SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Download to read offline
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2010
Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang E.1
SISTEM DRAINASE PERKOTAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN
Bambang Sudarmanto
Dosen Tetap Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang (USM)
Jl. Soekarno-Hatta Semarang
Abstrak
Sistem Drainase Perkotaan yang Berwawasan Lingkungan (SDPBL) dengan prinsip dasar
mengendalikan kelebihan air permukaan sedemikian rupa sehingga air limpasan dapat mengalir
secara terkendali dan lebih banyak mendapat kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Sumur
Resapan sebagai alternatif konstruksi imbuhan infiltrasi air hujan ke dalam tanah diharapkan
mampu memecahkan problem defisit air pada masa yang akan datang untuk pulau Jawa dan
Madura.
Kata Kunci : sumur resapan.
Pendahuluan
Secara umum ketersediaan air di Indonesia masih aman. Diperkirakan sampai tahun 2000
kebutuhan air hanya 15 % dari air yang tersedia. Namun imbangan tersebut tidak terdistribusi
secara merata di setiap tempat di Indonesia, mengingat faktor demografi maupun perbedaan
karakter hidrologi. Pulau Jawa dan Madura, misalnya, pada tahun 1980 telah mencapai suatu
keadaan dimana kebutuhan dan ketersediaan air seimbang, bahkan saat sekarang ( 1998 ) sudah
terjadi ketimpangan yaitu kebutuhan 1,5 kali air tersedia (Direktorat Bina Program, Dep. PU -
1998).
Pembangunan perkotaan pada dasarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk
di daerah perkotaan itu sendiri. Akan tetapi pembangunan tersebut membawa dampak negatif yang
antara lain berupa semakin berkurangnya daerah terbuka yang berfungsi sebagai daerah peresapan
air, timbulnya pemukiman-pemukiman ilegal di sepanjang saluran / sungai, lahan yang ambles
(land subsidence) karena pengambilan air tanah (discharge) yang melebihi besarnya imbuhan air
tanah (recharge), ataupun intrusi air laut yang disebabkan oleh pengambilan air tanah yang
melebihi recharge.
Mengingat teknik konservasi dan pola penggunaan air serta pertambahan penduduk tidak
dapat diciptakan dalan waktu yang singkat, maka pemikiran ke arah tersebut perlu segera ditangani
secara dini.
Pengendalian Limpasan Air Di Daerah Perkotaan
Konsep lama dalam penanganan drainase perkotaan adalah mengusahakan agar air cepat
dialirkan ke bagian hilir dari daerah yang tergenang dan akhirnya dibuang ke sungai, waduk
ataupun laut. Konsekuensi dari penerapan konsep tersebut adalah pemborosan sumber daya air
yang sangat berharga. Untuk kota-kota metropolitan yang sudah sangat padat dan investasi di
dalam kota sudah sangat tinggi, pemerintah daerah setempat terpaksa harus membuat reservoir
bawah tanah di beberapa tempat yang biayanya sangat mahal.
Dorongan untuk menyesuaikan konsep penanganan tersebut makin besar setelah sebagian
masyarakat sadar bahwa air di daerah perkotaan merupakan sumber daya yang semakin lama
dirasakan semakin langka sehingga perlu dilestarikan. Pengendalian limpasan air hujan merupakan
salah satu cara untuk melestarikan air hujan yang jatuh di daerah perkotaan.
Pengendalian limpasan air dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu cara “retensi” dan
“infiltrasi”.
Cara retensi dibagi menjadi dua macam, yaitu “off site retention”, misalnya pembuatan
kolam atau waduk dan “on site retention”, misalnya retensi pada atap bangunan, taman, tempat
parkir, lapangan terbuka, halaman rumah.
Cara “infiltrasi” yaitu dengan pembuatan imbuhan buatan pada area tertentu yang bentuknya
berupa sumur resapan, parit resapan, wilayah resapan, perkerasan yang lolos air. Namun dalam
hal ini harus ada persyaratan bahwa air yang diinfiltrasikan tidak boleh air yang sudah tercemar.
E.1. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berwawasan Lingkungan (Bambang Sudarmanto)
E.2
Di negara-negara maju cara infiltrasi dalam rangka penyempurnaan sistem drainase
perkotaan menjadi obyek riset para peneliti di lingkungan perguruan tinggi dan instansi
