SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam mata kuliah AIK ini dijelaskan bahwa sejak kelahirannya, Muhammadiyah
telah membuktikan diri sebagai gerakan tajdid, baik dalam arti pemurnian maupun
modernisasi. Ahmad Dahlan telah memulainya dalam wujud pengembangan etos
intelektualisme - meminjam istilah Syafi‟i Ma‟arif, dan pragmastisme - meminjam istilah
Alfian - dalam bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial.
Dalam makalah ini dijelaskan tentang Perkembangan Metodologi Pemikiran Islam
dan Maanhaz Tardzih yang biasa diuraikan sebagai berikut:
Pendahuluan
Problem dan Tantangan Masyarakat Kontemporer
Pemikiran Majelis Tarjih dan Beberapa Problem
Agenda Pengembangan Pemikiran Islam
1.2 tujuan pembahasan
Setelah mempelajari bab ini diharapkan dapat :
1. Problem dan Tantangan Masyarakat Kontemporer
2. Pemikiran Majelis Tarjih dan Beberapa Problem
3. Agenda Pengembangan Pemikiran Islam
1.3 Rumusan masalah
1. Pendahuluan
2. Problem dan Tantangan Masyarakat Kontemporer
3. Pemikiran Majelis Tarjih dan Beberapa Problem
4. Agenda Pengembangan Pemikiran Islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 pendahuluan
Sejak kelahirannya, Muhammadiyah telah membuktikan diri sebagai gerakan tajdid,
baik dalam arti pemurnian maupun modernisasi. Ahmad Dahlan telah memulainya dalam
wujud pengembangan etos intelektualisme - meminjam istilah Syafi‟i Ma‟arif, dan
pragmastisme - meminjam istilah Alfian - dalam bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial.
Tak diragukan, aspek tajdid ini terus dikembangkan oleh generasi penerus hingga akhirnya
banyak kalangan peneliti memasukkan Muhammadiyah ke dalam tipologi gerakan modern.2
Jika “trade mark” modern bagi Muhammadiyah, dahulu membuat kita tersanjung, tetapi
kini, tentu tidak atau biasa-biasa saja. Mengapa? Pertama, terlepas dari kelebihannya,
paradigma modernisasi kini telah menunjukkan
1 Penulis adalah Ph.D. Research Scholar di Universitas Malaya, Malaysia dan Direktur
Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) Universitas Muhammadiyah Malang. Di
samping itu, penulis adalah dosen pemikiran Islam di Universitas Muhammadiyah Malang
dan menulis banyak karangan tentang neo-modernisme Islam.
2 Syafi‟i Ma‟arif, Independensi Muhammadiyah di Tengah Pergumulan Pemikiran Islam
dan Politik (Jakarta: Cidesindo, 2000). Bandingkan dengan Nakamura, Agama dan
Lingkungan Kultural Indonesia: Pengaruh Gerakan Muhammadiyah dalam Pemurnian
Agama Islam (Surakarta: Hapsara, 1983).
beberapa titik kelemahan, sementara sebagian kita masih “amat
setia”mempertahankannya. Kedua, jika tesis modernisasi yang telah dipraktekkan
Muhammadiyah selama hampir satu abad telah terbukti relevansinya, dan belakangan
banyak diikuti oleh gerakan-gerakan dan organisasi-organisasi Islam yang lain, maka
Muhammadiyah kini tampak kehilangan “trade mark” itu jika tidak segera me-refresh diri
dengan era baru ketika usia Muhammadiyah tepat mencapai satu abad.Banyak peneliti dan
pemerhati Muhammadiyah, menengarahi adanya penurunan fungsi tajdid dalam
Muhammadiyah; “tak seperti dulu”, katanya.
3
Kini Muhammadiyah dipandang kurang responsif terhadap perubahan-perubahan tata dunia
dan nilai baru, seperti permasalahan ekses globalisasi ekonomi, demokratisasi politik,
pluralisme agama, budaya permissif, bioetika, HAM, dan lain-lainnya. Dengan kata lain,
dalam kaitannya dengan perubahan masyarakat menuju era multikultural di abad ke-21,
respon Muhammadiyah tampaknya masih dipertanyakan. Terlepas dari pelbagai kritik
tersebut, sebenarnya belakangan ini sebagian tokoh-tokoh Muhammadiyah sendiri telah
menyadari perlunya pengembangan pemikiran di lingkungan organisasi sehingga mampu
merespon permasalahan masyarakat akibat kecenderungan multikultural, secara cepat dan
tepat. Mereka telah menyadari, Muhammadiyah tidak dapat terus menerus mempertahankan
pendekatan serta metodologi tertentu yang selama ini dipakai. Jurnal Online Metodologi
Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM)
Untuk itu, maka perlu ada upaya terus menerus mencari penyempurnaan pendekatan
dan metode (manhaj) dalam pemikiran keagamaan Muhammadiyah. Salah satunya adalah
dengan mengkaji penyebab permasalahan, termasuk mengkaji ulang aspek manhaj Tarjih,
mengingat hal
ini merupakan aspek terpenting dalam pengembangan pemikiran Islam di lingkungan
Muhammadiyah.
2.2 Problem dan Tantangan Masyarakat Kontemporer
Memasuki abad ke-21, di mana Muhammadiyah telah genap berusia satu abad,
masyarakat Indonesia tak dapat mengelak dari berbagai problem akibat dari arus
industrialisasi, teknologi informasi, bioteknologi, pasar bebas, pluralitas budaya,
demokratisasi, dan individualisme yang menjadi ciri peradaban kontemporer. 3 Di era
industrialisasi kita mencatatat semakin berkembangnya perusahanperusahaan trannasional
dan multinasional yang menempati kawasan baik di kota-kota besar maupun daerah-daerah
terpencil. Perkembangan ini tentu menimbulkan berbagai permasalahan baru baik ekonomi,
politik, budaya, lingkungan, dan moral pada masyarakat setempat. Intinya, masyarakat
setempat lebih banyak dirugikan daripada keuntungan yang telah diambil oleh pihak pemilik
modal asing.
3. Tentang problem masyarakat kontemporer sebagaimana dikemukakan di atas, dapat
dibaca dalam buku antologi Kuntowijoyo, dkk. Intelektualisme Muhammadiyah
Menyongsong Era Baru (Bandung: Mizan, 1995).
4
Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM)
Kecanggihan teknologi informasi satu sisi membuat hidup semakin cepat dan mudah.
Namun, di sisi lain menimbulkan ketertinggalan sebagian masyarakat, keterkejutan sosial,
dan transparansi segala bentuk kemaksitan. Semestinya masyarakat dapat lebih banyak
mengambil manfaat, tapi masih banyak juga mereka yang terjebak ke dalam konsumerisme
dan hedonisme
berkat kecanggihan teknologi informasi. Perkembangan bidang bioteknologi kini mencapai
titik yang mengagumkan sekaligus mengkhawatirkan. Mengagumkan sebagai sebuah temuan
sains
seperti DNA dan kloning hewan, dan mengkhawatirkan jika teknologi itu diberlakukan pada
manusia, di mana dalam pandangan etika sementara ini sebagai “menodai sunnatullah”.
Dengan berlangsungnya ekonomi pasar, maka hal ini berpengaruh pada semua segi
kehidupan yang meninscayakan ekonomisasi, komersialisasi, professionalisasi, dan tentu
“budaya” kompetisi. Bagi mereka yang berketrampilan rendah, modal sedikit, jaringan
lemah, harus siap mati. Ekses
lain dapat dikatakan, bahwa isu terorisme, senjata pemusnah masal dan nuklir, serta HAM,
tidaklah murni sebagai persoalan keamanan. Tetapi di sana tidak lepas dari tujuan hegemoni
politik negara besar, dan ujungujungnya juga penguasaan ekonomi dunia.Perang budaya
(ghazwu al-tsaqafi) sebenarnya sudah cukup lama terjadi di tengah-tengah masyarakat
Muslim, di mana arus utamaya adalah antara budaya Islam dan Barat. Seperti telah
diramalkan oleh Samuel Hutington, Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi
1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM)
Benturan peradaban tak terelakkan, dan kini telah menjadi kenyataan yang amat
mengancam proses-proses perdamaian. Lagi-lagi umat Islam di pihak yang dicitrakan
“buruk” atau memang “benar-benar” kalah. Demokratisasi khususnya di bidang politik
merupakan perkembangan yang luar biasa cepat yang semula memberikan harapan-harapan
baru bagi rakyat.
Era di mana rakyat lebih banyak mengambil kedaulatnnya kini mulai dapat dirasakan.
Sebagai implikasinya, pluralitas kehidupan sosial dan budaya merupakan keharusan sejarah
bangsa kita. Ketidaksiapan dalam memasuki alam demokrasi dan pluralistas, akan
menimbulkan kehidupan kita termarginalkan. Namun, belakangan harapan itu berubah
5
menjadi kecemasan rakyat ketika keadaan bangsa kita semakin memburuk. Menghadapi
permasalahan masyarakat sebagaimana disinggung di atas, bagaimanakah kesiapan
