1. No Masalah yang telah diidentifikasi: Hasil eksplorasi penyebab masalah: Analisis eksplorasi penyebab
masalah
1 Pedagogik
Rendahnya Motivasi Belajar yang di miliki
oleh siswa
1. Menurut Fillmore H. Standford dalam buku Mangkunegara
(2017:93) mengatakan bahwa “motivation as an energizing
condition of the organism that services to direct that organism toward
the goal of a certain class” (motivasi sebagai suatu kondisi yang
menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu).
2. Menurut Sardiman (2018:73), motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
3. Kreatitas serta inovasi pada media pembelajaran yang kreaif dan
inovatif membantu peserta didik untuk meningkatkan motivasi
dalam menjalani pembelajaran.
(Sari,Diah Andika. Misbah,Hasanul. Ridwan, I Q. (2021) Peran
Guru dalam Membuat Model Pembelajaran Daring yang Inovatifdan
Kreatif Terhadap Motivasi Belajar Siswa. Seminar Nasional
Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ)
4. motivasi belajar memiliki hubungan positif yang cukup signifikan
dengan Disiplin belajar siswa.
(idy Setiadi Amrizal, I S. Aspin. Arifyanto, A T.(2020). Hubungan
Motivasi Belajar Dengan Disiplin Belajar Siswa. Jurnal BENING
Volume 4 Nomor 1 Januari 2020)
Wawancara:
kepala sekolah
1. Dengan perkembangan kematangan diri siswa pada jenjang
SMP yang masih memasuki fase menemukan jati diri peran
2. lingkungan (guru dan orang tua) umumnya lebih dominan
dibanding dengan motivasi dari internal sendiri
2. cara guru mengajar di kelas masih dominan menggunakan
metode konvensional (ceramah) dimana kurang
membangkitkan motivasi anak
guru:
1. minat dalam diri siswa untuk belajar masih rendah
2. guru masih dominan dalam pembelajaran di kelas belum
menerapkan pembelajaran student center
3. perlunya membuat stimulus yang menarik pada awal
pembelajaran untuk membangkitkan motivasi siswa
Pengawas sekolah:
1. siswa tingkat SMP masih membutuhkan dorongan motivasi
yang berasal dari lingkungan dengan porsi yang lebih besar
dibandingkan dengan motivasi dari dalam diri sendiri
2. semakin dewasa perkembangan siswa motivasi dari diri
sendiri diharapkan akan lebih berkembang.
3. guru perlu menerapkan metode pembelajaran inovatif yang
bisa menarik siswa untuk meingkatkan motivasi belajar
4. guru perlu meningkatkan pengetahuan tentang game ringan
pada pembelajaran untuk memecahkan kejenuhan belajar
siswa
Pakar
1. anak dalam kondisi belum siap untuk belajar
2. guru perlu membuat kegiatan pembuka pembelajaran yang
bersifat menyenangkan untuk memperhatikan kebutuhan
dasar siswa, kebutuhan dasar anak adalah bermain
3. anak memiliki pengalaman yang kurang baik pada jenjang
pendidikan sebelumnya
2 Pedagogik
Rendahnya Capaian hasil belajar siswa
1. Menurut Tasya Nabillah pada jurnalnya yang di terbitkan pada
https://journal.unsika.ac.id/index.php/sesiomadika/article/view/268
5 faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika yaitu faktor
3. internal dan faktor eksternal. Untuk mengatasi rendahnya hasil
belajar, guru harus bijaksana dalam menentukan suatu model
pembelajaran yang sesuai yang dapat menciptakan situasi dan
kondisi yang kondusif agar proses belajar mengajar dapat
berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan siswa bisa
lebih aktif.
2. Menurut Arif Widodo Umar pada Jurnal penelitiannya yang
berjudul Analisis Faktor Penyebab Rendahnya Kemampuan
Akademik Siswa
Sekolah Dasar di Daerah Pinggiran (2022) yang di terbitkan di Jurnal
Educatio, 8(2), 2022, 458-465
faktor yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan akademik
siswa di sekolah pinggiran antara lain:
1. kurangnya dukungan orang tua,
2. rendahnya kemandirian belajar siswa,
3. tantangan alam yang cukup berat,
4. kurangnya fasilitas belajar yang dimiliki siswa,
5. keterbatasan sumberdaya manusia yang dimiliki sekolah dan
6. etos belajar siswa yang rendah.
