SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
BAB II

                           TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Konsep Remaja

   2.1.1 Pengertian Remaja

                Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak

        kemasa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Para

        ahli merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan

        perubahan biologis baik bentuk fisiologis yang terjadi dengan cepat

        dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat

        reproduksi ( Tarwoto, 2010 ).

        Remaja adalah anak usia 10-19 tahun (WHO). Masa remaja terbagi

        atas:

        1. Masa remaja awal       : 10 – 13 tahun

        2. Masa remaja tengah     :14 – 16 tahun

        3. Masa remaja akhir      :17 – 19 tahun

   2.1.2 Tahap Perkembangan Remaja

         1. Remaja Awal

                    Pada   tahapan      ini,   remaja   mulai   berfokus   pada

            pengambilan keputusan, baik di dalam rumah ataupun di sekolah.

            Masa yang ditandai dengan berbagai perubahan tubuh yang

            cepat, sering mengakibatkan kesulitan dalam menyesuaikan diri,

            dan pada saat ini remaja mulai mencari identitas diri.

         2. Remaja Menengah

                    Pada tahapan ini terjadi peningkatan interaksi dengan

            kelompok, sehingga selalu tergantung pada keluarga dan terjadi

            eksplorasi seksual. Ditandai dengan bentuk tubuh yang sudah



                                        7
8



                 menyerupai orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali

                 diharapkan dapat berperilaku sepertiorang dewasa, meskipun

                 belum siap secara psikolog. Pada masa ini sering terjadi konflik,

                 karena remaja sudah mulai ingin bebas mengikuti teman sebaya

                 yang erat kaitannya dengan pencarian identitas, sedangkan dilain

                 pihak mereka masih tergantung dengan orang tua

              3. Remaja Akhir

                          Pada tahapan ini remaja lebih berkonsentrasi pada

                 rencana yang akan datang dan meningkatkan pergaulan. Ditandai

                 dengan pertumbuhan biologis yang sudah melambat, tetapi masih

                 berlangsung ditempat-tempat lain. Emosi, minat, konsentrasi, dan

                 cara berpikir remaja akhir milai stabil. Kemampuan untuk

                 menyelesaikan masalah sudah mulai meningkat (Tarwoto, 2010 )

       2.1.3 Karakteristik Remaja

                   Perubahan fisik remaja yaitu terjadinya perubahan secara

             biologis yang ditandai dengan kematangan organ seks primer dan

             sekunder, diman kondisi tersebut dipengaruhi oleh kematangan

             hormon seksual.

              Tabel 1.1 Karakteristik perubahan fisik remaja wanita

Karakteristrik Remaja Putri                  Usia
Pertumbuhan payudara                     3 – 7 tahun
Pertumbuhan rambut kemaluan              7 – 14 tahun
Pertumbuhan badan/ tubuh                 9,5 – 14,5 tahun
Menarche                                10 – 16,5 tahun
Pertumbuhan bulu ketiak                 1 -2 tahun setelah tumbuhnya rambut pubis
9



            Tabel 1.2 Karakteristik perubahan fisik remaja laki-laki

        Karakteristik Remaja Laki-laki                                  Usia

Pertumbuhan testis, kantong skrotum                  10 – 13,5 tahun

Pertumbuhan rambut kemaluan                          10 – 15 tahun

Pertumbuhan badan atau tubuh                         10,5 – 15 tahun

Pertumbuhan penis, kelenjar prostat, vesika          11 – 14,5 tahun

seminalis                                            Kira-kira 1 tahun setelah pertumbuhan

Ejakulasi pertama dengan dengan mengeluarkan         penis

semen                                                Kira-kira 2 tahun setelah setelah tampak

Pertumbuhan rambut wajah dan bulu ketiak             rambut kemaluan



            2.1.4 Ciri-ciri Perubahan Fisik Remaja

                  a) Ciri-ciri seks primer

                              Pada remaja laki-laki, pertumbuhan ciri-ciri seks primer

                     ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan testis, yaitu pada

                     tahun pertama dan tahun kedua. Kemudian tumbuh secara lebat,

                     dan mencapai ukuran matangnya pada usia 20 – 21 tahun. Setelah

                     testis mulai tumbuh, penis mulai panjang, pembuluh mani dan

                     kelenjar prostat semakin membesar. Matangnya organ-organ seks

                     tersebut menyebabkan terjadinya mimpi basah pada remaja laki-

                     laki.

                              Pada remaja wanita, kematangan organ-organ seksnya

                     ditandai dengan berkembangannya rahim, vagina dan ovarium

                     (indung telur secara cepat). Ovarium menghasilkan ovum (telur)

                     dan     mengeluarkan    hormon-hormon   yang      dibutuhkan   untuk
10



                       kehamilan, menstruasi, dan perkembangan seks sekunder pada

                       masa ini terjadi menarche.

                    b) Ciri-ciri seks sekunder

              Tabel 1.3 Ciri-ciri seks sekunder wanita dan pria

                     Wanita                                               Pria

Tumbuh rambut pubis disekitar kemaluan dan          Tumbuh rambut pubis disekitar kemaluan dan

ketiak                                              ketiak

Bertambah besarnya buah dada                        Tumbuhnya jakun

Bertambah besarnya panggul                          Terjadinya perubahan suara yang menjadi lebih

                                                    erat

Kulit halus                                         Tumbuh kumis, jenggot, jambang, dan bulu

Suara melengking tinggi                             dada

                                                    Bentuk tubuh segitiga bidang (atletis)

                     (Nirwana, 2011)

              2.1.5 Tahap-tahap perkembangan psikososial

                             Menurut Erikson (1956) perkembangan psikososial terdiri atas

                     delapan tahap. Dari tahapan-tahapan tersebut, remaja melalui lima

                     diantaranya. Lima tahapan yang dilalui remaja tersebut adalah

                     sebagai berikut :

                     1. Kepercayaan (trust) versus ketidak percayaan (mistrust)

                                 Tahapan ini terjadi dalam 1 – 2 tahun awal kehidupan.

                        Anak belajar untuk belajar percaya pada dirinya sendiri ataupun

                        lingkungannya. Anak merasa binggung dan tidak percaya,

                        sehingga dibutuhkan kualitas interaksi antara orangtua dan

                        anaknya.
11



2. Otonomi (autonomy) versus rasa malu dan ragu (shame and

    doubt)

             Bagi kebanyakan remaja, membangunrasa otonomi atau

    kemerdekaan merupakan bagian dari transisi emosional. Selama

    masa remaja terjadi perubahan ketergantungan khas anak-anak

    kearah otonomi khas dewasa, misalnya : remaja umumnya tidak

    terburu-buru bercerita kepada orang tua ketika merasa kecewa,

    khawatir atau memerlukan bantuan.

3. Inisiatif (initiative) versus rasa bersalah (guilt)

             Tahapan perkembangan psikososial ini terjadi pada usia

    pra sekolah dan awal usia sekolah. Anak cenderung aktif bertanya

    untuk    memperluas         kemempuannya      melalui    aktif   bertanya,

    bekerjasama dengan orang lain, dan belajar bertanggung jawab

    terhadap tindakan yang dilakukan.

4. Rajin (industry) versus rendah diri (inferiority)

             Pada tahapan perkembangan ini terjadi persaingan

    dikelompoknya. Anak menggunakan pengalaman kognitif menjadi

    produktif    dalam        kelompoknya.   Disini   anak    belajar     untuk

    menguasai keterampilan yang lebih formal. Anak mulai bertambah

    rasa percaya dirinya, mandiri dan penuh inisiatif, serta termotivasi

    untuk belajar lebih tekun.

5. Identitas     (identity)    versus   kebinggungan     identitas      (identity

    confusion)

             Remaja belajar mengungkapkan aktualisasinya untuk

    menjawab pertanyaan “siapa saya?”. Mereka melakukan tindakan

    yang baik sesuai dengan sistem nilai yang ada. Namun demikian,

    sering juga terjadi penyimpangan identitas, misalnya : melakukan
12



            percobaan tindakan kejahatan, melakukan pemberontakan, dan

            tindakan tercelah lainnya. Pada waktu remaja, identitas seksual

            baik laki-laki maupun wanita dibangun, dan secara bertahap

            mengembangangkan cita-cita yang diinginkan (Tarwoto, 2010).

   2.1.6 Psikologis remaja tentang minat dan perilaku seks

                  Meningkatnya minat pada seks, remaja selalu berusaha

         mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Hanya sedikit remaja

         yang berharap bahwa seluk-beluk tentang seks dapat dipelajari

         darimorang tuanya. Oleh karena itu, remaja mencari berbagai sumber

         informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya membahas dengan

         teman-teman, buku-buku tentang seks, atau mengadakan pecobaan

         dengan jalan masturbasi, bercumbu atau bersenggama. Pada akhir

         masa remaja sebagian besar remaja laki-laki dan perempuan sudah

         mempunyai     cukup   informasi   tentang   seks   guna   memuaskan

         keingintahuan mereka. Terutama yang ingin diketahui tentang seks

         menunjukan bahwa perempuan sangat ingin tahu tentang KB, “pil anti

         hamil”, pengguguran, dan kehamilan. Di lain pihak, laki-laki ingin

         mengetahui tentang penyakit kelamin, kenikmatan seks, hubungan

         seks, konteksnya dan akibatnya (Hurlock, 2011).