pemerintah. Sektor industri konstruksi Jepang, misalnya, telah mendukung pengalakan cara
infiltrasi dengan membuat produk baru berupa “pipa beton porous”. Efektifitas infiltrasi tergantung
dari permeabilitas tanah dan kedalaman permukaan air tanah. Menurut penelitian di Jepang oleh
Yasuhiko Wada dan Hiroyuki Miura diperoleh kesimpulan bahwa bila kedalaman permukaan air
tanah berada di sekitar 1 meter dari dasar bangunan atau fasilitas infiltrasi, maka kapasitas infiltrasi
masih dipengaruhi oleh kedalaman permukaan air tanah.
Sistem Drainase Yang Berwawasan Lingkungan
Berbagai usaha telah dilaksanakan dalam rangka konservasi sumber daya air seperti
reboisasi, terasering, teknik bertanam yang baik, penanganan daerah aliran sungai. Namun satu hal
yang masih belum dilaksanakan adalah usaha meresapkan air hujan secara buatan ke dalam tanah
yang dikenal sekarang dengan istilah “Sistem Drainase yang Berwawasan Lingkungan” atau
SDBL.
Penerapan SDBL pada daerah perkotaan dikenal dengan “Sistem Drainase Perkotaan yang
Berwawasan Lingkungan” atau SDPDL. Prinsip dasar dari SDPDL adalah mengendalikan
kelebihan air permukaan sedemikian rupa sehingga air limpasan dapat mengalir secara terkendali
dan lebih banyak mendapat kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Dengan debit pengaliran
yang terkendali dan semakin bertambahnya air hujan yang dapat meresap ke dalam tanah, maka
kondisi air tanah akan semakin baik dan dimensi bangunan prasarana drainase perkotaan dapat
direncanakan dengan lebih efisien.
Pendekatan Dasar SDPBL ditinjau dari :
• Sifat hidrologi untuk negara maju pada umumnya secara geografis terletak pada daerah sub
tropis mendapatkan bahwa air yang sebagai salju tidak akan segera mengalir hingga akan
banyak waktu meresap ke dalam tanah, disamping distribusi hujan tahun yang tidak merata
dibanding di Indonesia. Hujan yang terjadi di Indonesia cukup lama yaitu selama selang 6
bulan, dan ini memberikan kemungkinan air lebih banyak terserap ke dalam tanah.
• Segi sosial ekonomi ( segi konsumsi air dari hasil tadah hujan ), penduduk negara tropis
mempunyai dimensi jauh lebih besar karena sistem huniannya cenderung individual dan
berlantai tunggal ( luas atap/perkerasan permukaan tanah di Indonesia 20 - 35 m2/kapita,
sedangkan negara maju hanya sekitar seperempatnya). Dengan demikian air yang dapat
diresapkan akan lebih besar untuk jumlah penduduk yang sama.
Pelaksanaan SDPBL dapat dilakukan oleh masyarakat secara individu atau kelompok atau
oleh pemerintah. Pembuatan sumur resapan atau retensi pada halaman rumah dapat dilakukan
oleh pemilik rumah yang bersangkutan. Pembuatan waduk/kolam, tandon retensi pada lapangan
terbuka atau pada lapangan parkir di daerah permukiman atau perkantoran dapat dilakukan oleh
kelompok masyarakat setempat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan SDPBL
memerlukan pengertian dan kesadaran masyarakat dan aparatur pemerintah.
Penerapan SDPBL dapat dimulai pada pembangunan kawasan permukiman, perkantoran,
atau industrial estate baru dengan mewajibkan developer untuk membuat berbagai macam retensi (
misalnya kolam atau waduk ) atau infiltrasi (misalnya sumur atau parit resapan). Biaya
pembangunan fasilitas retensi dan infiltrasi tersebut dapat di kompensasi dengan pengurangan
penggunaan lahan. Dengan demikian sumber air tanah akan terpelihara dan kawasan akan
bertambah asri.
Persyaratan Teknik Sumur Resapan Air Hujan
Dimensi bangunan untuk fasilitas infiltrasi ditentukan oleh :
• Luas daerah tangkapan (atap bangunan atau lahan yang tertutup)
• Intensitas hujan
• Permeabilitas tanah
• Durasi / lamanya hujan
Sumur Resapan Air Hujan dengan bagian sisi sumur kedap
D.I.Atadah - D.k.Asumur
H =
Asumur
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2010
Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang E.3
Sumur Resapan Air Hujan dengan bagian sisi sumur tidak kedap
D.I.Atadah - D.k.Asumur
H =
Asumur + D.k.L
Dimana :
