SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
Download to read offline
METODE PENULISAN MODUL
Oleh :
TRI WIDODO WAHYU UTOMO, SH
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
PERWAKILAN JAWA BARAT
1998
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 3
 Deskripsi Singkat :
Mata Pelajaran ini bertujuan untuk memberikan kemampuan peserta /
Widyaiswara dalam penulisan modul untuk mata kuliah tertentu pada
penyelenggaraan diklat struktural / penjenjangan atau diklat teknis
fungsional.
 Tujuan Instruksional Umum (TIU) :
Setelah mengikuti mata pelajaran ini, para peserta / Widyaiswara
diharapkan mampu menjelaskan metode atau teknik penulisan modul
untuk kepentingan penyelenggaraan diklat, serta mampu menyusun atau
menulis modul mata kuliah tertentu berdasarkan kaidah-kaidah yang
disarankan, sehingga peserta dengan mudah dapat mengikuti atau
menyerap materi kuliah yang diajarkan.
 Tujuan Instruksional Khusus (TIK) :
Setelah mengikuti mata pelajaran ini, para peserta diharapkan mampu :
1. Menjelaskan latar belakang pentingnya modul dalam
penyelenggaraan diklat.
2. Menjelaskan modul sebagai fungsi kewidyaiswaraan.
3. Menjelaskan beberapa teknik penulisan secara umum.
4. Mempraktekkan metode / teknik penulisan modul.
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 4
POKOK BAHASAN PERTAMA
“PENDAHULUAN”
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 5
Pendahuluan
Modul dalam suatu sistem kediklatan menempati peran yang strategis.
Bahkan keberadaan modul dapat dikatakan sebagai sub sistem yang tidak dapat
dipisahkan dari sistem kediklatan. Sementara sistem diklat sendiri merupakan
bagian dari sistem pembinaan aparatur negara. Oleh karena itu, tidak berlebihan
jika dikatakan bahwa keberadaan modul yang berbobot atau berkualitas akan
menentukan pula bobot dan kualitas aparatur negara.
Mengingat pentingnya modul, maka para Widyaiswara sebagai “rajanya
ilmu”, wajib memiliki kemampuan atau keterampilan menyusun modul untuk mata
kuliah yang menjadi spesialisasinya. Dalam konteks kediklatan, pentingnya modul
ini paling tidak meliputi tiga fungsi sebagai berikut :
1. Memberikan arah, petunjuk dan pedoman yang elas kepada peserta diklat
tentang materi yang akan disampaikan.
2. Sebagai wujud pertanggungjawaban selaku pejabat fungsional yang diangkat
oleh negara.
3. Media komunikasi (penyampaian pesan, penyamaan persepsi) yang efektif
antara peserta dengan widyaiswara.
Lebih dari itu, modul (bersama-sama dengan sub sistem kediklatan lainnya)
memiliki kontribusi yang besar terhadap pencapaian tujuan diklat, dan tercapainya
tujuan diklat pada gilirannya akan mewujudkan aparatur negara yang bersih dan
berwibawa, sistem administrasi yang efektif dan efisien, serta peningkatan kualitas
pelayanan umum yang berkualitas.
(Lihat Transparan)
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 6
POKOK BAHASAN KEDUA
“MODUL SEBAGAI FUNGSI
KEWIDYAISWARAAN”
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 7
Modul Sebagai Fungsi Kewidyaiswaraan
Sebagai suatu jabatan fungsional, seorang Widyaiswara dituntut untuk
memiliki kualifikasi-kualifikasi tertentu. Kualifikasi inilah yang nantinya akan
dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja Widyaiswara yang terwujud dalam
perhitungan angka kredit. Adapun kualifikasi jabatan Widyaiswara ini adalah
sebagai berikut:
1. Pendidikan formal.
2. Kemampuan mendidik, mengajar dan atau melatih.
3. Kemampuan menyusun kurikulum diklat.
4. Kemampuan mengadakan evaluasi diklat.
5. Kemampuan membimbing peserta diklat dalam penulisan kertas kerja,
seminar / lokakarya, serta praktek laboratorium / praktek lapangan.
6. Kemampuan membimbing Widyaiswara yang lebih rendah.
7. Kemampuan mengembangkan materi dalam satu mata kuliah.
8. Kemampuan mengembangkan metodologi dalam satu mata kuliah.
9. Kemampuan merencanakan kegiatan diklat / program.
10. Kemampuan menulis karya ilmiah atau makalah, baik dari hasil penelitian
maupun tinjauan / ulasan terhadap suatu subyek dan obyek tertentu.
11. Kemampuan dalam kegiatan pengabdian masyarakat.
Diantara kemampuan yang harus dimiliki tersebut, kebanyakan Widyaiswara
mengalami kesulitan atau hambatan dalam aspek-aspek yang berhubungan dengan
tulis menulis, termasuk dalam hal penulisan modul. Padahal, dalam Penetapan
Angka Kredit (PAK), menulis modul ini merupakan unsur utama yang memiliki
nilai kredit cukup tinggi.
(Lihat Transparan)
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 8
POKOK BAHASAN KETIGA
“MODUL DALAM KONTEKS PENULISAN
SECARA UMUM”
• TAHAPAN MENULIS
• PRINSIP-PRINSIP PENULISAN
• KENDALA YANG MUNCUL DALAM MENULIS
• BEBERAPA SARAN UNTUK MENGATASI KENDALA DALAM MENULIS
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 9
Modul Dalam Konteks Penulisan Secara Umum
Menulis modul pada dasarnya sama dengan kegiatan menulis dalam bentuk
lainnya, seperti buku, artikel, saduran / suntingan, features, dan sebagainya. Oleh
karena itu, untuk dapat menulis modul dengan baik, seorang Widyaiswara juga
harus memahami serta memiliki kemampuan atau keterampilan dasar penulisan,
paling tidak meliputi tahapan menulis, prinsip-prinsip penulisan, kendala yang
muncul dalam menulis, serta cara untuk mengatasi kendala tersebut.
 TAHAPAN MENULIS
Bagi seseorang yang telah terbiasa menulis, tahapan-tahapan yang dilaluinya
sering tidak teratur. Misalnya, begitu ada ide atau gagasan yang muncul tentang
suatu fenomena, dia langsung menuangkan secara analitis dalam tulisan, dan
setelah itu baru mencarikan konteks (latar belakang) yang sesuai dengan ide atau
gagasannya tersebut, atau memperkaya dengan bahan-bahan pembanding lainnya.
Akan tetapi bagi seseorang yang belum terbiasa menulis, beberapa tahapan
dibawah ini dapat membantu untuk mempermudah penulisan.
Dalam hal ini, menurut Semi (1990 : 11-15) ; Karim (1989 : 5-6) ;
Widyamartaya (1978 : 9-14), tahapan menulis dapat disusun sebagai berikut.
1. Memunculkan gagasan
Oleh karena tulisan merupakan kumpulan gagasan, maka tidak ada tulisan yang
tidak mengandung gagasan. Sehubungan dengan hal tersebut, langkah pertama
adalah mencari, menggali dan atau memunculkan gagasan.
Selanjutnya apabila ide / gagasan telah muncul, perlu dilakukan pencatatan
terhadap setiap ide yang muncul (seringkali datang dengan seketika). Ide yang
muncul pertama kali ini dapat disamakan dengan inspirasi atau ilham, yang
tentu saja belum tersusun secara sistematis. Oleh karena itu, untuk dapat
melakukan sistematisasi, sekaligus untuk membantu ingatan, maka apapun,
kapanpun dan dimanapun gagasan / ide muncul, hendaknya langsung
dituangkan kedalam catatan kecil.
Adapun gagasan, ide atau masalah ini dapat diperoleh atau digali melalui empat
sumber, yakni :
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 10
a. Pengalaman
Setiap peristiwa yang menimpa seseorang (misalnya mendaki gunung, hidup
masa muda di pedesaan, susahnya mencari pekerjaan, menolong kecelakaan,
dan sebagainya) dapat dimanfaatkan sebagai sumber ide, khususnya dalam
segi-segi yang menarik, dan bukan semata-mata proses kejadian dari
peristiwa tersebut.
b. Pengamatan
Banyak peristiwa yang terjadi disekeliling kita yang sifatnya sekali terjadi
(einmalig) atau berulang (siklis). Terhadap peristiwa tersebut, seringkali
dibiarkan dan diabaikan begitu saja terjadi. Namun bagi orang-orang tertentu
peristiwa tersebut mungkin menarik perhatiannya, sehingga selalu diikuti
dan diamati, dengan disertai pertanyaan-pertanyaan : mengapa terjadi, kapan
telah terjadi dan akan terjadi lagi, apa tanda-tanda kejadiannya, dan
sebagainya. pengamatan terhadap sesuatu yang melekat atau menyertai
peristiwa tertentu ini dapat disebut sebagai fenomena atau gejala. Contoh :
mengapa di musim kemarau banyak terjadi perceraian di Kuningan,
Indramayu dan sekitarnya ; mengapa produktivitas organisasi mengalami
penurunan. Berbagai hasil pengamatan inilah yang bisa dijadikan sebagai
sumber atau bahan tulisan.
c. Imajinasi
Pengalaman dan pengamatan berangkat dari sesuatu yang riil dan konkrit,
sedangkan imajinasi adalah penggambaran tentang sesuatu yang semu /
maya dan abstrak. Namun imajinasi dapat pula dibentuk oleh pengalaman
atau pengamatan, yang kemudian diberi nilai-nilai yang “abstrak” tadi.
Contoh : kehidupan di penjara adalah konkrit bagi nara pidana, namun
kitapun dapat mengimajinasikan hidup dan tinggal di penjara. Inilah salah
satu sumber / bahan penulisan, yang membutuhkan daya khayal tinggi.
d. Pendapat / Keyakinan
Pendapat biasanya bersifat subyektif, yang menunjukkan sikap atau
pandangan seseorang terhadap obyek tertentu. Misalnya adalah pendapat
tentang kelakuan / perilaku selebritis, tentang keindahan suatu lukisan,
tentang kebijakan yang ditempuh pemerintah dibidang ekonomi, dan
sebagainya. Selain itu, seseorang juga mempunyai keyakinan, misalnya
tentang sesuatu yang gaib, tentang akan terjadinya letusan gunung merapi,
dan sebagainya. adanya pendapat dan keyakinan ini dapat dijadikan sebagai
sumber atau bahan tulisan.
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 11
2. Pengumpulan Informasi
Langkah berikutnya adalah mengumpulkan informasi dan data yang relevan
dengan topik atau pokok bahasan yang akan ditulis. Hal ini diperlukan untuk
memperlengkap dan memperkaya bahan penulisan, sehingga dapat dihindari
pengungkapan dan isi tulisan yang monoton. Data dan informasi ini dapat
berupa gambar, angka statistik, grafik, pendapat para pakar, dan sebagainya.
3. Penetapan Tujuan
Penetapan tujuan tulisan merupakan tahap yang cukup penting, sebab tujuan
penulisan sangat berpengaruh terhadap bentuk, panjang dan cara penyajian
tulisan. Tujuan ini dapat berdiri sendiri, tetapi lebih sering merupakan gabungan
dari beberapa tujuan. Adapun tujuan yang biasanya dimiliki oleh penulis adalah
sebagai berikut :
a. Memberikan arahan, yakni memberi petunjuk kepada orang lain dalam
mengerjakan sesuatu, misalnya cara menjalankan mesin.
b. Menjelaskan sesuatu, yakni memberikan uraian atau penjelasan tentang
sesuatu yang harus diketahui orang lain, misalnya manfaat olah raga bagi
kesehatan jantung, pentingnya lingkungan hidup.
c. Menceritakan kejadian, yaitu memberikan informasi tentang sesuatu
peristiwa yang berlangsung disuatu tempat dan suatu waktu, misalnya
tentang perjuangan P. Diponegoro, kerusuhan dan penjarahan di Jakarta.
d. Meringkaskan, yaitu membuat rangkuman suatu tulisan sehingga menadi
lebih singkat.
e. Meyakinkan, yaitu tulisan yang berusaha meyakinkan, mempengaruhi dan
atau mempengaruhi pendapat dan sikap orang lain.
(Lihat Transparan)
4. Perancangan Tulisan
Merancang tulisan diartikan sebagai kegiatan penilaian kembali informasi dan
data, pemilihan sub topik, penetapan bentuk / panjang tulisan, serta penulisan
outline / bagan atau plot karangan atau tulisan.
Bagan, otline atau plot dari tulisan ini dapat menggunakan beberapa pola, antara
lain : DAM-D, D-S-D, PMT, 5W + 1H, dan T-A-S.
(Lihat Transparan).
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 12
5. Penulisan
Ini dapat dikatakan sebagai tahap terpenting dari proses penulisan secara
keseluruhan. Dalam tahap ini, jangan dilupakan tentang hal-hal : tujuan
penulisan, sasaran pembaca, pemilihan kalimat yang efektif, dan sebagainya.
6. Penyuntingan / Revisi
Setelah draft tulisan selesai, ada baiknya kita baca ulang dalam kedudukan kita
sebagai pembaca. Dari proses baca ulang ini bisa jadi akan ditemukan
kesalahan atau kejanggalan, baik dalam hal tanda baca, kesinambungan antar
paragraf, akurasi data, efektivitas kalimat (apakah terjadi pengulangan yang
tidak perlu), dan sebagainya. Jika ternyata ada kesalahan atau kejanggalan ini,
maka perlu diadakan perbaikan / revisi. Proses perbaikan setelah selesai
tersusun draft tulisan inilah yang disebut editing atau penyuntingan.
 PRINSIP PENULISAN
Untuk dapat menghasilkan tulisan yang baik dan menarik, lugas dan tuntas,
serta enak dibaca dan perlu, maka seorang penulis harus memperhatikan prinsip
penulisan. Menurut Carl Goeller (dalam Semi, 1990 : 16), suatu tulisan hendaknya
memenuhi prinsip ABC (Acuracy, Brevity, Clarity), atau akurat, singkat dan jelas.
Tulisan yang akurat, artinya segala sesuatu yang dikemukakan dalam tulisan
memberi keyakinan kepada pembaca, karena informasi atau gagasan yang
disampaikan adalah sesuatu yang masuk akal, atau dirasakan sebagai sesuatu
yang benar. Nama-nama atau data yang dikemukakan dituliskan dengan tepat,
dan tidak ada pernyataan yang terlalu luas dan umum, sehingga dapat dipahami
dengan mudah serta tidak menimbulkan prasangka.
Tulisan yang singkat, artinya tulisan itu hanya menyatakan apa yang perlu
dan patut dikatakan, dan tidak melebih-lebihkan suatu fakta. Penggunaan bahasa
juga tidak menimbulkan kesan menggurui, dan cukup menggunakan kata-kata
yang secara umum telah banyak diketahui banyak orang.
Tulisan yang jelas, artinya tulisan itu mudah dipahami pembaca,
seolah-olah ia sedang berhadapan dengan penulis. Dengan kata lain, tulisan yang
jelas adalah tulisan yang bagi pembaca dinilai informatif dan komunikatif.
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 13
Prinsip-prinsip ini dapat diukur dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tertentu.
(Lihat Transparan).
 BEBERAPA KENDALA YANG MUNCUL DALAM MENULIS
1. Kurang percaya diri.
Ketika dihadapkan pada suatu kasus yang harus dianalisa / dipecahkan – apalagi
secara tertulis – sebagian besar orang selalu berpikir bahwa “saya tidak bisa”.
Lebih-lebih jika dalam komunitas lingkungannya terdapat satu atau beberapa
orang yang bisa menulis, maka ia cenderung menyarankan agar orang itulah
yang mengerjakan tugas. Padahal orang yang bisa menulis belum tentu merasa
lebih pandai dibanding temannya. Disamping itu, bentuk rasa kurang percaya
diri dapat terlihat bahwa seseorang malu jika tulisannya dibaca orang lain.
Kerugian dari kendala ini adalah bahwa ia tidak akan segera tahu kelemahannya
; dan kalaupun ia mengetahuinya maka ia kurang terpacu untuk memperbaiki
kelemahannya tersebut.
2. Kesulitan dalam menentukan kata pembuka atau kata permulaan.
Ide / gagasan yang menumpuk di kepala, kadang begitu sulit ditransfer dalam
bentuk tertulis. Seorang orator ulung, belum tentu seorang penulis yang baik ;
sebaliknya, seorang yang kurang mampu berdebat secara sistematis, belum
tentu tidak memiliki kemampuan untuk menulis secara baik. Sebab, suatu ide /
gagasan dapat ditransfer melalui dua macam cara, yakni secara lisan dan
secara tertulis. Idealnya, setiap orang memiliki kedua jenis kemampuan ini.
Kesulitan dalam menentukan kata pembuka ini sama artinya dengan
kebingungan dalam menentukan pijakan awal tulisan. Padahal, ketepatan dalam
menentukan kata pembuka ini akan menentukan minat pembaca untuk
mengetahui seluruh isi tulisan.
3. Ketajaman analisis yang kurang.
Sering terjadi bahwa suatu analisis tertulis tidak mampu mendekati
permasalahan secara komprehensif (dari berbagai sudut pandang / aspek). Suatu
kajian yang khusus dilihat dari aspek tertentupun (ekonomi, sosial, politik, dan
sebagainya), sering dinilai “dangkal atau sempit”.
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 14
4. Alur pikir kurang jelas.
Tidak jarang terjadi bahwa suatu tulisan yang cukup panjang (10 halaman atau
lebih) ternyata tidak mengandung pesan (message) tertentu sebagai gagasan
pokok (main idea) si penulis. Lebih dari itu, isi alinea yang satu dengan alinea
