2. KUIS
1. Jelaskan perbedaan pengertian antara Abnormal dan Tingkah
laku Abnormal.
2. Seperti apakah prilaku Abnormal itu, jelaskan.
3. Apa yang dimaksud dengan gangguan kecemasan.
4. Jelaskan 3 hal yang termasuk gangguan kescemasan.
5. Apa yang dimaksud dengan gangguan afektif.
6. Jelaskan 3 hal yang termasuk gangguan afektif.
7. Apa yang dimaksud dengan gangguan kepribadian.
8. Jelaskan 3 hal yang termasuk gangguan kepribadian.
9. Apa yang dimaksud dengan gangguan skizophrenia.
10. Jelaskan 3 hal yang menjadi ciri utama gannguan skizophrenia.
11. Jelaskan tahapan berkembangnya prilaku alkoholis sampai
dengan menjadi pecandu alkoholis.
3. A. Pengertian Prilaku Abnormal.
1. J.P. Chaplin.
1. Abnormal artinya berbeda atau sangat
menyimpang dari kenormalan.
2. Tingkah laku abnormal adalah tingkah laku yang
menyimpang secara menyolok dari acuan
normatif, sehat atau diinginkan secara psikologis,
dilihat dari sudut pandang penyesuaian diri.
4. 2. Rita L. Atkinson.
Prilaku Abnormal adalah prilaku yang :
1. Secara statistik tidak sering terdapat atau
menyimpang dari norma.
2. Menyimpang secara menyolok dari norma yang
terdapat di masyarakat.
3. Tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan
atau maladaptif.
4. Sakit jiwa seperti mengalami penderitaan bathin
yang akut, selalu merasa khawatir, mengalami
berbagai macam rasa sakit, gelisah atau mungkin
tidak dapat tidur.
5. B. Jenis – Jenis Perilaku Abnormal.
1. Gangguan Kecemasan.
Gangguan Kecemasan mencakup sekelompok
gangguan dimana rasa cemas merupakan gejala
utama (kecemasan utama dan gangguan panik)
atau
kecemasan dialami dimana individu berupaya
mengendalikan prilaku maladaptive tertentu
(gangguan phobia dan gangguan obsesif –
kompulsif).
6. 1.1. Gangguan Kecemasan Merata dan Gangguan Panik.
1.1.a. Ciri dan keluhan fisik seseorang yang mengalami
gangguan kecemasan merata :
Ciri Keluhan Fisik
1. Setiap hari hidup dalam keadaan tegang. 1. Tidak dapat tenang.
2. Dia selalu merasa serba salah atau khawatir. 2. Tidur terganggu.
3. Cenderung memberi reaksi yang berlebihan. 3. Kelelahan.
4. Terus menerus mengkhawatirkan segala macam
masalah yang mungkin terjadi.
4. Macam – macam sakit
kepala.
5. Sulit sekali berkonsentrasi dan mengambil
keputusan.
5. Kepeningan.
6. Jantung berdebar – debar.
7. 1.1.b. Ciri dan keluhan fisik seseorang yang mengalami
serangan panik :
Ciri Keluhan Fisik
Bila seseorang dalam keadaan tiba – Yakin akan terjadi sesuatu, disertai gejala :
tiba yang penuh keprihatinan dan 1. Jantung berdebar – debar.
teror yang akut (genting, gawat) 2. Kehabisan nafas.
dan meluap – luap. 3. Berkeringat.
4. Rasa muak.
5. Otot – otot bergetar.
6. Kepusingan.
8. 1.2. Gangguan Phobia dan Obsesif – Kompulsif.
1.2.a. Phobia.
Gangguan Phobia mengandung ketakutan yang cukup
spesifik (berbeda/tersendiri dengan cara tertentu.
Seseorang dikatakan menderita gangguan phobia apabila
bereaksi dengan ketakutan yang amat sangat pada suatu
stimulus atau situasi yang menurut kebanyakan orang tidaklah
berbahaya.
Ciri orang phobia adalah orang tersebut menyadari bahwa
ketakutannya tidak rasional (dipengaruhi oleh nalar) tetapi
dia tetap merasakan kecemasan (mulai dari rasa serba salah
sampai panik) yang hanya dapat diredakan dengan menghindari
benda/situasi yang menakutkan itu.
9. Lanjutan .....
Ciri phobia lainnya apabila rasa takut tersebut sangat
mengganggu kehidupan sehari – hari individu.
