SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 27
Baixar para ler offline
BAB II

              KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN



A. Hasil Belajar Matematika

1. Pengertian Matematika

       Istilah “matematika” berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu máthêma,

yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu, yang ruang lingkupnya menyempit,

dan arti teknisnya adalah “pengkajian matematika” (Ismunamto 2011: 15).

Menurut Van de Wall 2007 terjemahan Suyono (2008: 13) matematika adalah

sesuatu yang memiliki pola keteraturan dan urutan yang logis. Hal ini sejalan

dengan pernyataan Gembong dan Sanusi (2007: 198) bahwa hakekat matematika

yaitu kumpulan ide-ide yang bersifat abstrak dan terstruktur yang hubungannya

diatur menurut aturan logis dan berdasarkan pola pikir deduktif. Sedangkan

menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 14, 22, 24 tahun 2007

(2007: 209) matematika merupakan ilmu universal yang menjadi dasar

perkembangan teknologi modern, yang berperan penting dalam berbagai disiplin

ilmu dan dapat memajukan daya pikir manusia.

       Selain itu, Uno (2007: 129) juga berpendapat bahwa matematika adalah

suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, alat berkomunikasi, dan alat untuk

memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya meliputi: logika

dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas serta

mempunyai cabang-cabang ilmu antara lain: aritmatika, aljabar, geometri dan

analisis. Matematika memiliki karakteristik yang terletak pada kekhususannya


                                      9
10


dalam mengkomunikasikan ide matematika melalui bahasa numerik. Soedjadi

(dalam Gembong dan Sanusi, 2007: 198) memberikan ciri khusus matematika

yaitu: (a) objek kajiannya abstrak; (b) bertumpu pada kesepakatan; (c) berpola

berfikir deduktif; (d) memiliki simbol yang kosong dari arti; (e) memperhatikan

semesta pembicaraan; (f) konsisten dalam sistemnya.

       Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

matematika adalah suatu bidang ilmu tentang sesuatu yang memiliki pola

keteraturan, urutan yang logis dan berdasarkan pola pikir deduktif yang bahasanya

diwujudkan dalam bentuk simbol dan mempunyai cabang-cabang yaitu aritmatika,

aljabar, geometri, dan analisis. Matematika memiliki karakteristik atau ciri khusus

seperti memiliki objek kajian yang abstrak, dan juga memiliki pola berfikir

deduktif. Karakteristik yang dimiliki oleh matematika, membuat matematika

berbeda dari ilmu lainnya.

2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Matematika

       Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung,

mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan

dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar,

peluang dan statistika, kalkulus dan trigonometri (Nurhadi, 2005: 203). Selain itu,

matematika      juga    berfungsi     untuk      mengembangkan        kemampuan

mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang

dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram grafik, atau tabel.

       Selain memiliki fungsi, matematika juga memiliki tujuan pembelajaran.

Menurut Nurhadi (2005: 203) tujuan pembelajaran matematika adalah:
11


a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

   melalui kegiatan penyelidikian, eksperimen, eksplorasi, menunjukkan

   kesamaan dan perbedaan, serta menunjukkan konsisten dan inkonsistensi.

b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan

   penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin

   tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah (problem solving).

d. Mengembangkan         kemampuan        menyampaikan       informasi      atau

   mengkomunikasikan gagasan melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, dan

   diagram.

       Berdasarkan pemaparan tentang fungsi dan tujuan matematika di atas,

menunjukkan bahwa matematika merupakan ilmu yang sangat penting, yang

harus diberikan baik dalam pendidikan formal maupun non formal. Hal ini

dikarenakan, dengan mempelajari matematika siswa mampu mengembangkan

kemampuannya dalam berbagai hal sehingga nantinya diharapkan siswa mampu

mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi di masa yang akan datang.

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Matematika

       Menurut Permendiknas Nomor 14, 22, 24 tahun 2007 (2007: 210) mata

pelajaran matematika SD meliputi aspek-aspek, yaitu: (a) bilangan (b) geometri

dan pengukuran dan (c) pengolahan data.

4. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Matematika

       Menurut Permendiknas Nomor 14, 22, 24 tahun 2007 (2007: 210) standar

kompetensi lulusan untuk mata pelajaran matematika sebagai berikut:
12


a. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-
   sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-
   hari;
b. Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan sifat-
   sifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-
   hari;
c. Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume,
   sudut, waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikannya dalam pemecahan
   masalah kehidupan sehari-hari;
d. Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan
   menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari;
e. Memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel, gambar
   dan grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data, rerata hitung, modus,
   serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari;
f. Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan;
g. Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif.

       Siswa yang mempelajari matematika diharapkan mampu mencapai standar

kecakapan matematika, yang meliputi: pemahaman konsep matematika,

keterkaitan antar konsep matematika, dan juga menerapkan konsep matematika

secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah di kehidupan

sehari-hari. Selain itu, siswa juga harus mampu mengkomunikasikan gagasan

dengan simbol, tabel, gambar, maupun grafik (diagram) untuk memperjelas

keadaan atau masalah. Setelah siswa mencapai kecakapan matematika tersebut,

nantinya siswa akan mampu berpikir secara logis, kritis, dan kreatif, serta

memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta

sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

5. Pengertian Hasil Belajar Matematika

       Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu hasil dan belajar. Hasil merupakan

sesuatu yang menjadi akibat dari proses atau usaha. Sedangkan belajar menurut

Slameto (2010: 2) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
13


memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar

dihasilkan dari pengalaman dengan lingkungan yang di dalamnya terjadi

hubungan antara stimulus dan respon (Dahar, 2011: 3). Pengalaman yang terjadi

berulang kali akan melahirkan pengetahuan (Suyono dan Hariyanto, 2011: 9). Hal

ini sejalan dengan pendapat Syah (2010) yang mendefinisikan belajar sebagai

tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai

hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif. Seseorang dikatakan belajar jika terjadi perubahan perilaku dalam

dirinya, yang semula tidak mengetahui menjadi mengetahui, yang semula tidak

mengerti menjadi mengerti.

       Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. “Hasil belajar

tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat

diamati dan diukur..” (Hamalik, 2009: 155). Hasil belajar ditandai dengan

perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku

merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar pada umumnya disertai

perubahan tingkah laku. Kemudian Dimyati dan Mujiono (2009: 250) berpendapat

bahwa hasil belajar merupakan hasil proses belajar atau proses pembelajaran.

       Sedangkan menurut Wingkel (dalam Purwanto, 2011: 45), hasil belajar

adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah

lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pembelajaran

yang dikembangkan oleh Bloom dan telah direvisi Krathwohl dan Anderson yaitu
14


dimensi proses kognitif yang meliputi: mengingat, memahami, mengaplikasikan,

menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Sedangkan untuk melihat hasil belajar

dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui sejauh

mana siswa telah menguasai suatu materi yang disampaikannya. Pada umumnya

hasil belajar siswa dalam sekolah dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat,

dan terdapat dalam periode tertentu. Biasanya hasil belajar dapat dilihat dari nilai

ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (subsumatif) dan nilai

ulangan semester (sumatif).

       Berdasarkan paparan tentang pengertian hasil belajar dan matematika yang

sudah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar

matematika adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam menguasai bahan,

kecakapan,    sikap   dan     pengertian   untuk   mengembangkan       pengetahuan

menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang

diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.



6. Dimensi Proses Kognitif dalam Hasil Belajar

       Dalam proses pembelajaran, untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa

dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki

sasaran berupa ranah kognitif yang terkandung dalam tujuan. Ranah kognitif

berorientasi pada kemampuan berpikir intelektual, dari yang paling sederhana

sampai yang komplek. Taksonomi tujuan ranah kognitif yang dikemukakan oleh

Anderson dan Krathwohl, merupakan hal yang sangat penting diketahui oleh guru

sebelum melakukan evaluasi.
15


       Menurut Anderson dan Krathwohl (2001: 99-133) dalam pembaruan

dimensi proses kognitif, ada enam kategori dimulai dari yang kurang komplek

(mengingat) sampai ke yang lebih komplek (menciptakan).

a. Mengingat

       Mengingat yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang dibutuhkan dari

ingatan jangka panjang. Pengetahuan mengingat penting sebagai bekal dalam

belajar yang bermakna dan menyelesaikan masalah, karena pngetahuan tersebut

dipakai dalam tugas-tugas yang lebih komplek. Ada dua proses kognitif dalam

kategori mengingat, yaitu proses mengenali dan mengingat kembali.

       Proses mengenali yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari

ingatan jangka panjang untuk membandingkan dengan informasi yang baru saja

diterima. Dalam proses mengingat, siswa mencari suatu informasi yang mirip

dengan informasi yang baru saja diterima di memori jangka panjang. Sedangkan

proses mengingat kembali yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari

jangka panjang ketika soalnya mengehendaki diulang kembali. Dalam mengingat

kembali, siswa mencari informasi di memori jangka panjang dan membawa

informasi tersebut kerja untuk diproses.

b. Memahami

       Memahami yaitu membentuk makna dari materi pembelajaran, termasuk

apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Siswa memahami ketika

mereka menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan lama mereka. Siswa

dikatakan memahami jika mereka dapat mengkonstruksikan makana dari pesan-

pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan atau grafis yang telah
16


disampaikan melalui pengajaran maupun buku yang berkaitan dengan pelajaran.

Dalam kategori memahami, ada tujuh dalam proses kognitif yaitu: menafsirkan,

mencontohkan,         mengklarifikasikan,      merangkum,       menyimpulkan,

membandingkan, dan menjelaskan.

c. Mengaplikasikan

       Mengaplikasikan yaitu menjalankan atau menggunakan prosedur dalam

situasi tertentu untuk menyelesaikan masalah atau mengerjakan soal latihan.

Dalam kategori memahami, ada dua dalam proses kognitif yaitu: mengesekusi dan

mengimplementasikan. Dalam mengeksekusi, siswa menerapkan prosedur ketika

mengahadapi tugas yang sudah familier secara rutin. Mengeksekusi lebih sering

diasosiasikan dengan penggunaan keterampilan dan algoritme. Ketrampilan dan

algoritme memiliki dua sifat yang sesuai dengan proses mengeksekusi, yaitu: (1)

ketrampilan dan algoritme berisikan rangkaian langkah dengan urutan yang tetap;

(2) rangkaian langkah tersebut dilakukan dengan benar dan hasilnya adalah

jawaban yang sudah diketahui sebelumnya.

       Sedangkan       dalam     mengimplementasikan,   siswa   memilih    dan

menggunakan sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak familier.

