SlideShare a Scribd company logo
1 of 95
BAB I

                             KONSEP DASAR

                       BAYI BARU LAHIR NORMAL

A. Definisi
      Neonatus (bayi baru lahir) adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4
   minggu lahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu (Wong, D,L, 2003).
      Bayi baru lahir adalah bayi yang pada usia kehamilan 37-42 minggu dan
   berat badan 2.500-4.000 gram (Vivian, N. L. D, 2010).
      Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi
   tersebut selama jam pertama setelah kelahiran sebagian besar bayi baru lahir
   akan menunjukkan usaha napas pernapasan spontan dengan sedikit bantuan
   atau gangguan (prawiroharjo, S, 2002).
      Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah asuhan keperawatan
   yang diberikan pada bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
   menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri kekehidupan ekstra uteri hingga
   mencapai usia 37-42 minggu dan dengan berat 2.500-4.000 gram.


B. Anatomi Fisiologi
   1. Anatomi




      http://durarida.blogspot.com/2012/06/askeb-bayi-baru-lahir-normal.html


   2. Fisiologi Neonatus.
      Fisiologi neonatus ialah ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital
      neonatus, yaitu satu organisme yang sedang tumbuh, yang baru mengalami
      proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan ekstra uteri,
tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi yaitu maturasi, adaptasi
dan toleransi.
a.    Respirasi Neonatus.
            Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran
    gas harus melalui paru bayi. Sebelum terjadi pernafasan, neonatus
    dapat mempertahankan hidupnya dalam keadaan anoksia lebih lama
    karena ada kelanjutan metabolisme anaerob. Rangsangan untuk
    gerakan pernafasan pertama ialah tekanan mekanis dari toraks sewaktu
    melalui jalan lahir. Penurunan PaO2 dan kenaikan PaCO2merangsang
    kemoreseptor terletak disinus karotikus, rangsangan dingin di daerah
    muka dapat merangsang permulaan gerakan pernafasan. Refleks
    deflasi, hering breus, selama ekspirasi, setelah inspirasi dengan
    tekanan positif, terlihat suatu inspiratory gasp. Respirasi pada masa
    demalus terutama diafragmatik dan abdominal dengan biasanya masih
    tidak teratur dalam hal frekuensi dan dalamnya pernafasan, setelah
    paru berfungsi, pertukaran gas dalam paru sama dengan pada orang
    dewasa, tetapi oleh karena bronchiolus relatif kecil, mudah terajadi air
    tropping.
b.    Jantung Dan Sirkulasi.
            Pada masa fetus darah plasenta melalui vena umbilikalis
    sebagian ke hati, sebagian langsung ke serambi kiri jantung kemudian
    ke bilik kiri jangtung, dari bilik darah dipompa melalui aorta ke
    seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah dipompa sebagian ke paru dan
    sebagian melalui duktus arteriosus aorta. Setelah bayi lahir paru akan
    berkembang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara
    fungsional, hal ini terjadi pada jam-jam pertama, setelah kelahiran.
    Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh sejumlah darah yang
    melalui transfusi plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit menurun,
    untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.
c.    Traktus Digestivus.
            Traktus digestivus pada neonatus relatif lebih berat dan panjang
    dibandingkan orang dewasa. Pada neonatus traktus digestivus
    mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari
    mukopolisakarida dan disebut mekonium. Pengeluaran mekonium
    biasanya dalam 10 jam pertama. Dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah
    berbentuk dan berwarna biasa. Enzim traktus digestivus biasanya
    sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase pankreas, aktifitas lipase
    telah ditemukan pada fetus 7 – 8 bulan.
d.      Hati dan Metabolisme.
              Segera setelah lahir hati menunjukan perubahan biokimia dan
     morfologis, yaitu kenalkan kadar protein dan penurunan kadar lemak
     dan glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang walaupun
     memakan waktu agak lama. Luas permukaan neonatus terlahir lebih
     besar daripada orang dewasa, sehingg metabolisme basal per kg BB
     lebih besar, pada jam pertama energi didapatkan dari pembakaran
     karbohidrat. Pada hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak,
     setelah mendapatkan susu lebih kurang pada hari keenam, energi 60 %
     didapatkan dari lemak dan 40 % dari karbohidrat.
e.     Produksi Panas.
              Bila suhu sekitar turun, ada 3 cara tubuh untuk meninggikan
     suhu, yaitu: aktifitas otot, shivering, non shivering thermogenesis
     (NST). Pada neonatus cara untuk meninggikan suhu terutama dengan
     NST, yaitu dengan pembakaran „ Brown Fat „ yang memberikan lebih
     banyak energi per gram dari pada lemak biasa.
f.     Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal.
              Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar
     natrium relatif lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa
     ruangan ekstraselular luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena
     jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa, ada
     ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerolus dan volume
     tubulus proksimal „ Renal Blood Flow „ pada neonatus relatif kurang
     bila dibandingkan dengan orang dewasa.
g.    Kelenjar Endokrin.
              Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada
     waktu bayi baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi.
     Misalnya dapat dilihat pembesaran kelenjaran air susu pada bayi laki-
     laki ataupun perempuan. Kadang-kadang dapat dilihat „ With Drawal
     „ misalnya pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid pada
     bayi perempuan, kelenjar tyroid sudah sempurna terbentuk sewaktu
     lahir dan sudah mulai berfungsi sejak beberapa hari sebelum lahir.
h.    Susunan Saraf Pusat.
              Sewaktu lahir fungsi motorik terutama ialah subkortikol.
     Setelah lahir jumlah cairan otak berkurang sedangkan lemak dan
     protein bertambah.
i.     Imunoglobulin.
              Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sum-sum tulang
     dan lamina proprianeum dan apendiks plasenta merupakan sawar
     sehingga fetus bebas dari antigen dan stress imunologis. Pada bayi
baru lahir hanya terdapat globulin gamma G, yaitu imunologi dari ibu
   yang dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil, tetapi bila
   ada infeksi yang dapat melalui plasenta seperti illeus,taksoplasma,
   herpes simpleks dan penyakit virus lainnya, reaksi imunologi dapat
   terjadi dengan pembentukan sel plasma dan anti body gamma A,
   gamma G, gamma M, imunologi dalam kolostrum berguna sebagai
   proteksi lokal dalam traktus digestivus, misalnya terhadap beberapa
   strain     E.     Colli.(    Ivan.    2012     dalam      http://ivan-
   vla.blogspot.com/2012/02/askep-bbl-normal_08.html).

Reflex-refleks fisiologis :
1. Mata
   a. Berkedip atau reflek corneal
       Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau
       pada pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan
       sepanjang hidup, jika tidak ada maka menunjukkan adanya
       kerusakan pada saraf cranial.
   b. Pupil
       Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus
       sepanjang hidup.
   c. Glabela
       Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata)
       menyebabkan mata menutup dengan rapat.
2. Mulut dan tenggorokan
   a. Menghisap
       Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral
       sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada
       selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada
       saat tidur.
   b. Muntah
       Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau
       masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami reflek
       muntah, reflek ini harus menetap sepanjang hidup.
   c. Rooting
       Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan
       menyebabkan bayi membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan
       mulai menghisap, harus hilang pada usia kira – kira 3 -4 bulan
   d. Menguap
       Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan
       jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup
   e. Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan
             mendorongnya keluar harus menghilang pada usia 4 bulan
          f. Batuk
             Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini
             harus terus ada sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama
             lahir
       3. Ekstrimitas
          a. Menggenggam
          b. Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki
             menyebabkan fleksi tangan dan jari
          c. Babinski
          d. Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan
             menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan
             haluks dorso fleksi
          e. Masa tubuh
             1) Reflek moro
                  Kejutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang
                  menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstrimitas yang tiba –tiba
                  serta mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk
                  “C” diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat
                  fleksi dengan lemah.
             2) Startle
                  Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan
                  dengan fleksi siku tangan tetap tergenggam
             3) Tonik leher
                  Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan
                  dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan
                  yang berlawanan dan kaki fleksi.
             4) Neck – righting
                  Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu
                  dan batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan
                  pelvis
             5) Inkurvasi batang tubuh (gallant)
                  Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang
                  menyebabkan panggul bergerak kea rah sisi yang terstimulasi.
             (Sennysusilo. 2012 dalam http://sennysusilo.blogspot.com)

C. Patofisiologi & Patoflow
   1. Patofisiologi
   2. Patoflow
D. Pemeriksaan Penunjang
   1. Tes Diagnostik
      a. Jumlah sel darah putih (SDP) : 18000/mm3, neutrofil meningkat
         sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila
         ada sepsis).
      b. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan
         dengan anemia atau hemolisis berlebihan).
      c. Hematokrit (Ht) 43-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
         menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
         hemoragi prenatal/perinatal).
      d. Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, lebih besar
         8mg/dl 1-2 hari dan 12mg/dl pada 3-5 hari.
      e. Golongan darah RH.
      (Marllyn. E, Doenges, 2001).

   2. Terapi
      a. Non Farmakologi
         1) Pengukuran nilai APGAR Score (pada menit pertama dan menit
               kelima setelah dilahirkan)
         2) Kontrol suhu, suhu rektal sekali kemudian suhu aksila
         3) Penimbangan BB setiap hari
         4) Jadwal menyusui
         5) Higiene dan perawatan tali pusat
      b. Farmakologi
         1) Suction dan oksigen
         2) Vitamin K
         3) Perawatan mata (obat mata entromisin 0,5% atau tetrasimin 1%,
               perak nitral atau neosporin).
         4) Vaksinasi hepatitis B
         5) Vaksinasi hepatitis B direkomendasikan untuk semua bayi. Tempat
               yang biasa dipakai untuk menyuntikkan obat ini pada bayi baru
               lahir adalah muskulus vastus lateralis.
      (Bobak, M Irene, 2005)
E. Penatalaksanaan
   Manajemen BBL normal
   1. Perawatan esensial pasca persalinan yang bersih dan aman, serta inisiasi
      pernafasan spontan (resusitasi), dilanjutkan dengan
      a. Stabilisasi suhu atau jaga agar suhu badan bayi tetap hangat dengan
            jalan membungkus badan dengan kain, selimut, atau pakaian kering
            dan hangat, memakai tutup kepala, segera meletakkan pada dada atau
            puting susu ibu, tidak memandikan sebelum berumur 6 jam.
      b. Pemeriksaan asi dini dan eksklusif, dimulai pada 30 menit pertama
   2. Pencegahan terhadap infeksi dan pemberian imunisasi
   3. Pemberian vitamin K, secara intramuskuler atau oral, dosis injeksi 1 mg
      sekali pemberian, atau oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali
      pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu).
   4. Perawatan mata dengan pemberian tetes mata antibiotika tetrasiklin atau
      klorampenikol.
   5. Perawatan tali pusat dengan menjaga kebersihan dan agar tetap kering
      tidak lembab.
   6. Pemberian vaksin polio dan hepatitis B pertama.
   (Rizki. 2012 dalam http:// asuhan-keperawatan-bayi-normal)


F. Konsep Pertumbuhan
   1. Pengertian
      Pertumbuhan adalah Bertambahnya jumlah sel diseluruh bagian tubuh
      yang secara kuantitatif dapat diukur (Hidayat,2005).
      Pertumbuhan adalah perubahan dalam ukuran atau nilai yang memberikan
      ukuran tertentu dalam kedewasaan.(Nelson,2000).
      Pertumbuhan adalah adalah suatu yang berhubungan dengan masalah
      perubahan dalam besar,jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ
      maupun individu.(Markum,2002)


   2. Iii
3.
G. Konsep Perkembangan
   1. Pengertian
        Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi
        tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan,
        dan diramalkan sebagai hasil dari proses dirensiasi sel, jaringan tubuh,
        organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi (Nursalam, 2001).
        Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang
        dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan, dan belajar (Whelly and
        Wong, 1999)


   2. Ojoj
   3.
H. Konsep Hospitalisasi
   1. Pengertian

               Hospitalisasi merupakan pengalaman penuh strees baik bagi anak
        maupun keluarganya. Stressor utama yang dialami dapat berupa
        perpisahan dengan keluarga, kehilangan kendali, perlukaan tubuh, dan rasa
        nyeri. Reaksi anak dapat dipengaruhi oleh perkembangan usia anak,
        pengalaman terhadap sakit dan perpisahan, diagnosis penyakit, system
        dukungan, koping terhadap strees, sedangkan stressor keluarga dapat
        berupa rasa takut, cemas, bersalah, tidak percaya bila anak sakit dan
        frustasi (Nursalam, dkk, 2001).
   2. Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi Berdasarkan Tahap Perkembangan
        Reaksi anak terhadap sakit dan dirawat dirumah sakit dipengaruhi oleh
        perkembangan dan usia, pengalaman sebelumnyatehadapsakit dan dirawat
        dirumah sakit, support system yang tersedia serta keterampilan koping
        dalam menangani strees.
        a. Reaksi anak berdasarkan tahap perkembangan
           1) Bayi (0-1 tahun)
               Bila bayi berpisah dengan orangtua, maka pembentukan rasa
               percaya dan pembinaan kasih sanyangnya dapat terganggu. Pada
               bayi usia 6 bulan sulit untuk memahami secara maksimal
bagaimana reaksi bayi bila dirawat. Pada bayi usia 8 bulan atau
          lebih telah mengenal ibunya sebagai orang yang berbeda dengan
          dirinya.
      2) Todler (1-3 tahun)
          Todler belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
          yang memadai dan pengertian tehadap realitas terhadap, hubungan
          anak dengan ibu sangat dekat sehingga perpisahan dengan ibu akan
          menmbulkan rasa kehilangan orang yang terdekat bagi diri anak
          dan lingkungan yang dikenal serta akan mengakibatkan perasaan
          tidak aman dan rasa cemas.
      3) Usia Sekolah (6-12 tahun)
          Anak usia sekolah yang dirawat dirumah sakit akan mrasa khwatir
          tehadap perpisahan terhadap sekolah dan teman sebayanya, takut
          akan kehilangan keterampilan, merasa kesepian dan sendiri.
      4) Usia Remaja
          Kecemasan yang timbul pada anak remaja yang dirawat dirumah
          sakit adalah akibat perpisahan dengan teman-teman sebaya atau
          kelompok, anak tidak merasa takut berpisah dengan orangtua tetapi
          takut kehilangan status dan hubungan dengan teman sekelompok.
   b. Respon prilaku anak akibat perpisahan dibagi 3 tahap yaitu :
      1) Tahap protes (protest)
          Pada tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit
          dan memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif
          agar orang tahu bahwa iya tidak ingin ditinggalkan orangtuanya
          serta menolak perhatian orang lain
      2) Tahap putus asa (despair)
              Pada tahap ini anak tampak tenang, menangis berkurang tidak
          aktif, kurang minat untuk bermain, tidak ada nafsu makan, menarik
          diri, sedih dan apatis.
      3) Tahap menolak/ denial (Detachment)
              Pada tahap ini secara samar-samar anak menerima perpisahan
          menerima hubungan dangkal dengan orang lain serta menyukai
          lingkungan.
3. Reaksi Keluarga Terhadap Anak dengan Hospitalisasi
Reaksi keluara terhadap anak dipengaruhi oleh banyak factor keseriusan
      penyakit, pengalaman sakit, serta support system yang ada, reaksi dapat
      muncul pada orang maupun saudaranya.
      a) Reaksi orang tua
          Orang tua akan mengalami strees jika anaknya sakit dan harus dibawa
          kerumah sakit kecemasan akan meningkat jika mereka kurang
          informasi tentang prosedur dan pengobatan anak serta dampaknya
          terhadap masa depan anak.
      b) Reaksi sibling
          Reaksi sibling terhadap anak yang sakit dan dirawat dirumah sakit
          adalah marah, cemburu, benci dan bersalah orang tua sering kali
          mencurahkan perhatiannya lebeh besar terhadap anak yang sakit, hal
          ini akan menimbulkan rasa cemburu pada anak yang sehat dan anak
          merasa sakit.
   4. Peran perawat dalam mengurangi stress akibat hospitalisasi
      Anak dan keluarga membutuhkan perawatan yang kompeten untuk
      meminimalkan efek negatif dari hospitalisasi. Fokus dari intervensi
      keperawatan adalah meminimalkanstessor perpisahan, kehilangan kontrol
      dan perlukaan tubuh atau rasa nyeri pada anak serta memberi support
      kepada keluarga seperti membantu perkembangan hubungan dalam
      keluarga dan memberikan informasi.
   5. Bermain untuk mengurangi stress akibat hospitalisasi
      Bermain penting untuk kesehatan mental, emosional dan sosial. Oleh
      karena itu sangat penting adanya ruang bermain bagi anak untuk
      memberikan rasa aman dan menyenangkan. Dalam pelaksanaan aktifitas
      bermain di rumah sakit dan permainan yang sesuai dengan usia atau
      tingkatan tubuh kembang anak. Sehingga tujuan bermain yaitu untuk
      mempertahankan peroses tubuh kembang dapat dicapai secara optimal

I. Pengkajian Keperawatan
   1. Pengkajian
      a. Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak
   semi koma saat tidur ; meringis atau tersenyum adalah bukti tidur
   dengan gerakan mata cepat, tidur sehari rata-rata 20 jam.
b. Pernapasan dan Peredaran Darah
   Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai
   status kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan
   peredaran darah dapat digunakan metode APGAR Score. Namun
   secara praktis dapat dilihat dari frekuensi denyut jantung dan
   pernapasan serta wajah, ekstremitas dan seluruh tubuh, frekwensi
   denyut jantung bayi normal berkisar antara 120-140 kali/menit (12 jam
   pertama setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100 kali/menit
   (tidur) sampai 180 kali/menit (menangis).
   Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna
   ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan. Tekanan
   darah sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan diastolik rata-rata 42,
   tekanan darah berbeda dari hari ke hari selama bulan pertama
   kelahiran. Tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar 15
   mmHg) selama satu jam pertama setelah lahir. Menangis dan bergerak
   biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.
c. Suhu Tubuh
   Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-370C.
   Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada rektal.
d. Kulit
   Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat
   dengan sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan
   selangkangan. Kulit biasanya dilapisi dengan zat lemak berwarna putih
   kekuningan terutama di daerah lipatan dan bahu yang disebut verniks
   kaseosa.
e. Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
   Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan
   jumlah atau tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung
   rambut sampai ujung kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.
f. Tali Pusat
   Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis. Keadaan
   tali pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan di
   sekitarnya.
g. Refleks
   Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :
   1) Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang
       mengagetkan akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
   2) Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan
       dirangsang akan memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar
       graps, bila telapak kaki dirangsang akan memberi reaksi.
   3) Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang
       datang atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.
   4) Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh
       kepalanya ke sisi yang disentuh itu mencari puting susu.
   5) Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam
       mulut bayi akan membuat gerakan menghisap.
h. Berat Badan
   Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis.
   Namun harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan
   lahir. Berat badan lahir normal adalah 2500 sampai 4000 gram.
i. Mekonium
   Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap
   hitam kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar dalam 24
   jam pertama.
j. Antropometri
   Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan
   atas dan panjang badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar
   kepala fronto-occipitalis 34cm, suboksipito-bregmantika 32cm, mento
   occipitalis 35cm. Lingkar dada normal 32-34 cm. Lingkar lengan atas
   normal 10-11 cm. Panjang badan normal 48-50 cm.
k. Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda
            vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas
            berdarah sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis turun, skrotum
            tertutup dengan rugae, fimosis biasa terjadi.


J. Diagnosa Keperawatan
   1.   Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
        dengan refleks hisap tidak adekuat.
   2.   Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan
        lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
   3.   Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
        (pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.
   4.   Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya
        air (IWL), keterbatasan masukan cairan.
   5.   Kurangnya         pengetahuan   orangtua   berhubungan   dengan   kurang
        terpaparnya informasi.