3. Djamarah dalam bukunya yang berjudul Prestasi Belajar dan
Kompetensi Guru (1994:20) mengatakan bahwa Hasil belajar adalah
penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid
yang berkenaan dengan penugasan dalam pelajaran yang disajikan
kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum”
4. menurut Purwanto pada bukunya yang berjudul Evaluasi Hasil
Belajar (2009:39) mengatakan bahwa Belajar merupakan proses
dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk
mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah aktivitas/
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
4. yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Wawancara:
kepala Sekolah:
1. capaian belajar siswa sangat di pengaruhi oleh motivasi
belajar, motivasi belajar memiliki perbandingan senilai
dengan capaian belajar siswa
2. capaian belajar siswa juga di pengaruhi oleh cara guru
mengelola pembelajaran yang dianggap menarik oleh siswa
guru:
1. rendahnya kesadaran belajar mandiri dari siswa, belajar
hanya pada saat kegiatan di kelas bersama guru
2. siswa cenderung menyukai materi-materi tertentu dan
menganggap susah materi yang lainnya.
3. kurangnya jumlah guru di sekolah mengakibatkan beberapa
guru mengampu mata pelajaran yang bukan menjadi basic
pendidikannya.
4. Siswa memiliki masalah sosial dengan temannya sehingga
membuat rasa tidak nyaman saat belajar di kelas dan
kemudian menyebabkan hasil belajar siswa rendah
Pengawas:
1. guru perlu mengetahui karakteristik siswa sebagai modal
untuk menentukan kegiatan belajar yang bisa menarik
perhatian siswa yang pada akhirnya bisa meningkatkan
capaian hasil belajar siswa
2. adanya pengawasan dari guru terkait kegiatan belajar siswa
secara mandiri
3. materi prasyarat harus dipahami oleh siswa agar siap
menerima materi selanjutnya.
pakar:
5. 1. untuk mendapatkan hasil belajar yang baik pengelolaan kelas
perlu di lakukan secara variatif dan beragam (menonton
video, ceramah, aktifitas praktikum)
2. gangguan yang banyak di temukan siswa saat belajar mandiri
3. kurang kuatnya materi prasyarat siswa sehingga berpengaruh
pada pemahaman materi yang berikutnya
4. guru memasang target menyelesaikan materi dengan
mengabaikan pemahaman anak
Literasi
rendahnya minat baca siswa
1. Menurut Balqis, A F. Ananda,E R. Wandini R R. Shofia, Wirda.
(2021) pada jurnal ilmiah yang di terbitkan pada SEJ (School
Education Journal) Vol. 11 No. 3 Desember 2021 hal 250-255
Rendahnya minat Baca siswa dilatarbelakangi oleh beberapa
faktor seperti :
faktor internal:
1. faktor minat
2. kesadaran
faktor eksternal:
1. faktor keluarga,
2. lingkungan sekitar
3. faktor teman
4. faktor guru
2. Menurut Liliawati (Sandjaja, 2005) mengartikan minat
membaca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam
disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca,
sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk membaca dengan
kemauannya sendiri.
3. Sinambela (sandjaja,2005) mengartikan minat membaca sebagai
sikap positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri terhadap
aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku bacaan. Dari
berbagai definisi minat membaca diatas dapat disimpulkan,
6. bahwa minat membaca merupakan aktivitas yang dilakukan
dengan penuh ketekunan dan cenderung menetap dalam rangka
membangun pola komunikasi dengan diri sendiri agar pembaca
dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh infomasi
sebagai proses transmisi pemikiran untuk mengembangkan
intelektualitas dan pembelajaran sepanjang hayat.
wawancara:
Kepala Sekolah:
1. kurangnya buku bacaan yang tersedia mempengaruhi
rendahnya minat baca siswa
2. pengelolaan perpustakaan yang belum lama dilaksanakan
adalah menjadi progam mengurangi rendahnya minat baca
siswa.