Muhammadiyah. Lebih khusus lagi, bagaimana
semestinya pemikiran Islam di kalangan tokoh Muhammadiyah diarahkan sebagai respon
terhadap keadaan sebagaimana disinggung di atas.
2.3 Pemikiran Majelis Tarjih dan Beberapa Problem
Berbicara masalah pemikiran keagamaan di lingkungan Muhammadiyah tak dapat
dipisahkan dari motor penggeraknya secara organisatoris yaitu Majelis Tarjih. Majelis Tarjih
merupakan lembaga resmi di lingkungan persyarikatan Muhammadiyah yang secara khusus
menangani masalah-masalah Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No.
1, 2012 (PSIF-UMM)
Keagamaan seperti membahas dan mengeluarkan fatwa hukum. Majelis ini didirikan
sejak 1927 ketika Muhammadiyah dipimpin oleh K.H. Mas Mansur. Salah satu tujuan
utamanya, memberikan pedoman kepada umat Islam dalam hal keagamaan supaya tidak
terjadi perselisihan antarumat dalam mengamalkan ajaran-ajaran Islam.4 Nama Tarjih
dipakai oleh karena metode utama pengkajian masalah-masalah hukum Islam dengan cara
men-tarjih. Yaitu, mengambil dalil yang paling kuat di antara dalil-dalil yang ada yang
dipertentangkan untuk dijadikan
pedoman pengamalan ajaran-ajaran Islam.5 Namun, pengertian semacam ini dari waktu ke
waktu mengalami perkembangan hingga saat Majelis Tarjih diketuai oleh Prof. Dr. Amin
Abdullah. Di saat yang terakhir ini (sejak Muktamar di Aceh), Majelis Tarjih dikembangkan
namanya menjadi Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam (MTPPI). Tujuannya,
pendekatan, metode, dan ruang lingkup tarjih yang sekarang dikembangkan lebih tepat
dan lebih luas lagi sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Kini, dan sejak Muktamar
di Malang, Majelis ini telah berubah nama menjadi Majelis Tarjih dan Tajdid. Menurut
Mukti Ali pada umumnya ada tiga prinsip yang melandasi pemikiran ketarjihan
Muhammadiyah. (1) Prinsip kenisbian akal; (2) prinsip tidak berorientasi pada mazhab; dan,
(3) prinsip keterbukaan dan toleransi.
4 Afifi Fauzi Abbas, dkk. (ed.), Tarjih Muhammadiyah dalam Sorotan (Jakarta: IKIP
Muhammadiyah Jakarta Press, 1995), hal. 70.
5 Asjmuni Abdurrahman, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, Metodologi dan Aplikasi
6
(Yogykarta: Pustaka Pelajar, 2002), hal 3-4.
Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM)
Berdasarkan prinsip-prinsip ini, maka dalam merumuskan pemikiran keagamaan,
Tarjih tidak menempatkan akal sebagai instrumen yang paling utama, sebab ia bersifat nisbi.
Bagi Mukti Ali, dari tataran ini Muhammadiyah lebih berorientasi pada teks dan
memberikan porsi kecil pada pemikiran dalam menetapkan hukum. Dalam Himpunan
Putusan Tarjih ditegaskan
bahwa “Allah telah menyatakan bahwa kekuatan akal itu terbatas”. Bahkan, menurut K.H.M.
Djuwaini, pernah menjadi wakil Ketua Majelis Tarjih, bahwa prinsip maslahat tidak dapat
dipakai kalau bertentangan dengan teks. Hal ini sangat berbeda dengan pemikiran tokoh
rasionalis Muhammad Abduh yang mensejajarkan akal dan wahyu.6 Prinsip kedua tidak
membenarkan adanya taklid kepada ulama atau mazhab. Pemahaman dan pengamalan
agama Islam harus merujuk secara langsung kepada al-Qur‟an dan al-Sunnah al-Shahihah.
Untuk menghadapi kenyataan masyarakat awam, Muhammadiyah memperbolehkan apa
yang disebut ittiba‟, berarti mengikuti ajaran dengan kritis dan selektif. Prinsip ketiga
sebenarnya dapat dijelaskan bahwa kehadiran Tarjih bertujuan menghindarkan umat dari
perselisihan dan percekcokan karena persoalan khilafiyah. Melihat kerangka metodologis
pemikiran keagamaan Muhammadiyah sebagai dilembagakan dalam Tarjih ini, serta
kenyataan-kenyataan cara berfikir warga Muhammadiyah sebagai tercermin dalam buku
Soal Jawab
6 Mukti Ali, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam (Bandung: Mizan, 1991), hal 42-44.
Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM)
Agama 7 serta Suara Muhammadiyah, Munir Mulkhan memberikan komentar tentang
beberapa problem pemikiran Tarjih sebagai berikut. Pertama, bahwa dari aspek corak
pemikirannya, Muhammadiyah dapat dikelompokkan ke dalam pemikiran Islam rasionalis.
Dalam menyelesaikan kasus-kasus serta penentuan stutus-status hukum ibadat,
Muhammadiyah sangat menekankan pada teks agama. Menurut Mulkhan, sebenarnya ada
aspek ketidakkonsistenan Majelis Tarjih dengan pemikiran dasar KH. Ahad Dahlan yang
sangat menekankan akal dan logika. Ketidakkonsistenan inilah, antara lain, menyebabkan
dinamika pemikiran di kalangan Muhammadiyah tidak dapat dipertahankan. Menurutnya,
berbagai diskusi untuk mencari pemecahan masalah menejemen berubah menjadi perdebatan
7
teologis. 8 Kedua, bahwa dengan obsesi Muhammadiyah untuk kembali kepada teks agama
secara langsung tanpa terikat sedikitpun kepada pemikiran ulama dan mazhab, serta tradisi-
tradisi yang berkembang bahkan berintegrasi dengan Islam, maka satu segi membuat teks
agama tetap otentik, hal ini tidak salah dan sejalan dengan manhaj Muhammadiyah. Tetapi
di sisi lain – sebagai akibatnya – Muhammadiyah terkesan berfikir ahistoris, terlalu teologis,
dan kurang mempertimbangkan kultur. Karenanya, bagi masyarakat yang masih memegangi
nilai-nilai tardisi sulit menerima kehadiran Muhammadiyah.
7 Majelis Tarjih PP. Muhammadiyah, Tanya Jawab Agama (Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 1997).
8 Abdul Munir Mulkhan, Teologi dan Fikih dalam Tarjih Muhammadiyah (Yogyakarta:
Sipress, 1994), hal 16-17.
Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM)
Kehadirannya dikesankan telah memisahkan mereka dari keterikatan dengan tradisi
lokal, bahkan kosmologinya. Maka, lebih jauh dapat dilihat bahwa seni, budaya, serta
dimensi esoterisme tidak berkembang di kalangan Muhammadiyah. Di sinilah orang banyak
melihat Muhammadiyah kurang menggunakan pendekatan kultural.9 Ketiga, keinginan
Muhammadiyah untuk menjembatani atau mengurangi kebiasaan berselisih pendapat di
kalangan umat Islam dengan cara melembagakan pemikiran dalam Tarjih sebenarnya positif,
tetapi kenyataan pemikiran Muhammadiyah yang berkembang belum mampu keluar dari
tradisi ini. Justeru – dalam batas-batas tertentu - masih meneguhkan pemikiran dialektik dan
terkadang menambah perselisihan semakin tajam. Salah satu penyebabnya adalah
pendekatannya yang formal dan reaksireaksinya terhadap kemapanan pemikiran yang ada di
tengah-tengah masyarakat. Menurut Mulkhan, Islam syari‟ah-fiqhiyah sangat mewarnai
corak pemikiran formal Muhammadiyah, maka sikap “hitam putih” di kalangan kebanyakan
masyarakat dalam melihat permasalahan tidak dapat dielakkan lagi. Salah satu bukti,
menurut hasil penelitiannya, dari 374 halaman HPT, 33 halaman berbicara tentang muamalat
(9%), 2,5% membahas soal ekonomi, selebihnya berbicara soal fikih ibadah. Seentara soal-
soal etika, kebudayaan, seni, serta 9 Munir Mulkhan, Menggugat Muhammadiyah
(Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2000), hal 189-190; Majelis Tarjih PP. Muhammadiyah,
Himpunan Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, tt).
Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM)
8
Soal-soal semisal HAM, politik, dan sain tidak memperoleh pembahasan yang
memadai.10 Sementara itu, Amin Abdullah dalam beberapa tulisannya sering melontarkan
kritik terhadap pemikiran keagamaan termasuk di lingkup Muhammadiyah. Kritik dimaksud
dapat diringkas sebagai berikut:11 Pertama, terdapat kecenderungan apa yang disebut taqdis
al-afkar. Pensakralan pemikiran atau, dalam konteks Muhammadiyah, keputusan-keputusan
tarjih (baca: HPT) tak terhindarkan. Orang lebih melihat produk pemikiran dalam HPT yang
telah jadi, tetapi amat jarang yang mengkaji proses penalaran atau metodologi secara serius.
Dengan istilah lain, orang lebih senang mempelajari fikih daripada ushul fikih. Akibatnya,
timbul kecenderungan pemutlakan kebenaran fikih, dan ruang dinamisasi menjadi sempit.