yang lain seperti berdiri sendiri dan tidak ada kaitan. Dalam keadaan demikian,
tentulah seorang pembaca akan kesulitan memahami keinginan dan jalan
berpikir atau alur pikir si penulis.
5. Sering terjadinya pengulangan kata / kalimat.
Sering kita temui, dalam satu tulisan – bahkan dalam satu kalimat – terjadi
pengulangan kata yang tidak perlu. Hal ini selain kurang menarik, juga tentu
saja memperlihatkan kepada pembaca bahwa si penulis kekurangan kosa kata
(perbendaharaan kata). Dalam keadaan demikian, dapat dipastikan bahwa
pembaca kurang tertarik, dan akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan
membaca tulisan tersebut.
6. Terbelenggu oleh aturan atau tradisi.
Adanya aturan dalam hal tertentu atau kebiasaan dan tradisi yang suudah
mengakar dalam kehidupan masyarakat, seringkali mempengaruhi .
 BEBERAPA SARAN UNTUK MENGATASI KENDALA DALAM
MENULIS
1. Tingkatkan rasa percaya diri
Ingatlah kata klasik yang mengatakan bahwa “jika orang lain bisa, maka
saya-pun pasti bisa”. Jangan sekali-kali berpikir bahwa “tulisan saya harus
bermutu / berbobot”. Perlu diketahui bahwa tidak ada penulis besar yang “jadi”
dengan tiba-tiba. Pada tahap awal, semua calon penulis mengalami ‘sindrom’
ini.
Perlu diketahui bahwa dikaitkan dengan mutu / bobot tulisan, pada dasarnya
tidak ada seorang penulis-pun yang merasa tulisannya dapat dinilai baik.
Bahkan sering terjadi si A menilai tulisan si B lebih baik dibanding tulisannya ;
sementara si B justru menilai tulisan si A lebih baik dibanding tulisannya. Oleh
karena itu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, hindarkanlah melakukan
penilaian terhadap tulisan diri sendiri, serta pikirkanlah bahwa orang lain pasti
menilai tulisan kita baik.
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 15
2. Gunakan Rumus “TOP – KUAT”
Memang, kata pembuka tidaklah sepenting judul. Namun jagalah agar pembaca
sudah tidak tertarik dengan kalimat pertama yang Anda gunakan. Untuk itu,
beberapa kata pembuka disini dapat dijadikan ancar-ancar.
T (tema) = mulailah dengan kalimat / pernyataan yang merupakan
tesis atau pernyataan tema.
O (omogan) = mulailah dengan suatu percakapan atau dialog yang berkaitan
dengan tema
P (perbuatan) = mulailah dengan suatu tindakan.
K (kuriositas) = mulailah dengan kalimat / pernyataan yang akan
membangkitkan rasa ingin tahu.
U (ungkapan) = mulailah dengan suatu ungkapan, peribahasan, kutipan.
A (anekdot) = mulailah dengan menceritakan pengalaman, kisah kecil atau
anekdot yang dapat menampilkan tema yang ditulis.
T (tanya) = mulailah dengan suatu pertanyaan, baik yang
sungguh-sungguh ingin dijawab maupun yang tidak ingin
dijawab (retoris).
(Lihat Transparan).
3. Diskusi dan Perbanyaklah Membaca
Kedalaman dan ketajaman analisis tulisan hanya dapat diatasi dengan
memperbanyak diskusi dengan teman atau orang lain, menghadiri banyak
seminar dan acara ilmiah lain, serta dengan menggiatkan kegemaran membaca.
Yakinlah bahwa ketajaman dan kedalaman analisis tulisan orang lain
semata-mata disebabkan karena ia lebih dahulu membaca buku dibandingkan
kita.
4. Gunakan Pola Bagan / Plot, dan Kalimat Sambung.
Ketika kita mengalami kesulitan untuk menyambungkan paragraf yang satu
dengan paragraf yang lain, atau ide yang satu dengan ide yang lain, gunakan
atau pilih beberapa outline, bagan atau plot yang sesuai dengan selera Anda
(DAM-D, D-S-D, PMT, 5W + 1H, dan T-A-S). Disamping itu, Anda dapat
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 16
memanfaatkan pemmakaian beberapa kata sambung, misalnya : oleh karena itu,
sehubungan dengan hal tersebut, meskipun demikian, mengingat hal tersebut
diatas … maka ….., dari uraian diatas jelaslah kiranya bahwa …., dengan kata
lain, dan sebagainya.
Untuk mengurangi kesalahan dan kelemahan dalam alur tulisan, dapat pula
digunakan beberapa kaidah penggunaan paragraf baru sebagai berikut:
a. Paragraf baru biasanya digunakan jika ada peralihan waktu, misalnya : “satu
minggu kemudian, ….”.
b. Paragraf baru biasanya digunakan jika ada peralihan tempat, misalnya :
“tidak jauh dari situ …..”.
c. Paragraf baru biasanya digunakan jika ada pergantian penekanan atau
pandangan, misalnya : “dari lain pihak, ….”.
d. Paragraf baru biasanya digunakan untuk menguraikan atau menceritakan hal
baru yang mirip dengan hal yang sudah dibicarakan sebelumnya, misalnya :
“tidak jauh berbeda dengan hal itu, ….”.
e. Paragraf baru biasanya digunakan jika ingin membandingkan atau
mempertentangkan hal satu dengan yang lain, misalnya : “hal tersebut
apabila dibandingkan dengan …..”.
5. Perkaya Kosakata (perbendaharaan kata).
Jangan biasakan mengulang kata yang sama untuk menunjukkan hal / obyek
yang sama. Misalnya, gunakan istilah masyarakat, rakyat, warga, anggota
komunitas, untuk menggambarkan sekelompok orang yang tinggal di suatu
teritorial tertentu.
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 17
POKOK BAHASAN KEEMPAT
“METODE / TEKNIK PENULISAN MODUL”
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 18
Metode / Teknik Penulisan Modul
Sampai saat ini, belum ada suatu “Pedoman Penulisan Modul” yang baku,
sehingga materi yang akan disampaikan disinipun juga tidak dimaksudkan untuk
membakukan / menstandarisasikan modul-modul yang sedang maupun yang akan
ditulis. Beberapa contoh modul dibawah ini yang telah ada dan dipakai untuk
keperluan diklat, menunjukkan adanya variasi dalam penulisan modul.
1. Modul diklat ADUM No. 16 : Pembinaan PNS (LAN : 1997).
2. Modul diklat Sepadyanas : PPK (LAN : 1995).
3. Modul diklat ADUM Model Baru : Sistem Ketatanegaraan RI (LAN Jawa Barat
: 1998)
4. Modul diklat ADUM Model Baru : Perencanaan Pembangunan (LAN Jawa
Barat : 1998)
5. Modul diklat SPAMA Model Baru : Reinventing Government (LAN : 1998).
6. Modul Diklat Sepala Jarak Jauh No. 3 : P-4 Terpadu (LAN : 1993).
7. Modul Diklat Sepala Jarak Jauh No. 21 : Teknik Pengawasan dan Pengendalian
(LAN : 1993).
8. Dan sebagainya.
(Lihat Transparan)
Meskipun diantara modul yang telah ada, belum terdapat model atau pola
yang seragam, namun dapat diambil atau ditarik suatu garis merah, kesamaan, atau
“pesan” yang dapat diseragamkan. Beberapa kesamaan yang harus dimiliki oleh
modul apapun adalah sebagai berikut :
1. Suatu modul harus lebih memudahkan peserta / pembaca untuk memahami
materi yang disampaikan.
2. Suatu modul harus disusun secara sistematis, atau mempunyai urut-urutan
penyajian yang jelas.
3. Suatu modul hendaknya ringkas tetapi mencakup seluruh materi secara
komprehensif.
4. Suatu modul biasanya memberikan kesempatan kepada peserta untuk dapat
berlatih dan mengembangkan kemampuan secara mandiri.
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 19
Dengan kata lain, suatu modul harus memenuhi paling tidak empat kriteria
atau kaidah diatas. Sedangkan bagaimana caca seorang penyusun modul untuk
memenuhi kriteria / kaidah tersebut, sangat tergantung dari kreativitas yang
bersangkutan. Misalnya, untuk mencapai kaidah pertama, yakni “memudahkan
peserta / pembaca untuk memahami materi yang disampaikan”, seorang penyusun
modul dapat menempuh dengan cara menyajikan terlebih dahulu TIU, TIK, dan
pokok bahasan.
 PENGERTIAN MODUL
Kata “modul” berasal dari Bahasa Inggris “module” yang berarti paket
piranti lunak (software package). Dalam dunia kediklatan, kata “modul” dapat
sebagai paket suatu pelajaran tertentu yang berisikan petunjuk lengkap mengenai
latar belakang, tujuan, fokus bahasan, materi serta langkah-langkah kegiatan
pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh peserta agar dapat menguasai pelajaran
tersebut dengan atau tanpa bimbingan widyaiswara.
Dari definisi diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai pengertian
modul. Pertama, modul tidaklah sama dengan buku pelajaran biasa karena di
dalam buku pelajaran tidak ditemukan langkah-langkah proses pembelajaran
secara lengkap. Buku pelajaran membutuhkan kegiatan belajar mengajar antara
peserta didik dan widyaiswara, sedangkan dalam proses pembelajaran melalui
modul kehadiran widyaiswara seringkali tidak diperlukan.
Kedua, modul berbeda dengan SAP (Satuan Acara Perkuliahan) karena SAP
hanya bersikan prosedur untuk mempelajari suatu matakuliah, sedangkan di dalam
modul selain dapat ditemukan prosedur pembelajaran juga disertai materi yang
harus dipelajari oleh peserta.
Ketiga, karena sifatnya yang khusus, pada umumnya modul dipersiapkan
dan diterbitkan oleh suatu instansi atau lembaga pendidikan tertentu yang
mempunyai misi atau maksud tertentu dengan peserta didik yang tertentu pula.
 LANGKAH PENYUSUNAN MODUL
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 20
Apabila kita akan menyusun suatu modul, pertama-tama harus kita tentukan
materi apa yang akan kita susun menjadi modul dan kepada siapa modul akan kita
tujukan. Dalam hal ini harus diingat bahwa setiap modul hanya bermuatan satu
jenis mata pelajaran dan ditujukan untuk sekelompok peserta tertentu.
Contoh-contoh topik semacam ini, misalnya “Modul Dinamika Kelompok untuk
Calon Widyaiswara”, “Modul Kepemimpinan untuk Calon Juru Penerang”,
“Modul Pemberdayaan Petani untuk Penyuluh Pertanian, dsb.
Setelah menentukan topik yang tertuang di dalam judul modul, selanjutnya
kita mulai menulis modul sesuai dengan outline atau kerangka modul yang pada
umumnya tersusun atas bab-bab sebagai berikut:
1. Pendahuluan
Pada umumnya bab ini berisikan latar belakang dari materi yang akan
dipelajari dan reasoning atau rationale mengapa modul disusun serta petunjuk
mengenai persiapan apa yang harus dilakukan peserta. Dalam beberapa contoh
modul, misalnya Modul UT, petunjuk untuk melaksanakan proses pembelajaran
ditempatkan pada halaman pertama, terpisah dari bab pendahuluan.
Dengan membaca bab pendahuluan ini, peserta diharapkan dapat
mempunyai gambaran global (abstract) mengenai materi dimaksud dan bersiap diri
untuk aktif dalam melaksanakan setiap langkah proses pembelajaran atau
pelatihan.
2. Tujuan
Bab ini terbagi atas 2 (dua) bagian, yakni, tujuan umum dan tujuan khusus
(sasaran). Bagian tujuan umum berisikan uraian mengenai maksud penyusunan
modul ini dan tujuan yang diharapkan dapat dicapai, misalnya Modul Dinamika
Kelompok untuk pelatihan calon widyaiswara bertujuan untuk : “meningkatkan
kemampuan peserta untuk mawas diri dan berinteraksi dengan tim dan organisasi
sehingga siap secara mental, emosional dan intelektual untuk mengikuti pelatihan”.
Sedangkan tujuan khusus (sasaran) memuat kemampuan dan keterampilan
yang diharapkan dapat dikuasai peserta setelah menyelesaikan tugas-tugas yang
tertuang di dalam modul. Sebagai contoh dalam modul Dinamika Kelompok,
setelah menyelesaikan pelatihan peserta diharapkan dapat :
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 21
a. Mengenal peserta lain dan siap untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan;
b. Menyebutkan gaya / perilaku yang dimilikinya dan yang dimiliki oleh peserta
lain;
c. Menentukan harapan yang diinginkan selama mengikuti peletihan
kepemimpinan.
3. Ruang Lingkup / Pokok Bahasan
Dalam bagian ini dimuat unsur-unsur yang akan dibahas selama pelatihan
berlangsung. Misalnya dalam Modul Dinamika Kelompok, unsur yang akan
dibahas dalam pelatihan adalah sebagai berikut:
a. Perkenalan dalam kelompok (entry behaviour)
b. Jenis-jenis (typology) kepribadian
c. Kesepakatan belajar orang dewasa
4. Proses Pembelajaran
Bagian Proses Pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting dalam
penyusunan modul. Dalam bagian ini diterangkan mengenai langkah-langkah
yang harus ditempuh oleh peserta untuk keberhasilan pelatihan melalui modul.
Misalnya, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam Modul Dinamika
Kelompok adalah sebagai berikut:
a. Persiapan
1. Penjelasan tentang sesi yang harus ditempuh
2. Bahan appersepsi (misalnya, perjalanan peserta dari daerah sampai ke
tempat pelatihan.
b. Perkenalan dalam kelompok
1. Dilakukan melalui penugasan dalam kelompok
2. Diskusi kelompok
3. Penggalian terhadap perasaan peserta tentang manfaat yang diperoleh dari
pelatihan
4. Rangkuman dan pembulatan
c. Latihan dan pembahasan typology kepribadian:
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 22
1. Melalui penugasan individu dalam kelompok dengan mengisi Instrument
Personal Style Inventory
2. Memproses hasil isian instrumen
3. Diskusi kelompok
4. Ceramah singkat typology kepribadian.
5. Rangkuman dan pembulatan.
d. Latihan penyusunan belajar orang dewasa
1. Penugasan individu untuk menuangkan harapannya selama mengikuti
pelatihan
2. Diskusi kelompok membahas harapan individu sehingga menjadi tujuan
kelompok
3. Ceramah singkat tentang beljar orang dewasa.
4. Rangkuman dan pembulatan
5. Materi dan Instrumen
Bagian ini mendiskusikan bahan-bahan pelajaran dan instrumen yang harus
disiapkan untuk keberhasilan proses pelatihan. Misalnya, materi dan instrumen
yang harus disiapkan dalam Modul Dinamika Kelompok sebagai berikut:
a. Instrument Personal Style Inventory
b. Teori tentang pembelajaran orang dewasa
c. Daftar Referensi
d. Psikologi Kepribadian – Dr. Sumadi Suryasubrata
6. Alat Bantu Pelatihan
Di dalam bagian ini diterangkan alat-alat bantu mengajar yang diperlukan
dalam proses pembelajaran, misalnya:
a. Over-Head Projector
b. Flip Chart
c. White board set
7. Waktu
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 23
Bagian ini mendiskusikan waktu yang harus ditempuh dalam pelaksanaan
pelatihan, misalnya waktu yang harus ditempuh dalam pelatihan Dinamika
Kelompok, sebagai berikut:
a. Perkenalan dalam kelompok (entry behaviour) 90 menit.
b. Jenis-jenis (typology) kepribadian 135 menit.
c. Kesepakatan belajar orang dewasa 45 menit.
8. Evaluasi
Bagian terakhir dari langkah modul adalah evaluasi. Dalam hal ini harus
diterangkan mengenai jenis evaluasi apa dan bagaimana cara evaluasi ini akan
dilaksanakan. Misalnya, evaluasi yang harus ditempuh dalam Pelatihan Dinamika
Kelompok adalah sebagai berikut:
a. Pengisian form indikator norma kelompok.
b. Pengisian evaluasi perkembangan kelompok.
c. Pengisian di kertas kosong sebagai umpan balik peserta terhadap proses
dinamika kelompok.
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 24
POKOK BAHASAN KELIMA
“ LATIHAN ”
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 25
Latihan
1. Susunlah modul suatu mata kuliah tertentu, baik untuk diklat struktural /
penjenjangan maupun untuk diklat teknis fungsional yang menarik minat /
perhatian serta merupakan spesialisasi Saudara (khususnya untuk mata kuliah
yang belum ada modulnya).
2. Modul agar disusun secara kelompok (! 5 orang) dan kemudian dipresentasikan.
Peserta lain dapat mengomentari baik dari sisi teknik / metode penulisan
maupun isi / materi modul.
3. Sebagai acuan, beberapa materi yang perlu disusun modul adalah materi-materi
baru untuk diklat ADUM (Keputusan Ketua LAN Nomor 931/IX/6/4/1998) dan
SPAMA (Keputusan Ketua LAN Nomor 932/IX/6/4/1998).
(Lihat Transparan)
Terciptanya Aparatur
Negara Yang Bersih
Dan Berwibawa
Terwujudnya Sistem
Administrasi Yang
Efektif Dan Efisien
Tercapainya
Peningkatan Kualitas
Pelayanan Umum
• Peningkatan Pengetahuan,
Keterampilan dan Perilaku
(KSA) Peserta
• Peningkatan Kinerja
Organisasi
SISTEM
DIKLAT
APARATUR
Peserta
Widyaiswara
Kurikulum
Sarana / Pra
Tujuan
Modul
PROSES
DIKLAT
TUJUAN /
HASIL DIKLAT
Arti Penting Modul (dan Sub Sistem
Diklat Lainnya) dalam Menciptakan
Aparatur Negara yang Bersih dan