Guru:
1. minat siswa terhadap bacaan materi yang terkait dengan
pembelajaran masih dirasakan lebih rendah dari pada minat
baca siswa terhadap buku bacaan seperti novel dan komik
2. rendahnya minat baca siswa sangat berpengaruh terhadap
pemahaman siswa dalam hal memahami pertanyaan yang
memiliki stimulus berupa cerita
3. buku paket siswa hanya di baca pada saat pembelajaran di
kelas
4. belum optimalnya program pojok baca
pengawas:
1. perlu diprogramkan kegiatan literasi yang terukur dan
terkontrol
2. perlu adanya kerjasama dari seluruh mata pelajaran untuk
membiasakan anak membaca
3. perlu diadakan pameran produk hasil dari program literasi
yang sudah dilaksanakan
Pakar:
1. buku bacaan belum sesuai dengan peminatan siswa
7. 2. perpustakaan sekolah belum menjadi tempat yang menarik
untuk siswa sehingga siswa enggan untuk masuk
perpustakaan
3. refrensi buku yang ada diperpustakaan perlu ditambah
4. perlu di buat program literasi yang terjadwal dan guru
diharap rajin melakukan pengecekan
5. guru memprogram reward kepada siswa yang paling rajin
membaca
Numerasi
rendahnya kemampuan Numerasi siswa
1. Menurut Nurhayati et al (2022). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan,
7 (2b): 723 – 731 Rendahnya kemampuan numerasi siswa
dikarenakan siswa belum sepenuhnya memahami masalah yang
disajikan dalam soal, kurangnya pembiasaan dalam menjawab soal
yang sesuai dengan permasalahan sehari-hari sehingga siswa
kesulitan menganalisis informasi yang terdapat dalam soal yang
menyebabkan siswa kesulitan menggunakan angka, simbol dalam
merumuskan, menyajikan dan menyelesaikan soal.
2. Menurut Ayu Fitriah Sari dan Indrie Noor Aini pada jurnalnya
yang di publikaskan di Jurnal Pendidikan Tambusai Volume 6
Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 11963-11969. Siswa dengan
kemampuan literasi numerasi tinggi (ST) memenuhi ketiga indikator
literasi numerasi yaitu: penggunaan bahasa simbol/numerik dalam
penyelesaian masalah, menganalisis informasi untuk
pengintrepretasian hasil analisis kepada prediksi dan pengambilan
keputusan pada saat menyelesaikan masalah materi pola bilangan.
Siswa dengan kemampuan matematika sedang (SS) hanya
memenuhi dua indikator yaitu penggunaan bahasa simbol/numerik
dalam penyelesaian masalah, menganalisis informasi namun belum
sampai pada tahap pengambilan keputusan yang tepat pada materi
pola bilangan. Dan siswa dengan kemampuan literasi numerasi
rendah (SR) hanya memenuhi sebagian kecil dari indikator
penggunaan angka atau simbol numerik pada saat menyelesaikan
8. soal materi pola bilangan. Dengan demikian SS dan SR belum
menguasai kemampuan literasi numerasi secara maksimal.
kepala sekolah:
1. kurangnya guru memberikan latihan mandiri numerasi
kepada siswa
2. kurangnya pendampingan guru kepada siswa yang memiliki
kesulitan dalam berhitung
guru:
1. guru belum melakukan pendampingan kepada siswa yang
memiliki kesulitan dalam berhitung
2. guru belum melakukan kolaborasi dengan guru matematika
untuk meningkatkan kemampuan numerasi siswa
Pengawas:
1. guru perlu melakukan pemantauan pada kegiatan belajar
mandiri siswa
2. guru perlu melakukan kolaborasi dengan guru matematika
untuk meningkatkan kemampuan berhitung siswa
3. siswa dilatih untuk melakukan perhitungan yang bersifat
kontekstual yang bisa di temukan di kehidupan sehari-hari
pakar:
1. learning loss pada saat masa pandemi mengakibatkan
kemampuan numerasi anak rendah
2. melatih kemampuan numerasi anak bisa dilakukan dengan
cara guru melatih anak berhitung dari hitungan abstrak ke
bentuk yang hitungan konkret seperti dalam melakukan
percobaan
3. pada pembelajaran angka yang digunakan bisa diawali
dengan penggunaan angka yang sederhana bisa di tingkatkan
di pembelajaran berikutnya.
4. kurangnya pembiasaan guru kepada siswa dalam
memberikan latihan soal berhitung yang dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari yang bersifat kontekstual.