I = Intensitas hujan (m/jam)
Atadah = Luas tadah hujan (m2), dapat berupa atap rumah dan atau permukaan tanah
tertutup
k = Permeabilitas tanah (m/jam)
L = Keliling penampang sumur (m)
Asumur = Luas penampang sumur (m2)
D = Durasi hujan (jam)
H = Kedalaman sumur (m)
Kondisi fisik yang perlu diadakan pengujian yaitu :
1. Tinggi muka air tanah, kedalaman yang dihitung dari permukaan tanah ke tinggi muka air
tanah
2. Distribusi sumur, tata letak fasilitas sumur resapan air hujan saling berpengaruh dalam multiple
well system dan sumur tersebut terhadap bangunan lain
3. Struktur tanah, kondisi tanah yang sifatnya mudah longsor atau tidak.
Langkah-langkah Pembuatan Sumur Resapan Air Hujan
Keterangan :
Permeabilitas tanah yang dapat dipergunakan untuk sumur resapan dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu :
1. permeabilitas tanah sedang (geluh/lanau, 2.0 - 6.5 cm/jam)
2. permeabilitas tanah agak cepat (pasir halus, 6.5 - 12.5 cm/jam)
Pemeriksaan Tinggi
Muka Air Tanah
Permeabilitas
Tanah
Sumur Resapan
Air Hujan
Persyaratan
Jarak
System Penampungan Air
Hujan Terpusat ( Waduk, dll )
< 3 meter
< 2 cm/jam
> 3 meter
>= 2 cm/jam
tidak memenuhi syarat
memenuhi syarat
3. permeabilitas tanah cepat (pasir kasar, > 12.5 cm/jam)
Jarak Antar Bangunan
Lihat Tabel berikut :
E.1. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berwawasan Lingkungan (Bambang Sudarmanto)
E.4
Tabel 1
Jarak Minimum Sumur Resapan Air Hujan Terhadap Bangunan
NO JENIS BANGUNAN JARAK DARI
SUMUR RESAPAN
(m)
1
2
3
Tangki Septik
Resapan tangki septik, cubluk, saluran
air limbah, pembuangan sampah
Sumur resapan air hujan / sumur air
bersih
2
5
2
Tabel 2
Jumlah Sumur Resapan Air Hujan Dengan Dinding Kedap
No Luas
Bidang
Tadah
(m2)
BANYAKNYA SUMUR ( BUAH )
Permeabilitas Sedang Untuk Type Permeabilitas Agak Cepat Untuk
Type
Permeabilitas Cepat Untuk Type
I II III I II III I II III
φ 0
.8
φ 1
.4
φ 0
.8
φ 1
.4
φ 0
.8
φ 1
.4
φ 0
.8
φ 1
.4
φ 0
.8
φ 1
.4
φ 0
.8
φ 1
.4
φ 0
.8
φ 1
.4
φ 0
.8
φ 1
.4
φ 0
.8
φ 1
.4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
20
30
40
50
60
70
80
90
100
200
300
400
500
1
2
3
3
4
5
5
6
6
12
19
25
31
*
1
1
2
2
2
2
3
3
5
8
10
13
1
1
1
2
2
2
3
3
3
6
9
12
16
*
*
*
1
1
1
1
1
2
3
4
5
7
*
*
1
1
1
1
1
2
2
3
5
6
8
*
*
*
*
*
*
*
1
1
2
2
3
3
1
1
2
2
2
3
3
4
4
8
11
15
18
*
*
1
1
1
1
2
2
2
4
5
7
9
*
*
1
1
1
2
2
2
2
4
6
8
9
*
*
*
*
*
1
1
1
1
2
3
4
5
*
*
*
*
1
1
1
1
2
2
3
4
5
*
*
*
*
*
*
*
*
1
1
2
2
2
*
1
1
2
2
2
3
3
3
6
9
12
14
*
*
*
1
1
1
1
1
2
3
4
6
7
*
*
*
1
1
1
1
2
2
3
5
6
7
*
*
*
*
*
*
*
1
1
2
2
3
4
*
*
*
*
*
*
1
1
1
2
2
3
4
*
*
*
*
*
*
*
*
*
1
1
2
2
Keterangan :
* = tidak dianjurkan
Type I = dalam maksimum 1.5 meter
Type II = dalam maksimum 3 meter
Type III = dalam maksimum 6 meter
I = 87.0 mm/jam
D = 5 jam
φ 0.8 = diameter sumur resapan 80 cm
φ 1.4 = diameter sumur resapan 140 cm
Kesimpulan
Sistem Drainase Perkotaan yang Berwawasan Lingkungan memberikan manfaat yang cukup
besar kepada masyarakat secara ekonomi dan sosial.
Untuk memasyarakatkan SDPBL paerlu ditumbuh kembangkan pengertian dan kesadaran
masyarakat serta aparatur pemerintah.
Perguruan Tinggi atau Lembaga Swadaya Masyarakat dapat berperan serta secara aktif dalam
pemasyarakatan SDPBL antara lain dengan cara melakukan penelitian yang lebih optimal dalam
penerapan SDPBL serta melaksanakan penyuluhan dan bimbingan kepada masyarakat.
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2010
Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang E.5
Daftar Pustaka
Djihad,M. “Sistem Drainase Perkotaan yang Berwawasan Lingkungan”. Seminar Pengelolaan Air
Daerah Perkotaan oleh Jurusan Teknik Universitas Tarumanegara Jakarta, 1990
Departemen PU, SK SNI. T - 06 - 1990 - F Bidang Pekerjaan Umum. “Tata Cara perencanaan
Teknik Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan Pekarangan”. Yayasan LPMB Bandung,
1990
Departemen PU, SK SNI. S - 14 - 1990 - F Bidang Pekerjaan Umum. “Spesifikasi Sumur Resapan
Air Hujan Untuk Lahan Pekarangan”. Yayasan LPMB Bandung, 1990