Mengimplementasikan lebih sering diasosiasikan dengan penggunaan teknik dan

metode. Dalam mengimplementasikan, siswa harus memahami jenis masalahnya

dan alternatif-alternatif prosedur.

d. Menganalisis

       Menganalisis yaitu memecah materi menjadi bagian-bagian komponennya

dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut berhubungan dengan satu
17


sama lain dan dengan tujuan atau struktur keseluruhan. Dalam kategori

menganalisis meliputi tiga proses kognitif, yaitu: membedakan, mengorganisasi,

dan mengatribusikan.

       Membedakan lebih melibatkan proses memilah-milah bagian-bagian yang

relevan atau penting dari sebuah struktur, yang terjadi ketika siswa

mendiskriminasikan informasi yang relevan dan tidak relevan, yang penting dan

yang tidak penting, dan kemudian memerhatikan informasi yang lebih relevan dan

penting. Sebagai contoh dalam proses pembelajaran siswa mampu memilih

pengetahuan mana yang lebih penting untuk diambil.

       Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen-elemen

komunikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen-elemen itu

membentuk sebuah struktur yang koheren. Siswa membangun hubungan-

hubungan yang sistematis dan koheren antar potongan informasi. Sedangkan

dalam proses mengatribusikan melibatkan proses dekonstruksi yang di dalamnya

siswa menentukan tujuan pengarang suatu tulisan yang diberikan oleh guru.

Mengatribusikan melampaui pemahaman dasar untuk menarik kesimpulan tentang

tujuan dibalik suatu tulisan, itu terjadi ketika siswa dapat menentukan sudut

pandang, pendapat, nilai, atau tujuan di balik komunikasi.

e. Mengevaluasi

       Mengevaluasi yaitu membuat penilaian berdasarkan pada kriteria dan

standar. Kriteria-kriteria yang sering digunakan adalah kualitas, efektifitas, dan

konsistensi. Kriteria-kriteria ini ditentukan oleh siswa. Siswa membuat keputusan

tentang kesesuaian suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah tertentu.
18


Kategori mengevaluasi mencakup proses kognitif memeriksa dan mengkritik.

Memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan internal

dalam suatu operasi atau produk. Sedangkan mengkritik melibatkan proses

penilaian suatu produk atau proses berdasarkan kriteria dan standar eksternal.

Dalam mengkritik, siswa mencatat ciri-ciri positif dan negatif dari suatu produk

dan membuat keputusan berdasarkan ciri-ciri tersebut. Mengkritik disebut juga

dengan menilai.

f. Menciptakan

          Menciptakan yaitu menyatukan elemen-elemen untuk membentuk

kesatuan yang koheren atau fungsional; menyusun ulang elemen-elemen ke dalam

pola atau struktur baru (membuat hipotesis untuk memperhitungkan fenomena

yang diobservasi). Mencipta meminta siswa membuat produk yang semua siswa

dapat dan akan melakukannya. Kategori mencipta mencakup proses kognitif

merumuskan dan merencanakan.

          Merumuskan melibatkan proses menggambarkan masalah dan membuat

pilihan    yang memenuhi    kriteria-kriteria tertentu.   Siswa diminta untuk

menggambarkan suatu masalah. Sedangkan merencanakan melibatkan proses

merencanakan metode penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria

masalahnya, yaitu membuat rencana untuk menyelesaikan masalah. Dalam proses

merencanakan, siswa menentukan sub-sub tujuan atau memerinci tugas dari sub-

sub tugas yang harus dilakukan ketika menyelesaikan masalahnya.
19


Tabel 2.1 Indikator Dimensi Proses Kognitif Bloom yang Telah Direvisi
          Anderson dan Krathwohl

 No.   Level Kecakapan                    Indikator Kecakapan
  1.   Mengingat             mengenali, mengingat kembali.

  2.   Memahami              menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan,
                             merangkum, menyimpulkan, membandingkan,
                             menjelaskan.

  3.   Mengaplikasikan       mengeksekusi, mengimplementasikan.

  4.   Menganalisis          membedakan, mengorganisasi, mengatribusikan.

  5.   Mengevaluasi          memeriksa, mengkritik.

  6.   Mencipta              Merumuskan, merencanakan, memproduksi.

Sumber: Anderson dan Krathwohl, 2001: 100-102


B. Media Pembelajaran LCD Proyektor

1. Pengertian Media Pembelajaran

       Menurut Heinich (dalam Susilana dan Riyana, 2008: 6), kata media

berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang

secara harfiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber pesan (a source)

dengan penerima pesan (a receiver). Sedangkan Sadiman, dkk (2010: 6)

menyebutkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa

sehingga proses belajar terjadi.

       Menurut Sabri (dalam Musfiqon, 2012: 27),

   Asosisasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Asssociation of Education
   and Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi media
   sebagai segala bentuk yang diprogramkan untuk suatu proses penyaluran
20


   informasi. Sedangkan Assosiasi Pendidikan Nasional (National Education
   Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Menurutnya media
   merupakan benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau
   dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam
   kegiatan pembelajaran, dapat, mempengaruhi efektifitas program
   instruksional.

         Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan

instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu

disebut media pembelajaran (Arsyad, 2011: 4). Apabila dikaitkan dengan kegiatan

pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang

digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke

siswa (Heinich,et al dalam Uno, 2007: 113). Gerlach (dalam Sanjaya, 2009: 204-

205) mengatakan secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau

kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh

pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Menurut Angkowo dan Kosasih (2007:

10), media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan

pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian,

dan kemauan siswa dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri

siswa.

         Menurut Daryanto (2011: 5), media pembelajaran adalah segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga

dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam

kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.

         Dari berbagai pendapat yang telah disampaikan oleh para ahli diatas, dapat

disimpulkan bahwa pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari pengajar kepada
21


siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta

perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga tujuan belajar dapat

tercapai.

2. Klasifikasi Media Pembelajaran

       Menurut Brets (dalam Ibrahim dan Syaodih, 2010: 114), mengemukakan

beberapa kelompok media sebagai berikut:

   1. Media audio-motion-visual, yakni media yang mempunyai suara, ada
      gerakan dan bentuk objektif dapat dilihat. Media semacam ini paling
      lengkap. Jenis media yang termasuk kelompok ini adalah televisi, video
      tape dan film bergerak.
   2. Media audio-still-visual, yakni media yang mempunyai suara, objeknya
      dapat dilihat, namun tidak ada gerakan, seperti film strip bersuara, dan
      rekaman televisi dengan gambar tak bergerak (television still recordings).
   3. Media audio-semi motion, mempunyai suara dan gerakan, namun tidak
      dapat menampilkan suatu gerakan secara utuh. Salah satu contoh dari
      media jenis ini ialah papan tulis jarak jauh atau tele-blackboard.
   4. Media motion-visual, yakni media yang mempunyai gambar objek
      bergerak, tapi tanpa mengeluarkan suara, seperti film bisu yang bergerak.
   5. Media still-visual,yakni ada objek namun tidak ada gerakan, seperti film
      strip dan slide tanpa suara.
   6. Media audio, hanya menggunakan suara, seperti radio, telepon, dan audio-
      tape.
   7. Media cetak, yang tampil dalam bentuk bahan-bahan tercetak/tertulis
      seperti buku, modul, dan pamflet.

       Dari penggolongan media pembelajaran berdasarkan Brets, diatas dapat

ditarik kesimpulan bahwa Brets membagi media pembelajaran berdasarkan

tampilan dan apa yang dihasilkan dari media tersebut. Sedangkan Susilana dan

Riyana (2008: 13-21), membagi media berdasarkan penyajian dan cara

penyajiannya yang meliputi tujuh kelompok media penyaji yaitu:

1. Kelompok kesatu yang terdiri dari :

   a. Media grafis: grafik, diagram, bagan, sketsa, poster, papan flannel, dan

      bulletin board;
22


   b. Media bahan cetak: buku teks, modul, dan bahan pengajaran terprogram;

   c. Media gambar diam: foto.

2. Kelompok kedua yang terdiri dari:

   a. Media proyeksi diam: OHP/OHT, Opaque Proyektor, slide, dan film strip.

3. Kelompok ketiga yang terdiri dari:

   a. Media audio: radio, alat perekam pita magnetik.

4. Kelompok keempat yang terdiri dari:

   a. Media audio visual diam: media soundslide (slide bersuara), film strip

      bersuara, dan halaman bersuara.

5. Kelompok kelima yang terdiri dari:

   a. Media film (motion pictures): film bisu, film bersuara, dan film gelang.

6. Kelompok keenam yang terdiri dari:

   a. Media televisi: televisi terbuka, televisi siaran terbatas (TVST), dan Video

      Cassete Recorder (VCR).

7. Kelompok ketuju yang terdiri dari:

   a. Media multimedia: modul belajar yang terdiri atas bahan cetak, bahan

      audio, dan bahan audio visual.

3. Fungsi Media Pembelajaran

       Menurut Musfiqon (2012: 35), fungsi media pembelajaran yaitu: (1)

meningkatkan efektifitas dan efesiensi pembelajaran; (2) meningkatkan gairah

belajar siswa; (3) meningkatkan minat dan motivasi belajar; (4) menjadikan siswa

berinteraksi langsung dengan kenyataan; (5) mengatasi modalitas belajar siswa
23


yang beragam; (6) mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran; (7)

meningkatkan kualitas pembelajaran.

       Media pembelajaran selain memiliki fungsi juga memiliki manfaat.

Menurut Susilana dan Riyana (2008: 10), manfaat media yaitu: (1)

mengkonkritkan sesuatu yang abstrak; (2) menghadirkan objek-objek yang terlalu

bahaya atau sukar didapat kedalam lingkungan belajar; (3) menampilkan objek

yang terlalu besar dan terlalu kecil; (4) memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat

atau lambat.

       Dari penjabaran tentang fungsi media diatas, dapat disimpulkan bahwa

fungsi dari media yang utama adalah sebagai pembawa informasi dari sumber

(guru) menuju penerima (siswa) dalam proses pembelajaran dan sebagai sarana

bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.

4. Pemilihan Media Pembelajaran

       Dalam memilih media pembelajaran yang akan digunakan pada proses

pembelajaran, guru dalam hal ini dituntut untuk lebih teliti dan selektif. Dengan

mengetahui kriteria dalam pemilihan suatu media pembelajaran, guru dapat

mengetahui media mana yang dianggap tepat untuk membantu dalam proses

pembelajaran.

