1. Aktivitas Pendulang Emas Berp`ontensi Cemari
Danau Sentani
JAYAPURA, BL- Aktivitas penambangan dan pendulang emas di kawasan Bumi
Perkemahan Waena, Jayapura, Papua berpotensi mencemari Kali Jembatan Dua,
yang bermuara ke Danau Sentani, yang berada di Distrik Sentani Timur, Kabupaten
Jayapura, Papua.Pasalnya, sisa lumpur yang mengandung air raksa, yang digunakan
para pendulang untuk mendapatkan emas, cukup banyak yang mengalir ke Kali
Jembatan Dua hingga ke Danau Sentani, yang merupakan danau terbesar kedua di
Indonesia setelah Danau Toba di Sumatera Utara.
Beberapa waktu lalu, dari hasil penelusuran yang dilakukan jurnalis Papuakita.com
(Jaringan Sindikasi Beritalingkungan.com) ditemukan sejumlah orang sebagai
penambang emas yang diduga ilegal sedang beraktifitas. Penelusuran sampai ke
atas gunung, terlihat di satu lokasi ditemukan warga pendulang emas sedang
bekerja.Mereka membangun pondok-pondok untuk berteduh, dan seminggu sekali
mereka akan pulang ke rumah masing-masing. Untuk tiba di lokasi penambangan,
dibutuhkan waktu sekitar setengah jam dengan berjalan kaki ke atas gunung.
2. Kendari bakal memiliki Kebun Raya
KENDARI, BERITALINGKUNGAN.COM- Kota Kendari bakal memiliki satu lagi kawasan konservasi
yang juga berfungsi sebagai sarana pendidikan, penelitian dan rekreaksi alam dalam bentuk Kebun
Raya.Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU PR) telah berkomitmen ta hun 2017
akan melanjutkan pembangunan Kebun Raya Kendari.Pembangunan tersebut meliputi 7 item kegiatan
diantaranya, pendirian bangunan konservasi bangunan edukasi, bengkel atau zona service ,
arboretum dan pagar keliling yang dibatalkan pembangunannya tahun 2016. Kepala UPTD Kebun Raya
Kendari Laode Yama hari Selasa (20/12/2016) mengatakan,pembangunan lanjutan tahap dua ini
membutuhkan anggaran sekitar Rp15 miliar sampai Rp20 miliar. Rencananya pekerjaan lanjutan
pembangunan kebun raya kendari akan dilakukan awal tahun 2017.
“Rencananya pekerjaan tahap dua akan dimulai bulan Februari 2017, item pekerjaan itu 6-7
pekerjaan diantaranya guest house, nursery green house dan arboretum, mudah mudahan ini tidak
menemui kendala sehingga bisa tuntas sesuai rencana” katanya.
Dalam proses pembangunan Kebun Raya Yama menjelaskan melibatkan pihak LIPI, selain mengawal
pembangunan kebun raya, para peneliti LIPI tersebut bertugas mendata tanaman endemik yang ada
dalam kawasan dan menanam sejumlah tanaman untuk menambah koleksi tumbuhan di Kebun raya.
kebakaran hutan Harvard dan Columbia
JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Hasil studi terbaru yang mengejutkan dari Universitas
Harvard dan Universitas Columbia memperkirakan 100.300 kasus kematian dini akibat krisis
kebakaran yang menghancurkan hutan Indonesia tahun lalu, 91.600 diantaranya terjadi di Indonesia.
Perkiraan ini sangat jauh di atas pernyataan resmi pemerintah Indonesia tahun lalu yang
menyebutkan 19 orang meninggal karena asap.
Penelitian yang diumumkan hari ini menggunakan metode pembacaan polusi udara dan data satelit
untuk menghitung paparan asap kebakaran hutan. Studi ini juga melaporkan perkiraan kasus kematian
dini di Singapura mencapai 2.200, dan 6.500 di Malaysia.