More Related Content

What's hot

Evaluasi lahan untuk komoditas pertanian
Evaluasi lahan untuk komoditas pertanianEvaluasi lahan untuk komoditas pertanian
Evaluasi lahan untuk komoditas pertanianAndrew Hutabarat
 
Powerpoint karya tulis ilmiah klpk 1 sipakatau dan malempu'
Powerpoint karya tulis ilmiah klpk 1  sipakatau dan malempu'Powerpoint karya tulis ilmiah klpk 1  sipakatau dan malempu'
Powerpoint karya tulis ilmiah klpk 1 sipakatau dan malempu'Dimas Arvin
 
Makalah "Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Kompos".
Makalah "Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Kompos".Makalah "Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Kompos".
Makalah "Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Kompos".Manado State University
 
Artikel Ilmiah_Non Penelitian
Artikel Ilmiah_Non PenelitianArtikel Ilmiah_Non Penelitian
Artikel Ilmiah_Non PenelitianAdy Setiawan
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MakassarRencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MakassarPenataan Ruang
 
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyaFitria Anggrainy
 
Sni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkungan
Sni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkunganSni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkungan
Sni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkunganVermona Lumban Gaol
 
Interaksi Manusia dengan Lingkungan IPS
Interaksi Manusia dengan Lingkungan IPSInteraksi Manusia dengan Lingkungan IPS
Interaksi Manusia dengan Lingkungan IPSEva Rosita
 
PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...
PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...
PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...Kalisthiana Yi Ku
 
Contoh sistematika laporan
Contoh sistematika laporanContoh sistematika laporan
Contoh sistematika laporankio22
 
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi Alvian
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi AlvianTemplate Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi Alvian
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi AlvianAlvian Alvian
 
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah HidrlogiMateri Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah HidrlogiNurul Afdal Haris
 
Presentasi Hasil Penelitian (Karya Tulis IlmiaH)
Presentasi Hasil Penelitian (Karya Tulis IlmiaH)Presentasi Hasil Penelitian (Karya Tulis IlmiaH)
Presentasi Hasil Penelitian (Karya Tulis IlmiaH)Indah Widi
 
Teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif
Teknik analisis data kuantitatif dan kualitatifTeknik analisis data kuantitatif dan kualitatif
Teknik analisis data kuantitatif dan kualitatifNastiti Rahajeng
 
Dampak pembangkit listrik tenaga air terhadap lingkungan copy
Dampak pembangkit listrik tenaga air terhadap lingkungan   copyDampak pembangkit listrik tenaga air terhadap lingkungan   copy
Dampak pembangkit listrik tenaga air terhadap lingkungan copyandika anjas
 
Panduan skripsi ta word revisi
Panduan skripsi ta word revisiPanduan skripsi ta word revisi
Panduan skripsi ta word revisiAsmin Tana
 

What's hot (20)

Evaluasi lahan untuk komoditas pertanian
Evaluasi lahan untuk komoditas pertanianEvaluasi lahan untuk komoditas pertanian
Evaluasi lahan untuk komoditas pertanian
 
Powerpoint karya tulis ilmiah klpk 1 sipakatau dan malempu'
Powerpoint karya tulis ilmiah klpk 1  sipakatau dan malempu'Powerpoint karya tulis ilmiah klpk 1  sipakatau dan malempu'
Powerpoint karya tulis ilmiah klpk 1 sipakatau dan malempu'
 
Makalah "Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Kompos".
Makalah "Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Kompos".Makalah "Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Kompos".
Makalah "Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Kompos".
 
Artikel Ilmiah_Non Penelitian
Artikel Ilmiah_Non PenelitianArtikel Ilmiah_Non Penelitian
Artikel Ilmiah_Non Penelitian
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MakassarRencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
 
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannya
 
Sni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkungan
Sni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkunganSni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkungan
Sni 03-1733-2004-tata-cara-perencanaan-lingkungan
 
Interaksi Manusia dengan Lingkungan IPS
Interaksi Manusia dengan Lingkungan IPSInteraksi Manusia dengan Lingkungan IPS
Interaksi Manusia dengan Lingkungan IPS
 
PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...
PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...
PPT Keanekaragaman hayati, biogeografi, klasifikasi dan taksonomi - BIOLOGI F...
 
Contoh sistematika laporan
Contoh sistematika laporanContoh sistematika laporan
Contoh sistematika laporan
 
PPT UJIAN TESIS S2
PPT UJIAN TESIS S2PPT UJIAN TESIS S2
PPT UJIAN TESIS S2
 
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi Alvian
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi AlvianTemplate Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi Alvian
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi Alvian
 
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah HidrlogiMateri Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
 
Presentasi Hasil Penelitian (Karya Tulis IlmiaH)
Presentasi Hasil Penelitian (Karya Tulis IlmiaH)Presentasi Hasil Penelitian (Karya Tulis IlmiaH)
Presentasi Hasil Penelitian (Karya Tulis IlmiaH)
 
Teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif
Teknik analisis data kuantitatif dan kualitatifTeknik analisis data kuantitatif dan kualitatif
Teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif
 