Contoh individu yang mengalami phobia :
1. Seorang wanita yang takut tempat tertutup
sehingga tidak berani naik lift akhirnya menolak
tawaran kerja karena kantornya terletak dilantai
dua.
2. Seorang pasien yang takut melihat jarum suntik
sehingga ia memilih untuk berobat secara
tradisional (tanpa alat suntik).
10. Bagaimana Phobia berkembang ?
Phobia berkembang melalui pengalaman yang
menakutkan, misalnya takut pada pesawat setelah
mengalami musibah udara.
Phobia berkembang melalui pengamatan dan
imbalan, misalnya phobia sekolah, anak kecil biasanya
bukan merasa takut pada sekolahnya tetapi takut berpisah
dengan ibunya atau orangtuanya. Agar anak tsb ingin
selalu berdekatan dengan ibunya maka anak ybs
menciptakan berbagai macam alasan sebagai imbalan
misalnya sakit perut atau sakit kepala. Karena sakit
perut/kepala maka imbalannya yakni kesenangan tinggal
dirumah bersama ibunya atau orang tuanya.
11. 1.2.b. Obsesif – Kompulsif.
Obsesif merupakan gangguan terus menerus dari pikiran dan
bayangan yang tidak mereka inginkan.
Kompulsif merupakan desakan yang tidak tertahan untuk
melaksanakan tindakan atau ritual tertentu.
Orang yang mengalami gangguan obsesif – kompulsif merasa
terpaksa berpikir tentang hal – hal yang tidak ingin mereka
pikirkan atau melakukan hal – hal yang tidak mereka inginkan.
Contoh pikiran obsesif dihubungkan dengan kompulsif seperti :
“ Pikiran tentang kuman penyakit (obsesif) dihubngkan dengan
mencuci alat – alat makan berkali – kali sebelum dipakai
(kompulsif)
12. 1.2.c. Memahami gangguan kecemasan.
Kadang kita mempunyai pikiran yang mencekam dan
desakan untuk melahirkan prilaku tertentu, tetapi bila
seseorang mengalami kelainan obsesif – kompulsif
maka pikiran dan desakan semacam itu akan
memenuhi benaknya sepanjang waktu sehingga benar
– benar mengganggu kehidupannya.
Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan,
seperti kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut.
13. Ada 2 Cara Menanggulangi Kecemasan :
1. Penanggulangan kecemasan dengan menitik beratkan pada
masalahnya.
Individu menilai situasi yang menimbulkan kecemasan dan
kemudian melakukan sesuatu untuk mengubah atau
menghindarinya.
2. Penanggulangan kecemasan dengan menitik beratkan pada
emosinya.
Individu berusaha mereduksi perasaan cemas melalui berbagai
macam cara dan tidak secara langsung menghadapi masalah
yang menimbulkan kecemasan itu.
Misalnya dengan menggunakan salah satu mekanisme
pertahanan diri yakni represi /penekanan, supresi /
pengendalian, denial / penolakan .
14. 2. Gangguan Afektif.
Gangguan Afective merupakan gangguan suasana hati.
Orang yang lagi hatinya (mood) terganggu dapat
mengalami depresi atau manik (girang berlebihan).
2.1. Depresi.
Pada orang normal, depresi merupakan keadaan
kemurungan (sedih, patah semangat) yang ditandai
dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan dan
pesimisme menghadapi masa depan.
Situasi yang paling sering menyebabkan depresi adalah
kegagalan, seperti kegagalan disekolah, kehilangan orang
yang dicintai, dsb.
15. Lanjutan .....
Ciri utama depresi adalah tidak adanya harapan dan
patah hati.
Depresi dianggap abnormal apabila depresi itu diluar
kewajaran, misalnya merasa jenuh dan tidak
mempunyai semangat hidup, tiba – tiba ingin
menangis bahkan mungkin mencoba bunuh diri.
Depresi merupakan respons normal terhadap berbagai
stres kehidupan.
16. 2.2. Manik.
Manik yaitu seseorang yang menderita mania atau psikosis manis
depresif.
Tanda-tanda mania yaitu tingkah laku
berang, keras, bengis, kasar, tidak terkontrol.
Ciri-ciri mania yaitu dengan perbuatan motorik yang
berlebihan, kegemparan, impulsivitas (dorongan tanpa dipikir baik-
baik akibatnya).