       Ibrahim dan Syaodih (2010: 120-121), mengemukakan beberapa faktor

yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran yang tepat yaitu: (1)

kemampuan apa yang ingin dicapai dan kesesuaian media pembelajaran dengan

tujuan pembelajaran; (2) kegunaan dari jenis media itu sendiri; (3) kemampuan

guru dalam menggunakan suatu jenis media pembelajaran; (4) keluwesan dan
24


fleksibilitas dari media itu sendiri; (5) kesesuaian dengan sarana pendukung yang

ada dan alokasi waktunya; (6) ketersediaannya mudah; (7) biayanya dapat

dijangkau.

       Menurut Sanjaya (2009: 224), ada beberapa prinsip yang harus

diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu: (1) pemilihan media harus sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai; (2) pemilihan media harus berdasarkan konsep

yang jelas; (3) pemilihan media harus disesuaikan dengan karakteristik siswa; (4)

pemilihan media harus disesuaikan dengan gaya belajar siswa serta gaya dan

kemampuan guru; (5) pemilihan media harus sesuai dengan kondisi lingkungan,

fasilitas dan waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran.

       Sedangkan menurut Kasmadi (dalam Harjanto, 2010: 241) bahwa di dalam

memilih media pembelajaran perlu dipertimbangkan adanya 4 hal, yaitu:

a. Pertimbangan produksi, yang meliputi: availability (tersedianya bahan), cost

   (harga), physical condition (kondisi fisik), accessibility to student (mudah

   dicapai), emotional impact.

b. Pertimbangan peserta didik, yang meliputi: student characteristics (watak

   peserta didik), student relevance (sesuai dengan peserta didik), student

   involvement (keterlibatan peserta didik).

c. Pertimbangan isi, yang meliputi: curriculair-relevance (sesuai isi kurikulum),

   content-soundness (konten suara), presentation (penyajian).

d. Pertimbangan guru, yang meliputi: teacher-utilization (penggunaan guru),

   teacher peace of mind (pikiran tenang guru).
25


       Dari berbagai pendapat ahli mengenai kriteria dalam pemilihan media,

dapat disimpulkan bahwa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih media

yaitu: (1) relevansi; (2) fleksibilitas; (3) kemanfaatan; (4) kemampuan guru dalam

menggunakan media; (5) ketersediaan dan biaya.

5. Pengertian LCD Proyektor

       Untuk melakukan mengajar sudah sangat memungkinkan guru untuk

menggunakan Multimedia Proyektor atau lebih dikenal dengan LCD Proyektor

(Susilana dan Riyana, 2008: 198). Menurut Haryono (dalam Humaniora,

2010:12),

   LCD adalah media pembelajaran LCD Proyektor merupakan penggabungan
   Note Book atau laptop dengan LCD Proyektor. LCD Proyektor sebagai
   hardwarenya, sedangkan program yang sudah terdesain dan tersusun di dalam
   laptop adalah softwarenya. LCD Proyektor termasuk ke dalam kategori media
   audio visual gerak karena dapat menyajikan berbagai tampilan informasi baik
   berupa audio, visual diam, visual gerak, maupun gabungan berupa audio
   visual gerak.


       Menurut Daryanto (2011: 123), media LCD Proyektor atau Multimedia

Proyektor adalah alat yang mampu menampilkan unsur-unsur media seperti

gambar, teks, video, animasi, baik secara terpisah maupun gabungan dan dapat

dikoneksikan dengan perangkat elektronika lainnya seperti Komputer, Laptop,

TV, Kamera, VCD/DVD Player, dan Video Player. Multimedia Proyektor dapat

digunakan untuk kegiatan presentasi, pembelajaran, pemutaran film, dan lain-lain.

       Dari beberapa pendapat tentang pengertian media LCD Proyektor di atas,

dapat disimpulkan bahwa media LCD Proyektor atau Multimedia Proyektor

adalah sebuah alat yang merupakan gabungan dari LCD Proyektor dengan

perangkat elektronik seperti Komputer, Laptop, TV, Kamera, VCD/DVD Player,
26


dan Video Player, dimana LCD Proyektor merupakan hardwarenya sedangkan

program dalam perangkat elektronik merupakan softwarenya yang dapat

digunakan untuk kegiatan presentasi dan pembelajaran.

6. Karakteristik LCD Proyektor

        Media LCD Proyektor memiliki karakteristik yang berbeda dengan media

pembelajaran lainnya. Menurut Daryanto (2011: 124-125), LCD Proyektor

memiliki karakteristik yaitu: (1) semakin tinggi resolusi atau jumlah pixel yang

dihasilkan, semakin tinggi detail gambar yang dapat ditampilkan; (2) keefisienan

desain proyektor sangat menentukan seberapa besar brightness loss (hilangnya

tingkat kecerahan) secara internal; (3) proyektor yang baik harus mampu

mereproduksi secara akurat warna-warna (ukuran dari corak dan saturasi cahaya)

yang dikirim dari sumber; (4) tingkat Contras Ratio (ukuran perbandingan antara

warna hitam dan putih) yang lebih tinggi merupakan indikasi mengenai seberapa

baik suatu gambar dapat tampil baik di layar proyeksi, khususnya dalam hal

kehalusan detail warna.

7. Penggunaan LCD Proyektor

        Dalam menggunakan media LCD Proyektor harus memperhatikan tata

cara penggunaannya. Hal ini dikarenakan LCD Proyektor merupakan sebuah

perangkat yang rawan untuk mengalami kerusakan apabila salah dalam

penggunaannya. Dengan memperhatikan tata cara penggunaannya, akan dapat

meminimalisir kerusakan pada LCD Proyektor.

        Menurut Daryanto (2011: 126-129), cara penggunaan LCD Proyektor

antara lain:
27


a. Dalam menginstalasi proyektor sebelum digunakan, posisi proyektor dan

   komputer (laptop) harus dalam keadaan mati. Kalau komputer yang menyala

   terlebih dahulu sebaiknya di restart untuk kemudian dipasang dan baru

   dinyalakan lagi;

b. Untuk mematikan proyektor, dapat menggunakan remote atau menekan

   tombol on/off, ditekan dua kali sampai muncul pertanyaan turn of your

   projector. Kemudian tekan, maka lampu akan mati.

c. Apabila mencabut saluran listrik dari proyektor, lampu proyektor harus

   berwarna merah. Jangan mencabut listrik apabila lampu proyektor berwarna

   hijau atau kipas blower yang ada dalam proyektor masih aktif;

d. Lensa proyektor yang ada di depan harus dalam keadaan bersih. Hindari

   sentuhan langsung dengan tangan tanpa diberi alas;

e. Untuk menghindari lensa tidak cepat kotor atau terhindar dari benturan,

   sebaiknya tutup lensa dalam keadaan tertutup. Mengingat ukuran tutup lensa

   kecil, sebaiknya ditali agar tidak hilang;

f. Ventilasi dalam LCD Proyektor sebaiknya dibiarkan terbuka, jangan ditutupi

   oleh apapun. Ventilasi inilah yang berfungsi mengatur sirkulasi udara yang

   keluar masuk;

g. Dalam      membawa      LCD     Proyektor,   sebaiknya   tidak   sembarangan

   menggunakan tas. Tas yang digunakan adalah tas yang didesain khusus dan

   dilapisi busa tebal, sehingga apabila terjadi benturan LCD Proyektor tetap

   terjaga;
28


h. Koneksi kabel harus dibersihkan agar serat kabel tidak rusak. Dalam

   membuka dan memasang kabel juga harus berhati-hati, karena apabila serat

   kabelnya putus akan berakibat fatal terhadap tampilan proyeksi;

i. Saat melipat kabel LCD Proyektor sebaiknya tidak terlalu menukik atau

   melipat. Cara melipat kabel ini akan memengaruhi kekuatan kabel;

j. LCD Proyektor akan rusak apabila keseringan mati listrik secara mendadak.

   Maka dari itu, koneksi listrik sebaiknya menggunakan UPS/stabilizer untuk

   menyimpan arus listrik sementara. Hal ini dikarenakan apabila listrik mati

   masih sempat mematikan secara normal.


C. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

       Istilah motivasi berasal dari kata „motif‟, yang diartikan sebagai daya

upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2011: 73).

Sedangkan menurut Woodworth dan Marques (dalam Mustaqim dan Wahib,

2010: 72), motif adalah suatu tujuan jiwa yang mendorong individu untuk

aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu terhadap situasi

disekitarnya. Kuat lemahnya usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai

suatu tujuan akan ditentukan oleh kuat lemahnya motif yang dimiliki. Motif dan

motivasi adalah dua hal yang sangat berkaitan. Motivasi merupakan penjelmaan

dari motif yang bisa dilihat dari tingkah laku yang ditunjukkan oleh seseorang

(Sanjaya, 2009: 250).

       Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk

menggerakkan dan menggarahkan tingkah laku seseorang agar terdorong untuk
29


bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Motivasi   sebagai      proses   internal   yang   mengaktifkan,   menuntun,   dan

mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu (Murphy et al dalam Slavin, 2009:

105).

        Sedangkan Barelson dan Steiner (dalam Anggraheni, 2011: 150-151)

mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang yang

mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan, dan yang mengarahkan atau

menyalurkan perilaku ke arah tujuan.

        Pendapat di atas menunjukkan bahwa seseorang akan merubah tingkah

lakunya untuk mencapai suatu tujuan tertentu dikarenakan ada faktor pendorong

dari dalam diri seseorang tersebut. Makin kuat dorongan tersebut, maka makin

optimal ia berupaya agar sesuatu yang dituju dapat tercapai, dimana kalau sesuatu

yang diinginkan dapat tercapai, maka ia akan merasa berhasil dan puas. Hakekat

motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang

sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan

beberapa indikator atau unsur yang mendukung yaitu meliputi: (1) adanya hasrat

dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3)

adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar;

(5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar

yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan

baik (Uno, 2007: 23).

        Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian

motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk belajar
30


dengan senang dan belajar secara sungguh-sungguh, yang pada gilirannya akan

terbentuk cara belajar siswa yang sistematis dan penuh konsentrasi. Besar

kecilnya semangat seseorang untuk belajar sangat ditentukan oleh besar kecilnya

motivasi yang dimilikinya. Jadi, motivasi memiliki peranan yang sangat penting

dalam proses pembelajaran, baik dalam proses maupun pencapaian hasil. Seorang

siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, akan belajar dengan baik dan

sungguh-sungguh sehingga hasil belajarnya akan tinggi. Sebaliknya siswa yang

memiliki motivasi belajar rendah, tidak sungguh-sungguh dalam belajar, sehingga

hasil belajarnya pun akan rendah. Tinggi rendahnya motivasi seseorang dapat

dipengaruhi oleh dua faktor, baik faktor yang datang dari dalam (intrinsik)

maupun dari luar (ekstrinsik).