9. 5. guru terbiasa memberikan latihan yang bersifat teori dan
penerapan rumus dalam konsep materi berhitung
Kesulitan Belajar
Konsentrasi siswa yang masih rendah
1. Menurut Sri Muslimatul Husna et all (2021).
https://jurnal.usahidsolo.ac.id/index.php/SENRIABDI Vol. 1 No. 1
Desember 2021 Hal. 62-74
Konsentrasi siswa ditandai dengan pasifnya siswa dalam belajar,
siswa tidak mau bertanya dan tidak bisa menjawab pertanyaan dari
guru dan enggan untuk mencatat materi pelajaran yang dipelajari.
Selain itu, kondisi kelas yang kurang kondusif seperti adanya suara
bising atau ribut serta ruangan kelas yang panas membuat siswa
menjadi tidak nyaman, siswa sering kali menjadi tidak fokus dan
kurang berkonsentrasi dalam memperhatikan materi yang
disampaikan sehingga siswa kurang memahami materi dan
menghambat keberhasilan proses pembelajaran
2. Menurut Rizki Fauzi Tedja (2017) Jurnal Bimbingan, Penyuluhan,
Konseling, dan Psikoterapi Islam Volume 5, Nomor 3, 2017, 311-
328
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar siswa:
a. Faktor Internal pendukung Konsentrasi yang meliputi faktor
jasmaniah dan faktor rohaniah
b. Faktor eksternal pendukung konsentrasi yang meliputi lingkunga,
udara, penerangan, orang sekitar lingkungan, suhu dan fasilitas
wawancara
kepala sekolah:
1. siswa memiliki masalah dengan teman
2. guru belum mengkondisikan kelas saat awal pembelajaran di
kelas
Pengawas:
1. konsentrasi siswa di pengaruhi oleh faktor dalam diri siswa
sendiri maupun faktor dari luar. faktor dari dalam diri sendiri
10. siswa seperti siswa belum siap menerima materi, faktor dari
luar seperti ada atau tidaknya gangguan dari teman, kondisi
kelas yang kurang nyaman atau yang lainnya.
guru:
1. kurangnya kegiatan apresepsi guru di awal pembelajaran
2. kurangnya kegiatan ice breaking untuk memecah kejenuhan
saat belajar
pakar:
1. perlunya pengkondisian dari guru untuk menetralkan
kejenuhan siswa dari pembelajaran sebelumnya
Kesulitan Belajar
Siswa kesulitan dalam memahami rumus
dalam pembelajaran IPA dengan materi fisika
1. Menurut Daun, N.S et al (2020) dalam penelitiannya yang di
terbitkan pada Prosiding Seminar Nasional Fisika PPs UNM Volume
2, 2020 Website: http://ojs.unm.ac.id/semnasfisika
Hal 37 – 40 Dipublikasi: 29 Februari 2020 menyatakan bahwa
banyak siswa yang kesulitan dalam memahami rumus-rumus fisika,
mereka menghapal rumusnya tapi jika diberikan soal untuk
dikerjakan mereka tidak bisa untuk menyelesaikan soal tersebut,
mereka tidak teliti di dalam mengerjakan soal-soal fisika yang
diberikan guru dikarenakan mereka menganggap soal fisika yang
diberikan guru sangat susah untuk diselesaikan.
