1. Berkurangnya Lebar Efektif Jalan
• Lebar efektif jalan depan stasiun lempuyangan
adalah 5.3-6.0 m, padahal lebar ruas jalan
sebenarnya adalah 8.6 m. Sehingga mengurangi
kapasitas jalan dan mengakibatkan kecepatan
kendaraan rendah yaitu sekitar 10m/s.
• Hal ini juga menyebabkan terjadinya delay terutama
saat jam-jam puncak, seperti pada saat waktu
keberangkatan dan kedatangan kereta.
2. Permasalahan sosial dan legalitas usaha parkir
Bagian parkir di stasiun terpecah menjadi 2 dengan
pengelola yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh rasa
kepemilikan pengelola area parkir tersebut, terutama
pengelola parkir yang di luar stasiun. Upaya pemindahan
parkir luar pernah dilakukan oleh pihak pengelola parkir
dalam stasiun namun tidak ditemui kata sepakat dan justru
hampir terjadi perkelahian antara kedua belah pihak. Oleh
karena itu, parkir di luar stasiun itu diberikan izin oleh
pemerintah karena paguyuban pengelola parkir luar tidak
mau dipindah dan usaha mereka juga sudah ada sejak
sebelum stasiun lempuyangan ada.
3. Minimnya moda transportasi umum ke stasiun
Bisa dikatakan hampir tidak ada transportasi umum yang melewati jalan Lempuyangan, kalaupun ada halte
transportasi umum tersebut tersebut berada jauh dari area stasiun sehingga penumpang harus berjalan
cukup jauh untuk menuju stasiun. Hal ini disebabkan juga karena ketidaksetujuan para pemilik usaha
transportasi pribadi di area stasiun, seperti tukang becak, tukang ojek, taksi, dan andong terhadap adanya
trasnportasi umum di stasiun. Padahal adanya moda transportasi umum di stasiun akan mengurangi
volume kendaraan yang melewati jalan Lempuyangan sehingga akan mengurangi pula delay yang terjadi
akibat berlebihnya volume kendaraan.
• Pihak stasiun dan masyarakat sekitar yang tetep kukuh dengan kepentingan masing-masing sehingga
memunculkan adanya 2 bagian daerah parkir, yaitu bagian dalam dan luar stasiun
a) Parkir di dalam stasiun yang dikelola oleh PT. Reska Multi Usaha. Parkir hanya diperuntukkan sepeda
motor dengan kapasitas sekitar 600 buah
b) Parkir di luar stasiun, yaitu :
• Parkir motor dan mobil di depan stasiun yang dikelola oleh paguyuban masyarakat sekitar dengan izin
Pemerintah Kota
• Parkir motor dan mobil inap di rumah-rumah dinas di seberang stasiun
yang dikelola secara pribadi
• Tidak adanya fasilitas transportasi umum di area stasiun, seperti tempat
pemberhentian TransJogja
Daftar Solusi
1. Pembangunan multi level parking
2. Pembuatan fasilitas pejalan kaki
3. Perlintasan tidak sebidang
4. Penambahan lampu lalu lintas
5. Pengaturan daerah drop off penumpang
6. Pembuatan kebijakan jalan satu arah di depan stasiun lempuyangan
7. Integrasi transportasi umum
8. Relokasi pedagang kaki lima dan tempat parkir
9. Re-layouting stasiun existing
10. Pengaturan ulang sirkulasi angkutan umum di sekitar stasiun
Para calon penumpang kereta yang ingin menuju Stasiun Lempuyangan sebagian
besar menggunakan Kendaraan Pribadi.
Permasalahan angkutan umum menuju Stasiun Lempuyangan :
• angkutan Umum yang ada di sekitar hanya Ojek, Taksi dan Travel
• halte Trans Jogja terlalu jauh dari Stasiun Lempuyang, akses pejalan kaki dari Halte
menuju stasiun juga tidak sesuai standar
Halte Trans Jogja terdekat berjarak 500 m dan tidak akses yang memdai dari halte
menuju stasiun.
Kebijakan jalan satu arah
tersebut disertai dengan
pemberlakuan jalur Trans
Jogja yang melalui
kawasan stasiun
Lempuyangan. Jalur yang
digunakan adalah jalur 2A
dimana akan dilakukan
sedikit penambahan rute.
Bundaran ini akan berfungsi
sebagai tempat trans jogja
memutar menuju kembali ke
jalan Krasak Timur.
Jalan Lempuyang memiliki volume yang tinggi terutama saat pagi hari dan
siang menjelang sore.
Mulai pukul 07.00 hingga 09.00 pagi, karena pada jam tersebut banyak kereta
yang datang. Ditambah lagi jam sibuk orang berangkat kerja dan sekolah. Untuk
siang hari, kemacetan mulai dirasakan sekitar pukul 14.00 hingga jam 16.00.
Spesifikasi jalan satu arah Jalan Lempuyangan :
• Lebar Jalan adalah 8,6 meter
• Jalan satu arah akan terdiri dari dua ruas dengan lebar total 6,6 meter
• Jalur khusus kendaraan tak bermotor dari arah timur-barat jalan
Lempuyangan dengan lebar 2 meter
Kapasitas Existing:
• Co = 2900 smp/jam
(2 lajur tak terbagi)
• FCw = 0.87
(Wc = 6 m)
• FCsp = 1
(tak terbagi, 50%-50%)
• FCsf = 0.82
(kelas hambatan samping tinggi)
• FCcs = 0.9
(ukuran kota= 0.49 juta)
• C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs
= 1862 smp/jam
Kapasitas Rencana:
• Co = 1650 smp/jam
(jalan satu arah)
• FCw = 0.92
(Wc = 3m)
• FCsp = 1
(jalan satu arah)
• FCsf = 0.94
(kelas hambatan samping sangat rendah)
• FCcs = 0.9
(ukuran kota= 0.49 juta)
• C (w=3m) = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs
= 1284 smp/jam
• C (w=6m) = 2568 smp/jam
06.00-22.00
Rambu Jalan Searah diletakkan di persimpangan
Jalan Lempuyangan da n Jalan Hayam Wuruk (di sebelah
barat jalan Lempuyangan)
Rambu Jalur khusus sepeda dan becak diletakkan di
persimpangan Jalan Lempuyangan dan Jalan Sutomo (di
sebelah timur jalan Lempuyangan.
Konsekuensi dari setiap solusi yang direkomendasikan
1. Relokasi pedagang kaki lima dan tempat parkir
Relokasi pedagang kaki lima dan tempat parkir di lokasi baru mengharuskan
adanya manajemen resolusi terhadap beberapa tantangan, yaitu :
a. dari pedagang
b. juru parkir, dan
c. masyarakat sekitar yang menerima dampak relokasi.
2. Pengaturan ulang sirkulasi angkutan umum di sekitar stasiun
Hal yang perlu diperhatikan :
a. Pengadaan rute bus harus direncanakan dengan seksama, baik headway, waktu tunggu,
jadwal,penempatan halte atau shelter, dan faktor-faktor lainnya.
b. Perlu rambu yang jelas dalam pengaturan jalan satu arah di Jl. Lempuyangan diikuti
dengan penyediaan jalur kendaraan tidak bermotor
3. Re-layouting stasiun exsisting
Beberapa point yang harus mendapat perhatian adalah:
a. lahan
b. sirkulasi penumpang
c. pelaksanaan konstruksi
d. biaya, dan
e. manajemen operasional dan pemeliharaan