Dampak pembangkit listrik tenaga air terhadap lingkungan copy
Dampak pembangkit listrik tenaga air terhadap lingkungan   copyDampak pembangkit listrik tenaga air terhadap lingkungan   copy
Dampak pembangkit listrik tenaga air terhadap lingkungan copy
 
Siklus Nitrogen
Siklus NitrogenSiklus Nitrogen
Siklus Nitrogen
 
Sedimentasi
SedimentasiSedimentasi
Sedimentasi
 
Jurnal lengkap
Jurnal lengkapJurnal lengkap
Jurnal lengkap
 
Panduan skripsi ta word revisi
Panduan skripsi ta word revisiPanduan skripsi ta word revisi
Panduan skripsi ta word revisi
 

Similar to Sistem drainase perkotaan yang berwawasan lingkungan

Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1infosanitasi
 
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi PanganDrainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi PanganYahya M Aji
 
Penyaliran tambang
Penyaliran tambangPenyaliran tambang
Penyaliran tambangselegani
 
Bab v konservasi tanah dan air
Bab v konservasi tanah dan airBab v konservasi tanah dan air
Bab v konservasi tanah dan airAndrew Hutabarat
 
Wiji cahyono makalah iut
Wiji cahyono makalah iutWiji cahyono makalah iut
Wiji cahyono makalah iutWahyudwiprabowo
 
Wiji cahyono makalah iut
Wiji cahyono makalah iutWiji cahyono makalah iut
Wiji cahyono makalah iutWahyudwiprabowo
 
Eka putra makalah iut
Eka putra makalah iutEka putra makalah iut
Eka putra makalah iutSultanTama
 
Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...
Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...
Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...Purwandaru Widyasunu
 
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptx
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptxPertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptx
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptxPIPITSPP1
 
Tugas makalah iut ii deep tunnel
Tugas makalah iut ii   deep tunnelTugas makalah iut ii   deep tunnel
Tugas makalah iut ii deep tunnelFandriSudaryanto
 
05 Bab_2_252015022.pdf
05 Bab_2_252015022.pdf05 Bab_2_252015022.pdf
05 Bab_2_252015022.pdfKevinKharisma
 
Ekodrainase Teknologi Terpadu Pengelolaan Banjir
Ekodrainase Teknologi Terpadu Pengelolaan BanjirEkodrainase Teknologi Terpadu Pengelolaan Banjir
Ekodrainase Teknologi Terpadu Pengelolaan BanjirKomarudin Muhamad Zaelani
 
Modul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakan
Modul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakanModul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakan
Modul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakanLusnia S Multianti
 
Pertemuan 1 Drainase - Pengenalan.pptx
Pertemuan 1 Drainase - Pengenalan.pptxPertemuan 1 Drainase - Pengenalan.pptx
Pertemuan 1 Drainase - Pengenalan.pptxErniMulyandari1
 

Similar to Sistem drainase perkotaan yang berwawasan lingkungan (20)

Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
 
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi PanganDrainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
Drainase Untuk Meningkatkan Produksi Pangan
 
Kelompok vi persentasi
Kelompok vi persentasiKelompok vi persentasi
Kelompok vi persentasi
 
Artikel plh
Artikel plhArtikel plh
Artikel plh
 
Penyaliran tambang
Penyaliran tambangPenyaliran tambang
Penyaliran tambang
 
Bab v konservasi tanah dan air
Bab v konservasi tanah dan airBab v konservasi tanah dan air
Bab v konservasi tanah dan air
 
Wiji cahyono makalah iut
Wiji cahyono makalah iutWiji cahyono makalah iut
Wiji cahyono makalah iut
 
Wiji cahyono makalah iut
Wiji cahyono makalah iutWiji cahyono makalah iut
Wiji cahyono makalah iut
 
Eka putra makalah iut
Eka putra makalah iutEka putra makalah iut
Eka putra makalah iut
 
Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...
Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...
Bagian 1 Bahan Kuliah Irigasi dan Drainase Bab 1 4 Prodi Agroteknologi Fapert...
 
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptx
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptxPertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptx
Pertemuan 1 - Pendahuluan & Pengantar Drainase Kota - OK.pptx
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Tugas makalah iut ii deep tunnel
Tugas makalah iut ii   deep tunnelTugas makalah iut ii   deep tunnel
Tugas makalah iut ii deep tunnel
 
05 Bab_2_252015022.pdf
05 Bab_2_252015022.pdf05 Bab_2_252015022.pdf
05 Bab_2_252015022.pdf
 
Air tanah
Air tanahAir tanah
Air tanah
 
Ekodrainase Teknologi Terpadu Pengelolaan Banjir
Ekodrainase Teknologi Terpadu Pengelolaan BanjirEkodrainase Teknologi Terpadu Pengelolaan Banjir
Ekodrainase Teknologi Terpadu Pengelolaan Banjir
 
Makalah vigita
Makalah vigitaMakalah vigita
Makalah vigita
 
Modul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakan
Modul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakanModul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakan
Modul 2 konsep perencanaan pengembangan sumber daya air, kebijakan
 
