SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 8
Baixar para ler offline
Bismillahirrohmanirrohim



                                                                  MENJINAKKAN
                                                     KESOMBONGAN DIRI



        Allah swt, telah menciptakan segala hal di dunia ini berpasang-pasangan.
Panjang-pendek, gemuk-kurus, gembrot-lansing, jauh-dekat, besar-kecil, tingi-
rendah. Begitu pula kaya-miskin, pintar-bodoh, banyak ilmu-miskin ilmu, pejabat
teras-rakyat biasa. Semuanya serba berpasangan. Sejak awal Allah Maha Gagah
menegaskan bahwa perbedaan itu bukan merupakan ‘kelebihan sejati seseorang
atas orang lain. Sebab, sesunguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah
orang   yang   paling   taqwa:   taat   kepada   aturan-Nya      baik   perintah    maupun
larangannya. Allah berfirman yang artinya:
“Hai manusia, sesuangguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah
ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Q.S al-Hujurat:13)
        Dan karena itu pula, perbedaan tadi bukanlah bibit untuk melahirkan
kesembongan manusia, melainkan merupakan sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah
Rabbul ‘alamin.


Sombong: Bertentangan Dengan Realitas
        Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw, bersabda:”Tidak
akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sifat sombong walaupun hanya
sebesar dzaroh (atom)”
Lantas ada seseorang yang berkomentar: “Sesungguhnya seseorang itu suka
memakai pakaian yang bagus dan sepatu bagus”
Menanggapi hal ini Rasulullah saw, menyatakan:
“Sesungguhnya Allah itu indah, suka pada keindahan. Sombong itu menolak
kebenaran dan merendahkan sesama manusia” [HR. Imam Muslim]
        Hadits ini menjelaskan ada dua unsur yang terkandung dalam sebuah
kesombongan:      menolak   kebenaran     dan    merasa   diri     lebih   tinggi   dengan
merendahkan orang lain. Sebagai renungan, pernah seseorang yang cukup senior
berdiskusi dengan seorang remaja berusia 21 tahun tentang wajibnya penerapan
hukum-hukum islam. Setelah diskusi berlansung 1 jam 45 menit, kata akhir pun
tidak dicapai. Remaja tadi tetap pada pendiriannya bahwa hukum Islam wajib
diterapkan berdasarkan argumentasi, sedangkan sang senior menolaknya. Bahkan
dengan ketus berujar: “kamu ini anak bau kencur! Sudah berani-beraninya
menentang orang tua. Saya sadah kenyang dengan perjuangan. Penerapan Islam
mah hanya merupakan ilusi”. Sikap demikian menunjukkan suatu sikap sombong.
Bentuknya, menolak kebenaran yang nampak jelas didepannya.
      Allahu Akbar. Hanya Allah sajalah Dzat Maha Agung lagi Maha Besar. Manusia
–bukan hanya satu atau dua orang tapi setiap orang- serba kurang dan lemah.
Siapapun orangnya, baik anda maupun orang lain, bila merenungi realitas manusia
ini akan menyimpulkan bahwa tidak layak berlaku sombong.
      Sebagai misal, tanyalah pada diri kita masing-masing, apakah kita yang
membuat diri kita sendiri? Jawabannya pasti Tidak! Anda, sama dengan saya. Bukan
saya yang membuat diri saya,dan diri anda bukan Anda yang membuatnya. Kita
tidak punya kemampuan sedikitpun untuk menciptakan diri kita sendiri, apalagi
menciptakan orang lain. Kita tidak memiliki kuasa untuk mengadakan diri kita. Anda,
saya dan kita diciptakan oleh Allah swt. Bukan sekedar itu, kita juga tidak akan
pernah mampu menghindar dari kematian. Bila ajal sudah tiba, tidak akan ada satu
makhluk pun yang dapat mencegah apalagi terhindar darinya. Coba sebutkan, satu
saja, orang yang dapat menghindar dari datangnya ajal! Tidak ada !!! Bila untuk
sekedar mempertahankan keberadaan saja tidak mampu, apa yang menjadi alasan
bagi kita untuk sikap sombong?
      Realitas-realitas   sederhanapun   menjelaskan    ketidaklayakan    seseorang
bersikap sombong. Coba kita tanyakan secara jujur dan sengaja pada diri kita,
darimana dan siapa yang membuat baju, celana, sepatu, kancing, sletting, tas,
potlot, pulpen, buku, peci, kerudung, mukena, kacamata minus, jam tangan, dan
hand phone yang kita pakai ? Apakah semua itu kita membuat dengan tangan kita
sendiri? Dan apakah kita mampu menyediakan dan memproduksi sendiri semua
kebutuhan tadi? Ataukah sekedar membuat kancing pun kita tidak bisa? Bila
demikian, apa layak kita memelihara rasa sombong dan ujub (angkuh) itu?
      Ketika kita sedang makan, pernahkah menghayati siapa yang menanam padi,
siapa yang menggilingnya, siapa yang membelinya dari pasar, siapa yang membuat
magic jar untuk menghangatkan nasinya, siapa yang menambang minyak tanah atau
gas untuk kompor, siapa yang menanam sayur yang kita santap, siapa yang
memasaknya, siapa yang menanam kedelai bahan tempe yang kita santap, siapa
yang mendatangkan tahu dari sumedang ke rumah kita, siapa yang menyediakan air
bersih bagi kita? Apakah kita yang melakukannya? Siapa yang memeras susu murni
yang kita minum? Siapa yang menanam pisang, apel, atau buah-buahan yang
lainnya yang kita nikmati? Apakah kita yang melakukan semua itu? Dan apakah kita
memiliki kemampuan untuk melakukan sendiri hal-hal tersebut?
         Berikutnya, apakah gayung di kamar mandi, kita sendiri yang membuatnya?
Sabun mandi dan sampo kita sendiri yang meraciknya? Belum lagi sisir dan cermin
yang ada dirumah kita, kitakah yang membuatnya? Apakah kita mempunyai semua
keahlian tersebut? Bila tidak, orang yang membusungkan dada sebenarnya hanya
menunjukkan kenyataan bahwa ia tida mengetahui dirinya sendiri (baca: ‘tidak tahu
diri’)
         Boleh jadi seseorang merasa dirinya lebih tahu dibandingkan dengan orang
lain. Dari satu sisi tidak menutup kemungkinan benar, ia lebih tahu dari orang lain.
Namun, sekalipun demikian, berlagak sok paling tahu hanyalah cerminan dari sejenis
ketidak-ikhlasan Tidak tunduk kita --sewaku tersamar atau terang-terangan—merasa
lebih dari orang lain merupakan awal kesombongan. Realitasnya, benerkah kita yang
paling tau atau serba tahu? Marilah kita lihat, sekedar contoh saja, seseorang yang
sangat athu tentang statistika belum tentu paham kedokteran. Ada juga seorang
temen yang sangat mahir dalam bidang ekonomi, namun saat menerjemahkan buku
berbahasa Arab kualitasnya terjemahannya jauh dibawah orang lain. Contoh lain,s
eorang kyai di daerah Garut memiliki keahlian luar biasa dalam masalah fikih, namun
beliau mangaku awam dalam masalah politik Islam. Demikianlah keadaan manusia.
Boleh jadi ia memiliki kelebihan dalam sesuatu tetapi justru lemah dalam banyak
perkara lainnya. Bila orang yang merasa dirinya lebih dalam suatu hal bertindak
sombong, dapat dipastikan dunia ini penuh dengan manusia-manusia angkuh. Tentu
saja, hal ini bertentangan dengan karakter dasar manusia sesuai fitroh.
         Atau barangkali kiat merasa memiliki kekuatan melebihi orang lain. Bibit
keangkuhan pun mulai tumbuh. Ketika hal ini terjadi, bersegeralah meminta ampun.
Sebab, merasa lebih atau paling kuat hanyalah sebuah bentuk kesombongan.
Cobalah Anda jalan-jalan ke depan rumah ataupun kalau hendak pergi kepasar.
Disana banyak ditemui mamang tukang jual gorengan yang dipikul. Sebelum tukang
gorengan itu menggoreng tahu, karoket, combro, bala-bala, pisang atau tempe
umumnya minyak –yang sudah menghitam—itu mendidih. Sangupkah anda meminta
sesendok makan minyak mendidih itu, lalu diminum saat itu juga? Bila sanggup, apa
yang terjadi? Lidah Anda pasti melepuh! Gigi pun bisa rontok. Mengapa? Kekuatan
seseorang sangatlah terbatas. Seseorang mungkin saja tidak hari tiga malam tidak
tidur karena kesana kemari menyebarkan Dakwah. Namun, tetap saja, ia perlu
istirahat. Inilah Sunnatullah. Sebagai catatan ringan, manusia mampu bertahan tidak
makan hanya 3 atau 4 bulan, dapat bertahan tidak minum maksimal 4 hari, dan
kekuatan menahan nafas hanyalah 3,8 menit. Bila demikian, dimamakah letak
kekuatan yang dibanggakan itu?
      Seseorang boleh jadi merasa sombong akibat kecantikan atau ketampanan
dirinya. Atau barangkali merasa sombong karen amerasa paling jelek rupa. Bila Anda
termasuk orang seperti tadi, sudah saatnya Anda menengok realitas sebenarnya.
Apakah kecantikan dan kegantangan atau kejelekan itu hadil buatan Anda sendiri?
Hidung mancung, mata melankolis, bibir sensual, pipi merah muda alami alias si
humairah tea, alis mata laksana emut hitam berbaris, dagu ibarat telur asin
sepotong, atau barangkali janggut tebal hiasan, apakah anda yang menjadikan itu
semua? Bukan! Sekali lagi bukan! Bila begitu, rupa mana yang layak untuk
disombongkan?
      Belum lagi bila dibandingkan dengan kekuasaan Allah swt. Manusia itu maha
tidak tahu. Manusia, siapapun dia, tidak dapat membuat walaupun hanya seekor
semut tanpa menggunakan bahan apapun. Cobalah merem allu bilang aba kadabra,
akan muncullah semuat spesies terbaru? Pasti, tidak. Atau, saat Anda tenagh
mengetik dihadapan komputer pukul 14:17 (tentu saja siang) WIB, pusatkan
kosentrasi Anda, lalu rubahlah agar saat itu juga berubah menjadi pukul 02:17
malam WIB, bisakah? Lagi-lagi, tidak! Karenanya, realitas menunjukkan bahwa
manusia tidak memiliki sesuatu yang dapat disombongkan. Bila demikian, siapapun
orangnya yang memandang diri dia mempunyai kelebihan atas orang lain tidak layak
bersipak sombong. Sebab, kesombongan bertentangan dengan realitas. Tidak ada
alasan apapun bagi manusia –siapapun ia, bagaimanapun kemampuan dia—untuk
berperangai sombong.