K. Rencana Keperawatan
   1. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
        dengan refleks hisap tidak adekuat.
        Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi.
        Kriteria hasil:
        a) Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.
        b) Intake dan output makanan seimbang.
        c) Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.
        Rencana tindakan:
        a) Timbang BB setiap hari.
        b) Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen.
        c) Anjurkan ibu untuk menyusui pada payudara secara bergantian 5-10
            menit.
        d) Lakukan pemberian makanan tambahan.
e) Observasi bayi terhadap adanya indikasi masalah dalm pemberian
       makanan (tersedak, menolak makanan, produksi mukosa meningkat).
2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan
   lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
   Tujuan: perubahan suhu tidak terjadi.
   Kriteria:
   a) Suhu tubuh normal 36-370 C.
   b) Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan
       pucat.
   Rencana tindakan:
   a) Pertahankan suhu lingkungan.
   b) Ukur suhu tubuh setiap 4 jam.
   c) Mandikan bayi dengan air hangat secara tepat dan cepat untuk menjaga
       air bayi tidak kedinginan.
   d) Perhatikan tanda-tanda strees dingin dan distress pernapasan( tremor,
       pucat, kulit dingin).
3. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
   (pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.
   Tujuan : infeksi tidak terjadi
   Kriteria hasil:
   a) Bebas dari tanda-tanda infeksi.
   b) TTV normal:S: 36-370C, N:70-100x/menit, RR: 40-60x/menit
   c) Tali pusat mengering
   Rencana tindakan :
   a) Pertahankan teknik septic dan aseptic.
   b) Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali
       perhari.
   c) Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda infeksi.
   d) Infeksi kulit setiap hati terhadap ruam atau kerusakan integritas kulit.
   e) Ukur TTV setiap 4 jam.
   f) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium.
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya
   air (IWL), keterbatasan masukan cairan.
   Tujuan: kebutuhan cairan terpenuhi
   Kriteria hasil:
   a) Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai dengan
       output kurang dari 1-3ml/kg/jam.
   b) Membran mukosa normal.
   c) Ubun-ubun tidak cekung.
   d) Temperature dalam batas normal.
   Rencana tindakan :
   a) Pertahankan intake sesuai jadwal
   b) Berikan minum sesuai jadwal
   c) Monitor intake dan output
   d) Berikan infuse sesuai program
   e) Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor kulit,
       mata
   f) Monitor temperatur setiap 2 jam
5. Kurangnya         pengetahuan   orangtua   berhubungan   dengan     kurang
   terpaparnya informasi.
   Tujuan : orang tua mengetahui perawatan pertumbuhan dan perkembangan
   bayi
   Kriteria hasil:
   a) Orang tua mengatakan memahami kondisi bayi.
   b) Orang tua berpartisipasi dalam perawatan bayi.
   Rencana tindakan:
   a) Ajarkan orang tua untuk diskusi dengan diskusi fisiologi, alasan
       perawatan dan pengobatan.
   b) Diskusikan perilaku bayi baru lahir setelah periode pertama.
   c) Lakukan pemeriksaaan bayi baru lahir saat orang tua ada.
   d) Berikan informasi tentang kemampuan interaksi bayi baru lahir.
   e) Libatkan dan ajarkan orang tua dalam perawatan bayi.
   f) Jelaskan komplikasi dengan mengenai tanda-tanda hiperbilirubin
b. Evaluasi Keperawatan
      Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan
   kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Kemampuan yang harus
   dimiliki perawat pada tahap ini adalah memahami respon terhadap intervensi
   keperawatan. Kemampuan mengembalikan kesimpulan tentang tujuan yang
   dicapai        serta   kemampuan      dalam    menghubungkan        tindakan-tindakan
   keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri 2 kegiatan
   yaitu:

             c.    a. Evaluasi formasi menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat
                   memberikan intervensi dengan respon segera.
             d.    b. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan
                   analisis status klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang
                   direncanakan pada tahap perencanaan. Disamping itu, evaluasi juga
                   sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria tettentu
                   yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai atau
                   tercapai sebagian.
             e.    1) Tujuan Tercapai
             f.    Tujuan dikatakan teracapai bila klien telah menunjukkan
                   perubahan kemajuan yang sesuai dengan keiteria yang telah
                   ditetapkan
             g.    2) Tujuan tercapai sebagian
             h.    Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tercapai
                   secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari berbagai masalah
                   atau penyebabnya, seperti klien dapat makan sendiri tetapi masih
                   merasa mual, setelah makan bahkan kadang-kadang muntah.
             i.    3) Tujuan tidak tercapai
             j.    Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan adanya
                   perubahan kearah kemajuan sebagaimana kriteria yang diharapkan.
             k.    Evaluasi sumatif masing-masing diagnosa keperawatan secara teori
                   adalah :
             l.    a. Resiko tinggi perubahan nutrisi tidak terjadi.
             m.    b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh tidak terjadi.
n.   c. Resiko tinggi infeksi tidak terjadi.
                     o.   d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tidak terjadi.
                     p.   e. Kurangnya pengetahuan orang tua teratasi.




                                                  BAB II

                                          TINJAUAN KASUS




                                          DAFTAR PUSTAKA

             Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
                      Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

                                 Duraida. 2012. Askeb Bayi Baru Lahir
          .http://durarida.blogspot.com/2012/06/askeb-bayi-baru-lahir-normal.html di akses
                                sabtu, 26 Januari 2012 Pukul 22.56 WIB

          DAFTAR PUSTAKA

_________, 1985, Buku Kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak,
         Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.

IOWA Outcomes Project, Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi 2, 2000, Mosby

IOWA Outcomes Project, Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi 2, 2000, Mosby

Nelson, 1992, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian 2, EGC, Jakarta

Pusponegoro.H.D., dkk, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan anak, Edisi I, Ikatan
         Dokter Anak Indonesia.

Ralph & Rosenberg, 2003, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006,
        Philadelphia USA

Wong, 2003, Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta
Carpenito, rencana Asuhan dan dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, 1995, EGC, Jakarta

Noer.   S.,     Waspadji.S., Rachman.M., Lesmana.L.A, Widodo.D., Isbagio.I., Alwi.I.,
              Husodo.U.B.,1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, Balai Penerbit FKUI,
              Jakarta.




                                               LAMPIRAN

         Rabu, 08 Februari 2012 , http://ivan-vla.blogspot.com/2012/02/askep-bbl-normal_08.html
              ASKEP BBL NORMAL
                                  LAPORAN PENDAHULUAN
                                 BAYI BARU LAHIR NORMAL
        1. Fisiologi Neonatus.
           Fisiologi neonatus ialah ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital neonatus,
           yaitu satu organisme yang sedang tumbuh, yang baru mengalami proses kelahiran
           dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan ekstra uteri, tiga faktor yang
           mempengaruhi perubahan fungsi yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi.
        1) Respirasi Neonatus.
           Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas harus melalui
           paru bayi. Sebelum terjadi pernafasan, neonatus dapat mempertahankan hidupnya
           dalam keadaan anoksia lebih lama karena ada kelanjutan metabolisme anaerob.
           Rangsangan untuk gerakan pernafasan pertama ialah tekanan mekanis dari toraks
           sewaktu melalui jalan lahir. Penurunan PaO2 dan kenaikan PaCO2merangsang
           kemoreseptor terletak disinus karotikus, rangsangan dingin di daerah muka dapat
           merangsang permulaan gerakan pernafasan. Refleks deflasi, hering breus, selama
           ekspirasi, setelah inspirasi dengan tekanan positif, terlihat suatu inspiratory gasp.
           Respirasi pada masa demalus terutama diafragmatik dan abdominal dengan
           biasanya masih tidak teratur dalam hal frekuensi dan dalamnya pernafasan, setelah
           paru berfungsi, pertukaran gas dalam paru sama dengan pada orang dewasa, tetapi
           oleh karena bronchiolus relatif kecil, mudah terajadi air tropping.

        2) Jantung Dan Sirkulasi.
           Pada masa fetus darah plasenta melalui vena umbilikalis sebagian ke hati,
           sebagian langsung ke serambi kiri jantung kemudian ke bilik kiri jangtung, dari
           bilik darah dipompa melalui aorta ke seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah
           dipompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus aorta. Setelah
           bayi lahir paru akan berkembang mengakibatkan menutupnya foramen ovale
           secara fungsional, hal ini terjadi pada jam-jam pertama, setelah kelahiran.
           Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh sejumlah darah yang melalui
           transfusi plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian
           naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.
3) Traktus Digestivus.
   Traktus digestivus pada neonatus relatif lebih berat dan panjang dibandingkan
   orang dewasa. Pada neonatus traktus digestivus mengandung zat yang berwarna
   hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut mekonium.
   Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama. Dan dalam 4 hari
   biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim traktus digestivus
   biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase pankreas, aktifitas lipase
   telah ditemukan pada fetus 7 – 8 bulan.

4) Hati Dan Metabolisme.
   Segera setelah lahir hati menunjukan perubahan biokimia dan morfologis, yaitu
   kenalkan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik
   juga mulai berkurang walaupun memakan waktu agak lama. Luas permukaan
   neonatus terlahir lebih besar daripada orang dewasa, sehingg metabolisme basal
   per kg BB lebih besar, pada jam pertama energi didapatkan dari pembakaran
   karbohidrat. Pada hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak, setelah
   mendapatkan susu lebih kurang pada hari keenam, energi 60 % didapatkan dari
   lemak dan 40 % dari karbohidrat.

5) Produksi Panas.
   Bila suhu sekitar turun, ada 3 cara tubuh untuk meninggikan suhu, yaitu: aktifitas
   otot, shivering, non shivering thermogenesis (NST). Pada neonatus cara untuk
   meninggikan suhu terutama dengan NST, yaitu dengan pembakaran „ Brown Fat „
   yang memberikan lebih banyak energi per gram dari pada lemak biasa.
6) Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal.
   Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif
   lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan ekstraselular
   luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur belum sebanyak
   orang dewasa, ada ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerolus dan
   volume tubulus proksimal „ Renal Blood Flow „ pada neonatus relatif kurang bila
   dibandingkan dengan orang dewasa.

7) Kelenjar Endokrin.
   Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu bayi baru
   lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi. Misalnya dapat dilihat
   pembesaran kelenjaran air susu pada bayi laki-laki ataupun perempuan. Kadang-
   kadang dapat dilihat „ With Drawal „ misalnya pengeluaran darah dari vagina
   yang menyerupai haid pada bayi perempuan, kelenjar tyroid sudah sempurna
   terbentuk sewaktu lahir dan sudah mulai berfungsi sejak beberapa hari sebelum
   lahir.

8) Susunan Saraf Pusat.
   Sewaktu lahir fungsi motorik terutama ialah subkortikol. Setelah lahir jumlah
   cairan otak berkurang sedangkan lemak dan protein bertambah.

9) Imunoglobulin.
   Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sum-sum tulang dan lamina
   proprianeum dan apendiks plasenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari
antigen dan stress imunologis. Pada bayi baru lahir hanya terdapat globulin
   gamma G, yaitu imunologi dari ibu yang dapat melalui plasenta karena berat
   molekulnya kecil, tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta seperti
   illeus,taksoplasma, herpes simpleks dan penyakit virus lainnya, reaksi imunologi
   dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma dan anti body gamma A, gamma G,
   gamma M, imunologi dalam kolostrum berguna sebagai proteksi lokal dalam
   traktus digestivus, misalnya terhadap beberapa strain E. Colli.

2. Pemeriksaan Fisik Neonatus.
           Tujuan pemeriksaan fisik neonatus segera setelah lahir ialah untuk
   menemukan kelainan yang segera memerlukan pertolongan dan sehingga dasar
   untuk pemeriksaan selanjutnya. Sebelum memeriksa neonatus sebaiknya
   pemeriksaan mengetahui riwayat kehamilan dan persalinan.
1) Keadaan Umum.
a) Keaktifan.
   Bila bayi diam, mungkin bayi sedang tidur nyeyak atau mungkin pula ada defresi
   susunan saraf pusat karena obat atau karena sesuatu penyakit. Bila bayi bergerak
   aktif dipertahankan apakah pergerakan itu simetris atau tidak. Keadaan yang
   asimetris dapat dilihat misalnya pada keadaan patah tulang, kerusakan
   saraf,leukosia dsb.
b) Keadaan Gizi
   Dapat dinilai dari berat badan, panjang badan, dan kerut pada kulit, ketegangan
   kulit hati-hati terhadap edema, karena dapat disangka gizi baik.
c) Rupa.
   Kelainan kongenital tertentu sering sudah dapat dilihat pada rupa neonatus. Misal
   sindrom down, kretinisme, agenesis ginjal bilateral dsb.
d) Posisi.
   Sering bergantung pada letak presentase janin intravena. Posisi yang biasa ialah
   dalam keadaan fleksi tungkai dan lengan.
e) Kulit.
   Normal warna kulit ialah kemerah-merahan, dilapis oleh verniks caseosa yang
   melindungi kulit bayi dan terdiri dari campuran air dan mineral dan mengandung
   sebum lainnya. Sel peridermal dan debis lain. Warna kulit menggambarkan
   beberapa keadaan misalnya warna pucat terdapat anemia, renjatan, warna kuning
   terdapat pada inkompatibilitas antara darah ibu dan bayi, sepsis. Warna biru
   ditemukan pada aspiksia livida. Kelainan jantung kongenital dengan pirau dari
   kanan dan kiri.
2) Kepala Dan Leher.
   Tulang kepala sering menunjukan “moulage” yaitu tulang parietal biasanya
   berhimpitan dengan tulang oksipitas dan frontal, sehingga mengukur lingkaran
   kepala sebaiknya ditunggu setelah “moulage” itu hilang, lingkaran kepala besar
   ialah melalui glabela dan oksipitalis biasanya antara 33 – 38 cm. Perhatikan juga
   kaput suksdanium,perdarahan, subaponeurotik, hematoma cepal.
   BAYI BARU LAHIR NORMAL

1. Pengertian.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada umur 36 minggu sampai 42
   minggu dengan berat badan lahir 2500 – 4000 gram.

2. Spesifikasi Bayi Baru Lahir Normal.
1) Initial ukuran dan vital sign.
   Panjang : Ukuran bokong 31 – 55, kepala sampai tumit 48 – 53 cm.
   Berat       : 2500 – 4000gram.
   Suhu         : Ketiak = 36,5 – 37 „C.
   Rektum = 35,5 – 37,5 „C.
   Denyut Jantung : 110 – 160 x/m.
   Respirasi : 40 – 60 x/m.
2) Kulit.
   Kelihatan lembut, halus, hampir transparan, elastis, bermukan merah, vernik
   caseosa dan lanuno sedikit.
3) Kepala.
   Kepala fleksi ke dada, tengkorak bertingkat, lembut, fontanella mayor 3 – 6 cm,
   fontanella minor 1 – 2 cm.
4) Leher.
   Pendek dan lurus, bayi yang tiarap dapat menahan leher, dengan memutar kepala
   dengan satu sisi lainnya, bayi yang dalam posisi duduk memperlihatkan
   kemampuan sementara waktu untuk menegakkan kepala. Lingkar
   kepala          OB = 35 cm, OS = 34 cm, OK = 32 cm.
5) Mata.
   Pupil berbentuk bulat, respon terhadap cahaya langsung bereaksi.
6) Telinga.
   Respon terhadap suara nyaring dengan terkejut, membran timpani terlihat suram.


7) Hidung, tenggorokan, dan mulut.
    Bayi bernafas dengan hidung, dapat bersin dan menangis dengan kuat, lidah
    terletak digaris tengah mulut, palatum lengkap, refleks isap baik.
8) Dada dan paru.
    Lingkar dada 30,5 – 33 cm, diameter anterior posterior dan lateral adalah sama,
    ujung xipoie anterior menonjol pada puncak dari sudut iga, pernafasan
    perut      40 – 60 x/m. sebentar lambat dangkal atau dalam dan cepat dengan
    periode apneu 6 – 15 detik, suara nafas jelas, nyaring, bronchovesikuler dan
    hipersonan, terkadang payudara mengeluarkan sekret.
9) Punggung dan ekstrimitas.
    Tangan dan kaki mempunyai ukuran, bentuk dan letak yang simetris, tubuh fleksi
    dan kedua tangan menggenggam, tulang belakang lurus saat berbaring dan
    menapak pada posisi berbaring telungkup “seperti huruf C” punggung stabil dan
    tidak terjadi dislokasi, tonus otot baik terutama ketahanan terhadap posisi fleksi
    yang berlawanan dan rentang penuh sendi utama.
10) Jantung.
    Mengikuti kecendrungan pernafasan, denyut jantung 110 – 160 x/m, bunyi
    jantung jelas dan teratur, frekuensi tidak teratur, PMI mungkin terlihat dari
    interkosta ke 4 kiri dan garis midklavikula, S1 lebih nyaring, S2 pada puncak dan
    S2 lebih nyaring dari S1 di daerah pulmonal.
11) Perut.
    Lunak dengan bentuk silinder, menonjol, pada permukaan perut terlihat
    permukaan vena, ujung umbilikal kering dan agak gelap, liver teraba kenyal,
    ujung tajam / halus, 1 – 2 cm dibawah kosta iga kanan, ujung lien sepanjang
    pinggir dari sudut kuadran kiri atas, ginjal bisa dipalpasi dalam dengan menekan
    sekitar 1 – 2 cm diatas umbilikal.
12) Genetalia wanita dan pria.
    Labia mayora menutup labia minora, klitoris sudah agak tetutup. Pada pria glans
    plenis ditutupi oleh kulit dimana terdapat saluran uretra, tertis sudah dalam
    skrotum, urin terlihat jernih.
13) Rektum.
    Anus ada, mekonium ada, refleks anus jelas.
3. Perawatan Bayi Baru Lahir.
1) Pencegahan hipotermia.
♦ Kurangi / hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi.
♦ Pantau suhu bayi.
2) Pemenuhan nutrisi.
♦ Rawat gabung dan ASI ekslusif yang adekuat.
3) Pencegahan aspirasi.
♦ Tehnik menyusui yang baik.
♦ Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorokan.
♦ Ebservasi vital sign dan keadaan umum.
4) Pencegahan infeksi.
♦ Perawatan yang steril.
♦ Personal hygent.




   ASUHAN KEPERAWATAN
   BAYI BARU LAHIR
1. Biodata.
1) Identitas bayi.
2) Identitas orang tua.

2. Riwayat Kesehatan.
1) Riwayat penyakit sekarang.
   Cara lahir, apgar score, cara lahir, kesadaran.
2) Riwayat perinatal.
   Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan.
3) Riwayat persalinan.
   Cara persalinan, trauma persalinan.

3.  Pemeriksaan Fisik.
1)   Keadaan umum.
♦   Kesadaran.
♦   Vital sign.
♦   Antropometri.
2)   Kepala.
    Apakah ada trauma persalinan, adanya caput, chepal hematom, tanda forcep.
3) Mata.
    Apakah ada katarak, neonatal, btenorhoe.
4) Sistem gastrointestinal.
    Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak untuk disusui, muntah /
    distensi abdomen, stomatitis, BAB.
5) Sistem pernafasan.
    Apakah ada kesulitan bernafas, takipneu, bradipneu, teratur / tidak, bunyi nafas
6) Tali pusat.
    Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan jumlah pembuluh
    darah ( 2 arteri, 1 vena ).
7) Sistem genitourinaria.
    Apakah hipospadia, epispadia, testis, BAK,
8) Ekstrimitas.
    Cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak, posisi / postur normal /
    abnormal.
9) Sistem muskuluskletal.
    Tonus otot, kekuatan otot, kaku ?, lemah ?, asimetris.
10) Kulit
    Pustula, abrasi, ruam ptekie.