Kedua, pemikiran tarjih bersifat aksiomatik-positivistik. Maksudnya, dalam hal ini HPT
dinilai cenderung menilai suatu persoalan secara hitam-putih, persoalan yang berkembang di
masyarakat dilihat dengan kacamata “halalharam”. Sebagai akibatnya pemikiran di
lingkungan Muhammadiyah mulai terlihat ada jarak yang terlalu jauh dari realitas yang
berkembang. 10 Ibid. 11 Muhammad Azhar dan Hamim Ilyas, Pengembangan Pemikiran
Keislaman Muhammadiyah Purifikasi dan Dinamisasi (Yogyakarta: LPPI UMY, 2000), hal.
1-17. Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM)
2.4 Agenda Pengembangan Pemikiran Islam
Melihat kecenderungan masyarakat Indonesia di satu sisi, dan problem pemikiran
keagamaan Muhammadiyah di sisi lain sebagaimana disinggung di atas, perlu dibahas
upaya-upaya pengembangan pemikiran Islam yang mampu merespon kecenderungan-
kecenderungan masyarakat baru. Beberapa upaya yang dapat didiskusikan di sini antara lain
sebagai berikut. Pertama, pengembangan manhaj tarjih. Upaya ini salah satunya melalui
pengkajian yang lebih intensif terhadap kemungkinan-kemungkinan diterapkannya beberapa
wacana yang telah berkembang di kalangan ulama, pemikir dan ilmuwan Muhammadiyah
tentang metode-metode dan pendekatan alternatif seperti fenomenologi, „irfani, dan ilmu-
ilmu atau teoriteori sosial yang selama ini masih sering “dicurigai” sebagai “makhluk asing”.
Tentu masih sangat banyak metode-metode lain yang dapat kita diskusikan di sini.
Pengembangan dimaksud tidak bermaksud membuang begitu rupa manhaj yang selama ini
terbukti telah berhasil mengantarkan Muhammadiyah seperti yang sekarang ini. Tetapi,
ketika Muhammadiyah sedang dihadapkan pada tantangan baru sebagaimana digambarkan
di atas, maka manhaj Tarjih yang ada dirasa perlu untuk diperkuat dengan alat-alat atau
9
ilmu-ilmu bantu yang lain. Karenanya, dalam pengembangan pemikiran Islam
Muhammadiyah, perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut. Jurnal Online
Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM)
Pertama, prinsip istimrariyah (muhafadah), yaitu upaya untuk melanjutkan berbagai
produk pemikiran historis. Dengan demikian produk pemikiran yang akan dihasilkan
bukanlah sesuatu yang ahistoris. Kedua, prinsip tanawwu‟iyyah, yaitu upaya untuk
memberikan ruang dan
toleransi atas adanya berbagai kemungkinan hasil kajian. Karena manhaj ini dipandang
relatif maka seluruh hasil yang diproduk juga relatif. Oleh sebab itu pluralitas hasil kajian
sangat dimungkinkan. Ketiga, prinsip syumuliyyah, yaitu prinsip untuk menghadirkan Islam
dalam wajah yang utuh, bukan parsial dan ad hoc. Untuk inilah maka manhaj ini
dikembangkan dengan memperkembangkan aspek ta‟aqquli dan ta‟abbudi, bathini dan
zahiri, normativitas dan historisitas dengan realitas kini. Keempat, prinsip „alamiyyah
(global) dan mahalliyah (lokal), yaitu upaya pengembangan pemikiran dan manhaj yang
memungkinkan adanya atau keharusan
memperhatikan aspek global-universal dan local-partikular. Kelima, prinsip ibtikariyah
(kreatifitas), yaitu membuat rumusan pemikiran Islam secara kreatif dan konstruktif untuk
merespons permasalahan aktual. Kreasi ini dilakukan dengan cara menerima nilai-nilai luar
Islam dengan penyesuaian (adaptif) atau dengan penyerap nilai dan elemen luar dengan
penyaringan (selektif). Keenam, prinsip ilahiyyah, yaitu upaya untuk menangkap, Jurnal
Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM) merumuskan
dan membumikan nilai normativitas pada tataran historispraksis.
Kedua, secara kelembagaan, perlu adanya usaha memperbaiki dan mengoptimalkan
menejemen pengembangan pemikiran keagamaan di lingkungan Muhammadiyah. Misalnya,
membuat Majelis Tarjih dan Tajdid lebih independen dan leluasa geraknya daripada yang
sekarang;13 mendorong dan membuka peluang lebih lebar lagi bagi daerah-daerah
Muhammadiyah untuk dapat mengidentifikasi masalah-masalah dan kemudian
mengeluarkan fatwa-fatwa sesuai dengan perkembangan permasalahan setempat; dan,
meggairahkan tradisi penelitian serta pengkajian terhadap masalah-masalah kontemporer
dengan pendekatan interdisipliner di Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) atau pusat-
pusat kajian ilmiah di lingkungan Muhammadiyah. Ketiga, hal yang lebih penting lagi,
10
sesuai dengan kondisi Muhammadiyah sekarang, perlu dipercepat proses kaderisasi calon-
calon ulama dan pemikir
di lingkungan Muhammadiyah. Kaderisasi ini tidak cukup hanya dilakukan secara alamiah,
harus dibuat “terobosan” yang terlembagakan. Yaitu dengan cara memberikan kesempatan
bagi kader-kader muda untuk berperan dalam Majelis Tarjih. Sedangkan cara berikutnya,
beberapa PTM menyelenggarakan 12 Amin Abdullah, “Manhaj Tarjih dan Pengembangan
Pemikiran Islam” dalam makalah seminar pada Munas Tarjih dan Pengembangan Pemikiran
Islam XXIV, Malang, 2002. hal. 10. 13 Tentang independensi Majelis Tarjih ini yang, dalam
arti terbebas dari mazhab
atau kelembagaan manapun, juga pernah disuarakan oleh Fathurrrahman Djamil. Lihat
Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah (Jakarta: Logos,
1995). Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM)
Program pendidikan ulama tarjih sebagaimana dilakukan di UMM, UMS dan UMY.
Para kader yang telah dihasilkan segera didayagunakan semaksimal mungkin untuk mengisi
“kekosongan” kader di daerah-daerah dengan cara bekerjasama antara persyarikatan dan
amal-amal usaha Muhammadiyah setempat.
11
BAB III
PENUTUP
2.7 Kesimpulan
Sejak kelahirannya, Muhammadiyah telah membuktikan diri sebagai gerakan tajdid,
baik dalam arti pemurnian maupun modernisasi. Ahmad Dahlan telah memulainya dalam
wujud pengembangan etos intelektualisme - meminjam istilah Syafi‟i Ma‟arif, dan
pragmastisme - meminjam istilah Alfian - dalam bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial.
Tak diragukan, aspek tajdid ini terus dikembangkan oleh generasi penerus hingga akhirnya
banyak kalangan peneliti memasukkan Muhammadiyah ke dalam tipologi gerakan modern.2
Jika “trade mark” modern bagi Muhammadiyah, dahulu membuat kita tersanjung, tetapi
kini, tentu tidak atau biasa-biasa saja. Mengapa? Pertama, terlepas dari kelebihannya,
paradigma modernisasi kini telah menunjukkan
12
Daftar Pustaka
Abdullah, Amin, “Manhaj Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam” dalam
makalah seminar pada Munas Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam
XXIV, Malang, 2002.
Abbas, Afifi Fauzi, ed., Tarjih Muhammadiyah dalam Sorotan, Jakarta: IKIP
Muhammadiyah Jakarta Press, 1995.
Abdurrahman, Asjmuni, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, Metodologi dan
Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
Ali, Mukti, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam, Bandung: Mizan, 1991.
Azhar, Muhammad dan Hamim Ilyas, Pengembangan Pemikiran Keislaman
Muhammadiyah Purifikasi dan Dinamisasi, Yogyakarta: LPPI UMY, 2000.
Djamil, Fathurrahman, Metode Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah, Jakarta:
Logos, 1995.
Kuntowijoyo, dkk. Intelektualisme Muhammadiyah Menyongsong Era Baru,
Bandung: Mizan, 1995.
Ma‟arif, Syafi‟i, Independensi Muhammadiyah di Tengah Pergumulan Pemikiran
Islam dan Politik, Jakarta: Cidesindo, 2000.
Mulkhan, Abdul Munir, Teologi dan Fikih dalam Tarjih Muhammadiyah,
Yogyakarta: Sipress, 1994.
Mulkhan, Abdul Munir, Menggugat Muhammadiyah, Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2000.
Majelis Tarjih PP. Muhammadiyah, Himpunan Putusan Majelis Tarjih
Muhammadiyah, Yogyakarta, tt.
Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM)
- 15 -
Majelis Tarjih PP. Muhammadiyah, Tanya Jawab Agama, Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 1997.
Nakamura, Agama dan Lingkungan Kultural Indonesia Pengaruh Gerakan
Muhammadiyah dalam Pemurnian Agama Islam, Surakarta: Hapsara, 1983.