Sombong: Bertentangan Dengan Hukum Allah SWT
      Abu hurairah ra, menyatakan bahwa Rasulullah swa, bersabda, Allah Yang
Maha Mulia Lagi Maha Agung Berfirman:
“Kemuliaan   adalah    pakaian-Ku    dan   kebesaran   adalah   seledang-Ku,   maka
barangsiapa yang menyaingi Aku dalam salah satunya maka Aku pasti akan
menyiksanya.” [HR. Muslim]
       Begit pula, sabda Nabi saw:
“ Suatu ketika ada seorang laki-laki berjalan dengan memakai perhiasan dan bersisir
rambutnya, ia mengherani (ta’jub) dirinya sendir dengan penuh kesombongan
didalam perjalannya itu, Kemudian, tiba-tiba Allah swt. Menyiksanya: ia selalu timbul
tenggelam di permukaan bumi sampai hari kiamat.” [HR. Bukhori dan Imam
Muslim]
       Dalam kedua hadits ini tegas sekali Allah swt, akan menyiksa siapa saja
orang sombong. Artinya, Allah swt. Mengharamkan sikap sombong (merasa diri lebih
dari orang lain, menganggap yang lain lebih rendah, dan menampakkannya),
ataupun ujub/angkuh (bangga terhadap diri sendiri tanpa memperlihatkannya).
Kesombongan hanyalah Milik-Nya. Hanya Dia yang berhak untuk ‘sombong’. Tidak
layak siapapun angkuh dan sombong, sebab memang tidak ada yang dapat
disombongkan.
       Bahkan Nabi saw, senagja menekankan persoalan ini dengan bertanya
kepada para sahabat:
“maukah kalian aku beri tahu ahli neraka?” Baliau pun menjelaskan “Yaitu, setiap
orang yang kejam, rakus dan sombong” [HR. Bukhori dan Muslim]
       Jelas bahwa balasan mereka yang sombong adalah neraka.
“tidak akan masuk surga orang yang didalamnya ada sifat sombong walaupun
sebesar atom”
       Satu hal yang penting dicamkan bahwa menghindari kesombongan bukan
berarti menghindari punya kelebihan, melainkan menghindari adanya perasaan
ataupun ungkapan mengagung-agungkan diri sendiri serta mengangap orang lain
lebih rendah darinya. Orang mengenakan pakaian bagus, bukan berarti sombong ata
angkuh. Orang berpegang teguh kepada kebenaran Islam dan menentang mentah-
mentah pemikiran dan idiologi kufur, tidak mengindikasikan adanya kesombongan.
Sebaliknya, saat seseorang mengenakan pakaian bagus, misalnya, disertai dengan
sikap merasa bahwa dia libih tinggi dan orang lain dibawah dia, saat itulah
kesombongan muncul.
       Begitu juga, orang yang berpakaian serba jelek bila hati yang tertanam rasa
bahwa ia lebih zuhud daripada orang lain, ketika itu kesombongan nampak. Sama
dengan itu, seseorang yang menyampaikan Islam dengan progresif, semangat yang
berkobar serta menentang keras kebatilan disertai dengan argumentasi mematikan,
sementara dihatinya tida terbetik sedikitpun rasa bangga akan diri sendiri atau sikap
memandang rendah oranglain, maka kesombongan tidak melekat dalam dirinya. Jadi
persoalannya terletak dalam sikap memandang rendah orang lain, pada saat ia
memangdang tinggi diri sendiri.
       Selain itu, orang seperti –orang yang         sombong—ini akan sulit menerima
kebenaran    yang disampaikan oleh orang lain. Mengapa? Sebab, sudah merasa
dirinya lebih dan orang lain serba rendah sehingga –dalam pandanganya—mana
mungkin orang ‘tinggi’ menerima sesuatu dari orang ‘rendah’. Berkaitan dengan
persoalan ini, dulu seorang sahabat mengungkapkan pandangan di depan Rasulullah
saw:
“Sesungguhnya seseorang itu suka memakai pakaian yang bagus dan sepatu bagus”
Menanggapi hal ini Rasulullah saw, menyatakan:
“Sesungguhnya Allah itu indah, suka pada keindahan. Sombong itu menolak
kebenaran dan merendahkan sesama manusia” [HR. Imam Muslim]