2.2 Konsep seks pranikah

   2.2.1 Pengertian seks pranikah

                  Menurut Sarwono (2003) seks pranikah adalah hubungan

         seksual yang dilakukan remaja tanpa adanya ikatan pernikahan.

         Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual

         yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut

         hukum maupun agama dan kepercayaan masing-masing (Mu’tadin,

         2002).
13



              Seiring dengan pertumbuhan primer dan sekunder pada

     remaja kearah kematangan yang sempurna, muncul juga hasrat dan

     dorongan     untuk      menyalurkan    keinginan     seksualnya.   Hal     ini

     merupakan sesuatu yang wajar, karena secara alamiah dorongan

     seksual ini memang harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang

     antara    dua    insan,     sebagai    fungsi   perkembangbiakan          dan

     mempertahankan keturunan (Tarwoto, 2010).

              Tidak ada satu agama pun yang mengijinkan hubungan seks

     di luar ikatan pernikahan. Hubungan seks pranikah sangat merugikan

     remaja (Tarwoto, 2010).

2.2.2 Kerugian remaja bila melakukan hubungan seks pranikah adalah

      sebagai berikut :

      a) Resiko menderita penyakit menular seksual, misalnya gonore,

         sifilis, HIV/AIDS, herpes simplek, herpes genetalis, dan lain

         sebagainya.

      b) Remaja      putri    berisiko   mengalami      kehamilan   yang      tidak

         diinginkan. Bila ini terjadi, maka berisiko terhadap tindakan aborsi

         yang tidak aman dan resiko infeksi atau kematian karena

         perdarahan. Bila kehamilan diteruskan, maka berisiko melahirkan

         bayi tidak sehat.

      c) Trauma kejiwaan (depresi, rasa rendah diri, dan rasa berdosa

         karena berzina)

      d) Remaja putri yang hamil berisiko kehilangan kesempatan untuk

         melanjutkan pendidikan ( Tarwoto, 2010 )
14



2.2.3 Bahaya kehamiln pada remaja

     1) Hancurnya masa depan remaja tersebut

     2) Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan

        selama kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap.

     3) Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh

        perceraian (umumnya karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan

        karena cinta).

     4) Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan

        sekitarnya.

     5) Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada

        tenaga non medis (dukun/ tenga tradisional) sering mengalami

        kematian tragis. Pengguguran kandungan oleh tenaga medis

        dilarang oleh undang-undang, kecuali indikasi medis (misalnya si

        ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan kehamilan

        dapat menimbulkan kematian). Baik yang meminta pelakunya

        maupun yang mengantar dapat dihukum.

     6) Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami

        gangguan kejiwaan saat ia dewasa (PIKKRR, 2010).

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan seksual remaja

      1) Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat

         seksual remaja

      2) Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya

         penundaan usia perkawinan, adanya undang-undang tentang

         perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama

         semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk

         perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan,mental, dan lain-

         lain).
15



     3) Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang

        melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Remaja yang

        tidak bisa menahan diri memiliki kecenderungan untuk melakukan

        hal tersebut.

     4) Kecenderungan pelanggaran semakin meningkat karena adanya

        penyebaran informasi dan rangsangan melalui media masa

        dengan teknologi canggih (VCD, buku pornografi, foto, majalah,

        internet) menjadi tak berbendung lagi.

     5) Orang tua, baik karena ketidaktahuan maupun karena sikapnya

        yang masih mentabuhkan pembicaraan mengenai seks dengan

        anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan

        cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.

     6) Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita

        dalam masyarakat, sebagai akibat dari berkembangan peran dan

        pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar

        dengan pria (Tarwoto, 2010).

2.2.5 Dampak seks pranikah

            Menurut Sarwono (2003) perilaku seksual pranikah dapat

     menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja, diantaranya

     sebagai berikut :

     a) Dampak psikologis

                Dampak     psikologis   dari   perilaku   seksual   pranikah

        diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri,

        bersalah dan berdosa.

     b) Dampak fisilogis
16



                   Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut

         diantaranya dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan

         aborsi.

     c) Dampak social

                   Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang

         dilakukan sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah,

         pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran

         menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencelah

         dan menolak keadaan tersebut.

     d) Dampak fisik

                   Dampak fisik lainnyan sendiri menurut Sarwono (2003)

         adalah berkembangnya penyakit menular seksual dikalangan

         remaja, dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual

         yang teritnggi antara usia 15- 24 tahun. Infeksi penyakit menular

         seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis

         serta meningkatkan resiko terkena PMS dan HIV/AIDS (Satria,

         2008).

2.2.6 Upaya pencegahan seks pranikah

     a) Pelihara pertumbuhan psikososial yang normal sejak kecil.

         Tumbuhkan identitas sendiri yang benar untuk masing-masing

         jenis kelaminnya.

     b) Tanamkan nilai-nilai luhur, norma-norma susila, moral dan ajaran

         agama, agar kelak tumbuh kemampuan mengendalikan diri

         dalam menghadapi rangsangan seksual.

     c) Hindari kontak dengan benda pornografi

     d) Bila berpacaran jangan biarkan tenggelam dalam rangsangan

         seks yang menggoda, kenikmatan yang timbul akibat rangsangan
17



                seka akan membuat mereka mengejar kenikmatan yang lebih

                dalam yang dijanjikan oleh senggama.

           e) Bila berpacaran jangan biarkan erotik zone dirangsang.

           f)   Ingatkan bahayanya, bila ada teman berada dalam situasi yang

                menjurus kehubungan seks pranikah.

           g) Ciptakan kelompok yang mampu saling menahan dorongan seks.

           h) Peran serta masyarakat untuk saling mengawasi adanya peluang

                terjadinya hubungan seks pranikah.

           i)   Wanita yang tidak igin melakukan hubungan seks pranikah,

                sekalipun    dengan   pacar      atau   tunangan,   harus   berani

                mengatakan” tidak “ apabila menjurus ketindakan hubungan seks

                pranikah.

           j)   Mendekatkan diri kepada Tuhan dan berdo’a.

           k) Orang tua berupaya memberikan perhatian dan kasih sayang

                yang tercurah melalui komunikasi dua arah dengan cara persuasif

                dan memperlakukan anak sebagai sahabat dirumah (PIKKRR,

                2010).

2.3 Konsep Perilaku

   2.3.1   Batasan Perilaku

                         Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau

                aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan

                yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis,

                tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari

                uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku

                manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik

                yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh

                pihak luar (Notoatmodjo,2003).
18



           Perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu

   kegiatan atau aktivitas individu yang bersangkutan. Menurut

   Skinner (1938) seorang ahli psikologi, seperti yang dikutip oleh

   Notoaatmodjo (2003) bahwa perilaku merupakan respon tau

   reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.

   Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus

   terhadap    organisme,     dan   kemudian    organisme     tersebut

   merespon, maka teori Skinner ini disebut teori       “S-O-R” atau

   Stimulus-Organisme-Respon.

       Menurut Notoatmodjo (2003) dilihat dari bentuk respon

terhadap stimulusini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua

1) Perilaku tertutup (covert behavior)

           Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

   terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap

   stimulus   ini     masih   terbatas   pada   perhatian,    persepsi,

   pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang

   menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas

   oleh orang lain.

2) Perilaku terbuka (overt behavior)

           Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

   tindakan nyata atau terbuka (overt). Respon terhadap stimulus

   tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang

   dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

   Hersey & Blanchard mengemukakan semua perilaku merupakan

   suatu rangkaian aktivitas. Dalam banyak hal kita melakukan lebih

   dari satu aktivitas pada saat yang sama. Pada saat tertentu kita

   mungkin memutuskan untuk beralih dari suatu aktivitas atau
19



         kombinasi aktivitas dan mulai melakukan sesuatu yang lain.

         Untuk memperkirakan perilaku, kita harus mengetahui motif atau

         kebutuhan seseorang yang menimbulkan sesuatu aktivitas pada

         saat tertentu (Dharma, A. 1995).

            Menurut Heri Purwanto (1999) karakteristik perilaku ada yang

     terbuka dan ada yang tertutup. Perilaku terbuka adalah perilaku yang

     dapat diketahui oleh orang lain tanpa menggunakan alat bantu.

     Perilaku tertutup adalah perilaku yang hanya dapat dimengerti

     dengan menggunakan alat atau metode tertentu mislnya berfikir,

     sedih, berkhayal, bermimpi dan takut.

2.3.2 Domain Perilaku

            Terbentuknya pola perilaku dan berkembangnya kemampuan

     seseorang terjadi melalui tahapan tertentu. Menurut Bloom, yang

     dikutip oleh Notoatmodjo (2003) mengemukakan aspek perilaku

     meliputi 3 domain / ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

     psikomotor.   Komponen      kognitif      (pengetahuan)     mengandung

     pemikiran atau kepercayaan tentang seseorang atau suatu obyek.

            Komponen efektif berhubungan dengan sikap terhadap materi

     yang diberikan. Komponen psikomotor berhubungan dengan praktek

     atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang sehubungan dengan

     materi yang diberikan.

            Menurut     Notoatmodjo         (2003)   dalam     perkembangan

     selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan

     pengukuran hasil, ketiga domain / ranah itu diukur dari :

     1) Pengetahuan (Knowlegde)

                Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini

        terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
20



obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang

(overt behavior). Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai

dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan

terhadap masalah yang dihadapi.