More Related Content

What's hot

Masyarakat madani makalah
Masyarakat madani makalahMasyarakat madani makalah
Masyarakat madani makalahafwafadlila
 
Makalah islam indonesia zaman modern dan kontemporer
Makalah islam indonesia zaman modern dan kontemporerMakalah islam indonesia zaman modern dan kontemporer
Makalah islam indonesia zaman modern dan kontemporerjuniska efendi
 
Dialog etika dalam pemersatu Bangsa
Dialog etika dalam pemersatu BangsaDialog etika dalam pemersatu Bangsa
Dialog etika dalam pemersatu BangsaTri Cahyono
 
Pergumulan jaringan intelektual keislaman
Pergumulan jaringan intelektual keislamanPergumulan jaringan intelektual keislaman
Pergumulan jaringan intelektual keislamanQowim Musthofa
 
Transformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat Teknologi
Transformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat TeknologiTransformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat Teknologi
Transformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat TeknologiMelda Amelia
 
Pesantren sebagai “Agent of Change”
Pesantren sebagai “Agent of Change”Pesantren sebagai “Agent of Change”
Pesantren sebagai “Agent of Change”Nora Ainy
 
Kelompok 11 masyarakat madani
Kelompok 11   masyarakat madaniKelompok 11   masyarakat madani
Kelompok 11 masyarakat madanidayurikaperdana19
 
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlamP kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlamAnang Sarbaini
 
Materi Gerakan Mahasiswa DAD IMM
Materi Gerakan Mahasiswa DAD IMMMateri Gerakan Mahasiswa DAD IMM
Materi Gerakan Mahasiswa DAD IMMFahrudin Romadhona
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politiknorma 28
 
Masyarakat Madani Power Point
Masyarakat Madani Power PointMasyarakat Madani Power Point
Masyarakat Madani Power PointFirda Khaerini
 
Masyarakat Madani
Masyarakat MadaniMasyarakat Madani
Masyarakat MadaniAZA Zulfi
 

What's hot (19)

Jurnal al risalah edisi ix no 1 2018 cetak
Jurnal al risalah edisi ix no 1 2018 cetakJurnal al risalah edisi ix no 1 2018 cetak
Jurnal al risalah edisi ix no 1 2018 cetak
 
Masyarakat madani makalah
Masyarakat madani makalahMasyarakat madani makalah
Masyarakat madani makalah
 
Jurnal muslim negarawan
Jurnal muslim negarawanJurnal muslim negarawan
Jurnal muslim negarawan
 
Makalah islam indonesia zaman modern dan kontemporer
Makalah islam indonesia zaman modern dan kontemporerMakalah islam indonesia zaman modern dan kontemporer
Makalah islam indonesia zaman modern dan kontemporer
 
Dialog etika dalam pemersatu Bangsa
Dialog etika dalam pemersatu BangsaDialog etika dalam pemersatu Bangsa
Dialog etika dalam pemersatu Bangsa
 
Pergumulan jaringan intelektual keislaman
Pergumulan jaringan intelektual keislamanPergumulan jaringan intelektual keislaman
Pergumulan jaringan intelektual keislaman
 
Transformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat Teknologi
Transformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat TeknologiTransformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat Teknologi
Transformasi Masyarakat Menuju Kemandirian Masyarakat Teknologi
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
Masyarakat madani
Masyarakat madaniMasyarakat madani
Masyarakat madani
 
Makalah desi
Makalah desiMakalah desi
Makalah desi
 
masyarakat madani
masyarakat madanimasyarakat madani
masyarakat madani
 
Masyarakat Madani
Masyarakat MadaniMasyarakat Madani
Masyarakat Madani
 
Pesantren sebagai “Agent of Change”
Pesantren sebagai “Agent of Change”Pesantren sebagai “Agent of Change”
Pesantren sebagai “Agent of Change”
 
Kelompok 11 masyarakat madani
Kelompok 11   masyarakat madaniKelompok 11   masyarakat madani
Kelompok 11 masyarakat madani
 
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlamP kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
P kn perspektif pendidikan nilai fkip unlam
 
Materi Gerakan Mahasiswa DAD IMM
Materi Gerakan Mahasiswa DAD IMMMateri Gerakan Mahasiswa DAD IMM
Materi Gerakan Mahasiswa DAD IMM
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
 
Masyarakat Madani Power Point
Masyarakat Madani Power PointMasyarakat Madani Power Point
Masyarakat Madani Power Point
 
Masyarakat Madani
Masyarakat MadaniMasyarakat Madani
Masyarakat Madani
 

Viewers also liked

Sel tumbuhan dan jaringan tumbuhan 1
Sel tumbuhan dan jaringan tumbuhan 1Sel tumbuhan dan jaringan tumbuhan 1
Sel tumbuhan dan jaringan tumbuhan 1Casini Mu'thi
 
Manajemen aksi mahasiswa
Manajemen aksi mahasiswaManajemen aksi mahasiswa
Manajemen aksi mahasiswaPurna Senda
 
Sumber Mikrobia Dan Perannya
Sumber Mikrobia Dan PerannyaSumber Mikrobia Dan Perannya
Sumber Mikrobia Dan PerannyaKlara Tri Meiyana
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikrobioligi sejarah
ITP UNS SEMESTER 2 Mikrobioligi sejarahITP UNS SEMESTER 2 Mikrobioligi sejarah
ITP UNS SEMESTER 2 Mikrobioligi sejarahFransiska Puteri
 
Sistem operasi 1 ke 1
Sistem operasi  1 ke 1Sistem operasi  1 ke 1
Sistem operasi 1 ke 1ndriehs
 
Komputer Dalam Pendidikan
Komputer Dalam PendidikanKomputer Dalam Pendidikan
Komputer Dalam Pendidikangueste51a40
 
Presentasi oleh Dinda Lovyana XII IPA 3
Presentasi oleh Dinda Lovyana XII IPA 3Presentasi oleh Dinda Lovyana XII IPA 3
Presentasi oleh Dinda Lovyana XII IPA 3Naufal Irsyad Arzada
 
Silabus kelas sm 1 viii (phytagoras)
Silabus kelas sm 1 viii (phytagoras)Silabus kelas sm 1 viii (phytagoras)
Silabus kelas sm 1 viii (phytagoras)Halimirna Inha
 
Konsep dasar ilmu gizi
Konsep dasar ilmu giziKonsep dasar ilmu gizi
Konsep dasar ilmu giziShanti Lestari
 
Soaluasbhsinggriskl8 121219173643-phpapp01
Soaluasbhsinggriskl8 121219173643-phpapp01Soaluasbhsinggriskl8 121219173643-phpapp01
Soaluasbhsinggriskl8 121219173643-phpapp01Dahlia Heranita
 
Mengenal office 2010 bab i
Mengenal office 2010 bab iMengenal office 2010 bab i
Mengenal office 2010 bab iNie Andini
 
peran warga negara untuk memenuhi energi listrik di indonesia
peran warga negara untuk memenuhi energi listrik di indonesiaperan warga negara untuk memenuhi energi listrik di indonesia
peran warga negara untuk memenuhi energi listrik di indonesiaferry1993
 

Viewers also liked (20)

Sel tumbuhan dan jaringan tumbuhan 1
Sel tumbuhan dan jaringan tumbuhan 1Sel tumbuhan dan jaringan tumbuhan 1
Sel tumbuhan dan jaringan tumbuhan 1
 
Manajemen aksi mahasiswa
Manajemen aksi mahasiswaManajemen aksi mahasiswa
Manajemen aksi mahasiswa
 
Relativitas einstein
Relativitas einsteinRelativitas einstein
Relativitas einstein
 
Sumber Mikrobia Dan Perannya
Sumber Mikrobia Dan PerannyaSumber Mikrobia Dan Perannya
Sumber Mikrobia Dan Perannya
 
Relativitas massa
Relativitas massaRelativitas massa
Relativitas massa
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikrobioligi sejarah
ITP UNS SEMESTER 2 Mikrobioligi sejarahITP UNS SEMESTER 2 Mikrobioligi sejarah
ITP UNS SEMESTER 2 Mikrobioligi sejarah
 
Sistem operasi 1 ke 1
Sistem operasi  1 ke 1Sistem operasi  1 ke 1
Sistem operasi 1 ke 1
 
Komputer Dalam Pendidikan
Komputer Dalam PendidikanKomputer Dalam Pendidikan
Komputer Dalam Pendidikan
 
Sari mteri
Sari mteriSari mteri
Sari mteri
 
Presentasi oleh Dinda Lovyana XII IPA 3
Presentasi oleh Dinda Lovyana XII IPA 3Presentasi oleh Dinda Lovyana XII IPA 3
Presentasi oleh Dinda Lovyana XII IPA 3
 
Silabus kelas sm 1 viii (phytagoras)
Silabus kelas sm 1 viii (phytagoras)Silabus kelas sm 1 viii (phytagoras)
Silabus kelas sm 1 viii (phytagoras)
 
Statistik dasar
Statistik dasarStatistik dasar
Statistik dasar
 
Hambatan seri dan paralel
Hambatan seri dan paralelHambatan seri dan paralel
Hambatan seri dan paralel
 
Konsep dasar ilmu gizi
Konsep dasar ilmu giziKonsep dasar ilmu gizi
Konsep dasar ilmu gizi
 
Hukum mendel
Hukum mendel Hukum mendel
Hukum mendel
 
Soaluasbhsinggriskl8 121219173643-phpapp01
Soaluasbhsinggriskl8 121219173643-phpapp01Soaluasbhsinggriskl8 121219173643-phpapp01
Soaluasbhsinggriskl8 121219173643-phpapp01
 