Berwibawa serta Kualitas Pelayanan
Umum
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 28
Pernyataan / Kalimat Tujuan
1. Ambillah segelas tepung, tiga sendok makan gula,
lima gram pala, dan aduklah ketiganya.
2. Tubuh kita terdiri dari kulit, daging, tulang dan darah
3. Semua mahasiswa diharuskan mempelajari secara
teliti teknis menulis laporan yang baik karena suatu
ketika mereka mesti menulis laporan
4. Macbeth adalah suatu cerita tentang seorang laki-laki
yang ambisius, menghasut istrinya untuk membunuh
raja dengan maksud untuk merebut tahta kerajaan
5. Indonesia tidak boleh menggantungkan pendapatan
pada komoditi minyak, tetapi harus pula
menggalakkan komoditi non migas.
6. Adik saya yang terkecil jatuh dari pohon jambu
gara-gara mengambil layang-layang yang
menyangkut di pohon itu.
7. Menunda usia perkawinan merupakan salah satu
bagian program KB yang harus mendapat tanggapan
positif dari generasi muda.
8. 200 meter setelah melewati jembatan, Anda harus
belok kiri melalui jalan setapak, dan setelah
menapaki jalan ini sepanjang 100 meter, Anda akan
menemui rumah tua.
9. Kebanyakan mahasiswa yang gagal adalah
mahasiswa yang tidak mempunyai program belajar
yang baik.
10.Pada tahun 1492, Colombus mendarat di San
Salvador.
11.Waktu akan belajar, duduklah dengan baik dan
singkirkan semua benda yang dapat mengganggu
konsentrasi.
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 29
POLA BAGAN / PLOT / ALUR TULISAN
1. DAM-D
Pola ini mengajarkan bahwa alur menulis didahului oleh adanya duduk
perkara (D), yang kemudian disusul dengan alasan yang mendasari penulis
mengemukakan pendapat tentang duduk perkara tersebut, yang disertai dengan
misal (contoh), dan selanjutnya kembali menegaskan tentang duduk perkara
semula.
Contoh untuk tema “Menulis di Surat Pembaca” :
Duduk perkara : Seluruh media cetak saat ini menyediakan kolom untuk Surat
Pembaca. Kita harus memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Alasan : Saat ini banyak peristiwa yang terjadi ditengah masyarakat yang
memerlukan penanganan pihak berwenang dengan segera. Namun
karena jangkauan yang terbatas ditambah lagi dengan tingkat
kepedulian warga yang rendah, sehingga banyak kasus yang
terpendam sekian tahun tanpa penyelesaian yang memuaskan.
Misal : Sebagaimana yang terjadi di Kecamatan “X”, keberadaan jembatan
yang menghubungkan antara Desa “Y” dengan Desa “Z” telah lama
rusak berat. Bahkan dua orang warga telah mengalami kecelakaan,
ketika pada musim penghujan melewati jembatan yang terendam air
tersebut.
Duduk perkara : mengingat hal-hal tersebut diatas, maka warga masyarakat
yang menemui suatu masalah atau keadian, hendaknya tidak
sungkan-sungkan untuk mengutarakan melalui Surat Pembaca di
media massa.
2. D-S-D
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 30
Pola ini mengungkapkan suatu ide atau gagasan berdasarkan pembabakan
waktu, dari masa / keadaan dahulu (D), perkembangannya pada masa
sekarang (S), serta kemungkinannya pada masa depan (D).
Contoh untuk tema “Tradisi di Negeri Kita” :
Dahulu : Tradisi atau adat dalam masyarakat kita, dahulu disamakan dengan
aturan atau hukum, yang mengandung sanksi berat bagi
pelanggarnya.
Sekarang : Seiring dengan perkembangan jaman dan pengaruh dari manca
negara, saat ini banyak sekali generasi muda yang kurang mentaati
tradisi, disamping penegakan hukumnya juga kurang dilaksanakan
secara konsekuen. Apalagi dengan adanya hukum nasional yang
telah terkodifikasi, maka kekuatan tradisi maskin meluntur saja.
Depan : Materi, norma dan nilai yang terkandung dalam budaya dan tradisi
asli bangsa Indonesia, hendaknya juga mewarnai pembentukan
hukum nasional.
3. PMT
Dengan pola ini, seorang penulis pada tahap pertama hendaknya berusaha
menarik perhatian (P) calon pembacanya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
antara lain membuka dengan kalimat yang menarik (lihat bagian lain makalah
ini = cara mengatasi kendala dalam menulis).
Selanjutnya, usahakan untuk terus memikat perhatian pembaca dengan cara
membangkitkan minat (M) pembaca untuk terus membaca. Hal ini dapat
dilakukan misalnya dengan menyinggung kebutuhan, keinginan dan cita-cita
pembaca.
Apabila minat pembaca telah terbangkitkan, maka ajaklah / pengaruhilah
pembaca untuk melakukan suatu tindakan (T) yang konkrit, misalnya memilih
suatu tanda gambar tertentu dalam pemilu, melakukan siskamling, dan
sebagainya.
Contoh untuk tema “Hidup Sederhana” :
Perhatian : Berulang kali Bapak Presiden menganjurkan agar kita hidup
sederhana. Tetapi berulangkali pula kita menyaksikan, bagaimana
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 31
anjuran tersebut tidak dihiraukan. Ternyata, gejala berlomba dalam
kemewahan, masih tetap termasuk salah satu pola budaya pop kita
dewasa ini.
Minat : Keadaan tersebut jelas sangat bertentangan dengan kondisi sebagian
besar masyarakat kecil di pedesaan, yang untuk makanpun
seringkali masih kekurangan. Bagaimana kepedulian dan rasa
solidaritas kita melihat kenyataan ini ?
Tindakan : Oleh karena itu, marilah kita ulurkan tangan, singsingkan baju,
untuk bersama-sama membantu meringankan penderitaan saudara
kita yang kedinginan, kesakitan, kelaparan, ketakutan, dan …..
4. 5W + 1H
Pola ini sesungguhnya sudah sangat umum digunakan, yang intinya bahwa
dalam setiap tulisan hendaknya mengandung unsur-unsur apa, siapa, kapan,
dimana / kemana / darimana, mengapa dan bagaimana.
Contoh untuk tema “Wabah Demam Berdarah” :
• Apa peristiwa / kejadian / kasusnya ?
• Siapa yang terserang ?
• Kapan timbul / terjadinya ?
• Dimana terjadinya, darimana sumbernya, kemana penyebarannya ?
• Mengapa terjadi ?
• Bagaimana kondisi korban, pencegahan / penanggulangannya ?
5. T-A-S
Pola ini biasanya digunakan untuk menyusun tulisan yang bersifat argumentatif,
dengan mengemukakan Tesis, Antitesis, dan Sintesis.
Contoh untuk tema “Ideologi Ekonomi Kebangsaan” :
Tesis : Ideologi marxisme yang berkembang di negara-negara komunis,
pada dasarnya tidak mengakui hak kepemilikan secara pribadi, dan
semua hak milik adalah milik negara. Dalam keadaan seperti ini,
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 32
jelas masyarakat sebagai individu kehilangan salah satu hak asasi
terpentingnya.
Antitesis : Sementara menurut ideologi kapitalisme, campur tangan negara
relatif kecil, dan hubungan antara masyarakat lebih berdasar kepada
mekanisme pasar. Akibatnya, berlaku hukum the survival of the
fittest atau homo homini lupus. Dalam alam kehidupan ini,
masyarakat kecil selalu menjadi korban dari kelompok masyarakat
yang lebih kuat.
Sintesis : Kita tidak menginginkan dampak-dampak negatif dari kedua jenis
ideologi diatas. Harmoni dan keseimbangan dalam masyarakat
adalah kondisi ideal yang kita cita-citakan. Untuk itu, negara /
pemerintah harus memegang peran cukup besar, namun tidak
mematikan potensi individu. Inilah sistem ekonomi Pancasila yang
menentang praktek-praktek monopoli, etatisme dan liberalisme.
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 33
MENGUKUR PRINSIP PENULISAN
υ
υ
υ
υ AKURAT
1. Apakah tulisan saya tidak menyampaikan gagasan atau pesan
secara berlebihan ?
2. Apakah saya telah memikirkan dengan masak gagasan yang saya
sampaikan ?
3. Apakah saya telah mengecek seluruh gambar, skema, peta, tabel,
grafik, angka, dan nama-nama sehingga tidak keliru ?
4. Apakah tulisan saya tidak mengandung salah cetak, kerancuan dan
pengulangan kalimat, atau kesalahan lainnya ?
υ
υ
υ
υ SINGKAT
1. Apakah saya telah menggunakan cara yang paling singkat untuk
menyampaikan gagasan saya ?
2. Adakah ungkapan klise yang tidak perlu dan dapat dibuang ?
3. Apakah saya telah membuat saya sedemikian singkat, namun
pembaca masih dapat menerima ide saya secara utuh ?
υ
υ
υ
υ JELAS
1. Apakah saya sendiri mengerti dengan apa yang saya kemukakan ?
2. Apakah saya telah memilih kata dengan cermat ?
3. Apakah kata ganti nama yang saya gunakan tepat dan konsisten ?
4. Apakah dengan menggunakan gambar, skema, peta, tabel, grafik,
dan angka, akan memperjelas uraian ?
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 34
T = Banjir di Bandung Selatan telah menyita korban jiwa.
O = “He, suara apa itu ?”, tanya ayah tiba-tiba.
“Sepertinya gemuruh air, pak”, jawabku dengan gugup.
P = Begitu mendengar suara gemuruh, seketika Bapak berlari dan
memukul kentongan bertubi-tubi.
K = Sampai saat ini belum diketahui asal air bah yang telah merenggut 100
korban jiwa itu.
U = Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih, …..
A = Ketika kami sedang membicarakan tentang banjir di Cina, tiba-tiba
kami mendengar suara gemuruh yang sangat riuh.
T = Siapa yang tidak pedih hatinya mendengar berita musibah besar itu ?.
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 35
POLA MODUL
A. PENDAHULUAN – KBM – PENUTUP.
Modul bentuk ini dibagi kedalam tiga bagian, yaitu : Pendahuluan, Kegiatan
Belajar Mandiri, dan Penutup.
Pendahuluan berisi : Uraian Singkat, Tujuan Instruksional, Alat yang
Diperlukan, Waktu yang Dibutuhkan, Jumlah Kegiatan, serta
Ajakan Untuk Memulai Pelajaran.
KBM dapat dibagi menjadi beberapa kegiatan, tergantung kebutuhan dan
luasnya materi pelajaran tertentu.
Contoh : Seluruh Modul ADUM tahun 1997 yang dikeluarkan LAN.
B. PENDAHULUAN – MATERI
Modul bentuk ini dibagi kedalam dua bagian, yaitu : Pendahuluan dan Materi.
Pendahuluan berisi : Tujuan Instruksional, Latar Belakang, Pengertian,
Kegunaan, cara penggunaan Modul.
Materi dapat dibagi kedalam beberapa “sub bab”, tergantung kebutuhan dan
luasnya materi pelajaran tertentu.
Contoh : Modul Sepadyanas (PPK) tahun 1997 yang dikeluarkan LAN,
dan beberapa diklat lainnya.
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 36
C. PENDAHULUAN – LATIHAN – KBM – PENUTUP
Modul bentuk ini dibagi kedalam empat bagian, yaitu : Pendahuluan, Latihan,
KBM dan Penutup.
Pendahuluan berisi : Tujuan Instruksional dan Latar Belakang.
Latihan diberikan sebagai “pre test” atau “review” terhadap kemampuan
peserta dalam penguasaan suatu materi tertentu. Input-input yang
diterima dari peserta yang diasumsikan masih “kosong” ini akan
menjadi feed back bagi Widyaiswara dalam proses pengajaran
selanjutnya.
KBM dapat dibagi kedalam beberapa kegiatan, tergantung kebutuhan dan
luasnya materi pelajaran tertentu.
Contoh : Modul ADUM Model Baru (“Perencanaan Pembangunan”) tahun
1998 yang sedang dalam proses penyelesaian.
D.KUMPULAN BUKU
Modul bentuk ini merupakan kumpulan buku yang sesungguhnya masih
merupakan satu rumpun materi tertentu.
Contoh : Modul DJJ Sepala tahun 1993 (“P-4 Terpadu”), yang terdiri dari 5
materi yaitu Pancasila, Kepemimpinan Pancasila, GBHN, Wawasan Kerja
Aparatur Pemerintah, UUD 1945, dan KORPRI. Masing-masing buku dibagi
lagi dalam beberapa bab sesuai dengan kebutuhan dan luasnya materi pelajaran.
E. PENDAHULUAN – MATERI – TINDAK LANJUT
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 37
Modul bentuk ini terdiri dari tiga bagian, yaitu : Pendahuluan, Bab-bab, dan
Tindak Lanjut.
Pendahuluan berisi Latar Belakang penulisan Modul.
Materi dapat dibagi kedalam beberapa bab, tergantung kebutuhan dan luasnya
materi pelajaran tertentu.
Tindak Lanjut berisi formulir / instrumen yang harus diisi untuk memantau
kegiatan serta melihat hasil yang telah tercapai.
Contoh : Modul DJJ Sepala tahun 1993 (Teknik Pengawasan dan
Pengendalian), dan beberapa diklat lainnya.
• Suatu modul harus lebih memudahkan peserta / pembaca
untuk memahami materi yang disampaikan.
• Suatu modul harus disusun secara sistematis, atau mempunyai
urut-urutan penyajian yang jelas.
• Suatu modul hendaknya ringkas tetapi mencakup seluruh
materi secara komprehensif.
• Suatu modul biasanya memberikan kesempatan kepada
peserta untuk dapat berlatih dan mengembangkan kemampuan
secara mandiri.
Yang Penting :
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 38
MODUL
Paket pelajaran tertentu yang berisikan petunjuk lengkap mengenai latar
belakang, tujuan, fokus bahasan, materi serta langkah-langkah
kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh peserta agar
dapat menguasai pelajaran dengan atau tanpa bimbingan widyaiswara.
Tidak sama dengan buku pelajaran. Buku pelajaran tidak ditemukan
langkah-langkah proses pembelajaran secara lengkap. Buku pelajaran
membutuhkan kegiatan belajar mengajar antara peserta didik dan
widyaiswara, sedangkan dalam proses pembelajaran melalui modul
kehadiran widyaiswara seringkali tidak diperlukan.
Berbeda dengan SAP (Satuan Acara Perkuliahan). SAP hanya bersikan
prosedur untuk mempelajari suatu matakuliah, sedang dalam modul
selain dapat ditemukan prosedur pembelajaran juga disertai materi yang
harus dipelajari oleh peserta
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 39
KAITAN DESKRIPSI SINGKAT – TIU – TIK –
POKOK BAHASAN / RUANG LINGKUP – MATERI
DESKRIPSI SINGKAT : suatu pernyataan tentang isi materi secara singkat
dan tujuan yang ingin dicapai dari pemberian mata kuliah tertentu
. Untuk membuat / merumuskan deskripsi mata kuliah ini biasanya
cukup mengkaitkan dengan nama mata kuliah yang bersangkutan.
TIU : harapan yang ingin dicapai oleh Widyaiswara setelah selesainya pemberian
materi tertentu. Harapan ini berupa kemampuan peserta untuk
menjelaskan kembali (dan bahkan mengajarkan) materi yang telah
diterimanya secara umum atau garis besarnya.
TIK : harapan yang ingin dicapai oleh Widyaiswara setelah selesainya pemberian
materi tertentu. Harapan ini berupa kemampuan peserta untuk
menjelaskan kembali (dan bahkan mengajarkan) materi yang telah
diterimanya secara lebih rinci atau bagian per bagian.
POKOK BAHASAN : merupakan pemecahan lebih hrinci lagi dari bagian-bagian
yang dituangkan dalam TIK. Dengan kata lain, Pokok Bahasan
merupakan penjabaran TIK.
MATERI : inti dari mata kuliah / pelajaran yang harus dikuasai oleh seluruh
peserta. Materi ini tidak boleh menyimpang dari Pokok Bahasan
yang telah ditetapkan. Artinya, harus selalu ada konsistensi antara
Pokok bahasan dengan penyampaian materi. Materi sendiri perlu
digali dari berbagai sumber (buku-buku, pendapat pakar atau hasil
penelitian) yang biasanya bersifat ilmiah.
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 40
STRUKTUR HIERARKI MODUL
(STRUKTUR YANG LEBIH BAWAH MERUPAKAN PENJABARAN /
PERINCIAN LEBIH LANJUT DARI STRUKTUR YANG LEBIH TINGGI)
DESKRIPSI SINGKAT
Tujuan Instruksional Umum
POKOK BAHASAN
Tujuan
Instruksional
Khusus
M A T E R I
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 29
PENJABARAN DESKRIPSI SINGKAT – TIU – TIK – POKOK BAHASAN KEDALAM MATERI
Pernyataan
tentang isi
materi secara
singkat dan
tujuan yang
ingin dicapai
dari pemberian
mata kuliah.
Deskripsi
Singkat
Tujuan
Instruk-sional
Umum
Pokok
Bahasan MATERI
Harapan yang ingin
dicapai oleh
Widyaiswara berupa
kemampuan peserta
untuk menjelaskan
(bahkan mengajarkan)
materi yang telah
diterimanya secara
umum.
Tujuan
Instruk-sional
Khusus
A. ………………
B. ………………
C. ………………
D. ………………
E. ………………
A. ………………
1. ………….
2. ………….
3. ………….
B. ………………
1. ………….
2. ………….
3. ………….
C. ………………
1. ………….
2. ………….
3. ………….
D. ………………
1. ………….
2. ………….
3. ………….
E. ………………
1. ………….
2. ………….
3. ………….
KBM - 1
KBM - 5
KBM - 4
KBM - 3
KBM - 2
“Metode Penulisan Modul”
Tri Widodo W. Utomo, SH ∨
∨
∨
∨ 28
ISI / SISTEMATIKA MODUL
( yang diharapkan )
• Pendahuluan
• Tujuan
• Ruang Lingkup / Pokok Bahasan
• Proses Pembelajaran
• Materi dan Instrumen
• Alat Bantu Pelatihan
• Waktu
• Evaluasi