2. Jenis-Jenis Motivasi

       Berdasarkan pengertian motivasi yang telah dibahas di atas, maka motivasi

dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.

a. Motivasi Intrinsik

       Motivasi intrinsik adalah motivasi untuk belajar yang berasal dari dalam

diri siswa itu sendiri (Gintings, 2008: 89). Adapun sifat-sifat yang dimiliki

motivasi ekstrinsik yaitu: (1) walaupun motivasi intrinsik sangat diharapkan,

namun justru tidak selalu timbul dari dalam diri siswa; (2) karena munculnya atas

kesadaran sendiri, maka motivasi intrinsik akan bertahan lebih lama dibandingkan

dengan motivasi ekstrinsik (Gintings, 2008: 89).

       Berikut ini adalah beberapa tanda-tanda adanya motivasi intrinsik dalam

diri siswa menurut (Gintings, 2008: 90) yaitu: (1) adanya keterlibatan, kreativitas,
31


dan rasa menikmati pelajaran dalam diri siswa selama pembelajaran berlangsung;

(2) adanya suasan hati yang positif seperti keseriusan dan keceriaan; (3)

munculnya pertanyaan dari siswa yang mengkaitkan materi pelajaran dengan

kehidupan nyata; (4) adanya diskusi personal lanjutan setelah selesainya jam

pelajaran; (5) menyerahkan tugas tanpa diingatkan oleh guru; (6) berusaha keras

dan tidak mudah menyerah dalam mengatasi kesulitan belajar atau komunikasi

serta penyelesaian tugas; (7) mengusulkan atau menetapkan tugas yang relevan

untuk dirinya sendiri; (8) mengupayakan penguasaan materi secara mandiri

dengan memanfaatkan berbagai strategi dan sumber belajar yang ada.

        Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik

adalah motivasi yang timbul dari dalam seseorang yang tidak perlu dirangsang

dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik, maka secara sadar akan

melakukan suatu kegiatan sesuai dengan hati nuraninya yang tidak memerlukan

motivasi dari luar dirinya, sehingga memiliki kecenderungan yang lebih kuat serta

tahan lama.

b. Motivasi Ekstrinsik

        Motivasi ekstrinsik adalah motivasi untuk belajar yang berasal dari luar

diri siswa itu sendiri (Gintings, 2008: 88-89). Motivasi ekstrinsik sering

dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman Santrock (2008:

514).

        Adapun sifat-sifat motivasi ekstrinsik menurut Gintings (2008: 89) yaitu:

(1) karena munculnya bukan atas kesadaran sendiri, maka motivasi ekstrinsik

mudah hilang atau tidak dapat bertahan lama; (2) motivasi ekstrinsik jika
32


diberikan terus menerus akan menimbulkan motivasi intrinsik dalam siswa.

Motivasi ektrinsik menunjukkan bahwa seseorang mau melakukan sesuatu karena

untuk mendapatkan sesuatu yang lain dan bukan berasal dari keinginan seseorang

itu sendiri. Berikut ini yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara

lain: (1) belajar hanya untuk memenuhi kewajiban seorang siswa; (2) belajar

hanya untuk menghindari hukuman dari orang lain; (3) belajar hanya untuk

memperoleh hadiah; (4) belajar hanya untuk memperoleh pujian dari orang lain,

misalnya guru dan orang tua.

        Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik

adalah motivasi yang timbul dari luar siswa disebabkan adanya perangsang dari

luar, misalnya adanya persaingan untuk mencapai nilai yang tinggi agar mendapat

pujian atau pun hadiah dari orang lain.

3. Fungsi Motivasi

        Sanjaya (2009: 251-253) berpendapat ada dua fungsi motivasi yaitu: (1)

mendorong siswa untuk beraktivitas, yang artinya bahwa tanpa adanya motivasi

tidak mungkin seseorang mau melakukan sesuatu; (2) motivasi berfungsi sebagai

pengarah, yang artinya bahwa motivasi bukan hanya dapat menggerakkan

seseorang untuk beraktivitas, tetapi melalui motivasi juga seseorang akan

mengarahkan aktivitasnya secara bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan

tertentu.

        Sedangkan menurut Hamalik (2008: 161) ada tiga fungsi motivasi yaitu:

(1) mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, yang artinya bahwa

tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar; (2)
33


motivasi berfungsi sebagai pengarah, yang artinya mengarahkan perbuatan untuk

mencapai tujuan yang diinginkan; (3) motivasi berfungsi sebagai penggerak, yang

diibaratkan sebagai mesin mobil, bahwa besar kecilnya gas yang diberikan akan

menentukan cepat atau lambatnya suatu perjalanan, begitu pula dengan motivasi,

besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan

atau tingkah laku.

       Berdasarkan pendapat ahli mengenai fungsi motivasi di atas, maka peneliti

menyimpulkan fungsi motivasi yaitu: (1) mendorong siswa untuk melakukan

suatu perbuatan; (2) mengarahkan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan yang

diinginkan; (3) menggerakkan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan yang

diharapkan.



D. Kerangka Berpikir

       Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa di SD,

salah satunya adalah penggunaan media pembelajaran di kelas. Dalam

pembelajaran matematika di SDN 01 Josenan Kota Madiun, banyak didapati

siswa yang kurang termotivasi untuk belajar. Hal ini dapat dibuktikan dengan

banyaknya siswa yang tidak memperhatikan guru ketika menyampaikan materi

pelajaran. Mereka asik bermain sendiri, bercanda dengan temannya, bahkan

berjalan-jalan. Kondisi ini dapat terjadi karena guru tidak dapat menciptakan

pembelajaran yang menarik, mnyenangkan, dan bermakna bagi siswa. Seharusnya

guru matematika harus lebih kreatif dan inovatif dalam merancang dan

melaksanakan pembelajaran matematika yang menyenangkan dan bermakna bagi
34


siswa sehingga dapat menghilangkan anggapan siswa tentang matematika

merupakan pelajaran yang sulit dan menakutkan. Salah satu alternatif yang dapat

dilakukan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan

dan bermakna bagi siswa adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang

menarik dan modern sesuai dengan perkembangan teknologi seperti menggunakan

media LCD Proyektor.

       LCD Proyektor adalah salah satu media pembelajaran yang bisa digunakan

untuk mempengaruhi siswa agar tertarik dalam proses pembelajaran matematika

di kelas. Dengan adanya LCD Proyektor, dapat memudahkan siswa dalam

memahami materi pelajaran matematika yang selama ini dianggap sebagai

pelajaran yang sulit diantara pelajaran lainnya.

       Penggunaan media LCD Proyektor dengan berbagai variasi tampilan

visual, sangat baik untuk merangsang penalaran siswa dalam proses pembelajaran.

Sehingga dengan menggunakan media LCD Proyektor dapat melatih siswa untuk

mampu berpikir kreatif, kritis, dan inovatif, yang pada akhirnya dapat

meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

       Selain itu, faktor lain yang juga mempengaruhi hasil belajar matematika

adalah motivasi belajar siswa. Motivasi belajar memiliki peranan yang besar

terhadap usaha belaja siswa. Motivasi belajar merupakan pendorong untuk

melakukan suatu tindakan dalam proses pembelajaran. Tinggi rendahnya motivasi

dapat menentukan tinggi rendahnya usaha siswa dalam belajar, dan tentu juga

tinggi rendahnya usaha siswa dalam belajar akan menentukan hasil belajar yang

diperolehnya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung hasil
35


belajarnya pun akan tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi belajar

rendah, cenderung hasil belajarnya pun akan rendah.



E. Hipotesis Tindakan

       Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka penulis merumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada peningkatan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas

   lingkaran menggunakan media LCD Proyektor pada siswa kelas V SDN 01

   Josenan Kota Madiun tahun pelajaran 2012/2013.

2. Tidak ada peningkatan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas

   lingkaran menggunakan media LCD Proyektor pada siswa kelas V SDN 01

   Josenan Kota Madiun tahun pelajaran 2012/2013.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

NCTM, TIMSS, PISA, and Adding It Up
NCTM, TIMSS, PISA, and Adding It UpNCTM, TIMSS, PISA, and Adding It Up
NCTM, TIMSS, PISA, and Adding It UpFahrul Usman
 
Kemampuan representasi matematis
Kemampuan representasi matematisKemampuan representasi matematis
Kemampuan representasi matematisIbnu Fajar
 
Berpikir reflektif
Berpikir reflektifBerpikir reflektif
Berpikir reflektifLukman
 
Berpikir kreatif matematis
Berpikir kreatif matematisBerpikir kreatif matematis
Berpikir kreatif matematissaudagarkaizen
 
Kemampuan representatif matematis
Kemampuan representatif matematisKemampuan representatif matematis
Kemampuan representatif matematisIbnu Fajar
 
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah MatematikaProfil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah MatematikaAhmad Isroil
 
Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012
Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012
Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012Ig Fandy Jayanto
 
Makalah Teori Dieness
Makalah Teori DienessMakalah Teori Dieness
Makalah Teori DienessSyaiful Anwar
 
Komunikasi dalam matematik
Komunikasi dalam matematikKomunikasi dalam matematik
Komunikasi dalam matematikAMira LIzza
 
Pemecahan masalah matematika
Pemecahan masalah matematika Pemecahan masalah matematika
Pemecahan masalah matematika Tree Myutz
 
Memahami konsep-matematika1
Memahami konsep-matematika1Memahami konsep-matematika1
Memahami konsep-matematika1Rudy Krabay
 
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasAnalisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasSulistiawati .
 