Pertemuan 1 mulut kerongkongan_lambung
Pertemuan 1 mulut kerongkongan_lambungPertemuan 1 mulut kerongkongan_lambung
Pertemuan 1 mulut kerongkongan_lambung
 
Mengenal office 2010 bab i
Mengenal office 2010 bab iMengenal office 2010 bab i
Mengenal office 2010 bab i
 
Gradien garis singgung ppt
Gradien garis singgung pptGradien garis singgung ppt
Gradien garis singgung ppt
 
peran warga negara untuk memenuhi energi listrik di indonesia
peran warga negara untuk memenuhi energi listrik di indonesiaperan warga negara untuk memenuhi energi listrik di indonesia
peran warga negara untuk memenuhi energi listrik di indonesia
 

Similar to Bab 1 aik

AIK GROUP III.pptx
AIK GROUP III.pptxAIK GROUP III.pptx
AIK GROUP III.pptxDaudPisz1
 
Materi IMPLEMENTASI-IDEOLOGI-BERGAMBAR.pptx
Materi IMPLEMENTASI-IDEOLOGI-BERGAMBAR.pptxMateri IMPLEMENTASI-IDEOLOGI-BERGAMBAR.pptx
Materi IMPLEMENTASI-IDEOLOGI-BERGAMBAR.pptxc9fhbm7gzj
 
IMPLEMENTASI-IDEOLOGI-BERGAMBARssss.pptx
IMPLEMENTASI-IDEOLOGI-BERGAMBARssss.pptxIMPLEMENTASI-IDEOLOGI-BERGAMBARssss.pptx
IMPLEMENTASI-IDEOLOGI-BERGAMBARssss.pptxadymasalembow
 
Titik Temu Pemikiran Mahmoud Mohamed T{haha dan Abdullahi Ahmed An-Na‘im
Titik Temu Pemikiran Mahmoud Mohamed T{haha dan Abdullahi Ahmed An-Na‘imTitik Temu Pemikiran Mahmoud Mohamed T{haha dan Abdullahi Ahmed An-Na‘im
Titik Temu Pemikiran Mahmoud Mohamed T{haha dan Abdullahi Ahmed An-Na‘imInternationalJournal Ihya' 'Ulum al-Din
 
Nota lengkap modul titas.new
Nota lengkap modul titas.newNota lengkap modul titas.new
Nota lengkap modul titas.newKero Nuex
 
Salah satu referensi Filsafat Muhammadiyah.Menjelaskan beberapa prinsip atau ...
Salah satu referensi Filsafat Muhammadiyah.Menjelaskan beberapa prinsip atau ...Salah satu referensi Filsafat Muhammadiyah.Menjelaskan beberapa prinsip atau ...
Salah satu referensi Filsafat Muhammadiyah.Menjelaskan beberapa prinsip atau ...TriPrayitno8
 
Cabaran media baru di alaf baru menurut perspektif islam
Cabaran media baru di alaf baru menurut perspektif islamCabaran media baru di alaf baru menurut perspektif islam
Cabaran media baru di alaf baru menurut perspektif islamAre Matt
 
Materi Wawasan Keislaman Menurut Muhammadiyah.ppt
Materi Wawasan Keislaman Menurut Muhammadiyah.pptMateri Wawasan Keislaman Menurut Muhammadiyah.ppt
Materi Wawasan Keislaman Menurut Muhammadiyah.pptRIZKYFATHANAZKIA
 
Bab 2 modernisasi dan globalisasi
Bab 2 modernisasi dan globalisasiBab 2 modernisasi dan globalisasi
Bab 2 modernisasi dan globalisasiFatwa Rohman
 
Jawaban aik v Kemuhammadiyahan
Jawaban aik v KemuhammadiyahanJawaban aik v Kemuhammadiyahan
Jawaban aik v KemuhammadiyahanBarwhy Poenya
 
Sejarah Muhammadiyah
Sejarah MuhammadiyahSejarah Muhammadiyah
Sejarah MuhammadiyahAbdul Rais P
 
Perkembangan pemikiran teologis dalam muhammaduyah
Perkembangan pemikiran teologis dalam muhammaduyahPerkembangan pemikiran teologis dalam muhammaduyah
Perkembangan pemikiran teologis dalam muhammaduyahMuhsin Hariyanto
 
Resume perubahan sosial
Resume perubahan sosialResume perubahan sosial
Resume perubahan sosialJef Ri
 
Risalah pergerakan pemuda islam mustafa muhammad thahan
Risalah pergerakan pemuda islam   mustafa muhammad thahanRisalah pergerakan pemuda islam   mustafa muhammad thahan
Risalah pergerakan pemuda islam mustafa muhammad thahanKammi Daerah Serang
 
ppt kelompok vi .pptx
ppt kelompok vi .pptxppt kelompok vi .pptx
ppt kelompok vi .pptxDeviNovita48
 

Similar to Bab 1 aik (20)

9414 26510-1-pb
9414 26510-1-pb9414 26510-1-pb
9414 26510-1-pb
 
AIK GROUP III.pptx
AIK GROUP III.pptxAIK GROUP III.pptx
AIK GROUP III.pptx
 
Materi IMPLEMENTASI-IDEOLOGI-BERGAMBAR.pptx
Materi IMPLEMENTASI-IDEOLOGI-BERGAMBAR.pptxMateri IMPLEMENTASI-IDEOLOGI-BERGAMBAR.pptx
Materi IMPLEMENTASI-IDEOLOGI-BERGAMBAR.pptx
 
IMPLEMENTASI-IDEOLOGI-BERGAMBARssss.pptx
IMPLEMENTASI-IDEOLOGI-BERGAMBARssss.pptxIMPLEMENTASI-IDEOLOGI-BERGAMBARssss.pptx
IMPLEMENTASI-IDEOLOGI-BERGAMBARssss.pptx
 
4. bab
4. bab4. bab
4. bab
 
Radikalisme Dalam Islam menurut Lovita Ivan HIdayatullah
Radikalisme Dalam Islam menurut Lovita Ivan HIdayatullahRadikalisme Dalam Islam menurut Lovita Ivan HIdayatullah
Radikalisme Dalam Islam menurut Lovita Ivan HIdayatullah
 
Titik Temu Pemikiran Mahmoud Mohamed T{haha dan Abdullahi Ahmed An-Na‘im
Titik Temu Pemikiran Mahmoud Mohamed T{haha dan Abdullahi Ahmed An-Na‘imTitik Temu Pemikiran Mahmoud Mohamed T{haha dan Abdullahi Ahmed An-Na‘im
Titik Temu Pemikiran Mahmoud Mohamed T{haha dan Abdullahi Ahmed An-Na‘im
 
Nota lengkap modul titas.new
Nota lengkap modul titas.newNota lengkap modul titas.new
Nota lengkap modul titas.new
 
Salah satu referensi Filsafat Muhammadiyah.Menjelaskan beberapa prinsip atau ...
Salah satu referensi Filsafat Muhammadiyah.Menjelaskan beberapa prinsip atau ...Salah satu referensi Filsafat Muhammadiyah.Menjelaskan beberapa prinsip atau ...
Salah satu referensi Filsafat Muhammadiyah.Menjelaskan beberapa prinsip atau ...
 
Cabaran media baru di alaf baru menurut perspektif islam
Cabaran media baru di alaf baru menurut perspektif islamCabaran media baru di alaf baru menurut perspektif islam
Cabaran media baru di alaf baru menurut perspektif islam
 
Makalah_AIK_klpk._8.docx.pdf
Makalah_AIK_klpk._8.docx.pdfMakalah_AIK_klpk._8.docx.pdf
Makalah_AIK_klpk._8.docx.pdf
 
Materi Wawasan Keislaman Menurut Muhammadiyah.ppt
Materi Wawasan Keislaman Menurut Muhammadiyah.pptMateri Wawasan Keislaman Menurut Muhammadiyah.ppt
Materi Wawasan Keislaman Menurut Muhammadiyah.ppt
 
Bab 2 modernisasi dan globalisasi
Bab 2 modernisasi dan globalisasiBab 2 modernisasi dan globalisasi
Bab 2 modernisasi dan globalisasi
 
Jawaban aik v Kemuhammadiyahan
Jawaban aik v KemuhammadiyahanJawaban aik v Kemuhammadiyahan
Jawaban aik v Kemuhammadiyahan
 
Sejarah Muhammadiyah
Sejarah MuhammadiyahSejarah Muhammadiyah
Sejarah Muhammadiyah
 
Perkembangan pemikiran teologis dalam muhammaduyah
Perkembangan pemikiran teologis dalam muhammaduyahPerkembangan pemikiran teologis dalam muhammaduyah
Perkembangan pemikiran teologis dalam muhammaduyah
 
Jil&syi'ah
Jil&syi'ahJil&syi'ah
Jil&syi'ah
 
Resume perubahan sosial
Resume perubahan sosialResume perubahan sosial
Resume perubahan sosial
 
Risalah pergerakan pemuda islam mustafa muhammad thahan
Risalah pergerakan pemuda islam   mustafa muhammad thahanRisalah pergerakan pemuda islam   mustafa muhammad thahan
Risalah pergerakan pemuda islam mustafa muhammad thahan
 
ppt kelompok vi .pptx
ppt kelompok vi .pptxppt kelompok vi .pptx
ppt kelompok vi .pptx
 

