Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut membahas tentang jebakan-jebakan yang sering dihadapi perusahaan dalam melaksanakan program CSR dan bagaimana mengantisipasinya.
2. Ada beberapa jebakan organisasi, psikologis, dan cara menghindari jebakan tersebut dengan melakukan pemetaan sosial secara teratur, membangun strategi keterlibatan pemangku kepentingan, perencanaan strategis,
2. hal 2 dari 6
Mengatasi Jebakan Implementasi CSR
Riza Primahendra
Banyak perusahaan yang mengimplementasikan CSR mengeluhkan bahwa seringkali
inisiatif untuk mencapai kinerja sosial jatuh pada praktek yang serupa tetapi tidak sama.
Hasil dari berbagai inisiatif CSR juga tidak berbeda secara signifikan. Dalam kondisi
tersebut seringkali manajemen perusahaan merasa berbagai inisiatif dan inovasi tidak
memberikan kinerja sosial yang berbeda dan karenanya dianggap sama serta lebih baik
memilih kegiatan CSR yang paling ‘murah’ dan ‘mudah’.
Tiga Karakteristik Program CSR
Perlu menjadi pemahaman kita bersama tiga karakteristik dasar dari program CSR,
apapun metode, pendekatan, dan strategi yang dipergunakan.
Karakteristik pertama adalah orientasi masa depan. Program CSR diimplementasikan
dengan maksud untuk menjawab tantangan masa depan dan memberikan kondisi yang
lebih baik pada pemangku kepentingan, khususnya penerima manfaat, di masa depan.
Sebagai contoh, program pemberdayaan ekonomi keluarga akan memberikan dampak
terutama pada anak-anak dari keluarga penerima manfaat. Orang tua lebih menjadi
tujuan antara. Ketika program CSR disusun berdasar pengalaman masa lalu atau
diharapkan memberikan dampak segera maka dapat dipastikan tidak akan efektif
sebagaimana yang diharapkan. Program pelatikan vokasi tidak akan dapat menciptakan
sejumlah pelaku usaha dalam jangka seminggu maupun sebulan setelah pelatihan
dilaksanakan.
Karakteristik kedua adalah ketidakpastian. Implementasi CSR akan selalu harus
menyadari ketidakpastian dari berbagai hal. Kondisi lingkungan, kebijakan pemerintah
setempat, sikap dari para pemangku kepentingan, tanggapan penerima manfaat, dan
berbagai faktor lain dapat dan hampir dipastikan mengalami pergerakan selama waktu
implementasi CSR. Perubahan yang terjadi dapat dikarenakan faktor luar dan/atau
diakibatkan justru karena dampak dari program CSR. Program peningkatan produksi
gabah tidak akan mencapai tujuan peningkatan pendapatan keluarga tani bila pada
waktu panen pemerintah mengambil kebijakan impor atau Bulog terlambat membeli, ini
adalah contoh faktor luar. Program meningkatkan partisipasi anak usia sekolah dalam
kegiatan pendidikan dapat berdampak pada berkurangnya tenaga kerja yang membantu
usaha rumah tangga. Kondisi ini adalah perubahan yang diakibatkan oleh implementasi
CSR.
Karakteristik ketiga adalah saling keterkaitan (interdependensi). Beberapa pihak
menyebut kegiatan CSR sebagai ‘laboratorium sosial’. Terminologi ini meski menarik
tetapi tidak sesuai. Dalam laboratorium, kita harus dapat mengisolasi satu variabel dari
berbagai variabel lain untuk diketahui reaksi atau dampaknya. Situasi yang dalam ilmu
ekonomi sering disebut ‘ceteris paribus’. Dalam implementasi CSR berbagai variabel
3. hal 3 dari 6
saling berinteraksi secara acak. Untuk itu diperlukan kecermatan, fleksibilitas, dan
adaptasi tanpa mengabaikan kerangka dasar dari program CSR untuk memastikan
implementasi yang optimal. Sebagai contoh program pengembangan usaha mikro akan
dipengaruhi oleh keberadaan program ‘cash transfer’ oleh pemerintah ataupun
keberadaan ‘pelepas uang’.