4. Pemeriksaan Fisik.
1) Apgar Score.
2) Frekuensi kardiovaskuler.
   Apakah takikardi, bradikardi / normal.
3) Sistem neurologis.
   Refleks moro = tidak ada, asimetris / hiperaktif.
4) Refleks mengisap = kuat / lemah.
   Refleks menjejak = baik / buruk.
   Koordinasi refleks menghisap dan menelan.
5.   Pemeriksaan Laboratorium.
   1)   Sampel darah tali pusat.
   2)   Jenis ketonuria.
   3)   Hematokrit.

   6. Diagnosa Keperawatan.
   1) Resiko hipotermi b.d transisi lingkungan ekstra uterus.
   2) Resiko infeksi b.d sistem imun yang belum sempurna, peningkatan kerentanan
      bayi.
   3) Resiko terhadap aspirasi.


   7.   Tujuan Dan Kriteria.
   1)   Hipotermi tidak terjadi dengan kriteria:
   ♦    Suhu 36,5 „C – 37,2 „C.
   ♦    Tubuh kemerahan, tidak pucat.
   2)   Infeksi tidak terjadi dengan kriteria:
   ♦    Tidak ada tanda-tanda infeksi pada mata, kulit dan tali pusat.
   ♦    Bayi bebas dari proses infeksi nosokomial
   3)   Aspirasi tidak terjadi dengan kriteria:
   ♦    Pernafasan normal.
   ♦    Sianosis (-).

   8.Intervensi Keperawatan.
   1)Diagnosa I.
   ♦ Kurangi / hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi.
   ♦ Pantau suhu bayi tiap hari.
   ♦ Ajarkan keluarga tanda-tanda hipotermi, dingin, pucat.
   2)Diagnosa II.
   ♦ Lakukan semua tindakan perawatan dengan steril anti septik.
   ♦ Observasi mata setiap hari, bersihkan dengan air steril / garam fisiologis.
   ♦ Pertahankan kulit terutama lipatan-lipatan selalu bersih dan kering.
   ♦ Observasi talu pusat dan identifikasi peradangan.
   ♦ Jaga personal hygent bayi.
   ♦ Minimalkan perawatan tinggal di RS.
   ♦ Ajarkan keluarga mengenal penyebab, resiko, tanda dan cara pencegahan, infeksi.
   3)Diagnosa III.
   ♦ Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorokan dengan tissue penghisap secara
     perlahan.
   ♦ Ajarkan tehnik menyusui yang benar.
   ♦ Observasi vital sign dan keadaan umum.


   9. Daftar Pustaka.
Pusdiknakes.1995. Asuhan Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga.DepKesRI;
       Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta; EGC
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI NORMAL
            APLIKASI NANDA, NOC, NIC
            Diposkan oleh Rizki Kurniadi,
            http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-bayi-
            normal-aplikasi.html



       A. Pendahuluan

                   Bayi baru lahir (BBL) dengan kondisi normal merupakan dambaan setiap
            pasangan orang tua. Sebagian besar BBL (< 80%) akan lahir dengan kondisi
            normal. Hal ini sebagian besar merupakan kelanjutan keberhasilan hasil
            konsepsi dan indikator pelayanan kesehatan maternal-neonatal yang baik dan
            berkualitas. Namun ada kalanya bayi yang lahir dalam keadaan normal dalam
            perjalanan hidupnya kemudian menjadi bermasalah. Untuk itu diperlukan
            kecermatan dan perhatian dalam perawatan BBL, meskipun terlahir normal.

                     Nasib anak yang dilahirkan dengan seksio sesarea (SC) banyak
            tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan SC. Menurut
            statistik di negara-negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal yang
            baik, kematian perinatal pasca SC berkisar 4-7%.



       B. Kriteria Bayi Normal

a.   Masa gestasi cukup bulan: 37-40 minggu

b. Berat lahir 2500-4000 gram

       c. Lahir tidak dalam keadaan asfiksia: (lahir menangis keras, nafas spontan dan
          teratur, skor Apgar >7.

d. Tidak terdapat kelainan kongenital berat



       C. Langkah Promotif/Preventif

       a.   Mempersiapkan kehamilan ibu dengan baik dengan memperhatikan status
            nutrisi, kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil

       b. Melaksanakan perawatan antenatal yang teratur
c.   Melakukan perawatan perinatal esensial

       d. Mencegah persalinan prematur

       e.   Melakukan resusitasi dengan baik dan benar.



       D. Langkah Diagnosis

                  1.     Anamnesis
   a. Riwayat perawatan antenatal yang teratur
   b. Riwayat HPMT 9 hari pertama haid terakhir)

       c. Riwayat kehamilan ibu baik; tidak ada DM, preeklamsia / eklamsia, hipertensi,
          perdarahan antepartum

   d. Riwayat persalinan normal

   e. Riwayat bayi lahir langsung menagis

                  2.     Pemeriksaan fisik :
       a. Berat lahir 2500-4000 gram
       b. Tidak dijumpai tanda-tanda prematuritas

       c. Bayi bugar, menangis keras, tonus otot baik, kulit kemerahan dan denyut jantung
          >100 kali/menit

       d. Tidak dijumpai kelainan kongenital

                  3.     Pemeriksaan penunjang
            Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan penunjang, kecuali dalam keadaan ragu
            dan atau untuk menghitung masa gestasi, maka dapat dilakukan pemeriksaan
            skor ballard atau dubowitz


       E. Penatalaksanaan

            Manajemen BBL normal

       1    Perawatan esensial pasca persalinan yang bersih dan aman, serta inisiasi
            pernafasan spontan (resusitasi), dilanjutkan dengan

       a. Stabilisasi suhu atau jaga agar suhu badan bayi tetap hangat dengan jalan
          membungkus badan dengan kain, selimut, atau pakaian kering dan hangat,
          memakai tutup kepala, segera meletakkan pada dada atau puting susu ibu, tidak
          memandikan sebelum berumur 6 jam.

b. Pemeriksaan asi dini dan eksklusif, dimulai pada 30 menit pertama

       2    Pencegahan terhadap infeksi dan pemberian imunisasi
3   Pemberian vitamin K, secara intramuskuler atau oral, dosis injeksi 1 mg sekali
    pemberian, atau oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat
    lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu).

4   Perawatan mata dengan pemberian tetes mata antibiotika tetrasiklin atau
    klorampenikol.

5   Perawatan tali pusat dengan menjaga kebersihan dan agar tetap kering tidak
    lembab.

6   Pemberian vaksin polio dan hepatitis B pertama.



F. Pemantauan

    Terapi

             1.    Bayi normal biasanya tidak memerlukan terapi lebih lanjut
    Pemantauan lain:
         2.      Meskipun bayi normal, tetap harus dipantau selama minimal 6 jam
         untuk        melihat      kemungkinan           timbulnya      bahaya,
         terutama hipotermi dan hipoglikemia sertagangguan nafas.
    Pemantauan tumbuh kembang:
         3.     Perlu kunjungan tindak lanjut pada bidan atau dokter
             4.    Pemeriksaan imunisasi BCG pada usia 1 bulan
             5.     Periksa teratur di klinik tumbuh kembang, pos yandu, puskesmas,
             bidan atau dokter praktek untuk memantau tumbuh kembangnya.

G. Asuhan keperawatan bayi baru lahir normal

    Pengkajian

             1.    Pengkajian fisik
   a. Pengukuran umum :
 Lingkar kepala 33-35 cm,

 Lingkar dada 30,5-33 cm,

 Lingkat kepala 2-3 cm > dari linkar dada,

 Panjang kepala ke tumit 48-53 cm,

 BBL 2700-4000 gram

    b.   Tanda vital :

 Suhu 36,50C-370C (aksila),

 Frekwensi jantung 120-140 x/m (apical),
 Pernafasan 30-60x/m

 Tekanan darah

   c. Kulit :

 Saat lahir: merah terang, menggembung, halus

 Hari kedua-ketiga: merah muda, mengelupas, kering

 Vernik kaseosa

 Lanugo

 Edema sekitar mata, wajah, kaki, punggung tangan, telapak, dan skrotum atau
   labia.

   d. Kepala

 Fontanel anterior: bentuk berlian, 2,5-4,0 cm

 Fontanel posterior:bentuk segitiga 0,5-1 cm

 Fontanel harus datar, lunak danpadat

 Bagian terlebar dari fontanel diukur dari tulang ke tulang, bukan dari sututa ke
   sutura.

   e.   Mata :

 Kelopak biasanya edema, mata tertutup

 Warna agak abu-abu, biru gelap, coklat

 Tida ada air mata

 Ada refleks merah, reflek pupil (repon cahaya), refleks berkedip (respon cahaya
   atau sentuhan)

 Fiksasi rudimenter pada obyek dan kemampuan mengikuti ke garis tengah.

   f. Telinga :

 Posisi puncak pinna berada pada garis horizontal bersama bagian luar kantus
   mata

 Reflek moro atau refleks terkejut ditimbulkan oleh bunyi keras dan tiab-tiba

 Pina lentur adanya kartilago.

   g. Hidung :

 patensi nasal, rabas nasal-mukus putih encer, bersin
h. Mulut dan tenggorok :

 Utuh, palatum arkus-tinggi, uvula di garis tengah, frenulum lidah, frenulum bibir
   atas

 Reflek menghisap kuat dan terkoordinasi, reflek rooting

 Refleks gag, refleks ekstrusi

 Salivasi minimal atau tidak ada, menangis keras.

   i.   Leher :

 Pendek, gemuk, biasanya dikelilingi oleh lipatan kulir, reflek leher tonik, refleks
   neck-righting, refleks otolith righting

   j.   Dada :

 Diameter anterior posteriordan lateral sama

 Retraksi sternal sedikit terlihat selama inspirasi

 Terlihat prosesusxifoideus pembesaran dada.

   k. Paru-paru :

 Pernafasan utamanya adalah pernafasan abdominal

 Reflek batuk tidak ada saat lahir, ada setelah 1-2 hari.

 Bunyi nafas bronchial sama secara bilateral

   l.   Jantung :

 Apeks: ruang intercostal ke4-5, sebelah lateral batas kiri sternum

 Nada S2 sedikit lebih tajam dan lebih tinggi daripada S1

   m. Abdomen :

 Bentuk silindris

 Hepar: dapat diraba 2-3 cm dibawah marjin kostal kanan

 Limpa: puncak dapat diraba pada akhir minggu pertama

 Ginjal: dapat diraba 1-2 cm diatas umbilicaus

 Pusat umbilicus: putih kebiruan pada saat lahir dengan 2 arteri dan 1 vena

 Nadi femoral bilateral sama

   n. Genetalia wanita :
 Labia dan klitoris biasanya edema

 Labia minora lebih besar dari labia mayora

 Meatus uretral di belakang klitoris

 Verniks kaseosa di antara labia

 Berkemih dalam 24 jam

   o. Genetalia pria :

   p. Punggung dan rektum :

 Spina utuh, tidak ada lubang masa, atau kurva menonjol

 Refleks melengkung, batang tubuh

 Wink anal

 Lubang anal paten

 Lintasa mekonium dalam 36 jam

   q.   Ekstrimitas :

 10 jari kaki dan tangan

 rentang gerak penuh

 punggung kuku merah muda, dengan sianosis sementara segera setelah lahir

 fleksi ekstremitas atas dan bawah

 telapak biasanya datar

 ekstrimitas simetris

 tonus otot sama secara bilateral, terutama tahanan pada fleksi berlawanan

 nadi brakialis bilateral sama.

   r.   Sistem neuromuskuler:

 Ekstrimitas biasanya mempertahankan derajat fleksi

 Ekstensi ekstrimitas diikuti dengan posisi fleksi sebelumnya.

 Kelambatan kepala saat duduk, tetapi mampu menahan kepala agar tetap tegak
   walaupun sementara

 Mampu memutar kepala dari satu sisi kesisi lain ketika tengkuran

 Mampu menahan kepala dalam garis horizontal dengan punggung bila tengkurap.
2.     Pengkajian usia gestasi
           3.     Observasi status tidur dan aktivitas
 Tidur regular: 4-5 jam/hari, 10-20 menit/siklus mata tertutup, pernafasan regular,
   Tak ada gerakan kecuali sentakan tubuh yang tiba-tiba.
 Tidur ireguler: 12-15 jam/hari, 20-45 menit/siklus tidur, mata tertutup, pernafasan
   tidak teratur, sedikit kedutan pada otot.

 Mengantuk: bervariasi, mata mungkin terbuka, pernafasan ireguler, gerakan tubuh
   aktif.

 Inaktivitas sadar: 2-3 jam/hari. Berespon terhadap lingkungan dengan gerakan
   aktif dan mencari obyek pada rentang dekat.

 Terbangun dan menangis: 1-4 jam/hari. Mungkin dengan merengek dan sedikit
   gerakan tubuh, berlanjut pada menangis keras dan marah serta gerakan
   ekstrimitas yang tidak terkoordinasi.

           4.     Observasi perilaku kedekatan orang tua
 Bila bayi dibawa ke orang tua, apakah mereka meraih anak dan memanggil
   namanya?
 Apakah orang tua membicarakan tentang anaknya dalam hal identifikasi/

 Kapan orang tua menggendong bayi, kontak tubuh seperti apa yang terjadi?

 Ketika bayi bangun, stimulasi apa yang dilakukan?

 Seberapa nyaman keleihatan orang tua dalam merawat bayi?

 Tipe afeksi apa yang ditunjuukan pada bayi baru lahir, seperti tersenyum,
   membelai, mencium atau menimang?

 Bila bayi rewel, tehnik kenyamanan apa yang dilakukan orang tua?

   Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. mucus berlebihan, posisi tidak tepat

2. Risiko infeksi b.d. kurangnya pertahanan imunologis, faktor lingkungan, penyakit
   ibu.

3. Hipotermi b.d berada di lingkungan yang dingin/sejuk, pakaian yang tidak
   memadai, evaporasi kulit di lingkungan yang dingin.

4. Risiko trauma berhubungan dengan ketidakberdayaan fisik

5. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi) b.d. imaturitas,
   kurang pengetahuan orang tua.
6. Perubahan oroses keluarga b.d krisis maturasi, kelahiran cukup bulan,
   perubahan dalam unit keluarga

7. PK Hipoglikemi

        Diagnosa keperawatan yang sering muncul

           1.     bersihkan jalan nafas tidak efektif sampai dengan obstruksi jalan nafas
           banyaknya mukus.
           2.     resiko infeksi
           3.      resiko ketidakseimbangan suhu tubuh dengan faktor resiko paparan
           dingin/sejuk: perubahan suhu infra uteri ke extra uteri.


   Rencana Keperawatan


   No       Dianogsa
                                   Tujuan                    Intervensi
            Keperawatan
1.   Bersihan jalan nafas tak   Setelah dilakukan tindakan      Manajemen Jalan Nafas (3140) :
        efektif b.d obstruksi      keperawatan selama … X
        jalan nafas : banyaknya    24 jam, klien diharapkan 1.     Buka jalan nafas
        mucus.                     mampu menunjukan jalan
                                                            2.     Posisikan   klien    untuk   memak-simalkan
                                   nafas yang paten dengan
                                                                   ventilasi
                                   indicator :

Batasan karakteristik :                                       3.   Identifikasi klien perlunya pema-sangan alat
                                                                   jalan nafas buatan
    -    Dyspuea                   Status Respirasi : Patensi
                                                           4.      Keluarkan sekret dengan suction
                                   Jalan Nafas (0410) :
    -    Cyanosis
                                                              5.   Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
                          -        Pasien tampak         tenang
    -   Kelainan suara nafas                                       tambahan
                                   (tidak cemas)
        (kracles)
                                                              6.   Monitor respirasi dan ststus O2
                              -    RR: 30-60X/menit
    -    Mata melebar
                              -    Irama nafas teratur
    -    Produksi sputan
                                                                   Suction Jalan Nafas (3160) :
                              -    Pengeluaran sputum pada
    -    Gelisah
                                   jalan nafas           1.        Auskultasi suara nafas         sebelum   dan
    -   Perubahan frekwensi                                        sesudah suctioning
                         -         Tidak ada suara nafas
        dan irama nafas
                                   tambahan           2.           Informasikan       pada   keluarga   tentang
                                                                   suctioning
                              -    Warna kulit kemerahan
                                                              3.   Berikan O2 dengan menggunakan nasal
                                                                   untuk memfasilitasi suction nasotracheal

                                                              4.   Gunakan alat yang steril setiap melakukan
                                                                   tindakan

                                                              5.   Berikan waktu istirahat pada klien setelah
                                                                   kateter dikeluarkan dari naso trakeal

                                                              6.   Hentikan suction dan berikan O2 jika
                                                                   klien     menunjukan          bradikadi,
                                                                   peningkatan saturasi O2, dll.
2.
 Resiko infeksi               Setelah dilakukan tindakan      Mengontrol Infeksi (6540) :
                              keperawatan     selama…X
                              24 jam, pasien diharapkan1.     Bersihkan box / incubator setelah dipakai
                              terhindar dari tanda dan        bayi lain
 Batasan karakteristik:
                              gejala infeksi dengan
                                                       2.     Pertahankan teknik isolasi bagi bayi ber-
 -   Prosedur invasif         indicator :
                                                              penyakit menular
 -    Malnutrisi              Status Imun (0702) :
                                                         3.   Batasi pengunjung
 -                       -
     Ketidakadekuatan imun    RR : 30-60X/menit
                                                         4.   Instruksikan pada pengunjung untuk cuci
     buatan                                                   tangan sebelum dan sesudah berkunjung
                         -    Irama napas teratur

                          -   Suhu 36-37˚ C              5.   Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
                                                              tangan
                          -   Integritas kulit baik
                                                         6.   Cuci tangan sebelum dan sesudah mela-
                          -   Integritas nukosa baik          kukan tindakan keperawatan

                          -   Leukosit    dalam       batas
                                                         7.   Pakai sarung tangan dan baju sebagai
                              normal                          pelindung

                                                         8.   Pertahankan lingkungan aseptik selama
                                                              pemasangan alat

                                                         9.   Ganti letak IV perifer dan line kontrol dan
                                                              dressing sesuai ketentuan

                                                         10. Tingkatkan intake nutrisi

                                                         11. Beri antibiotik bila perlu.



                                                         Mencegah Infeksi (6550)

                                                         1.   Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
                                                              dan lokal

                                                         2.   Batasi pengunjung

                                                         3.   Skrining pengunjung terhadap penyakit
                                                              menular

                                                         4.   Pertahankan teknik aseptik pada bayi
                                                              beresiko

                                                         5.   Bila perlu pertahankan teknik isolasi

                                                         6.   Beri perawatan kulit pada area eritema

                                                         7.   Inspeksi   kulit   dan   membran        mukosa
terhadap kemerahan, panas, dan drainase

8.   Dorong masukan nutrisi yang cukup

9.   Berikan antibiotik sesuai program
3.   Resiko                      Setelah dilakukan tindakan
                                                                    Mengatur temperature (3900) :
               ketidakseimbangan           keperawatan selama…X 24
               suhu tubuh b.d faktor       jam diharapkan klien Monitor temperatur klien sampai stabil
                                                                    1.
               resiko paparan dingin /     terhindar dari ketidak-
                                                                    2. Monitor nadi, pernafasan
               sejuk : perubahan suhu      seimbangan suhu tubuh
               intrauteri ke extrauteri.   dengan indicator :       3. Monitor warna kult

                                           Termoregulasi Neonatus
                                                               4.         Monitor tanda dan gejala hipotermi /
                                           (0801) :                       hipertermi

                                      -    Suhu axila 36-37˚ C       5.   Perhatikan keadekuatan intake cairan

                                      -    RR : 30-60 X/menit        6.   Pertahankan panas suhu tubuh bayi (missal
                                                                          : segera ganti pakaian jika basah)
                                      -    HR 120-140 X/menit
                                                                     7.   Bungkus bayi dengan segera setelah lahir
                                      -    Warna kulit merah muda
                                                                          untuk mencegah kehilangan panas
                                      -    Tidak ada distress respirasi
                                                                     8.   Jelaskan kepada keluarga tanda dan gejala
                                      -    Hidrasi adekuat                hipotermi / hipertermi

                                      -    Tidak menggigil           9.   Letakkan bayi setelah lahir di bawah lampu
                                                                          sorot / sumber panas
                                      -    Bayi tidak gelisah
                                                                     10. Jelaskan kepada keluarga cara untuk
                                      -    Bayi tidak letargi            mencegah kehilangan panas / mencegah
                                                                         panas bayi berlebih

                                                                     11. Tempatkan bayi di atas kasur dan berikan
                                                                         selimut.