2. Menurut Leo Charli et al (2018) dalam penelitiannya yang di
terbitkan pada Journal of Education and Instruction (JOEAI)Volume
1, No 1, Juni 2018 hal 42-51
Faktor-faktor penyebab siswa melakukan kesulitan dalam
menyelesaikan soal fisika yaitu siswa tidak paham terhadap materi,
siswa menganggap materi sulit, siswa sulit mencerna bahasa yang
digunakan dalam soal, siswa merasa rumit mengerjakan soal yang
menggunakan rumus, siswa tidak memahami cara membolak-
balikan rumus,siswa tidak memahami maksud grafik, siswa merasa
rumit dalam menjawab soal hitungan, kemampuan berhitung siswa
rendah, siswa kesulitan menghitung bilangan berpangkat, kesulitan
11. menghitung bilangan yang banyak terdapatnominal, serta kesulitan
menghitung bilangan berkoma, siswa terburu-buru dalam melakukan
perhitungan
Wawancara:
kepala sekolah:
1. guru perlu menyederhanakan bahasa dalam menyampaikan
materi agar lebih mudah dipahami oleh siswa
2. guru perlu mengajak siswa untuk melakukan kegiatan yang
dapat merangsang anak untuk memahami materi (konseptual
menjadi kontekstual)
guru:
1. siswa merasa cukup belajar di kelas sehingga jarang belajar
mandiri untuk mengulang materi yang sudah disampaikan
2. guru belum memahami karakter siswa dalam belajar
3. siswa tidak memperhatikan penjelasan dari guru
4. siswa kualahan dalam memahami bermacam simbol-simbol
persamaan pada pembelajaran ipa materi Fisika
Pengawas:
1. cara guru menyampaikan materi belum sesuai dengan
karakteristik siswa sehingga siswa susah untuk memahami
materi
2. guru sebaiknya mengajak anak untuk mengaplikasikan
penggunaan persamaan pada kehidupan sehari-hari
Pakar:
1. motivasi belajar siswa yang masih rendah beranggapan
bahwa fisika itu susah sehingga berdampak pada
2. guru memberikan rumus dalam bentuk jadi tanpa di sertai
penjelasan terkait rumus
pembelajaran(berdiferensiasi)
Tidak adanya tes diagnostik awal untuk
mengetahui heterogenitas
kemampuan/kemampuan awal siswa
1. Menurut Ellen Sutopo Putridan dan Rinaningsih (2021) UNESA
Journal of Chemical Education Vol.10, No. 1, pp. 20‒27, January
2021
12. tes diagnostik sebagai tes formatif dapat meningkatkan kemampuan
belajar peserta didik. Penggunaan tes diagnostik sebagai tes formatif
dapat dijadikan pertimbangan pada pembelajaran dalam
pembentukan kelompok heterogen.
2. Menurut Diki Firmanzah dan Elok Sudibyo (2021). PENSA E-
JURNAL : PENDIDIKAN SAINS Vol. 9, No. 2 Hal. 165-170 Juli
2021
Asesmen diagnostik berupa informasi terkait kelemahan peserta
didik digunakan sebagai dasar untuk menyusun pembelajaran yang
mampu membantu peserta didik lebih memahami materi sesuai
kondisi masing-masing, dan mendukung ketercapaian tujuan
pembelajaran dikala pandemi Covid-19.
Wawancara
Kepala Sekolah:
1. pentingnya memahami karakter siswa untuk menentukan
pembelajaran yang sesuai dengan siswa
2. belum dilakukan tes diagnosa awal untuk mengetahui
kelebihan dan kelemahan siswa di awal pembelajaran
Guru:
1. guru belum memahami cara belajar atau karakter siswa
2. guru belum memahami pembelajaran yang berdiferenisasi
pengawas:
1. kemampuan siswa satu dan yang lain berbeda-beda
tergantung dari faktor guru dalam mengelola kegiatan belajar
di kelas yang dapat mengakomodasi semua kemampuan yang
berbeda-beda tersebut
pakar:
1. guru penting memahami karakter siswa sebagai modal
mengelola kegiatan belajar di kelas.
13. membangun relasi/hubungan dengan siswa
dan orang tua siswa.
Paguyuban wali siswa belum maksimal
Komunikasi dalam Grup paguyuban hanya
satu arah
1. Menurut Dyas Bintang P et all, (2020). Peran Paguyuban Orang
Tua Siswa (Pos) Dalam Kegiatan Akademis maupun Non-Akademis
di MIN 1 Kota Malang
Dengan adanya organisasi pos (Paguyuban Orang tua Siswa) maka
sekolah dapat dengan mudahmenjalin hubungan intraksi dengan wali
murid. POS jugadapat membantu pihak sekolah dalam
melaksanakan hari besar seperti menyiapkan tempat
menyelenggarakankegiatan sekolah.Kerja sama POS juga sangat
mendukung kegitan lain yangada di sekolah, baik itu dukungan yang
bersifat materialmaupun non material seperti halnya POS turut
membantugolongan keluarga siswa yang kurang mampu. Sehingga
banyak sekali wali murid yang memiliki rasa peduliterhadap wali
murid yang kurang mampu. Dengan adanyaorganisasi pos ini juga
wali murid sangat antusias dalammendukung kelancaran kegiatan
yang di laukan di sekolah
2. menurut Alim Ikhsan et all (2019) yang di terbitkan pada jurnal
Dinamika Manajemen Pendidikan, Vol. 4 No. 1 (2019): Volume 4,
Nomor 1, September 2019
Kontibusi paguyuban kelas sangat banyak memberikan manfaat
yang positif bagi sekolah, siswa dan orang tua dalam menunjang
pembangunan sekolah dan peningkatan kualitas dan prestasi belajar
siswa.
