SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 37
OPTIKA FISIS




Drs. Agus Purnomo
 aguspurnomosite.blogspot.com
                           Created by Jamari, S.Pd.
OPTIKA FISIS
OPTIKA FISIS
  A. DISFERSI     B. INTERFERENSI     C. DIFRAKSI      D.POLARISASI
Peristiwa         Perpaduan dua      Gejala            Gejala
peruraian         gelombang          pelenturan        pengkutuban
cahaya            yang memiliki      gelombang         gelombang
polikromatik      beda fase          pada celah        hingga hanya
(putih) menjadi   konstan            sempit            memiliki satu
spektrum          (koheren)                            atah getar saja
cahaya                                                 1. Polarisasi
                   1. Interferensi   1. Difraksi
monokromatik                                              akibat
                      celah ganda       pada celah
                                        tunggal           penyerapan
1. Sudut           2. Interferensi
                                     2. Difraksi       2. Polarisasi
   deviasi            pada selaput
                                        pada celah        akibat
2. Sudut              tipis                               pemantulan
                                        majemuk
   dispersi        3. Cincin
                                     3. Difraksi dan   3. Polarisasi
3. Warna              Newton                              akibat bias
                                        alat optik
   benda                                                  kembar
PERKEMBANGAN TEORI TENTANG
             CAHAYA
Teori abad ke-10


 Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham /Alhazen
 (965–sekitar 1040), menganggap
 bahwa sinar cahaya adalah kumpulan
 partikel kecil yang bergerak pada
 kecepatan tertentu.
Teori Partikel
 Isaac Newton (1675) bahwa cahaya
  terdiri dari partikel halus (corpuscles)
  yang memancar ke semua arah dari
  sumbernya.
 Teori ini dapat digunakan untuk
  menerangkan pemantulan cahaya,
  tetapi ketika menerangkan pembiasan
  cahaya ia menghadapi batu
  sandungan, karena cahaya harus
  dianggap menjadi lebih cepat ketika
  memasuki medium yang padat karena
  daya tarik gravitasi lebih kuat.
Teori Gelombang
       Christiaan Huygens (1678) menyatakan
       bahwa cahaya dipancarkan ke semua arah
       sebagai muka-muka gelombang.
 Pandangan ini menggantikan teori partikel halus. Hal
  ini karena gelombang tidak diganggu oleh gravitasi,
  dan gelombang menjadi lebih lambat ketika
  memasuki medium yang lebih padat.
 Kelemahan teori ini adalah gelombang cahaya
  seperti gelombang bunyi, memerlukan medium untuk
  dihantar. (Lalu apa medium perambatan cahaya?)
 Suatu hipotesis yang disebut luminiferous aether
  telah diusulkan, tetapi hipotesis itu tidak disetujui.
Teori
    Elektromagnetik
 James Clerk Maxwell pada
 akhir abad ke-19, menyebut
 bahwa gelombang cahaya
 adalah gelombang
 elektromagnet, ia tidak
 memerlukan medium untuk
 merambat.
Teori Kuantum
 Teori ini di mulai pada abad ke-
  19 oleh Max Planck, yang
  menyatakan bahwa cahaya terdiri
  dari paket (kuanta) energi yang
  dikenal sebagai Foton.
Teori
Dualitas Partikel-Gelombang

    Teori ini menggabungkan tiga teori yang
     sebelumnya, dan menyatakan bahwa cahaya
     adalah partikel dan gelombang. Pertamakali
     di jelaskan oleh albert Einstein pada awal
     abad 20, berdasarkan karya tulisnya tentang
     efek fotolistrik, dan hasil penlitian Planck.
    Lebih general lagi, teori tersebut menjelaskan
     bahwa semua benda mempunyai sifat partikel
     dan gelombang.
1. DISPERSI CAHAYA
Bila seberkas sinar putih
(Polikromatik) mengenai batas antara
dua media bening yang mempunyai
indeks bias berbeda, maka selain
dibiaskan, berkas sinar inipun akan
diuraikan menjadi berbagai warna, hal
ini secara sederhana dapat digunakan
prisma sebagai media bening.

 Kebergantungan laju gelombang dan indeks refraksi
  terhadap panjang gelombang dinamakan dispersi.
A. DISFERSI                                      Cahaya polikromatik

                                                      Spekrum cahaya-
                                                      cahaya monokromatik
                                                      (MEJIKUHIBINIU)
                                                               Sudut deviasi
                                                                                 Semaki
                                      Dari merah ke            Indeks bias       n besar
                                      ungu
                                                               frekuensi

                                           Besar sudut penyimpangan arah sinar
  Sudut deviasi (D)                        datang dan kelaur dari prisma,

                                           D  i1  r2          Jik i1  r2
            i1               D                                     a
                              r2           terjadi deviasi             ( )
                                           minimum
                                                            
nudara =1        nprisma=n                 sin           n sin  
                                                  2              2
Jika sudut pembiasa prisma    <15o berlaku :   n  1    n=indeks bias
Kesimpulan :

Sudut deviasi dipengaruhi            1. Indeks bias prisma (n)
oleh :                                  2. Sudut pembias prisma (  )

Indeks bias prisma tergantung               1. Jenis bahan prisma
pada :                                      2. Jenis sinar yang datang pada prisma
Pada peristiwa dispersi
:
1. Sinar ungu terdeviasi paling besar karena indeks biasnya terbesar
2. Sinar merah terdeviasi paling kecil karena indeks biasnya terkecil

                                                              
Selisih sudut deviasi antara dua warna cahaya disebut sudut dispersi


                              Dm
                                                      Du  Dm
                                   Du
                                        Untuk sinar yang mengalami deviasi minimum :

                                                             u  m
Kesimpulan :

Sudut deviasi dipengaruhi            1. Indeks bias prisma (n)
oleh :                                  2. Sudut pembias prisma (  )