Manik ringan yaitu orangnya penuh energik dan percaya diri. Berbicara
terus menerus, mempunyai rencana-rencana besar tetapi tidak
diimbangi dengan pelaksanaanya.
Manik berat/parah yaitu orangnya sangat bersemangat dan selalu
aktif. Melangkah bolak balik, menyani, berteriak. Bila diganggu
mereka marah.
17. 2.3. Manik – Depresif.
Beberapa individu mungkin hanya mengalami manik
atau depresi saja.
Tetapi kebanyakan orang mengalami manik juga
mengalami saat depresi, episodenya berganti-ganti.
Kondisi berganti-gantinya episode manik dan depresi
disebut sebagai gangguan bipolar, dimana individu
tsb. Beralih dari satu kutub ke kutub perasaan lain.
18. 2.4. Memahami Gangguan Afektif.
Gangguan Afektif merupakan gangguan perasaan karena
depresi, mania atau berganti – ganti antara keduanya. Hal ini
disebut juga gangguan manik – depresif.
Teori Psikoanalisis memandang depresi sebagai suatu
pengaktifan kembali hilangnya kasih sayang orangtua pada
seseorang yang bersifat tergantung pada persetujuan eksternal
dan cenderung mengalihkan kemarahan untuk ditahan.
Teori belajar memusatkan pada penguatan positif yang
kurang, sikap mengeritik diri, dan ketidak berdayaan yang
dipelajari.
Beberapa kecenderungan genetik atau pengalaman masa lalu
dapat menyebabkan orang mudah diserang depresi pada waktu
mengalami stres.
19. Lanjutan .....
Mania disebabkan kelebihan norephinerfin atau
serotonin yaitu suatu persenyawaan atau bahan
campuran yang kita jumpai dalam otak, yang diyakini
orang berperan sebagai transmiten atau pemancar
neural dan memainkan peranan penting dalam
pengaturan jadwal tidur dan emosi.
Depresi disebabkan berkurangnya norephinerfin dan
serotonin.
Depresi juga dapat merupakan perasaan ketidak
berdayaan atau hilangnya dukungan sosial.
20. 3. Gangguan Kepribadian.
Gangguan Kepribadian timbul jika sifat – sifat
kepribadian menjadi tidak luwes dan bersifat
maladaptif, sehingga mengganggu kemampuan
individu dalam memenuhi fungsinya.
Orang yang menderita gangguan kepribadian biasanya
merasa tidak terganggu atau cemas dan tidak
mempunyai motivasi untuk merubah prilakunya.
Orang yang menderita gangguan kepribadian tidak
kehilangan kontak dengan realita atau tidak
menunjukan kekacauan prilaku yang menyolok.
21. Bentuk – bentuk Gangguan Kepribadian :
1. Gangguan Kepribadian Narcisistik (Cinta pada diri
sendiri).
Dengan ciri – ciri sbb :
a. Mempunyai rasa kepentingan diri yang
melambung yang dipenuhi dengan khayalan –
khayalan sukses.
b. Selalu mencari pujian dan perhatian.
c. Tidak peka terhadap kebutuhan orang lain.
d. Sering mengeploitasi kebutuhan orang lain.
22. 2. Gangguan Kepribadian yang tergantung.
Dengan ciri – ciri sbb :
a. Adanya orientasi hidup yang pasif.
b. Tidak mampu mengambil keputusan/tanggung
jawab.
c. Cenderung menyalahkan diri sendiri.
d. Selalu mengharapkan dukungan orang lain.
23. 3. Gangguan Kepribadian Anti Sosial (Psikopatik).
Dengan ciri – ciri sbb :
a. Sangat mudah berbohong.
b. Senang sensasi dan bersuka ria, dan hampir tidak
memikirkan efeknya.
c. Tidak mampu mengubah prilakunya, sekalipun
dihukum.
d. Orangnya cerdas, menarik, menyenangkan, dan
cukup lihai mengelabui orang lain.
e. Bertindak semau hati, meninggalkan keluarga,
bertindak kriminal.
24. Dua (2) ciri umum gangguan kepribadian anti sosial :
1. Ketiadaan rasa cinta.
Tidak mampu merasa empati (mengerti perasaan orang lain) atau
setia pada orang lain.
2. Ketiadaan rasa bersalah.
Tidak merasa sesal atas tindakannya, walaupun tindakan itu sangat
tercela.