3. Menurut Nafilatur Rohmah. (2018) yang diterbitkan pada
https://ejournal.iai-
tabah.ac.id/index.php/awaliyah/article/download/346/279
Faktor penghambat berasal dari orang tua siswa yang susah untuk
diajak aktif dalam kegiatan karena belum memahami maksud dan
tujuan kegiatan. Sehingga, untuk mengatasi hal tersebut sekolah
harus memberikan undangan tertulis, dan ajakan secara lisan (getok
tular).
14. kepala sekolah:
1. komunikasi antara guru mata pelajaran dengan wali siswa
belum terjalin dengan maksimal
guru:
1. belum aktifnya guru dalam menjalin komunikasi dengan
orang tua
2. informasi berkait perkembangan siswa cenderung lebih
banyak dari pihak sekolah sedangkan informasi
perkembangan siswa selama dalam pemantauan orang tua
masih di rasa kurang
pengawas:
1. guru sebaiknya aktif menginformasikan perkembangan siswa
kepada orang tua, dengan adanya keaktifan guru dalam
menyampaikan informasi kepada orang tua yang harapannya
orang tua juga dapat memberikan respon balik terhadap
informasi dari guru
pakar:
1. perkembangan usia siswa SMP adalah masa pencarian jati
diri, tak sedikit siswa yang mengalami masalah dengan orang
tua, sebagai guru kita bisa membantu menjembatani
hubungan antara siswa dan orang tua
Penerapan model pembelajaran inovatif
belum maksimal dan belum sesuai dengan
karakteristik materi maupun siswa
1. Menurut Purwadhi. (2019). Jurnal Indonesia untuk Kajian
Pendidikan, Volume 4(1), Maret 2019 hal 21-34
Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang dikemas oleh
guru, atau instruktur lainnya, yang merupakan wujud gagasan atau
teknik yang dipandang baru agar mampu memfasilitasi siswa untuk
memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil pembelajaran.
Wawancara:
kepala sekolah
1. kurangnya pemahaman dari guru tentang model
pembelajaran inovatif yang bisa di terapkan di kelas
15. 2. Pemahaman dari guru yang beranggapan pembelajaran
inovatif itu memerlukan waktu untuk persiapan dan
membutuhkan waktu yang lebih lama pada saat
pelaksanaannya.
3. kurangnya guru dalam mengembangkan perangkat
pembelajaran, perangkat pembelajaran hanya di persiapkan
maksimal pada saat akan di lakukan supervisi dari kepala
sekolah.
Guru:
1. minimnya pemahaman dari guru terhadap model-model
pembelajaran
2. pembelajaran inovatif mengharuskan guru untuk eksplorasi
terlebih dahulu terhadap kecocokan model dan karakter
materi yang akan diajarkan sehingga butuh waktu yang lebih
lama di bandingkan pembelajaran dengan cara konvensional
menggunakan ceramah.
pengawas:
1. model pembelajaran inovatif dapat membangkitkan
keaktifan siswa di kelas
2. guru perlu menyiapkan model pembelajaran dan media
pembelajaran yang sesuai dengan materi
Pakar:
1. pembelajaran inovatif kalau masih dirasa berat bisa di awali
dengan pembelajaran yang menyenangkan/ pembelajaran
yang memberi pengalaman baru untuk anak
2. anak-anak bisa dilatih untuk mendapatkan pengalaman
belajar dengan mengkreasikan materi yang sudah di dapat
sesuai dengan peminatannya (membuat pantun, mengubah
lirik lagu menjadi lirik materi belajar, dll) sehingga
pembelajaran tersebut bisa menerapkan student center
16. Rendahnya Kemampuan siswa dalam
menganalisis tabel dan grafik pada mata
pelajaran IPA
1. Menurut Karsimen et all (2019) pada penelitiannya yang di
terbitkan pada Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPF) Jilid 15,
Nomor 3. Desember 2019 Hal: 63 - 70
Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya kemampuan siswa
menafsirkan grafik dan tabel karena peserta didik kurang
memperhatikan saat pembahasan materi yang diberikan jika materi
tersebut sulit dipahami, selain itu faktor kurangnya minat dalam
belajar fisika jika materi yang diberikan sulit dipahami sehingga
membuat peserta didik tidak fokus pada saat proses belajar mengajar
dan waktu jam pelajaran fisika yang berada pada siang hari sehingga
membuat konsentrasi peserta didik sedikit menurun.