More Related Content

What's hot

Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
mrlakmono
 
Proposal proyek pembangunan
Proposal proyek pembangunanProposal proyek pembangunan
Proposal proyek pembangunan
mus takim
 
Contoh Power Point Hasil Penelitian
Contoh Power Point Hasil PenelitianContoh Power Point Hasil Penelitian
Contoh Power Point Hasil Penelitian
Indra IR
 

What's hot (20)

PPT Kerangka konsep dan kerangka teori
PPT Kerangka konsep dan kerangka teoriPPT Kerangka konsep dan kerangka teori
PPT Kerangka konsep dan kerangka teori
 
Ppt perumusan masalah penelitian
Ppt perumusan masalah penelitianPpt perumusan masalah penelitian
Ppt perumusan masalah penelitian
 
Ppt Metodologi Penelitian: 3. Rumusan Masalah & Tujuan Penelitian | Kelas: 6A...
Ppt Metodologi Penelitian: 3. Rumusan Masalah & Tujuan Penelitian | Kelas: 6A...Ppt Metodologi Penelitian: 3. Rumusan Masalah & Tujuan Penelitian | Kelas: 6A...
Ppt Metodologi Penelitian: 3. Rumusan Masalah & Tujuan Penelitian | Kelas: 6A...
 
PPT TA (TUGAS AKHIR)
PPT TA (TUGAS AKHIR)PPT TA (TUGAS AKHIR)
PPT TA (TUGAS AKHIR)
 
Pengertian dan urgensi penelitian
Pengertian dan urgensi penelitianPengertian dan urgensi penelitian
Pengertian dan urgensi penelitian
 
Studi pendekatan kepemimpinan
Studi pendekatan kepemimpinanStudi pendekatan kepemimpinan
Studi pendekatan kepemimpinan
 
Analisis SWOT dalam Organisasi
Analisis SWOT dalam OrganisasiAnalisis SWOT dalam Organisasi
Analisis SWOT dalam Organisasi
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
 
CONTOH TOR WORKSHOP
CONTOH TOR WORKSHOPCONTOH TOR WORKSHOP
CONTOH TOR WORKSHOP
 
Presentasi Proposal Penelitian - Metode Kuantitatif
Presentasi Proposal Penelitian - Metode KuantitatifPresentasi Proposal Penelitian - Metode Kuantitatif
Presentasi Proposal Penelitian - Metode Kuantitatif
 
Proposal proyek pembangunan
Proposal proyek pembangunanProposal proyek pembangunan
Proposal proyek pembangunan
 
laporan kkl
laporan kkllaporan kkl
laporan kkl
 
CV Kanaidi, SE., M.Si., cSAP (Pembicara / Narasumber / Fasilitator / Pemateri )
CV Kanaidi, SE., M.Si., cSAP (Pembicara / Narasumber / Fasilitator / Pemateri  )CV Kanaidi, SE., M.Si., cSAP (Pembicara / Narasumber / Fasilitator / Pemateri  )
CV Kanaidi, SE., M.Si., cSAP (Pembicara / Narasumber / Fasilitator / Pemateri )
 
Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasiKomunikasi organisasi
Komunikasi organisasi
 
Soal dan Jawaban - ISBD
Soal dan Jawaban - ISBDSoal dan Jawaban - ISBD
Soal dan Jawaban - ISBD
 
Manajemen kinerja
Manajemen kinerjaManajemen kinerja
Manajemen kinerja
 
Contoh Power Point Hasil Penelitian
Contoh Power Point Hasil PenelitianContoh Power Point Hasil Penelitian
Contoh Power Point Hasil Penelitian
 