Faktor-faktor   yang    mempengaruhi          pengetahuan    seseorang

adalah:

1) Faktor internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya

                        intelegensia, minta dan kondisi Fisik.

2) Faktor eksternal : faktordari luar diri, misalnya keluarga,

                        masyarakat      dan     sarana     serta   faktor

                        pendekatan belajar seperti upaya belajar,

                        misalnya     strategi   dan      metode    dalam

                        pembelajaran.

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan, yakni :

1) Tahu (know)

            Yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

    telah dipelajari sebelumnya, kata kerja untuk mengukur

    bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

    menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan,

    dsb.

2) Memahami (comprehension)

            Diartikan      sebagai     suatu     kemampuan         untuk

    menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan

    dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (aplication)
21



              Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi

      yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real.

   4) Analisis (analysis)

              Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

      atau suatu objek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam

      suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya

      satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

      penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat

      bagan), memisahkan, mengelompokkan, dsb.

   5) Sintesis (synthesis)

              Menunjuk       kepada    suatu    kemampuan      untuk

      meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

      suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat

      menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

      menyesuaikan, dsb terhadap suatu teori atau rumusan-

      rumusan yang telah ada.

   6) Evaluasi (evaluation)

              Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

      justifikasi     terhadap    suatu     materi      atau   obyek

      (Notoatmodjo,2003).

2) Sikap (Attitude)

           Merupakan relasi atau respon yang masih tertutup dari

   seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap

   itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan

   terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum merupakan

   suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi

   tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi
22



tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku

terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap

obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

terhadap obyek. Allport menjelaskan bahwa sikap mempunyai

tiga komponen pokok :

    1) Kepercayaan (keyakinan), ide,konsep terhadap suatu

        objek.

    2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

    3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai

tingkatan, yakni:

1) Menerima (receiving)

           Diartikan    bahwa     orang       (subyek)    mau     dan

   mempeerhatikan stimlus yang diberikan (obyek)

2) Merespon (responding)

           Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan

   dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

3) Menghargai (valuing)

           Mengajak     orang    lain     untuk    mengerjakan    atau

   mendiskusikan suatu masalah.

4) Bertanggung jawab ( responsible)

           Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah

   dipilihnya dengan segala resiko.

   Secara umum orang tidak akan memperlihatkan sikap asli

   mereka dihadapan orang lain untuk beberapa hal . Satu cara

   untuk    mengukur    atau    menilai    sikap    seseorang    dapat

   menggunakan skala atau kuesioner. Skala penilaian sikap
23



      mengandung serangkaian pernyataan tentang permasalahan

      tertentu.    Responden     yang    akan     mengisi       diharapkan

      menentukan     sikap     setuju   atau   tidak   setuju     terhadap

      pernyataan tertentu (Niven, 2002).

3) Praktek atau Tindakan (Practice)

           Suatu    sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan

   (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu

   perbuatan nyata diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi

   yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Seperti halnya

   pengetahuan dan sikap, praktek atau tindakan terdiri dari

   berbagai tingkatan, yakni :

  1) Persepsi (perception)

              Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan

      dengan tindakan yang akan diambil.

  2) Respon terpimpin (guide response)

              Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang

      benar dan sesuai dengan contoh.

  3) Mekanisme (mecanisme)

              Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu

      dengan benar      secara otomatis, atau sesuatu itu sudah

      merupakan kebiasaan.

  4) Adaptasi (adaption)

              Adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah

      berkembang dengan baik. Artinya             tindakan itu sudah

      dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia

  secara operasional dapat dikelompokkan menjadi tiga macam,
24



         yaitu perilaku dalam bentuk pengetahuan, bentuk sikap, dan

         bentuk tindakan nyata atau perbuatan. Ketiga bentuk perilaku itu

         dikembangkan berdasarkan tahapan tertentu yang dimulai dari

         pembentukan pengetahuan (ranah kognitif), sikap (ranah afektif),

         dan keterampilan (ranah psikomotorik) sehingga menjadi pola

         perilaku baru (Notoatmodjo, 2003).

2.3.3 Proses Adopsi Perilaku

             Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo

      (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku

      baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :

      1) Kesadaran (awareness)

                  Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

         terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

      2) Tertarik (interest)

                  Dimana orang mulai tertarik pada stimulus

      3) Evaluasi (evaluation)

                  Menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus

         tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih

         baik lagi.

      4) Mencoba (trial)

                  Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

      5) Menerima (adoption)

                  Dimana       subjek   telah   berperilaku   sesuai   dengan

         kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
25



2.3.4 Beberapa Teori Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

      Perilaku

             Selain itu ada beberapa teori lain yang telah dicoba untuk

      mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku,

      antara lain:

      1. Teori Lawrence Green

                     Menurut Lawrence Green, yang dikutip oleh Notoatmodjo

         (2003) perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor,

         yakni :

         1) Faktor predisposisi (predisposing factor) terwujud dalam

             pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan

             sebagainya

         2) Faktor        pendukung   (enabling    factor)   terwujud    dalam

             lingkungan fisik, keterampilan, pendidikan, ketersediaan

             sumber daya, tersedia atau tidak tersedianya sarana /

             fasilitas.

         3) Faktor pendorong (reinforcing factor) terwujud dalam waktu,

             kesempatan,.motivasi dan dukungan dari tim kesehatan lain.

      2. Teori Snehandu B. Kar

                     Menurut Snehandu Kar yang dikutip oleh Notoatmojo

         (2003) menganalisa perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa

         perilaku itu merupakaan fungsi dari :

         1. Niat      seseorang   untuk   bertindak    sehubungan       dengan

             kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior intention).

         2. Dukungan sosial dari masyarakat di sekitarnya (social support)

         3. Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau

             fasilitas kesehatan (accenebility of information).
26



  4. Otonomi     pribadi    orang    yang   bersangkutan    dalam   hal

      mengambil keputusan (personal autonomy).

  5. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak

      bertindak (action situation)

3. Teori Word Health Organization (WHO)

           Tim kerja dari WHO yang dikutip dari Notoatmodjo (2003)

   menganalisa bahwa yang menyababkan seseorang berperilaku

   tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok yakni :

  1) Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), yakni dalam

      bentuk pengetahuan, presepsi, sikap, kepercayaan dan

      penilaian terhadap obyek.

      a) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri ataupun

         pengalaman orang lain.

      b) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek

         atau     nenek.     Seseorang      menerima       kepercayaan

         berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian

         terlebih dahulu.

      c) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang

         terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman

         sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat

         seseorang mendekati atau menjauhi orang lain            Sikap

         positif terhadap suatu tindakan tidak selalu terwujud

         didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu,

         sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan mengacu

         kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak

         diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau

         sedikitnya pengalaman seseorang.
27



  2) Orang penting sebagai referensi, apabila seseorang itu

      penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau berbuat

      cenderung untuk dicontoh.

  3) Sumber-sumber daya, mencakup fasilitas, uang, waktu,

      tenaga dan     sebagainya semua itu berpengaruh terhadap

      perilaku seseorang.

  4) Perilaku normal, kebiasaan,              nilai-nilai dan penggunaan

      sumber-sumber      di           dalam    suatu    masyarakat     akan

      menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada

      umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk

      dalam waktu yang lama dan selalu berubah,baik lambat

      ataupun cepat sesuai dengan peradaban umat manusia.

4. Teori lain, menurut Sunaryo (2004)

   1) Faktor genetik atau faktor endogen

             Faktor genetik atau faktor keturunan merupakan

      konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan

      perilaku makhluk hidup, dalam hal ini antara lain :

      a) Jenis ras, setiap ras didunia memiliki perilaku yang

          spesifik, saling berbeda satu dengan lainnya.

      b) Jenis kelamin, pria berperilaku atas dasar pertimbangan

          rasional   atau     akal,    sedangkan       wanita   atas   dasar

          pertimbangan emosional atau perasaan.

      c) Sifat fisik, kalau kita amati perilaku individu akan berbeda-

          beda karena sifat fisiknya, misalnya perilaku individu yang

          pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang

          memiliki fisik tinggi kurus.
28



   d) Sifat kepribadian, perilaku individu tidak ada yang sama

        karena adanya perbedaan kepribadian yang dimiliki

        individu, yang dipengaruhi oleh aspek kehidupan, seperti

        pengalaman, usia, watak, tabiat, sistem norma, nilai dan

        kepercayaan yang dianutnya.

   e) Intelegensi, individu dengan intelegensi tinggi dalam

        mengambil keputusan dapat bertindak cepat, tepat dan

        mudah, sebaiknya individu yang intelegensinya rendah

        akan bertindak lambat.

2) Faktor eksogen atau faktor dari luar individu

   a) Faktor lingkungan, karena lingkungan merupakan lahan

        untuk perkembangan perilaku

   b) Pendidikan, karena pendidikan pada dasarnya melibatkan

        masalah perilaku individu maupun kelompok.

   c) Agama,        merupakan keyakinan hidup yang masuk

        kedalam     konstruksi   kepribadian    seseorang     sangat

        berpengaruh      dalam      cara       berpikir,    bersikap,

        mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri.

   d) Sosial ekonomi, sebagai contoh keluarga yang status

        ekonominya berkecukupan akan mampu menyediakan

        fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

        hidupnya.

   e) Kebudayaan, ternyata mempengaruhi perilaku manusia itu

        sendiri.

   f)   Faktor-faktor lain, diantaranya susunan syaraf pusat,

        persepsi dan emosi.
29



2.3.5 Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku

             Menurut WHO, seperti yang dikutip Notoatmodjo (2003)

      perubahan perilaku itu dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

      1) Perubahan alamiah (natural change), bahwa perilaku manusia

         selalu berubah dimana sebagian perubahan itu disebabkan

         karena kejadian alamiah.