2. Menurut Selamet et all. (2018) pada penelitiannya yang di
publikasikan pada jurnal
https://journal.uny.ac.id/index.php/jk/article/viewFile/18768/pdf
mengatakan bahawa dalam representasi matematik siswa hanya
menghafal rumus matemtika saja tanpa mengetahui makna konsep
matematiknya. Berdasarkan wawancara dengan siswa, mereka
kesulitan dalam menentukan hubungan antara variabel karena
mereka hanya menghafal rumus-rumus tanpa mengetahui konsep
dam rumus tersebut. Juga guru pada saat menerangkan materi tidak
menjelaskan grafik hubungan antara variabel. Guru hanya fokus
dalam menyelesaikan persoalan matematisnya saja.
wawancara:
kepala sekolah:
1. guru belum membiasakan siswa untuk membaca data yang
ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik
guru:
1. siswa belum bisa memahami informasi dan bagian-bagian
pada tabel dan grafik
2. siswa belum bisa membaca koordinat pada tabel
3. siswa tidak memperhatikan penjelasan dari guru
17. pengawas:
1. perlu melatih dan membiasakan siswa untuk menganalisis
tabel dan grafik
2. guru perlu menjelaskan hubungan antara data yang tertampil
pada sumbu horisontal denan data yang tertampil pada
sumbu vertikal.
advanced material di sekolah belum
terlaksana
1. Nandi, et al (2020). pada penelitiannya yang di publikasikan
di jurnal Geografi Gea, Volume 20, Nomor 2, Oktober 2020
hal 94-104 menyatakan bahwa
-To improve the capability of science teachers during
learning, it is necessary to increase the ability to master the
materials by deepening advanced materials.
-not only pedagogical, a teacher is expected to be able to
convey learning contextuall.
-the ability to manage learning is a competency that must be
possessed by a teacher.
wawancara:
kepala sekolah
1. guru masih fokus sebatas pada materi yang terdapat pada
buku paket
2. pengembangan kemampuan guru mata pelajaran perlu di
tingkatkan dengan diadakannya pelatihan atau seminar
guru:
1. guru terlalu fokus dengan materi esensial dalam rangka
menyelesaikan tuntutan materi
2. guru perlu difasilitasi untuk peningkatan kapasitas terkait
dengan mata pelajaran yang diampu (seminar, loka karya,
workshop dll)
pengawas:
1. kemampuan guru juga perlu di tingkatkan terkait dengan
pendalaman materi
18. 2. guru perlu membiasakan anak untuk mengembangkan materi
terutama yang bersinggungan dengan kehidupan sehari-hari
pakar:
1. kenyamanan guru terhadap materi esensial yang sudah
dikuasai sehingga guru belum terbiasa melakukan
pendalaman dan mengaitkannya dalam kehidupan sehari-
hari.