Indeks bias prisma tergantung               1. Jenis bahan prisma
pada :                                      2. Jenis sinar yang datang pada prisma
Pada peristiwa dispersi
:
1. Sinar ungu terdeviasi paling besar karena indeks biasnya terbesar
2. Sinar merah terdeviasi paling kecil karena indeks biasnya terkecil

                                                              
Selisih sudut deviasi antara dua warna cahaya disebut sudut dispersi


                              Dm
                                                      Du  Dm
                                   Du
                                        Untuk sinar yang mengalami deviasi minimum :

                                                             u  m
Refleksi, Refraksi, Dispersi dan
                                       Pelangi
                            Tetesan air - dari air hujan - adalah
                            salah contoh benda yang tersedia di
                            alam yang bisa menguraikan cahaya
                            putih. Ketika seberkas cahaya putih
                            mengenai setetes air, tetesan air ini
                            berprilaku seperti prisma. Dia
                            menguraikan sinar putih tadi
                            sehingga terciptalah warna-warna
                            pelangi. Terciptalah pelangi.




Cahaya matahari datang dari belakang pengamat, direfraksikan
ke dalam sebuah tetes air, kemudian ia akan dirfleksikan dari
permukaan belakang tetesan air, selanjutnya direfraksikan
kembali ke udara. Dalam semua prosesnya cahaya mengalami
dispersi, maka terurailah cahaya putih menjadi pelangi.
DAFTAR PANJANG GELOMBANG YANG DIPANCARKAN
              OLEH MATAHARI
HAMBURAN CAHAYA
  Cahaya yang kita lihat dari matahari adalah cahaya
  yang telah mengalami penyerapan kemudian
  diradiasikan kembali oleh molekul-molekul di
  atmosfer.
Peristiwa molekul menyerap dan kemudian meradiasikan kembali
    suatu cahaya dinamakan sebagai HAMBURAN CAHAYA.




                   Peristiwa inilah yang menjadi “dalang”
                 dibalik rahasia mengapa langit berwarna
               biru ketika siang hari, dan berwarna merah
                                 ketika pagi atau sore hari.
                                Bisakah anda jelaskan detailnya ???
Langit hanya berwarna biru di siang hari. Bumi
diselubungi lapisan udara yang disebut atmosfer udara
yang terdiri atas partikel-partikel kecil. Cahaya dari
matahari dihamburkan oleh partikel-partikel kecil tersebut.
Tetapi kita tahu, cahaya dari matahari terdiri dari paduan
semua warna, dari merah, kuning, hijau, biru, hingga
ungu. Warna-warna itu memiliki frekuensi yang berbeda.
(Merah < kuning < hijau < biru < ungu).
Semakin besar frekuensi cahaya, semakin kuat cahaya
itu dihamburkan.
Warna langit adalah sebagian cahaya matahari yang
dihamburkan. Karena yang paling banyak dihamburkan
adalah warna berfrekuensi tinggi (hijau, biru, dan ungu),
maka langit memiliki campuran warna-warna itu, yang
kalau dipadukan menjadi biru terang.
LANGIT BERWARNA MERAH
                          DI SORE HARI



  Pada sore hari, sering matahari berubah warna
     menjadi merah. Pada saat itu, sinar matahari
   yang sudah miring menempuh jarak lebih jauh
    untuk mencapai mata kita, sehingga semakin
    banyak cahaya yang dihamburkan. Sehingga
    yang banyak tersisa adalah cahaya frekuensi
rendah, yaitu merah. Di bulan dan di planet yang
    tidak memiliki atmosfir, cahaya matahari tidak
   dihamburkan, sehingga langit selalu berwarna
                    hitam, walaupun di siang hari.
2. Interferensi Celah Ganda
 Pertama kali ditunjukkan oleh Thomas Young pada
  tahun 1801
 Ketika dua gelombang yang koheren menyinari/melalui
  dua celah sempit, maka akan teramati pola interferensi
  terang dan gelap pada layar.
Interferensi Maksimum : gelombang saling
  memperkuat/konstruktif, menghasilkan garis terang
 Interferensi Minimum : gelombang saling
  memperlemah/destruktif, menghasilkan garis gelap
Paduan Gelombang




Syarat terjadinya interferensi
Sumber harus bisa mempertahankan suatu
beda fasa yang tetap (sumber koheren).

Sumber harus monokromatis dan menghasilkan
cahaya dengan panjang gelombang sama.
POLa Interferensi Celah Ganda
Jarak tempuh cahaya yang melalui dua celah sempit
mempunyai perbedaan (beda lintasan), hal ini yang
menghasilkan pola interferensi.
 Interferensi maksimum
  Interferensi maksimum disebut juga interferensi
 konstruktif, akan menghasilkan garis terang pada layar
             d sin θ = n λ; n = 0, 1, 2 ……….
  Bilangan n disebut orde terang . Untuk n = 0 disebut
 terang pusat, n = 1 disebut terang ke-1 dst.

 Karena jarak celah ke layar l jauh lebih besar dari jarak
 kedua celah d (l >> d), maka sudut θ sangat kecil, sehingga
 sin θ = tan θ = p/l, dengan demikian :
               pd/l = nλ
 Dengan p adalah jarak terang ke-n ke pusat terang.
Interferensi minimum
Interferensi minimum akan menghasilkan garis
  gelap pada layar
   d sin θ = (n – ½ )λ; n = 1, 2, 3 …………
Bilangan m disebut orde gelap. Tidak ada gelap ke
  0. Untuk n = 1 disebut gelap ke-1 dst.
   Mengingat sin θ = tan θ = p/l, maka
                pd/l = (n – ½ )λ
  Dengan p adalah jarak gelap ke-n ke pusat
 terang.
 Contoh Soal:
  Pada percobaan young digunakan dua celah sempit
 yang berjarak 0,3 mm satu dengan yang lainnya. Jika
 jarak layar dengan celah 1 m dan jarak garis terang
 pertama dari terang pusat 1,5 mm, maka panjang
 gelombangnya adalah……
3. INTERFERENSI PADA LAPISAN SABUN
   (Wedge Shaped Film)
 Ketika cahaya dipantulkan dari buih sabun atau dari layar
  tipis dari minyak yang mengambang dalam air terlihat
  bermacam-macam warna.