      2) Perubahan terencana (planned change), bahwa perubahan ini

         terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.

      3) Kesediaan untuk berubah (readdines to change) yang berbeda-

         beda, meskipun kondisinya sama.

      Perilaku   yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

      daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

2.3.6 Strategi Perubahan Perilaku

             Menurut Notoatmodjo (2003) strategi yang digunakan untuk

      merubah perilaku tersebut juga dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

      1) Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan. Dalam hal

         ini perubahan dipaksakan kepada seseorang / masyarakat

         sehingga mau melakukan / berperilaku seperti yang diharapkan.

         Cara ini dapat ditempuh misalnya dengan adanya peraturan-

         peraturan yang harus dipatuhi oleh seseorang atau masyarakat.

         Cara ini akan menghasilkan perilaku yang cepat, akan tetapi

         perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung lama karena

         perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh

         kesadaran sendiri.

      2) Memberikan informasi-informasi sehingga akan meningkatkan

         pengetahuan seseorang / masyarakat. Selanjutnya dengan

         pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran, dan akhirnya
30



         akan merubah orang / masyarakat untuk berperilaku sesuai

         dengan pengetahuan yang dimilikinya. Hasil dari perubahan

         perilaku dengan cara ini memakan waktu yang cukup lama tetapi

         perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari

         pada kesadaran mereka sendiri (bukan karena paksaaan).

      3) Diskusi dan partisipasi. Cara ini sebagai peningkatan cara kedua

         diatas dimana didalam memberikan informasi-informasi tentang

         kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Hal ini

         berarti seseorang / masyarakat tidak hanya pasif menerima

         informasi yang diterimanya.

2.3.7 Perilaku Seksual Remaja

             Menurut Sarlito (2003), perilaku seksual adalah segala tingkah

      laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis

      maupun sesama jenis. Perilaku seksual pada remaja timbul karena

      dipengaruhi   faktor-faktor   berikut   yaitu   perubahan   hormonal,

      penundaan usia perkawinan, penyebaran informasi melalui media

      massa, tabu-larangan, norma-norma di masyarakat, serta pergaulan

      yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan.

      Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual

      yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut

      hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing

      (Mu’tadin, 2002).

             Bentuk perilaku seksual yang paling awal adalah eksplorasi.

      Rasa ingin tahu mengakibatkan adanya eksplorasi. Eksplorasi

      memiliki dua bentuk, yaitu secara intelektual dan teknik manipulasi.

      Secara intelektual akan menuntun remaja untuk menanyakan hal-hal

      tertentu atau membaca buku-buku untuk mendapatkan jawaban dari
31



           pertanyaan-pertanyaan (ketika remaja takut untuk bertanya). Ketika

           remaja tidak dapat memenuhi rasa ingin tahunya secara tidak

           langsung      melalui   pendekatan   intelektual,   mereka   melakukan

           pendekatan secara langsung yang melibatkan teknik manipulasi yaitu

           dengan cara mengeksplorasi organ seksnya sendiri juga organ seks

           orang lain.

2.4 Konsep Kehamilan Tidak diinginkan

   2.4.1   Pengertian Kehamilan Tidak Diinginkan

                  Kehamilan tidak diinginkan adalah seorang wanita yang

           mengalami kehamilan pada usia remaja akibat seks pra nikah

           (Manuaba, 2002).

                  Kehamilan tidak diinginkan adalah suatu kehamilan yang

           terjadi di luar perencanaan, karena secara fisik atau psikologis

           pasangan tidak siap dan menolak kejadian kehamilannya. Keadaan

           ini juga sering terjadi pada remaja putri usia sekolah, karena

           ketidaktahuannya dalam masalah seksual, akibat pergaulan bebas

           (Dinkes, Jatim, Seksi Kesehatan Anak Remaja, Usila, Tahun 2006)

                  Kehamilan adalah perubahan kondisi seorang wanita menjadi

           ibu. Bagi wanita dewasa yang telah menikah perubahan ini

           cenderung membahagiakan, namun kehamilan ini bisa menjadi

           masalah besar jika terjadi pada remaja (Manuaba, 2002).

                  Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat.

           Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang.

           Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat

           dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika si

           ibu mengandung bayinya (Ubaydillah, 2005).
32



             Kehamilan remaja sering dilatarbelakangi oleh kurangnya

      pengetahuan tentang seks, kesehatan reproduksi dan kehamilan.

      Dalam berbagai kejadian hamil pada usia remaja, umum remaja putri

      mengaku baru melakukan hubungan seks satu kali atau hanya coba-

      coba melakukan hubungan seksual dan hamil (Manuaba, 2002).

             Pada masa puber terjadi peningkatan hormon estrogen yang

      menyebabkan remaja mudah terangsang secara seksual. Selain itu

      pada usia remaja seseorang sangat terpengaruh oleh teman atau

      kelompoknya. Misalnya remaja pria dikatakan kurang jantan bila tidak

      berani mencium pacarnya, akibatnya resiko yang semula hanya ingin

      tahu, terdorong melakukan hubungan seks (Manuaba, 2002).

             Usia remaja merupakan usia dimana alat reproduksi untuk

      hamil belum matang sehingga kehamilan diusia remaja sangat

      berbahaya bagi ibu dan janin yang dikandungnya, Bahaya kehamilan

      diusia remaja adalah kehamilan yang dapat mengakibatkan resiko

      baik pada ibu maupun pada bayi yang dikandungnya, dan pengertian

      kehamilan remaja itu sendiri adalah seorang wanita yang mengalami

      kehamilan pada usia remaja.

2.4.2 Penyebab Kehamilan Tidak Diinginkan

             Faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya kehamilan

      tidak diinginkan adalah faktor globalisasi atau berbagai media yang

      mengakses situs situs porno kemudian ditambah dengan kurang

      pengetahuan tentang seks kesehatan reproduksi dan bahaya

      kehamilan (BKKBN, 2005).

2.4.3 Dampak Kehamilan Tidak Diinginkan

             Dua dampak yang perlu diperhitungkan dalam menghadapi

      persoalan kehamilan remaja, diantaranya :
33



a) Faktor psikologis yang belum matang

   1. Remaja berusia muda dan sedang menuntut ilmu akan

       mengalami putus sekolah sementara atau seterusnya, dan

       dapat putus pekerjaan yang baru dirintis.

   2. Perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga,

       teman atau lingkungan masyarakat.

   3. Tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu

       membawa diri.

b) Dari sudut fisik

   1. Alat reproduksinya masih belum siap untuk menerima

       kehamilan sehingga dapat menimbulkan berbagai bentuk

       komplikasi.

   2. Mungkin kehamilan ini tidak jelas siapa ayah sebenarnya.

   3. Kehamilannya dapat disertai penyakit hubungan seksual

       sehingga       memerlukan   pemeriksaan     ekstra   yang   lebih

       lengkap.

   4. Tumbuh kembang janin dalam rahim yang belum matang

       dapat menimbulkan abortus, persalinan premature atau

       gestosis.

   5. Dapat terjadi komplikasi penyakit yang telah lama dideritanya.

   6. Saat persalinan sering terjadi memerlukan tindakan medis

       operatif.

   7. Pada janinnya dapat terjadi kelainan konginetal, berat badan

       lahir rendah.

   8. Kematian maternal dan perinatal pada kehamilan remaja

       relatif tinggi dibanding masa reproduksi sehat usia antara 20

       sampai 35 tahun
34



         9. Mungkin kehamilannya disertai kecanduan obat-obatan,

             merokok atau minuman keras (Manuaba, 2002).

2.4.4 Upaya pencegahan masalah kehamilan Tidak Diinginkan

      a) Meningkatkan aktivitas yang bermanfaat.

      b) Mencari kelompok yang kreatif.

      c) Mengikuti pendidikan seks sejak dini.

      d) Meningkatkan iman dan taqwa ke hadapan Tuhan Yang Maha

         Esa melalui ajaran agama masing-masing (Manuaba, 2002).