Fungsi Penggerakan (Actuating)
Fungsi Penggerakan (Actuating)Fungsi Penggerakan (Actuating)
Fungsi Penggerakan (Actuating)
 
Slide Presentasi Proposal Tesis S2, Universitas Gadjah Mada
Slide Presentasi Proposal Tesis S2, Universitas Gadjah MadaSlide Presentasi Proposal Tesis S2, Universitas Gadjah Mada
Slide Presentasi Proposal Tesis S2, Universitas Gadjah Mada
 

Similar to Metode Penulisan Modul

Modul kepenulisan (aang)
Modul kepenulisan (aang)Modul kepenulisan (aang)
Modul kepenulisan (aang)
dianhasanudin
 
Makalah kelompok pengambilankeputusan
Makalah kelompok pengambilankeputusanMakalah kelompok pengambilankeputusan
Makalah kelompok pengambilankeputusan
Denny Kodrat
 
Kurikulum Dan Pembljrn Irma
Kurikulum Dan Pembljrn IrmaKurikulum Dan Pembljrn Irma
Kurikulum Dan Pembljrn Irma
IRMA HERDIANTI
 

Similar to Metode Penulisan Modul (20)

Penulisan Kasus
Penulisan KasusPenulisan Kasus
Penulisan Kasus
 
Memandang Diklat Secara 360 Derajat, Sebuah Otokritik
Memandang Diklat Secara 360 Derajat, Sebuah OtokritikMemandang Diklat Secara 360 Derajat, Sebuah Otokritik
Memandang Diklat Secara 360 Derajat, Sebuah Otokritik
 
Modul kepenulisan (aang)
Modul kepenulisan (aang)Modul kepenulisan (aang)
Modul kepenulisan (aang)
 
Dasar-Dasar Penulisan Karya Tulis
Dasar-Dasar Penulisan Karya TulisDasar-Dasar Penulisan Karya Tulis
Dasar-Dasar Penulisan Karya Tulis
 
Inovasi Sektor Publik
Inovasi Sektor Publik Inovasi Sektor Publik
Inovasi Sektor Publik
 
JURNAL KARIER (REFERENSI)
JURNAL KARIER (REFERENSI)JURNAL KARIER (REFERENSI)
JURNAL KARIER (REFERENSI)
 
7. cara pembuatan diktat modul teks
7. cara pembuatan diktat modul teks7. cara pembuatan diktat modul teks
7. cara pembuatan diktat modul teks
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F - [modulguruku.com]
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F - [modulguruku.com]Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F - [modulguruku.com]
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F - [modulguruku.com]
 
M6 kb3
M6 kb3M6 kb3
M6 kb3
 
Makalah karakteristik media_pembelajaran
Makalah karakteristik media_pembelajaranMakalah karakteristik media_pembelajaran
Makalah karakteristik media_pembelajaran
 
1Bookreport
1Bookreport1Bookreport
1Bookreport
 
Multimedia Pembelajaran
Multimedia  PembelajaranMultimedia  Pembelajaran
Multimedia Pembelajaran
 
Bab I
Bab IBab I
Bab I
 
RPS EKONOMI MONETER 2022-2023 (1).pdf
RPS EKONOMI MONETER 2022-2023 (1).pdfRPS EKONOMI MONETER 2022-2023 (1).pdf
RPS EKONOMI MONETER 2022-2023 (1).pdf
 
Multimedia pembelajaran-1262909494-phpapp01
Multimedia pembelajaran-1262909494-phpapp01Multimedia pembelajaran-1262909494-phpapp01
Multimedia pembelajaran-1262909494-phpapp01
 
Model pencapaian konsep
Model pencapaian konsepModel pencapaian konsep
Model pencapaian konsep
 
Makalah kelompok pengambilankeputusan
Makalah kelompok pengambilankeputusanMakalah kelompok pengambilankeputusan
Makalah kelompok pengambilankeputusan
 
Kurikulum Dan Pembljrn Irma
Kurikulum Dan Pembljrn IrmaKurikulum Dan Pembljrn Irma
Kurikulum Dan Pembljrn Irma
 
Dinamikakelompokprajab3
Dinamikakelompokprajab3Dinamikakelompokprajab3
Dinamikakelompokprajab3
 
Tugas uas max webber
Tugas uas max webberTugas uas max webber
Tugas uas max webber
 

More from Tri Widodo W. UTOMO

More from Tri Widodo W. UTOMO (20)

Beyond IKK: Kualitas Kebijakan Kementerian Kesehatan
Beyond IKK: Kualitas Kebijakan Kementerian KesehatanBeyond IKK: Kualitas Kebijakan Kementerian Kesehatan
Beyond IKK: Kualitas Kebijakan Kementerian Kesehatan
 
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanStrategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
 
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiInovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
 
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTransformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
 
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
 
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluStrategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
 
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNPengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
 
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
 
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikManajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
 
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarProspek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
 
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightGamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
 
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahSignifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
 
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaPeta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
 
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiKab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
 
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanPerumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
 
Recharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangRecharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang Panjang
 
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTransformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
 
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTransformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
 
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaKorpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
 
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakInovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
AlfandoWibowo2
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 