Kepribadian anti sosial hampir tidak berperasaan dan tampaknya
tidak merasa bersalah atau menyesalinya, sekalipun tindakan –
tindakan mereka menyakitkan orang lain.
Bila tertangkap pengakuan dan penyesalannya begitu meyakinkan
sehingga sering kali mereka terhindar dari hukuman.
25. Memahami Gangguan Kepribadian :
Berbagai pola interaksi dalam keluarga dapat memupuk
perkembangan kepribadian.
Pola interaksi melibatkan para orangtua yang tida ajeg
(tetap, tidak berubah) dalam memberikan kasih
sayang, imbalan dan hukuman; akibatnya anak tsb. Tidak
mempunyai pedoman jelas untuk perilaku dan teladan
yang dapat diandalkan, yang dapat dijadikan dasar
identitasnya sendiri.
Gangguan Kepribadian merupakan pola prilaku
maladaptive yang sudah lama ada, yang merupakan cara –
cara yang tidak dewasa dan tidak wajar dalam mengatasi
stres atau dalam memecahkan masalah.
26. 4. Skizophrenia.
Merupakan nama yang diberikan pada beberapa
gangguan yang ditandai dengan ciri – ciri sbb :
1. Parahnya Kekacauan kepribadian.
2. Distorsih realita.
3. Ketidak mampuan untuk berfungsi dalam
kehidupan sehari – hari.
4. Pengunduran / penarikan diri.
5. Gangguan pada kehidupan emosional dan afektif.
6. Bergantung pada halusinasi, delusi, dan tingkah
laku negativistis.
27. Ciri – ciri Utama Skizophrenia :
1. Kekacauan pikiran dan perasaan.
2. Kekacauan persepsi.
3. Kekacauan afektif.
4. Penarikan diri dari realita.
5. Delusi dan halusinasi.
28. 4.1. Kekacauan pikiran dan perasaan.
Kekacauan pikiran pada Skizophrenia
adalah satu kesulitan umum untuk
menyaring stimulus yang tidak relevan.
Pada Individu tsb. menanggapi begitu
banyak stimulus pada waktu bersamaan
dan sulit mengambil makna dari
masukan yang berlimpah.
29. 4.2. Kekacauan Persepsi.
Dalam episode skizophrenia yang akut sering kali
dilaporkan bahwa dunia tampak lain bagi penderita tsb
(suara tampaknya lebih keras, warna lebih menonjol).
Tubuh mereka sendiri tampaknya tidak sama lagi
(tangannya tampak lebih besar atau kecil, kaki mereka
tampaknya sangat panjang).
Beberapa penderita tidak dapat mengenali diri mereka
sendiri dalam kaca atau melihat bayangannya seperti
rangkap tiga.
30. 4.3. Kekacauan Afektif.
Penderita Skizophrenia biasanya tidak dapat memberikan
respons emosional yang normal dan wajar.
Penderita Skisophrenia sering kali pasif dan tidak
responsive terhadap situasi yang seharusnya membuat
mereka sedih atau gembira. Seperti seorang ayah tidak
menunjukan respons emosional ketika diberitahu
keluarganya diserang kanker, namun ekspresi emosi yang
datar dapat menyembunyikan kekacauan dalam hatinya.
Kadang penderita Skizophrenia mengungkapkan perasaan
yang tidak sesuai dengan situasi/pikiran yang
diungkapkan. Seperti penderita akan tersenyum ketika
berbicara tentang peristiwa yang tragis.
31. 4.4. Penarikan diri dari realita.
Selama episode skizophrenia seseorang cenderung
manarik diri dari pergaulan dengan orang lain, dan
menjadi asyik dengan pikiran dan khayalannya sendiri.
Pada kasus Skizophrenia Akut penarikan diri dari realita
hanya bersifat sementara.
Pada kasus Skizophrenia Kronis penarikan diri menjadi
semakin bertahan sehingga orang tsb. Benar – benar tidak
responsive pada peristiwa eksternal, tetap diam dan tidak
bergerak selama berhari – hari dan harus dirawat seperti
bayi.
32. 4.5. Delusi dan Halusinasi.
Delusi yaitu perasaan keyakinan atau kepercayaan yang keliru.
Halusinasi yaitu persepsi atau tanggapan yang keliru.
Illusi yaitu pengamatan menyimpang.