Makalah deep thunnel
Makalah deep thunnelMakalah deep thunnel
Makalah deep thunnel
 
Pertemuan 1 Drainase - Pengenalan.pptx
Pertemuan 1 Drainase - Pengenalan.pptxPertemuan 1 Drainase - Pengenalan.pptx
Pertemuan 1 Drainase - Pengenalan.pptx
 

Recently uploaded

10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppttaniaalda710
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfArvinThamsir1
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdfAnonymous6yIobha8QY
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfihsan386426
 

Recently uploaded (8)

10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
 

Sistem drainase perkotaan yang berwawasan lingkungan

  • 1. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2010 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang E.1 SISTEM DRAINASE PERKOTAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Bambang Sudarmanto Dosen Tetap Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang (USM) Jl. Soekarno-Hatta Semarang Abstrak Sistem Drainase Perkotaan yang Berwawasan Lingkungan (SDPBL) dengan prinsip dasar mengendalikan kelebihan air permukaan sedemikian rupa sehingga air limpasan dapat mengalir secara terkendali dan lebih banyak mendapat kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Sumur Resapan sebagai alternatif konstruksi imbuhan infiltrasi air hujan ke dalam tanah diharapkan mampu memecahkan problem defisit air pada masa yang akan datang untuk pulau Jawa dan Madura. Kata Kunci : sumur resapan. Pendahuluan Secara umum ketersediaan air di Indonesia masih aman. Diperkirakan sampai tahun 2000 kebutuhan air hanya 15 % dari air yang tersedia. Namun imbangan tersebut tidak terdistribusi secara merata di setiap tempat di Indonesia, mengingat faktor demografi maupun perbedaan karakter hidrologi. Pulau Jawa dan Madura, misalnya, pada tahun 1980 telah mencapai suatu keadaan dimana kebutuhan dan ketersediaan air seimbang, bahkan saat sekarang ( 1998 ) sudah terjadi ketimpangan yaitu kebutuhan 1,5 kali air tersedia (Direktorat Bina Program, Dep. PU - 1998). Pembangunan perkotaan pada dasarnya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk di daerah perkotaan itu sendiri. Akan tetapi pembangunan tersebut membawa dampak negatif yang antara lain berupa semakin berkurangnya daerah terbuka yang berfungsi sebagai daerah peresapan air, timbulnya pemukiman-pemukiman ilegal di sepanjang saluran / sungai, lahan yang ambles (land subsidence) karena pengambilan air tanah (discharge) yang melebihi besarnya imbuhan air tanah (recharge), ataupun intrusi air laut yang disebabkan oleh pengambilan air tanah yang melebihi recharge. Mengingat teknik konservasi dan pola penggunaan air serta pertambahan penduduk tidak dapat diciptakan dalan waktu yang singkat, maka pemikiran ke arah tersebut perlu segera ditangani secara dini. Pengendalian Limpasan Air Di Daerah Perkotaan Konsep lama dalam penanganan drainase perkotaan adalah mengusahakan agar air cepat dialirkan ke bagian hilir dari daerah yang tergenang dan akhirnya dibuang ke sungai, waduk ataupun laut. Konsekuensi dari penerapan konsep tersebut adalah pemborosan sumber daya air yang sangat berharga. Untuk kota-kota metropolitan yang sudah sangat padat dan investasi di dalam kota sudah sangat tinggi, pemerintah daerah setempat terpaksa harus membuat reservoir bawah tanah di beberapa tempat yang biayanya sangat mahal. Dorongan untuk menyesuaikan konsep penanganan tersebut makin besar setelah sebagian masyarakat sadar bahwa air di daerah perkotaan merupakan sumber daya yang semakin lama dirasakan semakin langka sehingga perlu dilestarikan. Pengendalian limpasan air hujan merupakan salah satu cara untuk melestarikan air hujan yang jatuh di daerah perkotaan. Pengendalian limpasan air dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu cara “retensi” dan “infiltrasi”. Cara retensi dibagi menjadi dua macam, yaitu “off site retention”, misalnya pembuatan kolam atau waduk dan “on site retention”, misalnya retensi pada atap bangunan, taman, tempat parkir, lapangan terbuka, halaman rumah. Cara “infiltrasi” yaitu dengan pembuatan imbuhan buatan pada area tertentu yang bentuknya berupa sumur resapan, parit resapan, wilayah resapan, perkerasan yang lolos air. Namun dalam hal ini harus ada persyaratan bahwa air yang diinfiltrasikan tidak boleh air yang sudah tercemar.