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Statistika
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi StatistikaKemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Statistika
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi StatistikaJujun Muhamad Jubaerudin
 
Pendekatan problem solving
Pendekatan problem solvingPendekatan problem solving
Pendekatan problem solvingUmmi Rachmawati
 

Mais procurados (19)

NCTM, TIMSS, PISA, and Adding It Up
NCTM, TIMSS, PISA, and Adding It UpNCTM, TIMSS, PISA, and Adding It Up
NCTM, TIMSS, PISA, and Adding It Up
 
Kemampuan representasi matematis
Kemampuan representasi matematisKemampuan representasi matematis
Kemampuan representasi matematis
 
Berpikir reflektif
Berpikir reflektifBerpikir reflektif
Berpikir reflektif
 
Berpikir kreatif matematis
Berpikir kreatif matematisBerpikir kreatif matematis
Berpikir kreatif matematis
 
Kemampuan representatif matematis
Kemampuan representatif matematisKemampuan representatif matematis
Kemampuan representatif matematis
 
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah MatematikaProfil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
Profil Kemampuan Analogi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika
 
Komunikasi Matematika
Komunikasi MatematikaKomunikasi Matematika
Komunikasi Matematika
 
Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012
Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012
Analisis si mat smp.wardhani.mei 2012
 
Bab II
Bab IIBab II
Bab II
 
Makalah Teori Dieness
Makalah Teori DienessMakalah Teori Dieness
Makalah Teori Dieness
 
Analisis kemampuan penalaran mat pgsd
Analisis kemampuan penalaran mat pgsdAnalisis kemampuan penalaran mat pgsd
Analisis kemampuan penalaran mat pgsd
 
Komunikasi dalam matematik
Komunikasi dalam matematikKomunikasi dalam matematik
Komunikasi dalam matematik
 
15. bab ii
15. bab ii15. bab ii
15. bab ii
 
Pemecahan masalah matematika
Pemecahan masalah matematika Pemecahan masalah matematika
Pemecahan masalah matematika
 
Memahami konsep-matematika1
Memahami konsep-matematika1Memahami konsep-matematika1
Memahami konsep-matematika1
 
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limasAnalisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
Analisis kesulitan belajara kemampuan penalaran matematis siswa smp pada limas
 
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Statistika
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi StatistikaKemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Statistika
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Statistika
 
Komunikasi Matematika
Komunikasi MatematikaKomunikasi Matematika
Komunikasi Matematika
 
Pendekatan problem solving
Pendekatan problem solvingPendekatan problem solving
Pendekatan problem solving
 

Destaque

Destaque (20)

Presentacion Empresa Joven Europea
Presentacion Empresa Joven EuropeaPresentacion Empresa Joven Europea
Presentacion Empresa Joven Europea
 
nkl
nklnkl
nkl
 
Preguntas A Tercero.Ppt97
Preguntas A Tercero.Ppt97Preguntas A Tercero.Ppt97
Preguntas A Tercero.Ppt97
 
Micro proyectos
Micro proyectosMicro proyectos
Micro proyectos
 
MEDIO AMBIENTE
MEDIO AMBIENTEMEDIO AMBIENTE
MEDIO AMBIENTE
 
Projeto de Controlo de Silo para Parqueamento
Projeto de Controlo de Silo para ParqueamentoProjeto de Controlo de Silo para Parqueamento
Projeto de Controlo de Silo para Parqueamento
 
XIICongresopresenciaycritica
XIICongresopresenciaycriticaXIICongresopresenciaycritica
XIICongresopresenciaycritica
 
Pcn de geografia 1997
Pcn de geografia 1997Pcn de geografia 1997
Pcn de geografia 1997
 
Punto2
Punto2Punto2
Punto2
 
Programa de concesiones MOP 2010- 2014
Programa de concesiones MOP 2010- 2014Programa de concesiones MOP 2010- 2014
Programa de concesiones MOP 2010- 2014
 
Agência Digital In Dev - Programação Web
Agência Digital In Dev - Programação WebAgência Digital In Dev - Programação Web
Agência Digital In Dev - Programação Web
 
Amar I
Amar IAmar I
Amar I
 
Pcn 1997 livro052
Pcn 1997 livro052Pcn 1997 livro052
Pcn 1997 livro052
 
Materi evaluasi
Materi evaluasiMateri evaluasi
Materi evaluasi
 
Amistad
AmistadAmistad
Amistad
 
Hibernate With Visual Editor And Hibernate Tools
Hibernate With Visual Editor And Hibernate ToolsHibernate With Visual Editor And Hibernate Tools
Hibernate With Visual Editor And Hibernate Tools
 
Desafio
DesafioDesafio
Desafio
 
Inspiracion
InspiracionInspiracion
Inspiracion
 
Contrastes De Desenvolvimento
Contrastes De DesenvolvimentoContrastes De Desenvolvimento
Contrastes De Desenvolvimento
 
J clic
J clicJ clic
J clic
 

Semelhante a Bab ii

CP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKA
CP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKACP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKA
CP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKAModul Guruku
 
CP Matematika Fase F untuk kelas xii .docx
CP Matematika Fase F untuk kelas xii .docxCP Matematika Fase F untuk kelas xii .docx
CP Matematika Fase F untuk kelas xii .docxhendrafebrianto3
 
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SDContoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SDDchuex AJie
 
05. CP MATEMATIKA REVISI.pdf
05. CP MATEMATIKA REVISI.pdf05. CP MATEMATIKA REVISI.pdf
05. CP MATEMATIKA REVISI.pdfTripuspitaSari13
 
Disposisi matematis
Disposisi matematisDisposisi matematis
Disposisi matematisFppi Unila
 
Manfaat matematika dalam kehidupan sehari
Manfaat matematika dalam kehidupan sehariManfaat matematika dalam kehidupan sehari
Manfaat matematika dalam kehidupan sehariNanikHidayati3
 
SEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docx
SEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docxSEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docx
SEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docxanapadhawy
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitianantiantika
 
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinciContoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinciMaryanto Sumringah SMA 9 Tebo
 
Pengertian matematika
Pengertian matematikaPengertian matematika
Pengertian matematikaLukman
 
CP Mapel Matematika.doc
CP  Mapel Matematika.docCP  Mapel Matematika.doc
CP Mapel Matematika.docDarmiatimimi1
 
Perkalian bilangan satu angka
Perkalian bilangan satu angkaPerkalian bilangan satu angka
Perkalian bilangan satu angkasrirejeki345
 
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…Boedi Santosa,
 
Komunikasi makalah kelompok
Komunikasi makalah kelompokKomunikasi makalah kelompok
Komunikasi makalah kelompokChairi Mutia
 
RPP K 13 BAB FUNGSI KELAS X
RPP K 13 BAB FUNGSI KELAS X RPP K 13 BAB FUNGSI KELAS X
RPP K 13 BAB FUNGSI KELAS X Irawan D'wan_math
 
Seminar Matematika
Seminar MatematikaSeminar Matematika
Seminar MatematikaVivin Dolpin
 

Semelhante a Bab ii (20)

CP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKA
CP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKACP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKA
CP MATEMATIKA FASE B KURIKULUM MERDEKA
 
CP Matematika Fase F untuk kelas xii .docx
CP Matematika Fase F untuk kelas xii .docxCP Matematika Fase F untuk kelas xii .docx
CP Matematika Fase F untuk kelas xii .docx
 
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SDContoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
Contoh Penelitian Tindakan Kelas Matematika SD
 
05. CP MATEMATIKA REVISI.pdf
05. CP MATEMATIKA REVISI.pdf05. CP MATEMATIKA REVISI.pdf
05. CP MATEMATIKA REVISI.pdf
 
Disposisi matematis
Disposisi matematisDisposisi matematis
Disposisi matematis
 
Manfaat matematika dalam kehidupan sehari
Manfaat matematika dalam kehidupan sehariManfaat matematika dalam kehidupan sehari
Manfaat matematika dalam kehidupan sehari
 
SEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docx
SEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docxSEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docx
SEMPRO_Sindy Sentika Vidiamevia_2084202011 .docx
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
BAB I.docx
BAB I.docxBAB I.docx
BAB I.docx
 
Hasratuddin
HasratuddinHasratuddin
Hasratuddin
 
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinciContoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
 
Pengertian matematika
Pengertian matematikaPengertian matematika
Pengertian matematika
 
CP Mapel Matematika.doc
CP  Mapel Matematika.docCP  Mapel Matematika.doc
CP Mapel Matematika.doc
 
Perkalian bilangan satu angka
Perkalian bilangan satu angkaPerkalian bilangan satu angka
Perkalian bilangan satu angka
 
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
 
Tinjauan Pustaka
Tinjauan PustakaTinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka
 
Komunikasi makalah kelompok
Komunikasi makalah kelompokKomunikasi makalah kelompok
Komunikasi makalah kelompok
 
RPP K 13 BAB FUNGSI KELAS X
RPP K 13 BAB FUNGSI KELAS X RPP K 13 BAB FUNGSI KELAS X
RPP K 13 BAB FUNGSI KELAS X
 
Seminar Matematika
Seminar MatematikaSeminar Matematika
Seminar Matematika
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 

Mais de Reza Riezky (17)

Proposal baru
Proposal baruProposal baru
Proposal baru
 
Bener
BenerBener
Bener
 
5
55
5
 
4
44
4
 
3
33
3
 
2
22
2
 
1
11
1
 
7
77
7
 
Daftar pustaka
Daftar pustakaDaftar pustaka
Daftar pustaka
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Resume buku ptk
Resume buku ptkResume buku ptk
Resume buku ptk
 
Tugas resume buku ptk
Tugas resume buku ptkTugas resume buku ptk
Tugas resume buku ptk
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 