Menghidari Sikap Angkuh Dan Sombong
       Sikap angkuh dan sombong dapat menimpa siapa saja: saya, anda, kita, dia
dan mereka. Sekali lagi, dapat menimpa siapa saja. Ungkapan seperti ‘kalau bukan
saya, mana mungkin bisa!’, ‘Untung saja ada saya kalau tidak wah bahaya..’, ‘saya
ini orang terkenal lho!’ dan ‘ah, dia kan ngajinya juga baru kemaren sore, sedangkan
saya   lulusan   perguruan   tinggi   agama’   dan   sejumlah   uangkapan   yang   lain,
merupakan indikasi sikap kesombongan. Untuk menjinakkannya, perlu menempuh
beberapa hal. Antara lain sebagai berikut:
   1. Senantiasa mengingat dan menanamkan keyakinan bahwa sombong dan ujub
       itu dosa. Bukan orang lain yang akan merasakan balasan buruknya dari Allah
       melainkan diri sendiri
   2. Yakinlah, kesombongan tidak akan menambah apapun selain kerugian. Tidak
       ada orang yang suka siapapun yang angkuh dan sombong. Sama seperti anda
       dan saya. Sebenarnya, seseorang yang sombong juga tidak suka bila ada
       orang lain berlaku sombong didepannya. Dia pun akan mengatakan “sombong
       amat” padahal, apda saat yang sama ia tidak sabar aklau dirinya juga
       menunjukkan sikap sombong, mengapa ia tidak katakan pada dirinya sendiri
       ‘Sombong amat kau!”
3. Sering-seringlah       mengingat    kelemahan       diri    sendiri.    Pada     berbagai
   kesempatan      –santai,   saat    istirahat,   ebngong      di   kendaraan,      sejenak
   menjelang tidur, atau kapan saja—cobalah memikirkan kelemahan kita
   dibandingkan dengan orang lain. Dengan mengetahui kelemahan, insyaAllah
   akan muncul sikap rendah hati (tawadlu’). Sebaliknya, tanpa mengetahui
   kelemahan, seseorang akan merasa dirinyalah yang paling segala-galanya.
   Orang sunda menyebutnya ‘asa aing pangdadalina!’ (merasa dirinya paling
   gagah laksana burung garuda). Hal ini tida berarti jangan mengetahui
   kelebihan diri sendiri. Tidak seperti itu ! memahami potensi dan keunggulan
   diri sendiri amatlah penting. Namun mangetahui keunggulan diri sendiri
   tersebut jangan sampai melahirkan sikap menganggap rendah orang lain.
   Sebab, setiap kelebihan yang Anda miliki hanyalah sebuah kemahalemahan
   manusia bila dibandingkan dengan kesegalamahaan Allah Dzat maha Kuasa.
   Dan   setiap    Anda memiliki      kelebihan    dalam      perkara     yang    merupakan
   kelemahan Anda.
4. Seperti telah disebutkan, memelihara sifat sombong berarti membangun
   benteng     penghalang     datangnya    kebenaran.         Dengan    adanya     sombong,
   seseorang cenderung menolak kebenaran sekalipun telah jelas didepan mata.
   Padahal, menolak kebenaran berarti mengunci gerbang perubahan kearah
   kebaikan yang bermuara kepada kebahagiaan. Konsekwensinya, kebahagiaan
   dunia dan akhirat, bila demikian, hanyalah sebuah angan-angan hampa.
5. Bila Anda sering melayat orang yang emninggal dunia, jangan hentikan
   kebiasaan itu! Selain sebagai pemenuhan           atas perintah Allah swt, melayat
   itu juga dapat Anda gunakan sebagai perenungan. Saat melayat, cobalah
   sekali-kali singkap kain penutup wajahnya. Nampaklah wajah pucat pasi
   dengan mata terpejam, bibir rapat tertutup. Badan terkujur membeku,
   tangan terlipat kaku. Tidak dapat berbuat apa-apa. Padahal, teman atau
   tetangga Anda itu mungkin saja seorang jutawan, atau barangkali wartawan
   senior, boleh ajdi dia itu orang yang popularitasnya luar biasa, mantan
   penguasa. Namun, kelebihan apapun tidak berati apa-apa saat itu. Smeuanya
   serba kecil dihadapan Allah Rabbul ‘alamin. Bila seperti ini realitasnya, apa
   lagi alasan untuk bersombong diri?!
6. Setiap kali muncul keinginan untuk sombong atau membanggakan diri,
   segeralah      mohon    ampunan     kepada      Allah   Dzat      Pemutar     balik   Hati.
Berlindunglah dari kesombongan, dan berdo’alah kepada Allah! Mudah-
       mudahan Allah swt mengabulkan.


