang tidak berubah setelah Nabi Muhammad wafat. Maksudnya, ketika berhadapan dengan suatu hal yang tidak ada pada jaman Nabi Muhammad, kita diperbolehkan untuk mengikuti ijtihad para ulama salaf dengan dasar ilmu. Artinya tidak mengikuti dengan taqlid. Dalam hal teknologi pun begitu, walau pada kenyataannya ada saja beberapa ulama yang berpendapat bahwa sebaiknya tidak menggunakan teknologi. Hal ini kurang pas, selama tidak melalaikan dalam ibadah mengapa tidak kita manfaatkan untuk hal yang lebih baik, khususnya hal-hal berbau dakwah. Mungkin respon terhadap artikel tidak banyak dijelaskan dalam tulisan ini. Tulisan ini hanya mencoba menuliskan kembali tentang Islam itu tidak sulit, dengan bahasa yang lebih sederhana. Dalam Shahih Bukhari hadits ke-39; - - Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya agama itu mudah. Tidaklah seseorang mempersulit (berlebih-lebihan) dalam agama melainkan ia akan dikalahkan. Oleh karena itu kerjakanlah dengan semestinya, atau mendekati semestinya dan bergembiralah (dengan pahala Allah) dan mohonlah pertolongan di waktu pagi, petang dan sebagian malam" Dalam hadist tersebut, dikatakan bahwa kita-lah yang membuatnya menjadi terasa susah. Karena nafsu dan keinginan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah yang tanpa kontrol, sehingga membuat-buat cara sendiri tanpa melihat hadist dan qur’an kembali. Tentang masalahah (lihat artikel paragraph ke-5), penulis sendiri kurang sependapat dengan perkataan Najmuddin Al-Thufi. “legislasi Islam mestinya justru berporos pada kepentingan publik”. Tentang maslahah sendiri, kenyataannya banyak dari hukum-hukum syaria’at yang mempunyai unsur kemaslahatan bagi kita. Namun bukan berarti jika suatu syaria’at berdasarkan akal tidak mempunyai kemaslahatan atau bertentangan dengan kemaslahatan, hukum tersebut menjadi batal. Contoh sederhana,
  • 2. Babi haram. Berdasarkan penelitian didapat bahwa daging babi mengandung cacing pita yang bisa membahayakan si pemakan. Jika suatu saat diciptakan alat yang dapat menghilangkan cacing tersebut dari daging babi, bukan berarti kita boleh memakannya. Hal ini harus dikembalikan pada hukum dasar Islam yaitu al-qur’an dan al-hadist. Bagianmana dari kita yang mampu mengetahui mengapa Allah membuat hukum ini dan itu? Bahkan akal manusia saja tidak bisa menerima kenapa jika kita batal wudhu karena buang angin harus diulang kembali dari tangan, bukan membersihkan si pelaku? Islam tidak sepenuhnya rasional, mungkin lebih tepatnya ada sebagian darinya yang bisa diterima secara akal dan sebagian besarnya harus diterima dengan keimanan. Seseorang beriman sendiri, artinya dia menerima segala konsekuensinya (menjauhi hal-hal yang bisa menggoyahkan iman walaupun itu menyenangkan) tanpa memandangnya sebagai beban. Lalu siapa yang bisa menilai Islam kaffah itu seperti apa? Selama kita mengamalkan al-qur’an dan al-hadist, selama amalan yang kita lakukan tidak dilebih- lebihkan, selama ibadah yang kita lakukan tidak dibuat-buat semoga saja Islam yang kita sandang adalah Islam yang kaffah. Wallahualam.