More from plesdis

makalah aik Perkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjih
makalah aik Perkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjihmakalah aik Perkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjih
makalah aik Perkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjihplesdis
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantarplesdis
 
Bab 1 aik
Bab 1 aikBab 1 aik
Bab 1 aikplesdis
 
Perkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjih aik
Perkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjih aikPerkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjih aik
Perkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjih aikplesdis
 
Keperawatan dudut2
Keperawatan dudut2Keperawatan dudut2
Keperawatan dudut2plesdis
 

More from plesdis (8)

makalah aik Perkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjih
makalah aik Perkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjihmakalah aik Perkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjih
makalah aik Perkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjih
 
Coper
CoperCoper
Coper
 
Coper
CoperCoper
Coper
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Bab 1 aik
Bab 1 aikBab 1 aik
Bab 1 aik
 
Perkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjih aik
Perkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjih aikPerkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjih aik
Perkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tarjih aik
 
Lp kad
Lp kadLp kad
Lp kad
 
Keperawatan dudut2
Keperawatan dudut2Keperawatan dudut2
Keperawatan dudut2
 

Bab 1 aik

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam mata kuliah AIK ini dijelaskan bahwa sejak kelahirannya, Muhammadiyah telah membuktikan diri sebagai gerakan tajdid, baik dalam arti pemurnian maupun modernisasi. Ahmad Dahlan telah memulainya dalam wujud pengembangan etos intelektualisme - meminjam istilah Syafi‟i Ma‟arif, dan pragmastisme - meminjam istilah Alfian - dalam bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial. Dalam makalah ini dijelaskan tentang Perkembangan Metodologi Pemikiran Islam dan Maanhaz Tardzih yang biasa diuraikan sebagai berikut: Pendahuluan Problem dan Tantangan Masyarakat Kontemporer Pemikiran Majelis Tarjih dan Beberapa Problem Agenda Pengembangan Pemikiran Islam 1.2 tujuan pembahasan Setelah mempelajari bab ini diharapkan dapat : 1. Problem dan Tantangan Masyarakat Kontemporer 2. Pemikiran Majelis Tarjih dan Beberapa Problem 3. Agenda Pengembangan Pemikiran Islam 1.3 Rumusan masalah 1. Pendahuluan 2. Problem dan Tantangan Masyarakat Kontemporer 3. Pemikiran Majelis Tarjih dan Beberapa Problem 4. Agenda Pengembangan Pemikiran Islam
  • 2. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 pendahuluan Sejak kelahirannya, Muhammadiyah telah membuktikan diri sebagai gerakan tajdid, baik dalam arti pemurnian maupun modernisasi. Ahmad Dahlan telah memulainya dalam wujud pengembangan etos intelektualisme - meminjam istilah Syafi‟i Ma‟arif, dan pragmastisme - meminjam istilah Alfian - dalam bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial. Tak diragukan, aspek tajdid ini terus dikembangkan oleh generasi penerus hingga akhirnya banyak kalangan peneliti memasukkan Muhammadiyah ke dalam tipologi gerakan modern.2 Jika “trade mark” modern bagi Muhammadiyah, dahulu membuat kita tersanjung, tetapi kini, tentu tidak atau biasa-biasa saja. Mengapa? Pertama, terlepas dari kelebihannya, paradigma modernisasi kini telah menunjukkan 1 Penulis adalah Ph.D. Research Scholar di Universitas Malaya, Malaysia dan Direktur Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) Universitas Muhammadiyah Malang. Di samping itu, penulis adalah dosen pemikiran Islam di Universitas Muhammadiyah Malang dan menulis banyak karangan tentang neo-modernisme Islam. 2 Syafi‟i Ma‟arif, Independensi Muhammadiyah di Tengah Pergumulan Pemikiran Islam dan Politik (Jakarta: Cidesindo, 2000). Bandingkan dengan Nakamura, Agama dan Lingkungan Kultural Indonesia: Pengaruh Gerakan Muhammadiyah dalam Pemurnian Agama Islam (Surakarta: Hapsara, 1983). beberapa titik kelemahan, sementara sebagian kita masih “amat setia”mempertahankannya. Kedua, jika tesis modernisasi yang telah dipraktekkan Muhammadiyah selama hampir satu abad telah terbukti relevansinya, dan belakangan banyak diikuti oleh gerakan-gerakan dan organisasi-organisasi Islam yang lain, maka Muhammadiyah kini tampak kehilangan “trade mark” itu jika tidak segera me-refresh diri dengan era baru ketika usia Muhammadiyah tepat mencapai satu abad.Banyak peneliti dan pemerhati Muhammadiyah, menengarahi adanya penurunan fungsi tajdid dalam Muhammadiyah; “tak seperti dulu”, katanya.
  • 3. 3 Kini Muhammadiyah dipandang kurang responsif terhadap perubahan-perubahan tata dunia dan nilai baru, seperti permasalahan ekses globalisasi ekonomi, demokratisasi politik, pluralisme agama, budaya permissif, bioetika, HAM, dan lain-lainnya. Dengan kata lain, dalam kaitannya dengan perubahan masyarakat menuju era multikultural di abad ke-21, respon Muhammadiyah tampaknya masih dipertanyakan. Terlepas dari pelbagai kritik tersebut, sebenarnya belakangan ini sebagian tokoh-tokoh Muhammadiyah sendiri telah menyadari perlunya pengembangan pemikiran di lingkungan organisasi sehingga mampu merespon permasalahan masyarakat akibat kecenderungan multikultural, secara cepat dan tepat. Mereka telah menyadari, Muhammadiyah tidak dapat terus menerus mempertahankan pendekatan serta metodologi tertentu yang selama ini dipakai. Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM) Untuk itu, maka perlu ada upaya terus menerus mencari penyempurnaan pendekatan dan metode (manhaj) dalam pemikiran keagamaan Muhammadiyah. Salah satunya adalah dengan mengkaji penyebab permasalahan, termasuk mengkaji ulang aspek manhaj Tarjih, mengingat hal ini merupakan aspek terpenting dalam pengembangan pemikiran Islam di lingkungan Muhammadiyah. 2.2 Problem dan Tantangan Masyarakat Kontemporer Memasuki abad ke-21, di mana Muhammadiyah telah genap berusia satu abad, masyarakat Indonesia tak dapat mengelak dari berbagai problem akibat dari arus industrialisasi, teknologi informasi, bioteknologi, pasar bebas, pluralitas budaya, demokratisasi, dan individualisme yang menjadi ciri peradaban kontemporer. 3 Di era industrialisasi kita mencatatat semakin berkembangnya perusahanperusahaan trannasional dan multinasional yang menempati kawasan baik di kota-kota besar maupun daerah-daerah terpencil. Perkembangan ini tentu menimbulkan berbagai permasalahan baru baik ekonomi, politik, budaya, lingkungan, dan moral pada masyarakat setempat. Intinya, masyarakat setempat lebih banyak dirugikan daripada keuntungan yang telah diambil oleh pihak pemilik modal asing. 3. Tentang problem masyarakat kontemporer sebagaimana dikemukakan di atas, dapat dibaca dalam buku antologi Kuntowijoyo, dkk. Intelektualisme Muhammadiyah Menyongsong Era Baru (Bandung: Mizan, 1995).
  • 4. 4 Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM) Kecanggihan teknologi informasi satu sisi membuat hidup semakin cepat dan mudah. Namun, di sisi lain menimbulkan ketertinggalan sebagian masyarakat, keterkejutan sosial, dan transparansi segala bentuk kemaksitan. Semestinya masyarakat dapat lebih banyak mengambil manfaat, tapi masih banyak juga mereka yang terjebak ke dalam konsumerisme dan hedonisme berkat kecanggihan teknologi informasi. Perkembangan bidang bioteknologi kini mencapai titik yang mengagumkan sekaligus mengkhawatirkan. Mengagumkan sebagai sebuah temuan sains seperti DNA dan kloning hewan, dan mengkhawatirkan jika teknologi itu diberlakukan pada manusia, di mana dalam pandangan etika sementara ini sebagai “menodai sunnatullah”. Dengan berlangsungnya ekonomi pasar, maka hal ini berpengaruh pada semua segi kehidupan yang meninscayakan ekonomisasi, komersialisasi, professionalisasi, dan tentu “budaya” kompetisi. Bagi mereka yang berketrampilan rendah, modal sedikit, jaringan lemah, harus siap mati. Ekses lain dapat dikatakan, bahwa isu terorisme, senjata pemusnah masal dan nuklir, serta HAM, tidaklah murni sebagai persoalan keamanan. Tetapi di sana tidak lepas dari tujuan hegemoni politik negara besar, dan ujungujungnya juga penguasaan ekonomi dunia.Perang budaya (ghazwu al-tsaqafi) sebenarnya sudah cukup lama terjadi di tengah-tengah masyarakat Muslim, di mana arus utamaya adalah antara budaya Islam dan Barat. Seperti telah diramalkan oleh Samuel Hutington, Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM) Benturan peradaban tak terelakkan, dan kini telah menjadi kenyataan yang amat mengancam proses-proses perdamaian. Lagi-lagi umat Islam di pihak yang dicitrakan “buruk” atau memang “benar-benar” kalah. Demokratisasi khususnya di bidang politik merupakan perkembangan yang luar biasa cepat yang semula memberikan harapan-harapan baru bagi rakyat. Era di mana rakyat lebih banyak mengambil kedaulatnnya kini mulai dapat dirasakan. Sebagai implikasinya, pluralitas kehidupan sosial dan budaya merupakan keharusan sejarah bangsa kita. Ketidaksiapan dalam memasuki alam demokrasi dan pluralistas, akan menimbulkan kehidupan kita termarginalkan. Namun, belakangan harapan itu berubah