          DAFTAR PUSTAKA



_________, 1985, Buku Kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak,
         Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.



IOWA Outcomes Project, Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi 2, 2000, Mosby
IOWA Outcomes Project, Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi 2, 2000, Mosby



Nelson, 1992, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian 2, EGC, Jakarta



Pusponegoro.H.D., dkk, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan anak, Edisi I, Ikatan
         Dokter Anak Indonesia.



Ralph & Rosenberg, 2003, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006,
        Philadelphia USA



Wong, 2003, Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta



Carpenito, rencana Asuhan dan dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, 1995, EGC, Jakarta



Noer.   S.,     Waspadji.S., Rachman.M., Lesmana.L.A, Widodo.D., Isbagio.I., Alwi.I.,
              Husodo.U.B.,1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, Balai Penerbit FKUI,
              Jakarta.




              askep bayi lahir normal,
              http://sennysusilo.blogspot.com/2012/04/askep-bayi-lahir-normal.html

                                                BAB I
                                          KONSEP MEDIS
           Bayi Baru Lahir (BBL) Normal
        A. Pengertian
           Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu
           jam pertama kelahiran.
           Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai
           usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.
           Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
           dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
           sampai 4000 gram.
           Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir
           antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada
           kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
B. Adaptasi Fisiologis
   Baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi:
1. Sistem pernapasan
   Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran melalui plasenta.
   Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali pusat
   dipotong). Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah akibat adanya
   tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir, penurunan tekanan
   oksigen dan peningkatan karbondioksida merangsang kemoreseptor pada sinus
   karotis. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli adanya
   surfaktan adalah menarik nafas, mengeluarkan dengan menjerit sehingga oksigen
   tertahan di dalam. Fungsi surfaktan untuk mempertahankan ketegangan alveoli.
   Masa alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku. Pernapasan pada neonatus biasanya
   pernapasan diafragma dan abdominal. Sedangkan respirasi setelah beberapa saat
   kelahiran yaitu 30 – 60 x / menit.
2. Jantung dan Sirkulasi Darah
   Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal dari plasenta
   masuk ke dalam tubuh janin melalui vena umbilikalis, sebagian besar masuk ke
   vena kava inferior melalui duktus dan vena sasaranti, darah dari sel-sel tubuh yang
   miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa pembakaran dan sebagian akan
   dialirkan ke plasenta melalui umbilikalis, demikian seterusnya.

   Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat, dengan
   demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan darah
   mengalir ke paru-paru, dengan demikian duktus botali tidak berfungsi lagi,
   foramen ovale akan tertutup. Penutupan foramen ovale terjadi karena pemotongan
   tali pusat.

3. Saluran Pencernaan
   Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup terbentuk dan janin telah dapat
   menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak. Absorpsi air ketuban
   terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan, janin minum air ketuban dapat
   dibuktikan dengan adanya mekonium (zat yang berwarna hitam kehijauan).
   Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya dikeluarkan dalam 24 jam
   pertama.




4. Hepar
   Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam metabolisme
   hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar, setelah bayi lahir
simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga sudah disimpan dalam
     hepar.
     Fungsi hepar janin dalam kandungan segera setelah lahir dalam keadaan imatur
     (belum matang). Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk
     meniadakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum
     aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT (Uridin Disfosfat Glukoronide
     Transferase) dan enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi
     dalam sintesis bilirubin sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala
     ikterus fisiologis.
5.   Metabolisme
     Pada jam-jam pertama energi didapat dari pembakaran karbohidrat dan pada hari
     kedua energi berasal dari pembakaran lemak. Energi tambahan yang diperlukan
     neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme
     lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100 ml.
6.   Produksi Panas
     Pada neonatus apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan penyesuaian suhu
     terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan pembakaran
     “Brown Fat” (lemak coklat) yang memberikan lebih banyak energi daripada
     lemak biasa. Cara penghilangan tubuh dapat melalui konveksi aliran panas
     mengalir dari permukaan tubuh ke udara sekeliling yang lebih dingin. Radiasi
     yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang lebih
     dingin tanpa kontak secara langsung. Evaporasi yaitu perubahan cairan menjadi
     uap seperti yang terjadi jika air keluar dari paru-paru dan kulit sebagai uap dan
     konduksi yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang
     lebih dingin dengan kontak secara langsung.
7.    Kelenjar Endoktrin
     Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu bayi baru
     lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi misalkan pengeluaran
     darah dari vagina yang menyerupai haid perempuan. Kelenjar tiroid sudah
     terbentuk sempurna sewaktu lahir dan mulai berfungsi sejak beberapa bulan
     sebelum lahir.
8.    Keseimbangan Air dan Ginjal
     Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif
     lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan ekstraseluler
     luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur belum sebanyak
     orang dewasa dan ada ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerulus dan
     volume tubulus proksimal, renal blood flow (aliran darah ginjal) pada neonatus
     relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
9.   Susunan Saraf
     Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka dapat dilihat
     bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan. Gerakan menelan pada
janin baru terjadi pada kehamilan empat bulan. Sedangkan gerakan menghisap
    baru terjadi pada kehamilan enam bulan.
    Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi lebih
    sempurna. Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 minggu dapat hidup diluar
    kandungan. Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif terhadap cahaya.
10. Imunologi
    Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada kehamilan 2 bulan
    dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi dilahirkan. Khususnya pada
    traktus respiratoris kelenjar liur sesuai dengan bakteri dapat alat pencernaan,
    imunoglobolin G dibentuk banyak dalam bulan kedua setelah bayi dilahirkan. Ig
    A, Ig D dan Ig E diproduksi secara lebih bertahap dan kadar maksimum tidak
    dicapai sampai pada masa kanak-kanak dini. Bayi yang menyusui mendapat
    kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI.
11. Sistem Integumen
    Kulit bayi baru lahir sangat sensitif dan mudah mengelupas, semua struktur kulit
    ada pada saat lahir tetapi tidak matur. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan
    erat dan sangat tipis, vernik keseosa juga bersatu dengan epidermis dan bertindak
    sebagai tutup pelindung dan warna kulit bayi berwarna merah muda.
12. Sistem Hematopoiesis.
    Saat bayi lahir nilai rata-rata Hb, Ht, SDM dan Leukosit lebih tinggi dari nilai
    normal orang dewasa. Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl, Ht 44 – 72%, SDM 5 –
    7,5 juta/mm3 dan Leukosit sekitar 18000/mm3. Darah bayi baru lahir mengandung
    sekitar 80% Hb janin. Presentasi Hb janin menurun sampai 55% pada minggu
    kelima dan 5% pada minggu ke 20.
13. Sistem Skelet
    Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh secara
    keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh.
    Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai. Wajah relatif kecil terhadap
    ukuran tengkorak yang jika dibandingkan lebih besar dan berat. Ukuran dan
    bentuk kranium dapat mengalami distorsi akibat molase.
    Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit
    disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat baru lahir tidak
    terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harys simetris, terdapat kuku
    jari tangan dan kaki, garis-garis telapak tangan dan sudah terlihat pada bayi cukup
    bulan.
C. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir
    1. Berat badan 2500 – 4000 gram
    2. Panjang badan 48 – 52 cm
    3. Lingkar dada 30 – 38 cm
    4. Lingkar kepala 33 – 35 cm
    5. Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit
    6. Pernafasan ± – 60 40 kali/menit
7. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
   8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
   9. Kuku agak panjang dan lemas
   10. Genitalia;
   Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
   Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
   11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
   12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
   13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik
   14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
   berwarna hitam kecoklatan




D. Penilaian Pada Bbl Dapt Ditentukan Dengan Apgar Score

   TANDA             0                  1                2
   1.    Appearance/ Seluruh      tubuh Badan     merah, Seluruh  tubuh
   warna kulit       biru atau putih    tangan dan kaki kemerahan
                                        biru

   2. Pulse/    bunyi Tidak ada            < 100                 > 100
   jantung

   3. Grimace/ Reflek Tidak ada            Perubahan mimic       Bersin,    batuk,
                                                                 menangis kuat

   4.        Activity/ Tidak ada           Ekstremitas           Gerakan       aktif,
   aktivitas                               sedikit flexi         ekstremitas flexi

   5.    Respiratory/ Tidak ada            Lambat,         tidak Menangis      keras
   pernapasan                              teratur               atau kuat

E. Reflek – Reflek Fisiologis
   1. Mata
   a. Berkedip atau reflek corneal
   Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau pada pandel
   atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak ada maka
   menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial.
   b. Pupil
Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang
hidup.
c. Glabela
Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata
menutup dengan rapat.
2. Mulut dan tenggorokan
a. Menghisap
Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai respon
terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa
rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.
b. Muntah
Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau masuknya selang
harus menyebabkan bayi mengalami reflek muntah, reflek ini harus menetap
sepanjang hidup.
c. Rooting
Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi
membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai menghisap, harus hilang pada
usia kira – kira 3 -4 bulan
d. Menguap
Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah udara
inspirasi, harus menetap sepanjang hidup
e.Ekstrusi
Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan mendorongnya keluar
harus menghilang pada usia 4 bulan
f.Batuk
Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus terus ada
sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir
3. Ekstrimitas
a. Menggenggam
Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki menyebabkan
fleksi tangan dan jari
b. Babinski
Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang bantalan
kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi
c. Masa tubuh
(1). Reflek moro
Kejutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi
dan abduksi ekstrimitas yang tiba –tiba serta mengisap jari dengan jari telunjuk
dan ibu jari membentuk “C” diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki
dapat fleksi dengan lemah.
(2). Startle
Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku
   tangan tetap tergenggam


   (3). Tonik leher
   Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan kakinya akan
   berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi.
   (3). Neck – righting
   Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan batang tubuh
   membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis
   (4) Inkurvasi batang tubuh (gallant)
   Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul
   bergerak kea rah sisi yang terstimulasi.
F. Penanganan Segera Bayi Baru Lahir
   Menurut JNPK-KR/POGI, APN, (2007) asuhan segera, aman dan bersih untuk
   bayi baru lahir ialah :
   1. Pencegahan Infeksi
   Ø Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi
   Ø Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan
   Ø Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting,
   penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau
   steril.
   Ø Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi,
   sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur,
   termometer, stetoskop.
   2. Melakukan penilaian
   Ø Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
   Ø Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas
   Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka segera
   lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
   3. Pencegahan Kehilangan Panas
   Mekanisme kehilangan panas
   a. Evaporasi
   Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri
   karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
   b. Konduksi
   Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
   permukaan yang dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya
   lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan
   di atas benda – benda tersebut
   c. Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin,
    co/ ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara
    melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.
    d. Radiasi
    Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda – benda
    yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda –
    benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan
    secara langsung)
    Mencegah kehilangan panas
    Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :
    a. Keringkan bayi dengan seksama
    Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan
    taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.
    b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
    Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau
    kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)
    c. Selimuti bagian kepala bayi
    Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi akan
    dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
    d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
    Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah
    kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu (1)
    jam pertama kelahiran


     e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
     Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum
     melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut
     bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat
     berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya
     dimandikan sedikitnya enam (^) jam setelah lahir.
     Praktik memandikan bayi yang dianjurkan adalah :
(1). Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum memandikan bayi (lebih lama jika
     bayi mengalami asfiksia atau hipotermi)
(2). Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh stabil (suhu aksila antara
     36,5º C – 37º C). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,5º C, selimuti kembali
     tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di
     tempat tidur atau lakukan persentuhan kuli ibu – bayi dan selimuti keduanya.
     Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling
     sedikit) satu (1) jam.
(3). Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernapasan
(4). Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya hangat dan tidak ada tiupan
     angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan
     siapkan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti
     tubuh bayi setelah dimandikan.
(5). Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat
(6). Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering
(7). Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian selimuti
     tubuh bayi secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi diselimuti dengan baik
(8). Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti dengan baik
(9). Ibu dan bayi disatukan di tempat dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya
f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
g. Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya,
     untuk menjaga bayi tetap hangat dan mendorong ibu untuk segera memberikan
     ASI
     4. Membebaskan Jalan Nafas nafas
     Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan segera
     setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera
     membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
     Ø Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
     Ø Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih
     lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke
     belakang.
     Ø Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan
     yang dibungkus kassa steril.
     Ø Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan
     kain kering dan kasar.
     Ø Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril,
     tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat
     Ø Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
     Ø Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score)
     Ø Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus
     diperhatikan.
     5. Merawat tali pusat
     Ø Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan
     klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
     Ø Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan
     klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
     Ø Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi
     Ø Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih
     dan kering.
     Ø Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang
     disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau
steril). Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara mantap klem tali pusat
tertentu.
Ø Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali
pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat
pada sisi yang berlawanan.
Ø Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin 0,5%
Ø Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian
kepala bayi tertutup dengan baik..(Dep. Kes. RI, 2002)
6. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru
lahir harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan
akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi
harus dicatat (Prawiroharjo, 2002).
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai dan
dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi
yang mengalami kehilangan panas (hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit
atau meninggal, jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti mungkin
akan mengalami hipoterdak, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat.
Bayi prematur atau berat lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya
hipotermia.
Pencegah terjadinya kehilangan panas yaitu dengan :
Ø Keringkan bayi secara seksama
Ø Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
Ø Tutup bagian kepala bayi
Ø Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya
Ø Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
Ø Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (Dep. Kes. RI, 2002)

7. Pencegahan infeksi
Ø Memberikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi
baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari
selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis
0,5 – 1 mg IM.
Ø Memberikan obat tetes atau salep mata
Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual)
perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat
mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya
diberikan 5 jam setelah bayi lahir.
Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan setelah
bayi selesai dengan perawatan tali pusat
Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung
   diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir
   Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk melakukan tindakan
   pencegahan infeksi berikut ini :
   Ø Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan
   bayi.
   Ø Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
   Ø Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat
   telah didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika menggunakan bola karet penghisap,
   pakai yang bersih dan baru.
   Ø Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan
   untuk bayi telah dalam keadaan bersih.
   Ø Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda-
   benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih
   (dekontaminasi dan cuci setiap setelah digunakan). (Dep.kes.RI, 2002)
   8. Identifikasi bayi
   Ø Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di pasang segera pasca
   persalinan. Alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada bayi setiap bayi
   baru lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.
   Ø Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan
   pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi
   Ø Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak mudah
   melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas
   Ø Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum nama (bayi, nyonya), tanggal
   lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu
   Ø Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal
   lahir, nomor identifikasi. (Saifudin,, 2002)




                                    BAB II
                             ASUHAN KEPERAWATAN

1. Biodata.
a. Identitas bayi.
b. Identitas orang tua.

2. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat penyakit sekarang.
        Cara lahir, apgar score, cara lahir, kesadaran.
b. Riwayat perinatal.
Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan.
 c.   Riwayat persalinan.
          Cara persalinan, trauma persalinan.

  3. Pemeriksaan Fisik.
  a) Keadaan umum.
♦     Kesadaran.
♦     Vital sign.
♦     Antropometri.
  b) Kepala.
           Apakah ada trauma persalinan, adanya caput, chepal hematom,
     tanda forcep.
  c) Mata.
          Apakah ada katarak, neonatal, btenorhoe.
  d) Sistem gastrointestinal.
          Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak untuk
     disusui,     muntah / distensi abdomen, stomatitis, BAB.


 e) Sistem pernafasan.
             Apakah ada kesulitan bernafas, takipneu, bradipneu, teratur / tidak,
    bunyi nafas
 f) Tali pusat.
             Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan
    jumlah      pembuluh darah ( 2 arteri, 1 vena ).
 g) Sistem genitourinaria.
          Apakah hipospadia, epispadia, testis, BAK,
 h) Ekstrimitas.
            Cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak, posisi / postur normal
    / abnormal.
 i) Sistem muskuluskletal.
          Tonus otot, kekuatan otot, kaku ?, lemah ?, asimetris.
 j) Kulit
          Pustula, abrasi, ruam ptekie.

 4.     Pemeriksaan Fisik.
      Apgar Score.
      Frekuensi kardiovaskuler.
      Apakah takikardi, bradikardi / normal.
      Sistem neurologis.
      Refleks moro = tidak ada, asimetris / hiperaktif.
      Refleks mengisap = kuat / lemah.
Refleks menjejak = baik / buruk.
     Koordinasi refleks menghisap dan menelan.

5.     Pemeriksaan Laboratorium.
     Sampel darah tali pusat.
     Jenis ketonuria.
     Hematokrit.

6. Diagnosa Keperawatan.
 Resiko hipotermi b.d transisi lingkungan ekstra uterus.
 Resiko infeksi b.d sistem imun yang belum sempurna, peningkatan kerentanan bayi.
 Resiko terhadap aspirasi.


7.    Tujuan Dan Kriteria.
1)    Hipotermi tidak terjadi dengan kriteria:
♦      Suhu 36,5 „C – 37,2 „C.
♦      Tubuh kemerahan, tidak pucat.
2)    Infeksi tidak terjadi dengan kriteria:
♦      Tidak ada tanda-tanda infeksi pada mata, kulit dan tali pusat.
♦      Bayi bebas dari proses infeksi nosokomial
3)    Aspirasi tidak terjadi dengan kriteria:
♦      Pernafasan normal.
♦      Sianosis (-).

8.  Intervensi Keperawatan.
1)  Diagnosa I.
♦    Kurangi / hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi.
♦    Pantau suhu bayi tiap hari.
♦    Ajarkan keluarga tanda-tanda hipotermi, dingin, pucat.
2)  Diagnosa II.
♦    Lakukan semua tindakan perawatan dengan steril anti septik.
♦    Observasi mata setiap hari, bersihkan dengan air steril / garam fisiologis.
♦    Pertahankan kulit terutama lipatan-lipatan selalu bersih dan kering.
♦    Observasi talu pusat dan identifikasi peradangan.
♦    Jaga personal hygent bayi.
♦    Minimalkan perawatan tinggal di RS.
♦     Ajarkan keluarga mengenal penyebab, resiko, tanda dan cara pencegahan,
  infeksi.
3) Diagnosa III.
♦    Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorokan dengan tissue penghisap secara
  perlahan.
♦     Ajarkan tehnik menyusui yang benar.
   ♦     Observasi vital sign dan keadaan umum.