Metode Penulisan Modul

  • 1. METODE PENULISAN MODUL Oleh : TRI WIDODO WAHYU UTOMO, SH LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA PERWAKILAN JAWA BARAT 1998
  • 2. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 3  Deskripsi Singkat : Mata Pelajaran ini bertujuan untuk memberikan kemampuan peserta / Widyaiswara dalam penulisan modul untuk mata kuliah tertentu pada penyelenggaraan diklat struktural / penjenjangan atau diklat teknis fungsional.  Tujuan Instruksional Umum (TIU) : Setelah mengikuti mata pelajaran ini, para peserta / Widyaiswara diharapkan mampu menjelaskan metode atau teknik penulisan modul untuk kepentingan penyelenggaraan diklat, serta mampu menyusun atau menulis modul mata kuliah tertentu berdasarkan kaidah-kaidah yang disarankan, sehingga peserta dengan mudah dapat mengikuti atau menyerap materi kuliah yang diajarkan.  Tujuan Instruksional Khusus (TIK) : Setelah mengikuti mata pelajaran ini, para peserta diharapkan mampu : 1. Menjelaskan latar belakang pentingnya modul dalam penyelenggaraan diklat. 2. Menjelaskan modul sebagai fungsi kewidyaiswaraan. 3. Menjelaskan beberapa teknik penulisan secara umum. 4. Mempraktekkan metode / teknik penulisan modul.
  • 3. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 4 POKOK BAHASAN PERTAMA “PENDAHULUAN”
  • 4. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 5 Pendahuluan Modul dalam suatu sistem kediklatan menempati peran yang strategis. Bahkan keberadaan modul dapat dikatakan sebagai sub sistem yang tidak dapat dipisahkan dari sistem kediklatan. Sementara sistem diklat sendiri merupakan bagian dari sistem pembinaan aparatur negara. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa keberadaan modul yang berbobot atau berkualitas akan menentukan pula bobot dan kualitas aparatur negara. Mengingat pentingnya modul, maka para Widyaiswara sebagai “rajanya ilmu”, wajib memiliki kemampuan atau keterampilan menyusun modul untuk mata kuliah yang menjadi spesialisasinya. Dalam konteks kediklatan, pentingnya modul ini paling tidak meliputi tiga fungsi sebagai berikut : 1. Memberikan arah, petunjuk dan pedoman yang elas kepada peserta diklat tentang materi yang akan disampaikan. 2. Sebagai wujud pertanggungjawaban selaku pejabat fungsional yang diangkat oleh negara. 3. Media komunikasi (penyampaian pesan, penyamaan persepsi) yang efektif antara peserta dengan widyaiswara. Lebih dari itu, modul (bersama-sama dengan sub sistem kediklatan lainnya) memiliki kontribusi yang besar terhadap pencapaian tujuan diklat, dan tercapainya tujuan diklat pada gilirannya akan mewujudkan aparatur negara yang bersih dan berwibawa, sistem administrasi yang efektif dan efisien, serta peningkatan kualitas pelayanan umum yang berkualitas. (Lihat Transparan)
  • 5. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 6 POKOK BAHASAN KEDUA “MODUL SEBAGAI FUNGSI KEWIDYAISWARAAN”
  • 6. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 7 Modul Sebagai Fungsi Kewidyaiswaraan Sebagai suatu jabatan fungsional, seorang Widyaiswara dituntut untuk memiliki kualifikasi-kualifikasi tertentu. Kualifikasi inilah yang nantinya akan dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja Widyaiswara yang terwujud dalam perhitungan angka kredit. Adapun kualifikasi jabatan Widyaiswara ini adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan formal. 2. Kemampuan mendidik, mengajar dan atau melatih. 3. Kemampuan menyusun kurikulum diklat. 4. Kemampuan mengadakan evaluasi diklat. 5. Kemampuan membimbing peserta diklat dalam penulisan kertas kerja, seminar / lokakarya, serta praktek laboratorium / praktek lapangan. 6. Kemampuan membimbing Widyaiswara yang lebih rendah. 7. Kemampuan mengembangkan materi dalam satu mata kuliah. 8. Kemampuan mengembangkan metodologi dalam satu mata kuliah. 9. Kemampuan merencanakan kegiatan diklat / program. 10. Kemampuan menulis karya ilmiah atau makalah, baik dari hasil penelitian maupun tinjauan / ulasan terhadap suatu subyek dan obyek tertentu. 11. Kemampuan dalam kegiatan pengabdian masyarakat. Diantara kemampuan yang harus dimiliki tersebut, kebanyakan Widyaiswara mengalami kesulitan atau hambatan dalam aspek-aspek yang berhubungan dengan tulis menulis, termasuk dalam hal penulisan modul. Padahal, dalam Penetapan Angka Kredit (PAK), menulis modul ini merupakan unsur utama yang memiliki nilai kredit cukup tinggi. (Lihat Transparan)
  • 7. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 8 POKOK BAHASAN KETIGA “MODUL DALAM KONTEKS PENULISAN SECARA UMUM” • TAHAPAN MENULIS • PRINSIP-PRINSIP PENULISAN • KENDALA YANG MUNCUL DALAM MENULIS • BEBERAPA SARAN UNTUK MENGATASI KENDALA DALAM MENULIS
  • 8. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 9 Modul Dalam Konteks Penulisan Secara Umum Menulis modul pada dasarnya sama dengan kegiatan menulis dalam bentuk lainnya, seperti buku, artikel, saduran / suntingan, features, dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk dapat menulis modul dengan baik, seorang Widyaiswara juga harus memahami serta memiliki kemampuan atau keterampilan dasar penulisan, paling tidak meliputi tahapan menulis, prinsip-prinsip penulisan, kendala yang muncul dalam menulis, serta cara untuk mengatasi kendala tersebut.  TAHAPAN MENULIS Bagi seseorang yang telah terbiasa menulis, tahapan-tahapan yang dilaluinya sering tidak teratur. Misalnya, begitu ada ide atau gagasan yang muncul tentang suatu fenomena, dia langsung menuangkan secara analitis dalam tulisan, dan setelah itu baru mencarikan konteks (latar belakang) yang sesuai dengan ide atau gagasannya tersebut, atau memperkaya dengan bahan-bahan pembanding lainnya. Akan tetapi bagi seseorang yang belum terbiasa menulis, beberapa tahapan dibawah ini dapat membantu untuk mempermudah penulisan. Dalam hal ini, menurut Semi (1990 : 11-15) ; Karim (1989 : 5-6) ; Widyamartaya (1978 : 9-14), tahapan menulis dapat disusun sebagai berikut. 1. Memunculkan gagasan Oleh karena tulisan merupakan kumpulan gagasan, maka tidak ada tulisan yang tidak mengandung gagasan. Sehubungan dengan hal tersebut, langkah pertama adalah mencari, menggali dan atau memunculkan gagasan. Selanjutnya apabila ide / gagasan telah muncul, perlu dilakukan pencatatan terhadap setiap ide yang muncul (seringkali datang dengan seketika). Ide yang muncul pertama kali ini dapat disamakan dengan inspirasi atau ilham, yang tentu saja belum tersusun secara sistematis. Oleh karena itu, untuk dapat melakukan sistematisasi, sekaligus untuk membantu ingatan, maka apapun, kapanpun dan dimanapun gagasan / ide muncul, hendaknya langsung dituangkan kedalam catatan kecil. Adapun gagasan, ide atau masalah ini dapat diperoleh atau digali melalui empat sumber, yakni :
  • 9. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 10 a. Pengalaman Setiap peristiwa yang menimpa seseorang (misalnya mendaki gunung, hidup masa muda di pedesaan, susahnya mencari pekerjaan, menolong kecelakaan, dan sebagainya) dapat dimanfaatkan sebagai sumber ide, khususnya dalam segi-segi yang menarik, dan bukan semata-mata proses kejadian dari peristiwa tersebut. b. Pengamatan Banyak peristiwa yang terjadi disekeliling kita yang sifatnya sekali terjadi (einmalig) atau berulang (siklis). Terhadap peristiwa tersebut, seringkali dibiarkan dan diabaikan begitu saja terjadi. Namun bagi orang-orang tertentu peristiwa tersebut mungkin menarik perhatiannya, sehingga selalu diikuti dan diamati, dengan disertai pertanyaan-pertanyaan : mengapa terjadi, kapan telah terjadi dan akan terjadi lagi, apa tanda-tanda kejadiannya, dan sebagainya. pengamatan terhadap sesuatu yang melekat atau menyertai peristiwa tertentu ini dapat disebut sebagai fenomena atau gejala. Contoh : mengapa di musim kemarau banyak terjadi perceraian di Kuningan, Indramayu dan sekitarnya ; mengapa produktivitas organisasi mengalami penurunan. Berbagai hasil pengamatan inilah yang bisa dijadikan sebagai sumber atau bahan tulisan. c. Imajinasi Pengalaman dan pengamatan berangkat dari sesuatu yang riil dan konkrit, sedangkan imajinasi adalah penggambaran tentang sesuatu yang semu / maya dan abstrak. Namun imajinasi dapat pula dibentuk oleh pengalaman atau pengamatan, yang kemudian diberi nilai-nilai yang “abstrak” tadi. Contoh : kehidupan di penjara adalah konkrit bagi nara pidana, namun kitapun dapat mengimajinasikan hidup dan tinggal di penjara. Inilah salah satu sumber / bahan penulisan, yang membutuhkan daya khayal tinggi. d. Pendapat / Keyakinan Pendapat biasanya bersifat subyektif, yang menunjukkan sikap atau pandangan seseorang terhadap obyek tertentu. Misalnya adalah pendapat tentang kelakuan / perilaku selebritis, tentang keindahan suatu lukisan, tentang kebijakan yang ditempuh pemerintah dibidang ekonomi, dan sebagainya. Selain itu, seseorang juga mempunyai keyakinan, misalnya tentang sesuatu yang gaib, tentang akan terjadinya letusan gunung merapi, dan sebagainya. adanya pendapat dan keyakinan ini dapat dijadikan sebagai sumber atau bahan tulisan.
  • 10. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 11 2. Pengumpulan Informasi Langkah berikutnya adalah mengumpulkan informasi dan data yang relevan dengan topik atau pokok bahasan yang akan ditulis. Hal ini diperlukan untuk memperlengkap dan memperkaya bahan penulisan, sehingga dapat dihindari pengungkapan dan isi tulisan yang monoton. Data dan informasi ini dapat berupa gambar, angka statistik, grafik, pendapat para pakar, dan sebagainya. 3. Penetapan Tujuan Penetapan tujuan tulisan merupakan tahap yang cukup penting, sebab tujuan penulisan sangat berpengaruh terhadap bentuk, panjang dan cara penyajian tulisan. Tujuan ini dapat berdiri sendiri, tetapi lebih sering merupakan gabungan dari beberapa tujuan. Adapun tujuan yang biasanya dimiliki oleh penulis adalah sebagai berikut : a. Memberikan arahan, yakni memberi petunjuk kepada orang lain dalam mengerjakan sesuatu, misalnya cara menjalankan mesin. b. Menjelaskan sesuatu, yakni memberikan uraian atau penjelasan tentang sesuatu yang harus diketahui orang lain, misalnya manfaat olah raga bagi kesehatan jantung, pentingnya lingkungan hidup. c. Menceritakan kejadian, yaitu memberikan informasi tentang sesuatu peristiwa yang berlangsung disuatu tempat dan suatu waktu, misalnya tentang perjuangan P. Diponegoro, kerusuhan dan penjarahan di Jakarta. d. Meringkaskan, yaitu membuat rangkuman suatu tulisan sehingga menadi lebih singkat. e. Meyakinkan, yaitu tulisan yang berusaha meyakinkan, mempengaruhi dan atau mempengaruhi pendapat dan sikap orang lain. (Lihat Transparan) 4. Perancangan Tulisan Merancang tulisan diartikan sebagai kegiatan penilaian kembali informasi dan data, pemilihan sub topik, penetapan bentuk / panjang tulisan, serta penulisan outline / bagan atau plot karangan atau tulisan. Bagan, otline atau plot dari tulisan ini dapat menggunakan beberapa pola, antara lain : DAM-D, D-S-D, PMT, 5W + 1H, dan T-A-S. (Lihat Transparan).
  • 11. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 12 5. Penulisan Ini dapat dikatakan sebagai tahap terpenting dari proses penulisan secara keseluruhan. Dalam tahap ini, jangan dilupakan tentang hal-hal : tujuan penulisan, sasaran pembaca, pemilihan kalimat yang efektif, dan sebagainya. 6. Penyuntingan / Revisi Setelah draft tulisan selesai, ada baiknya kita baca ulang dalam kedudukan kita sebagai pembaca. Dari proses baca ulang ini bisa jadi akan ditemukan kesalahan atau kejanggalan, baik dalam hal tanda baca, kesinambungan antar paragraf, akurasi data, efektivitas kalimat (apakah terjadi pengulangan yang tidak perlu), dan sebagainya. Jika ternyata ada kesalahan atau kejanggalan ini, maka perlu diadakan perbaikan / revisi. Proses perbaikan setelah selesai tersusun draft tulisan inilah yang disebut editing atau penyuntingan.  PRINSIP PENULISAN Untuk dapat menghasilkan tulisan yang baik dan menarik, lugas dan tuntas, serta enak dibaca dan perlu, maka seorang penulis harus memperhatikan prinsip penulisan. Menurut Carl Goeller (dalam Semi, 1990 : 16), suatu tulisan hendaknya memenuhi prinsip ABC (Acuracy, Brevity, Clarity), atau akurat, singkat dan jelas. Tulisan yang akurat, artinya segala sesuatu yang dikemukakan dalam tulisan memberi keyakinan kepada pembaca, karena informasi atau gagasan yang disampaikan adalah sesuatu yang masuk akal, atau dirasakan sebagai sesuatu yang benar. Nama-nama atau data yang dikemukakan dituliskan dengan tepat, dan tidak ada pernyataan yang terlalu luas dan umum, sehingga dapat dipahami dengan mudah serta tidak menimbulkan prasangka. Tulisan yang singkat, artinya tulisan itu hanya menyatakan apa yang perlu dan patut dikatakan, dan tidak melebih-lebihkan suatu fakta. Penggunaan bahasa juga tidak menimbulkan kesan menggurui, dan cukup menggunakan kata-kata yang secara umum telah banyak diketahui banyak orang. Tulisan yang jelas, artinya tulisan itu mudah dipahami pembaca, seolah-olah ia sedang berhadapan dengan penulis. Dengan kata lain, tulisan yang jelas adalah tulisan yang bagi pembaca dinilai informatif dan komunikatif.
  • 12. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 13 Prinsip-prinsip ini dapat diukur dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu. (Lihat Transparan).  BEBERAPA KENDALA YANG MUNCUL DALAM MENULIS 1. Kurang percaya diri. Ketika dihadapkan pada suatu kasus yang harus dianalisa / dipecahkan – apalagi secara tertulis – sebagian besar orang selalu berpikir bahwa “saya tidak bisa”. Lebih-lebih jika dalam komunitas lingkungannya terdapat satu atau beberapa orang yang bisa menulis, maka ia cenderung menyarankan agar orang itulah yang mengerjakan tugas. Padahal orang yang bisa menulis belum tentu merasa lebih pandai dibanding temannya. Disamping itu, bentuk rasa kurang percaya diri dapat terlihat bahwa seseorang malu jika tulisannya dibaca orang lain. Kerugian dari kendala ini adalah bahwa ia tidak akan segera tahu kelemahannya ; dan kalaupun ia mengetahuinya maka ia kurang terpacu untuk memperbaiki kelemahannya tersebut. 2. Kesulitan dalam menentukan kata pembuka atau kata permulaan. Ide / gagasan yang menumpuk di kepala, kadang begitu sulit ditransfer dalam bentuk tertulis. Seorang orator ulung, belum tentu seorang penulis yang baik ; sebaliknya, seorang yang kurang mampu berdebat secara sistematis, belum tentu tidak memiliki kemampuan untuk menulis secara baik. Sebab, suatu ide / gagasan dapat ditransfer melalui dua macam cara, yakni secara lisan dan secara tertulis. Idealnya, setiap orang memiliki kedua jenis kemampuan ini. Kesulitan dalam menentukan kata pembuka ini sama artinya dengan kebingungan dalam menentukan pijakan awal tulisan. Padahal, ketepatan dalam menentukan kata pembuka ini akan menentukan minat pembaca untuk mengetahui seluruh isi tulisan. 3. Ketajaman analisis yang kurang. Sering terjadi bahwa suatu analisis tertulis tidak mampu mendekati permasalahan secara komprehensif (dari berbagai sudut pandang / aspek). Suatu kajian yang khusus dilihat dari aspek tertentupun (ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya), sering dinilai “dangkal atau sempit”.