 Hal ini akibat pengaruh inteferensi antara dua gelombang
  cahaya yang dipantulkan          pada permukaan yang
  berlawanan dari lapisan tipis larutan sabun atau minyak
Sinar 1 dan sinar 2 akan sefase,
 interferensi maksimum jika:


                           , m = 0, 1, 2,….
                       
2d  (m       1
               2
                   )
                       n

 Jika sinar 1 dan sinar 2 berlawanan fase,
 terjadi interferensi minimum pada :


              , m = 0, 1, 2, ……
                   
    2d  m
                   n
Difraksi.
Peristiwa pembelokan arah sinar jika sinar tersebut mendapat
halangan.

Penghalang yang dipergunakan biasanya berupa kisi, yaitu
celah sempit.
Difraksi cdlah tunggal




d sin θ = n λ ,         n = 1,2,3, …    ( minimum garis gelap )

d sin θ = ( n - 1 )λ/2 , n = 0,1,2,…   ( maksimum garis terang )
Difraksi kisi (celah banyak)
 Kisi adalah kepingan kaca yang digores, menurut
  garis sejajar sehingga dapat bekerja sebagai celah
  yang banyak jumlahnya.
 Jika N menyatakan banyak garis per satuan panjang
  (misal cm)maka tetapan kisi adalah kebalikan dari N.
                            d = 1/N

 d sin θ = n λ ,         n = 1,2,3, … ( MAKSIMUM garis terang)

 d sin θ = ( n - 1 ) λ/2 , n = 0,1,2,…   ( MINIMUM garis gelap)
Polarisasi
 Pengkutuban daripada arah getar dari gelombang
 transversal. (Dengan demikian tidak terjadi polarisasi
 pada gelombang longitudinal

 Polarisasi hanya terjadi pada gelombang transversal,
 dan tidak terjadi pada gelombang longitudinal.

 Gelombang cahaya dapat terpolarisasi karena
 gelombang cahaya adalah gelombang transversal,
 sedangkan gelombang bunyi tidak dapat terpolarisasi
 karena gelombang bunyi termasuk gelombang
 longitudinal
Polarisasi




Model Cahaya tak terpolarisasi
akibat pembiasan dan pemantulan
Cahaya pantul terpolarisasi sempurna jika sudut datang                   i
mengakibatkan sudut bias rb dgn sudut pantul rp saling tegak lurus
Sudut datang ini disebut sudut polarisai atau sudut Brewster
                                      i  r p dan r p  rb  90
                                                                     o


                                                         rb  90  r p
                                                                     o


                  i   rp                           sin i    n2
                                 Hukum Snellius :         
    n1                                            sin rb     n1
    n2                     90o
                                             sin r p        n2
                                                          
                                        sin 90  r p  n 1
                                                o
                      rb

                                                  sin r p       n2
                                                            
                                                  cos r p       n1
                                                                n2
                                                  tan r p 
                                                                n1
                                                Hukum Bwester
Akibat absorpsi (cara lebih umum)
Menyerap semua gelombang yang tak diinginkan dan meloloskan
gelombang yang arah getar medan listriknya tertentu

                                                                         


                                      1
                                                                 I 2  I 1 cos 
                                                                                     2
      Io                       I1           Io
                 Polarisato           2                 Analisator
                                                                       1
                 r                                                I 2  I 0 cos 
                                                                                2

                                                                       2
                  E  Ey                                             Rumus Malus

                   Ex                                                             sejajar       Sinar
                                                     Jika sumbu transisi                        terang
                                                     polarisator dan analisator                 Sinar
                                                                                  tegak lurus
                                                                                                redup
                                
   Vektor medan E membentuk sudut
  dengan sumbu transisi sehingga E terdiri
  dari komponen Ex dan Ey
  Komponen Ex diserap oleh polaroid
  dan Ey diteruskan
                cos  karena                      I y  E o cos 
                                         2
  E   y
           E                  Iy  Ey
                                                              2
Perputaran arah polarisator dapat dilakukan dengan melewatkan
sinar terpolarisasi melalui suatu zat (larutan gula, kristal kwarsa)
yang disebut zat optik aktif
                Cahaya terpolarisasi
                                       L
                                              




             Polarisato          Analisator
                           Berisi zat optik
             r
                           aktif
Besarnya sudut perubahan arah polarisasi cahaya ( ) tergantung
                                            
kepada : larutan (L)
1. Panjang
2. Konsentrasi larutan (C)
                          
3. Sudut putar jenis larutan ( )


                             CL 
Optika Fisis
    Kinematika Gerak




aguspurnomosite.blogspot.com

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN III
POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN IIIPOWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN III
POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN IIIikasaputri
 
Fisika praktikum kisi difraksi
Fisika praktikum kisi difraksiFisika praktikum kisi difraksi
Fisika praktikum kisi difraksiRidho Pasopati
 
PPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika Rotasi
PPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika RotasiPPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika Rotasi
PPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika RotasiNariaki Adachi
 
FISIKA DASAR_03 dinamika
FISIKA DASAR_03 dinamikaFISIKA DASAR_03 dinamika
FISIKA DASAR_03 dinamikaEko Efendi
 
Ppt hyperlink gerak harmonis
Ppt hyperlink gerak harmonisPpt hyperlink gerak harmonis
Ppt hyperlink gerak harmonissyifa tunnisa
 
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK KELAS 12
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK KELAS 12INDUKSI ELEKTROMAGNETIK KELAS 12
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK KELAS 12Nabila Nursafera
 
Sistem Termodinamika
Sistem TermodinamikaSistem Termodinamika
Sistem TermodinamikaAlpiYanti
 
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)Erliana Amalia Diandra
 
Gelombang berjalan.ppt kelas 11 ipa 2021 2022
Gelombang berjalan.ppt kelas 11 ipa 2021 2022Gelombang berjalan.ppt kelas 11 ipa 2021 2022
Gelombang berjalan.ppt kelas 11 ipa 2021 2022materipptgc
 