                                    DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta; EGC
DepKes RI, 1992 Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks keluarga
JHPIEGO.2003. Panduan pengajar asuhan kebidanan fisiologi bagi dosen diploma III
       kebidanan. Buku 5 asuhan bayi baru lahir,
Pusdiknakes.Jakarta Pusdiknakes. 1995. Asuhan Keperawatan Anak Dalam Konteks
       Keluarga. DepKes RI; Jakarta.
Saifudin Abdul Bahri. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
       neonatal.YBP_SP.Jakarta




       amis, 14 Juli 2011

       ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR
       NORMAL
       Pengertian

          Neonatus (bayi baru lahir) adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4 minggu
          lahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu (Wong, D,L, 2003).
Bayi baru lahir adalah bayi yang pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat
    badan 2.500-4.000 gram (Vivian, N. L. D, 2010).
    Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut
    selama jam pertama setelah kelahiran sebagian besar bayi baru lahir akan
    menunjukkan usaha napas pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau
    gangguan (prawiroharjo, S, 2002).
    Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah asuhan keperawatan yang
    diberikan pada bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
    menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri kekehidupan ekstra uteri hingga
    mencapai usia 37-42 minggu dan dengan berat 2.500-4.000 gram.

B. Adaptasi Fisiologis

    Baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi:

    1. Sistem pernapasan

5


Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran melalui plasenta. Setelah
bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali pusat dipotong).
Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah akibat adanya tekanan mekanis
pada toraks sewaktu melalui jalan lahir, penurunan tekanan oksigen dan peningkatan
karbondioksida merangsang kemoreseptor pada sinus karotis. Usaha bayi pertama kali
untuk mempertahankan tekanan alveoli adanya surfaktan adalah menarik nafas,
mengeluarkan dengan menjerit sehingga oksigen tertahan di dalam. Fungsi surfaktan
untuk mempertahankan ketegangan alveoli.


       Masa alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku. Pernapasan pada neonatus
       biasanya pernapasan diafragma dan abdominal. Sedangkan respirasi
       setelah beberapa saat kelahiran yaitu 30 – 60 x / menit.

    2. Jantung dan Sirkulasi Darah

Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal dari plasenta
       masuk ke dalam tubuh janin melalui vena umbilikalis, sebagian besar
       masuk ke vena kava inferior melalui duktus dan vena sasaranti, darah dari
       sel-sel tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa
pembakaran dan sebagian akan dialirkan ke plasenta melalui umbilikalis,
       demikian seterusnya.

Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat, dengan
       demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan
       darah mengalir ke paru-paru, dengan demikian duktus botali tidak
       berfungsi lagi, foramen ovale akan tertutup. Penutupan foramen ovale
       terjadi karena pemotongan tali pusat.



3. Saluran Pencernaan

   Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup terbentuk dan janin telah
       dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak. Absorpsi air
       ketuban terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan, janin minum
       air ketuban dapat dibuktikan dengan adanya mekonium (zat yang berwarna
       hitam kehijauan). Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya
       dikeluarkan dalam 24 jam pertama.

   4. Hepar

       Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam
       metabolisme hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar,
       setelah bayi lahir simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga
       sudah disimpan dalam hepar.

       Fungsi hepar janin dalam kandungan segera setelah lahir dalam keadaan
       imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan
       hepar untuk meniadakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah.
       Enzim hepar belum aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT
       (Uridin Disfosfat Glukoronide Transferase) dan enzim GGFD (Glukosa 6
       Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi dalam sintesis bilirubin sering
       kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis.

   5. Metabolisme
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal
Bab  i bbl.normal

More Related Content

What's hot

04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatus04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatus
Joni Iswanto
 
Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir STIKES ANDINI PERSADA MAMUJU
Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir STIKES ANDINI PERSADA MAMUJUAsuhan keperawatan pada bayi baru lahir STIKES ANDINI PERSADA MAMUJU
Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir STIKES ANDINI PERSADA MAMUJU
Akbar Zhagtris
 
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBL
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBLASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBL
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBL
Ira Aryanti
 

What's hot (20)

04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatus04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatus
 
PPT Perubahan Fisiologi BBL
PPT Perubahan Fisiologi BBLPPT Perubahan Fisiologi BBL
PPT Perubahan Fisiologi BBL
 
Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir STIKES ANDINI PERSADA MAMUJU
Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir STIKES ANDINI PERSADA MAMUJUAsuhan keperawatan pada bayi baru lahir STIKES ANDINI PERSADA MAMUJU
Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir STIKES ANDINI PERSADA MAMUJU
 
145599463 lp-asfiksia-pada-bayi
145599463 lp-asfiksia-pada-bayi145599463 lp-asfiksia-pada-bayi
145599463 lp-asfiksia-pada-bayi
 
Askeb IV Patologi
Askeb IV PatologiAskeb IV Patologi
Askeb IV Patologi
 
Adaptasi bbl
Adaptasi bbl Adaptasi bbl
Adaptasi bbl
 
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBL
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBLASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBL
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBL
 
Kb1 konsep adaptasi neonatus
Kb1 konsep adaptasi neonatusKb1 konsep adaptasi neonatus
Kb1 konsep adaptasi neonatus
 
Asuhan keperawatan prematur kecil
Asuhan keperawatan prematur kecilAsuhan keperawatan prematur kecil
Asuhan keperawatan prematur kecil
 
Pp pengantar pengembangan anb
Pp pengantar pengembangan anbPp pengantar pengembangan anb
Pp pengantar pengembangan anb
 
Prematur AKPER PEMKAB MUNA
Prematur AKPER PEMKAB MUNA Prematur AKPER PEMKAB MUNA
Prematur AKPER PEMKAB MUNA
 
laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR
laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR
laporan pendahuluan LP ASKAEP BBLR
 
Lingkup asuhan neonatus bayi dan balita
Lingkup asuhan neonatus bayi dan balitaLingkup asuhan neonatus bayi dan balita
Lingkup asuhan neonatus bayi dan balita
 
Kb2 adaptasi pernafasan, sirkulasi darah, kekebalan tubuh
Kb2 adaptasi pernafasan, sirkulasi darah, kekebalan tubuhKb2 adaptasi pernafasan, sirkulasi darah, kekebalan tubuh
Kb2 adaptasi pernafasan, sirkulasi darah, kekebalan tubuh
 
Prematur
PrematurPrematur
Prematur
 
Irds AKPER PEMKAB MUNA
Irds AKPER PEMKAB MUNA Irds AKPER PEMKAB MUNA
Irds AKPER PEMKAB MUNA
 
Adaptasi bbl pw
Adaptasi bbl pwAdaptasi bbl pw
Adaptasi bbl pw
 
Bayi prematur kelompok 8
Bayi prematur kelompok 8Bayi prematur kelompok 8
Bayi prematur kelompok 8
 
Adaptasi BBL pada Sistem Integumen (Patologis)
Adaptasi BBL pada Sistem Integumen (Patologis)Adaptasi BBL pada Sistem Integumen (Patologis)
Adaptasi BBL pada Sistem Integumen (Patologis)
 
139642472 repro-bbl-post-matur
139642472 repro-bbl-post-matur139642472 repro-bbl-post-matur
139642472 repro-bbl-post-matur
 

Similar to Bab i bbl.normal

periode reaktivity pertama BBL.pdf
periode reaktivity pertama BBL.pdfperiode reaktivity pertama BBL.pdf
periode reaktivity pertama BBL.pdf
candra_cun
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Septian Muna Barakati
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Operator Warnet Vast Raha
 
Konsep dasar bbl norml
Konsep dasar bbl normlKonsep dasar bbl norml
Konsep dasar bbl norml
neng elis
 
Makalah anty pak sawal
Makalah anty pak sawalMakalah anty pak sawal
Makalah anty pak sawal
Warnet Raha
 

Similar to Bab i bbl.normal (20)

Adaptasi BBL di luar uterus
Adaptasi BBL di luar uterus Adaptasi BBL di luar uterus
Adaptasi BBL di luar uterus
 
Femeriksaan fisik pada bayi
Femeriksaan fisik pada bayiFemeriksaan fisik pada bayi
Femeriksaan fisik pada bayi
 
periode reaktivity pertama BBL.pdf
periode reaktivity pertama BBL.pdfperiode reaktivity pertama BBL.pdf
periode reaktivity pertama BBL.pdf
 
Makalah anty pak sawal
Makalah anty pak sawalMakalah anty pak sawal
Makalah anty pak sawal
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahuMakalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
Makalah hubungan asfiksia dengan distosia bahu
 
Neonatus dan Bayi
Neonatus dan Bayi Neonatus dan Bayi
Neonatus dan Bayi
 
Adaptasi bayi baru lahir
Adaptasi bayi baru lahirAdaptasi bayi baru lahir
Adaptasi bayi baru lahir
 
ADAPTASI BBL.ppt
ADAPTASI BBL.pptADAPTASI BBL.ppt
ADAPTASI BBL.ppt
 
Makalah anty pak sawal AKPER PEMKAB MUNA
Makalah anty pak sawal AKPER PEMKAB MUNAMakalah anty pak sawal AKPER PEMKAB MUNA
Makalah anty pak sawal AKPER PEMKAB MUNA
 
Sumsang
SumsangSumsang
Sumsang
 
Perkembangan prakelahiran dan kelahiran
Perkembangan prakelahiran dan kelahiranPerkembangan prakelahiran dan kelahiran
Perkembangan prakelahiran dan kelahiran
 
114834479 neonatus
114834479 neonatus114834479 neonatus
114834479 neonatus
 
Konsep tumbuh-kembang plus
Konsep tumbuh-kembang plusKonsep tumbuh-kembang plus
Konsep tumbuh-kembang plus
 
Konsep dasar bbl norml
Konsep dasar bbl normlKonsep dasar bbl norml
Konsep dasar bbl norml
 
Makalah anty pak sawal
Makalah anty pak sawalMakalah anty pak sawal
Makalah anty pak sawal
 
Makalah anty pak sawal
Makalah anty pak sawalMakalah anty pak sawal
Makalah anty pak sawal
 