   Akhirnya, mulai detik ini benih-benih kesombongan tidak boleh ada dalam diri
kita, apalagi sebagai pengembandakwah. Kesombongan dan keangkuhan merupakan
indikasi   kelemahan   diri   sendiri.   Kesombongan   dan   keangkuhan   merupakan
perbuatan yang jauh dari simpatik. Akibatnya, orang yang didakwahi justru
menyingkir dari kita. Ini kalau bangga terhadap diri sendiri berkenaan dengan
perkara-perkara yang boleh jadi memang benar-benar ada dalam diri kita. Tetapi,
bila memuji diri sendiri, merasa lebih tinggi, dan merendahkan orang lain itu
menyangkut perkara yang tidak ada pada diri kita maka, sesungguhnya hal ini
merupakan indikasi kemunafikan. Tidak mau menerima diri sendiri sebagaimana apa
adanya. Bahkan merupakan keengganan menghadapi dan menerima kebenaran.
Dahulu, iblis enggan tunduk kepada Allah swt karena kesombonganya. Jadi sombong
atau ujub? No way!

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Adab terhadap Guru dan Orang Tua
Adab terhadap Guru dan Orang TuaAdab terhadap Guru dan Orang Tua
Adab terhadap Guru dan Orang TuaAnna Fawzie
 
Faktor Pengotor Hati - Aa Gym
Faktor Pengotor Hati - Aa GymFaktor Pengotor Hati - Aa Gym
Faktor Pengotor Hati - Aa Gymdian novita
 
Materi rendah hati, hemat, sederhana membuat hidup menjadi lebih mulia
Materi rendah hati, hemat, sederhana membuat hidup menjadi lebih muliaMateri rendah hati, hemat, sederhana membuat hidup menjadi lebih mulia
Materi rendah hati, hemat, sederhana membuat hidup menjadi lebih muliayukbelajar
 
Perilaku terpuji
Perilaku terpujiPerilaku terpuji
Perilaku terpujiJuaria Muin
 
Hadza min fadli rabbiy
Hadza min fadli rabbiyHadza min fadli rabbiy
Hadza min fadli rabbiyazharichairul
 
Pai kelompok 2
Pai kelompok 2Pai kelompok 2
Pai kelompok 2Normaya_
 
Ceramah islam tentang pergaulan bebas
Ceramah islam tentang pergaulan bebasCeramah islam tentang pergaulan bebas
Ceramah islam tentang pergaulan bebasAndi Temme
 
Kata hikmah 1
Kata hikmah 1Kata hikmah 1
Kata hikmah 1kurie1980
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAHMAJALAH HIDAYATULLAH
 
Ceramah agama ‘aidil adha 1424 h
Ceramah agama  ‘aidil adha 1424 hCeramah agama  ‘aidil adha 1424 h
Ceramah agama ‘aidil adha 1424 hNasir Fonso
 
Menghormati dan menyayangi orang tua dan guru
Menghormati dan menyayangi orang tua dan guruMenghormati dan menyayangi orang tua dan guru
Menghormati dan menyayangi orang tua dan guruMustofa Hidayat
 

Mais procurados (19)

Bab x
Bab xBab x
Bab x
 
Berbakti pada orang Tua
Berbakti pada orang TuaBerbakti pada orang Tua
Berbakti pada orang Tua
 
Adab terhadap Guru dan Orang Tua
Adab terhadap Guru dan Orang TuaAdab terhadap Guru dan Orang Tua
Adab terhadap Guru dan Orang Tua
 
Faktor Pengotor Hati - Aa Gym
Faktor Pengotor Hati - Aa GymFaktor Pengotor Hati - Aa Gym
Faktor Pengotor Hati - Aa Gym
 
Materi rendah hati, hemat, sederhana membuat hidup menjadi lebih mulia
Materi rendah hati, hemat, sederhana membuat hidup menjadi lebih muliaMateri rendah hati, hemat, sederhana membuat hidup menjadi lebih mulia
Materi rendah hati, hemat, sederhana membuat hidup menjadi lebih mulia
 
Perilaku terpuji
Perilaku terpujiPerilaku terpuji
Perilaku terpuji
 
Hadza min fadli rabbiy
Hadza min fadli rabbiyHadza min fadli rabbiy
Hadza min fadli rabbiy
 
Buletin lds 01
Buletin lds 01Buletin lds 01
Buletin lds 01
 
Pai kelompok 2
Pai kelompok 2Pai kelompok 2
Pai kelompok 2
 
Ta'aruf dalam Islam
Ta'aruf dalam IslamTa'aruf dalam Islam
Ta'aruf dalam Islam
 
Ceramah islam tentang pergaulan bebas
Ceramah islam tentang pergaulan bebasCeramah islam tentang pergaulan bebas
Ceramah islam tentang pergaulan bebas
 
Word materi PAI
Word materi PAIWord materi PAI
Word materi PAI
 
Kata hikmah 1
Kata hikmah 1Kata hikmah 1
Kata hikmah 1
 
Kata2 hikmat
Kata2 hikmatKata2 hikmat
Kata2 hikmat
 
Kelompok 3 pai bab 8
Kelompok 3 pai bab 8Kelompok 3 pai bab 8
Kelompok 3 pai bab 8
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Ceramah agama ‘aidil adha 1424 h
Ceramah agama  ‘aidil adha 1424 hCeramah agama  ‘aidil adha 1424 h
Ceramah agama ‘aidil adha 1424 h
 
JAUHI ZINA
JAUHI ZINAJAUHI ZINA
JAUHI ZINA
 
Menghormati dan menyayangi orang tua dan guru
Menghormati dan menyayangi orang tua dan guruMenghormati dan menyayangi orang tua dan guru
Menghormati dan menyayangi orang tua dan guru
 