Delusi yang paling umum adalah keyakinan bahwa kekuatan
eksternal mencoba mengendalikan pikiran dan tindakan
orang, karena pada tahap skizophrenia akut proses pikiran dan
persepsi yang menyimpang disertai pula dengan berbagai delusi.
Deluasi Penganiayaan berkeyakinan bahwa orang atau kelompok
tertentu mengancam atau diam – diam merencanakan melawan
orang tsb.
33. Lanjutan .....
Delusi Kehebatan berkeyakinan bahwa orang tsb
sangat kuat dan penting (tidak begitu umum).
Seorang dengan delusi penganiayaan disebut
paranoid. Ia dapat merugikan teman atau familinya,
takut diracun, atau mengeluh selalu diintai, diikuti,
atau dibicarakan.
Skizophrenia paranoid juga dapat menyerang, atau
membunuh orang tanpa sebab yang nyata.
34. Halusinasi.
Halusinasi dapat terjadi sendiri atau merupakan bagian dari keyakinan
delusi.
Halusinasi dapat bermacam – macam :
1. Halusinasi Auditorik.
Berupa suara-suara yang menyatakan pada orang tersebut.
2. Halusinasi Visual.
Misal melihat mahluk aneh, atau malaikat.
3. Halusinasi Sensorik.
Misal bau busuk yang keluar dari tubuh orang, rasa racun pada
makanan, perasaan disentuh/disuntik dengan jarum.
Penelitian tentang sebab-sebab Skizophrenia adalah kemungkinan
adanya kerusakan dalam metabolisme neurotransmitter, faktor sosial,
dan hubungan keluaraga yang kurang baik.
35. 5. Alkoholisme dan Ketergantungan Obat.
5.1. Alkoholisme.
Alkohol masih disalah gunakan secara luas, termasuk
mariyuana dan obat – obat keras.
Akibat sosial dari pecandu alkohol adalah meningkatnya
tindak kriminal, perpecahan keluarga, kecelakaan di jalan
raya, dan bunuh diri.
Terdapat berbagai defenisi alkoholisme tetapi hampir semua
mengandung pengertian, sbb :
1. Ketidak mampuan berpantang (tidak dapat hidup
tanpa alkohol).
2. Tidak adanya kendali (tidak dapat berhenti setelah sekali,
dua kali mengkosumsi alkohol)
36. Lanjutan .....
Seseorang dapat berkembang menjadi alkoholis
dimulai dari minum – minum yang mengandung
alkohol bersama teman – teman dengan berbagai cara.
Suatu penelitian tentang pecandu alkohol
mengungkapkan 4 tahap berkembangnya alkoholisme
sbb :
1. Tahap Pra Alkoholik.
2. Tahap Prodromal.
3. Tahap Gawat.
4. Tahap Kronis.
37. 5.1.1. Tahap Pra Alkoholik.
Individu mengkonsumsi bersama teman – teman dan
kadang – kadang agak banyak untuk meredakan
ketegangan dan melupakan masalahnya.
Minum banyak makin menjadi lebih sering dan pada
saat ada kemelut maka orang tsb. minum makin
banyak lagi untuk mendapatkan pengaruh alkohol
yang membantu.
38. 5.1.2. Tahap Prodromal.
Minum dengan cara sembunyi – sembunyi dimana
orang tsb tetap sadar tetapi kemudian tidak lagi
mengingat kejadian – kejadian.
Individu tsb menjadi asyik dengan minuman keras
dan menyesalkan hal itu, tetapi selalu gelisah kapan
dan dimana dia bisa mendapatkan minuman.
39. 5.1.3. Tahap Gawat.
Semua kendali hilang. Begitu minum akan dilanjutkan sampai
sakit atau pingsan.
Pergaulan sosial memburuk, dan minum menjadi hal yang
terang – terangan di hadapan keluarga, teman, atau atasan
sekalipun.
Individu seperti ini mulai minum pada pagi hari, mengabaikan
aturan makan dan dapat terus minum sampai berhari – hari.
Berpantang masih mungkin, tetapi begitu dia mulai maka pola
keseluruhannya akan kembali lagi. Inilah sebabnya disebut
tahap gawat karena bilamana tidak segera mendapat
pertolongan akan menjadi pecandu alkohol kronis.
40. 5.1.4. Tahap Kronis.
Minum – minuman keras tidak pernah berhenti.
Hidup untuk minum.
Tubuhnya terbiasa sehingga menderita penarikan diri bila tanpa
alkohol.