More Related Content

What's hot

Karakteristik perkembangan remaja
Karakteristik perkembangan remajaKarakteristik perkembangan remaja
Karakteristik perkembangan remajaAghnia Rahmawati
 
konsep perkembangan manusia
konsep perkembangan manusiakonsep perkembangan manusia
konsep perkembangan manusiabagus maulana
 
Diskusi remaja sehat, kreatif, gaul dan syar'i
Diskusi remaja sehat, kreatif, gaul dan syar'iDiskusi remaja sehat, kreatif, gaul dan syar'i
Diskusi remaja sehat, kreatif, gaul dan syar'iRatna Widiastuti
 
Perkembangan manusia
Perkembangan manusiaPerkembangan manusia
Perkembangan manusiaOki16
 
Psikologis perkembangan anak remaja
Psikologis perkembangan anak remajaPsikologis perkembangan anak remaja
Psikologis perkembangan anak remajaPian Caca' Ena'
 
Makalah perkembangan masa prenatal hingga bayi
Makalah perkembangan masa prenatal hingga bayiMakalah perkembangan masa prenatal hingga bayi
Makalah perkembangan masa prenatal hingga bayiDhiah Febri
 
Psikologi perkembangan II (perkembangan seksual pada remaja dan alasan berpac...
Psikologi perkembangan II (perkembangan seksual pada remaja dan alasan berpac...Psikologi perkembangan II (perkembangan seksual pada remaja dan alasan berpac...
Psikologi perkembangan II (perkembangan seksual pada remaja dan alasan berpac...PuputPamela
 
Masa puber, remaja dan gadis remaja
Masa puber, remaja dan gadis remajaMasa puber, remaja dan gadis remaja
Masa puber, remaja dan gadis remajaNova Ci Necis
 
Perkembangan dan Pertumbuhan Manusia
Perkembangan dan Pertumbuhan ManusiaPerkembangan dan Pertumbuhan Manusia
Perkembangan dan Pertumbuhan Manusiarestana007
 
Perkembangan fizikal
Perkembangan fizikalPerkembangan fizikal
Perkembangan fizikalPieja Hanhae
 
Ppt pertumbuhan dan perkembangan pada manusia
Ppt pertumbuhan dan perkembangan pada manusiaPpt pertumbuhan dan perkembangan pada manusia
Ppt pertumbuhan dan perkembangan pada manusiayuhanaenggar
 
Perkembangan fisik manusia
Perkembangan fisik manusiaPerkembangan fisik manusia
Perkembangan fisik manusiaPuputPutriWulan
 
Presentation peers.pptx
Presentation peers.pptxPresentation peers.pptx
Presentation peers.pptxSintek Errer
 

What's hot (20)

Karakteristik perkembangan remaja
Karakteristik perkembangan remajaKarakteristik perkembangan remaja
Karakteristik perkembangan remaja
 
konsep perkembangan manusia
konsep perkembangan manusiakonsep perkembangan manusia
konsep perkembangan manusia
 
Diskusi remaja sehat, kreatif, gaul dan syar'i
Diskusi remaja sehat, kreatif, gaul dan syar'iDiskusi remaja sehat, kreatif, gaul dan syar'i
Diskusi remaja sehat, kreatif, gaul dan syar'i
 
Psikologi dan emosi
Psikologi dan emosiPsikologi dan emosi
Psikologi dan emosi
 
Memahami remaja
Memahami remajaMemahami remaja
Memahami remaja
 
Perkembangan manusia
Perkembangan manusiaPerkembangan manusia
Perkembangan manusia
 
Masa Remaja
Masa RemajaMasa Remaja
Masa Remaja
 
Psikologis perkembangan anak remaja
Psikologis perkembangan anak remajaPsikologis perkembangan anak remaja
Psikologis perkembangan anak remaja
 
Makalah perkembangan masa prenatal hingga bayi
Makalah perkembangan masa prenatal hingga bayiMakalah perkembangan masa prenatal hingga bayi
Makalah perkembangan masa prenatal hingga bayi
 
Psikologi perkembangan II (perkembangan seksual pada remaja dan alasan berpac...
Psikologi perkembangan II (perkembangan seksual pada remaja dan alasan berpac...Psikologi perkembangan II (perkembangan seksual pada remaja dan alasan berpac...
Psikologi perkembangan II (perkembangan seksual pada remaja dan alasan berpac...
 
Masa puber, remaja dan gadis remaja
Masa puber, remaja dan gadis remajaMasa puber, remaja dan gadis remaja
Masa puber, remaja dan gadis remaja
 
Perkembangan dan Pertumbuhan Manusia
Perkembangan dan Pertumbuhan ManusiaPerkembangan dan Pertumbuhan Manusia
Perkembangan dan Pertumbuhan Manusia
 
Perkembangan fizikal
Perkembangan fizikalPerkembangan fizikal
Perkembangan fizikal
 
Psikologi remaja
Psikologi remaja Psikologi remaja
Psikologi remaja
 
Ppt pertumbuhan dan perkembangan pada manusia
Ppt pertumbuhan dan perkembangan pada manusiaPpt pertumbuhan dan perkembangan pada manusia
Ppt pertumbuhan dan perkembangan pada manusia
 
Perkembangan fisik manusia
Perkembangan fisik manusiaPerkembangan fisik manusia
Perkembangan fisik manusia
 
Ibu asmarani ppt
Ibu asmarani pptIbu asmarani ppt
Ibu asmarani ppt
 
Presentation peers.pptx
Presentation peers.pptxPresentation peers.pptx
Presentation peers.pptx
 
Gender
GenderGender
Gender
 
Pertemuan 1 personality development
Pertemuan 1 personality developmentPertemuan 1 personality development
Pertemuan 1 personality development
 

Similar to Bab ii edit asolole

siklus reproduksi.pptx
siklus reproduksi.pptxsiklus reproduksi.pptx
siklus reproduksi.pptxwillyastriana
 
Makalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa remaja
Makalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa remajaMakalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa remaja
Makalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa remajaSeptian Muna Barakati
 
Tugas mata kuliah perkembangan peserta didik
Tugas mata kuliah perkembangan peserta didikTugas mata kuliah perkembangan peserta didik
Tugas mata kuliah perkembangan peserta didikAdriana Dwi Ismita
 
Perkembangan seksual remaja
Perkembangan seksual remajaPerkembangan seksual remaja
Perkembangan seksual remajafannyariza1
 
Tahap Tahap Perkembangan Manusia
Tahap Tahap Perkembangan ManusiaTahap Tahap Perkembangan Manusia
Tahap Tahap Perkembangan ManusiaSOLVERAGUNG
 
635Kespro_Remaja.pdf
635Kespro_Remaja.pdf635Kespro_Remaja.pdf
635Kespro_Remaja.pdfFauzia22
 
Pertumbuhan dan perkembangan remaja
Pertumbuhan dan perkembangan remajaPertumbuhan dan perkembangan remaja
Pertumbuhan dan perkembangan remajaFerry Fahmi
 
Presentasi (2) (1).pptx
Presentasi (2) (1).pptxPresentasi (2) (1).pptx
Presentasi (2) (1).pptxhein30
 
Makalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja
Makalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa remajaMakalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja
Makalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa remajaSeptian Muna Barakati
 
Akhir masa kanak
Akhir masa kanakAkhir masa kanak
Akhir masa kanakReni Dian
 
KONSEP TUMBANG - BARU.ppt
KONSEP TUMBANG - BARU.pptKONSEP TUMBANG - BARU.ppt
KONSEP TUMBANG - BARU.pptRasyAlam
 
PPT Kelompok 3.pptx
PPT Kelompok 3.pptxPPT Kelompok 3.pptx
PPT Kelompok 3.pptxWulanSlanky
 
Tahap perkembagan anak new
Tahap perkembagan anak newTahap perkembagan anak new
Tahap perkembagan anak newSelvy S
 
Konsep psikososial, spiritual
Konsep psikososial, spiritualKonsep psikososial, spiritual
Konsep psikososial, spiritualFhie Habibie
 
KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN USIA REMAJA
KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN USIA REMAJAKESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN USIA REMAJA
KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN USIA REMAJAJek Amidos Pardede
 

Similar to Bab ii edit asolole (20)

siklus reproduksi.pptx
siklus reproduksi.pptxsiklus reproduksi.pptx
siklus reproduksi.pptx
 
Makalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa remaja
Makalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa remajaMakalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa remaja
Makalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa remaja
 
Pubertas remaja
 Pubertas remaja Pubertas remaja
Pubertas remaja
 
Tugas mata kuliah perkembangan peserta didik
Tugas mata kuliah perkembangan peserta didikTugas mata kuliah perkembangan peserta didik
Tugas mata kuliah perkembangan peserta didik
 
Perkembangan seksual remaja
Perkembangan seksual remajaPerkembangan seksual remaja
Perkembangan seksual remaja
 
Tahap Tahap Perkembangan Manusia
Tahap Tahap Perkembangan ManusiaTahap Tahap Perkembangan Manusia
Tahap Tahap Perkembangan Manusia
 
635Kespro_Remaja.pdf
635Kespro_Remaja.pdf635Kespro_Remaja.pdf
635Kespro_Remaja.pdf
 
Pertumbuhan dan perkembangan remaja
Pertumbuhan dan perkembangan remajaPertumbuhan dan perkembangan remaja
Pertumbuhan dan perkembangan remaja
 
Konsep dasar remaja
Konsep dasar remajaKonsep dasar remaja
Konsep dasar remaja
 
Latar belakang
Latar belakangLatar belakang
Latar belakang
 
Presentasi (2) (1).pptx
Presentasi (2) (1).pptxPresentasi (2) (1).pptx
Presentasi (2) (1).pptx
 
Makalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja
Makalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa remajaMakalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja
Makalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja
 
kls 12.ppt
kls 12.pptkls 12.ppt
kls 12.ppt
 
Akhir masa kanak
Akhir masa kanakAkhir masa kanak
Akhir masa kanak
 
KONSEP TUMBANG - BARU.ppt
KONSEP TUMBANG - BARU.pptKONSEP TUMBANG - BARU.ppt
KONSEP TUMBANG - BARU.ppt
 
PPT Kelompok 3.pptx
PPT Kelompok 3.pptxPPT Kelompok 3.pptx
PPT Kelompok 3.pptx
 
Tahap perkembagan anak new
Tahap perkembagan anak newTahap perkembagan anak new
Tahap perkembagan anak new
 