3. Jakarta Tertutup Asap Tipis dari
Kalimantan
JAKARTA, BL- Langit Jakarta kembali tertutup asap tipis dari kebakaran hutan dan
lahan di Sumatera dan Kalimantan. Pada Jumat (23-10-2015), asap dari Sumatera
dan Kalimantan telah menutup Jakarta bagian utara. Begitu pula pada Sabtu dan
Minggu, wilayah Jakarta juga tertutup asap tipis. Sebaran asap sangat dipengaruhi
oleh arah angin.
Pada Senin (26-10_2015), kembali langit Jakarta tertutup asap tipis. Pantauan
satelit Himawari dari analisis BMKG pada pukul 12.30 Wib, menunjukkan bahwa asap
tipis menutup Jakarta, bahkan daerah Banten, Jawa Barat, dan Jateng bagian
barat. “Asap tipis ini berada pada ketinggian sekitar 3.000 meter. Sebagian besar
asap berasal dari Kalimantan yang terbawa angin ke arah Barat daya dan sebagian
ada yang ke selatan.”kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan
Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).Dikatakan, asap yang
menyelimuti Jakarta dan sekitarnya tipis. Konsentrasi dan ukuran partikel sangat
kecil sehingga tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap kesehatan.
Sifatnya yang sesaat tidak akan berpengaruh pada kesehatan masyarakat.
4. Gunung Karangetang Meletus
SITARO, BL – Akibat letusan Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, Rabu (16/09/2015), sekitar 34 kepala
keluarga (KK) yang bermukim di kaki gunung, terpaksa harus mengungsi.
“Melalui lurah dan kapitalaung (kepala desa) kami perintahkan untuk segera
mengungsi sebanyak 34 KK. Takutnya, bahaya letusan yang terjadi terus menerus
membuat leleran lava sampai ke kaki gunung,” ujar Sekretaris Badan Penanggulan
Bencana Daerah (BPBD) Sitaro, Roy Laheba.Petugas Pos Pengamatan Gunung
Karangetang, Didi Wahyudi seperti dilansir Manadokita.com (Situs Sindikasi
Beritalingkungan.com) mengatakan lontaran abu vulkanik Karangetang yang disertai
awan panas terjadi sekitar pukul 07.15 WITA hingga siang hari. Awan panas
mengarah ke Kampung Kora-Kora, Kelurahan Bebali, Kecamatan Siau Timur.
Tercatat 21 kali terjadi guguran lava pijar dengan jarak luncuran 500-1000 meter. “
5. KEHATI: Kerusakan Taman Bungkul Harus Jadi
Pelajaran
JAKARTA, BL- Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) menegaskan
bahwa rusaknya Taman Bungkul di Surabaya harus bisa menjadi pelajaran pada
semua pihak. Terlebih lagi, kerusakan juga menimpa tanaman langka yang ditanam di
taman tersebut.
"Seharusnya dalam memanfaatkan fasilitas taman, semua orang harus mempunyai
tanggung jawab yang tinggi untuk ikut menjaganya," ujar Direktur Eksekutif
Yayasan KEHATI, MS Sembiring melalui keterangan tertulisnya yang diterima
Beritalingkungan.com (14/5). Menurutnya, taman memang sudah seharusnya
digunakan sebagai fasilitas umum, akan tetapi para penggunanya harus sadar bahwa
mereka harus tetap menjaga lingkungan taman.
Seperti yang dilaporkan di media massa, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan
(DKP) Kota Surabaya, Chalid Buhari menyebutkan bahwa kerusakan di Taman
Bungkul tersebut meliputi 5 tanaman langka yaitu bintaro merah, beringin putih,
joklan, anggur laut, dan pagoda. Tidak hanya itu saja, beberapa tanaman lain juga
ikut rusak karena terinjak-injak oleh pengunjung acara.
6. Aktivis lingkungan khawatirkan perusahaan energi
Turki akan merusak ekosistem Leuser
JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Konsorsium LSM Lingkungan di Aceh dan Sumatera Utara
menanggapi hasil studi terbaru yang dilakukan oleh Universitas Gajah Mada (UGM), mengenai
pengembangan proyek panas bumi berskala besar di dalam Kawasan Ekosistem Leuser.