2 a medan listrik
2 a medan listrik2 a medan listrik
2 a medan listrikMario Yuven
 
Bab 5 sistem kerangka non inersia
Bab 5 sistem kerangka non inersiaBab 5 sistem kerangka non inersia
Bab 5 sistem kerangka non inersiaSyaRi EL-nahLy
 
usaha dan energi Fisika dasar 1
usaha dan energi Fisika dasar 1usaha dan energi Fisika dasar 1
usaha dan energi Fisika dasar 1jauharnafira
 
Resume Hukum Faraday
Resume Hukum FaradayResume Hukum Faraday
Resume Hukum Faradaysilvi novrian
 
Laporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwoodLaporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwoodWidya arsy
 
ppt Gelombang cahaya
ppt Gelombang cahayappt Gelombang cahaya
ppt Gelombang cahayasuyono fis
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_rrc
2 b 59_utut muhammad_laporan_rrc2 b 59_utut muhammad_laporan_rrc
2 b 59_utut muhammad_laporan_rrcumammuhammad27
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika IntiFKIP UHO
 

Mais procurados (20)

POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN III
POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN IIIPOWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN III
POWERPOINT MENGENAI HUKUM NEWTON I, II, DAN III
 
Kinematika dua dimensi
Kinematika dua dimensiKinematika dua dimensi
Kinematika dua dimensi
 
Fisika praktikum kisi difraksi
Fisika praktikum kisi difraksiFisika praktikum kisi difraksi
Fisika praktikum kisi difraksi
 
PPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika Rotasi
PPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika RotasiPPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika Rotasi
PPT Kesetimbangan Benda Tegar dan Dinamika Rotasi
 
Fluida Statis (PPT)
Fluida Statis (PPT)Fluida Statis (PPT)
Fluida Statis (PPT)
 
FISIKA DASAR_03 dinamika
FISIKA DASAR_03 dinamikaFISIKA DASAR_03 dinamika
FISIKA DASAR_03 dinamika
 
Ppt hyperlink gerak harmonis
Ppt hyperlink gerak harmonisPpt hyperlink gerak harmonis
Ppt hyperlink gerak harmonis
 
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK KELAS 12
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK KELAS 12INDUKSI ELEKTROMAGNETIK KELAS 12
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK KELAS 12
 
Sistem Termodinamika
Sistem TermodinamikaSistem Termodinamika
Sistem Termodinamika
 
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
Laporan fisika dasar resonansi bunyi dari gelombang suara (edit)
 
Peluruhan alfa
Peluruhan alfaPeluruhan alfa
Peluruhan alfa
 
Gelombang berjalan.ppt kelas 11 ipa 2021 2022
Gelombang berjalan.ppt kelas 11 ipa 2021 2022Gelombang berjalan.ppt kelas 11 ipa 2021 2022
Gelombang berjalan.ppt kelas 11 ipa 2021 2022
 
2 a medan listrik
2 a medan listrik2 a medan listrik
2 a medan listrik
 
Bab 5 sistem kerangka non inersia
Bab 5 sistem kerangka non inersiaBab 5 sistem kerangka non inersia
Bab 5 sistem kerangka non inersia
 
usaha dan energi Fisika dasar 1
usaha dan energi Fisika dasar 1usaha dan energi Fisika dasar 1
usaha dan energi Fisika dasar 1
 
Resume Hukum Faraday
Resume Hukum FaradayResume Hukum Faraday
Resume Hukum Faraday
 
Laporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwoodLaporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwood
 
ppt Gelombang cahaya
ppt Gelombang cahayappt Gelombang cahaya
ppt Gelombang cahaya
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_rrc
2 b 59_utut muhammad_laporan_rrc2 b 59_utut muhammad_laporan_rrc
2 b 59_utut muhammad_laporan_rrc
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 

Semelhante a OPTIMALISASI

Gelombang Cahaya
Gelombang CahayaGelombang Cahaya
Gelombang Cahayaprihase
 
Tugas presentasi fisika(kelompok)
Tugas presentasi fisika(kelompok)Tugas presentasi fisika(kelompok)
Tugas presentasi fisika(kelompok)Dika Wahyu Suryadi
 
Materi Gelombang Cahaya.pptx
Materi Gelombang Cahaya.pptxMateri Gelombang Cahaya.pptx
Materi Gelombang Cahaya.pptxssuser286a3e
 
Kelompok 6 optika fisis
Kelompok 6 optika fisisKelompok 6 optika fisis
Kelompok 6 optika fisisNanda Reda
 
Optika fisis fisika kelas 11
Optika fisis fisika kelas 11Optika fisis fisika kelas 11
Optika fisis fisika kelas 11Diva Syachrani
 
Sifat gelombang elektromagnetik
Sifat gelombang elektromagnetikSifat gelombang elektromagnetik
Sifat gelombang elektromagnetikfahmi sahab
 
ppt ipa kel 3.pptx
ppt ipa kel 3.pptxppt ipa kel 3.pptx
ppt ipa kel 3.pptxAlulAlul3
 
Pertemuan 3 optika fisi ss
Pertemuan 3 optika fisi ssPertemuan 3 optika fisi ss
Pertemuan 3 optika fisi ssadeenurhayati
 
persentasi tentang gelombang bunyi
persentasi tentang gelombang bunyipersentasi tentang gelombang bunyi
persentasi tentang gelombang bunyiAdi Dwi
 
Bab 3 Optika Fisis.pptx
Bab 3 Optika Fisis.pptxBab 3 Optika Fisis.pptx
Bab 3 Optika Fisis.pptxnurazulfia1
 
Ppt hyperlink gelombang cahaya
Ppt hyperlink gelombang cahayaPpt hyperlink gelombang cahaya
Ppt hyperlink gelombang cahayaRizky Hutami
 

Semelhante a OPTIMALISASI (20)