  • 13. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 14 4. Alur pikir kurang jelas. Tidak jarang terjadi bahwa suatu tulisan yang cukup panjang (10 halaman atau lebih) ternyata tidak mengandung pesan (message) tertentu sebagai gagasan pokok (main idea) si penulis. Lebih dari itu, isi alinea yang satu dengan alinea yang lain seperti berdiri sendiri dan tidak ada kaitan. Dalam keadaan demikian, tentulah seorang pembaca akan kesulitan memahami keinginan dan jalan berpikir atau alur pikir si penulis. 5. Sering terjadinya pengulangan kata / kalimat. Sering kita temui, dalam satu tulisan – bahkan dalam satu kalimat – terjadi pengulangan kata yang tidak perlu. Hal ini selain kurang menarik, juga tentu saja memperlihatkan kepada pembaca bahwa si penulis kekurangan kosa kata (perbendaharaan kata). Dalam keadaan demikian, dapat dipastikan bahwa pembaca kurang tertarik, dan akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan membaca tulisan tersebut. 6. Terbelenggu oleh aturan atau tradisi. Adanya aturan dalam hal tertentu atau kebiasaan dan tradisi yang suudah mengakar dalam kehidupan masyarakat, seringkali mempengaruhi .  BEBERAPA SARAN UNTUK MENGATASI KENDALA DALAM MENULIS 1. Tingkatkan rasa percaya diri Ingatlah kata klasik yang mengatakan bahwa “jika orang lain bisa, maka saya-pun pasti bisa”. Jangan sekali-kali berpikir bahwa “tulisan saya harus bermutu / berbobot”. Perlu diketahui bahwa tidak ada penulis besar yang “jadi” dengan tiba-tiba. Pada tahap awal, semua calon penulis mengalami ‘sindrom’ ini. Perlu diketahui bahwa dikaitkan dengan mutu / bobot tulisan, pada dasarnya tidak ada seorang penulis-pun yang merasa tulisannya dapat dinilai baik. Bahkan sering terjadi si A menilai tulisan si B lebih baik dibanding tulisannya ; sementara si B justru menilai tulisan si A lebih baik dibanding tulisannya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, hindarkanlah melakukan penilaian terhadap tulisan diri sendiri, serta pikirkanlah bahwa orang lain pasti menilai tulisan kita baik.
  • 14. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 15 2. Gunakan Rumus “TOP – KUAT” Memang, kata pembuka tidaklah sepenting judul. Namun jagalah agar pembaca sudah tidak tertarik dengan kalimat pertama yang Anda gunakan. Untuk itu, beberapa kata pembuka disini dapat dijadikan ancar-ancar. T (tema) = mulailah dengan kalimat / pernyataan yang merupakan tesis atau pernyataan tema. O (omogan) = mulailah dengan suatu percakapan atau dialog yang berkaitan dengan tema P (perbuatan) = mulailah dengan suatu tindakan. K (kuriositas) = mulailah dengan kalimat / pernyataan yang akan membangkitkan rasa ingin tahu. U (ungkapan) = mulailah dengan suatu ungkapan, peribahasan, kutipan. A (anekdot) = mulailah dengan menceritakan pengalaman, kisah kecil atau anekdot yang dapat menampilkan tema yang ditulis. T (tanya) = mulailah dengan suatu pertanyaan, baik yang sungguh-sungguh ingin dijawab maupun yang tidak ingin dijawab (retoris). (Lihat Transparan). 3. Diskusi dan Perbanyaklah Membaca Kedalaman dan ketajaman analisis tulisan hanya dapat diatasi dengan memperbanyak diskusi dengan teman atau orang lain, menghadiri banyak seminar dan acara ilmiah lain, serta dengan menggiatkan kegemaran membaca. Yakinlah bahwa ketajaman dan kedalaman analisis tulisan orang lain semata-mata disebabkan karena ia lebih dahulu membaca buku dibandingkan kita. 4. Gunakan Pola Bagan / Plot, dan Kalimat Sambung. Ketika kita mengalami kesulitan untuk menyambungkan paragraf yang satu dengan paragraf yang lain, atau ide yang satu dengan ide yang lain, gunakan atau pilih beberapa outline, bagan atau plot yang sesuai dengan selera Anda (DAM-D, D-S-D, PMT, 5W + 1H, dan T-A-S). Disamping itu, Anda dapat
  • 15. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 16 memanfaatkan pemmakaian beberapa kata sambung, misalnya : oleh karena itu, sehubungan dengan hal tersebut, meskipun demikian, mengingat hal tersebut diatas … maka ….., dari uraian diatas jelaslah kiranya bahwa …., dengan kata lain, dan sebagainya. Untuk mengurangi kesalahan dan kelemahan dalam alur tulisan, dapat pula digunakan beberapa kaidah penggunaan paragraf baru sebagai berikut: a. Paragraf baru biasanya digunakan jika ada peralihan waktu, misalnya : “satu minggu kemudian, ….”. b. Paragraf baru biasanya digunakan jika ada peralihan tempat, misalnya : “tidak jauh dari situ …..”. c. Paragraf baru biasanya digunakan jika ada pergantian penekanan atau pandangan, misalnya : “dari lain pihak, ….”. d. Paragraf baru biasanya digunakan untuk menguraikan atau menceritakan hal baru yang mirip dengan hal yang sudah dibicarakan sebelumnya, misalnya : “tidak jauh berbeda dengan hal itu, ….”. e. Paragraf baru biasanya digunakan jika ingin membandingkan atau mempertentangkan hal satu dengan yang lain, misalnya : “hal tersebut apabila dibandingkan dengan …..”. 5. Perkaya Kosakata (perbendaharaan kata). Jangan biasakan mengulang kata yang sama untuk menunjukkan hal / obyek yang sama. Misalnya, gunakan istilah masyarakat, rakyat, warga, anggota komunitas, untuk menggambarkan sekelompok orang yang tinggal di suatu teritorial tertentu.
  • 16. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 17 POKOK BAHASAN KEEMPAT “METODE / TEKNIK PENULISAN MODUL”
  • 17. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 18 Metode / Teknik Penulisan Modul Sampai saat ini, belum ada suatu “Pedoman Penulisan Modul” yang baku, sehingga materi yang akan disampaikan disinipun juga tidak dimaksudkan untuk membakukan / menstandarisasikan modul-modul yang sedang maupun yang akan ditulis. Beberapa contoh modul dibawah ini yang telah ada dan dipakai untuk keperluan diklat, menunjukkan adanya variasi dalam penulisan modul. 1. Modul diklat ADUM No. 16 : Pembinaan PNS (LAN : 1997). 2. Modul diklat Sepadyanas : PPK (LAN : 1995). 3. Modul diklat ADUM Model Baru : Sistem Ketatanegaraan RI (LAN Jawa Barat : 1998) 4. Modul diklat ADUM Model Baru : Perencanaan Pembangunan (LAN Jawa Barat : 1998) 5. Modul diklat SPAMA Model Baru : Reinventing Government (LAN : 1998). 6. Modul Diklat Sepala Jarak Jauh No. 3 : P-4 Terpadu (LAN : 1993). 7. Modul Diklat Sepala Jarak Jauh No. 21 : Teknik Pengawasan dan Pengendalian (LAN : 1993). 8. Dan sebagainya. (Lihat Transparan) Meskipun diantara modul yang telah ada, belum terdapat model atau pola yang seragam, namun dapat diambil atau ditarik suatu garis merah, kesamaan, atau “pesan” yang dapat diseragamkan. Beberapa kesamaan yang harus dimiliki oleh modul apapun adalah sebagai berikut : 1. Suatu modul harus lebih memudahkan peserta / pembaca untuk memahami materi yang disampaikan. 2. Suatu modul harus disusun secara sistematis, atau mempunyai urut-urutan penyajian yang jelas. 3. Suatu modul hendaknya ringkas tetapi mencakup seluruh materi secara komprehensif. 4. Suatu modul biasanya memberikan kesempatan kepada peserta untuk dapat berlatih dan mengembangkan kemampuan secara mandiri.
  • 18. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 19 Dengan kata lain, suatu modul harus memenuhi paling tidak empat kriteria atau kaidah diatas. Sedangkan bagaimana caca seorang penyusun modul untuk memenuhi kriteria / kaidah tersebut, sangat tergantung dari kreativitas yang bersangkutan. Misalnya, untuk mencapai kaidah pertama, yakni “memudahkan peserta / pembaca untuk memahami materi yang disampaikan”, seorang penyusun modul dapat menempuh dengan cara menyajikan terlebih dahulu TIU, TIK, dan pokok bahasan.  PENGERTIAN MODUL Kata “modul” berasal dari Bahasa Inggris “module” yang berarti paket piranti lunak (software package). Dalam dunia kediklatan, kata “modul” dapat sebagai paket suatu pelajaran tertentu yang berisikan petunjuk lengkap mengenai latar belakang, tujuan, fokus bahasan, materi serta langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh peserta agar dapat menguasai pelajaran tersebut dengan atau tanpa bimbingan widyaiswara. Dari definisi diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai pengertian modul. Pertama, modul tidaklah sama dengan buku pelajaran biasa karena di dalam buku pelajaran tidak ditemukan langkah-langkah proses pembelajaran secara lengkap. Buku pelajaran membutuhkan kegiatan belajar mengajar antara peserta didik dan widyaiswara, sedangkan dalam proses pembelajaran melalui modul kehadiran widyaiswara seringkali tidak diperlukan. Kedua, modul berbeda dengan SAP (Satuan Acara Perkuliahan) karena SAP hanya bersikan prosedur untuk mempelajari suatu matakuliah, sedangkan di dalam modul selain dapat ditemukan prosedur pembelajaran juga disertai materi yang harus dipelajari oleh peserta. Ketiga, karena sifatnya yang khusus, pada umumnya modul dipersiapkan dan diterbitkan oleh suatu instansi atau lembaga pendidikan tertentu yang mempunyai misi atau maksud tertentu dengan peserta didik yang tertentu pula.  LANGKAH PENYUSUNAN MODUL
  • 19. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 20 Apabila kita akan menyusun suatu modul, pertama-tama harus kita tentukan materi apa yang akan kita susun menjadi modul dan kepada siapa modul akan kita tujukan. Dalam hal ini harus diingat bahwa setiap modul hanya bermuatan satu jenis mata pelajaran dan ditujukan untuk sekelompok peserta tertentu. Contoh-contoh topik semacam ini, misalnya “Modul Dinamika Kelompok untuk Calon Widyaiswara”, “Modul Kepemimpinan untuk Calon Juru Penerang”, “Modul Pemberdayaan Petani untuk Penyuluh Pertanian, dsb. Setelah menentukan topik yang tertuang di dalam judul modul, selanjutnya kita mulai menulis modul sesuai dengan outline atau kerangka modul yang pada umumnya tersusun atas bab-bab sebagai berikut: 1. Pendahuluan Pada umumnya bab ini berisikan latar belakang dari materi yang akan dipelajari dan reasoning atau rationale mengapa modul disusun serta petunjuk mengenai persiapan apa yang harus dilakukan peserta. Dalam beberapa contoh modul, misalnya Modul UT, petunjuk untuk melaksanakan proses pembelajaran ditempatkan pada halaman pertama, terpisah dari bab pendahuluan. Dengan membaca bab pendahuluan ini, peserta diharapkan dapat mempunyai gambaran global (abstract) mengenai materi dimaksud dan bersiap diri untuk aktif dalam melaksanakan setiap langkah proses pembelajaran atau pelatihan. 2. Tujuan Bab ini terbagi atas 2 (dua) bagian, yakni, tujuan umum dan tujuan khusus (sasaran). Bagian tujuan umum berisikan uraian mengenai maksud penyusunan modul ini dan tujuan yang diharapkan dapat dicapai, misalnya Modul Dinamika Kelompok untuk pelatihan calon widyaiswara bertujuan untuk : “meningkatkan kemampuan peserta untuk mawas diri dan berinteraksi dengan tim dan organisasi sehingga siap secara mental, emosional dan intelektual untuk mengikuti pelatihan”. Sedangkan tujuan khusus (sasaran) memuat kemampuan dan keterampilan yang diharapkan dapat dikuasai peserta setelah menyelesaikan tugas-tugas yang tertuang di dalam modul. Sebagai contoh dalam modul Dinamika Kelompok, setelah menyelesaikan pelatihan peserta diharapkan dapat :
  • 20. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 21 a. Mengenal peserta lain dan siap untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan; b. Menyebutkan gaya / perilaku yang dimilikinya dan yang dimiliki oleh peserta lain; c. Menentukan harapan yang diinginkan selama mengikuti peletihan kepemimpinan. 3. Ruang Lingkup / Pokok Bahasan Dalam bagian ini dimuat unsur-unsur yang akan dibahas selama pelatihan berlangsung. Misalnya dalam Modul Dinamika Kelompok, unsur yang akan dibahas dalam pelatihan adalah sebagai berikut: a. Perkenalan dalam kelompok (entry behaviour) b. Jenis-jenis (typology) kepribadian c. Kesepakatan belajar orang dewasa 4. Proses Pembelajaran Bagian Proses Pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting dalam penyusunan modul. Dalam bagian ini diterangkan mengenai langkah-langkah yang harus ditempuh oleh peserta untuk keberhasilan pelatihan melalui modul. Misalnya, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam Modul Dinamika Kelompok adalah sebagai berikut: a. Persiapan 1. Penjelasan tentang sesi yang harus ditempuh 2. Bahan appersepsi (misalnya, perjalanan peserta dari daerah sampai ke tempat pelatihan. b. Perkenalan dalam kelompok 1. Dilakukan melalui penugasan dalam kelompok 2. Diskusi kelompok 3. Penggalian terhadap perasaan peserta tentang manfaat yang diperoleh dari pelatihan 4. Rangkuman dan pembulatan c. Latihan dan pembahasan typology kepribadian:
  • 21. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 22 1. Melalui penugasan individu dalam kelompok dengan mengisi Instrument Personal Style Inventory 2. Memproses hasil isian instrumen 3. Diskusi kelompok 4. Ceramah singkat typology kepribadian. 5. Rangkuman dan pembulatan. d. Latihan penyusunan belajar orang dewasa 1. Penugasan individu untuk menuangkan harapannya selama mengikuti pelatihan 2. Diskusi kelompok membahas harapan individu sehingga menjadi tujuan kelompok 3. Ceramah singkat tentang beljar orang dewasa. 4. Rangkuman dan pembulatan 5. Materi dan Instrumen Bagian ini mendiskusikan bahan-bahan pelajaran dan instrumen yang harus disiapkan untuk keberhasilan proses pelatihan. Misalnya, materi dan instrumen yang harus disiapkan dalam Modul Dinamika Kelompok sebagai berikut: a. Instrument Personal Style Inventory b. Teori tentang pembelajaran orang dewasa c. Daftar Referensi d. Psikologi Kepribadian – Dr. Sumadi Suryasubrata 6. Alat Bantu Pelatihan Di dalam bagian ini diterangkan alat-alat bantu mengajar yang diperlukan dalam proses pembelajaran, misalnya: a. Over-Head Projector b. Flip Chart c. White board set 7. Waktu
  • 22. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 23 Bagian ini mendiskusikan waktu yang harus ditempuh dalam pelaksanaan pelatihan, misalnya waktu yang harus ditempuh dalam pelatihan Dinamika Kelompok, sebagai berikut: a. Perkenalan dalam kelompok (entry behaviour) 90 menit. b. Jenis-jenis (typology) kepribadian 135 menit. c. Kesepakatan belajar orang dewasa 45 menit. 8. Evaluasi Bagian terakhir dari langkah modul adalah evaluasi. Dalam hal ini harus diterangkan mengenai jenis evaluasi apa dan bagaimana cara evaluasi ini akan dilaksanakan. Misalnya, evaluasi yang harus ditempuh dalam Pelatihan Dinamika Kelompok adalah sebagai berikut: a. Pengisian form indikator norma kelompok. b. Pengisian evaluasi perkembangan kelompok. c. Pengisian di kertas kosong sebagai umpan balik peserta terhadap proses dinamika kelompok.
  • 23. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 24 POKOK BAHASAN KELIMA “ LATIHAN ”
  • 24. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 25 Latihan 1. Susunlah modul suatu mata kuliah tertentu, baik untuk diklat struktural / penjenjangan maupun untuk diklat teknis fungsional yang menarik minat / perhatian serta merupakan spesialisasi Saudara (khususnya untuk mata kuliah yang belum ada modulnya). 2. Modul agar disusun secara kelompok (! 5 orang) dan kemudian dipresentasikan. Peserta lain dapat mengomentari baik dari sisi teknik / metode penulisan maupun isi / materi modul. 3. Sebagai acuan, beberapa materi yang perlu disusun modul adalah materi-materi baru untuk diklat ADUM (Keputusan Ketua LAN Nomor 931/IX/6/4/1998) dan SPAMA (Keputusan Ketua LAN Nomor 932/IX/6/4/1998). (Lihat Transparan)
  • 25. Terciptanya Aparatur Negara Yang Bersih Dan Berwibawa Terwujudnya Sistem Administrasi Yang Efektif Dan Efisien Tercapainya Peningkatan Kualitas Pelayanan Umum • Peningkatan Pengetahuan, Keterampilan dan Perilaku (KSA) Peserta • Peningkatan Kinerja Organisasi SISTEM DIKLAT APARATUR Peserta Widyaiswara Kurikulum Sarana / Pra Tujuan Modul PROSES DIKLAT TUJUAN / HASIL DIKLAT Arti Penting Modul (dan Sub Sistem Diklat Lainnya) dalam Menciptakan Aparatur Negara yang Bersih dan Berwibawa serta Kualitas Pelayanan Umum