  • 5. 5 menjadi kecemasan rakyat ketika keadaan bangsa kita semakin memburuk. Menghadapi permasalahan masyarakat sebagaimana disinggung di atas, bagaimanakah kesiapan Muhammadiyah. Lebih khusus lagi, bagaimana semestinya pemikiran Islam di kalangan tokoh Muhammadiyah diarahkan sebagai respon terhadap keadaan sebagaimana disinggung di atas. 2.3 Pemikiran Majelis Tarjih dan Beberapa Problem Berbicara masalah pemikiran keagamaan di lingkungan Muhammadiyah tak dapat dipisahkan dari motor penggeraknya secara organisatoris yaitu Majelis Tarjih. Majelis Tarjih merupakan lembaga resmi di lingkungan persyarikatan Muhammadiyah yang secara khusus menangani masalah-masalah Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM) Keagamaan seperti membahas dan mengeluarkan fatwa hukum. Majelis ini didirikan sejak 1927 ketika Muhammadiyah dipimpin oleh K.H. Mas Mansur. Salah satu tujuan utamanya, memberikan pedoman kepada umat Islam dalam hal keagamaan supaya tidak terjadi perselisihan antarumat dalam mengamalkan ajaran-ajaran Islam.4 Nama Tarjih dipakai oleh karena metode utama pengkajian masalah-masalah hukum Islam dengan cara men-tarjih. Yaitu, mengambil dalil yang paling kuat di antara dalil-dalil yang ada yang dipertentangkan untuk dijadikan pedoman pengamalan ajaran-ajaran Islam.5 Namun, pengertian semacam ini dari waktu ke waktu mengalami perkembangan hingga saat Majelis Tarjih diketuai oleh Prof. Dr. Amin Abdullah. Di saat yang terakhir ini (sejak Muktamar di Aceh), Majelis Tarjih dikembangkan namanya menjadi Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam (MTPPI). Tujuannya, pendekatan, metode, dan ruang lingkup tarjih yang sekarang dikembangkan lebih tepat dan lebih luas lagi sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Kini, dan sejak Muktamar di Malang, Majelis ini telah berubah nama menjadi Majelis Tarjih dan Tajdid. Menurut Mukti Ali pada umumnya ada tiga prinsip yang melandasi pemikiran ketarjihan Muhammadiyah. (1) Prinsip kenisbian akal; (2) prinsip tidak berorientasi pada mazhab; dan, (3) prinsip keterbukaan dan toleransi. 4 Afifi Fauzi Abbas, dkk. (ed.), Tarjih Muhammadiyah dalam Sorotan (Jakarta: IKIP Muhammadiyah Jakarta Press, 1995), hal. 70. 5 Asjmuni Abdurrahman, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, Metodologi dan Aplikasi
  • 6. 6 (Yogykarta: Pustaka Pelajar, 2002), hal 3-4. Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM) Berdasarkan prinsip-prinsip ini, maka dalam merumuskan pemikiran keagamaan, Tarjih tidak menempatkan akal sebagai instrumen yang paling utama, sebab ia bersifat nisbi. Bagi Mukti Ali, dari tataran ini Muhammadiyah lebih berorientasi pada teks dan memberikan porsi kecil pada pemikiran dalam menetapkan hukum. Dalam Himpunan Putusan Tarjih ditegaskan bahwa “Allah telah menyatakan bahwa kekuatan akal itu terbatas”. Bahkan, menurut K.H.M. Djuwaini, pernah menjadi wakil Ketua Majelis Tarjih, bahwa prinsip maslahat tidak dapat dipakai kalau bertentangan dengan teks. Hal ini sangat berbeda dengan pemikiran tokoh rasionalis Muhammad Abduh yang mensejajarkan akal dan wahyu.6 Prinsip kedua tidak membenarkan adanya taklid kepada ulama atau mazhab. Pemahaman dan pengamalan agama Islam harus merujuk secara langsung kepada al-Qur‟an dan al-Sunnah al-Shahihah. Untuk menghadapi kenyataan masyarakat awam, Muhammadiyah memperbolehkan apa yang disebut ittiba‟, berarti mengikuti ajaran dengan kritis dan selektif. Prinsip ketiga sebenarnya dapat dijelaskan bahwa kehadiran Tarjih bertujuan menghindarkan umat dari perselisihan dan percekcokan karena persoalan khilafiyah. Melihat kerangka metodologis pemikiran keagamaan Muhammadiyah sebagai dilembagakan dalam Tarjih ini, serta kenyataan-kenyataan cara berfikir warga Muhammadiyah sebagai tercermin dalam buku Soal Jawab 6 Mukti Ali, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam (Bandung: Mizan, 1991), hal 42-44. Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM) Agama 7 serta Suara Muhammadiyah, Munir Mulkhan memberikan komentar tentang beberapa problem pemikiran Tarjih sebagai berikut. Pertama, bahwa dari aspek corak pemikirannya, Muhammadiyah dapat dikelompokkan ke dalam pemikiran Islam rasionalis. Dalam menyelesaikan kasus-kasus serta penentuan stutus-status hukum ibadat, Muhammadiyah sangat menekankan pada teks agama. Menurut Mulkhan, sebenarnya ada aspek ketidakkonsistenan Majelis Tarjih dengan pemikiran dasar KH. Ahad Dahlan yang sangat menekankan akal dan logika. Ketidakkonsistenan inilah, antara lain, menyebabkan dinamika pemikiran di kalangan Muhammadiyah tidak dapat dipertahankan. Menurutnya, berbagai diskusi untuk mencari pemecahan masalah menejemen berubah menjadi perdebatan
  • 7. 7 teologis. 8 Kedua, bahwa dengan obsesi Muhammadiyah untuk kembali kepada teks agama secara langsung tanpa terikat sedikitpun kepada pemikiran ulama dan mazhab, serta tradisi- tradisi yang berkembang bahkan berintegrasi dengan Islam, maka satu segi membuat teks agama tetap otentik, hal ini tidak salah dan sejalan dengan manhaj Muhammadiyah. Tetapi di sisi lain – sebagai akibatnya – Muhammadiyah terkesan berfikir ahistoris, terlalu teologis, dan kurang mempertimbangkan kultur. Karenanya, bagi masyarakat yang masih memegangi nilai-nilai tardisi sulit menerima kehadiran Muhammadiyah. 7 Majelis Tarjih PP. Muhammadiyah, Tanya Jawab Agama (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 1997). 8 Abdul Munir Mulkhan, Teologi dan Fikih dalam Tarjih Muhammadiyah (Yogyakarta: Sipress, 1994), hal 16-17. Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM) Kehadirannya dikesankan telah memisahkan mereka dari keterikatan dengan tradisi lokal, bahkan kosmologinya. Maka, lebih jauh dapat dilihat bahwa seni, budaya, serta dimensi esoterisme tidak berkembang di kalangan Muhammadiyah. Di sinilah orang banyak melihat Muhammadiyah kurang menggunakan pendekatan kultural.9 Ketiga, keinginan Muhammadiyah untuk menjembatani atau mengurangi kebiasaan berselisih pendapat di kalangan umat Islam dengan cara melembagakan pemikiran dalam Tarjih sebenarnya positif, tetapi kenyataan pemikiran Muhammadiyah yang berkembang belum mampu keluar dari tradisi ini. Justeru – dalam batas-batas tertentu - masih meneguhkan pemikiran dialektik dan terkadang menambah perselisihan semakin tajam. Salah satu penyebabnya adalah pendekatannya yang formal dan reaksireaksinya terhadap kemapanan pemikiran yang ada di tengah-tengah masyarakat. Menurut Mulkhan, Islam syari‟ah-fiqhiyah sangat mewarnai corak pemikiran formal Muhammadiyah, maka sikap “hitam putih” di kalangan kebanyakan masyarakat dalam melihat permasalahan tidak dapat dielakkan lagi. Salah satu bukti, menurut hasil penelitiannya, dari 374 halaman HPT, 33 halaman berbicara tentang muamalat (9%), 2,5% membahas soal ekonomi, selebihnya berbicara soal fikih ibadah. Seentara soal- soal etika, kebudayaan, seni, serta 9 Munir Mulkhan, Menggugat Muhammadiyah (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2000), hal 189-190; Majelis Tarjih PP. Muhammadiyah, Himpunan Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, tt). Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM)