Konsorsium LSM menyatakan bahwa studi yang dilakukan untuk proyek yang didanai oleh Hitay
Holdings dari Turki tersebut tidak memenuhi kajian ilmiah yang layak dan tidak memberikan
kesimpulan berdasarkan data yang memadai hingga berpotensi untuk menghancurkan jantung kawasan
hutan tropis warisan dunia di Sumatra.
Kawasan yang diajukan untuk proyek tersebut berada di dalam Taman Nasional Gunung Leuser
(TNGL) dan ditetapkan sebagai Zona Inti karena mempunyai kondisi alam dan keterw akilan
keanekaragaman hayati yang asli dan khas dengan kondisi biota atau fisik yang masih tidak atau
belum terganggu oleh manusia.
Agar proyek ini dapat dikerjakan secara sah, maka status kawasan harus diturunkan dari status Zona
Inti menjadi status Zona Pemanfaatan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
7. Bencana Ekologis dalam Perspektif
Perubahan Iklim
JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Akhir-akhir ini berbagai bencana ekologis
banyak terjadi di Indonesia, banjir di Padang, tanah longsor di Jawa Tengah, banjir
rob di pantai Jawa dan Bali, apakah bencana ini ada kaitannya dengan perubahan
iklim?
Hal tersebut dibahas dalam Media Briefing yang diselenggarakan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK), Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta (22/06/2016)
Hadir sebagai narasumber Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika,
Andi Eka Sakya, Direktur Adaptasi Perubahan Iklim KLHK, Sri Tantri Arundhati,
Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan KLHK, Ruandha Agung
Sugardiman, Penasehat Senior Menteri LHK, Imam B. Prasodjo dan Suryo
Adiwibowo.
8. Greenpeace sarankan lembaga keuangan ikuti
langkah OJK
JAKARTA, BERITALINGKUNGAN.COM- Greenpeace menyarankan lembaga keuangan dan
semua perbankan mengikuti langkah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menghentikan
pinjaman untuk proyek-proyek pertambangan di Kalimantan Timur. "Ini menjadi pukulan
penuh terhadap ambisi industri batu bara Indonesia, dan memberikan dampak hidup kepada
ribuan orang di Kalimantan Timur yang hidupnya telah hancur oleh industri pertambangan
batu bara,” kata Arif Fiyanto, juru kampanye senior untuk Greenpeace Indonesia dalam
keterangan tertulisnya yang diterima Beritalingkungan.com, Dikatakan, industri
pertambangan batubara di Indonesia telah mendapatkan pukulan besar dengan pengumuman
oleh regulator jasa keuangan negara, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bahwa bank harus
menghentikan pinjaman untuk proyek-proyek pertambangan di Kalimantan Timur. Menurut
Arif, tidak ada prospek pemulihan harga batubara, yang menunjukkan betapa gila itu akan
menjadi bagi Indonesia untuk berjudi masa depan pada batubara.
9. Hutan Mangrove Teluk Kendari
Makin Menipis
KENDARI, BL- Praktik mafia tanah diduga telah membuat hilangnya sebagian besar areal di
kawasan teluk Kendari, menyusul makin maraknya bangunan di sepanjang teluk kendari.Di
sisi selatan teluk Kendari misalnya, kawasan yang dulunya dipenuhi hutan mangrove kini satu
persatu hutan mangrove tergusur dan dijadikan lokasi tambak dan pendirian bangunan.
Bahkan, lahan seluas wilayah 32.389 hektar yang berada di jalan bay pass menuju PT
Perikanan Samudra diduga telah beralih menjadi kepemilikan pribadi. Hal ini dibuktikan
dengan berdirinya sejumlah bangunan permanen seperti rumah tinggal, rumah makan dan
kafe atau tempat hiburan malam.
Ironisnya, pemerintah seolah ‘tutup mata’ melihat praktik pengambil alihan kawasan hutan
teluk oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab .
Sejumlah organisasi LSM yang bergerak di lingkungan hidup di Kendari mengimbau agar
pemerintah kota kendari peduli pada nasib lahan teluk yang kian hari jumlahnya terus
menyusut itu.