Semelhante a Menjinakkan kesombongan

24435285 lapangkan-hatimu-dalam-menerima-nasehat-dan-kebenaran
24435285 lapangkan-hatimu-dalam-menerima-nasehat-dan-kebenaran24435285 lapangkan-hatimu-dalam-menerima-nasehat-dan-kebenaran
24435285 lapangkan-hatimu-dalam-menerima-nasehat-dan-kebenaranOperator Warnet Vast Raha
 
Bahaya ghibah
Bahaya ghibahBahaya ghibah
Bahaya ghibahbgthewise
 
Maka suatu keberuntungan sekaligus aset kebahagiaan yang tak dapat diukur den...
Maka suatu keberuntungan sekaligus aset kebahagiaan yang tak dapat diukur den...Maka suatu keberuntungan sekaligus aset kebahagiaan yang tak dapat diukur den...
Maka suatu keberuntungan sekaligus aset kebahagiaan yang tak dapat diukur den...Muh Jaya
 
Iblis dan alamnya siri 1
Iblis dan alamnya siri 1Iblis dan alamnya siri 1
Iblis dan alamnya siri 1Arya Salaka
 
Mari kita belajar tentang islam
Mari kita belajar tentang islamMari kita belajar tentang islam
Mari kita belajar tentang islamSutoro Naruto
 
Menahan rasa ingin maksiat
Menahan rasa ingin maksiatMenahan rasa ingin maksiat
Menahan rasa ingin maksiatMediaSiana
 
Indahnya islam kita. indonesian. bahasa indonesia
Indahnya islam kita. indonesian. bahasa indonesiaIndahnya islam kita. indonesian. bahasa indonesia
Indahnya islam kita. indonesian. bahasa indonesiaHarunyahyaBahasaIndonesia
 
Basuhlah cermin hati kita
Basuhlah cermin hati kitaBasuhlah cermin hati kita
Basuhlah cermin hati kitaErman Hidayat
 
Pengetahuan kita
Pengetahuan kita Pengetahuan kita
Pengetahuan kita mbahder99
 
Bmf 11 more than conquerors
Bmf 11 more than conquerorsBmf 11 more than conquerors
Bmf 11 more than conquerorsPT Wings Surya
 
Public speaking my favourute book & bm-isu pembuangan bayi
Public speaking my favourute book & bm-isu pembuangan bayiPublic speaking my favourute book & bm-isu pembuangan bayi
Public speaking my favourute book & bm-isu pembuangan bayiShiYiAliceWong
 

Semelhante a Menjinakkan kesombongan (20)

24435285 lapangkan-hatimu-dalam-menerima-nasehat-dan-kebenaran
24435285 lapangkan-hatimu-dalam-menerima-nasehat-dan-kebenaran24435285 lapangkan-hatimu-dalam-menerima-nasehat-dan-kebenaran
24435285 lapangkan-hatimu-dalam-menerima-nasehat-dan-kebenaran
 
Indahnya Islam Kita
Indahnya Islam KitaIndahnya Islam Kita
Indahnya Islam Kita
 
Takabur
TakaburTakabur
Takabur
 
Bahaya ghibah
Bahaya ghibahBahaya ghibah
Bahaya ghibah
 
Takabur
TakaburTakabur
Takabur
 
Maka suatu keberuntungan sekaligus aset kebahagiaan yang tak dapat diukur den...
Maka suatu keberuntungan sekaligus aset kebahagiaan yang tak dapat diukur den...Maka suatu keberuntungan sekaligus aset kebahagiaan yang tak dapat diukur den...
Maka suatu keberuntungan sekaligus aset kebahagiaan yang tak dapat diukur den...
 
Modul 14 kb 3
Modul 14 kb 3Modul 14 kb 3
Modul 14 kb 3
 
Iblis dan alamnya siri 1
Iblis dan alamnya siri 1Iblis dan alamnya siri 1
Iblis dan alamnya siri 1
 
Modul 14 kb 4
Modul 14 kb 4Modul 14 kb 4
Modul 14 kb 4
 
Mari kita belajar tentang islam
Mari kita belajar tentang islamMari kita belajar tentang islam
Mari kita belajar tentang islam
 
Akhlak tercela
Akhlak tercelaAkhlak tercela
Akhlak tercela
 
Menahan rasa ingin maksiat
Menahan rasa ingin maksiatMenahan rasa ingin maksiat
Menahan rasa ingin maksiat
 
Indahnya islam kita. indonesian. bahasa indonesia
Indahnya islam kita. indonesian. bahasa indonesiaIndahnya islam kita. indonesian. bahasa indonesia
Indahnya islam kita. indonesian. bahasa indonesia
 
Basuhlah cermin hati kita
Basuhlah cermin hati kitaBasuhlah cermin hati kita
Basuhlah cermin hati kita
 
Taj us salatin
Taj us salatinTaj us salatin
Taj us salatin
 
Taj us salatin
Taj us salatinTaj us salatin
Taj us salatin
 
Pengetahuan kita
Pengetahuan kita Pengetahuan kita
Pengetahuan kita
 
Otak pria
Otak priaOtak pria
Otak pria
 
Bmf 11 more than conquerors
Bmf 11 more than conquerorsBmf 11 more than conquerors
Bmf 11 more than conquerors
 
Public speaking my favourute book & bm-isu pembuangan bayi
Public speaking my favourute book & bm-isu pembuangan bayiPublic speaking my favourute book & bm-isu pembuangan bayi
Public speaking my favourute book & bm-isu pembuangan bayi
 