Bab ii

  • 1. BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Hasil Belajar Matematika 1. Pengertian Matematika Istilah “matematika” berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu máthêma, yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu, yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya adalah “pengkajian matematika” (Ismunamto 2011: 15). Menurut Van de Wall 2007 terjemahan Suyono (2008: 13) matematika adalah sesuatu yang memiliki pola keteraturan dan urutan yang logis. Hal ini sejalan dengan pernyataan Gembong dan Sanusi (2007: 198) bahwa hakekat matematika yaitu kumpulan ide-ide yang bersifat abstrak dan terstruktur yang hubungannya diatur menurut aturan logis dan berdasarkan pola pikir deduktif. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 14, 22, 24 tahun 2007 (2007: 209) matematika merupakan ilmu universal yang menjadi dasar perkembangan teknologi modern, yang berperan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan dapat memajukan daya pikir manusia. Selain itu, Uno (2007: 129) juga berpendapat bahwa matematika adalah suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, alat berkomunikasi, dan alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya meliputi: logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas serta mempunyai cabang-cabang ilmu antara lain: aritmatika, aljabar, geometri dan analisis. Matematika memiliki karakteristik yang terletak pada kekhususannya 9
  • 2. 10 dalam mengkomunikasikan ide matematika melalui bahasa numerik. Soedjadi (dalam Gembong dan Sanusi, 2007: 198) memberikan ciri khusus matematika yaitu: (a) objek kajiannya abstrak; (b) bertumpu pada kesepakatan; (c) berpola berfikir deduktif; (d) memiliki simbol yang kosong dari arti; (e) memperhatikan semesta pembicaraan; (f) konsisten dalam sistemnya. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu bidang ilmu tentang sesuatu yang memiliki pola keteraturan, urutan yang logis dan berdasarkan pola pikir deduktif yang bahasanya diwujudkan dalam bentuk simbol dan mempunyai cabang-cabang yaitu aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis. Matematika memiliki karakteristik atau ciri khusus seperti memiliki objek kajian yang abstrak, dan juga memiliki pola berfikir deduktif. Karakteristik yang dimiliki oleh matematika, membuat matematika berbeda dari ilmu lainnya. 2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Matematika Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, peluang dan statistika, kalkulus dan trigonometri (Nurhadi, 2005: 203). Selain itu, matematika juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram grafik, atau tabel. Selain memiliki fungsi, matematika juga memiliki tujuan pembelajaran. Menurut Nurhadi (2005: 203) tujuan pembelajaran matematika adalah:
  • 3. 11 a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikian, eksperimen, eksplorasi, menunjukkan kesamaan dan perbedaan, serta menunjukkan konsisten dan inkonsistensi. b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah (problem solving). d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, dan diagram. Berdasarkan pemaparan tentang fungsi dan tujuan matematika di atas, menunjukkan bahwa matematika merupakan ilmu yang sangat penting, yang harus diberikan baik dalam pendidikan formal maupun non formal. Hal ini dikarenakan, dengan mempelajari matematika siswa mampu mengembangkan kemampuannya dalam berbagai hal sehingga nantinya diharapkan siswa mampu mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi di masa yang akan datang. 3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Matematika Menurut Permendiknas Nomor 14, 22, 24 tahun 2007 (2007: 210) mata pelajaran matematika SD meliputi aspek-aspek, yaitu: (a) bilangan (b) geometri dan pengukuran dan (c) pengolahan data. 4. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Matematika Menurut Permendiknas Nomor 14, 22, 24 tahun 2007 (2007: 210) standar kompetensi lulusan untuk mata pelajaran matematika sebagai berikut:
  • 4. 12 a. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat- sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari- hari; b. Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan sifat- sifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari- hari; c. Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari; d. Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari; e. Memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel, gambar dan grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data, rerata hitung, modus, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari; f. Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan; g. Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif. Siswa yang mempelajari matematika diharapkan mampu mencapai standar kecakapan matematika, yang meliputi: pemahaman konsep matematika, keterkaitan antar konsep matematika, dan juga menerapkan konsep matematika secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah di kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa juga harus mampu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, gambar, maupun grafik (diagram) untuk memperjelas keadaan atau masalah. Setelah siswa mencapai kecakapan matematika tersebut, nantinya siswa akan mampu berpikir secara logis, kritis, dan kreatif, serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 5. Pengertian Hasil Belajar Matematika Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu hasil dan belajar. Hasil merupakan sesuatu yang menjadi akibat dari proses atau usaha. Sedangkan belajar menurut Slameto (2010: 2) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
  • 5. 13 memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar dihasilkan dari pengalaman dengan lingkungan yang di dalamnya terjadi hubungan antara stimulus dan respon (Dahar, 2011: 3). Pengalaman yang terjadi berulang kali akan melahirkan pengetahuan (Suyono dan Hariyanto, 2011: 9). Hal ini sejalan dengan pendapat Syah (2010) yang mendefinisikan belajar sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Seseorang dikatakan belajar jika terjadi perubahan perilaku dalam dirinya, yang semula tidak mengetahui menjadi mengetahui, yang semula tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. “Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur..” (Hamalik, 2009: 155). Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar pada umumnya disertai perubahan tingkah laku. Kemudian Dimyati dan Mujiono (2009: 250) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan hasil proses belajar atau proses pembelajaran. Sedangkan menurut Wingkel (dalam Purwanto, 2011: 45), hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pembelajaran yang dikembangkan oleh Bloom dan telah direvisi Krathwohl dan Anderson yaitu
  • 6. 14 dimensi proses kognitif yang meliputi: mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Sedangkan untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai suatu materi yang disampaikannya. Pada umumnya hasil belajar siswa dalam sekolah dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat, dan terdapat dalam periode tertentu. Biasanya hasil belajar dapat dilihat dari nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (subsumatif) dan nilai ulangan semester (sumatif). Berdasarkan paparan tentang pengertian hasil belajar dan matematika yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam menguasai bahan, kecakapan, sikap dan pengertian untuk mengembangkan pengetahuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. 6. Dimensi Proses Kognitif dalam Hasil Belajar Dalam proses pembelajaran, untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah kognitif yang terkandung dalam tujuan. Ranah kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir intelektual, dari yang paling sederhana sampai yang komplek. Taksonomi tujuan ranah kognitif yang dikemukakan oleh Anderson dan Krathwohl, merupakan hal yang sangat penting diketahui oleh guru sebelum melakukan evaluasi.
  • 7. 15 Menurut Anderson dan Krathwohl (2001: 99-133) dalam pembaruan dimensi proses kognitif, ada enam kategori dimulai dari yang kurang komplek (mengingat) sampai ke yang lebih komplek (menciptakan). a. Mengingat Mengingat yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang dibutuhkan dari ingatan jangka panjang. Pengetahuan mengingat penting sebagai bekal dalam belajar yang bermakna dan menyelesaikan masalah, karena pngetahuan tersebut dipakai dalam tugas-tugas yang lebih komplek. Ada dua proses kognitif dalam kategori mengingat, yaitu proses mengenali dan mengingat kembali. Proses mengenali yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari ingatan jangka panjang untuk membandingkan dengan informasi yang baru saja diterima. Dalam proses mengingat, siswa mencari suatu informasi yang mirip dengan informasi yang baru saja diterima di memori jangka panjang. Sedangkan proses mengingat kembali yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari jangka panjang ketika soalnya mengehendaki diulang kembali. Dalam mengingat kembali, siswa mencari informasi di memori jangka panjang dan membawa informasi tersebut kerja untuk diproses. b. Memahami Memahami yaitu membentuk makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Siswa memahami ketika mereka menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan lama mereka. Siswa dikatakan memahami jika mereka dapat mengkonstruksikan makana dari pesan- pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan atau grafis yang telah
  • 8. 16 disampaikan melalui pengajaran maupun buku yang berkaitan dengan pelajaran. Dalam kategori memahami, ada tujuh dalam proses kognitif yaitu: menafsirkan, mencontohkan, mengklarifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan. c. Mengaplikasikan Mengaplikasikan yaitu menjalankan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu untuk menyelesaikan masalah atau mengerjakan soal latihan. Dalam kategori memahami, ada dua dalam proses kognitif yaitu: mengesekusi dan mengimplementasikan. Dalam mengeksekusi, siswa menerapkan prosedur ketika mengahadapi tugas yang sudah familier secara rutin. Mengeksekusi lebih sering diasosiasikan dengan penggunaan keterampilan dan algoritme. Ketrampilan dan algoritme memiliki dua sifat yang sesuai dengan proses mengeksekusi, yaitu: (1) ketrampilan dan algoritme berisikan rangkaian langkah dengan urutan yang tetap; (2) rangkaian langkah tersebut dilakukan dengan benar dan hasilnya adalah jawaban yang sudah diketahui sebelumnya. Sedangkan dalam mengimplementasikan, siswa memilih dan menggunakan sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak familier. Mengimplementasikan lebih sering diasosiasikan dengan penggunaan teknik dan metode. Dalam mengimplementasikan, siswa harus memahami jenis masalahnya dan alternatif-alternatif prosedur. d. Menganalisis Menganalisis yaitu memecah materi menjadi bagian-bagian komponennya dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut berhubungan dengan satu
  • 9. 17 sama lain dan dengan tujuan atau struktur keseluruhan. Dalam kategori menganalisis meliputi tiga proses kognitif, yaitu: membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan. Membedakan lebih melibatkan proses memilah-milah bagian-bagian yang relevan atau penting dari sebuah struktur, yang terjadi ketika siswa mendiskriminasikan informasi yang relevan dan tidak relevan, yang penting dan yang tidak penting, dan kemudian memerhatikan informasi yang lebih relevan dan penting. Sebagai contoh dalam proses pembelajaran siswa mampu memilih pengetahuan mana yang lebih penting untuk diambil. Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen-elemen komunikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen-elemen itu membentuk sebuah struktur yang koheren. Siswa membangun hubungan- hubungan yang sistematis dan koheren antar potongan informasi. Sedangkan dalam proses mengatribusikan melibatkan proses dekonstruksi yang di dalamnya siswa menentukan tujuan pengarang suatu tulisan yang diberikan oleh guru. Mengatribusikan melampaui pemahaman dasar untuk menarik kesimpulan tentang tujuan dibalik suatu tulisan, itu terjadi ketika siswa dapat menentukan sudut pandang, pendapat, nilai, atau tujuan di balik komunikasi. e. Mengevaluasi Mengevaluasi yaitu membuat penilaian berdasarkan pada kriteria dan standar. Kriteria-kriteria yang sering digunakan adalah kualitas, efektifitas, dan konsistensi. Kriteria-kriteria ini ditentukan oleh siswa. Siswa membuat keputusan tentang kesesuaian suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah tertentu.