Konsep psikososial, spiritual
Konsep psikososial, spiritualKonsep psikososial, spiritual
Konsep psikososial, spiritual
 
It
ItIt
It
 
KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN USIA REMAJA
KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN USIA REMAJAKESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN USIA REMAJA
KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN USIA REMAJA
 

Bab ii edit asolole

  • 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak kemasa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis baik bentuk fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi ( Tarwoto, 2010 ). Remaja adalah anak usia 10-19 tahun (WHO). Masa remaja terbagi atas: 1. Masa remaja awal : 10 – 13 tahun 2. Masa remaja tengah :14 – 16 tahun 3. Masa remaja akhir :17 – 19 tahun 2.1.2 Tahap Perkembangan Remaja 1. Remaja Awal Pada tahapan ini, remaja mulai berfokus pada pengambilan keputusan, baik di dalam rumah ataupun di sekolah. Masa yang ditandai dengan berbagai perubahan tubuh yang cepat, sering mengakibatkan kesulitan dalam menyesuaikan diri, dan pada saat ini remaja mulai mencari identitas diri. 2. Remaja Menengah Pada tahapan ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok, sehingga selalu tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi seksual. Ditandai dengan bentuk tubuh yang sudah 7
  • 2. 8 menyerupai orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali diharapkan dapat berperilaku sepertiorang dewasa, meskipun belum siap secara psikolog. Pada masa ini sering terjadi konflik, karena remaja sudah mulai ingin bebas mengikuti teman sebaya yang erat kaitannya dengan pencarian identitas, sedangkan dilain pihak mereka masih tergantung dengan orang tua 3. Remaja Akhir Pada tahapan ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan datang dan meningkatkan pergaulan. Ditandai dengan pertumbuhan biologis yang sudah melambat, tetapi masih berlangsung ditempat-tempat lain. Emosi, minat, konsentrasi, dan cara berpikir remaja akhir milai stabil. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah sudah mulai meningkat (Tarwoto, 2010 ) 2.1.3 Karakteristik Remaja Perubahan fisik remaja yaitu terjadinya perubahan secara biologis yang ditandai dengan kematangan organ seks primer dan sekunder, diman kondisi tersebut dipengaruhi oleh kematangan hormon seksual. Tabel 1.1 Karakteristik perubahan fisik remaja wanita Karakteristrik Remaja Putri Usia Pertumbuhan payudara 3 – 7 tahun Pertumbuhan rambut kemaluan 7 – 14 tahun Pertumbuhan badan/ tubuh 9,5 – 14,5 tahun Menarche 10 – 16,5 tahun Pertumbuhan bulu ketiak 1 -2 tahun setelah tumbuhnya rambut pubis
  • 3. 9 Tabel 1.2 Karakteristik perubahan fisik remaja laki-laki Karakteristik Remaja Laki-laki Usia Pertumbuhan testis, kantong skrotum 10 – 13,5 tahun Pertumbuhan rambut kemaluan 10 – 15 tahun Pertumbuhan badan atau tubuh 10,5 – 15 tahun Pertumbuhan penis, kelenjar prostat, vesika 11 – 14,5 tahun seminalis Kira-kira 1 tahun setelah pertumbuhan Ejakulasi pertama dengan dengan mengeluarkan penis semen Kira-kira 2 tahun setelah setelah tampak Pertumbuhan rambut wajah dan bulu ketiak rambut kemaluan 2.1.4 Ciri-ciri Perubahan Fisik Remaja a) Ciri-ciri seks primer Pada remaja laki-laki, pertumbuhan ciri-ciri seks primer ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan testis, yaitu pada tahun pertama dan tahun kedua. Kemudian tumbuh secara lebat, dan mencapai ukuran matangnya pada usia 20 – 21 tahun. Setelah testis mulai tumbuh, penis mulai panjang, pembuluh mani dan kelenjar prostat semakin membesar. Matangnya organ-organ seks tersebut menyebabkan terjadinya mimpi basah pada remaja laki- laki. Pada remaja wanita, kematangan organ-organ seksnya ditandai dengan berkembangannya rahim, vagina dan ovarium (indung telur secara cepat). Ovarium menghasilkan ovum (telur) dan mengeluarkan hormon-hormon yang dibutuhkan untuk
  • 4. 10 kehamilan, menstruasi, dan perkembangan seks sekunder pada masa ini terjadi menarche. b) Ciri-ciri seks sekunder Tabel 1.3 Ciri-ciri seks sekunder wanita dan pria Wanita Pria Tumbuh rambut pubis disekitar kemaluan dan Tumbuh rambut pubis disekitar kemaluan dan ketiak ketiak Bertambah besarnya buah dada Tumbuhnya jakun Bertambah besarnya panggul Terjadinya perubahan suara yang menjadi lebih erat Kulit halus Tumbuh kumis, jenggot, jambang, dan bulu Suara melengking tinggi dada Bentuk tubuh segitiga bidang (atletis) (Nirwana, 2011) 2.1.5 Tahap-tahap perkembangan psikososial Menurut Erikson (1956) perkembangan psikososial terdiri atas delapan tahap. Dari tahapan-tahapan tersebut, remaja melalui lima diantaranya. Lima tahapan yang dilalui remaja tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kepercayaan (trust) versus ketidak percayaan (mistrust) Tahapan ini terjadi dalam 1 – 2 tahun awal kehidupan. Anak belajar untuk belajar percaya pada dirinya sendiri ataupun lingkungannya. Anak merasa binggung dan tidak percaya, sehingga dibutuhkan kualitas interaksi antara orangtua dan anaknya.
  • 5. 11 2. Otonomi (autonomy) versus rasa malu dan ragu (shame and doubt) Bagi kebanyakan remaja, membangunrasa otonomi atau kemerdekaan merupakan bagian dari transisi emosional. Selama masa remaja terjadi perubahan ketergantungan khas anak-anak kearah otonomi khas dewasa, misalnya : remaja umumnya tidak terburu-buru bercerita kepada orang tua ketika merasa kecewa, khawatir atau memerlukan bantuan. 3. Inisiatif (initiative) versus rasa bersalah (guilt) Tahapan perkembangan psikososial ini terjadi pada usia pra sekolah dan awal usia sekolah. Anak cenderung aktif bertanya untuk memperluas kemempuannya melalui aktif bertanya, bekerjasama dengan orang lain, dan belajar bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan. 4. Rajin (industry) versus rendah diri (inferiority) Pada tahapan perkembangan ini terjadi persaingan dikelompoknya. Anak menggunakan pengalaman kognitif menjadi produktif dalam kelompoknya. Disini anak belajar untuk menguasai keterampilan yang lebih formal. Anak mulai bertambah rasa percaya dirinya, mandiri dan penuh inisiatif, serta termotivasi untuk belajar lebih tekun. 5. Identitas (identity) versus kebinggungan identitas (identity confusion) Remaja belajar mengungkapkan aktualisasinya untuk menjawab pertanyaan “siapa saya?”. Mereka melakukan tindakan yang baik sesuai dengan sistem nilai yang ada. Namun demikian, sering juga terjadi penyimpangan identitas, misalnya : melakukan
  • 6. 12 percobaan tindakan kejahatan, melakukan pemberontakan, dan tindakan tercelah lainnya. Pada waktu remaja, identitas seksual baik laki-laki maupun wanita dibangun, dan secara bertahap mengembangangkan cita-cita yang diinginkan (Tarwoto, 2010). 2.1.6 Psikologis remaja tentang minat dan perilaku seks Meningkatnya minat pada seks, remaja selalu berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks. Hanya sedikit remaja yang berharap bahwa seluk-beluk tentang seks dapat dipelajari darimorang tuanya. Oleh karena itu, remaja mencari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, atau mengadakan pecobaan dengan jalan masturbasi, bercumbu atau bersenggama. Pada akhir masa remaja sebagian besar remaja laki-laki dan perempuan sudah mempunyai cukup informasi tentang seks guna memuaskan keingintahuan mereka. Terutama yang ingin diketahui tentang seks menunjukan bahwa perempuan sangat ingin tahu tentang KB, “pil anti hamil”, pengguguran, dan kehamilan. Di lain pihak, laki-laki ingin mengetahui tentang penyakit kelamin, kenikmatan seks, hubungan seks, konteksnya dan akibatnya (Hurlock, 2011). 2.2 Konsep seks pranikah 2.2.1 Pengertian seks pranikah Menurut Sarwono (2003) seks pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan remaja tanpa adanya ikatan pernikahan. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun agama dan kepercayaan masing-masing (Mu’tadin, 2002).
  • 7. 13 Seiring dengan pertumbuhan primer dan sekunder pada remaja kearah kematangan yang sempurna, muncul juga hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar, karena secara alamiah dorongan seksual ini memang harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi perkembangbiakan dan mempertahankan keturunan (Tarwoto, 2010). Tidak ada satu agama pun yang mengijinkan hubungan seks di luar ikatan pernikahan. Hubungan seks pranikah sangat merugikan remaja (Tarwoto, 2010). 2.2.2 Kerugian remaja bila melakukan hubungan seks pranikah adalah sebagai berikut : a) Resiko menderita penyakit menular seksual, misalnya gonore, sifilis, HIV/AIDS, herpes simplek, herpes genetalis, dan lain sebagainya. b) Remaja putri berisiko mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Bila ini terjadi, maka berisiko terhadap tindakan aborsi yang tidak aman dan resiko infeksi atau kematian karena perdarahan. Bila kehamilan diteruskan, maka berisiko melahirkan bayi tidak sehat. c) Trauma kejiwaan (depresi, rasa rendah diri, dan rasa berdosa karena berzina) d) Remaja putri yang hamil berisiko kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ( Tarwoto, 2010 )
  • 8. 14 2.2.3 Bahaya kehamiln pada remaja 1) Hancurnya masa depan remaja tersebut 2) Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap. 3) Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta). 4) Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya. 5) Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis (dukun/ tenga tradisional) sering mengalami kematian tragis. Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh undang-undang, kecuali indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan kehamilan dapat menimbulkan kematian). Baik yang meminta pelakunya maupun yang mengantar dapat dihukum. 6) Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan kejiwaan saat ia dewasa (PIKKRR, 2010). 2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan seksual remaja 1) Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja 2) Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan,mental, dan lain- lain).
