Anak, perempuan, 7 hari, datang ke IGD dengan keluhan pucat sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Tidak ada perdarahan. Pasien tampak kuning dan malas menetek. Tidak ada demam, BAB dan BAK normal. Saat di IGD, pasien kejang tonik, klonik, selama 5 menit. Pemeriksaan fisis: somnolen, Nadi: 150x/menit, regular, isi kuat, Napas: 38x/menit, regular, kedalaman cukup, S: 370C. Kepala: UUB bonjol, tegang Konjungtiva pucat, sklera ikterik, jantung paru normal, abdomen: Hepar 2cm bac, 2 cm bpx, Perfusi baik.
2. Kasus II
Anak, perempuan, 7 hari, datang ke IGD dengan keluhan pucat sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Tidak ada perdarahan. Pasien tampak kuning
dan malas menetek. Tidak ada demam, BAB dan BAK normal. Saat di IGD,
pasien kejang tonik, klonik, selama 5 menit. Pemeriksaan fisis: somnolen,
Nadi: 150x/menit, regular, isi kuat, Napas: 38x/menit, regular, kedalaman
cukup, S: 370C. Kepala: UUB bonjol, tegang Konjungtiva pucat, sklera
ikterik, jantung paru normal, abdomen: Hepar 2cm bac, 2 cm bpx, Perfusi
baik.
3. Pertanyaan Kasus II
1. Anamnesis tambahan yang diperlukan pada pasien
2. Diagnosis kerja dan diagnosis banding
3. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan
4. Tata laksana pada pasien
5. 1. Riwayat kehamilan: ibu yang mengonsumsi obat-obatan seperti antikonvulsan atau
antikoagulan meningkatkan risiko defisiensi vitamin K pada neonatus.
2. Riwayat kelahiran: di fasilitas kesehatan atau di dukun beranak → melihat kemungkinan anak
tidak mendapat injeksi vitamin K setelah lahir karena kelahiran tidak dilakukan di faskes
3. Riwayat trauma → melihat kemungkinan perdarahan spontan atau akibat trauma
4. Riwayat operasi sebelumnya → adanya hemostatic challenge
5. Riwayat pengobatan seperti antikoagulan (warfarin, heparin) atau antiplatelet (NSAIDS) →
pengaruh obat yang dapat menyebabkan perdarahan
6. Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan perdarahan → hemofilia,
trombositopenia
7. Menyingkirkan hemofilia → apakah ada perdarahan dalam, hemartrosis (bengkak pada sendi),
hematoma, perdarahan intrakranial, adanya hematuria
8. Menyingkirkan ITP → riwayat infeksi virus sebelumnya, riwayat keluarga mengalami HIV,
riwayat obat heparin
9. Menyingkirkan neonatal jaundice lainnya → apakah pernah ada riwayat hepatitis,
Anamnesis Tambahan
6. Anamnesis Tambahan
Faktor Risiko Hiperbilirubinemia Berat (JAUNDICE)
- J : jaundice within first 24 hrs of life
-A : a sibling who was jaundiced as a neonate
-U : unrecognized hemolysis
-N : non optimal sucking
-D : deficiency G6PD
-I : Infection
-C : cephalhematoma
-E : east asian/north indian
7. Diagnosis Kerja
Temuan Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran somnolen
2. TTV normal
3. Tampak kuning → hiperbilirubinemia
4. Ubun-ubun besar bonjol, tegang →
peningkatan TIK, curiga perdarahan
intrakranial
5. Konjungtiva pucat
6. Sklera ikterik
7. Hepar 2 cm bac, 2 cm bpx
Diagnosis Kerja:
● Perdarahan intrakranial ec Vitamin K Deficiency Bleeding (VKDB)
● Breastfeeding jaundice
Temuan Anamnesis
1. Pucat sejak 2 hari SMRS → blood loss
2. Pasien kejang tonik klonik selama 5 menit saat
di IGD → curiga perdarahan intrakranial akibat
defisiensi vit .K
3. Pasien malas menetek → gangguan SSP
4. Tidak ada demam, BAB & BAK normal →
kemungkinan bukan infeksi
5. Tidak ada perdarahan yang nyata
11. Tatalaksana
● Saat Kejang
○ Diazepam rektal 5 mg (BB<12kg) maksimal 2x jarak 5 menit
○ Bila kejang berlanjut: Diazepam IV 0,2-0,5 mg/kg, kecepatan drip 2 mg/menit, maksimal
10 mg
○ Bila kejang berlanjut (5-10’): Fenitoin 20 mg/kg IV (diencerkan dengan normal saline,
selama 20 menit) maks 1000mg. Bila berhenti → Fenitoin 5-7 mg/kg 12 jam kemudian.
○ Bila kejang berlanjut (5-10’): Fenobarbital 20 mg/kg IV (selama 5-10 menit). Bila kejang
berhenti 4-5 mg/kg 12 jam kemudian.
○ Kejang refrakter: Midazolam bolus perlahan 0,2 mg/kg + dosis titrasi 0,1-0,4 mg/kg/jam IV
atau Pentotal-Tiopental 5-8 mg/kg IV, atau Propofol 1-5 mg/kg infus
12.
13. Tatalaksana Defisiensi Vit. K dan Perdarahan
Perdarahan akibat defisiensi vitamin K:
● Injeksi vitamin K 1-2 mg IV → lebih cepat daripada rute IM
Perdarahan diharapkan dapat dikoreksi dalam beberapa jam pasca
administrasi.
● Perdarahan mengancam nyawa → + Fresh Frozen Plasma 10-20 ml/kg
(Kehilangan darah >20%, tanda-tanda syok)
14. Tatalaksana Hiperbilirubinemia
● Fototerapi
○ Indikasi (pada gambar)
○ Faktor risiko:
■ Penyakit hemolitik isoimun, Defisiensi G6PD, Asfiksia, Letargi, Instabilitas
suhu, Sepsis, Asidosis, Albumin <3 g/dL
○ BST lebih rendah 2-3 mg/dL dari cut-off point tanpa faktor risiko → boleh terapi
sinar konvensional di rumah
15. ● Transfusi tukar
○ Direkomendasikan segera → ensefalopati bilirubin akut (hipertoni, arching,
retrocollis, opistotonus, demam, high pitched cry) atau BST ≥5 mg/dL di atas garis.
○ Faktor risiko:
■ Penyakit hemolitik isoimun
■ Defisiensi G6PD
■ Asfiksia
■ Letargi
■ Instabilitas suhu
■ Sepsis
■ Asidosis
Tatalaksana Hiperbilirubinemia
16. Referensi
● Kliegman R, Behrman RE, Nelson WE, editors. Nelson textbook of pediatrics. Edition 20. Philadelphia, PA: Elsevier;
2016.
● Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI; 2009. p. 114-310.
● Behera MK, Kulkarni SD. Vitamin K deficiency haemorrhagic disease of new-born and present controversies. Med J
Armed Forces India. 1998 Apr; 54(2): 143–5.
● Permono B, Sutaryo, Ugrasena, Windiastuti E, Abdulsalam M. Buku ajar hematologi-onkologi anak. Edisi kedua.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2006.