5._KONSEP_DASAR_BBL_NEO.pptx
5._KONSEP_DASAR_BBL_NEO.pptx5._KONSEP_DASAR_BBL_NEO.pptx
5._KONSEP_DASAR_BBL_NEO.pptx
 

Bab i bbl.normal

  • 1. BAB I KONSEP DASAR BAYI BARU LAHIR NORMAL A. Definisi Neonatus (bayi baru lahir) adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4 minggu lahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu (Wong, D,L, 2003). Bayi baru lahir adalah bayi yang pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badan 2.500-4.000 gram (Vivian, N. L. D, 2010). Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran sebagian besar bayi baru lahir akan menunjukkan usaha napas pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan (prawiroharjo, S, 2002). Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri kekehidupan ekstra uteri hingga mencapai usia 37-42 minggu dan dengan berat 2.500-4.000 gram. B. Anatomi Fisiologi 1. Anatomi http://durarida.blogspot.com/2012/06/askeb-bayi-baru-lahir-normal.html 2. Fisiologi Neonatus. Fisiologi neonatus ialah ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital neonatus, yaitu satu organisme yang sedang tumbuh, yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan ekstra uteri,
  • 2. tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. a. Respirasi Neonatus. Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas harus melalui paru bayi. Sebelum terjadi pernafasan, neonatus dapat mempertahankan hidupnya dalam keadaan anoksia lebih lama karena ada kelanjutan metabolisme anaerob. Rangsangan untuk gerakan pernafasan pertama ialah tekanan mekanis dari toraks sewaktu melalui jalan lahir. Penurunan PaO2 dan kenaikan PaCO2merangsang kemoreseptor terletak disinus karotikus, rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permulaan gerakan pernafasan. Refleks deflasi, hering breus, selama ekspirasi, setelah inspirasi dengan tekanan positif, terlihat suatu inspiratory gasp. Respirasi pada masa demalus terutama diafragmatik dan abdominal dengan biasanya masih tidak teratur dalam hal frekuensi dan dalamnya pernafasan, setelah paru berfungsi, pertukaran gas dalam paru sama dengan pada orang dewasa, tetapi oleh karena bronchiolus relatif kecil, mudah terajadi air tropping. b. Jantung Dan Sirkulasi. Pada masa fetus darah plasenta melalui vena umbilikalis sebagian ke hati, sebagian langsung ke serambi kiri jantung kemudian ke bilik kiri jangtung, dari bilik darah dipompa melalui aorta ke seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah dipompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus aorta. Setelah bayi lahir paru akan berkembang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara fungsional, hal ini terjadi pada jam-jam pertama, setelah kelahiran. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh sejumlah darah yang melalui transfusi plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg. c. Traktus Digestivus. Traktus digestivus pada neonatus relatif lebih berat dan panjang dibandingkan orang dewasa. Pada neonatus traktus digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama. Dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase pankreas, aktifitas lipase telah ditemukan pada fetus 7 – 8 bulan.
  • 3. d. Hati dan Metabolisme. Segera setelah lahir hati menunjukan perubahan biokimia dan morfologis, yaitu kenalkan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang walaupun memakan waktu agak lama. Luas permukaan neonatus terlahir lebih besar daripada orang dewasa, sehingg metabolisme basal per kg BB lebih besar, pada jam pertama energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat. Pada hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak, setelah mendapatkan susu lebih kurang pada hari keenam, energi 60 % didapatkan dari lemak dan 40 % dari karbohidrat. e. Produksi Panas. Bila suhu sekitar turun, ada 3 cara tubuh untuk meninggikan suhu, yaitu: aktifitas otot, shivering, non shivering thermogenesis (NST). Pada neonatus cara untuk meninggikan suhu terutama dengan NST, yaitu dengan pembakaran „ Brown Fat „ yang memberikan lebih banyak energi per gram dari pada lemak biasa. f. Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal. Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan ekstraselular luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa, ada ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerolus dan volume tubulus proksimal „ Renal Blood Flow „ pada neonatus relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa. g. Kelenjar Endokrin. Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu bayi baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi. Misalnya dapat dilihat pembesaran kelenjaran air susu pada bayi laki- laki ataupun perempuan. Kadang-kadang dapat dilihat „ With Drawal „ misalnya pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid pada bayi perempuan, kelenjar tyroid sudah sempurna terbentuk sewaktu lahir dan sudah mulai berfungsi sejak beberapa hari sebelum lahir. h. Susunan Saraf Pusat. Sewaktu lahir fungsi motorik terutama ialah subkortikol. Setelah lahir jumlah cairan otak berkurang sedangkan lemak dan protein bertambah. i. Imunoglobulin. Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sum-sum tulang dan lamina proprianeum dan apendiks plasenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan stress imunologis. Pada bayi
  • 4. baru lahir hanya terdapat globulin gamma G, yaitu imunologi dari ibu yang dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil, tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta seperti illeus,taksoplasma, herpes simpleks dan penyakit virus lainnya, reaksi imunologi dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma dan anti body gamma A, gamma G, gamma M, imunologi dalam kolostrum berguna sebagai proteksi lokal dalam traktus digestivus, misalnya terhadap beberapa strain E. Colli.( Ivan. 2012 dalam http://ivan- vla.blogspot.com/2012/02/askep-bbl-normal_08.html). Reflex-refleks fisiologis : 1. Mata a. Berkedip atau reflek corneal Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau pada pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak ada maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial. b. Pupil Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang hidup. c. Glabela Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat. 2. Mulut dan tenggorokan a. Menghisap Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur. b. Muntah Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami reflek muntah, reflek ini harus menetap sepanjang hidup. c. Rooting Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai menghisap, harus hilang pada usia kira – kira 3 -4 bulan d. Menguap Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup e. Ekstrusi
  • 5. Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan mendorongnya keluar harus menghilang pada usia 4 bulan f. Batuk Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus terus ada sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir 3. Ekstrimitas a. Menggenggam b. Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki menyebabkan fleksi tangan dan jari c. Babinski d. Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi e. Masa tubuh 1) Reflek moro Kejutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstrimitas yang tiba –tiba serta mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk “C” diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat fleksi dengan lemah. 2) Startle Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku tangan tetap tergenggam 3) Tonik leher Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi. 4) Neck – righting Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis 5) Inkurvasi batang tubuh (gallant) Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul bergerak kea rah sisi yang terstimulasi. (Sennysusilo. 2012 dalam http://sennysusilo.blogspot.com) C. Patofisiologi & Patoflow 1. Patofisiologi 2. Patoflow
  • 6. D. Pemeriksaan Penunjang 1. Tes Diagnostik a. Jumlah sel darah putih (SDP) : 18000/mm3, neutrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis). b. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan). c. Hematokrit (Ht) 43-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragi prenatal/perinatal). d. Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, lebih besar 8mg/dl 1-2 hari dan 12mg/dl pada 3-5 hari. e. Golongan darah RH. (Marllyn. E, Doenges, 2001). 2. Terapi a. Non Farmakologi 1) Pengukuran nilai APGAR Score (pada menit pertama dan menit kelima setelah dilahirkan) 2) Kontrol suhu, suhu rektal sekali kemudian suhu aksila 3) Penimbangan BB setiap hari 4) Jadwal menyusui 5) Higiene dan perawatan tali pusat b. Farmakologi 1) Suction dan oksigen 2) Vitamin K 3) Perawatan mata (obat mata entromisin 0,5% atau tetrasimin 1%, perak nitral atau neosporin). 4) Vaksinasi hepatitis B 5) Vaksinasi hepatitis B direkomendasikan untuk semua bayi. Tempat yang biasa dipakai untuk menyuntikkan obat ini pada bayi baru lahir adalah muskulus vastus lateralis. (Bobak, M Irene, 2005)
  • 7. E. Penatalaksanaan Manajemen BBL normal 1. Perawatan esensial pasca persalinan yang bersih dan aman, serta inisiasi pernafasan spontan (resusitasi), dilanjutkan dengan a. Stabilisasi suhu atau jaga agar suhu badan bayi tetap hangat dengan jalan membungkus badan dengan kain, selimut, atau pakaian kering dan hangat, memakai tutup kepala, segera meletakkan pada dada atau puting susu ibu, tidak memandikan sebelum berumur 6 jam. b. Pemeriksaan asi dini dan eksklusif, dimulai pada 30 menit pertama 2. Pencegahan terhadap infeksi dan pemberian imunisasi 3. Pemberian vitamin K, secara intramuskuler atau oral, dosis injeksi 1 mg sekali pemberian, atau oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu). 4. Perawatan mata dengan pemberian tetes mata antibiotika tetrasiklin atau klorampenikol. 5. Perawatan tali pusat dengan menjaga kebersihan dan agar tetap kering tidak lembab. 6. Pemberian vaksin polio dan hepatitis B pertama. (Rizki. 2012 dalam http:// asuhan-keperawatan-bayi-normal) F. Konsep Pertumbuhan 1. Pengertian Pertumbuhan adalah Bertambahnya jumlah sel diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur (Hidayat,2005). Pertumbuhan adalah perubahan dalam ukuran atau nilai yang memberikan ukuran tertentu dalam kedewasaan.(Nelson,2000). Pertumbuhan adalah adalah suatu yang berhubungan dengan masalah perubahan dalam besar,jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu.(Markum,2002) 2. Iii
  • 8. 3. G. Konsep Perkembangan 1. Pengertian Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses dirensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi (Nursalam, 2001). Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan, dan belajar (Whelly and Wong, 1999) 2. Ojoj 3. H. Konsep Hospitalisasi 1. Pengertian Hospitalisasi merupakan pengalaman penuh strees baik bagi anak maupun keluarganya. Stressor utama yang dialami dapat berupa perpisahan dengan keluarga, kehilangan kendali, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Reaksi anak dapat dipengaruhi oleh perkembangan usia anak, pengalaman terhadap sakit dan perpisahan, diagnosis penyakit, system dukungan, koping terhadap strees, sedangkan stressor keluarga dapat berupa rasa takut, cemas, bersalah, tidak percaya bila anak sakit dan frustasi (Nursalam, dkk, 2001). 2. Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi Berdasarkan Tahap Perkembangan Reaksi anak terhadap sakit dan dirawat dirumah sakit dipengaruhi oleh perkembangan dan usia, pengalaman sebelumnyatehadapsakit dan dirawat dirumah sakit, support system yang tersedia serta keterampilan koping dalam menangani strees. a. Reaksi anak berdasarkan tahap perkembangan 1) Bayi (0-1 tahun) Bila bayi berpisah dengan orangtua, maka pembentukan rasa percaya dan pembinaan kasih sanyangnya dapat terganggu. Pada bayi usia 6 bulan sulit untuk memahami secara maksimal
  • 9. bagaimana reaksi bayi bila dirawat. Pada bayi usia 8 bulan atau lebih telah mengenal ibunya sebagai orang yang berbeda dengan dirinya. 2) Todler (1-3 tahun) Todler belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang memadai dan pengertian tehadap realitas terhadap, hubungan anak dengan ibu sangat dekat sehingga perpisahan dengan ibu akan menmbulkan rasa kehilangan orang yang terdekat bagi diri anak dan lingkungan yang dikenal serta akan mengakibatkan perasaan tidak aman dan rasa cemas. 3) Usia Sekolah (6-12 tahun) Anak usia sekolah yang dirawat dirumah sakit akan mrasa khwatir tehadap perpisahan terhadap sekolah dan teman sebayanya, takut akan kehilangan keterampilan, merasa kesepian dan sendiri. 4) Usia Remaja Kecemasan yang timbul pada anak remaja yang dirawat dirumah sakit adalah akibat perpisahan dengan teman-teman sebaya atau kelompok, anak tidak merasa takut berpisah dengan orangtua tetapi takut kehilangan status dan hubungan dengan teman sekelompok. b. Respon prilaku anak akibat perpisahan dibagi 3 tahap yaitu : 1) Tahap protes (protest) Pada tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit dan memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif agar orang tahu bahwa iya tidak ingin ditinggalkan orangtuanya serta menolak perhatian orang lain 2) Tahap putus asa (despair) Pada tahap ini anak tampak tenang, menangis berkurang tidak aktif, kurang minat untuk bermain, tidak ada nafsu makan, menarik diri, sedih dan apatis. 3) Tahap menolak/ denial (Detachment) Pada tahap ini secara samar-samar anak menerima perpisahan menerima hubungan dangkal dengan orang lain serta menyukai lingkungan. 3. Reaksi Keluarga Terhadap Anak dengan Hospitalisasi
  • 10. Reaksi keluara terhadap anak dipengaruhi oleh banyak factor keseriusan penyakit, pengalaman sakit, serta support system yang ada, reaksi dapat muncul pada orang maupun saudaranya. a) Reaksi orang tua Orang tua akan mengalami strees jika anaknya sakit dan harus dibawa kerumah sakit kecemasan akan meningkat jika mereka kurang informasi tentang prosedur dan pengobatan anak serta dampaknya terhadap masa depan anak. b) Reaksi sibling Reaksi sibling terhadap anak yang sakit dan dirawat dirumah sakit adalah marah, cemburu, benci dan bersalah orang tua sering kali mencurahkan perhatiannya lebeh besar terhadap anak yang sakit, hal ini akan menimbulkan rasa cemburu pada anak yang sehat dan anak merasa sakit. 4. Peran perawat dalam mengurangi stress akibat hospitalisasi Anak dan keluarga membutuhkan perawatan yang kompeten untuk meminimalkan efek negatif dari hospitalisasi. Fokus dari intervensi keperawatan adalah meminimalkanstessor perpisahan, kehilangan kontrol dan perlukaan tubuh atau rasa nyeri pada anak serta memberi support kepada keluarga seperti membantu perkembangan hubungan dalam keluarga dan memberikan informasi. 5. Bermain untuk mengurangi stress akibat hospitalisasi Bermain penting untuk kesehatan mental, emosional dan sosial. Oleh karena itu sangat penting adanya ruang bermain bagi anak untuk memberikan rasa aman dan menyenangkan. Dalam pelaksanaan aktifitas bermain di rumah sakit dan permainan yang sesuai dengan usia atau tingkatan tubuh kembang anak. Sehingga tujuan bermain yaitu untuk mempertahankan peroses tubuh kembang dapat dicapai secara optimal I. Pengkajian Keperawatan 1. Pengkajian a. Aktivitas/Istirahat
  • 11. Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak semi koma saat tidur ; meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat, tidur sehari rata-rata 20 jam. b. Pernapasan dan Peredaran Darah Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai status kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan peredaran darah dapat digunakan metode APGAR Score. Namun secara praktis dapat dilihat dari frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta wajah, ekstremitas dan seluruh tubuh, frekwensi denyut jantung bayi normal berkisar antara 120-140 kali/menit (12 jam pertama setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100 kali/menit (tidur) sampai 180 kali/menit (menangis). Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan. Tekanan darah sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan diastolik rata-rata 42, tekanan darah berbeda dari hari ke hari selama bulan pertama kelahiran. Tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar 15 mmHg) selama satu jam pertama setelah lahir. Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik. c. Suhu Tubuh Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-370C. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada rektal. d. Kulit Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat dengan sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan selangkangan. Kulit biasanya dilapisi dengan zat lemak berwarna putih kekuningan terutama di daerah lipatan dan bahu yang disebut verniks kaseosa. e. Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan jumlah atau tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.
  • 12. f. Tali Pusat Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis. Keadaan tali pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan di sekitarnya. g. Refleks Beberapa refleks yang terdapat pada bayi : 1) Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang mengagetkan akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka. 2) Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan dirangsang akan memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar graps, bila telapak kaki dirangsang akan memberi reaksi. 3) Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang datang atau diangkat akan bergerak seperti berjalan. 4) Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh kepalanya ke sisi yang disentuh itu mencari puting susu. 5) Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam mulut bayi akan membuat gerakan menghisap. h. Berat Badan Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis. Namun harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan lahir. Berat badan lahir normal adalah 2500 sampai 4000 gram. i. Mekonium Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap hitam kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar dalam 24 jam pertama. j. Antropometri Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas dan panjang badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar kepala fronto-occipitalis 34cm, suboksipito-bregmantika 32cm, mento occipitalis 35cm. Lingkar dada normal 32-34 cm. Lingkar lengan atas normal 10-11 cm. Panjang badan normal 48-50 cm. k. Seksualitas
  • 13. Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas berdarah sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis turun, skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasa terjadi. J. Diagnosa Keperawatan 1. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan refleks hisap tidak adekuat. 2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak. 3. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah. 4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya air (IWL), keterbatasan masukan cairan. 5. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi. K. Rencana Keperawatan 1. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan refleks hisap tidak adekuat. Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi. Kriteria hasil: a) Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir. b) Intake dan output makanan seimbang. c) Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi. Rencana tindakan: a) Timbang BB setiap hari. b) Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen. c) Anjurkan ibu untuk menyusui pada payudara secara bergantian 5-10 menit. d) Lakukan pemberian makanan tambahan.
  • 14. e) Observasi bayi terhadap adanya indikasi masalah dalm pemberian makanan (tersedak, menolak makanan, produksi mukosa meningkat). 2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak. Tujuan: perubahan suhu tidak terjadi. Kriteria: a) Suhu tubuh normal 36-370 C. b) Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan pucat. Rencana tindakan: a) Pertahankan suhu lingkungan. b) Ukur suhu tubuh setiap 4 jam. c) Mandikan bayi dengan air hangat secara tepat dan cepat untuk menjaga air bayi tidak kedinginan. d) Perhatikan tanda-tanda strees dingin dan distress pernapasan( tremor, pucat, kulit dingin). 3. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah. Tujuan : infeksi tidak terjadi Kriteria hasil: a) Bebas dari tanda-tanda infeksi. b) TTV normal:S: 36-370C, N:70-100x/menit, RR: 40-60x/menit c) Tali pusat mengering Rencana tindakan : a) Pertahankan teknik septic dan aseptic. b) Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali perhari. c) Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda infeksi. d) Infeksi kulit setiap hati terhadap ruam atau kerusakan integritas kulit. e) Ukur TTV setiap 4 jam. f) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium.
  • 15. 4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya air (IWL), keterbatasan masukan cairan. Tujuan: kebutuhan cairan terpenuhi Kriteria hasil: a) Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai dengan output kurang dari 1-3ml/kg/jam. b) Membran mukosa normal. c) Ubun-ubun tidak cekung. d) Temperature dalam batas normal. Rencana tindakan : a) Pertahankan intake sesuai jadwal b) Berikan minum sesuai jadwal c) Monitor intake dan output d) Berikan infuse sesuai program e) Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor kulit, mata f) Monitor temperatur setiap 2 jam 5. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi. Tujuan : orang tua mengetahui perawatan pertumbuhan dan perkembangan bayi Kriteria hasil: a) Orang tua mengatakan memahami kondisi bayi. b) Orang tua berpartisipasi dalam perawatan bayi. Rencana tindakan: a) Ajarkan orang tua untuk diskusi dengan diskusi fisiologi, alasan perawatan dan pengobatan. b) Diskusikan perilaku bayi baru lahir setelah periode pertama. c) Lakukan pemeriksaaan bayi baru lahir saat orang tua ada. d) Berikan informasi tentang kemampuan interaksi bayi baru lahir. e) Libatkan dan ajarkan orang tua dalam perawatan bayi. f) Jelaskan komplikasi dengan mengenai tanda-tanda hiperbilirubin
  • 16. b. Evaluasi Keperawatan Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap ini adalah memahami respon terhadap intervensi keperawatan. Kemampuan mengembalikan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan-tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri 2 kegiatan yaitu: c. a. Evaluasi formasi menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon segera. d. b. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan. Disamping itu, evaluasi juga sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria tettentu yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai atau tercapai sebagian. e. 1) Tujuan Tercapai f. Tujuan dikatakan teracapai bila klien telah menunjukkan perubahan kemajuan yang sesuai dengan keiteria yang telah ditetapkan g. 2) Tujuan tercapai sebagian h. Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari berbagai masalah atau penyebabnya, seperti klien dapat makan sendiri tetapi masih merasa mual, setelah makan bahkan kadang-kadang muntah. i. 3) Tujuan tidak tercapai j. Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan adanya perubahan kearah kemajuan sebagaimana kriteria yang diharapkan. k. Evaluasi sumatif masing-masing diagnosa keperawatan secara teori adalah : l. a. Resiko tinggi perubahan nutrisi tidak terjadi. m. b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh tidak terjadi.
  • 17. n. c. Resiko tinggi infeksi tidak terjadi. o. d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tidak terjadi. p. e. Kurangnya pengetahuan orang tua teratasi. BAB II TINJAUAN KASUS DAFTAR PUSTAKA Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Duraida. 2012. Askeb Bayi Baru Lahir .http://durarida.blogspot.com/2012/06/askeb-bayi-baru-lahir-normal.html di akses sabtu, 26 Januari 2012 Pukul 22.56 WIB DAFTAR PUSTAKA _________, 1985, Buku Kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta. IOWA Outcomes Project, Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi 2, 2000, Mosby IOWA Outcomes Project, Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi 2, 2000, Mosby Nelson, 1992, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian 2, EGC, Jakarta Pusponegoro.H.D., dkk, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan anak, Edisi I, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Ralph & Rosenberg, 2003, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006, Philadelphia USA Wong, 2003, Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta
  • 18. Carpenito, rencana Asuhan dan dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, 1995, EGC, Jakarta Noer. S., Waspadji.S., Rachman.M., Lesmana.L.A, Widodo.D., Isbagio.I., Alwi.I., Husodo.U.B.,1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. LAMPIRAN Rabu, 08 Februari 2012 , http://ivan-vla.blogspot.com/2012/02/askep-bbl-normal_08.html ASKEP BBL NORMAL LAPORAN PENDAHULUAN BAYI BARU LAHIR NORMAL 1. Fisiologi Neonatus. Fisiologi neonatus ialah ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital neonatus, yaitu satu organisme yang sedang tumbuh, yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan ekstra uteri, tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. 1) Respirasi Neonatus. Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas harus melalui paru bayi. Sebelum terjadi pernafasan, neonatus dapat mempertahankan hidupnya dalam keadaan anoksia lebih lama karena ada kelanjutan metabolisme anaerob. Rangsangan untuk gerakan pernafasan pertama ialah tekanan mekanis dari toraks sewaktu melalui jalan lahir. Penurunan PaO2 dan kenaikan PaCO2merangsang kemoreseptor terletak disinus karotikus, rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permulaan gerakan pernafasan. Refleks deflasi, hering breus, selama ekspirasi, setelah inspirasi dengan tekanan positif, terlihat suatu inspiratory gasp. Respirasi pada masa demalus terutama diafragmatik dan abdominal dengan biasanya masih tidak teratur dalam hal frekuensi dan dalamnya pernafasan, setelah paru berfungsi, pertukaran gas dalam paru sama dengan pada orang dewasa, tetapi oleh karena bronchiolus relatif kecil, mudah terajadi air tropping. 2) Jantung Dan Sirkulasi. Pada masa fetus darah plasenta melalui vena umbilikalis sebagian ke hati, sebagian langsung ke serambi kiri jantung kemudian ke bilik kiri jangtung, dari bilik darah dipompa melalui aorta ke seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah dipompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus aorta. Setelah bayi lahir paru akan berkembang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara fungsional, hal ini terjadi pada jam-jam pertama, setelah kelahiran. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh sejumlah darah yang melalui transfusi plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.
  • 19. 3) Traktus Digestivus. Traktus digestivus pada neonatus relatif lebih berat dan panjang dibandingkan orang dewasa. Pada neonatus traktus digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama. Dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase pankreas, aktifitas lipase telah ditemukan pada fetus 7 – 8 bulan. 4) Hati Dan Metabolisme. Segera setelah lahir hati menunjukan perubahan biokimia dan morfologis, yaitu kenalkan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang walaupun memakan waktu agak lama. Luas permukaan neonatus terlahir lebih besar daripada orang dewasa, sehingg metabolisme basal per kg BB lebih besar, pada jam pertama energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat. Pada hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak, setelah mendapatkan susu lebih kurang pada hari keenam, energi 60 % didapatkan dari lemak dan 40 % dari karbohidrat. 5) Produksi Panas. Bila suhu sekitar turun, ada 3 cara tubuh untuk meninggikan suhu, yaitu: aktifitas otot, shivering, non shivering thermogenesis (NST). Pada neonatus cara untuk meninggikan suhu terutama dengan NST, yaitu dengan pembakaran „ Brown Fat „ yang memberikan lebih banyak energi per gram dari pada lemak biasa. 6) Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal. Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan ekstraselular luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa, ada ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerolus dan volume tubulus proksimal „ Renal Blood Flow „ pada neonatus relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa. 7) Kelenjar Endokrin. Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu bayi baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi. Misalnya dapat dilihat pembesaran kelenjaran air susu pada bayi laki-laki ataupun perempuan. Kadang- kadang dapat dilihat „ With Drawal „ misalnya pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid pada bayi perempuan, kelenjar tyroid sudah sempurna terbentuk sewaktu lahir dan sudah mulai berfungsi sejak beberapa hari sebelum lahir. 8) Susunan Saraf Pusat. Sewaktu lahir fungsi motorik terutama ialah subkortikol. Setelah lahir jumlah cairan otak berkurang sedangkan lemak dan protein bertambah. 9) Imunoglobulin. Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sum-sum tulang dan lamina proprianeum dan apendiks plasenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari
  • 20. antigen dan stress imunologis. Pada bayi baru lahir hanya terdapat globulin gamma G, yaitu imunologi dari ibu yang dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil, tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta seperti illeus,taksoplasma, herpes simpleks dan penyakit virus lainnya, reaksi imunologi dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma dan anti body gamma A, gamma G, gamma M, imunologi dalam kolostrum berguna sebagai proteksi lokal dalam traktus digestivus, misalnya terhadap beberapa strain E. Colli. 2. Pemeriksaan Fisik Neonatus. Tujuan pemeriksaan fisik neonatus segera setelah lahir ialah untuk menemukan kelainan yang segera memerlukan pertolongan dan sehingga dasar untuk pemeriksaan selanjutnya. Sebelum memeriksa neonatus sebaiknya pemeriksaan mengetahui riwayat kehamilan dan persalinan. 1) Keadaan Umum. a) Keaktifan. Bila bayi diam, mungkin bayi sedang tidur nyeyak atau mungkin pula ada defresi susunan saraf pusat karena obat atau karena sesuatu penyakit. Bila bayi bergerak aktif dipertahankan apakah pergerakan itu simetris atau tidak. Keadaan yang asimetris dapat dilihat misalnya pada keadaan patah tulang, kerusakan saraf,leukosia dsb. b) Keadaan Gizi Dapat dinilai dari berat badan, panjang badan, dan kerut pada kulit, ketegangan kulit hati-hati terhadap edema, karena dapat disangka gizi baik. c) Rupa. Kelainan kongenital tertentu sering sudah dapat dilihat pada rupa neonatus. Misal sindrom down, kretinisme, agenesis ginjal bilateral dsb. d) Posisi. Sering bergantung pada letak presentase janin intravena. Posisi yang biasa ialah dalam keadaan fleksi tungkai dan lengan. e) Kulit. Normal warna kulit ialah kemerah-merahan, dilapis oleh verniks caseosa yang melindungi kulit bayi dan terdiri dari campuran air dan mineral dan mengandung sebum lainnya. Sel peridermal dan debis lain. Warna kulit menggambarkan beberapa keadaan misalnya warna pucat terdapat anemia, renjatan, warna kuning terdapat pada inkompatibilitas antara darah ibu dan bayi, sepsis. Warna biru ditemukan pada aspiksia livida. Kelainan jantung kongenital dengan pirau dari kanan dan kiri. 2) Kepala Dan Leher. Tulang kepala sering menunjukan “moulage” yaitu tulang parietal biasanya berhimpitan dengan tulang oksipitas dan frontal, sehingga mengukur lingkaran kepala sebaiknya ditunggu setelah “moulage” itu hilang, lingkaran kepala besar ialah melalui glabela dan oksipitalis biasanya antara 33 – 38 cm. Perhatikan juga kaput suksdanium,perdarahan, subaponeurotik, hematoma cepal. BAYI BARU LAHIR NORMAL 1. Pengertian.
  • 21. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada umur 36 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahir 2500 – 4000 gram. 2. Spesifikasi Bayi Baru Lahir Normal. 1) Initial ukuran dan vital sign. Panjang : Ukuran bokong 31 – 55, kepala sampai tumit 48 – 53 cm. Berat : 2500 – 4000gram. Suhu : Ketiak = 36,5 – 37 „C. Rektum = 35,5 – 37,5 „C. Denyut Jantung : 110 – 160 x/m. Respirasi : 40 – 60 x/m. 2) Kulit. Kelihatan lembut, halus, hampir transparan, elastis, bermukan merah, vernik caseosa dan lanuno sedikit. 3) Kepala. Kepala fleksi ke dada, tengkorak bertingkat, lembut, fontanella mayor 3 – 6 cm, fontanella minor 1 – 2 cm. 4) Leher. Pendek dan lurus, bayi yang tiarap dapat menahan leher, dengan memutar kepala dengan satu sisi lainnya, bayi yang dalam posisi duduk memperlihatkan kemampuan sementara waktu untuk menegakkan kepala. Lingkar kepala OB = 35 cm, OS = 34 cm, OK = 32 cm. 5) Mata. Pupil berbentuk bulat, respon terhadap cahaya langsung bereaksi. 6) Telinga. Respon terhadap suara nyaring dengan terkejut, membran timpani terlihat suram. 7) Hidung, tenggorokan, dan mulut. Bayi bernafas dengan hidung, dapat bersin dan menangis dengan kuat, lidah terletak digaris tengah mulut, palatum lengkap, refleks isap baik. 8) Dada dan paru. Lingkar dada 30,5 – 33 cm, diameter anterior posterior dan lateral adalah sama, ujung xipoie anterior menonjol pada puncak dari sudut iga, pernafasan perut 40 – 60 x/m. sebentar lambat dangkal atau dalam dan cepat dengan periode apneu 6 – 15 detik, suara nafas jelas, nyaring, bronchovesikuler dan hipersonan, terkadang payudara mengeluarkan sekret. 9) Punggung dan ekstrimitas. Tangan dan kaki mempunyai ukuran, bentuk dan letak yang simetris, tubuh fleksi dan kedua tangan menggenggam, tulang belakang lurus saat berbaring dan menapak pada posisi berbaring telungkup “seperti huruf C” punggung stabil dan tidak terjadi dislokasi, tonus otot baik terutama ketahanan terhadap posisi fleksi yang berlawanan dan rentang penuh sendi utama. 10) Jantung. Mengikuti kecendrungan pernafasan, denyut jantung 110 – 160 x/m, bunyi jantung jelas dan teratur, frekuensi tidak teratur, PMI mungkin terlihat dari interkosta ke 4 kiri dan garis midklavikula, S1 lebih nyaring, S2 pada puncak dan S2 lebih nyaring dari S1 di daerah pulmonal.
  • 22. 11) Perut. Lunak dengan bentuk silinder, menonjol, pada permukaan perut terlihat permukaan vena, ujung umbilikal kering dan agak gelap, liver teraba kenyal, ujung tajam / halus, 1 – 2 cm dibawah kosta iga kanan, ujung lien sepanjang pinggir dari sudut kuadran kiri atas, ginjal bisa dipalpasi dalam dengan menekan sekitar 1 – 2 cm diatas umbilikal. 12) Genetalia wanita dan pria. Labia mayora menutup labia minora, klitoris sudah agak tetutup. Pada pria glans plenis ditutupi oleh kulit dimana terdapat saluran uretra, tertis sudah dalam skrotum, urin terlihat jernih. 13) Rektum. Anus ada, mekonium ada, refleks anus jelas. 3. Perawatan Bayi Baru Lahir. 1) Pencegahan hipotermia. ♦ Kurangi / hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi. ♦ Pantau suhu bayi. 2) Pemenuhan nutrisi. ♦ Rawat gabung dan ASI ekslusif yang adekuat. 3) Pencegahan aspirasi. ♦ Tehnik menyusui yang baik. ♦ Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorokan. ♦ Ebservasi vital sign dan keadaan umum. 4) Pencegahan infeksi. ♦ Perawatan yang steril. ♦ Personal hygent. ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR 1. Biodata.
  • 23. 1) Identitas bayi. 2) Identitas orang tua. 2. Riwayat Kesehatan. 1) Riwayat penyakit sekarang. Cara lahir, apgar score, cara lahir, kesadaran. 2) Riwayat perinatal. Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan. 3) Riwayat persalinan. Cara persalinan, trauma persalinan. 3. Pemeriksaan Fisik. 1) Keadaan umum. ♦ Kesadaran. ♦ Vital sign. ♦ Antropometri. 2) Kepala. Apakah ada trauma persalinan, adanya caput, chepal hematom, tanda forcep. 3) Mata. Apakah ada katarak, neonatal, btenorhoe. 4) Sistem gastrointestinal. Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak untuk disusui, muntah / distensi abdomen, stomatitis, BAB. 5) Sistem pernafasan. Apakah ada kesulitan bernafas, takipneu, bradipneu, teratur / tidak, bunyi nafas 6) Tali pusat. Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan jumlah pembuluh darah ( 2 arteri, 1 vena ). 7) Sistem genitourinaria. Apakah hipospadia, epispadia, testis, BAK, 8) Ekstrimitas. Cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak, posisi / postur normal / abnormal. 9) Sistem muskuluskletal. Tonus otot, kekuatan otot, kaku ?, lemah ?, asimetris. 10) Kulit Pustula, abrasi, ruam ptekie. 4. Pemeriksaan Fisik. 1) Apgar Score. 2) Frekuensi kardiovaskuler. Apakah takikardi, bradikardi / normal. 3) Sistem neurologis. Refleks moro = tidak ada, asimetris / hiperaktif. 4) Refleks mengisap = kuat / lemah. Refleks menjejak = baik / buruk. Koordinasi refleks menghisap dan menelan.
  • 24. 5. Pemeriksaan Laboratorium. 1) Sampel darah tali pusat. 2) Jenis ketonuria. 3) Hematokrit. 6. Diagnosa Keperawatan. 1) Resiko hipotermi b.d transisi lingkungan ekstra uterus. 2) Resiko infeksi b.d sistem imun yang belum sempurna, peningkatan kerentanan bayi. 3) Resiko terhadap aspirasi. 7. Tujuan Dan Kriteria. 1) Hipotermi tidak terjadi dengan kriteria: ♦ Suhu 36,5 „C – 37,2 „C. ♦ Tubuh kemerahan, tidak pucat. 2) Infeksi tidak terjadi dengan kriteria: ♦ Tidak ada tanda-tanda infeksi pada mata, kulit dan tali pusat. ♦ Bayi bebas dari proses infeksi nosokomial 3) Aspirasi tidak terjadi dengan kriteria: ♦ Pernafasan normal. ♦ Sianosis (-). 8.Intervensi Keperawatan. 1)Diagnosa I. ♦ Kurangi / hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi. ♦ Pantau suhu bayi tiap hari. ♦ Ajarkan keluarga tanda-tanda hipotermi, dingin, pucat. 2)Diagnosa II. ♦ Lakukan semua tindakan perawatan dengan steril anti septik. ♦ Observasi mata setiap hari, bersihkan dengan air steril / garam fisiologis. ♦ Pertahankan kulit terutama lipatan-lipatan selalu bersih dan kering. ♦ Observasi talu pusat dan identifikasi peradangan. ♦ Jaga personal hygent bayi. ♦ Minimalkan perawatan tinggal di RS. ♦ Ajarkan keluarga mengenal penyebab, resiko, tanda dan cara pencegahan, infeksi. 3)Diagnosa III. ♦ Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorokan dengan tissue penghisap secara perlahan. ♦ Ajarkan tehnik menyusui yang benar. ♦ Observasi vital sign dan keadaan umum. 9. Daftar Pustaka. Pusdiknakes.1995. Asuhan Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga.DepKesRI; Jakarta. Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta; EGC
  • 25. ASUHAN KEPERAWATAN BAYI NORMAL APLIKASI NANDA, NOC, NIC Diposkan oleh Rizki Kurniadi, http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-bayi- normal-aplikasi.html A. Pendahuluan Bayi baru lahir (BBL) dengan kondisi normal merupakan dambaan setiap pasangan orang tua. Sebagian besar BBL (< 80%) akan lahir dengan kondisi normal. Hal ini sebagian besar merupakan kelanjutan keberhasilan hasil konsepsi dan indikator pelayanan kesehatan maternal-neonatal yang baik dan berkualitas. Namun ada kalanya bayi yang lahir dalam keadaan normal dalam perjalanan hidupnya kemudian menjadi bermasalah. Untuk itu diperlukan kecermatan dan perhatian dalam perawatan BBL, meskipun terlahir normal. Nasib anak yang dilahirkan dengan seksio sesarea (SC) banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan SC. Menurut statistik di negara-negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal yang baik, kematian perinatal pasca SC berkisar 4-7%. B. Kriteria Bayi Normal a. Masa gestasi cukup bulan: 37-40 minggu b. Berat lahir 2500-4000 gram c. Lahir tidak dalam keadaan asfiksia: (lahir menangis keras, nafas spontan dan teratur, skor Apgar >7. d. Tidak terdapat kelainan kongenital berat C. Langkah Promotif/Preventif a. Mempersiapkan kehamilan ibu dengan baik dengan memperhatikan status nutrisi, kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil b. Melaksanakan perawatan antenatal yang teratur
  • 26. c. Melakukan perawatan perinatal esensial d. Mencegah persalinan prematur e. Melakukan resusitasi dengan baik dan benar. D. Langkah Diagnosis 1. Anamnesis a. Riwayat perawatan antenatal yang teratur b. Riwayat HPMT 9 hari pertama haid terakhir) c. Riwayat kehamilan ibu baik; tidak ada DM, preeklamsia / eklamsia, hipertensi, perdarahan antepartum d. Riwayat persalinan normal e. Riwayat bayi lahir langsung menagis 2. Pemeriksaan fisik : a. Berat lahir 2500-4000 gram b. Tidak dijumpai tanda-tanda prematuritas c. Bayi bugar, menangis keras, tonus otot baik, kulit kemerahan dan denyut jantung >100 kali/menit d. Tidak dijumpai kelainan kongenital 3. Pemeriksaan penunjang Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan penunjang, kecuali dalam keadaan ragu dan atau untuk menghitung masa gestasi, maka dapat dilakukan pemeriksaan skor ballard atau dubowitz E. Penatalaksanaan Manajemen BBL normal 1 Perawatan esensial pasca persalinan yang bersih dan aman, serta inisiasi pernafasan spontan (resusitasi), dilanjutkan dengan a. Stabilisasi suhu atau jaga agar suhu badan bayi tetap hangat dengan jalan membungkus badan dengan kain, selimut, atau pakaian kering dan hangat, memakai tutup kepala, segera meletakkan pada dada atau puting susu ibu, tidak memandikan sebelum berumur 6 jam. b. Pemeriksaan asi dini dan eksklusif, dimulai pada 30 menit pertama 2 Pencegahan terhadap infeksi dan pemberian imunisasi
  • 27. 3 Pemberian vitamin K, secara intramuskuler atau oral, dosis injeksi 1 mg sekali pemberian, atau oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu). 4 Perawatan mata dengan pemberian tetes mata antibiotika tetrasiklin atau klorampenikol. 5 Perawatan tali pusat dengan menjaga kebersihan dan agar tetap kering tidak lembab. 6 Pemberian vaksin polio dan hepatitis B pertama. F. Pemantauan Terapi 1. Bayi normal biasanya tidak memerlukan terapi lebih lanjut Pemantauan lain: 2. Meskipun bayi normal, tetap harus dipantau selama minimal 6 jam untuk melihat kemungkinan timbulnya bahaya, terutama hipotermi dan hipoglikemia sertagangguan nafas. Pemantauan tumbuh kembang: 3. Perlu kunjungan tindak lanjut pada bidan atau dokter 4. Pemeriksaan imunisasi BCG pada usia 1 bulan 5. Periksa teratur di klinik tumbuh kembang, pos yandu, puskesmas, bidan atau dokter praktek untuk memantau tumbuh kembangnya. G. Asuhan keperawatan bayi baru lahir normal Pengkajian 1. Pengkajian fisik a. Pengukuran umum :  Lingkar kepala 33-35 cm,  Lingkar dada 30,5-33 cm,  Lingkat kepala 2-3 cm > dari linkar dada,  Panjang kepala ke tumit 48-53 cm,  BBL 2700-4000 gram b. Tanda vital :  Suhu 36,50C-370C (aksila),  Frekwensi jantung 120-140 x/m (apical),
  • 28.  Pernafasan 30-60x/m  Tekanan darah c. Kulit :  Saat lahir: merah terang, menggembung, halus  Hari kedua-ketiga: merah muda, mengelupas, kering  Vernik kaseosa  Lanugo  Edema sekitar mata, wajah, kaki, punggung tangan, telapak, dan skrotum atau labia. d. Kepala  Fontanel anterior: bentuk berlian, 2,5-4,0 cm  Fontanel posterior:bentuk segitiga 0,5-1 cm  Fontanel harus datar, lunak danpadat  Bagian terlebar dari fontanel diukur dari tulang ke tulang, bukan dari sututa ke sutura. e. Mata :  Kelopak biasanya edema, mata tertutup  Warna agak abu-abu, biru gelap, coklat  Tida ada air mata  Ada refleks merah, reflek pupil (repon cahaya), refleks berkedip (respon cahaya atau sentuhan)  Fiksasi rudimenter pada obyek dan kemampuan mengikuti ke garis tengah. f. Telinga :  Posisi puncak pinna berada pada garis horizontal bersama bagian luar kantus mata  Reflek moro atau refleks terkejut ditimbulkan oleh bunyi keras dan tiab-tiba  Pina lentur adanya kartilago. g. Hidung :  patensi nasal, rabas nasal-mukus putih encer, bersin
  • 29. h. Mulut dan tenggorok :  Utuh, palatum arkus-tinggi, uvula di garis tengah, frenulum lidah, frenulum bibir atas  Reflek menghisap kuat dan terkoordinasi, reflek rooting  Refleks gag, refleks ekstrusi  Salivasi minimal atau tidak ada, menangis keras. i. Leher :  Pendek, gemuk, biasanya dikelilingi oleh lipatan kulir, reflek leher tonik, refleks neck-righting, refleks otolith righting j. Dada :  Diameter anterior posteriordan lateral sama  Retraksi sternal sedikit terlihat selama inspirasi  Terlihat prosesusxifoideus pembesaran dada. k. Paru-paru :  Pernafasan utamanya adalah pernafasan abdominal  Reflek batuk tidak ada saat lahir, ada setelah 1-2 hari.  Bunyi nafas bronchial sama secara bilateral l. Jantung :  Apeks: ruang intercostal ke4-5, sebelah lateral batas kiri sternum  Nada S2 sedikit lebih tajam dan lebih tinggi daripada S1 m. Abdomen :  Bentuk silindris  Hepar: dapat diraba 2-3 cm dibawah marjin kostal kanan  Limpa: puncak dapat diraba pada akhir minggu pertama  Ginjal: dapat diraba 1-2 cm diatas umbilicaus  Pusat umbilicus: putih kebiruan pada saat lahir dengan 2 arteri dan 1 vena  Nadi femoral bilateral sama n. Genetalia wanita :
  • 30.  Labia dan klitoris biasanya edema  Labia minora lebih besar dari labia mayora  Meatus uretral di belakang klitoris  Verniks kaseosa di antara labia  Berkemih dalam 24 jam o. Genetalia pria : p. Punggung dan rektum :  Spina utuh, tidak ada lubang masa, atau kurva menonjol  Refleks melengkung, batang tubuh  Wink anal  Lubang anal paten  Lintasa mekonium dalam 36 jam q. Ekstrimitas :  10 jari kaki dan tangan  rentang gerak penuh  punggung kuku merah muda, dengan sianosis sementara segera setelah lahir  fleksi ekstremitas atas dan bawah  telapak biasanya datar  ekstrimitas simetris  tonus otot sama secara bilateral, terutama tahanan pada fleksi berlawanan  nadi brakialis bilateral sama. r. Sistem neuromuskuler:  Ekstrimitas biasanya mempertahankan derajat fleksi  Ekstensi ekstrimitas diikuti dengan posisi fleksi sebelumnya.  Kelambatan kepala saat duduk, tetapi mampu menahan kepala agar tetap tegak walaupun sementara  Mampu memutar kepala dari satu sisi kesisi lain ketika tengkuran  Mampu menahan kepala dalam garis horizontal dengan punggung bila tengkurap.
  • 31. 2. Pengkajian usia gestasi 3. Observasi status tidur dan aktivitas  Tidur regular: 4-5 jam/hari, 10-20 menit/siklus mata tertutup, pernafasan regular, Tak ada gerakan kecuali sentakan tubuh yang tiba-tiba.  Tidur ireguler: 12-15 jam/hari, 20-45 menit/siklus tidur, mata tertutup, pernafasan tidak teratur, sedikit kedutan pada otot.  Mengantuk: bervariasi, mata mungkin terbuka, pernafasan ireguler, gerakan tubuh aktif.  Inaktivitas sadar: 2-3 jam/hari. Berespon terhadap lingkungan dengan gerakan aktif dan mencari obyek pada rentang dekat.  Terbangun dan menangis: 1-4 jam/hari. Mungkin dengan merengek dan sedikit gerakan tubuh, berlanjut pada menangis keras dan marah serta gerakan ekstrimitas yang tidak terkoordinasi. 4. Observasi perilaku kedekatan orang tua  Bila bayi dibawa ke orang tua, apakah mereka meraih anak dan memanggil namanya?  Apakah orang tua membicarakan tentang anaknya dalam hal identifikasi/  Kapan orang tua menggendong bayi, kontak tubuh seperti apa yang terjadi?  Ketika bayi bangun, stimulasi apa yang dilakukan?  Seberapa nyaman keleihatan orang tua dalam merawat bayi?  Tipe afeksi apa yang ditunjuukan pada bayi baru lahir, seperti tersenyum, membelai, mencium atau menimang?  Bila bayi rewel, tehnik kenyamanan apa yang dilakukan orang tua? Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. mucus berlebihan, posisi tidak tepat 2. Risiko infeksi b.d. kurangnya pertahanan imunologis, faktor lingkungan, penyakit ibu. 3. Hipotermi b.d berada di lingkungan yang dingin/sejuk, pakaian yang tidak memadai, evaporasi kulit di lingkungan yang dingin. 4. Risiko trauma berhubungan dengan ketidakberdayaan fisik 5. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi) b.d. imaturitas, kurang pengetahuan orang tua.
  • 32. 6. Perubahan oroses keluarga b.d krisis maturasi, kelahiran cukup bulan, perubahan dalam unit keluarga 7. PK Hipoglikemi Diagnosa keperawatan yang sering muncul 1. bersihkan jalan nafas tidak efektif sampai dengan obstruksi jalan nafas banyaknya mukus. 2. resiko infeksi 3. resiko ketidakseimbangan suhu tubuh dengan faktor resiko paparan dingin/sejuk: perubahan suhu infra uteri ke extra uteri. Rencana Keperawatan No Dianogsa Tujuan Intervensi Keperawatan
  • 33. 1. Bersihan jalan nafas tak Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas (3140) : efektif b.d obstruksi keperawatan selama … X jalan nafas : banyaknya 24 jam, klien diharapkan 1. Buka jalan nafas mucus. mampu menunjukan jalan 2. Posisikan klien untuk memak-simalkan nafas yang paten dengan ventilasi indicator : Batasan karakteristik : 3. Identifikasi klien perlunya pema-sangan alat jalan nafas buatan - Dyspuea Status Respirasi : Patensi 4. Keluarkan sekret dengan suction Jalan Nafas (0410) : - Cyanosis 5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara - Pasien tampak tenang - Kelainan suara nafas tambahan (tidak cemas) (kracles) 6. Monitor respirasi dan ststus O2 - RR: 30-60X/menit - Mata melebar - Irama nafas teratur - Produksi sputan Suction Jalan Nafas (3160) : - Pengeluaran sputum pada - Gelisah jalan nafas 1. Auskultasi suara nafas sebelum dan - Perubahan frekwensi sesudah suctioning - Tidak ada suara nafas dan irama nafas tambahan 2. Informasikan pada keluarga tentang suctioning - Warna kulit kemerahan 3. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotracheal 4. Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan 5. Berikan waktu istirahat pada klien setelah kateter dikeluarkan dari naso trakeal 6. Hentikan suction dan berikan O2 jika klien menunjukan bradikadi, peningkatan saturasi O2, dll.
  • 34. 2. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Mengontrol Infeksi (6540) : keperawatan selama…X 24 jam, pasien diharapkan1. Bersihkan box / incubator setelah dipakai terhindar dari tanda dan bayi lain Batasan karakteristik: gejala infeksi dengan 2. Pertahankan teknik isolasi bagi bayi ber- - Prosedur invasif indicator : penyakit menular - Malnutrisi Status Imun (0702) : 3. Batasi pengunjung - - Ketidakadekuatan imun RR : 30-60X/menit 4. Instruksikan pada pengunjung untuk cuci buatan tangan sebelum dan sesudah berkunjung - Irama napas teratur - Suhu 36-37˚ C 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan - Integritas kulit baik 6. Cuci tangan sebelum dan sesudah mela- - Integritas nukosa baik kukan tindakan keperawatan - Leukosit dalam batas 7. Pakai sarung tangan dan baju sebagai normal pelindung 8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat 9. Ganti letak IV perifer dan line kontrol dan dressing sesuai ketentuan 10. Tingkatkan intake nutrisi 11. Beri antibiotik bila perlu. Mencegah Infeksi (6550) 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal 2. Batasi pengunjung 3. Skrining pengunjung terhadap penyakit menular 4. Pertahankan teknik aseptik pada bayi beresiko 5. Bila perlu pertahankan teknik isolasi 6. Beri perawatan kulit pada area eritema 7. Inspeksi kulit dan membran mukosa