  • 9. 15 3) Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Remaja yang tidak bisa menahan diri memiliki kecenderungan untuk melakukan hal tersebut. 4) Kecenderungan pelanggaran semakin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media masa dengan teknologi canggih (VCD, buku pornografi, foto, majalah, internet) menjadi tak berbendung lagi. 5) Orang tua, baik karena ketidaktahuan maupun karena sikapnya yang masih mentabuhkan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini. 6) Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat dari berkembangan peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria (Tarwoto, 2010). 2.2.5 Dampak seks pranikah Menurut Sarwono (2003) perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja, diantaranya sebagai berikut : a) Dampak psikologis Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa. b) Dampak fisilogis
  • 10. 16 Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut diantaranya dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi. c) Dampak social Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah, pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencelah dan menolak keadaan tersebut. d) Dampak fisik Dampak fisik lainnyan sendiri menurut Sarwono (2003) adalah berkembangnya penyakit menular seksual dikalangan remaja, dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual yang teritnggi antara usia 15- 24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan resiko terkena PMS dan HIV/AIDS (Satria, 2008). 2.2.6 Upaya pencegahan seks pranikah a) Pelihara pertumbuhan psikososial yang normal sejak kecil. Tumbuhkan identitas sendiri yang benar untuk masing-masing jenis kelaminnya. b) Tanamkan nilai-nilai luhur, norma-norma susila, moral dan ajaran agama, agar kelak tumbuh kemampuan mengendalikan diri dalam menghadapi rangsangan seksual. c) Hindari kontak dengan benda pornografi d) Bila berpacaran jangan biarkan tenggelam dalam rangsangan seks yang menggoda, kenikmatan yang timbul akibat rangsangan
  • 11. 17 seka akan membuat mereka mengejar kenikmatan yang lebih dalam yang dijanjikan oleh senggama. e) Bila berpacaran jangan biarkan erotik zone dirangsang. f) Ingatkan bahayanya, bila ada teman berada dalam situasi yang menjurus kehubungan seks pranikah. g) Ciptakan kelompok yang mampu saling menahan dorongan seks. h) Peran serta masyarakat untuk saling mengawasi adanya peluang terjadinya hubungan seks pranikah. i) Wanita yang tidak igin melakukan hubungan seks pranikah, sekalipun dengan pacar atau tunangan, harus berani mengatakan” tidak “ apabila menjurus ketindakan hubungan seks pranikah. j) Mendekatkan diri kepada Tuhan dan berdo’a. k) Orang tua berupaya memberikan perhatian dan kasih sayang yang tercurah melalui komunikasi dua arah dengan cara persuasif dan memperlakukan anak sebagai sahabat dirumah (PIKKRR, 2010). 2.3 Konsep Perilaku 2.3.1 Batasan Perilaku Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,2003).
  • 12. 18 Perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas individu yang bersangkutan. Menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi, seperti yang dikutip oleh Notoaatmodjo (2003) bahwa perilaku merupakan respon tau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon. Menurut Notoatmodjo (2003) dilihat dari bentuk respon terhadap stimulusini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua 1) Perilaku tertutup (covert behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2) Perilaku terbuka (overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka (overt). Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Hersey & Blanchard mengemukakan semua perilaku merupakan suatu rangkaian aktivitas. Dalam banyak hal kita melakukan lebih dari satu aktivitas pada saat yang sama. Pada saat tertentu kita mungkin memutuskan untuk beralih dari suatu aktivitas atau
  • 13. 19 kombinasi aktivitas dan mulai melakukan sesuatu yang lain. Untuk memperkirakan perilaku, kita harus mengetahui motif atau kebutuhan seseorang yang menimbulkan sesuatu aktivitas pada saat tertentu (Dharma, A. 1995). Menurut Heri Purwanto (1999) karakteristik perilaku ada yang terbuka dan ada yang tertutup. Perilaku terbuka adalah perilaku yang dapat diketahui oleh orang lain tanpa menggunakan alat bantu. Perilaku tertutup adalah perilaku yang hanya dapat dimengerti dengan menggunakan alat atau metode tertentu mislnya berfikir, sedih, berkhayal, bermimpi dan takut. 2.3.2 Domain Perilaku Terbentuknya pola perilaku dan berkembangnya kemampuan seseorang terjadi melalui tahapan tertentu. Menurut Bloom, yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) mengemukakan aspek perilaku meliputi 3 domain / ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Komponen kognitif (pengetahuan) mengandung pemikiran atau kepercayaan tentang seseorang atau suatu obyek. Komponen efektif berhubungan dengan sikap terhadap materi yang diberikan. Komponen psikomotor berhubungan dengan praktek atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang sehubungan dengan materi yang diberikan. Menurut Notoatmodjo (2003) dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain / ranah itu diukur dari : 1) Pengetahuan (Knowlegde) Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
  • 14. 20 obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah: 1) Faktor internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minta dan kondisi Fisik. 2) Faktor eksternal : faktordari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat dan sarana serta faktor pendekatan belajar seperti upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran. Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni : 1) Tahu (know) Yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dsb. 2) Memahami (comprehension) Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi (aplication)
  • 15. 21 Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real. 4) Analisis (analysis) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), memisahkan, mengelompokkan, dsb. 5) Sintesis (synthesis) Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dsb terhadap suatu teori atau rumusan- rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (evaluation) Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi terhadap suatu materi atau obyek (Notoatmodjo,2003). 2) Sikap (Attitude) Merupakan relasi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi
  • 16. 22 tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. Allport menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok : 1) Kepercayaan (keyakinan), ide,konsep terhadap suatu objek. 2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni: 1) Menerima (receiving) Diartikan bahwa orang (subyek) mau dan mempeerhatikan stimlus yang diberikan (obyek) 2) Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. 3) Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. 4) Bertanggung jawab ( responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Secara umum orang tidak akan memperlihatkan sikap asli mereka dihadapan orang lain untuk beberapa hal . Satu cara untuk mengukur atau menilai sikap seseorang dapat menggunakan skala atau kuesioner. Skala penilaian sikap
  • 17. 23 mengandung serangkaian pernyataan tentang permasalahan tertentu. Responden yang akan mengisi diharapkan menentukan sikap setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan tertentu (Niven, 2002). 3) Praktek atau Tindakan (Practice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Seperti halnya pengetahuan dan sikap, praktek atau tindakan terdiri dari berbagai tingkatan, yakni : 1) Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. 2) Respon terpimpin (guide response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. 3) Mekanisme (mecanisme) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. 4) Adaptasi (adaption) Adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia secara operasional dapat dikelompokkan menjadi tiga macam,
  • 18. 24 yaitu perilaku dalam bentuk pengetahuan, bentuk sikap, dan bentuk tindakan nyata atau perbuatan. Ketiga bentuk perilaku itu dikembangkan berdasarkan tahapan tertentu yang dimulai dari pembentukan pengetahuan (ranah kognitif), sikap (ranah afektif), dan keterampilan (ranah psikomotorik) sehingga menjadi pola perilaku baru (Notoatmodjo, 2003). 2.3.3 Proses Adopsi Perilaku Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni : 1) Kesadaran (awareness) Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). 2) Tertarik (interest) Dimana orang mulai tertarik pada stimulus 3) Evaluasi (evaluation) Menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4) Mencoba (trial) Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru. 5) Menerima (adoption) Dimana subjek telah berperilaku sesuai dengan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
  • 19. 25 2.3.4 Beberapa Teori Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Selain itu ada beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku, antara lain: 1. Teori Lawrence Green Menurut Lawrence Green, yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yakni : 1) Faktor predisposisi (predisposing factor) terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya 2) Faktor pendukung (enabling factor) terwujud dalam lingkungan fisik, keterampilan, pendidikan, ketersediaan sumber daya, tersedia atau tidak tersedianya sarana / fasilitas. 3) Faktor pendorong (reinforcing factor) terwujud dalam waktu, kesempatan,.motivasi dan dukungan dari tim kesehatan lain. 2. Teori Snehandu B. Kar Menurut Snehandu Kar yang dikutip oleh Notoatmojo (2003) menganalisa perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakaan fungsi dari : 1. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior intention). 2. Dukungan sosial dari masyarakat di sekitarnya (social support) 3. Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accenebility of information).