Jebakan Implementasi CSR
Tanpa pemahaman yang utuh mengenai karakteristik CSR, manajemen perusahaan
dapat jatuh dalam jebakan-jebakan implementasi CSR sebagai berikut.
Kategori
Jebakan
Jenis Jebakan Penjelasan
Jebakan
Organisasi
Organisasi silo CSR adalah tanggung jawab departemen atau unit
tertentu, departemen atau unit yang lain merasa
tidak bertanggung jawab.
Bias Fragmentasi Bias ini terjadi ketika orang yang mengambil
keputusan dan/atau menetapkan program CSR
bukan merupakan orang yang mengalami resiko
sosial atau dampak dari masalah sosial sebagai
akibat program CSR yang buruk.
Rabun jauh Kondisi ketika manajemen menuntut CSR
memberikan kinerja jangka pendek yang tangible
seperti departemen atau unit lain.
Penyakit
superman
Situasi dimana perusahaan merasa punya sumber
daya dan kemampuan besar untuk mengatasi semua
masalah sosial yang dihadapi perusahaan.
Jebakan
Psikologis
Herd behavior Perilaku kerumunan dimana program CSR dibentuk
dengan mengikuti arah dari perusahaan lain atau
kecenderungan industri.
Hindsight bias Bias yang terjadi ketika manajemen perusahaan
senantiasa merujuk pada pengalaman implementasi
CSR masa lalu yang dianggap sukses.
Escalation bias Bias sebagai akibat manajemen melakukan
implementasi dalam skala besar program CSR
berdasar pengetahuan baru atau pengalaman
tertentu
Attribution bias Bias sebagai akibat perusahaan salah
mengidentifikasi penyebab keberhasilan
implementasi program dan menggunakan
identifikasi yang salah tersebut untuk memperluas
atau mereplikasi program CSR
Losing face Kondisi dimana perusahaan menyembunyikan
kegagalan program CSR dengan Public Relation atau
komunikasi aspek tertentu dari program CSR yang
tidak relevan.
4. hal 4 dari 6
Antisipasi Jebakan
Jebakan-jebakan dalam implementasi CSR dapat berdampak besar pada perusahaan,
seperti konflik antara perusahaan dengan masyarakat dan pemerintah, ketergantungan
penerima manfaat, dan gangguan operasi perusahaan, maka diperlukan langkah-langkah
yang tepat untuk mengantisipasinya. Tiga langkah awal yang perlu dilakukan oleh
manajemen perusahaan sebelum mengembangkan program CSR adalah:
Mengenali model bisnis perusahaan dan mengidentifikasi atau memetakan proses
bisnis yang rentan karena terkait dengan pihak luar.
Memahami konteks dimana perusahaan bekerja, termasuk didalamnya kondisi
lingkungan, sosial, ekonomi, dan politik
Menunjuk personil yang berminat, berkomitmen, dan bersedia untuk terus belajar
serta berelasi dengan berbagai pihak yang terkait.
Ketiga langkah awal tersebut
menjadi dasar untuk
menyusun model intervensi
yang meminimalisir jebakan
implementasi. Model ini
terdiri dari lima komponen
utama, yaitu:
1. Pemetaan sosial yang
dilaksanakan secara
reguler, termasuk
didalamnya penilaian
dampak dan persepsi
pemangku kepentingan
terhadap operasi
perusahaan.
2. Stakeholder engagement strategy. Perusahaan perlu mengembangkan strategi untuk
berkomunikasi dan berelasi secara konstruktif dengan pemangku kepentingan
kunci.
3. Strategic planning. Rencana strategis CSR diperlukan untuk memastikan adanya
keberlanjutan, konsistensi dan keterkaitan dari program-program CSR yang
ditetapkan dan dilaksanakan. Adaptasi tetap dimungkinkan dalam cakupan
rencana strategis yang ada.