  • 8. 8 Soal-soal semisal HAM, politik, dan sain tidak memperoleh pembahasan yang memadai.10 Sementara itu, Amin Abdullah dalam beberapa tulisannya sering melontarkan kritik terhadap pemikiran keagamaan termasuk di lingkup Muhammadiyah. Kritik dimaksud dapat diringkas sebagai berikut:11 Pertama, terdapat kecenderungan apa yang disebut taqdis al-afkar. Pensakralan pemikiran atau, dalam konteks Muhammadiyah, keputusan-keputusan tarjih (baca: HPT) tak terhindarkan. Orang lebih melihat produk pemikiran dalam HPT yang telah jadi, tetapi amat jarang yang mengkaji proses penalaran atau metodologi secara serius. Dengan istilah lain, orang lebih senang mempelajari fikih daripada ushul fikih. Akibatnya, timbul kecenderungan pemutlakan kebenaran fikih, dan ruang dinamisasi menjadi sempit. Kedua, pemikiran tarjih bersifat aksiomatik-positivistik. Maksudnya, dalam hal ini HPT dinilai cenderung menilai suatu persoalan secara hitam-putih, persoalan yang berkembang di masyarakat dilihat dengan kacamata “halalharam”. Sebagai akibatnya pemikiran di lingkungan Muhammadiyah mulai terlihat ada jarak yang terlalu jauh dari realitas yang berkembang. 10 Ibid. 11 Muhammad Azhar dan Hamim Ilyas, Pengembangan Pemikiran Keislaman Muhammadiyah Purifikasi dan Dinamisasi (Yogyakarta: LPPI UMY, 2000), hal. 1-17. Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM) 2.4 Agenda Pengembangan Pemikiran Islam Melihat kecenderungan masyarakat Indonesia di satu sisi, dan problem pemikiran keagamaan Muhammadiyah di sisi lain sebagaimana disinggung di atas, perlu dibahas upaya-upaya pengembangan pemikiran Islam yang mampu merespon kecenderungan- kecenderungan masyarakat baru. Beberapa upaya yang dapat didiskusikan di sini antara lain sebagai berikut. Pertama, pengembangan manhaj tarjih. Upaya ini salah satunya melalui pengkajian yang lebih intensif terhadap kemungkinan-kemungkinan diterapkannya beberapa wacana yang telah berkembang di kalangan ulama, pemikir dan ilmuwan Muhammadiyah tentang metode-metode dan pendekatan alternatif seperti fenomenologi, „irfani, dan ilmu- ilmu atau teoriteori sosial yang selama ini masih sering “dicurigai” sebagai “makhluk asing”. Tentu masih sangat banyak metode-metode lain yang dapat kita diskusikan di sini. Pengembangan dimaksud tidak bermaksud membuang begitu rupa manhaj yang selama ini terbukti telah berhasil mengantarkan Muhammadiyah seperti yang sekarang ini. Tetapi, ketika Muhammadiyah sedang dihadapkan pada tantangan baru sebagaimana digambarkan di atas, maka manhaj Tarjih yang ada dirasa perlu untuk diperkuat dengan alat-alat atau
  • 9. 9 ilmu-ilmu bantu yang lain. Karenanya, dalam pengembangan pemikiran Islam Muhammadiyah, perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut. Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM) Pertama, prinsip istimrariyah (muhafadah), yaitu upaya untuk melanjutkan berbagai produk pemikiran historis. Dengan demikian produk pemikiran yang akan dihasilkan bukanlah sesuatu yang ahistoris. Kedua, prinsip tanawwu‟iyyah, yaitu upaya untuk memberikan ruang dan toleransi atas adanya berbagai kemungkinan hasil kajian. Karena manhaj ini dipandang relatif maka seluruh hasil yang diproduk juga relatif. Oleh sebab itu pluralitas hasil kajian sangat dimungkinkan. Ketiga, prinsip syumuliyyah, yaitu prinsip untuk menghadirkan Islam dalam wajah yang utuh, bukan parsial dan ad hoc. Untuk inilah maka manhaj ini dikembangkan dengan memperkembangkan aspek ta‟aqquli dan ta‟abbudi, bathini dan zahiri, normativitas dan historisitas dengan realitas kini. Keempat, prinsip „alamiyyah (global) dan mahalliyah (lokal), yaitu upaya pengembangan pemikiran dan manhaj yang memungkinkan adanya atau keharusan memperhatikan aspek global-universal dan local-partikular. Kelima, prinsip ibtikariyah (kreatifitas), yaitu membuat rumusan pemikiran Islam secara kreatif dan konstruktif untuk merespons permasalahan aktual. Kreasi ini dilakukan dengan cara menerima nilai-nilai luar Islam dengan penyesuaian (adaptif) atau dengan penyerap nilai dan elemen luar dengan penyaringan (selektif). Keenam, prinsip ilahiyyah, yaitu upaya untuk menangkap, Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM) merumuskan dan membumikan nilai normativitas pada tataran historispraksis. Kedua, secara kelembagaan, perlu adanya usaha memperbaiki dan mengoptimalkan menejemen pengembangan pemikiran keagamaan di lingkungan Muhammadiyah. Misalnya, membuat Majelis Tarjih dan Tajdid lebih independen dan leluasa geraknya daripada yang sekarang;13 mendorong dan membuka peluang lebih lebar lagi bagi daerah-daerah Muhammadiyah untuk dapat mengidentifikasi masalah-masalah dan kemudian mengeluarkan fatwa-fatwa sesuai dengan perkembangan permasalahan setempat; dan, meggairahkan tradisi penelitian serta pengkajian terhadap masalah-masalah kontemporer dengan pendekatan interdisipliner di Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) atau pusat- pusat kajian ilmiah di lingkungan Muhammadiyah. Ketiga, hal yang lebih penting lagi,
  • 10. 10 sesuai dengan kondisi Muhammadiyah sekarang, perlu dipercepat proses kaderisasi calon- calon ulama dan pemikir di lingkungan Muhammadiyah. Kaderisasi ini tidak cukup hanya dilakukan secara alamiah, harus dibuat “terobosan” yang terlembagakan. Yaitu dengan cara memberikan kesempatan bagi kader-kader muda untuk berperan dalam Majelis Tarjih. Sedangkan cara berikutnya, beberapa PTM menyelenggarakan 12 Amin Abdullah, “Manhaj Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam” dalam makalah seminar pada Munas Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam XXIV, Malang, 2002. hal. 10. 13 Tentang independensi Majelis Tarjih ini yang, dalam arti terbebas dari mazhab atau kelembagaan manapun, juga pernah disuarakan oleh Fathurrrahman Djamil. Lihat Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah (Jakarta: Logos, 1995). Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM) Program pendidikan ulama tarjih sebagaimana dilakukan di UMM, UMS dan UMY. Para kader yang telah dihasilkan segera didayagunakan semaksimal mungkin untuk mengisi “kekosongan” kader di daerah-daerah dengan cara bekerjasama antara persyarikatan dan amal-amal usaha Muhammadiyah setempat.
  • 11. 11 BAB III PENUTUP 2.7 Kesimpulan Sejak kelahirannya, Muhammadiyah telah membuktikan diri sebagai gerakan tajdid, baik dalam arti pemurnian maupun modernisasi. Ahmad Dahlan telah memulainya dalam wujud pengembangan etos intelektualisme - meminjam istilah Syafi‟i Ma‟arif, dan pragmastisme - meminjam istilah Alfian - dalam bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial. Tak diragukan, aspek tajdid ini terus dikembangkan oleh generasi penerus hingga akhirnya banyak kalangan peneliti memasukkan Muhammadiyah ke dalam tipologi gerakan modern.2 Jika “trade mark” modern bagi Muhammadiyah, dahulu membuat kita tersanjung, tetapi kini, tentu tidak atau biasa-biasa saja. Mengapa? Pertama, terlepas dari kelebihannya, paradigma modernisasi kini telah menunjukkan
  • 12. 12 Daftar Pustaka Abdullah, Amin, “Manhaj Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam” dalam makalah seminar pada Munas Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam XXIV, Malang, 2002. Abbas, Afifi Fauzi, ed., Tarjih Muhammadiyah dalam Sorotan, Jakarta: IKIP Muhammadiyah Jakarta Press, 1995. Abdurrahman, Asjmuni, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, Metodologi dan Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002. Ali, Mukti, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam, Bandung: Mizan, 1991. Azhar, Muhammad dan Hamim Ilyas, Pengembangan Pemikiran Keislaman Muhammadiyah Purifikasi dan Dinamisasi, Yogyakarta: LPPI UMY, 2000. Djamil, Fathurrahman, Metode Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah, Jakarta: Logos, 1995. Kuntowijoyo, dkk. Intelektualisme Muhammadiyah Menyongsong Era Baru, Bandung: Mizan, 1995. Ma‟arif, Syafi‟i, Independensi Muhammadiyah di Tengah Pergumulan Pemikiran Islam dan Politik, Jakarta: Cidesindo, 2000. Mulkhan, Abdul Munir, Teologi dan Fikih dalam Tarjih Muhammadiyah, Yogyakarta: Sipress, 1994. Mulkhan, Abdul Munir, Menggugat Muhammadiyah, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2000. Majelis Tarjih PP. Muhammadiyah, Himpunan Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah, Yogyakarta, tt. Jurnal Online Metodologi Tarjih Muhammadiyah, Edisi 1, No. 1, 2012 (PSIF-UMM) - 15 - Majelis Tarjih PP. Muhammadiyah, Tanya Jawab Agama, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 1997. Nakamura, Agama dan Lingkungan Kultural Indonesia Pengaruh Gerakan Muhammadiyah dalam Pemurnian Agama Islam, Surakarta: Hapsara, 1983.