  • 2. E.1. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berwawasan Lingkungan (Bambang Sudarmanto) E.2 Di negara-negara maju cara infiltrasi dalam rangka penyempurnaan sistem drainase perkotaan menjadi obyek riset para peneliti di lingkungan perguruan tinggi dan instansi pemerintah. Sektor industri konstruksi Jepang, misalnya, telah mendukung pengalakan cara infiltrasi dengan membuat produk baru berupa “pipa beton porous”. Efektifitas infiltrasi tergantung dari permeabilitas tanah dan kedalaman permukaan air tanah. Menurut penelitian di Jepang oleh Yasuhiko Wada dan Hiroyuki Miura diperoleh kesimpulan bahwa bila kedalaman permukaan air tanah berada di sekitar 1 meter dari dasar bangunan atau fasilitas infiltrasi, maka kapasitas infiltrasi masih dipengaruhi oleh kedalaman permukaan air tanah. Sistem Drainase Yang Berwawasan Lingkungan Berbagai usaha telah dilaksanakan dalam rangka konservasi sumber daya air seperti reboisasi, terasering, teknik bertanam yang baik, penanganan daerah aliran sungai. Namun satu hal yang masih belum dilaksanakan adalah usaha meresapkan air hujan secara buatan ke dalam tanah yang dikenal sekarang dengan istilah “Sistem Drainase yang Berwawasan Lingkungan” atau SDBL. Penerapan SDBL pada daerah perkotaan dikenal dengan “Sistem Drainase Perkotaan yang Berwawasan Lingkungan” atau SDPDL. Prinsip dasar dari SDPDL adalah mengendalikan kelebihan air permukaan sedemikian rupa sehingga air limpasan dapat mengalir secara terkendali dan lebih banyak mendapat kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Dengan debit pengaliran yang terkendali dan semakin bertambahnya air hujan yang dapat meresap ke dalam tanah, maka kondisi air tanah akan semakin baik dan dimensi bangunan prasarana drainase perkotaan dapat direncanakan dengan lebih efisien. Pendekatan Dasar SDPBL ditinjau dari : • Sifat hidrologi untuk negara maju pada umumnya secara geografis terletak pada daerah sub tropis mendapatkan bahwa air yang sebagai salju tidak akan segera mengalir hingga akan banyak waktu meresap ke dalam tanah, disamping distribusi hujan tahun yang tidak merata dibanding di Indonesia. Hujan yang terjadi di Indonesia cukup lama yaitu selama selang 6 bulan, dan ini memberikan kemungkinan air lebih banyak terserap ke dalam tanah. • Segi sosial ekonomi ( segi konsumsi air dari hasil tadah hujan ), penduduk negara tropis mempunyai dimensi jauh lebih besar karena sistem huniannya cenderung individual dan berlantai tunggal ( luas atap/perkerasan permukaan tanah di Indonesia 20 - 35 m2/kapita, sedangkan negara maju hanya sekitar seperempatnya). Dengan demikian air yang dapat diresapkan akan lebih besar untuk jumlah penduduk yang sama. Pelaksanaan SDPBL dapat dilakukan oleh masyarakat secara individu atau kelompok atau oleh pemerintah. Pembuatan sumur resapan atau retensi pada halaman rumah dapat dilakukan oleh pemilik rumah yang bersangkutan. Pembuatan waduk/kolam, tandon retensi pada lapangan terbuka atau pada lapangan parkir di daerah permukiman atau perkantoran dapat dilakukan oleh kelompok masyarakat setempat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan SDPBL memerlukan pengertian dan kesadaran masyarakat dan aparatur pemerintah. Penerapan SDPBL dapat dimulai pada pembangunan kawasan permukiman, perkantoran, atau industrial estate baru dengan mewajibkan developer untuk membuat berbagai macam retensi ( misalnya kolam atau waduk ) atau infiltrasi (misalnya sumur atau parit resapan). Biaya pembangunan fasilitas retensi dan infiltrasi tersebut dapat di kompensasi dengan pengurangan penggunaan lahan. Dengan demikian sumber air tanah akan terpelihara dan kawasan akan bertambah asri. Persyaratan Teknik Sumur Resapan Air Hujan Dimensi bangunan untuk fasilitas infiltrasi ditentukan oleh : • Luas daerah tangkapan (atap bangunan atau lahan yang tertutup) • Intensitas hujan • Permeabilitas tanah • Durasi / lamanya hujan Sumur Resapan Air Hujan dengan bagian sisi sumur kedap D.I.Atadah - D.k.Asumur