Menjinakkan kesombongan

  • 1. Bismillahirrohmanirrohim MENJINAKKAN KESOMBONGAN DIRI Allah swt, telah menciptakan segala hal di dunia ini berpasang-pasangan. Panjang-pendek, gemuk-kurus, gembrot-lansing, jauh-dekat, besar-kecil, tingi- rendah. Begitu pula kaya-miskin, pintar-bodoh, banyak ilmu-miskin ilmu, pejabat teras-rakyat biasa. Semuanya serba berpasangan. Sejak awal Allah Maha Gagah menegaskan bahwa perbedaan itu bukan merupakan ‘kelebihan sejati seseorang atas orang lain. Sebab, sesunguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa: taat kepada aturan-Nya baik perintah maupun larangannya. Allah berfirman yang artinya: “Hai manusia, sesuangguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Q.S al-Hujurat:13) Dan karena itu pula, perbedaan tadi bukanlah bibit untuk melahirkan kesembongan manusia, melainkan merupakan sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah Rabbul ‘alamin. Sombong: Bertentangan Dengan Realitas Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw, bersabda:”Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sifat sombong walaupun hanya sebesar dzaroh (atom)” Lantas ada seseorang yang berkomentar: “Sesungguhnya seseorang itu suka memakai pakaian yang bagus dan sepatu bagus” Menanggapi hal ini Rasulullah saw, menyatakan: “Sesungguhnya Allah itu indah, suka pada keindahan. Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia” [HR. Imam Muslim] Hadits ini menjelaskan ada dua unsur yang terkandung dalam sebuah kesombongan: menolak kebenaran dan merasa diri lebih tinggi dengan
  • 2. merendahkan orang lain. Sebagai renungan, pernah seseorang yang cukup senior berdiskusi dengan seorang remaja berusia 21 tahun tentang wajibnya penerapan hukum-hukum islam. Setelah diskusi berlansung 1 jam 45 menit, kata akhir pun tidak dicapai. Remaja tadi tetap pada pendiriannya bahwa hukum Islam wajib diterapkan berdasarkan argumentasi, sedangkan sang senior menolaknya. Bahkan dengan ketus berujar: “kamu ini anak bau kencur! Sudah berani-beraninya menentang orang tua. Saya sadah kenyang dengan perjuangan. Penerapan Islam mah hanya merupakan ilusi”. Sikap demikian menunjukkan suatu sikap sombong. Bentuknya, menolak kebenaran yang nampak jelas didepannya. Allahu Akbar. Hanya Allah sajalah Dzat Maha Agung lagi Maha Besar. Manusia –bukan hanya satu atau dua orang tapi setiap orang- serba kurang dan lemah. Siapapun orangnya, baik anda maupun orang lain, bila merenungi realitas manusia ini akan menyimpulkan bahwa tidak layak berlaku sombong. Sebagai misal, tanyalah pada diri kita masing-masing, apakah kita yang membuat diri kita sendiri? Jawabannya pasti Tidak! Anda, sama dengan saya. Bukan saya yang membuat diri saya,dan diri anda bukan Anda yang membuatnya. Kita tidak punya kemampuan sedikitpun untuk menciptakan diri kita sendiri, apalagi menciptakan orang lain. Kita tidak memiliki kuasa untuk mengadakan diri kita. Anda, saya dan kita diciptakan oleh Allah swt. Bukan sekedar itu, kita juga tidak akan pernah mampu menghindar dari kematian. Bila ajal sudah tiba, tidak akan ada satu makhluk pun yang dapat mencegah apalagi terhindar darinya. Coba sebutkan, satu saja, orang yang dapat menghindar dari datangnya ajal! Tidak ada !!! Bila untuk sekedar mempertahankan keberadaan saja tidak mampu, apa yang menjadi alasan bagi kita untuk sikap sombong? Realitas-realitas sederhanapun menjelaskan ketidaklayakan seseorang bersikap sombong. Coba kita tanyakan secara jujur dan sengaja pada diri kita, darimana dan siapa yang membuat baju, celana, sepatu, kancing, sletting, tas, potlot, pulpen, buku, peci, kerudung, mukena, kacamata minus, jam tangan, dan hand phone yang kita pakai ? Apakah semua itu kita membuat dengan tangan kita sendiri? Dan apakah kita mampu menyediakan dan memproduksi sendiri semua kebutuhan tadi? Ataukah sekedar membuat kancing pun kita tidak bisa? Bila demikian, apa layak kita memelihara rasa sombong dan ujub (angkuh) itu? Ketika kita sedang makan, pernahkah menghayati siapa yang menanam padi, siapa yang menggilingnya, siapa yang membelinya dari pasar, siapa yang membuat magic jar untuk menghangatkan nasinya, siapa yang menambang minyak tanah atau
  • 3. gas untuk kompor, siapa yang menanam sayur yang kita santap, siapa yang memasaknya, siapa yang menanam kedelai bahan tempe yang kita santap, siapa yang mendatangkan tahu dari sumedang ke rumah kita, siapa yang menyediakan air bersih bagi kita? Apakah kita yang melakukannya? Siapa yang memeras susu murni yang kita minum? Siapa yang menanam pisang, apel, atau buah-buahan yang lainnya yang kita nikmati? Apakah kita yang melakukan semua itu? Dan apakah kita memiliki kemampuan untuk melakukan sendiri hal-hal tersebut? Berikutnya, apakah gayung di kamar mandi, kita sendiri yang membuatnya? Sabun mandi dan sampo kita sendiri yang meraciknya? Belum lagi sisir dan cermin yang ada dirumah kita, kitakah yang membuatnya? Apakah kita mempunyai semua keahlian tersebut? Bila tidak, orang yang membusungkan dada sebenarnya hanya menunjukkan kenyataan bahwa ia tida mengetahui dirinya sendiri (baca: ‘tidak tahu diri’) Boleh jadi seseorang merasa dirinya lebih tahu dibandingkan dengan orang lain. Dari satu sisi tidak menutup kemungkinan benar, ia lebih tahu dari orang lain. Namun, sekalipun demikian, berlagak sok paling tahu hanyalah cerminan dari sejenis ketidak-ikhlasan Tidak tunduk kita --sewaku tersamar atau terang-terangan—merasa lebih dari orang lain merupakan awal kesombongan. Realitasnya, benerkah kita yang paling tau atau serba tahu? Marilah kita lihat, sekedar contoh saja, seseorang yang