Gelombang Cahaya
Gelombang CahayaGelombang Cahaya
Gelombang Cahaya
 
Tugas presentasi fisika(kelompok)
Tugas presentasi fisika(kelompok)Tugas presentasi fisika(kelompok)
Tugas presentasi fisika(kelompok)
 
Fisika gelombang cahaya
Fisika gelombang cahayaFisika gelombang cahaya
Fisika gelombang cahaya
 
Bahan ajar fisika gel cahyaya
Bahan ajar fisika gel cahyayaBahan ajar fisika gel cahyaya
Bahan ajar fisika gel cahyaya
 
Sifat sifat cahaya
Sifat sifat cahayaSifat sifat cahaya
Sifat sifat cahaya
 
Optika Geometri
Optika GeometriOptika Geometri
Optika Geometri
 
Materi Gelombang Cahaya.pptx
Materi Gelombang Cahaya.pptxMateri Gelombang Cahaya.pptx
Materi Gelombang Cahaya.pptx
 
Dispersi cahaya
Dispersi cahayaDispersi cahaya
Dispersi cahaya
 
Kelompok 6 optika fisis
Kelompok 6 optika fisisKelompok 6 optika fisis
Kelompok 6 optika fisis
 
Gelombang cahaya UNNES
Gelombang cahaya UNNESGelombang cahaya UNNES
Gelombang cahaya UNNES
 
Gelombang cahaya fisika unnes
Gelombang cahaya fisika unnesGelombang cahaya fisika unnes
Gelombang cahaya fisika unnes
 
Optika fisis fisika kelas 11
Optika fisis fisika kelas 11Optika fisis fisika kelas 11
Optika fisis fisika kelas 11
 
Sifat gelombang elektromagnetik
Sifat gelombang elektromagnetikSifat gelombang elektromagnetik
Sifat gelombang elektromagnetik
 
Dispersi
DispersiDispersi
Dispersi
 
ppt ipa kel 3.pptx
ppt ipa kel 3.pptxppt ipa kel 3.pptx
ppt ipa kel 3.pptx
 
Bab 3 cahaya KELAS XII
Bab 3 cahaya KELAS XII Bab 3 cahaya KELAS XII
Bab 3 cahaya KELAS XII
 
Pertemuan 3 optika fisi ss
Pertemuan 3 optika fisi ssPertemuan 3 optika fisi ss
Pertemuan 3 optika fisi ss
 
persentasi tentang gelombang bunyi
persentasi tentang gelombang bunyipersentasi tentang gelombang bunyi
persentasi tentang gelombang bunyi
 
Bab 3 Optika Fisis.pptx
Bab 3 Optika Fisis.pptxBab 3 Optika Fisis.pptx
Bab 3 Optika Fisis.pptx
 
Ppt hyperlink gelombang cahaya
Ppt hyperlink gelombang cahayaPpt hyperlink gelombang cahaya
Ppt hyperlink gelombang cahaya
 

Mais de SMPN 3 TAMAN SIDOARJO

Sistem reproduksi tumbuhan dan hewan
Sistem reproduksi tumbuhan dan hewanSistem reproduksi tumbuhan dan hewan
Sistem reproduksi tumbuhan dan hewanSMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 
Soal un matematika smp 2014 paket 12
Soal un matematika smp 2014 paket 12Soal un matematika smp 2014 paket 12
Soal un matematika smp 2014 paket 12SMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 
Soal un matematika smp 2014 paket 19
Soal un matematika smp 2014 paket 19Soal un matematika smp 2014 paket 19
Soal un matematika smp 2014 paket 19SMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 
Soal un matematika smp 2014 paket 18
Soal un matematika smp 2014 paket 18Soal un matematika smp 2014 paket 18
Soal un matematika smp 2014 paket 18SMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 
Soal un matematika smp 2014 paket 17
Soal un matematika smp 2014 paket 17Soal un matematika smp 2014 paket 17
Soal un matematika smp 2014 paket 17SMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 
Soal un matematika smp 2014 paket 16
Soal un matematika smp 2014 paket 16Soal un matematika smp 2014 paket 16
Soal un matematika smp 2014 paket 16SMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 
Soal un matematika smp 2014 paket 15
Soal un matematika smp 2014 paket 15Soal un matematika smp 2014 paket 15
Soal un matematika smp 2014 paket 15SMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 
Soal un matematika smp 2014 paket 14
Soal un matematika smp 2014 paket 14Soal un matematika smp 2014 paket 14
Soal un matematika smp 2014 paket 14SMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 
Soal un matematika smp 2014 paket 13
Soal un matematika smp 2014 paket 13Soal un matematika smp 2014 paket 13
Soal un matematika smp 2014 paket 13SMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 
Soal un matematika smp 2014 paket 12
Soal un matematika smp 2014 paket 12Soal un matematika smp 2014 paket 12
Soal un matematika smp 2014 paket 12SMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 
Soal un matematika smp 2014 paket 11
Soal un matematika smp 2014 paket 11Soal un matematika smp 2014 paket 11
Soal un matematika smp 2014 paket 11SMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 
Soal un matematika smp 2014 paket 10
Soal un matematika smp 2014 paket 10Soal un matematika smp 2014 paket 10
Soal un matematika smp 2014 paket 10SMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 

Mais de SMPN 3 TAMAN SIDOARJO (20)

Sistem reproduksi tumbuhan dan hewan
Sistem reproduksi tumbuhan dan hewanSistem reproduksi tumbuhan dan hewan
Sistem reproduksi tumbuhan dan hewan
 
Soal un matematika smp 2014 paket 12
Soal un matematika smp 2014 paket 12Soal un matematika smp 2014 paket 12
Soal un matematika smp 2014 paket 12
 
Soal un matematika smp 2014 paket 1
Soal un matematika smp 2014 paket 1Soal un matematika smp 2014 paket 1
Soal un matematika smp 2014 paket 1
 
Soal un matematika smp 2014 paket 19
Soal un matematika smp 2014 paket 19Soal un matematika smp 2014 paket 19
Soal un matematika smp 2014 paket 19
 