  • 26. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 28 Pernyataan / Kalimat Tujuan 1. Ambillah segelas tepung, tiga sendok makan gula, lima gram pala, dan aduklah ketiganya. 2. Tubuh kita terdiri dari kulit, daging, tulang dan darah 3. Semua mahasiswa diharuskan mempelajari secara teliti teknis menulis laporan yang baik karena suatu ketika mereka mesti menulis laporan 4. Macbeth adalah suatu cerita tentang seorang laki-laki yang ambisius, menghasut istrinya untuk membunuh raja dengan maksud untuk merebut tahta kerajaan 5. Indonesia tidak boleh menggantungkan pendapatan pada komoditi minyak, tetapi harus pula menggalakkan komoditi non migas. 6. Adik saya yang terkecil jatuh dari pohon jambu gara-gara mengambil layang-layang yang menyangkut di pohon itu. 7. Menunda usia perkawinan merupakan salah satu bagian program KB yang harus mendapat tanggapan positif dari generasi muda. 8. 200 meter setelah melewati jembatan, Anda harus belok kiri melalui jalan setapak, dan setelah menapaki jalan ini sepanjang 100 meter, Anda akan menemui rumah tua. 9. Kebanyakan mahasiswa yang gagal adalah mahasiswa yang tidak mempunyai program belajar yang baik. 10.Pada tahun 1492, Colombus mendarat di San Salvador. 11.Waktu akan belajar, duduklah dengan baik dan singkirkan semua benda yang dapat mengganggu konsentrasi.
  • 27. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 29 POLA BAGAN / PLOT / ALUR TULISAN 1. DAM-D Pola ini mengajarkan bahwa alur menulis didahului oleh adanya duduk perkara (D), yang kemudian disusul dengan alasan yang mendasari penulis mengemukakan pendapat tentang duduk perkara tersebut, yang disertai dengan misal (contoh), dan selanjutnya kembali menegaskan tentang duduk perkara semula. Contoh untuk tema “Menulis di Surat Pembaca” : Duduk perkara : Seluruh media cetak saat ini menyediakan kolom untuk Surat Pembaca. Kita harus memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Alasan : Saat ini banyak peristiwa yang terjadi ditengah masyarakat yang memerlukan penanganan pihak berwenang dengan segera. Namun karena jangkauan yang terbatas ditambah lagi dengan tingkat kepedulian warga yang rendah, sehingga banyak kasus yang terpendam sekian tahun tanpa penyelesaian yang memuaskan. Misal : Sebagaimana yang terjadi di Kecamatan “X”, keberadaan jembatan yang menghubungkan antara Desa “Y” dengan Desa “Z” telah lama rusak berat. Bahkan dua orang warga telah mengalami kecelakaan, ketika pada musim penghujan melewati jembatan yang terendam air tersebut. Duduk perkara : mengingat hal-hal tersebut diatas, maka warga masyarakat yang menemui suatu masalah atau keadian, hendaknya tidak sungkan-sungkan untuk mengutarakan melalui Surat Pembaca di media massa. 2. D-S-D
  • 28. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 30 Pola ini mengungkapkan suatu ide atau gagasan berdasarkan pembabakan waktu, dari masa / keadaan dahulu (D), perkembangannya pada masa sekarang (S), serta kemungkinannya pada masa depan (D). Contoh untuk tema “Tradisi di Negeri Kita” : Dahulu : Tradisi atau adat dalam masyarakat kita, dahulu disamakan dengan aturan atau hukum, yang mengandung sanksi berat bagi pelanggarnya. Sekarang : Seiring dengan perkembangan jaman dan pengaruh dari manca negara, saat ini banyak sekali generasi muda yang kurang mentaati tradisi, disamping penegakan hukumnya juga kurang dilaksanakan secara konsekuen. Apalagi dengan adanya hukum nasional yang telah terkodifikasi, maka kekuatan tradisi maskin meluntur saja. Depan : Materi, norma dan nilai yang terkandung dalam budaya dan tradisi asli bangsa Indonesia, hendaknya juga mewarnai pembentukan hukum nasional. 3. PMT Dengan pola ini, seorang penulis pada tahap pertama hendaknya berusaha menarik perhatian (P) calon pembacanya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara antara lain membuka dengan kalimat yang menarik (lihat bagian lain makalah ini = cara mengatasi kendala dalam menulis). Selanjutnya, usahakan untuk terus memikat perhatian pembaca dengan cara membangkitkan minat (M) pembaca untuk terus membaca. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan menyinggung kebutuhan, keinginan dan cita-cita pembaca. Apabila minat pembaca telah terbangkitkan, maka ajaklah / pengaruhilah pembaca untuk melakukan suatu tindakan (T) yang konkrit, misalnya memilih suatu tanda gambar tertentu dalam pemilu, melakukan siskamling, dan sebagainya. Contoh untuk tema “Hidup Sederhana” : Perhatian : Berulang kali Bapak Presiden menganjurkan agar kita hidup sederhana. Tetapi berulangkali pula kita menyaksikan, bagaimana
  • 29. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 31 anjuran tersebut tidak dihiraukan. Ternyata, gejala berlomba dalam kemewahan, masih tetap termasuk salah satu pola budaya pop kita dewasa ini. Minat : Keadaan tersebut jelas sangat bertentangan dengan kondisi sebagian besar masyarakat kecil di pedesaan, yang untuk makanpun seringkali masih kekurangan. Bagaimana kepedulian dan rasa solidaritas kita melihat kenyataan ini ? Tindakan : Oleh karena itu, marilah kita ulurkan tangan, singsingkan baju, untuk bersama-sama membantu meringankan penderitaan saudara kita yang kedinginan, kesakitan, kelaparan, ketakutan, dan ….. 4. 5W + 1H Pola ini sesungguhnya sudah sangat umum digunakan, yang intinya bahwa dalam setiap tulisan hendaknya mengandung unsur-unsur apa, siapa, kapan, dimana / kemana / darimana, mengapa dan bagaimana. Contoh untuk tema “Wabah Demam Berdarah” : • Apa peristiwa / kejadian / kasusnya ? • Siapa yang terserang ? • Kapan timbul / terjadinya ? • Dimana terjadinya, darimana sumbernya, kemana penyebarannya ? • Mengapa terjadi ? • Bagaimana kondisi korban, pencegahan / penanggulangannya ? 5. T-A-S Pola ini biasanya digunakan untuk menyusun tulisan yang bersifat argumentatif, dengan mengemukakan Tesis, Antitesis, dan Sintesis. Contoh untuk tema “Ideologi Ekonomi Kebangsaan” : Tesis : Ideologi marxisme yang berkembang di negara-negara komunis, pada dasarnya tidak mengakui hak kepemilikan secara pribadi, dan semua hak milik adalah milik negara. Dalam keadaan seperti ini,
  • 30. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 32 jelas masyarakat sebagai individu kehilangan salah satu hak asasi terpentingnya. Antitesis : Sementara menurut ideologi kapitalisme, campur tangan negara relatif kecil, dan hubungan antara masyarakat lebih berdasar kepada mekanisme pasar. Akibatnya, berlaku hukum the survival of the fittest atau homo homini lupus. Dalam alam kehidupan ini, masyarakat kecil selalu menjadi korban dari kelompok masyarakat yang lebih kuat. Sintesis : Kita tidak menginginkan dampak-dampak negatif dari kedua jenis ideologi diatas. Harmoni dan keseimbangan dalam masyarakat adalah kondisi ideal yang kita cita-citakan. Untuk itu, negara / pemerintah harus memegang peran cukup besar, namun tidak mematikan potensi individu. Inilah sistem ekonomi Pancasila yang menentang praktek-praktek monopoli, etatisme dan liberalisme.
  • 31. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 33 MENGUKUR PRINSIP PENULISAN υ υ υ υ AKURAT 1. Apakah tulisan saya tidak menyampaikan gagasan atau pesan secara berlebihan ? 2. Apakah saya telah memikirkan dengan masak gagasan yang saya sampaikan ? 3. Apakah saya telah mengecek seluruh gambar, skema, peta, tabel, grafik, angka, dan nama-nama sehingga tidak keliru ? 4. Apakah tulisan saya tidak mengandung salah cetak, kerancuan dan pengulangan kalimat, atau kesalahan lainnya ? υ υ υ υ SINGKAT 1. Apakah saya telah menggunakan cara yang paling singkat untuk menyampaikan gagasan saya ? 2. Adakah ungkapan klise yang tidak perlu dan dapat dibuang ? 3. Apakah saya telah membuat saya sedemikian singkat, namun pembaca masih dapat menerima ide saya secara utuh ? υ υ υ υ JELAS 1. Apakah saya sendiri mengerti dengan apa yang saya kemukakan ? 2. Apakah saya telah memilih kata dengan cermat ? 3. Apakah kata ganti nama yang saya gunakan tepat dan konsisten ? 4. Apakah dengan menggunakan gambar, skema, peta, tabel, grafik, dan angka, akan memperjelas uraian ?
  • 32. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 34 T = Banjir di Bandung Selatan telah menyita korban jiwa. O = “He, suara apa itu ?”, tanya ayah tiba-tiba. “Sepertinya gemuruh air, pak”, jawabku dengan gugup. P = Begitu mendengar suara gemuruh, seketika Bapak berlari dan memukul kentongan bertubi-tubi. K = Sampai saat ini belum diketahui asal air bah yang telah merenggut 100 korban jiwa itu. U = Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih, ….. A = Ketika kami sedang membicarakan tentang banjir di Cina, tiba-tiba kami mendengar suara gemuruh yang sangat riuh. T = Siapa yang tidak pedih hatinya mendengar berita musibah besar itu ?.
  • 33. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 35 POLA MODUL A. PENDAHULUAN – KBM – PENUTUP. Modul bentuk ini dibagi kedalam tiga bagian, yaitu : Pendahuluan, Kegiatan Belajar Mandiri, dan Penutup. Pendahuluan berisi : Uraian Singkat, Tujuan Instruksional, Alat yang Diperlukan, Waktu yang Dibutuhkan, Jumlah Kegiatan, serta Ajakan Untuk Memulai Pelajaran. KBM dapat dibagi menjadi beberapa kegiatan, tergantung kebutuhan dan luasnya materi pelajaran tertentu. Contoh : Seluruh Modul ADUM tahun 1997 yang dikeluarkan LAN. B. PENDAHULUAN – MATERI Modul bentuk ini dibagi kedalam dua bagian, yaitu : Pendahuluan dan Materi. Pendahuluan berisi : Tujuan Instruksional, Latar Belakang, Pengertian, Kegunaan, cara penggunaan Modul. Materi dapat dibagi kedalam beberapa “sub bab”, tergantung kebutuhan dan luasnya materi pelajaran tertentu. Contoh : Modul Sepadyanas (PPK) tahun 1997 yang dikeluarkan LAN, dan beberapa diklat lainnya.
  • 34. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 36 C. PENDAHULUAN – LATIHAN – KBM – PENUTUP Modul bentuk ini dibagi kedalam empat bagian, yaitu : Pendahuluan, Latihan, KBM dan Penutup. Pendahuluan berisi : Tujuan Instruksional dan Latar Belakang. Latihan diberikan sebagai “pre test” atau “review” terhadap kemampuan peserta dalam penguasaan suatu materi tertentu. Input-input yang diterima dari peserta yang diasumsikan masih “kosong” ini akan menjadi feed back bagi Widyaiswara dalam proses pengajaran selanjutnya. KBM dapat dibagi kedalam beberapa kegiatan, tergantung kebutuhan dan luasnya materi pelajaran tertentu. Contoh : Modul ADUM Model Baru (“Perencanaan Pembangunan”) tahun 1998 yang sedang dalam proses penyelesaian. D.KUMPULAN BUKU Modul bentuk ini merupakan kumpulan buku yang sesungguhnya masih merupakan satu rumpun materi tertentu. Contoh : Modul DJJ Sepala tahun 1993 (“P-4 Terpadu”), yang terdiri dari 5 materi yaitu Pancasila, Kepemimpinan Pancasila, GBHN, Wawasan Kerja Aparatur Pemerintah, UUD 1945, dan KORPRI. Masing-masing buku dibagi lagi dalam beberapa bab sesuai dengan kebutuhan dan luasnya materi pelajaran. E. PENDAHULUAN – MATERI – TINDAK LANJUT
  • 35. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 37 Modul bentuk ini terdiri dari tiga bagian, yaitu : Pendahuluan, Bab-bab, dan Tindak Lanjut. Pendahuluan berisi Latar Belakang penulisan Modul. Materi dapat dibagi kedalam beberapa bab, tergantung kebutuhan dan luasnya materi pelajaran tertentu. Tindak Lanjut berisi formulir / instrumen yang harus diisi untuk memantau kegiatan serta melihat hasil yang telah tercapai. Contoh : Modul DJJ Sepala tahun 1993 (Teknik Pengawasan dan Pengendalian), dan beberapa diklat lainnya. • Suatu modul harus lebih memudahkan peserta / pembaca untuk memahami materi yang disampaikan. • Suatu modul harus disusun secara sistematis, atau mempunyai urut-urutan penyajian yang jelas. • Suatu modul hendaknya ringkas tetapi mencakup seluruh materi secara komprehensif. • Suatu modul biasanya memberikan kesempatan kepada peserta untuk dapat berlatih dan mengembangkan kemampuan secara mandiri. Yang Penting :
  • 36. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 38 MODUL Paket pelajaran tertentu yang berisikan petunjuk lengkap mengenai latar belakang, tujuan, fokus bahasan, materi serta langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh peserta agar dapat menguasai pelajaran dengan atau tanpa bimbingan widyaiswara. Tidak sama dengan buku pelajaran. Buku pelajaran tidak ditemukan langkah-langkah proses pembelajaran secara lengkap. Buku pelajaran membutuhkan kegiatan belajar mengajar antara peserta didik dan widyaiswara, sedangkan dalam proses pembelajaran melalui modul kehadiran widyaiswara seringkali tidak diperlukan. Berbeda dengan SAP (Satuan Acara Perkuliahan). SAP hanya bersikan prosedur untuk mempelajari suatu matakuliah, sedang dalam modul selain dapat ditemukan prosedur pembelajaran juga disertai materi yang harus dipelajari oleh peserta
  • 37. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 39 KAITAN DESKRIPSI SINGKAT – TIU – TIK – POKOK BAHASAN / RUANG LINGKUP – MATERI DESKRIPSI SINGKAT : suatu pernyataan tentang isi materi secara singkat dan tujuan yang ingin dicapai dari pemberian mata kuliah tertentu . Untuk membuat / merumuskan deskripsi mata kuliah ini biasanya cukup mengkaitkan dengan nama mata kuliah yang bersangkutan. TIU : harapan yang ingin dicapai oleh Widyaiswara setelah selesainya pemberian materi tertentu. Harapan ini berupa kemampuan peserta untuk menjelaskan kembali (dan bahkan mengajarkan) materi yang telah diterimanya secara umum atau garis besarnya. TIK : harapan yang ingin dicapai oleh Widyaiswara setelah selesainya pemberian materi tertentu. Harapan ini berupa kemampuan peserta untuk menjelaskan kembali (dan bahkan mengajarkan) materi yang telah diterimanya secara lebih rinci atau bagian per bagian. POKOK BAHASAN : merupakan pemecahan lebih hrinci lagi dari bagian-bagian yang dituangkan dalam TIK. Dengan kata lain, Pokok Bahasan merupakan penjabaran TIK. MATERI : inti dari mata kuliah / pelajaran yang harus dikuasai oleh seluruh peserta. Materi ini tidak boleh menyimpang dari Pokok Bahasan yang telah ditetapkan. Artinya, harus selalu ada konsistensi antara Pokok bahasan dengan penyampaian materi. Materi sendiri perlu digali dari berbagai sumber (buku-buku, pendapat pakar atau hasil penelitian) yang biasanya bersifat ilmiah.
  • 38. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 40 STRUKTUR HIERARKI MODUL (STRUKTUR YANG LEBIH BAWAH MERUPAKAN PENJABARAN / PERINCIAN LEBIH LANJUT DARI STRUKTUR YANG LEBIH TINGGI) DESKRIPSI SINGKAT Tujuan Instruksional Umum POKOK BAHASAN Tujuan Instruksional Khusus M A T E R I
  • 39. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 29 PENJABARAN DESKRIPSI SINGKAT – TIU – TIK – POKOK BAHASAN KEDALAM MATERI Pernyataan tentang isi materi secara singkat dan tujuan yang ingin dicapai dari pemberian mata kuliah. Deskripsi Singkat Tujuan Instruk-sional Umum Pokok Bahasan MATERI Harapan yang ingin dicapai oleh Widyaiswara berupa kemampuan peserta untuk menjelaskan (bahkan mengajarkan) materi yang telah diterimanya secara umum. Tujuan Instruk-sional Khusus A. ……………… B. ……………… C. ……………… D. ……………… E. ……………… A. ……………… 1. …………. 2. …………. 3. …………. B. ……………… 1. …………. 2. …………. 3. …………. C. ……………… 1. …………. 2. …………. 3. …………. D. ……………… 1. …………. 2. …………. 3. …………. E. ……………… 1. …………. 2. …………. 3. …………. KBM - 1 KBM - 5 KBM - 4 KBM - 3 KBM - 2
  • 40. “Metode Penulisan Modul” Tri Widodo W. Utomo, SH ∨ ∨ ∨ ∨ 28 ISI / SISTEMATIKA MODUL ( yang diharapkan ) • Pendahuluan • Tujuan • Ruang Lingkup / Pokok Bahasan • Proses Pembelajaran • Materi dan Instrumen • Alat Bantu Pelatihan • Waktu • Evaluasi