  • 20. 26 4. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil keputusan (personal autonomy). 5. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situation) 3. Teori Word Health Organization (WHO) Tim kerja dari WHO yang dikutip dari Notoatmodjo (2003) menganalisa bahwa yang menyababkan seseorang berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok yakni : 1) Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), yakni dalam bentuk pengetahuan, presepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian terhadap obyek. a) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri ataupun pengalaman orang lain. b) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. c) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain Sikap positif terhadap suatu tindakan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
  • 21. 27 2) Orang penting sebagai referensi, apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau berbuat cenderung untuk dicontoh. 3) Sumber-sumber daya, mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang. 4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah,baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradaban umat manusia. 4. Teori lain, menurut Sunaryo (2004) 1) Faktor genetik atau faktor endogen Faktor genetik atau faktor keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup, dalam hal ini antara lain : a) Jenis ras, setiap ras didunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda satu dengan lainnya. b) Jenis kelamin, pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau akal, sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan. c) Sifat fisik, kalau kita amati perilaku individu akan berbeda- beda karena sifat fisiknya, misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus.
  • 22. 28 d) Sifat kepribadian, perilaku individu tidak ada yang sama karena adanya perbedaan kepribadian yang dimiliki individu, yang dipengaruhi oleh aspek kehidupan, seperti pengalaman, usia, watak, tabiat, sistem norma, nilai dan kepercayaan yang dianutnya. e) Intelegensi, individu dengan intelegensi tinggi dalam mengambil keputusan dapat bertindak cepat, tepat dan mudah, sebaiknya individu yang intelegensinya rendah akan bertindak lambat. 2) Faktor eksogen atau faktor dari luar individu a) Faktor lingkungan, karena lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku b) Pendidikan, karena pendidikan pada dasarnya melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok. c) Agama, merupakan keyakinan hidup yang masuk kedalam konstruksi kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri. d) Sosial ekonomi, sebagai contoh keluarga yang status ekonominya berkecukupan akan mampu menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. e) Kebudayaan, ternyata mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri. f) Faktor-faktor lain, diantaranya susunan syaraf pusat, persepsi dan emosi.
  • 23. 29 2.3.5 Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku Menurut WHO, seperti yang dikutip Notoatmodjo (2003) perubahan perilaku itu dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : 1) Perubahan alamiah (natural change), bahwa perilaku manusia selalu berubah dimana sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. 2) Perubahan terencana (planned change), bahwa perubahan ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. 3) Kesediaan untuk berubah (readdines to change) yang berbeda- beda, meskipun kondisinya sama. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. 2.3.6 Strategi Perubahan Perilaku Menurut Notoatmodjo (2003) strategi yang digunakan untuk merubah perilaku tersebut juga dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : 1) Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan. Dalam hal ini perubahan dipaksakan kepada seseorang / masyarakat sehingga mau melakukan / berperilaku seperti yang diharapkan. Cara ini dapat ditempuh misalnya dengan adanya peraturan- peraturan yang harus dipatuhi oleh seseorang atau masyarakat. Cara ini akan menghasilkan perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung lama karena perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri. 2) Memberikan informasi-informasi sehingga akan meningkatkan pengetahuan seseorang / masyarakat. Selanjutnya dengan pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran, dan akhirnya
  • 24. 30 akan merubah orang / masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Hasil dari perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu yang cukup lama tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari pada kesadaran mereka sendiri (bukan karena paksaaan). 3) Diskusi dan partisipasi. Cara ini sebagai peningkatan cara kedua diatas dimana didalam memberikan informasi-informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Hal ini berarti seseorang / masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi yang diterimanya. 2.3.7 Perilaku Seksual Remaja Menurut Sarlito (2003), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Perilaku seksual pada remaja timbul karena dipengaruhi faktor-faktor berikut yaitu perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan, penyebaran informasi melalui media massa, tabu-larangan, norma-norma di masyarakat, serta pergaulan yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing (Mu’tadin, 2002). Bentuk perilaku seksual yang paling awal adalah eksplorasi. Rasa ingin tahu mengakibatkan adanya eksplorasi. Eksplorasi memiliki dua bentuk, yaitu secara intelektual dan teknik manipulasi. Secara intelektual akan menuntun remaja untuk menanyakan hal-hal tertentu atau membaca buku-buku untuk mendapatkan jawaban dari
  • 25. 31 pertanyaan-pertanyaan (ketika remaja takut untuk bertanya). Ketika remaja tidak dapat memenuhi rasa ingin tahunya secara tidak langsung melalui pendekatan intelektual, mereka melakukan pendekatan secara langsung yang melibatkan teknik manipulasi yaitu dengan cara mengeksplorasi organ seksnya sendiri juga organ seks orang lain. 2.4 Konsep Kehamilan Tidak diinginkan 2.4.1 Pengertian Kehamilan Tidak Diinginkan Kehamilan tidak diinginkan adalah seorang wanita yang mengalami kehamilan pada usia remaja akibat seks pra nikah (Manuaba, 2002). Kehamilan tidak diinginkan adalah suatu kehamilan yang terjadi di luar perencanaan, karena secara fisik atau psikologis pasangan tidak siap dan menolak kejadian kehamilannya. Keadaan ini juga sering terjadi pada remaja putri usia sekolah, karena ketidaktahuannya dalam masalah seksual, akibat pergaulan bebas (Dinkes, Jatim, Seksi Kesehatan Anak Remaja, Usila, Tahun 2006) Kehamilan adalah perubahan kondisi seorang wanita menjadi ibu. Bagi wanita dewasa yang telah menikah perubahan ini cenderung membahagiakan, namun kehamilan ini bisa menjadi masalah besar jika terjadi pada remaja (Manuaba, 2002). Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya (Ubaydillah, 2005).
  • 26. 32 Kehamilan remaja sering dilatarbelakangi oleh kurangnya pengetahuan tentang seks, kesehatan reproduksi dan kehamilan. Dalam berbagai kejadian hamil pada usia remaja, umum remaja putri mengaku baru melakukan hubungan seks satu kali atau hanya coba- coba melakukan hubungan seksual dan hamil (Manuaba, 2002). Pada masa puber terjadi peningkatan hormon estrogen yang menyebabkan remaja mudah terangsang secara seksual. Selain itu pada usia remaja seseorang sangat terpengaruh oleh teman atau kelompoknya. Misalnya remaja pria dikatakan kurang jantan bila tidak berani mencium pacarnya, akibatnya resiko yang semula hanya ingin tahu, terdorong melakukan hubungan seks (Manuaba, 2002). Usia remaja merupakan usia dimana alat reproduksi untuk hamil belum matang sehingga kehamilan diusia remaja sangat berbahaya bagi ibu dan janin yang dikandungnya, Bahaya kehamilan diusia remaja adalah kehamilan yang dapat mengakibatkan resiko baik pada ibu maupun pada bayi yang dikandungnya, dan pengertian kehamilan remaja itu sendiri adalah seorang wanita yang mengalami kehamilan pada usia remaja. 2.4.2 Penyebab Kehamilan Tidak Diinginkan Faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya kehamilan tidak diinginkan adalah faktor globalisasi atau berbagai media yang mengakses situs situs porno kemudian ditambah dengan kurang pengetahuan tentang seks kesehatan reproduksi dan bahaya kehamilan (BKKBN, 2005). 2.4.3 Dampak Kehamilan Tidak Diinginkan Dua dampak yang perlu diperhitungkan dalam menghadapi persoalan kehamilan remaja, diantaranya :
  • 27. 33 a) Faktor psikologis yang belum matang 1. Remaja berusia muda dan sedang menuntut ilmu akan mengalami putus sekolah sementara atau seterusnya, dan dapat putus pekerjaan yang baru dirintis. 2. Perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman atau lingkungan masyarakat. 3. Tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa diri. b) Dari sudut fisik 1. Alat reproduksinya masih belum siap untuk menerima kehamilan sehingga dapat menimbulkan berbagai bentuk komplikasi. 2. Mungkin kehamilan ini tidak jelas siapa ayah sebenarnya. 3. Kehamilannya dapat disertai penyakit hubungan seksual sehingga memerlukan pemeriksaan ekstra yang lebih lengkap. 4. Tumbuh kembang janin dalam rahim yang belum matang dapat menimbulkan abortus, persalinan premature atau gestosis. 5. Dapat terjadi komplikasi penyakit yang telah lama dideritanya. 6. Saat persalinan sering terjadi memerlukan tindakan medis operatif. 7. Pada janinnya dapat terjadi kelainan konginetal, berat badan lahir rendah. 8. Kematian maternal dan perinatal pada kehamilan remaja relatif tinggi dibanding masa reproduksi sehat usia antara 20 sampai 35 tahun
  • 28. 34 9. Mungkin kehamilannya disertai kecanduan obat-obatan, merokok atau minuman keras (Manuaba, 2002). 2.4.4 Upaya pencegahan masalah kehamilan Tidak Diinginkan a) Meningkatkan aktivitas yang bermanfaat. b) Mencari kelompok yang kreatif. c) Mengikuti pendidikan seks sejak dini. d) Meningkatkan iman dan taqwa ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa melalui ajaran agama masing-masing (Manuaba, 2002).