Soal un matematika smp 2014 paket 18
Soal un matematika smp 2014 paket 18Soal un matematika smp 2014 paket 18
Soal un matematika smp 2014 paket 18
 
Soal un matematika smp 2014 paket 17
Soal un matematika smp 2014 paket 17Soal un matematika smp 2014 paket 17
Soal un matematika smp 2014 paket 17
 
Soal un matematika smp 2014 paket 16
Soal un matematika smp 2014 paket 16Soal un matematika smp 2014 paket 16
Soal un matematika smp 2014 paket 16
 
Soal un matematika smp 2014 paket 15
Soal un matematika smp 2014 paket 15Soal un matematika smp 2014 paket 15
Soal un matematika smp 2014 paket 15
 
Soal un matematika smp 2014 paket 14
Soal un matematika smp 2014 paket 14Soal un matematika smp 2014 paket 14
Soal un matematika smp 2014 paket 14
 
Soal un matematika smp 2014 paket 13
Soal un matematika smp 2014 paket 13Soal un matematika smp 2014 paket 13
Soal un matematika smp 2014 paket 13
 
Soal un matematika smp 2014 paket 12
Soal un matematika smp 2014 paket 12Soal un matematika smp 2014 paket 12
Soal un matematika smp 2014 paket 12
 
Soal un matematika smp 2014 paket 11
Soal un matematika smp 2014 paket 11Soal un matematika smp 2014 paket 11
Soal un matematika smp 2014 paket 11
 
Soal un matematika smp 2014 paket 10
Soal un matematika smp 2014 paket 10Soal un matematika smp 2014 paket 10
Soal un matematika smp 2014 paket 10
 
Soal un matematika smp 2014 paket 9
Soal un matematika smp 2014 paket 9Soal un matematika smp 2014 paket 9
Soal un matematika smp 2014 paket 9
 
Soal un matematika smp 2014 paket 8
Soal un matematika smp 2014 paket 8Soal un matematika smp 2014 paket 8
Soal un matematika smp 2014 paket 8
 
Soal un matematika smp 2014 paket 7
Soal un matematika smp 2014 paket 7Soal un matematika smp 2014 paket 7
Soal un matematika smp 2014 paket 7
 
Soal un matematika smp 2014 paket 6
Soal un matematika smp 2014 paket 6Soal un matematika smp 2014 paket 6
Soal un matematika smp 2014 paket 6
 
Soal un matematika smp 2014 paket 5
Soal un matematika smp 2014 paket 5Soal un matematika smp 2014 paket 5
Soal un matematika smp 2014 paket 5
 
Soal un matematika smp 2014 paket 4
Soal un matematika smp 2014 paket 4Soal un matematika smp 2014 paket 4
Soal un matematika smp 2014 paket 4
 
Soal un matematika smp 2014 paket 3
Soal un matematika smp 2014 paket 3Soal un matematika smp 2014 paket 3
Soal un matematika smp 2014 paket 3
 

Último

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPAnaNoorAfdilla
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 

Último (20)