  • 10. 18 Kategori mengevaluasi mencakup proses kognitif memeriksa dan mengkritik. Memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan internal dalam suatu operasi atau produk. Sedangkan mengkritik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Dalam mengkritik, siswa mencatat ciri-ciri positif dan negatif dari suatu produk dan membuat keputusan berdasarkan ciri-ciri tersebut. Mengkritik disebut juga dengan menilai. f. Menciptakan Menciptakan yaitu menyatukan elemen-elemen untuk membentuk kesatuan yang koheren atau fungsional; menyusun ulang elemen-elemen ke dalam pola atau struktur baru (membuat hipotesis untuk memperhitungkan fenomena yang diobservasi). Mencipta meminta siswa membuat produk yang semua siswa dapat dan akan melakukannya. Kategori mencipta mencakup proses kognitif merumuskan dan merencanakan. Merumuskan melibatkan proses menggambarkan masalah dan membuat pilihan yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Siswa diminta untuk menggambarkan suatu masalah. Sedangkan merencanakan melibatkan proses merencanakan metode penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria masalahnya, yaitu membuat rencana untuk menyelesaikan masalah. Dalam proses merencanakan, siswa menentukan sub-sub tujuan atau memerinci tugas dari sub- sub tugas yang harus dilakukan ketika menyelesaikan masalahnya.
  • 11. 19 Tabel 2.1 Indikator Dimensi Proses Kognitif Bloom yang Telah Direvisi Anderson dan Krathwohl No. Level Kecakapan Indikator Kecakapan 1. Mengingat mengenali, mengingat kembali. 2. Memahami menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, menjelaskan. 3. Mengaplikasikan mengeksekusi, mengimplementasikan. 4. Menganalisis membedakan, mengorganisasi, mengatribusikan. 5. Mengevaluasi memeriksa, mengkritik. 6. Mencipta Merumuskan, merencanakan, memproduksi. Sumber: Anderson dan Krathwohl, 2001: 100-102 B. Media Pembelajaran LCD Proyektor 1. Pengertian Media Pembelajaran Menurut Heinich (dalam Susilana dan Riyana, 2008: 6), kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Sedangkan Sadiman, dkk (2010: 6) menyebutkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Menurut Sabri (dalam Musfiqon, 2012: 27), Asosisasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Asssociation of Education and Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk yang diprogramkan untuk suatu proses penyaluran
  • 12. 20 informasi. Sedangkan Assosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Menurutnya media merupakan benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan pembelajaran, dapat, mempengaruhi efektifitas program instruksional. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran (Arsyad, 2011: 4). Apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke siswa (Heinich,et al dalam Uno, 2007: 113). Gerlach (dalam Sanjaya, 2009: 204- 205) mengatakan secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Menurut Angkowo dan Kosasih (2007: 10), media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa. Menurut Daryanto (2011: 5), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dari berbagai pendapat yang telah disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari pengajar kepada
  • 13. 21 siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga tujuan belajar dapat tercapai. 2. Klasifikasi Media Pembelajaran Menurut Brets (dalam Ibrahim dan Syaodih, 2010: 114), mengemukakan beberapa kelompok media sebagai berikut: 1. Media audio-motion-visual, yakni media yang mempunyai suara, ada gerakan dan bentuk objektif dapat dilihat. Media semacam ini paling lengkap. Jenis media yang termasuk kelompok ini adalah televisi, video tape dan film bergerak. 2. Media audio-still-visual, yakni media yang mempunyai suara, objeknya dapat dilihat, namun tidak ada gerakan, seperti film strip bersuara, dan rekaman televisi dengan gambar tak bergerak (television still recordings). 3. Media audio-semi motion, mempunyai suara dan gerakan, namun tidak dapat menampilkan suatu gerakan secara utuh. Salah satu contoh dari media jenis ini ialah papan tulis jarak jauh atau tele-blackboard. 4. Media motion-visual, yakni media yang mempunyai gambar objek bergerak, tapi tanpa mengeluarkan suara, seperti film bisu yang bergerak. 5. Media still-visual,yakni ada objek namun tidak ada gerakan, seperti film strip dan slide tanpa suara. 6. Media audio, hanya menggunakan suara, seperti radio, telepon, dan audio- tape. 7. Media cetak, yang tampil dalam bentuk bahan-bahan tercetak/tertulis seperti buku, modul, dan pamflet. Dari penggolongan media pembelajaran berdasarkan Brets, diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Brets membagi media pembelajaran berdasarkan tampilan dan apa yang dihasilkan dari media tersebut. Sedangkan Susilana dan Riyana (2008: 13-21), membagi media berdasarkan penyajian dan cara penyajiannya yang meliputi tujuh kelompok media penyaji yaitu: 1. Kelompok kesatu yang terdiri dari : a. Media grafis: grafik, diagram, bagan, sketsa, poster, papan flannel, dan bulletin board;
  • 14. 22 b. Media bahan cetak: buku teks, modul, dan bahan pengajaran terprogram; c. Media gambar diam: foto. 2. Kelompok kedua yang terdiri dari: a. Media proyeksi diam: OHP/OHT, Opaque Proyektor, slide, dan film strip. 3. Kelompok ketiga yang terdiri dari: a. Media audio: radio, alat perekam pita magnetik. 4. Kelompok keempat yang terdiri dari: a. Media audio visual diam: media soundslide (slide bersuara), film strip bersuara, dan halaman bersuara. 5. Kelompok kelima yang terdiri dari: a. Media film (motion pictures): film bisu, film bersuara, dan film gelang. 6. Kelompok keenam yang terdiri dari: a. Media televisi: televisi terbuka, televisi siaran terbatas (TVST), dan Video Cassete Recorder (VCR). 7. Kelompok ketuju yang terdiri dari: a. Media multimedia: modul belajar yang terdiri atas bahan cetak, bahan audio, dan bahan audio visual. 3. Fungsi Media Pembelajaran Menurut Musfiqon (2012: 35), fungsi media pembelajaran yaitu: (1) meningkatkan efektifitas dan efesiensi pembelajaran; (2) meningkatkan gairah belajar siswa; (3) meningkatkan minat dan motivasi belajar; (4) menjadikan siswa berinteraksi langsung dengan kenyataan; (5) mengatasi modalitas belajar siswa
  • 15. 23 yang beragam; (6) mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran; (7) meningkatkan kualitas pembelajaran. Media pembelajaran selain memiliki fungsi juga memiliki manfaat. Menurut Susilana dan Riyana (2008: 10), manfaat media yaitu: (1) mengkonkritkan sesuatu yang abstrak; (2) menghadirkan objek-objek yang terlalu bahaya atau sukar didapat kedalam lingkungan belajar; (3) menampilkan objek yang terlalu besar dan terlalu kecil; (4) memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat. Dari penjabaran tentang fungsi media diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi dari media yang utama adalah sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa) dalam proses pembelajaran dan sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif. 4. Pemilihan Media Pembelajaran Dalam memilih media pembelajaran yang akan digunakan pada proses pembelajaran, guru dalam hal ini dituntut untuk lebih teliti dan selektif. Dengan mengetahui kriteria dalam pemilihan suatu media pembelajaran, guru dapat mengetahui media mana yang dianggap tepat untuk membantu dalam proses pembelajaran. Ibrahim dan Syaodih (2010: 120-121), mengemukakan beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran yang tepat yaitu: (1) kemampuan apa yang ingin dicapai dan kesesuaian media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran; (2) kegunaan dari jenis media itu sendiri; (3) kemampuan guru dalam menggunakan suatu jenis media pembelajaran; (4) keluwesan dan
  • 16. 24 fleksibilitas dari media itu sendiri; (5) kesesuaian dengan sarana pendukung yang ada dan alokasi waktunya; (6) ketersediaannya mudah; (7) biayanya dapat dijangkau. Menurut Sanjaya (2009: 224), ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu: (1) pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; (2) pemilihan media harus berdasarkan konsep yang jelas; (3) pemilihan media harus disesuaikan dengan karakteristik siswa; (4) pemilihan media harus disesuaikan dengan gaya belajar siswa serta gaya dan kemampuan guru; (5) pemilihan media harus sesuai dengan kondisi lingkungan, fasilitas dan waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran. Sedangkan menurut Kasmadi (dalam Harjanto, 2010: 241) bahwa di dalam memilih media pembelajaran perlu dipertimbangkan adanya 4 hal, yaitu: a. Pertimbangan produksi, yang meliputi: availability (tersedianya bahan), cost (harga), physical condition (kondisi fisik), accessibility to student (mudah dicapai), emotional impact. b. Pertimbangan peserta didik, yang meliputi: student characteristics (watak peserta didik), student relevance (sesuai dengan peserta didik), student involvement (keterlibatan peserta didik). c. Pertimbangan isi, yang meliputi: curriculair-relevance (sesuai isi kurikulum), content-soundness (konten suara), presentation (penyajian). d. Pertimbangan guru, yang meliputi: teacher-utilization (penggunaan guru), teacher peace of mind (pikiran tenang guru).
  • 17. 25 Dari berbagai pendapat ahli mengenai kriteria dalam pemilihan media, dapat disimpulkan bahwa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih media yaitu: (1) relevansi; (2) fleksibilitas; (3) kemanfaatan; (4) kemampuan guru dalam menggunakan media; (5) ketersediaan dan biaya. 5. Pengertian LCD Proyektor Untuk melakukan mengajar sudah sangat memungkinkan guru untuk menggunakan Multimedia Proyektor atau lebih dikenal dengan LCD Proyektor (Susilana dan Riyana, 2008: 198). Menurut Haryono (dalam Humaniora, 2010:12), LCD adalah media pembelajaran LCD Proyektor merupakan penggabungan Note Book atau laptop dengan LCD Proyektor. LCD Proyektor sebagai hardwarenya, sedangkan program yang sudah terdesain dan tersusun di dalam laptop adalah softwarenya. LCD Proyektor termasuk ke dalam kategori media audio visual gerak karena dapat menyajikan berbagai tampilan informasi baik berupa audio, visual diam, visual gerak, maupun gabungan berupa audio visual gerak. Menurut Daryanto (2011: 123), media LCD Proyektor atau Multimedia Proyektor adalah alat yang mampu menampilkan unsur-unsur media seperti gambar, teks, video, animasi, baik secara terpisah maupun gabungan dan dapat dikoneksikan dengan perangkat elektronika lainnya seperti Komputer, Laptop, TV, Kamera, VCD/DVD Player, dan Video Player. Multimedia Proyektor dapat digunakan untuk kegiatan presentasi, pembelajaran, pemutaran film, dan lain-lain. Dari beberapa pendapat tentang pengertian media LCD Proyektor di atas, dapat disimpulkan bahwa media LCD Proyektor atau Multimedia Proyektor adalah sebuah alat yang merupakan gabungan dari LCD Proyektor dengan perangkat elektronik seperti Komputer, Laptop, TV, Kamera, VCD/DVD Player,
  • 18. 26 dan Video Player, dimana LCD Proyektor merupakan hardwarenya sedangkan program dalam perangkat elektronik merupakan softwarenya yang dapat digunakan untuk kegiatan presentasi dan pembelajaran. 6. Karakteristik LCD Proyektor Media LCD Proyektor memiliki karakteristik yang berbeda dengan media pembelajaran lainnya. Menurut Daryanto (2011: 124-125), LCD Proyektor memiliki karakteristik yaitu: (1) semakin tinggi resolusi atau jumlah pixel yang dihasilkan, semakin tinggi detail gambar yang dapat ditampilkan; (2) keefisienan desain proyektor sangat menentukan seberapa besar brightness loss (hilangnya tingkat kecerahan) secara internal; (3) proyektor yang baik harus mampu mereproduksi secara akurat warna-warna (ukuran dari corak dan saturasi cahaya) yang dikirim dari sumber; (4) tingkat Contras Ratio (ukuran perbandingan antara warna hitam dan putih) yang lebih tinggi merupakan indikasi mengenai seberapa baik suatu gambar dapat tampil baik di layar proyeksi, khususnya dalam hal kehalusan detail warna. 7. Penggunaan LCD Proyektor Dalam menggunakan media LCD Proyektor harus memperhatikan tata cara penggunaannya. Hal ini dikarenakan LCD Proyektor merupakan sebuah perangkat yang rawan untuk mengalami kerusakan apabila salah dalam penggunaannya. Dengan memperhatikan tata cara penggunaannya, akan dapat meminimalisir kerusakan pada LCD Proyektor. Menurut Daryanto (2011: 126-129), cara penggunaan LCD Proyektor antara lain:
  • 19. 27 a. Dalam menginstalasi proyektor sebelum digunakan, posisi proyektor dan komputer (laptop) harus dalam keadaan mati. Kalau komputer yang menyala terlebih dahulu sebaiknya di restart untuk kemudian dipasang dan baru dinyalakan lagi; b. Untuk mematikan proyektor, dapat menggunakan remote atau menekan tombol on/off, ditekan dua kali sampai muncul pertanyaan turn of your projector. Kemudian tekan, maka lampu akan mati. c. Apabila mencabut saluran listrik dari proyektor, lampu proyektor harus berwarna merah. Jangan mencabut listrik apabila lampu proyektor berwarna hijau atau kipas blower yang ada dalam proyektor masih aktif; d. Lensa proyektor yang ada di depan harus dalam keadaan bersih. Hindari sentuhan langsung dengan tangan tanpa diberi alas; e. Untuk menghindari lensa tidak cepat kotor atau terhindar dari benturan, sebaiknya tutup lensa dalam keadaan tertutup. Mengingat ukuran tutup lensa kecil, sebaiknya ditali agar tidak hilang; f. Ventilasi dalam LCD Proyektor sebaiknya dibiarkan terbuka, jangan ditutupi oleh apapun. Ventilasi inilah yang berfungsi mengatur sirkulasi udara yang keluar masuk; g. Dalam membawa LCD Proyektor, sebaiknya tidak sembarangan menggunakan tas. Tas yang digunakan adalah tas yang didesain khusus dan dilapisi busa tebal, sehingga apabila terjadi benturan LCD Proyektor tetap terjaga;
  • 20. 28 h. Koneksi kabel harus dibersihkan agar serat kabel tidak rusak. Dalam membuka dan memasang kabel juga harus berhati-hati, karena apabila serat kabelnya putus akan berakibat fatal terhadap tampilan proyeksi; i. Saat melipat kabel LCD Proyektor sebaiknya tidak terlalu menukik atau melipat. Cara melipat kabel ini akan memengaruhi kekuatan kabel; j. LCD Proyektor akan rusak apabila keseringan mati listrik secara mendadak. Maka dari itu, koneksi listrik sebaiknya menggunakan UPS/stabilizer untuk menyimpan arus listrik sementara. Hal ini dikarenakan apabila listrik mati masih sempat mematikan secara normal. C. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Istilah motivasi berasal dari kata „motif‟, yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2011: 73). Sedangkan menurut Woodworth dan Marques (dalam Mustaqim dan Wahib, 2010: 72), motif adalah suatu tujuan jiwa yang mendorong individu untuk aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu terhadap situasi disekitarnya. Kuat lemahnya usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan akan ditentukan oleh kuat lemahnya motif yang dimiliki. Motif dan motivasi adalah dua hal yang sangat berkaitan. Motivasi merupakan penjelmaan dari motif yang bisa dilihat dari tingkah laku yang ditunjukkan oleh seseorang (Sanjaya, 2009: 250). Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan dan menggarahkan tingkah laku seseorang agar terdorong untuk
  • 21. 29 bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Motivasi sebagai proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu (Murphy et al dalam Slavin, 2009: 105). Sedangkan Barelson dan Steiner (dalam Anggraheni, 2011: 150-151) mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan, dan yang mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah tujuan. Pendapat di atas menunjukkan bahwa seseorang akan merubah tingkah lakunya untuk mencapai suatu tujuan tertentu dikarenakan ada faktor pendorong dari dalam diri seseorang tersebut. Makin kuat dorongan tersebut, maka makin optimal ia berupaya agar sesuatu yang dituju dapat tercapai, dimana kalau sesuatu yang diinginkan dapat tercapai, maka ia akan merasa berhasil dan puas. Hakekat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung yaitu meliputi: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik (Uno, 2007: 23). Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk belajar
  • 22. 30 dengan senang dan belajar secara sungguh-sungguh, yang pada gilirannya akan terbentuk cara belajar siswa yang sistematis dan penuh konsentrasi. Besar kecilnya semangat seseorang untuk belajar sangat ditentukan oleh besar kecilnya motivasi yang dimilikinya. Jadi, motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran, baik dalam proses maupun pencapaian hasil. Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, akan belajar dengan baik dan sungguh-sungguh sehingga hasil belajarnya akan tinggi. Sebaliknya siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, tidak sungguh-sungguh dalam belajar, sehingga hasil belajarnya pun akan rendah. Tinggi rendahnya motivasi seseorang dapat dipengaruhi oleh dua faktor, baik faktor yang datang dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik). 2. Jenis-Jenis Motivasi Berdasarkan pengertian motivasi yang telah dibahas di atas, maka motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. a. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi untuk belajar yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (Gintings, 2008: 89). Adapun sifat-sifat yang dimiliki motivasi ekstrinsik yaitu: (1) walaupun motivasi intrinsik sangat diharapkan, namun justru tidak selalu timbul dari dalam diri siswa; (2) karena munculnya atas kesadaran sendiri, maka motivasi intrinsik akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik (Gintings, 2008: 89). Berikut ini adalah beberapa tanda-tanda adanya motivasi intrinsik dalam diri siswa menurut (Gintings, 2008: 90) yaitu: (1) adanya keterlibatan, kreativitas,
  • 23. 31 dan rasa menikmati pelajaran dalam diri siswa selama pembelajaran berlangsung; (2) adanya suasan hati yang positif seperti keseriusan dan keceriaan; (3) munculnya pertanyaan dari siswa yang mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata; (4) adanya diskusi personal lanjutan setelah selesainya jam pelajaran; (5) menyerahkan tugas tanpa diingatkan oleh guru; (6) berusaha keras dan tidak mudah menyerah dalam mengatasi kesulitan belajar atau komunikasi serta penyelesaian tugas; (7) mengusulkan atau menetapkan tugas yang relevan untuk dirinya sendiri; (8) mengupayakan penguasaan materi secara mandiri dengan memanfaatkan berbagai strategi dan sumber belajar yang ada. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam seseorang yang tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik, maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan sesuai dengan hati nuraninya yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya, sehingga memiliki kecenderungan yang lebih kuat serta tahan lama. b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi untuk belajar yang berasal dari luar diri siswa itu sendiri (Gintings, 2008: 88-89). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman Santrock (2008: 514). Adapun sifat-sifat motivasi ekstrinsik menurut Gintings (2008: 89) yaitu: (1) karena munculnya bukan atas kesadaran sendiri, maka motivasi ekstrinsik mudah hilang atau tidak dapat bertahan lama; (2) motivasi ekstrinsik jika
  • 24. 32 diberikan terus menerus akan menimbulkan motivasi intrinsik dalam siswa. Motivasi ektrinsik menunjukkan bahwa seseorang mau melakukan sesuatu karena untuk mendapatkan sesuatu yang lain dan bukan berasal dari keinginan seseorang itu sendiri. Berikut ini yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain: (1) belajar hanya untuk memenuhi kewajiban seorang siswa; (2) belajar hanya untuk menghindari hukuman dari orang lain; (3) belajar hanya untuk memperoleh hadiah; (4) belajar hanya untuk memperoleh pujian dari orang lain, misalnya guru dan orang tua. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar siswa disebabkan adanya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan untuk mencapai nilai yang tinggi agar mendapat pujian atau pun hadiah dari orang lain. 3. Fungsi Motivasi Sanjaya (2009: 251-253) berpendapat ada dua fungsi motivasi yaitu: (1) mendorong siswa untuk beraktivitas, yang artinya bahwa tanpa adanya motivasi tidak mungkin seseorang mau melakukan sesuatu; (2) motivasi berfungsi sebagai pengarah, yang artinya bahwa motivasi bukan hanya dapat menggerakkan seseorang untuk beraktivitas, tetapi melalui motivasi juga seseorang akan mengarahkan aktivitasnya secara bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Hamalik (2008: 161) ada tiga fungsi motivasi yaitu: (1) mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, yang artinya bahwa tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar; (2)
  • 25. 33 motivasi berfungsi sebagai pengarah, yang artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan; (3) motivasi berfungsi sebagai penggerak, yang diibaratkan sebagai mesin mobil, bahwa besar kecilnya gas yang diberikan akan menentukan cepat atau lambatnya suatu perjalanan, begitu pula dengan motivasi, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan atau tingkah laku. Berdasarkan pendapat ahli mengenai fungsi motivasi di atas, maka peneliti menyimpulkan fungsi motivasi yaitu: (1) mendorong siswa untuk melakukan suatu perbuatan; (2) mengarahkan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan; (3) menggerakkan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. D. Kerangka Berpikir Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa di SD, salah satunya adalah penggunaan media pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran matematika di SDN 01 Josenan Kota Madiun, banyak didapati siswa yang kurang termotivasi untuk belajar. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya siswa yang tidak memperhatikan guru ketika menyampaikan materi pelajaran. Mereka asik bermain sendiri, bercanda dengan temannya, bahkan berjalan-jalan. Kondisi ini dapat terjadi karena guru tidak dapat menciptakan pembelajaran yang menarik, mnyenangkan, dan bermakna bagi siswa. Seharusnya guru matematika harus lebih kreatif dan inovatif dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran matematika yang menyenangkan dan bermakna bagi
  • 26. 34 siswa sehingga dapat menghilangkan anggapan siswa tentang matematika merupakan pelajaran yang sulit dan menakutkan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik dan modern sesuai dengan perkembangan teknologi seperti menggunakan media LCD Proyektor. LCD Proyektor adalah salah satu media pembelajaran yang bisa digunakan untuk mempengaruhi siswa agar tertarik dalam proses pembelajaran matematika di kelas. Dengan adanya LCD Proyektor, dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran matematika yang selama ini dianggap sebagai pelajaran yang sulit diantara pelajaran lainnya. Penggunaan media LCD Proyektor dengan berbagai variasi tampilan visual, sangat baik untuk merangsang penalaran siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga dengan menggunakan media LCD Proyektor dapat melatih siswa untuk mampu berpikir kreatif, kritis, dan inovatif, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Selain itu, faktor lain yang juga mempengaruhi hasil belajar matematika adalah motivasi belajar siswa. Motivasi belajar memiliki peranan yang besar terhadap usaha belaja siswa. Motivasi belajar merupakan pendorong untuk melakukan suatu tindakan dalam proses pembelajaran. Tinggi rendahnya motivasi dapat menentukan tinggi rendahnya usaha siswa dalam belajar, dan tentu juga tinggi rendahnya usaha siswa dalam belajar akan menentukan hasil belajar yang diperolehnya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung hasil
  • 27. 35 belajarnya pun akan tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, cenderung hasil belajarnya pun akan rendah. E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Ada peningkatan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas lingkaran menggunakan media LCD Proyektor pada siswa kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun tahun pelajaran 2012/2013. 2. Tidak ada peningkatan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas lingkaran menggunakan media LCD Proyektor pada siswa kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun tahun pelajaran 2012/2013.