Kurang gizi dan menyebabkan gangguan fisiologis.
Tidak lagi memperhatikan penampilan fisik, harga diri,
keluarga, teman, dan status sosialnya.
Ini termasuk pemabuk yang berkeliaran di jalan – jalan.
41. 5.2. Ketergantungan Obat.
Tampaknya penggunaan obat – obat psikoaktif lainnya
untuk berbagai alasan yang sama seperti penggunaan
alkohol.
Suatu penelitian longitudinal tentang anak – anak di
New York menunjukan adanya tahapan, sbb :
Bir/Anggur
Minuman
Keras
Mariyuana
Obat – Obat
Psikoaktif
42. Mengapa orang menggunakan obat Psikoaktif ?
Orang mulai menggunakan obat – obatan Psikoaktif
disebabkan :
1. Pengaruh Orang tua.
2. Pengaruh Teman.
3. Faktor Kepribadian.
43. 1. Pengaruh Orang tua.
Salah satu temuan bahwa anak – anak muda yang berasal dari
rumah tangga yang tidak bahagia, yang orang tuanya tidak
begitu memperhatikan anak – anaknya dan memberikan
hukuman fisik yang keras maka lebih mudah menggunakan obat
– obat psikoaktif dibanding dengan anak – anak yang berasal
dari lingkungan keluarga bahagia.
Remaja dari keluarga konservatif yang menekankan nilai – nilai
sosial dan agama serta pentingnya tujuan jangka panjang tidak
begitu mudah terlibat dengan obat – obat psikoaktif dibanding
dengan keluarga permisif dan liberal/bebas.
Pengaruh yang paling kuat jika orangtuanya mengkonsumsi obat
– obat psikoaktif dan alkohol maka anak dengan mudah
menirunya.
44. 2. Pengaruh Teman.
Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa makin
banyak seorang remaja mencoba berbagai obat –
obatan makin besar kemungkinan bahwa taman –
tamannya adalah pemakai obat – obatan pula dan
sebaliknya (Sadave, 1973).
Teman – teman menggunakan obat – obatan mungkin
mempengaruhi remaja tsb. atau remaja ybs. yang
mulai menggunakannya kemudian memiliki teman –
teman yang menggunakan obat – obatan pula
(Johnso, 1973).
45. 3. Faktor Kepribadian.
Tiada satu macam kepribadianpun yang dikaitkan
dengan penggunaan obat – obatan.
Orang mencoba obat – obatan karena berbagai
macam alasan rasa ingin tahu atau ingin mengalami
keadaan sadar yang baru melepaskan diri dari sakit
fisik atau sakit jiwa, membebaskan diri dari rasa
kebosanan.
46. Mengapa orang tetap menggunakan obat – obatan ?
Faktor pengaruh orang tua, faktor teman dan faktor
kepribadian mempengaruhi penggunaan obat –
obatan untuk pertama kali, tetapi begitu seseorang
menjadi tergantung pada obat secara fisik maka
motifasinya berubah secara radikal.
Radikal karena orang itu telah berkenalan dengan
suatu kebutuhan baru yang begitu kuatnya sehingga
dia mengabaikan kepentingan lain dan hanya hidup
untuk keadaan fix berikutnya.
47. Memahami Gangguan Alkoholisme dan Obat-
obatan Psikoaktif .
Penggunaan Alkohol dan Obat-obatan Psikoaktif lainnya
dapat menyebabkan :
1. Ketergantungan Psikologis.
Yaitu dorongan menggunakan alkohol/obat-
obatan untuk mengurangi kecemasan.
2. Ketergantungan Fisik.
Yaitu gejala makin kebal dan mengasingkan diri.
Alkohol merupakan obat yang digunakan paling luas;
ketidak mampuan pantang atau berhenti dari minuman
keras setelah minum satu atau dua kali menandakan
seseorang sebagai pecandu alkohol.
48. Faktor yang mempengaruhi penggunaan obat-obatan.
Sejumlah faktor yang mempengaruhi orang
menggunakan obat-obatan yang terlarang adalah :
1. Kehidupan rumah tangga yang tidak bahagia.
2. Orang tua permisif / bebas.
3. Pengaruh teman.
4. Tidak adanya konformitas sosial.
Konformitas sosial adalah kecenderungan untuk
memperbolehkan satu tingkah laku individu dikuasai
oleh sikap dan penindas yang sudah berlaku.