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 

OPTIMALISASI

  • 1. OPTIKA FISIS Drs. Agus Purnomo aguspurnomosite.blogspot.com Created by Jamari, S.Pd.
  • 3. OPTIKA FISIS A. DISFERSI B. INTERFERENSI C. DIFRAKSI D.POLARISASI Peristiwa Perpaduan dua Gejala Gejala peruraian gelombang pelenturan pengkutuban cahaya yang memiliki gelombang gelombang polikromatik beda fase pada celah hingga hanya (putih) menjadi konstan sempit memiliki satu spektrum (koheren) atah getar saja cahaya 1. Polarisasi 1. Interferensi 1. Difraksi monokromatik akibat celah ganda pada celah tunggal penyerapan 1. Sudut 2. Interferensi 2. Difraksi 2. Polarisasi deviasi pada selaput pada celah akibat 2. Sudut tipis pemantulan majemuk dispersi 3. Cincin 3. Difraksi dan 3. Polarisasi 3. Warna Newton akibat bias alat optik benda kembar
  • 4. PERKEMBANGAN TEORI TENTANG CAHAYA Teori abad ke-10  Abu Ali Hasan Ibn Al-Haitham /Alhazen (965–sekitar 1040), menganggap bahwa sinar cahaya adalah kumpulan partikel kecil yang bergerak pada kecepatan tertentu.
  • 5. Teori Partikel  Isaac Newton (1675) bahwa cahaya terdiri dari partikel halus (corpuscles) yang memancar ke semua arah dari sumbernya.  Teori ini dapat digunakan untuk menerangkan pemantulan cahaya, tetapi ketika menerangkan pembiasan cahaya ia menghadapi batu sandungan, karena cahaya harus dianggap menjadi lebih cepat ketika memasuki medium yang padat karena daya tarik gravitasi lebih kuat.
  • 6. Teori Gelombang Christiaan Huygens (1678) menyatakan bahwa cahaya dipancarkan ke semua arah sebagai muka-muka gelombang.  Pandangan ini menggantikan teori partikel halus. Hal ini karena gelombang tidak diganggu oleh gravitasi, dan gelombang menjadi lebih lambat ketika memasuki medium yang lebih padat.  Kelemahan teori ini adalah gelombang cahaya seperti gelombang bunyi, memerlukan medium untuk dihantar. (Lalu apa medium perambatan cahaya?)  Suatu hipotesis yang disebut luminiferous aether telah diusulkan, tetapi hipotesis itu tidak disetujui.
  • 7. Teori Elektromagnetik  James Clerk Maxwell pada akhir abad ke-19, menyebut bahwa gelombang cahaya adalah gelombang elektromagnet, ia tidak memerlukan medium untuk merambat.
  • 8. Teori Kuantum  Teori ini di mulai pada abad ke- 19 oleh Max Planck, yang menyatakan bahwa cahaya terdiri dari paket (kuanta) energi yang dikenal sebagai Foton.
  • 9. Teori Dualitas Partikel-Gelombang  Teori ini menggabungkan tiga teori yang sebelumnya, dan menyatakan bahwa cahaya adalah partikel dan gelombang. Pertamakali di jelaskan oleh albert Einstein pada awal abad 20, berdasarkan karya tulisnya tentang efek fotolistrik, dan hasil penlitian Planck.  Lebih general lagi, teori tersebut menjelaskan bahwa semua benda mempunyai sifat partikel dan gelombang.
  • 10. 1. DISPERSI CAHAYA Bila seberkas sinar putih (Polikromatik) mengenai batas antara dua media bening yang mempunyai indeks bias berbeda, maka selain dibiaskan, berkas sinar inipun akan diuraikan menjadi berbagai warna, hal ini secara sederhana dapat digunakan prisma sebagai media bening. Kebergantungan laju gelombang dan indeks refraksi terhadap panjang gelombang dinamakan dispersi.
  • 11. A. DISFERSI Cahaya polikromatik Spekrum cahaya- cahaya monokromatik (MEJIKUHIBINIU) Sudut deviasi Semaki Dari merah ke Indeks bias n besar ungu frekuensi Besar sudut penyimpangan arah sinar Sudut deviasi (D) datang dan kelaur dari prisma,  D  i1  r2   Jik i1  r2 i1 D a r2 terjadi deviasi ( ) minimum       nudara =1 nprisma=n sin  n sin   2  2 Jika sudut pembiasa prisma    <15o berlaku :   n  1 n=indeks bias
  • 12. Kesimpulan : Sudut deviasi dipengaruhi 1. Indeks bias prisma (n) oleh : 2. Sudut pembias prisma (  ) Indeks bias prisma tergantung 1. Jenis bahan prisma pada : 2. Jenis sinar yang datang pada prisma Pada peristiwa dispersi : 1. Sinar ungu terdeviasi paling besar karena indeks biasnya terbesar 2. Sinar merah terdeviasi paling kecil karena indeks biasnya terkecil   Selisih sudut deviasi antara dua warna cahaya disebut sudut dispersi Dm   Du  Dm Du Untuk sinar yang mengalami deviasi minimum :   u  m
  • 13. Kesimpulan : Sudut deviasi dipengaruhi 1. Indeks bias prisma (n) oleh : 2. Sudut pembias prisma (  ) Indeks bias prisma tergantung 1. Jenis bahan prisma pada : 2. Jenis sinar yang datang pada prisma Pada peristiwa dispersi : 1. Sinar ungu terdeviasi paling besar karena indeks biasnya terbesar 2. Sinar merah terdeviasi paling kecil karena indeks biasnya terkecil   Selisih sudut deviasi antara dua warna cahaya disebut sudut dispersi Dm   Du  Dm Du Untuk sinar yang mengalami deviasi minimum :   u  m
  • 14. Refleksi, Refraksi, Dispersi dan Pelangi Tetesan air - dari air hujan - adalah salah contoh benda yang tersedia di alam yang bisa menguraikan cahaya putih. Ketika seberkas cahaya putih mengenai setetes air, tetesan air ini berprilaku seperti prisma. Dia menguraikan sinar putih tadi sehingga terciptalah warna-warna pelangi. Terciptalah pelangi. Cahaya matahari datang dari belakang pengamat, direfraksikan ke dalam sebuah tetes air, kemudian ia akan dirfleksikan dari permukaan belakang tetesan air, selanjutnya direfraksikan kembali ke udara. Dalam semua prosesnya cahaya mengalami dispersi, maka terurailah cahaya putih menjadi pelangi.
  • 15. DAFTAR PANJANG GELOMBANG YANG DIPANCARKAN OLEH MATAHARI
  • 16. HAMBURAN CAHAYA Cahaya yang kita lihat dari matahari adalah cahaya yang telah mengalami penyerapan kemudian diradiasikan kembali oleh molekul-molekul di atmosfer. Peristiwa molekul menyerap dan kemudian meradiasikan kembali suatu cahaya dinamakan sebagai HAMBURAN CAHAYA. Peristiwa inilah yang menjadi “dalang” dibalik rahasia mengapa langit berwarna biru ketika siang hari, dan berwarna merah ketika pagi atau sore hari. Bisakah anda jelaskan detailnya ???