  • 3. H = Asumur Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2010 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang E.3 Sumur Resapan Air Hujan dengan bagian sisi sumur tidak kedap D.I.Atadah - D.k.Asumur H = Asumur + D.k.L Dimana : I = Intensitas hujan (m/jam) Atadah = Luas tadah hujan (m2), dapat berupa atap rumah dan atau permukaan tanah tertutup k = Permeabilitas tanah (m/jam) L = Keliling penampang sumur (m) Asumur = Luas penampang sumur (m2) D = Durasi hujan (jam) H = Kedalaman sumur (m) Kondisi fisik yang perlu diadakan pengujian yaitu : 1. Tinggi muka air tanah, kedalaman yang dihitung dari permukaan tanah ke tinggi muka air tanah 2. Distribusi sumur, tata letak fasilitas sumur resapan air hujan saling berpengaruh dalam multiple well system dan sumur tersebut terhadap bangunan lain 3. Struktur tanah, kondisi tanah yang sifatnya mudah longsor atau tidak. Langkah-langkah Pembuatan Sumur Resapan Air Hujan Keterangan : Permeabilitas tanah yang dapat dipergunakan untuk sumur resapan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu : 1. permeabilitas tanah sedang (geluh/lanau, 2.0 - 6.5 cm/jam) 2. permeabilitas tanah agak cepat (pasir halus, 6.5 - 12.5 cm/jam) Pemeriksaan Tinggi Muka Air Tanah Permeabilitas Tanah Sumur Resapan Air Hujan Persyaratan Jarak System Penampungan Air Hujan Terpusat ( Waduk, dll ) < 3 meter < 2 cm/jam > 3 meter >= 2 cm/jam tidak memenuhi syarat memenuhi syarat 3. permeabilitas tanah cepat (pasir kasar, > 12.5 cm/jam) Jarak Antar Bangunan Lihat Tabel berikut :
  • 4. E.1. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berwawasan Lingkungan (Bambang Sudarmanto) E.4 Tabel 1 Jarak Minimum Sumur Resapan Air Hujan Terhadap Bangunan NO JENIS BANGUNAN JARAK DARI SUMUR RESAPAN (m) 1 2 3 Tangki Septik Resapan tangki septik, cubluk, saluran air limbah, pembuangan sampah Sumur resapan air hujan / sumur air bersih 2 5 2 Tabel 2 Jumlah Sumur Resapan Air Hujan Dengan Dinding Kedap No Luas Bidang Tadah (m2) BANYAKNYA SUMUR ( BUAH ) Permeabilitas Sedang Untuk Type Permeabilitas Agak Cepat Untuk Type Permeabilitas Cepat Untuk Type I II III I II III I II III φ 0 .8 φ 1 .4 φ 0 .8 φ 1 .4 φ 0 .8 φ 1 .4 φ 0 .8 φ 1 .4 φ 0 .8 φ 1 .4 φ 0 .8 φ 1 .4 φ 0 .8 φ 1 .4 φ 0 .8 φ 1 .4 φ 0 .8 φ 1 .4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 20 30 40 50 60 70 80 90 100 200 300 400 500 1 2 3 3 4 5 5 6 6 12 19 25 31 * 1 1 2 2 2 2 3 3 5 8 10 13 1 1 1 2 2 2 3 3 3 6 9 12 16 * * * 1 1 1 1 1 2 3 4 5 7 * * 1 1 1 1 1 2 2 3 5 6 8 * * * * * * * 1 1 2 2 3 3 1 1 2 2 2 3 3 4 4 8 11 15 18 * * 1 1 1 1 2 2 2 4 5 7 9 * * 1 1 1 2 2 2 2 4 6 8 9 * * * * * 1 1 1 1 2 3 4 5 * * * * 1 1 1 1 2 2 3 4 5 * * * * * * * * 1 1 2 2 2 * 1 1 2 2 2 3 3 3 6 9 12 14 * * * 1 1 1 1 1 2 3 4 6 7 * * * 1 1 1 1 2 2 3 5 6 7 * * * * * * * 1 1 2 2 3 4 * * * * * * 1 1 1 2 2 3 4 * * * * * * * * * 1 1 2 2 Keterangan : * = tidak dianjurkan Type I = dalam maksimum 1.5 meter Type II = dalam maksimum 3 meter Type III = dalam maksimum 6 meter I = 87.0 mm/jam D = 5 jam φ 0.8 = diameter sumur resapan 80 cm φ 1.4 = diameter sumur resapan 140 cm Kesimpulan Sistem Drainase Perkotaan yang Berwawasan Lingkungan memberikan manfaat yang cukup besar kepada masyarakat secara ekonomi dan sosial. Untuk memasyarakatkan SDPBL paerlu ditumbuh kembangkan pengertian dan kesadaran masyarakat serta aparatur pemerintah. Perguruan Tinggi atau Lembaga Swadaya Masyarakat dapat berperan serta secara aktif dalam pemasyarakatan SDPBL antara lain dengan cara melakukan penelitian yang lebih optimal dalam penerapan SDPBL serta melaksanakan penyuluhan dan bimbingan kepada masyarakat.
  • 5. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2010 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang E.5 Daftar Pustaka Djihad,M. “Sistem Drainase Perkotaan yang Berwawasan Lingkungan”. Seminar Pengelolaan Air Daerah Perkotaan oleh Jurusan Teknik Universitas Tarumanegara Jakarta, 1990 Departemen PU, SK SNI. T - 06 - 1990 - F Bidang Pekerjaan Umum. “Tata Cara perencanaan Teknik Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan Pekarangan”. Yayasan LPMB Bandung, 1990 Departemen PU, SK SNI. S - 14 - 1990 - F Bidang Pekerjaan Umum. “Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan Untuk Lahan Pekarangan”. Yayasan LPMB Bandung, 1990