sangat athu tentang statistika belum tentu paham kedokteran. Ada juga seorang temen yang sangat mahir dalam bidang ekonomi, namun saat menerjemahkan buku berbahasa Arab kualitasnya terjemahannya jauh dibawah orang lain. Contoh lain,s eorang kyai di daerah Garut memiliki keahlian luar biasa dalam masalah fikih, namun beliau mangaku awam dalam masalah politik Islam. Demikianlah keadaan manusia. Boleh jadi ia memiliki kelebihan dalam sesuatu tetapi justru lemah dalam banyak perkara lainnya. Bila orang yang merasa dirinya lebih dalam suatu hal bertindak sombong, dapat dipastikan dunia ini penuh dengan manusia-manusia angkuh. Tentu saja, hal ini bertentangan dengan karakter dasar manusia sesuai fitroh. Atau barangkali kiat merasa memiliki kekuatan melebihi orang lain. Bibit keangkuhan pun mulai tumbuh. Ketika hal ini terjadi, bersegeralah meminta ampun. Sebab, merasa lebih atau paling kuat hanyalah sebuah bentuk kesombongan. Cobalah Anda jalan-jalan ke depan rumah ataupun kalau hendak pergi kepasar. Disana banyak ditemui mamang tukang jual gorengan yang dipikul. Sebelum tukang gorengan itu menggoreng tahu, karoket, combro, bala-bala, pisang atau tempe umumnya minyak –yang sudah menghitam—itu mendidih. Sangupkah anda meminta
  • 4. sesendok makan minyak mendidih itu, lalu diminum saat itu juga? Bila sanggup, apa yang terjadi? Lidah Anda pasti melepuh! Gigi pun bisa rontok. Mengapa? Kekuatan seseorang sangatlah terbatas. Seseorang mungkin saja tidak hari tiga malam tidak tidur karena kesana kemari menyebarkan Dakwah. Namun, tetap saja, ia perlu istirahat. Inilah Sunnatullah. Sebagai catatan ringan, manusia mampu bertahan tidak makan hanya 3 atau 4 bulan, dapat bertahan tidak minum maksimal 4 hari, dan kekuatan menahan nafas hanyalah 3,8 menit. Bila demikian, dimamakah letak kekuatan yang dibanggakan itu? Seseorang boleh jadi merasa sombong akibat kecantikan atau ketampanan dirinya. Atau barangkali merasa sombong karen amerasa paling jelek rupa. Bila Anda termasuk orang seperti tadi, sudah saatnya Anda menengok realitas sebenarnya. Apakah kecantikan dan kegantangan atau kejelekan itu hadil buatan Anda sendiri? Hidung mancung, mata melankolis, bibir sensual, pipi merah muda alami alias si humairah tea, alis mata laksana emut hitam berbaris, dagu ibarat telur asin sepotong, atau barangkali janggut tebal hiasan, apakah anda yang menjadikan itu semua? Bukan! Sekali lagi bukan! Bila begitu, rupa mana yang layak untuk disombongkan? Belum lagi bila dibandingkan dengan kekuasaan Allah swt. Manusia itu maha tidak tahu. Manusia, siapapun dia, tidak dapat membuat walaupun hanya seekor semut tanpa menggunakan bahan apapun. Cobalah merem allu bilang aba kadabra, akan muncullah semuat spesies terbaru? Pasti, tidak. Atau, saat Anda tenagh mengetik dihadapan komputer pukul 14:17 (tentu saja siang) WIB, pusatkan kosentrasi Anda, lalu rubahlah agar saat itu juga berubah menjadi pukul 02:17 malam WIB, bisakah? Lagi-lagi, tidak! Karenanya, realitas menunjukkan bahwa manusia tidak memiliki sesuatu yang dapat disombongkan. Bila demikian, siapapun orangnya yang memandang diri dia mempunyai kelebihan atas orang lain tidak layak bersipak sombong. Sebab, kesombongan bertentangan dengan realitas. Tidak ada alasan apapun bagi manusia –siapapun ia, bagaimanapun kemampuan dia—untuk berperangai sombong. Sombong: Bertentangan Dengan Hukum Allah SWT Abu hurairah ra, menyatakan bahwa Rasulullah swa, bersabda, Allah Yang Maha Mulia Lagi Maha Agung Berfirman:
  • 5. “Kemuliaan adalah pakaian-Ku dan kebesaran adalah seledang-Ku, maka barangsiapa yang menyaingi Aku dalam salah satunya maka Aku pasti akan menyiksanya.” [HR. Muslim] Begit pula, sabda Nabi saw: “ Suatu ketika ada seorang laki-laki berjalan dengan memakai perhiasan dan bersisir rambutnya, ia mengherani (ta’jub) dirinya sendir dengan penuh kesombongan didalam perjalannya itu, Kemudian, tiba-tiba Allah swt. Menyiksanya: ia selalu timbul tenggelam di permukaan bumi sampai hari kiamat.” [HR. Bukhori dan Imam Muslim] Dalam kedua hadits ini tegas sekali Allah swt, akan menyiksa siapa saja orang sombong. Artinya, Allah swt. Mengharamkan sikap sombong (merasa diri lebih dari orang lain, menganggap yang lain lebih rendah, dan menampakkannya), ataupun ujub/angkuh (bangga terhadap diri sendiri tanpa memperlihatkannya). Kesombongan hanyalah Milik-Nya. Hanya Dia yang berhak untuk ‘sombong’. Tidak layak siapapun angkuh dan sombong, sebab memang tidak ada yang dapat disombongkan. Bahkan Nabi saw, senagja menekankan persoalan ini dengan bertanya kepada para sahabat: “maukah kalian aku beri tahu ahli neraka?” Baliau pun menjelaskan “Yaitu, setiap orang yang kejam, rakus dan sombong” [HR. Bukhori dan Muslim] Jelas bahwa balasan mereka yang sombong adalah neraka. “tidak akan masuk surga orang yang didalamnya ada sifat sombong walaupun sebesar atom” Satu hal yang penting dicamkan bahwa menghindari kesombongan bukan berarti menghindari punya kelebihan, melainkan menghindari adanya perasaan ataupun ungkapan mengagung-agungkan diri sendiri serta mengangap orang lain lebih rendah darinya. Orang mengenakan pakaian bagus, bukan berarti sombong ata angkuh. Orang berpegang teguh kepada kebenaran Islam dan menentang mentah- mentah pemikiran dan idiologi kufur, tidak mengindikasikan adanya kesombongan. Sebaliknya, saat seseorang mengenakan pakaian bagus, misalnya, disertai dengan sikap merasa bahwa dia libih tinggi dan orang lain dibawah dia, saat itulah kesombongan muncul. Begitu juga, orang yang berpakaian serba jelek bila hati yang tertanam rasa bahwa ia lebih zuhud daripada orang lain, ketika itu kesombongan nampak. Sama dengan itu, seseorang yang menyampaikan Islam dengan progresif, semangat yang