  • 17. Langit hanya berwarna biru di siang hari. Bumi diselubungi lapisan udara yang disebut atmosfer udara yang terdiri atas partikel-partikel kecil. Cahaya dari matahari dihamburkan oleh partikel-partikel kecil tersebut. Tetapi kita tahu, cahaya dari matahari terdiri dari paduan semua warna, dari merah, kuning, hijau, biru, hingga ungu. Warna-warna itu memiliki frekuensi yang berbeda. (Merah < kuning < hijau < biru < ungu). Semakin besar frekuensi cahaya, semakin kuat cahaya itu dihamburkan. Warna langit adalah sebagian cahaya matahari yang dihamburkan. Karena yang paling banyak dihamburkan adalah warna berfrekuensi tinggi (hijau, biru, dan ungu), maka langit memiliki campuran warna-warna itu, yang kalau dipadukan menjadi biru terang.
  • 18. LANGIT BERWARNA MERAH DI SORE HARI Pada sore hari, sering matahari berubah warna menjadi merah. Pada saat itu, sinar matahari yang sudah miring menempuh jarak lebih jauh untuk mencapai mata kita, sehingga semakin banyak cahaya yang dihamburkan. Sehingga yang banyak tersisa adalah cahaya frekuensi rendah, yaitu merah. Di bulan dan di planet yang tidak memiliki atmosfir, cahaya matahari tidak dihamburkan, sehingga langit selalu berwarna hitam, walaupun di siang hari.
  • 19. 2. Interferensi Celah Ganda  Pertama kali ditunjukkan oleh Thomas Young pada tahun 1801  Ketika dua gelombang yang koheren menyinari/melalui dua celah sempit, maka akan teramati pola interferensi terang dan gelap pada layar. Interferensi Maksimum : gelombang saling memperkuat/konstruktif, menghasilkan garis terang  Interferensi Minimum : gelombang saling memperlemah/destruktif, menghasilkan garis gelap
  • 20. Paduan Gelombang Syarat terjadinya interferensi Sumber harus bisa mempertahankan suatu beda fasa yang tetap (sumber koheren). Sumber harus monokromatis dan menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang sama.
  • 22. Jarak tempuh cahaya yang melalui dua celah sempit mempunyai perbedaan (beda lintasan), hal ini yang menghasilkan pola interferensi.
  • 23.  Interferensi maksimum Interferensi maksimum disebut juga interferensi konstruktif, akan menghasilkan garis terang pada layar d sin θ = n λ; n = 0, 1, 2 ………. Bilangan n disebut orde terang . Untuk n = 0 disebut terang pusat, n = 1 disebut terang ke-1 dst. Karena jarak celah ke layar l jauh lebih besar dari jarak kedua celah d (l >> d), maka sudut θ sangat kecil, sehingga sin θ = tan θ = p/l, dengan demikian : pd/l = nλ Dengan p adalah jarak terang ke-n ke pusat terang.
  • 24. Interferensi minimum Interferensi minimum akan menghasilkan garis gelap pada layar d sin θ = (n – ½ )λ; n = 1, 2, 3 ………… Bilangan m disebut orde gelap. Tidak ada gelap ke 0. Untuk n = 1 disebut gelap ke-1 dst. Mengingat sin θ = tan θ = p/l, maka pd/l = (n – ½ )λ Dengan p adalah jarak gelap ke-n ke pusat terang.
  • 25.  Contoh Soal: Pada percobaan young digunakan dua celah sempit yang berjarak 0,3 mm satu dengan yang lainnya. Jika jarak layar dengan celah 1 m dan jarak garis terang pertama dari terang pusat 1,5 mm, maka panjang gelombangnya adalah……
  • 26. 3. INTERFERENSI PADA LAPISAN SABUN (Wedge Shaped Film)
  • 27.  Ketika cahaya dipantulkan dari buih sabun atau dari layar tipis dari minyak yang mengambang dalam air terlihat bermacam-macam warna.  Hal ini akibat pengaruh inteferensi antara dua gelombang cahaya yang dipantulkan pada permukaan yang berlawanan dari lapisan tipis larutan sabun atau minyak
  • 28. Sinar 1 dan sinar 2 akan sefase, interferensi maksimum jika: , m = 0, 1, 2,….  2d  (m  1 2 ) n Jika sinar 1 dan sinar 2 berlawanan fase, terjadi interferensi minimum pada : , m = 0, 1, 2, ……  2d  m n
  • 29. Difraksi. Peristiwa pembelokan arah sinar jika sinar tersebut mendapat halangan. Penghalang yang dipergunakan biasanya berupa kisi, yaitu celah sempit.
  • 30. Difraksi cdlah tunggal d sin θ = n λ , n = 1,2,3, … ( minimum garis gelap ) d sin θ = ( n - 1 )λ/2 , n = 0,1,2,… ( maksimum garis terang )
  • 31. Difraksi kisi (celah banyak)  Kisi adalah kepingan kaca yang digores, menurut garis sejajar sehingga dapat bekerja sebagai celah yang banyak jumlahnya.  Jika N menyatakan banyak garis per satuan panjang (misal cm)maka tetapan kisi adalah kebalikan dari N. d = 1/N d sin θ = n λ , n = 1,2,3, … ( MAKSIMUM garis terang) d sin θ = ( n - 1 ) λ/2 , n = 0,1,2,… ( MINIMUM garis gelap)
  • 32. Polarisasi  Pengkutuban daripada arah getar dari gelombang transversal. (Dengan demikian tidak terjadi polarisasi pada gelombang longitudinal  Polarisasi hanya terjadi pada gelombang transversal, dan tidak terjadi pada gelombang longitudinal.  Gelombang cahaya dapat terpolarisasi karena gelombang cahaya adalah gelombang transversal, sedangkan gelombang bunyi tidak dapat terpolarisasi karena gelombang bunyi termasuk gelombang longitudinal
  • 34. akibat pembiasan dan pemantulan Cahaya pantul terpolarisasi sempurna jika sudut datang i mengakibatkan sudut bias rb dgn sudut pantul rp saling tegak lurus Sudut datang ini disebut sudut polarisai atau sudut Brewster i  r p dan r p  rb  90 o rb  90  r p o i rp sin i n2 Hukum Snellius :  n1 sin rb n1 n2 90o sin r p n2  sin 90  r p  n 1 o rb sin r p n2  cos r p n1 n2 tan r p  n1 Hukum Bwester
  • 35. Akibat absorpsi (cara lebih umum) Menyerap semua gelombang yang tak diinginkan dan meloloskan gelombang yang arah getar medan listriknya tertentu  1 I 2  I 1 cos  2 Io I1  Io Polarisato 2 Analisator 1 r I 2  I 0 cos  2 2 E  Ey Rumus Malus Ex sejajar Sinar Jika sumbu transisi terang polarisator dan analisator Sinar tegak lurus redup  Vektor medan E membentuk sudut dengan sumbu transisi sehingga E terdiri dari komponen Ex dan Ey Komponen Ex diserap oleh polaroid dan Ey diteruskan cos  karena I y  E o cos  2 E y  E Iy  Ey 2
  • 36. Perputaran arah polarisator dapat dilakukan dengan melewatkan sinar terpolarisasi melalui suatu zat (larutan gula, kristal kwarsa) yang disebut zat optik aktif Cahaya terpolarisasi L  Polarisato Analisator Berisi zat optik r aktif Besarnya sudut perubahan arah polarisasi cahaya ( ) tergantung  kepada : larutan (L) 1. Panjang 2. Konsentrasi larutan (C)  3. Sudut putar jenis larutan ( )   CL 
  • 37. Optika Fisis Kinematika Gerak aguspurnomosite.blogspot.com