  • 35. terhadap kemerahan, panas, dan drainase 8. Dorong masukan nutrisi yang cukup 9. Berikan antibiotik sesuai program
  • 36. 3. Resiko Setelah dilakukan tindakan Mengatur temperature (3900) : ketidakseimbangan keperawatan selama…X 24 suhu tubuh b.d faktor jam diharapkan klien Monitor temperatur klien sampai stabil 1. resiko paparan dingin / terhindar dari ketidak- 2. Monitor nadi, pernafasan sejuk : perubahan suhu seimbangan suhu tubuh intrauteri ke extrauteri. dengan indicator : 3. Monitor warna kult Termoregulasi Neonatus 4. Monitor tanda dan gejala hipotermi / (0801) : hipertermi - Suhu axila 36-37˚ C 5. Perhatikan keadekuatan intake cairan - RR : 30-60 X/menit 6. Pertahankan panas suhu tubuh bayi (missal : segera ganti pakaian jika basah) - HR 120-140 X/menit 7. Bungkus bayi dengan segera setelah lahir - Warna kulit merah muda untuk mencegah kehilangan panas - Tidak ada distress respirasi 8. Jelaskan kepada keluarga tanda dan gejala - Hidrasi adekuat hipotermi / hipertermi - Tidak menggigil 9. Letakkan bayi setelah lahir di bawah lampu sorot / sumber panas - Bayi tidak gelisah 10. Jelaskan kepada keluarga cara untuk - Bayi tidak letargi mencegah kehilangan panas / mencegah panas bayi berlebih 11. Tempatkan bayi di atas kasur dan berikan selimut. DAFTAR PUSTAKA _________, 1985, Buku Kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta. IOWA Outcomes Project, Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi 2, 2000, Mosby
  • 37. IOWA Outcomes Project, Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi 2, 2000, Mosby Nelson, 1992, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian 2, EGC, Jakarta Pusponegoro.H.D., dkk, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan anak, Edisi I, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Ralph & Rosenberg, 2003, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006, Philadelphia USA Wong, 2003, Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta Carpenito, rencana Asuhan dan dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, 1995, EGC, Jakarta Noer. S., Waspadji.S., Rachman.M., Lesmana.L.A, Widodo.D., Isbagio.I., Alwi.I., Husodo.U.B.,1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. askep bayi lahir normal, http://sennysusilo.blogspot.com/2012/04/askep-bayi-lahir-normal.html BAB I KONSEP MEDIS Bayi Baru Lahir (BBL) Normal A. Pengertian Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran. Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu. Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram. Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
  • 38. B. Adaptasi Fisiologis Baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi: 1. Sistem pernapasan Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran melalui plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali pusat dipotong). Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah akibat adanya tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir, penurunan tekanan oksigen dan peningkatan karbondioksida merangsang kemoreseptor pada sinus karotis. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli adanya surfaktan adalah menarik nafas, mengeluarkan dengan menjerit sehingga oksigen tertahan di dalam. Fungsi surfaktan untuk mempertahankan ketegangan alveoli. Masa alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku. Pernapasan pada neonatus biasanya pernapasan diafragma dan abdominal. Sedangkan respirasi setelah beberapa saat kelahiran yaitu 30 – 60 x / menit. 2. Jantung dan Sirkulasi Darah Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal dari plasenta masuk ke dalam tubuh janin melalui vena umbilikalis, sebagian besar masuk ke vena kava inferior melalui duktus dan vena sasaranti, darah dari sel-sel tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa pembakaran dan sebagian akan dialirkan ke plasenta melalui umbilikalis, demikian seterusnya. Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat, dengan demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan darah mengalir ke paru-paru, dengan demikian duktus botali tidak berfungsi lagi, foramen ovale akan tertutup. Penutupan foramen ovale terjadi karena pemotongan tali pusat. 3. Saluran Pencernaan Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup terbentuk dan janin telah dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak. Absorpsi air ketuban terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan, janin minum air ketuban dapat dibuktikan dengan adanya mekonium (zat yang berwarna hitam kehijauan). Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya dikeluarkan dalam 24 jam pertama. 4. Hepar Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam metabolisme hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar, setelah bayi lahir
  • 39. simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga sudah disimpan dalam hepar. Fungsi hepar janin dalam kandungan segera setelah lahir dalam keadaan imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk meniadakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT (Uridin Disfosfat Glukoronide Transferase) dan enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi dalam sintesis bilirubin sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis. 5. Metabolisme Pada jam-jam pertama energi didapat dari pembakaran karbohidrat dan pada hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak. Energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100 ml. 6. Produksi Panas Pada neonatus apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan penyesuaian suhu terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan pembakaran “Brown Fat” (lemak coklat) yang memberikan lebih banyak energi daripada lemak biasa. Cara penghilangan tubuh dapat melalui konveksi aliran panas mengalir dari permukaan tubuh ke udara sekeliling yang lebih dingin. Radiasi yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang lebih dingin tanpa kontak secara langsung. Evaporasi yaitu perubahan cairan menjadi uap seperti yang terjadi jika air keluar dari paru-paru dan kulit sebagai uap dan konduksi yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang lebih dingin dengan kontak secara langsung. 7. Kelenjar Endoktrin Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu bayi baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi misalkan pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid perempuan. Kelenjar tiroid sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir dan mulai berfungsi sejak beberapa bulan sebelum lahir. 8. Keseimbangan Air dan Ginjal Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa dan ada ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal, renal blood flow (aliran darah ginjal) pada neonatus relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa. 9. Susunan Saraf Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka dapat dilihat bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan. Gerakan menelan pada
  • 40. janin baru terjadi pada kehamilan empat bulan. Sedangkan gerakan menghisap baru terjadi pada kehamilan enam bulan. Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi lebih sempurna. Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 minggu dapat hidup diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif terhadap cahaya. 10. Imunologi Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada kehamilan 2 bulan dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi dilahirkan. Khususnya pada traktus respiratoris kelenjar liur sesuai dengan bakteri dapat alat pencernaan, imunoglobolin G dibentuk banyak dalam bulan kedua setelah bayi dilahirkan. Ig A, Ig D dan Ig E diproduksi secara lebih bertahap dan kadar maksimum tidak dicapai sampai pada masa kanak-kanak dini. Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI. 11. Sistem Integumen Kulit bayi baru lahir sangat sensitif dan mudah mengelupas, semua struktur kulit ada pada saat lahir tetapi tidak matur. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan erat dan sangat tipis, vernik keseosa juga bersatu dengan epidermis dan bertindak sebagai tutup pelindung dan warna kulit bayi berwarna merah muda. 12. Sistem Hematopoiesis. Saat bayi lahir nilai rata-rata Hb, Ht, SDM dan Leukosit lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa. Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl, Ht 44 – 72%, SDM 5 – 7,5 juta/mm3 dan Leukosit sekitar 18000/mm3. Darah bayi baru lahir mengandung sekitar 80% Hb janin. Presentasi Hb janin menurun sampai 55% pada minggu kelima dan 5% pada minggu ke 20. 13. Sistem Skelet Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh secara keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh. Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai. Wajah relatif kecil terhadap ukuran tengkorak yang jika dibandingkan lebih besar dan berat. Ukuran dan bentuk kranium dapat mengalami distorsi akibat molase. Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat baru lahir tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harys simetris, terdapat kuku jari tangan dan kaki, garis-garis telapak tangan dan sudah terlihat pada bayi cukup bulan. C. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir 1. Berat badan 2500 – 4000 gram 2. Panjang badan 48 – 52 cm 3. Lingkar dada 30 – 38 cm 4. Lingkar kepala 33 – 35 cm 5. Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit 6. Pernafasan ± – 60 40 kali/menit
  • 41. 7. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup 8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna 9. Kuku agak panjang dan lemas 10. Genitalia; Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada 11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik 12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik 13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik 14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan D. Penilaian Pada Bbl Dapt Ditentukan Dengan Apgar Score TANDA 0 1 2 1. Appearance/ Seluruh tubuh Badan merah, Seluruh tubuh warna kulit biru atau putih tangan dan kaki kemerahan biru 2. Pulse/ bunyi Tidak ada < 100 > 100 jantung 3. Grimace/ Reflek Tidak ada Perubahan mimic Bersin, batuk, menangis kuat 4. Activity/ Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif, aktivitas sedikit flexi ekstremitas flexi 5. Respiratory/ Tidak ada Lambat, tidak Menangis keras pernapasan teratur atau kuat E. Reflek – Reflek Fisiologis 1. Mata a. Berkedip atau reflek corneal Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau pada pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak ada maka menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial. b. Pupil
  • 42. Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang hidup. c. Glabela Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat. 2. Mulut dan tenggorokan a. Menghisap Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur. b. Muntah Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami reflek muntah, reflek ini harus menetap sepanjang hidup. c. Rooting Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai menghisap, harus hilang pada usia kira – kira 3 -4 bulan d. Menguap Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup e.Ekstrusi Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan mendorongnya keluar harus menghilang pada usia 4 bulan f.Batuk Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus terus ada sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir 3. Ekstrimitas a. Menggenggam Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki menyebabkan fleksi tangan dan jari b. Babinski Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi c. Masa tubuh (1). Reflek moro Kejutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstrimitas yang tiba –tiba serta mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk “C” diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat fleksi dengan lemah. (2). Startle
  • 43. Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku tangan tetap tergenggam (3). Tonik leher Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi. (3). Neck – righting Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis (4) Inkurvasi batang tubuh (gallant) Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul bergerak kea rah sisi yang terstimulasi. F. Penanganan Segera Bayi Baru Lahir Menurut JNPK-KR/POGI, APN, (2007) asuhan segera, aman dan bersih untuk bayi baru lahir ialah : 1. Pencegahan Infeksi Ø Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi Ø Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan Ø Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Ø Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop. 2. Melakukan penilaian Ø Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan Ø Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. 3. Pencegahan Kehilangan Panas Mekanisme kehilangan panas a. Evaporasi Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. b. Konduksi Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda – benda tersebut c. Konveksi
  • 44. Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin, co/ ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan. d. Radiasi Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda – benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda – benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung) Mencegah kehilangan panas Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut : a. Keringkan bayi dengan seksama Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya. b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering) c. Selimuti bagian kepala bayi Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup. d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu (1) jam pertama kelahiran e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam (^) jam setelah lahir. Praktik memandikan bayi yang dianjurkan adalah : (1). Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum memandikan bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermi) (2). Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh stabil (suhu aksila antara 36,5º C – 37º C). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,5º C, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan persentuhan kuli ibu – bayi dan selimuti keduanya. Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling sedikit) satu (1) jam. (3). Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernapasan
  • 45. (4). Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya hangat dan tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan siapkan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan. (5). Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat (6). Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering (7). Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi diselimuti dengan baik (8). Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti dengan baik (9). Ibu dan bayi disatukan di tempat dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat g. Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya, untuk menjaga bayi tetap hangat dan mendorong ibu untuk segera memberikan ASI 4. Membebaskan Jalan Nafas nafas Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut : Ø Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat. Ø Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang. Ø Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril. Ø Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar. Ø Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat Ø Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung Ø Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score) Ø Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus diperhatikan. 5. Merawat tali pusat Ø Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat. Ø Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya. Ø Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi Ø Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan kering. Ø Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau
  • 46. steril). Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara mantap klem tali pusat tertentu. Ø Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang berlawanan. Ø Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin 0,5% Ø Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik..(Dep. Kes. RI, 2002) 6. Mempertahankan suhu tubuh bayi Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat (Prawiroharjo, 2002). Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal, jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti mungkin akan mengalami hipoterdak, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia. Pencegah terjadinya kehilangan panas yaitu dengan : Ø Keringkan bayi secara seksama Ø Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat Ø Tutup bagian kepala bayi Ø Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya Ø Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian Ø Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (Dep. Kes. RI, 2002) 7. Pencegahan infeksi Ø Memberikan vitamin K Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM. Ø Memberikan obat tetes atau salep mata Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir. Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat
  • 47. Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini : Ø Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi. Ø Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan. Ø Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru. Ø Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi telah dalam keadaan bersih. Ø Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda- benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap setelah digunakan). (Dep.kes.RI, 2002) 8. Identifikasi bayi Ø Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di pasang segera pasca persalinan. Alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada bayi setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan. Ø Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi Ø Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas Ø Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum nama (bayi, nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu Ø Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi. (Saifudin,, 2002) BAB II ASUHAN KEPERAWATAN 1. Biodata. a. Identitas bayi. b. Identitas orang tua. 2. Riwayat Kesehatan. a. Riwayat penyakit sekarang. Cara lahir, apgar score, cara lahir, kesadaran. b. Riwayat perinatal.
  • 48. Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan. c. Riwayat persalinan. Cara persalinan, trauma persalinan. 3. Pemeriksaan Fisik. a) Keadaan umum. ♦ Kesadaran. ♦ Vital sign. ♦ Antropometri. b) Kepala. Apakah ada trauma persalinan, adanya caput, chepal hematom, tanda forcep. c) Mata. Apakah ada katarak, neonatal, btenorhoe. d) Sistem gastrointestinal. Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak untuk disusui, muntah / distensi abdomen, stomatitis, BAB. e) Sistem pernafasan. Apakah ada kesulitan bernafas, takipneu, bradipneu, teratur / tidak, bunyi nafas f) Tali pusat. Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan jumlah pembuluh darah ( 2 arteri, 1 vena ). g) Sistem genitourinaria. Apakah hipospadia, epispadia, testis, BAK, h) Ekstrimitas. Cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak, posisi / postur normal / abnormal. i) Sistem muskuluskletal. Tonus otot, kekuatan otot, kaku ?, lemah ?, asimetris. j) Kulit Pustula, abrasi, ruam ptekie. 4. Pemeriksaan Fisik. Apgar Score. Frekuensi kardiovaskuler. Apakah takikardi, bradikardi / normal. Sistem neurologis. Refleks moro = tidak ada, asimetris / hiperaktif. Refleks mengisap = kuat / lemah.
  • 49. Refleks menjejak = baik / buruk. Koordinasi refleks menghisap dan menelan. 5. Pemeriksaan Laboratorium. Sampel darah tali pusat. Jenis ketonuria. Hematokrit. 6. Diagnosa Keperawatan.  Resiko hipotermi b.d transisi lingkungan ekstra uterus.  Resiko infeksi b.d sistem imun yang belum sempurna, peningkatan kerentanan bayi.  Resiko terhadap aspirasi. 7. Tujuan Dan Kriteria. 1) Hipotermi tidak terjadi dengan kriteria: ♦ Suhu 36,5 „C – 37,2 „C. ♦ Tubuh kemerahan, tidak pucat. 2) Infeksi tidak terjadi dengan kriteria: ♦ Tidak ada tanda-tanda infeksi pada mata, kulit dan tali pusat. ♦ Bayi bebas dari proses infeksi nosokomial 3) Aspirasi tidak terjadi dengan kriteria: ♦ Pernafasan normal. ♦ Sianosis (-). 8. Intervensi Keperawatan. 1) Diagnosa I. ♦ Kurangi / hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi. ♦ Pantau suhu bayi tiap hari. ♦ Ajarkan keluarga tanda-tanda hipotermi, dingin, pucat. 2) Diagnosa II. ♦ Lakukan semua tindakan perawatan dengan steril anti septik. ♦ Observasi mata setiap hari, bersihkan dengan air steril / garam fisiologis. ♦ Pertahankan kulit terutama lipatan-lipatan selalu bersih dan kering. ♦ Observasi talu pusat dan identifikasi peradangan. ♦ Jaga personal hygent bayi. ♦ Minimalkan perawatan tinggal di RS. ♦ Ajarkan keluarga mengenal penyebab, resiko, tanda dan cara pencegahan, infeksi. 3) Diagnosa III. ♦ Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorokan dengan tissue penghisap secara perlahan.
  • 50. Ajarkan tehnik menyusui yang benar. ♦ Observasi vital sign dan keadaan umum. DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta; EGC DepKes RI, 1992 Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks keluarga JHPIEGO.2003. Panduan pengajar asuhan kebidanan fisiologi bagi dosen diploma III kebidanan. Buku 5 asuhan bayi baru lahir, Pusdiknakes.Jakarta Pusdiknakes. 1995. Asuhan Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga. DepKes RI; Jakarta. Saifudin Abdul Bahri. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal neonatal.YBP_SP.Jakarta amis, 14 Juli 2011 ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR NORMAL Pengertian Neonatus (bayi baru lahir) adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4 minggu lahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu (Wong, D,L, 2003).
  • 51. Bayi baru lahir adalah bayi yang pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badan 2.500-4.000 gram (Vivian, N. L. D, 2010). Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran sebagian besar bayi baru lahir akan menunjukkan usaha napas pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan (prawiroharjo, S, 2002). Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri kekehidupan ekstra uteri hingga mencapai usia 37-42 minggu dan dengan berat 2.500-4.000 gram. B. Adaptasi Fisiologis Baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi: 1. Sistem pernapasan 5 Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran melalui plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali pusat dipotong). Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah akibat adanya tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir, penurunan tekanan oksigen dan peningkatan karbondioksida merangsang kemoreseptor pada sinus karotis. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli adanya surfaktan adalah menarik nafas, mengeluarkan dengan menjerit sehingga oksigen tertahan di dalam. Fungsi surfaktan untuk mempertahankan ketegangan alveoli. Masa alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku. Pernapasan pada neonatus biasanya pernapasan diafragma dan abdominal. Sedangkan respirasi setelah beberapa saat kelahiran yaitu 30 – 60 x / menit. 2. Jantung dan Sirkulasi Darah Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal dari plasenta masuk ke dalam tubuh janin melalui vena umbilikalis, sebagian besar masuk ke vena kava inferior melalui duktus dan vena sasaranti, darah dari sel-sel tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa
  • 52. pembakaran dan sebagian akan dialirkan ke plasenta melalui umbilikalis, demikian seterusnya. Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat, dengan demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan darah mengalir ke paru-paru, dengan demikian duktus botali tidak berfungsi lagi, foramen ovale akan tertutup. Penutupan foramen ovale terjadi karena pemotongan tali pusat. 3. Saluran Pencernaan Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup terbentuk dan janin telah dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak. Absorpsi air ketuban terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan, janin minum air ketuban dapat dibuktikan dengan adanya mekonium (zat yang berwarna hitam kehijauan). Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya dikeluarkan dalam 24 jam pertama. 4. Hepar Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam metabolisme hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar, setelah bayi lahir simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga sudah disimpan dalam hepar. Fungsi hepar janin dalam kandungan segera setelah lahir dalam keadaan imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk meniadakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT (Uridin Disfosfat Glukoronide Transferase) dan enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi dalam sintesis bilirubin sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis. 5. Metabolisme