Ditemukannya miskonsepsi pemahaman
siswa pada materi Zat Aditif dan Zat Adiktif
" 1. Kurniyatul Faizah (2016) pada penelitiannya yang di
publikasikan pada Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan,
Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam Vol.VIII, No 1:
115-128. September 2016 hal 115-128 Faktor penyebab
miskonsepsi : a)Siswa dalam belajar konsep seringkali hanya
menghafal definisi konsep tanpa memperhatikan hubungan
antara konsep dengan konsep-konsep yang lainnya, b)
pembelajaran konsep IPA juga dapat ber tolak dari dunia
nyata dan dari prakonsepsi yang dimiliki oleh siswa"
2. Dewi (2019) pada penelitiannya yang di publikasikan pada
Jurnal Pendidikan Universitas Garut hal 130-136
menyatakan bahwa:
-Pentingnya pemahaman konsep untuk mengatasi miskonsepsi
dalam materi belajar IPA
-Pemahaman konsep merupakan aspek terpenting dalam
kegiatan belajar sains
-Cara untuk menghindari miskonsepsi pada peserta didik adalah
dengan meningkatkan pemahaman guru dan sebagai
indikator keberhasilan belajar sains
wawancara:
kepala sekolah:
19. 1. kondisi sekolah dengan jumlah guru yang terbatas yang
mengakibatkan guru mengampu pelajaran yang tidak sesuai
dengan jurusan pendidikannya
guru:
1. terdapat faktor guru yang mengampu mata pelajaran yang
tidak sesuai dengan basic pendidikan, yang memungkinkan
terjadinya miskonsepsi materi
2. siswa tidak memperhatikan penjelasan dari guru secara
seksama pada saat guru menjelaskna di kelas
pengawas:
1. guru harus memahami bahan materi sebelum menyampaikan
kepada siswa
2. kegiatan refleksi di akhir pembelajaran bisa digunakan untuk
meminimalisir kemungkinan miskonsepsi
pakar:
1. guru perlu mendalami materi untuk meminimalisir terjadinya
penyampaian konsep yang salah
2. materi yang dipahami anak bersifat parsial
Rendahnya kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal HOTS
1. Menurut Regina Nurul Sakinah dan Prihantini (2022) pada
penelitiannya yang di publikasikan pada Jurnal Pendidikan
Tambusai Volume 6 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 9350-
9356 Penerapan HOTS memerlukan keterlibatan semua
pihak di lingkungan pendidikan, dan tidak hanya pada tataran
konsep, tetapi juga berupa praktek nyata. Sekolah sebagai
institusi formal pendidikan harus mampu menjadi inisiator
perubahan. Peningkatan pemahaman guru mengenai HOTS
haruslah ditingkatkan karena dengan meningkatnya mutu
guru, kualitasita pendidikan pun akan meningkat
wawancara:
kepala sekolah:
1. guru belum membiasakan siswa berpikir HOTS pada proses
pembelajaran
20. 2. guru belum memahami pembelajaran HOTS
Guru:
1. minimnya pengetahuan guru terhadap pembelajaran berbasis
HOTS
2. guru belum mengaplikasikan pembelajarn HOTS
3. Kemampuan siswa masih masuk kategori LOTS
4. guru memiliki pandangan soal HOTS itu soal yang susah
baik itu bagi guru yang menyusun atau bagi siswa yang
mengerjakan
Pengawas:
1. guru harus memiliki literasi terkait pembelajaran HOTS
2. guru harus meningkatkan ketrampilan dalam penyusunan
soal HOTS
pakar:
1. guru harus memahami pembelajaran HOTS
2. siswa memiliki kemampuan bernalar kritis belum terasah
dengan baik
3. belum semua guru memahami metode dan model yang bisa
di terapkan di pembelajaran di kelas yang berbasis HOTS
Pembelajaran belum memaksimalkan
teknologi
1. menurut Chrismawati & Amalia (2016) Hambatan Guru
Dalam Pemanfaatan Teknologi:
1. sarana dan prasarana sekolah
2. fasilitas teknologi pribadi guru
3. Kemampuan guru menggunakan fasilitas
4. Penerapan dalam pembelajaran
2. Dewi dan Hilmas (2018: 48) Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan menggunakan
perangkat komputer sebagai media dalam pembelajaran yang
inovatif, diharapkan dapat :
1. Merangsang pikiran
2. Minat
21. 3. Perhatian peserta didik sehingga proses kegiatan belajar
mengajar dapat berjalan dengan baik"
wawancara:
Kepala Sekolah:
1. sebagian guru belum terlalu menguasai teknologi
2. perlunya dilaksanakan pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan Guru dalam penggunaan teknologi untuk
pembelajaran
guru:
1. penggunaan teknologi pada pembelajaran masih sebatas pada
pemanfaatan untuk menampilkan materi pembelajaran dalam
bentuk slide presentasi menggunakan proyektor
2. penilaian yang dilakukan guru masih Paper based test
pengawas:
1. teknologi tidak bisa dilepaskan dari pembelajaran di
perkembangan zaman yang seperti saat ini
2. mulai membiasakan anak belajar dalam memanfaatkan
teknologi dan bijak dalam pemanfaatannya
3. guru juga harus belajar mengikuti informasi terkait
perkembangan teknologi untuk pembelajaran guna
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
Pakar:
1. penggunaan teknologi bisa dilaksanakan tidak harus
mencakup kesemua aspek namun bisa di mulai dari hal yang
sederhana seperti memperkenalkan pada anak aplikasi yang
di gunakan untuk asessmen untuk mengetahui capaian
belajar siswa.