4. Kemitraan. Mengimplementasikan program CSR melalui kemitraan dengan
lembaga profesional memiliki beberapa manfaat seperti membagi resiko,
memperkuat kapasitas dan kelembagaan lokal, menghindarkan bias-bias terkait
dengan manajemen perusahaan, serta memungkinkan adaptasi yang lebih cepat.
5. Management review. Implementasi CSR merupakan bagian integral dari operasi
perusahaan karenanya dialog antar berbagai fungsi dalam perusahaan termasuk
CSR perlu dilaksanakan secara periodik. Dengan demikian berbagai fungsi
mendapatkan perspektif dari fungsi CSR, sebaliknya fungsi CSR mendapatkan
pengayaan dari fungsi-fungsi yang lain.
Implementasi
CSR
Pemetaan
sosial secara
reguler
Stakeholder
engagement
strategy
Strategic
Planning
Kemitraan
Management
review
5. hal 5 dari 6
Jebakan implementasi CSR dapat terjadi pada perusahaan yang baru melaksanakan
CSR maupun perusahaan yang sudah memiliki pengalaman panjang. Pada sisi lain
keberadaan jebakan tidak bisa ditiadakan sama sekali, namun demikian kita bisa
meminimalisir peluang terjebak dengan mengembangkan sistem manajemen yang tepat.
Mari menata program CSR dan menhindari jebakan implementasi.
-----
Riza Primahendra adalah salah satu pendiri
AMERTA. Sejak 1999 terlibat dalam berbagai
kegiatan tanggung jawab sosial, pemberdayaan
masyarakat, pembangunan sosial, advokasi,
pengembangan kapasitas dan kelembagaan. Sejak
2002 telah memberikan konsultasi, pelatihan,
dan melakukan kajian untuk berbagai lembaga
pemerintah, lembaga bilateral dan multilateral, LSM, lembaga pendidikan,
lembaga kesehatan, dan perusahaan pada berbagai sektor.
Selama beberapa tahun terakhir berkarya dalam industri minyak dan gas dengan
menangani beragam fungsi seperti manajemen strategi, community development
& relation, government relation, land acquisition, business license & permit, PR &
communication, human resource, security management, workplace management,
WP&B, accounting & cost control.
Alamat kontak: rizaprimahendra@gmail.com
6. hal 6 dari 6
adalah jejaring para praktisi CSR yang mengembangkan metode dan
praktik terbaik CSR untuk mendukung berbagai organisasi dan
perusahaan mengembangkan CSR dan mewujudkan kinerja sosial yang
efektif dan berkelanjutan.
AMERTA mengembangkan kompetensi dalam:
SOCIAL STUDY. Berbagai kajian dan penilaian seperti PRA (Participatory Rural Appraisal), PLA
(Participatory Learning Action), Baseline Study, Studi Dampak, Social Risk Assessment, SEAGA
(Socio-Economic & Gender Analysis), SLA (Sustainable Livelihood Analysis), HRIA (Human
Rights Impact Assessment) adalah kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai langkah awal
melaksanakan CSR.
CSR PLANNING & PROGRAMMING. Perumusan rencana strategis dan program CSR
berbasis konteks social dan model bisnis adalah langkah lanjut yang dilaksanakan untuk
memastikan CSR dilaksanakan sebagai sebuah system manajemen.
CSR PROJECT MANAGEMENT. Berbagai bentuk program dan kegiatan yang dilakukan oleh
organisasi dan perusahaan perlu didesain untuk memiliki dampak sosial. Microfinance& small
business development, community organizing& facilitation, behavior change & social marketing dan
advocacy adalah bentuk-bentuk CSR di lapangan.
INDUSTRIAL RELATION & HR. Hubungan industrial dan SDM merupakan bagian dari CSR
internal perusahaan dan perlu dikelola secara sistematis dan strategis sehingga mendukung tujuan
bisnis.
Kantor:
Jl. PuloAsem Utara A 20
Kelurahan Jati, Pulo Gadung, Jakarta 13220, Indonesia
Ph: 62-21-29833288
www.amerta.id