  • 6. berkobar serta menentang keras kebatilan disertai dengan argumentasi mematikan, sementara dihatinya tida terbetik sedikitpun rasa bangga akan diri sendiri atau sikap memandang rendah oranglain, maka kesombongan tidak melekat dalam dirinya. Jadi persoalannya terletak dalam sikap memandang rendah orang lain, pada saat ia memangdang tinggi diri sendiri. Selain itu, orang seperti –orang yang sombong—ini akan sulit menerima kebenaran yang disampaikan oleh orang lain. Mengapa? Sebab, sudah merasa dirinya lebih dan orang lain serba rendah sehingga –dalam pandanganya—mana mungkin orang ‘tinggi’ menerima sesuatu dari orang ‘rendah’. Berkaitan dengan persoalan ini, dulu seorang sahabat mengungkapkan pandangan di depan Rasulullah saw: “Sesungguhnya seseorang itu suka memakai pakaian yang bagus dan sepatu bagus” Menanggapi hal ini Rasulullah saw, menyatakan: “Sesungguhnya Allah itu indah, suka pada keindahan. Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia” [HR. Imam Muslim] Menghidari Sikap Angkuh Dan Sombong Sikap angkuh dan sombong dapat menimpa siapa saja: saya, anda, kita, dia dan mereka. Sekali lagi, dapat menimpa siapa saja. Ungkapan seperti ‘kalau bukan saya, mana mungkin bisa!’, ‘Untung saja ada saya kalau tidak wah bahaya..’, ‘saya ini orang terkenal lho!’ dan ‘ah, dia kan ngajinya juga baru kemaren sore, sedangkan saya lulusan perguruan tinggi agama’ dan sejumlah uangkapan yang lain, merupakan indikasi sikap kesombongan. Untuk menjinakkannya, perlu menempuh beberapa hal. Antara lain sebagai berikut: 1. Senantiasa mengingat dan menanamkan keyakinan bahwa sombong dan ujub itu dosa. Bukan orang lain yang akan merasakan balasan buruknya dari Allah melainkan diri sendiri 2. Yakinlah, kesombongan tidak akan menambah apapun selain kerugian. Tidak ada orang yang suka siapapun yang angkuh dan sombong. Sama seperti anda dan saya. Sebenarnya, seseorang yang sombong juga tidak suka bila ada orang lain berlaku sombong didepannya. Dia pun akan mengatakan “sombong amat” padahal, apda saat yang sama ia tidak sabar aklau dirinya juga menunjukkan sikap sombong, mengapa ia tidak katakan pada dirinya sendiri ‘Sombong amat kau!”
  • 7. 3. Sering-seringlah mengingat kelemahan diri sendiri. Pada berbagai kesempatan –santai, saat istirahat, ebngong di kendaraan, sejenak menjelang tidur, atau kapan saja—cobalah memikirkan kelemahan kita dibandingkan dengan orang lain. Dengan mengetahui kelemahan, insyaAllah akan muncul sikap rendah hati (tawadlu’). Sebaliknya, tanpa mengetahui kelemahan, seseorang akan merasa dirinyalah yang paling segala-galanya. Orang sunda menyebutnya ‘asa aing pangdadalina!’ (merasa dirinya paling gagah laksana burung garuda). Hal ini tida berarti jangan mengetahui kelebihan diri sendiri. Tidak seperti itu ! memahami potensi dan keunggulan diri sendiri amatlah penting. Namun mangetahui keunggulan diri sendiri tersebut jangan sampai melahirkan sikap menganggap rendah orang lain. Sebab, setiap kelebihan yang Anda miliki hanyalah sebuah kemahalemahan manusia bila dibandingkan dengan kesegalamahaan Allah Dzat maha Kuasa. Dan setiap Anda memiliki kelebihan dalam perkara yang merupakan kelemahan Anda. 4. Seperti telah disebutkan, memelihara sifat sombong berarti membangun benteng penghalang datangnya kebenaran. Dengan adanya sombong, seseorang cenderung menolak kebenaran sekalipun telah jelas didepan mata. Padahal, menolak kebenaran berarti mengunci gerbang perubahan kearah kebaikan yang bermuara kepada kebahagiaan. Konsekwensinya, kebahagiaan dunia dan akhirat, bila demikian, hanyalah sebuah angan-angan hampa. 5. Bila Anda sering melayat orang yang emninggal dunia, jangan hentikan kebiasaan itu! Selain sebagai pemenuhan atas perintah Allah swt, melayat itu juga dapat Anda gunakan sebagai perenungan. Saat melayat, cobalah sekali-kali singkap kain penutup wajahnya. Nampaklah wajah pucat pasi dengan mata terpejam, bibir rapat tertutup. Badan terkujur membeku, tangan terlipat kaku. Tidak dapat berbuat apa-apa. Padahal, teman atau tetangga Anda itu mungkin saja seorang jutawan, atau barangkali wartawan senior, boleh ajdi dia itu orang yang popularitasnya luar biasa, mantan penguasa. Namun, kelebihan apapun tidak berati apa-apa saat itu. Smeuanya serba kecil dihadapan Allah Rabbul ‘alamin. Bila seperti ini realitasnya, apa lagi alasan untuk bersombong diri?! 6. Setiap kali muncul keinginan untuk sombong atau membanggakan diri, segeralah mohon ampunan kepada Allah Dzat Pemutar balik Hati.
  • 8. Berlindunglah dari kesombongan, dan berdo’alah kepada Allah! Mudah- mudahan Allah swt mengabulkan. Akhirnya, mulai detik ini benih-benih kesombongan tidak boleh ada dalam diri kita, apalagi sebagai pengembandakwah. Kesombongan dan keangkuhan merupakan indikasi kelemahan diri sendiri. Kesombongan dan keangkuhan merupakan perbuatan yang jauh dari simpatik. Akibatnya, orang yang didakwahi justru menyingkir dari kita. Ini kalau bangga terhadap diri sendiri berkenaan dengan perkara-perkara yang boleh jadi memang benar-benar ada dalam diri kita. Tetapi, bila memuji diri sendiri, merasa lebih tinggi, dan merendahkan orang lain itu menyangkut perkara yang tidak ada pada diri kita maka, sesungguhnya hal ini merupakan indikasi kemunafikan. Tidak mau menerima diri sendiri sebagaimana apa adanya. Bahkan merupakan keengganan menghadapi dan menerima kebenaran. Dahulu, iblis enggan tunduk kepada Allah swt karena kesombonganya. Jadi sombong atau ujub? No way!